PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LITERASI SAINS.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... ...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR LAMPIRAN………...xi BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 9

E.Manfaat Penelitian ... 9

F. Variabel Penelitian ... 10

G.Definisi Operasional ... 10

BAB II CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL), HASIL BELAJAR DAN LITERASI SAINS SISWA A.Contextual Teaching and Learning (CTL) ... ..13


(2)

2. Prinsip dan Karakteristik Contextual Teaching and Learning

(CTL)...16

3. Komponen-komponen dalam Contextual Teaching and Learning (CTL)...21

4. Kelebihan dan Kelemahan dari Contextual Teaching and Learning (CTL)...27

B.Belajar dan Hasil Belajar ... 29

C.Literasi Sains ... 34

1. Pengertian Literasi sains...34

2. Dimensi Literasi Sains...37

D. Hubungan antara Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Hasil Belajar dan Literasi Sains Siswa... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 42

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

C.Instrumen Penelitian ... 44

D.Prosedur Penelitian ... 47

E.Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian...50

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data...58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.... 63


(3)

C. Kemampuan Literasi Sains Siswa...74 D. Respon Siswa terhadap Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning...77 C.Rasionalisasi Hasil Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan

Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 27

2.2. Hubungan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), hasil Belajar, dan Literasi Sains Siswa ... 41

3.1. Desain Penelitian One Group Pre-Test Post-Test Design ... 43

3.2. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 49

3.3. Kriteria Validitas Instrumen Tes ... 52

3.4. Interprestasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 53

3.5. Klasifikasi Daya Pembeda ... 55

3.6. Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Objektif ... 56

3.7. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 56

3.8. Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 60

3.9. Interpretasi Skor Respon Siswa ... 60

3.10. Kategori Respon Siswa ... 61

3.11. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 62

4.1. Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran ... 70

4.2.Rekapitulasi Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan...70

4.3. Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar pada Aspek Hafalan (C1) ... 71

4.4. Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar pada Aspek Pemahaman (C2) ... 71


(5)

4.6. Rata-rata Skor Tes Kemampuan Literasi Sains Siswa

pada Dimensi Konten Sains ... 74 4.7. Rata-rata Skor Tes Kemampuan Literasi Sains Siswa

pada Dimensi Konteks Sains ... 75 4.8. Rata-rata Skor Tes Kemampuan Literasi Sains Siswa

pada Dimensi Proses Sains ... 75 4.9. Rekapitulasi Angket Respon Siswa terhadap


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1. Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa

pada Ranah Kognitif ... 73 4.2. Diagram Batang Peningkatan Kemampuan Literasi Sains ... 76


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ... 88

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 89

A.2. Bahan Ajar... 104

A.3 Lembar Kegiatan Siswa ... 129

B. Instrumen Penelitian ... 139

B.1. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar dan Kemampuan Literasi Sains ... 140

B.2. Soal Tes Hasil Belajar dan Kemampuan Literasi Sains Siswa... 162

B.3. Lembar Judgment Soal Tes ... 170

B.4. Lembar Observasi Keterlaksaan Pembelajaran ... 171

B.5 Lembar Angket Respon Siswa...172

C. Analisis dan Hasil Pengolahan Data... 173

C.1. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 174

C.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 175

C.3. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Skor Gain Ternormalisasi Tes Hasil Belajar Siswa ... 194

C.4. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Literasi Sains Siswa...202


(8)

C.5. Tabel Rekapitulasi Hasil Observasi Aktifitas Guru ... 206

C.5. Rekapitulasi Angket respon Siswa ... 207

D. Dokumentasi Penelitian... 208

D.1. Dokumen Hasil Studi Pendahuluan...209

D.2. Foto-foto Penelitian...213


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dikehidupan sehari-hari proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (Depdinas, 2006).

Sains di SMP terdiri dari bidang studi fisika, kimia, dan biologi. Bidang studi ini memiliki karakteristik yang sama. Carin dan Bass (2001) dalam bukunya

Teaching Science as Inquiry mengatakan bahwa sains terdiri atas proses yang dipandang sebagai dua faktor yang berperan bersama. Pengetahuan yang diperoleh dalam sains merupakan hasil dari sebuah proses tertentu. Proses tertentu ini adalah sebuah proses seperti yang dilakukan oleh para sainstis. Proses tersebut bisa juga disebut proses ilmiah atau inkuiri. Dengan demikian sains bukan hanya isi yakni


(10)

kumpulan pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori akan tetapi juga cara untuk mencapai isi tersebut. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses ilmiah bukan pengetahuan sembarang akan tetapi merupakan pengetahuan yang membentuk bangunan yang bermakna atau apa yang disebut bangunan pengetahuan (body of knowledge). Untuk menemukan bangunan pengetahuan ini melalui proses ilmiah yang tidak hanya melibatkan kegitan berfikir (minds-on) akan tetapi juga melibatkan kegiatan fisik (hands-on).

