MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI : Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya.

(1)

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP

PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Disusun Oleh: ZULFIKAR IKHSAN

0704062

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

Oleh Zulfikar Ikhsan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

© Zulfikar Ikhsan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : ZULFIKAR IKHSAN NIM : 0704062

JUDUL : MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Drs. Dudung Hasanudin Ch NIP. 196003151987031002

Pembimbing II

Sagitarius M.Pd. NIP. 196911132001121001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. R. Boyke Mulyana NIP. 196210231989031001


(4)

ABSTRAK

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI

(Studi Deskriptif pada Ekstrakurikuler Karate di SMA Negeri 1 Majalaya)

Pembimbing :

1. Drs.Dudung Hasanudin Ch 2. Sagitarius M.Pd

Zulfikar Ikhsan*

Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler Beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya untuk siswa putri adalah agar perempuan memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dijadikan bekal untuk membela diri, mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap prestasi itu sendiri. Beragam motif dan persepsi yang dimiliki para siswa membuat partisipasi dalam kegiatan belum maksimal.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motif dan persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate serta hubungannya terhadap partisipasi siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh artinya seluruh populasi penelitian dijadikan sampel sebanyak 18 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi terkait dengan keinginan berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate lebih rendah dibandingkan dengan motif affiliasi dan kekuasaan. Tingkat persepsi siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate berada pada tingkat positif tinggi. Secara umum partisipasi siswa secara keseluruhan berada pada tingkat tinggi. Motif dan persepsi memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan F hitung (nilai F hitung (13.821) > dari F tabel (3.55). Hubungan kedua variabel yaitu motif dan persepsi terhadap partisipasi adalah 64,8 % dan sisanya sebesar 35,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

Sebaiknya dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis mengenai motif dan persepsi.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ...i

KATA PENGANTAR ... ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ...iii

DAFTAR ISI ... ...vi

DAFTAR TABEL ... ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ...x

BAB I PENDAHULUAN ... ...1

A. Latar Belakang Masalah ... ...1

B. Rumusan Masalah. ... ...7

C. Tujuan Penelitian ... ...7

D. Definisi Operasional ... ...8

E. Manfaat Penelitian ... ...10

F. Batasan Masalah ... ...11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... ...12

A. Motif ... ...12

B. Persepsi ... ...19

C. Partisipasi ... ...22

1. Ciri-Ciri Partisipasi ... ...22

2. Jenis-Jenis Partisipasi ... ...24

3. Pentingnya Partisipasi ... ...25


(6)

1. Kegiatan Ekstrakurikuler ... ...29

2. Karate ... ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ...34

A. Metode Penelitian ... ...34

B. Populasi dan Sampel ... ...35

C. Desain Penelitian ... ...36

D. Prosedur Penelitian ... ...36

E. Sumber Data Penelitian ... ...37

F. Instrument Penelitian ... ...38

G. Operasional Variabel Penelitian ... ...43

H. Teknik Analisis Data ... ...44

I. Hipotesis Statistik ... ...49

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... ...50

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... ...50

B. Uji Statistik ... ...70

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ...76

A. Kesimpulan ... ...76

B. Saran ... ...77

DAFTAR PUSTAKA...77

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 79


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat secara fisik dan psikis. Berolahraga tidak hanya membuat tubuh menjadi lebih bugar dan sehat. Olahraga memberikan dampak positif tidak hanya pada aspek fisik menjadi lebih bugar, secara mental seseorang yang menyukai kegiatan olahraga memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik karena melalui olahraga seseorang dapat menghilangkan stress. Olahraga bermanfaat dari berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

Seiringnya perkembangan pada dunia olahraga dan tatanan budaya pada masyarakat pada akhirnya turut mengubah pola hidup berolahraga bagi kaum wanita. Perambahan pada cabang-cabang olahraga keras sebagaimana yang kerap dilakukan kaum pria bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu, kesadaran akan adanya persamaan antara kaum laki-laki dan perempuan semakin membuka kesadaran kaum wanita, sehingga penerapan strategi cabang olahraga keras merupakan sesuatu yang cukup mengasyikan, kekerasan sering diartikan sebagai lambang maskulinitas. Adanya orientasi ini pada akhirnya menggiring dan mempengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas yang dilakukan kaum wanita, terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada dimasyarakat.


(8)

Dahulu kaum wanita tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga dengan satu alasan yang sangat sederhana yakni tidak adanya perkumpulan dan program yang tersedia bagi mereka, pemikiran seperti itu lambat laun berkurang dan bahkan menghilang. Kegiatan olahraga sudah mulai menarik minat kaum wanita, terutama kaum remaja putri untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan disekolah.

Hal ini terlihat disekolah-sekolah terdapat kegiatan ekstrakurikuler beladiri seperti pencak silat, taekwondo, karate, dan lain sebagainya. Disekolah formal pada tingkat satuan pendidikan menengah atas olahraga beladiri diberikan dalam rangka mendidik siswa agar disiplin, mandiri, berani, percaya diri serta jujur. Sekolah menyediakan kegiatan olahraga beladiri melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pembelajaran namun dalam kerangka pembelajaran olahraga.

Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler didasarkan pada pertimbangan pentingnya kegiatan tersebut terutama bagi wanita. Mengingat perkembangan olahraga yang digeluti oleh wanita tidak selalu berjalan lancar banyak pihak yang berpendapat bahwa olahraga yang terlalu beresiko apalagi jenis olahraga yang biasa dimainkan oleh kaum laki-laki dianggap tidak pantas dilakukan oleh kaum wanita. Perbedaan laki-laki dan perempuan sangat mendasar bagi sebagian pandangan. Perbedaan tersebut sebenarnya dapat diminimalisir dalam dunia olahraga. Latihan yang sistematis dan berkelanjutan akan meningkatkan kemampuan perempuan dalam olahraga. Secara fisik perempuan yang terlatih


(9)

tidak berbeda dengan laki-laki ditinjau dari kemampuannya berolahraga bahkan bisa lebih baik.

Tujuan kegiatan bela diri adalah agar perempuan memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk membela diri, mengembangkan potensi olahraga dan berprestasi. Kegiatan beladiri mengajarkan sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab, mandiri serta berani

Untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran beladiri, maka diperlukan sejumlah kondisi yang menunjang kegiatan pembelajaran baik internal siswa maupun eksternal. Secara internal siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri harus memiliki motif yang kuat agar keterlibatannya dalam proses pembelajaran bela diri menjadi lebih stabil dan tinggi.

Tingkat motif yang tinggi akan mempermudah siswa menerima pembelajaran, berlatih secara mandiri dan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran beladiri (kuat secara mental). Hasil dari pembelajaran ekstrakurikuler diharapkan berdampak pada sikap-sikap positif siswa dalam pembelajaran beladiri secara keseluruhan maupun dalam proses pembelajaran .

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107) pengertian motif yaitu: “Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia berbuat sesuatu”. Adanya dorongan akan mempengaruhi bagaimana perilaku siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.


(10)

Faktor lain yang perlu mendapatkan telaah kaitannya dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah persepsi. Persepsi tentang program kegiatan beladiri dibenak para siswa sangat penting untuk dijelaskan. Persepsi akan mempengaruhi keterlibatan siswa dalam pelatihan. Persepsi positif akan menumbuhkan sikap positif siswa dan pada akhirnya membentuk perilaku aktif dalam pelatihan.

Persepsi yang dimiliki para siswa tentang program beladiri karate dibentuk berdasarkan citra yang dimiliki kegiatan tersebut dan tidak selalu harus sesuai dengan realita. Ardianto (2010:99) menjelaskan bahwa: ”persepsi terkadang diyakini sebagai realitas karena persepsi membentuk citra”. Persepsi dibentuk berdasarkan stimulus yang diterima para siswa seperti dapat dilihat pada proses pembentukan citra yang kemudian membentuk persepsi Nimpoeno dalam Ardianto (2010:100).

Pengalaman

Stimulus respon

Gambar 1.1

Persepsi , motivasi dan respon

Dalam prakteknya aspek psikologis jarang diperhatikan dalam kegiatan beladiri padahal aspek tersebut tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik. Kegiatan beladiri termasuk ke dalam latihan untuk meningkatkan keterampilan teknik beladiri. Oleh karena itu perlu memperhatikan aspek-aspek dalam latihan

citra kognisi

persepsi sikap (afeksi) motivasi


(11)

tidak terkecuali aspek mental Lebih lanjut Satriya (2007:50) menjelaskan mengenai aspek-aspek latihan :