Dalam proses sains disamping melibatkan kegiatan berfikir/mental dan kegiatan fisik, juga melibatkan sikap dan nilai kemanusiaan. Pembelajaran sains memberikan pengalaman siswa dalam proses sains untuk menemukan konsep sains dan mengembangkan kompetensi siswa secara utuh. Tidak saja untuk mencapai penguasaan pada ranah kognitif dan psikomotorik akan tetapi juga pada ranah afektif yakni sikap ilmiah dan nilai-nilai kemanusiaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PISA (Program forInternational Student Assessment) tahun 2006, melaporkan bahwa kemampuan IPA untuk siswa Indonesia berumur 15 tahun menduduki peringkat 53 dari 57 peserta, salah satu kemampuan IPA yang dimaksud adalah kemampuan menerapkan pelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari (PISA-OECD, 2006).

Selaras dengan hal diatas dari hasil observasi studi pendahuluan yang dilakukan didalam kelas, diperoleh data bahwa dalam proses pembelajaran guru masih sering menggunakan metode ceramah. Terdapat delapan siswa atau sekitar 22% yang bertanya ketika guru menerangkan. Siswa terlihat mengantuk, mengobrol,


(11)

bahkan ketika guru memberikan suatu permasalahan atau soal, siswa sulit menyelesaikannya. Setelah proses pembelajaran selesai, penulis melakukan wawancara dengan guru dan beberapa siswa (3 siswa) serta menyebarkan angket respon siswa terhadap pelajaran fisika.

Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran angket respon siswa tehadap pelajaran fisika, didapatkan hasil sebagai berikut:

 Pembelajaran yang dilakukan bersifat monoton (metode ceramah) sehingga kurangnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.

 Siswa menginginkan pembelajaran yang lebih variatif.

 Sebagian besar siswa (31 siswa atau 81,2 %) tidak menyukai pelajaran fisika.  Dalam pembelajaran fisika, siswa lebih menyukai demonstrasi atau eksperimen

dibandingkan dengan mendengarkan penjelasan dari guru atau menulis (metode ceramah), alasannya karena lebih menarik dan mudah dipahami.

 Siswa kurang memahami dan menyadari bahwa fisika adalah ilmu pengetahuan yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

 Pelajaran fisika sulit dimengerti.

 Soal-soal fisika sulit dikerjakan terutama soal-soal hitungan.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan guru adalah sebagai berikut:  Siswa lebih senang jika pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi atau

eksperimen namun karena waktu yang terbatas maka kegiatan demonstrasi dan praktikum jarang dilakukan.


(12)

 Siswa kurang memahami dan menyadari penerapan beberapa ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari.

 Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar seperti ceramah dan lebih terfokus pada papan tulis.

 Dari segi hasil belajar siswa data yang diperoleh dari guru mata pelajaran fisika didapat bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di kota Bandung yaitu 64,8. Nilai tersebut masih dibawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 72. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM berjumlah 25 orang dari jumlah siswa seluruhnya yaitu 38 orang. Dengan demikian presentase siswa yang tuntas hanya 34,2%.

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa khususnya pada ranah kognitif masih tergolong rendah. Selain itu kesadaran dan pemahaman siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan dengan kehidupan sehari-harinya masih tergolong rendah. Fenomena tersebut sesuai dengan pendapat Ratna Willis Dahar (1996) yang menyatakan bahwa “salah satu keluhan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan IPA adalah siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran”.

Sejauh ini pendidikan di sekolah hanya memberikan pembelajaran yang berorientasi kepada target penguasaan materi, sehingga terbukti pembelajaran tersebut berhasil dalam kompetinsi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi,


(13)

2002). Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar (Sambu, 2005).

Kondisi pembelajaran sains seperti itu kemungkinan menjadi penyebab dari hasil penelitian literasi sains pada PISA Nasional 2006 yang menunjukan bahwa literasi peserta didik indonesia masih berada pada tingkatan rendah. Dari analisis tes PISA Nasional 2006 yang dilakukan oleh Firman (Nurlaeli H, 2012), dapat dikemukakan temuan bahwa capaian literasi peserta didik rendah, dengan rata-rata sekitar 32% untuk keseluruhan aspek, yang terdiri atas 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks. Bahkan pada studi PISA tahun 2009 kemampuan literasi sains siswa berada pada peringkat 60 dari 65 negara peserta (Balitbang-Depdikbud, 2012). Dari hasil temuan tersebut, terbukti bahwa peserta didik di Indonesia tidak mampu mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena alam khususnya yang berkaitan dengan fisika, karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk mengaitkan antara ilmu pengetahuan dan fenomena fisika yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari..

Berdasarkan hal tersebut, ternyata ada kaitan antara literasi sains siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran sehingga hasil belajar dan literasi sains siswa dapat meningkat. Salah satu pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran sehingga dapat mengukur hasil belajar dan literasi sains siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini karena dengan pendekatan pembelajaran


(14)

Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa dapat memahami konsep dari suatu

materi melalui belajar dengan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa melakukan penyelidikan, eksplorasi, bekerjasama dalam kelompok, membuat kesimpulan, dan mengembangkan kognitifnya. Kemudian mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya, dan mengkontruksi pemahamannya sendiri.

Selain itu pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk mendapatkan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (Aan Sumarna, 2008) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Contextual Teaching and Learning (CTL)

lebih menekankan pada interaksi dan pemecahan masalah serta menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa dan pembentukan pengetahuan secara aktif oleh siswa, sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna bagi siswa.

Selain itu, agar konsep-konsep dalam Pokok Bahasan Fisika dapat menjadi lebih konkrit, Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat menjadi salah satu

alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran Fisika, sebagai contoh pada Pokok Bahasan Cahaya dan Pemantulan pada Cermin karena dalam pokok bahasan ini


(15)

fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan. Berkaitan dengan hal tersebut Contextual Teaching and Learning (CTL) juga berorientasi pada

masalah-masalah yang biasa dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membiasakan siswa dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan melalui metode ilmiah dan diskusi. Hal ini tentunya sesuai dengan pengertian literasi sains yang diungkapkan PISA yaitu suatu kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar mampu memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Dari uraian diatas maka penelitian ini diberi judul Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Literasi Sains Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peningkatan hasil belajar dan literasi sains

siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL)?

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini maka rumusan masalah diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran


(16)

2. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi sains siswa setelah diterapkannya pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?

C. Batasan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana

peningkatan hasil belajar dan literasi sains siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

Maka untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan tersebut, dikemukakan batasan masalah sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil belajar dan literasi sains siswa yang dimaksud adalah nilai gain dilihat dari hasil pre-test dan post-test yang dinyatakan berdasarkan gain ternormalisasi (Hake, 1998).

2. Tanggapan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon siswa setelah dilakukan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang meliputi aspek kesukaan, motivasi belajar, ketertarikan dan ketidaktarikan terhadap proses pembelajaran diukur melalui lembar observasi berupa angket respon siswa berdasarkan model skala Likert (Yuliani, 2012).


(17)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).

3. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat terutama untuk: 1. Memperkaya hasil penelitian tentang penerapan pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran fisika

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan secara lebih jelas mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa.

3. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi kepada guru dalam proses pembelajaran dalam hal ini melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Sehingga


(18)

dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa.

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan literasi sains siswa.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Agus Zaenal Arifin dalam modulnya yang berjudul Metodelogi Penelitian adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional dan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur. Variabel dalam penelitian ini adalah Contextual Teaching and Learning (CTL), hasil belajar dan literasi sains dijabarkan dalam definisi operasional sebagai berikut:

a. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna materi pelajaran yang sedang dipelajari, dengan cara mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, maupun budaya mereka sehari-hari (Johnson, 2002). Keterlaksanaan pembelajaran Contextual


(19)

Teaching and Learning (CTL) diukur melalui lembar observasi yang dibuat berdasarkan prinsip pembelajaran kontekstual dan 7 komponen dalam

Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pemodelan, masyakat belajar, inkuiri, kontrukstivisme, bertanya dan refleksi.

b. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Bloom (Syambasri Munaf, 2001:67). Hasil belajar ini diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif meliputi aspek hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Penelitian ini hanya mengukur hasil belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek hafalan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Hasil belajar diukur sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) treatment dengan menggunakan instrumen tes berbentuk pilihan ganda (multiple choice).

c. Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai aktivitas manusia (PISA-OECD 2006). Untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa menggunakan alat ukur berupa tes soal pilihan ganda (multiple choice) yang mengacu pada pengembangan soal literasi sains yang dibuat oleh PISA tahun 2006 berdasarkan tiga dimensi literasi sains yaitu konten sains, proses sains dan


(20)

konteks sains. Dari soal tes ini didapatkan hasil berupa skor yang dilakukan melalui pre-test dan post-test.

d. Tanggapan adalah salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam objek yang telah diamati, tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan (Abu Ahmadi, 1998). Tanggapan siswa ini dijabarkan dalam pernyataan yang akan direspon oleh siswa dalam sebuah angket respon siswa. Pengukuran respon siswa berasal dari hasil penyebaran angket yang berisi pernyataan yang berhubungan dengan respon siswa dengan jawaban berdasarkan model skala Likert dengan lima skala yaitu SS (Sangat Setuju), TT (Tidak Tahu), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) dalam Yuliani (2012).


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment

(penelitian semu). Metode penelitian semu adalah metode yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya akibat dari ”sesuatu” yang dikenakan pada subjek

penelitian, dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang berhubungan dengan subjek penelitian (Arikunto, 2007:207-209). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar dan literasi sains siswa.

Metode quasi eksperimen (eksperimen semu) bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan (Luhut Panggabean, 1996).

Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pre-test Post-test Design, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa ada kelompok pembanding (Arikunto, 2007:212). Alur dari desain penelitian ini adalah kelas yang digunakan untuk penelitian diberi pre-test kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (treatment) yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran


(22)

dilakukan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan. Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design

Pre-test Treatment Post-test

O1 X O2

(Arikunto, 2003) Keterangan:

O1 : Tes awal (pre-test) sebelum diberi perlakuan

X : Perlakuan (treatment) dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

O2 : Tes akhir (post-test) setelah diberi perlakuan

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

“Populasi adalah suatu kelompok manusia atau objek yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu penelitian atau suatu wadah penyimpulan dalam suatu

penelitian” (Luhut Panggabean, 1996). Berdasarkan keterangan yang dipaparkan,

maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri.

2. Sampel

“Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh


(23)

menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan dari guru dan sekolah. Berdasarkan rekomendasi dari guru mata pelajaran fisika di sekolah yang bersangkutan, maka sampel penelitian yang digunakan adalah kelas VIII-C dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini yaitu Tes dan Non Tes, tes berisi Tes Hasil Belajar dan Tes Kemampuan Literasi Sains, sedangkan non tes berisi lembar observasi yang terdiri dari Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran dan anget respon siswa terhadapat pembelajaran serta wawancara sebagai studi pendahulan.

1. Tes

a. Tes Hasil Belajar

Instrumen hasil belajar yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Dalam penelitian ini aspek kognitif yang diukur meliputi C1 (hafalan), C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan) menurut taksonomi Bloom, yang disesuaikan dengan tuntutan Kompetensi Dasar yang diteliti. Soal tes hasil belajar dibuat sama dengan soal tes untuk mengukur kemampuan literasi sains yang didalamnya terdapat aspek-aspek hasil belajar kognitif dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perubahan terhadap kemampuan literasi sains siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan serta untuk mengetahui


(24)

peningkatan hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan diawal dan diakhir pembelajaran berupa pre-test dan post-test.

b. Kemampuan Literasi Sains

Instrumen untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa menggunakan tes standar yang disusun oleh TIMS PISA 2006 (Programme for International Student Assesment) bersumber dari www.pisa.oedc.org. Intrumen tes ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar. Soal tes ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan materi fisika yang memuat dimensi-dimensi literasi sains yaitu Conten Sains, Process Sains¸dan Context Sains. Soal tes (soal-soal pre-test dan post-test) berbentuk tes objektif dengan empat alternatif pilihan.

2. Non Tes

a. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai studi awal kepada guru untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran. Data yang terkumpul dianalisis sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Selain dengan guru, wawancara juga dilakukan dengan siswa.

b. Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung aktivitas guru di kelas selama pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning. Langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and Learning dituangkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang mencakup komponen-komponen dari


(25)

Contextual Teaching and Learning. Untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning dilakukan observasi terhadap kegiatan guru dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Instrumen observasi ini memuat daftar chek list () terhadap ketercapaian indikator tiap komponen Contextual Teaching and Learning. Format observasi yang telah disusun tidak diuji cobakan, tetapi dikoordinasikan kepada para observer yang akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut. Observasi aktivitas guru ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan keterlaksanaan pembelajaran

c. Angket Respon Siswa

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Suharsimi, 2003). Pengukuran respon siswa berasal dari hasil penyebaran angket yang berisi pernyataan yang berhubungan dengan respon siswa dengan jawaban berdasarkan model skala Likert dengan empat skala yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TT (Tidak Tahu), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam kategori respon siswa (Yuliani, 2012). Angket untuk siswa dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan


(26)

menggunakan Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar dan literasi sains.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan, dan tahap penarikan kesimpulan. Keempat tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Studi pustaka, dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis yang relevan. b. Studi kurikulum, dilakukan untuk memperoleh data mengenai tuntutan

kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa, kedalaman dan keluasan materi serta alokasi waktu yang diperlukan.

c. Studi pendahuluan, dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi dilapangan yang mencakup kondisi lokasi penelitian, kondisi siswa dan alat bantu pengajaran.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) dan Bahan Ajar yang menekankan penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning.


(27)

e. Menyusun instrumen penelitian seperti tes kemampuan literasi sains dan hasil belajar.

f. Pengembangan instrument tes literasi sains dan hasil belajar.

g. Penimbangan (judgement) instrumen oleh pakar dalam hal ini dua orang dosen dan satu guru.

h. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

i. Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama 4 kali penelitian. Pada tahap ini dilakukan implementasi pendekatan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning, pemberian tes hasil belajar dan tes kemampuan literasi sains siswa. Adapun jadwal dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut.


(28)

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Waktu

Pelaksanaan Penelitian

Rencana Kegiatan Penelitian Materi

Pembelajaran

13 September 2012

Pembelajaran pertemuan 1:

Pre-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Treatment menggunakan pendekatan CTL

Post-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Cahaya

14 September 2012

Pembelajaran pertemuan 2:

Pre-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Treatment menggunakan pendekatan CTL

Post-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Cermin Datar

20 September 2012

Pembelajaran pertemuan 3:

Pre-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Treatment menggunakan pendekatan CTL

Post-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Cermin Cekung

21 September 2012

Pembelajaran pertemuan 4:

Pre-test hasil belajar dan literasi sains siswa

Treatment menggunakan pendekatan CTL

Post-test hasil belajar dan literasi sains siswa

 Pengisian angket respon siswa terhadap CTL

Cermin Cembung


(29)

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Untuk tes hasil belajar dan kemampuan literasi sains

 Menskor tes awal (pre-test) dan tes akhir (pos-ttest) data hasil belajar.

 Menghitung gain yang dinormalisasikan data hasil belajar.

b. Angket respon siswa terhadap pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

 Menskor hasil angket respon siswa.

 Menghitung skor hasil angket respon siswa

4. Tahap Akhir

Setelah data diolah dan dianalisis kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan dan pemberian saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa soal pre-test dan post-test terlebih dahulu dianalisis melalui sebuah uji coba. Analisis test yang dimaksud diuraikan sebagai berikut :


(30)

1. Validitas

“Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total” (Arikunto, S., 1997). Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi. Untuk mengetahui validitas item

dari suatu tes dapat menggunakan suatu teknik korelasi “Product Moment Pearson”. Adapun perumusannya sebagai berikut:

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

(Suharsimi Arikunto, 2003) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diinterperetasikan dengan mengkonsultasikan nilai r ke dalam tabel r product moment. Untuk menginterpretasikan tingkat validitasnya, maka koefisien korelasinya dikategorikan pada kriteria seperti table 3.3 sebagai berikut:


(31)

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai r Interpretasi 0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 2003)

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Ruseffendi (1994) bahwa reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk menentukan suatu instrumen apakah sudah dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data atau belum.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) ganjil-genap karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Rumus pembelahan ganjil-genap tersebut menggunakan rumus Spearman-Brown:


(32)

gg gg tt r r x r   1 2

(Suharsimi Arikunto, 2003) Keterangan:

tt

r koefisien realibilitas tes

gg

r = koefisien korelasi ganjil - genap

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan kriteria seperti pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

11

r Interpretasi

0,80 < r11  1,00 Sangat tinggi 0,60 < r11  0,80 Tinggi 0,40 < r11  0,60 Sedang 0,20 < r11  0,40 Rendah 0,00 < r11  0,02 Sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 2003)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower group). Butir soal yang daya pembedanya rendah, tidak ada manfaatnya, akan tetapi dapat merugikan siswa yang belajar sunguh-sungguh. Syambasri Munaf (2001) menyatakan


(33)

bahwa “Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:

dengan

D : daya pembeda

BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar

BB: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok atas

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Daya pembeda diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yang dipaparkan pada table 3.5 di bawah ini :


(34)

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,20 jelek (poor)

0,20 – 0,40 cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 baik (good)

0,70 – 1,00 baik sekali (excellent) (Suharsimi Arikunto, 2003) D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda

D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi D = - … (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran menunjukan apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25% soal mudah, 50% soal sedang, 25% soal sukar. Suharsimi Arikunto (2003) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal indeks kemudahan 0,00 menunjukan bahsa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal objektif digunakan persamaan:

JS B

P

Keterangan:


(35)

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Objektif Indeks Kesukaran Klasifikasi

0,00 – 0,29 0,30 – 0, 69 0,70 – 1,00

Soal sukar Soal sedang Soal mudah

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

Data hasil ujicoba instrumen penelitian yang telah dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya dapat dilihat pada analisis ujicoba instrumen. Rekapitulasi hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

No. Soal

Tingkat kesukaran Daya Pembeda Validitas Butir Soal

Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,51351 Sedang 0,8 Baik

sekali 0,6417 Tinggi Dipakai

2 0,94594 Mudah -0,2 Jelek -0,0622 Sangat

rendah Diperbaiki

3 0,48649 Sedang 0,9 Baik

sekali 0,6662 Tinggi Dipakai 4 0,67568 Sedang 0,1 Jelek 0,3016 Rendah Dipakai 5 0,72973 Mudah 0,3 Cukup 0,3496 Rendah Dipakai 6 0,43243 Sedang 0,7 Baik

sekali 0,4712 Cukup Dipakai 7 0,89189 Mudah 0,4 Baik 0,5610 Cukup Dipakai

8 0,27027 Sukar -0,1 Jelek -0,0341 Sangat

rendah Diperbaiki

9 0,97297 Mudah 0 Jelek 0,1245 Sangat

rendah Diperbaiki

10 0,64865 Sedang 0,8 Baik

sekali 0,5745 Cukup Dipakai 11 0,89189 Mudah 0,2 Cukup 0,3479 Rendah Dipakai

12 0,51351 Sedang 0,7 Baik


(36)

No. Soal

Tingkat kesukaran Daya Pembeda Validitas Butir Soal

Keterangan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

13 0,56757 Sedang 0,5 Baik 0,3537 Rendah Dipakai 14 0,75676 Mudah 0,2 Cukup 0,3965 Rendah Dipakai 15 0,37838 Sedang 0,5 Baik 0,5245 Cukup Dipakai

16 0,40541 Sedang 0,7 Baik

sekali 0,6117 Tinggi Dipakai

17 0,91892 Mudah 0,1 Jelek 0,1364 Sangat

rendah Diperbaiki

18 0,97297 Mudah 0,1 Jelek 0,4126 Cukup Dipakai 19 0,7027 Mudah 0,3 Cukup 0,2732 Rendah Dipakai 20 0,45946 Sedang 0,5 Baik 0,5528 Cukup Dipakai

21 0,75676 Mudah -0,1 Jelek 0,1243 Sangat

rendah Diperbaiki

22 0,64865 Sedang 0,3 Cukup 0,4114 Cukup Dipakai 23 0,94595 Mudah 0,2 Cukup 0,4024 Cukup Dipakai 24 0,94595 Mudah 0,2 Cukup 0,4024 Cukup Dipakai

25 0,43243 Sedang 0,8 Baik

sekali 0,6519 Tinggi Dipakai

26 0,43243 Sedang 0,9 Baik

sekali 0,6833 Tinggi Dipakai 27 0,97297 Mudah 0,1 Jelek 0,4126 Cukup Dipakai 28 0,64865 Sedang 0,9 Baik

sekali 0,7865 Tinggi Dipakai 29 0,7027 Mudah 0,6 Baik 0,5031 Cukup Dipakai 30 0,64865 Sedang 0,8 Baik

sekali 0,6234 Tinggi Dipakai 31 0,59459 Sedang 0,7 Baik

sekali 0,6250 Tinggi Dipakai 32 0,62126 Sedang 0,1 Baik

sekali 0,7436 Tinggi Dipakai 33 0,86486 Mudah 0,3 Cukup 0,3296 Rendah Dipakai 34 0,37838 Sedang 0,8 Baik

sekali 0,6208 Tinggi Dipakai 35 0,45946 Sedang 0,7 Baik

sekali 0,5763 Cukup Dipakai

Adapun hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,95 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten atau relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda.


(37)

Berdasarkan hasil analisis, dari 35 item soal yang diujicobakan, 35 soal digunakan sebagai intrumen penelitian. Keputusan ini dipakai karena soal yang memiliki validitas rendah dan sangat rendah daya pembedanya pun jelek telah diperbaiki. Dari 35 soal yang digunakan meliputi soal tes hasil belajar siswa pada ranah kognitif sebanyak 5 soal C1, 23 soal C2 dan 7 soal C3, serta soal tes kemampuan literasi sains siswa sebanyak 10 soal konten sains, 17 soal proses sains, 8 soal konteks sains. Adapun pengolahan data hasil uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

a) Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui pengisian lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan angket respon siswa. Pengisian lembar observasi keterlaksanaan model dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan angket respon siswa diberikan kepada siswa setelah pembelajaran.

b) Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sain dan hasil belajar siswa. Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir ( post-test).


(38)

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data skor pre-test dan post-test dari hasil tes, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan angket respon siswa. Untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan literasi sains siswa digunakan alat ukur berupa tes soal pilihan ganda sehingga mendapatkan hasil berupa skor yang dilakukan melalui pre-test dan post-test

(gain). Tes soal yang digunakan didalamnya terdapat bagian dari dimensi-dimensi Literasi Sains, yaitu Content Sains, Process Sains, dan Context Sains serta aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom. Teknik pengolahan data instrumen adalah dengan menggunakan analisis dengan langkah sebagai berikut:

a) Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model menggunakan pengisian lembar observasi. Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Format observasi ini berbentuk rating scale dan membuat kolom ya/tidak. Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap pertemuan, maka data hasil observasi diolah menjadi dalam bentuk persentase dengan interpretasi yang tercantum dalam tabel 3.8 berikut:


(39)

Tabel 3.8 Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

No.

% Kategori Keterlaksanaan Model

Pembelajaran

Interpretasi

1. 00,0 – 24,9 Sangat Kurang

2. 25,0 – 37,5 Kurang

3. 37,6 – 62,5 Sedang

4. 62,6 – 87,5 Baik

5. 87,6 – 100,0 Sangat Baik

(Mulyadi dalam Nuh, 2007) b) Analisis Angket Respon Siswa

Butir-butir skala sikap yang telah dibuat berdasarkan aspek-aspek sikap yang telah ditetapkan menurut Likert (Yuliani, 2012) rentang yang biasa digunakan adalah lima yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TT (Tidak Tahu), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk mendeskripsikan hasil angket siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor angket respon siswa

Untuk menginpretasikan skor respon siswa adalah dengan melihat tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.9 Intrepretasi Skor Respon Siswa

Pernyataan SS S TT TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

2. Menentukan nilai rata-rata


(40)

3. Menentukan kategori respon siswa

Untuk menentukan kategori respon siswa adalah dengan melihat tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.10 Kategori Respon Siswa

Interval Skor Kategori

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

Azwar (Yuliani, 2012) Keterangan:

c) Analisis Data Hasil Belajar Aspek Kognitif dan Kemampuan Literasi Sains Siswa

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan literasi sains siswa setelah diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan menghitung gain yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:


(41)

1. Menghitung gain ternormalisasi untuk setiap siswa.

Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.

1 1 2 T S T T g i   

Dengan T1 adalah skor tes awal (pre-test), T2 adalah skor tes akhir (post-test), dan Si adalah skor ideal.

2. Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh siswa.

3. Menentukan kriteria gain ternormalisasi pembelajaran berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.11Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7

3 ,

0  g   Sedang

3 , 0

 Rendah


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, serta pembahasan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMP Negeri di Kota Bandung kelas VIII-C, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat dilihat dari skor rata-rata gain ternormalisasi yang didapat sebesar 0,71 dengan kategori tinggi. Menunjukan bahwa dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Peningkatan kemampuan literasi sains siswa setelah diterapkannya pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata nilai gain ternomalisasi pada dimensi konten sains adalah sebesar 0,72 dengan kategori tinggi, pada dimensi konteks sains adalah 0,7 dengan kategori tinggi, dan pada dimensi proses sains adalah 0,71 dengan kategori tinggi. Menunjukan bahwa dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan Contextual Teaching and Learning dapat dilihat berdasarkan rata-rata skor angket respon siswa yaitu sebesar 62 dengan kategori tinggi. Menunjukan bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning.


(43)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan, antara lain:

1. Dalam penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) hendaknya diperhitungkan dengan baik alokasi waktu dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. 2. Dalam melatih kemampuan literasi sains siswa sebaiknya guru sebagai

fasilisator harus memberikan kebebasan untuk siswa dalam mengeksplor dirinya dalam kelas.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Rif’at S. (2008). Efektivitas Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. 2001. [Online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html

Arifin, Dr. Ir. Agus Zaenudin, M.M.. 2011. Modul: Metodelogi Penelitian. [Online]. Tersedia: www.jevuzka.com.

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajaran dan Pembelajaran. Depok. Ar-ruzz Media. Kebudayaan Nusantara.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasmen Depdiknas (2006). Pendekatan

Kontekstual. [Online]. Tersedia:

http://adifia.files.wordpress.com/2007/05/model-pembelajaran ygefektif. doc (29 April 2011)

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional. Puspendik.

Gagne. 1985. Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ Gie, The Liang. 1979. Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia:

ridwan202.wordpress.com/.../ketercapaian-prestasi-belajar/

Hadinugraha, Syam (2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan ... . Skripsi pada UPI Bandung : tidak diterbitkan (www.repository.upi.edu) Hake, R. R. 1998. Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University,

Bloomingtoon.\ [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. (29 April 2011)

Hake, Richard R. 1998. Analizyng Change/Gain Score. USA: Dept. Of Physics, Indiana University.


(45)

Hakim, Nurlaeli. 2012. Penenerapan Model Pembelajran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Ibrahim, Muslimin. 2002. Hand Out Program Studi Pendidikan Sains PPs Unesa. [Online]. Tersedia: www.scribd.com/doc/57729532/pembelajaran-kontekstual

Johnson, Elaine, B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Media Utama.

Juwita, Rika. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual pada Pokok Bahasan Energi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kaniawati, Ida, M.Si. 2010. Hand Out Model Pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&sqi=2&ved=0CDU QFjAE&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FSPS%2FPR ODI.PENDIDIKAN_IPA%2F196807031992032- IDA_KANIAWATI%2FPelatihan_WI-MODEL_PEMBELAJARAN_IPA.pdf&rct=j&q=model%20pembelajaran %20simplified%20problem%20based%20learning&ei=27xVTvPtHJCsrAf TgvWTCw&usg=AFQjCNHyCq9c0p5DK0tJvMcRWQL2FUnGzw&cad= rja

Kulub, Munawirul. Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Luas dan Keliling Bangun Datar Pada Siswa Kelas Iiia Madrasah Ibtidaiyah

Al-Ma’arif 09 Randuagung Singosari Malang. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Tidak diterbitkan. [Online]. Tersedia:

http://edutechwiki.unige.ch/en/ September 2012

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika UPI.

Nugraha, Agung (2009). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Literasi Sains. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurdini, Dini. 2005. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan gaya dan Hukum Newton. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).


(46)

Panggabean, Luhut P. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hand Out perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Fisika.2010. Rachminurrachim, Ulfah (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Rasional dan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Rismayani, Dhita. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan

Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Rustaman, N. 2006. Ringkasan Ekslusif: Analisis Hasil PISA Bidang Literasi

Sains. Puspendik. [Online]. Tersedia:

http://bdkbandung.kemenag.go.id/read/content/PEMBELAJARAN_DAN_

PENILAIAN_LITERASI_SAINS

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sumarna, Aan. (2008). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

TIMS PISA (2006). Literasi Sains. [Online]. Tersedia:

http://www.pisa.oedc.org/. Desember 2011

Yuliani. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pembelajaran Fisika Di SMP untuk Meningkatkan Kognitif dan Mengetahui Profil Motivasi Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Yulianti, Sri. Artikel tentang Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL). [Online]. Tersedia:

http://blog.unsri.ac.id/sriyulianti/artikel-matematika/model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl/mrdetail/21484 Oktober 2012


(1)

Mega Wahyanti, 2013

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dan Literasi Sains Siswa

1. Menghitung gain ternormalisasi untuk setiap siswa.

Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.

1 1 2

T S

T T g

i

 

Dengan T1 adalah skor tes awal (pre-test), T2 adalah skor tes akhir (post-test), dan Si adalah skor ideal.

2. Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh siswa.

3. Menentukan kriteria gain ternormalisasi pembelajaran berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.11Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7 3

,

0  g   Sedang

3 , 0

 Rendah


(2)

Mega Wahyanti, 2013

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dan Literasi Sains Siswa

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, serta pembahasan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMP Negeri di Kota Bandung kelas VIII-C, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat dilihat dari skor rata-rata gain ternormalisasi yang didapat sebesar 0,71 dengan kategori tinggi. Menunjukan bahwa dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Peningkatan kemampuan literasi sains siswa setelah diterapkannya pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata nilai gain ternomalisasi pada dimensi konten sains adalah sebesar 0,72 dengan kategori tinggi, pada dimensi konteks sains adalah 0,7 dengan kategori tinggi, dan pada dimensi proses sains adalah 0,71 dengan kategori tinggi. Menunjukan bahwa dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan Contextual Teaching and Learning dapat dilihat berdasarkan rata-rata skor angket respon siswa yaitu sebesar 62 dengan kategori tinggi. Menunjukan bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning.


(3)

Mega Wahyanti, 2013

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dan Literasi Sains Siswa

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan, antara lain:

1. Dalam penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) hendaknya diperhitungkan dengan baik alokasi waktu dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. 2. Dalam melatih kemampuan literasi sains siswa sebaiknya guru sebagai

fasilisator harus memberikan kebebasan untuk siswa dalam mengeksplor dirinya dalam kelas.


(4)

Mega Wahyanti, 2013

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dan Literasi Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Rif’at S. (2008). Efektivitas Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. 2001. [Online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html

Arifin, Dr. Ir. Agus Zaenudin, M.M.. 2011. Modul: Metodelogi Penelitian. [Online]. Tersedia: www.jevuzka.com.

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajaran dan Pembelajaran. Depok. Ar-ruzz Media. Kebudayaan Nusantara.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasmen Depdiknas (2006). Pendekatan

Kontekstual. [Online]. Tersedia:

http://adifia.files.wordpress.com/2007/05/model-pembelajaran ygefektif. doc (29 April 2011)

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional. Puspendik.

Gagne. 1985. Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ Gie, The Liang. 1979. Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia:

ridwan202.wordpress.com/.../ketercapaian-prestasi-belajar/

Hadinugraha, Syam (2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan ... . Skripsi pada UPI Bandung : tidak diterbitkan (www.repository.upi.edu) Hake, R. R. 1998. Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University,

Bloomingtoon.\ [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. (29 April 2011)

Hake, Richard R. 1998. Analizyng Change/Gain Score. USA: Dept. Of Physics, Indiana University.


(5)

Mega Wahyanti, 2013

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dan Literasi Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hakim, Nurlaeli. 2012. Penenerapan Model Pembelajran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Ibrahim, Muslimin. 2002. Hand Out Program Studi Pendidikan Sains PPs Unesa. [Online]. Tersedia: www.scribd.com/doc/57729532/pembelajaran-kontekstual

Johnson, Elaine, B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Media Utama.

Juwita, Rika. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual pada Pokok Bahasan Energi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kaniawati, Ida, M.Si. 2010. Hand Out Model Pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia:

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&sqi=2&ved=0CDU QFjAE&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FSPS%2FPR

ODI.PENDIDIKAN_IPA%2F196807031992032-

IDA_KANIAWATI%2FPelatihan_WI-MODEL_PEMBELAJARAN_IPA.pdf&rct=j&q=model%20pembelajaran %20simplified%20problem%20based%20learning&ei=27xVTvPtHJCsrAf TgvWTCw&usg=AFQjCNHyCq9c0p5DK0tJvMcRWQL2FUnGzw&cad= rja

Kulub, Munawirul. Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Luas dan Keliling Bangun Datar Pada Siswa Kelas Iiia Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’arif 09 Randuagung Singosari Malang. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Tidak diterbitkan. [Online]. Tersedia: http://edutechwiki.unige.ch/en/ September 2012

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika UPI.

Nugraha, Agung (2009). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Literasi Sains. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurdini, Dini. 2005. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan gaya dan Hukum Newton. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas.


(6)

Mega Wahyanti, 2013

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dan Literasi Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Panggabean, Luhut P. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hand Out perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Fisika.2010.

Rachminurrachim, Ulfah (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Rasional dan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Rismayani, Dhita. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan

Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Rustaman, N. 2006. Ringkasan Ekslusif: Analisis Hasil PISA Bidang Literasi

Sains. Puspendik. [Online]. Tersedia:

http://bdkbandung.kemenag.go.id/read/content/PEMBELAJARAN_DAN_ PENILAIAN_LITERASI_SAINS

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sumarna, Aan. (2008). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

TIMS PISA (2006). Literasi Sains. [Online]. Tersedia: http://www.pisa.oedc.org/. Desember 2011

Yuliani. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pembelajaran Fisika Di SMP untuk Meningkatkan Kognitif dan Mengetahui Profil Motivasi Belajar Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Yulianti, Sri. Artikel tentang Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL). [Online]. Tersedia:

http://blog.unsri.ac.id/sriyulianti/artikel-matematika/model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl/mrdetail/21484 Oktober 2012


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Usaha

0 5 223

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

BAB II LANDASAN TEORI A. Implementasi Contextual teaching and Learning ( CTL ) 1. Pengertian Pendekatan Contextual teaching and Learning ( CTL ) - Implementasi Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)Dalam Meningkatkan Hasil Belajar

0 0 32