gambar 1.2

Piramid aspek-aspek latihan

Seseorang yang memiliki kemampuan fisik dalam olahraga dapat melakukan latihan teknik-teknik dalam olahraga. Sebagai contoh dengan kemampuan fisik yang prima, peserta kegiatan dapat berlatih teknik beladiri tanpa merasa kelelahan berarti. Latihan yang maksimal akan mendorong tubuh terbiasa bergerak reflek, siap menerima rangsang gerak. Setelah seseorang memiliki kemampuan teknik maka dengan mudah pemahaman menggunakannya sebagai menyusun taktik. Latihan yang teratur bertahap akan mendukung meningkanya kemampuan taktik. Ketiga aspek tersebut dapat menjadi prestasi jika memiliki mental berani, percaya diri dan pantang menyerah. Aktivitas olahraga dilakukan dengan aktivitas fisik, tanpa dukungan fisik yang prima sulit mewujudkan peningkatan pada ketiga aspek lainnya.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate SMA Negeri 1 Majalaya tampak bahwa motif siswa sangat beragam. Motif yang dimiliki para siswa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate didasarkan pada tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, prestasi serta aktualisasi diri. wanita telah menunjukkan bahwa

MENTAL TAKTIK

FISIK TEKNIK


(12)

pada cabang olahraga beladiri karate yang di dominasi pria ternyata wanita mampu berprestasi. Guna mendukung pencapaian prestasi maka aspek psikis yang dapat mendukung tercapainya prestasi adalah dorongan yang tinggi terhadap prestasi itu sendiri.

Selama ini belum dilakukan penelitian mengenai motif dan persepsi tentang kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya sehingga penelitian mengenai motif dan persepsi layak dilakukan untuk mendapatkan gambaran ilmiah tentang aspek psikologis siswa. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aspek psikologis siswa dalam berlatih. Kurangnya data yang diperoleh secara ilmiah mengenai motif dan persepsi maka pengembangan kegiatan olahraga prestasi akan terhambat.

Penelitian terhadap aspek psikologis yaitu motif dan persepsi sangat penting diketengahkan. Selain memberikan pengetahuan ilmiah, penelitian terhadap wanita dalam kegiatan beladiri menunjukkan bahwa wanita memiliki kesejajaran untuk berprestasi, mengembangkan potensi, dan turut serta dalam kegiatan yang identik dengan maskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian tentang psikologi olahraga yang bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi partisipasi secara fisik baik saat latihan maupun pada saat berada dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri.

Penelitian mengenai apsek psikologis wanita yang mengikuti kegiatan beladiri karate masih jarang dilakukan padahal aspek psikologis memiliki peran penting dalam peningkatan prestasi. Seperti dijelaskan oleh Hidayat dalam Nitisemito (2010:13) bahwa:


(13)

Berdasarkan pengamatan sementara ternyata masyarakat olahraga di Indonesia pada umumnya dan pelatih-pelatih pada khususnya belum memberi perhatian yang cukup terhadap penerapan psikologi dalam proses pembinaan olahraga.

Pendekatan dalam penelitian secara individual berusaha untuk menggambarkan bagaimana karakteristik wanita yang berbeda satu sama lain. Selain itu penelitian yang dilakukan mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kegiatan olahraga beladiri karate turut mengenal dan memahami sifat-sifat kejiwaan para siswa yang terlibat dalam kegiatan olahraga beladiri karate. Pemahaman ini akan mendorong meningkatkan kualitas proses pembelajaran karate serta dapat digunakan sebagai dasar bagi perbaikan kualitas mental para siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud mengambil judul penelitian: “Motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada cabang olahraga beladiri di SMA Negeri 1 Majalaya kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan secara umum sebagai berikut ;

1. Bagaimana motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate ?

2. Bagaimana persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate ?


(14)

3. Bagaimana hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler beladiri karate ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Motif siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate. 2. Persepsi siswa putri dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri

karate.

3. Seberapa besar hubungan motif dan persepsi siswa putri terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler karate ?

D. Definisi Operasional

Sehubungan dengan judul diatas, supaya tidak terjadi salah penafsiran istilah yang dibicarakan dalam penelitian ini maka istilah yang meliputi:

1. Motif

Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Gerungan dalam Santoso (2010:107) pengertian motif yaitu : “Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan dan dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebutkan ia berbuat sesuatu”.

2. Persepsi

Persepsi adalah proses pembentukan makna pada stimulus inderawi berdasarkan hasil pengamatan terhadap lingkungan. Scherer dalam Sarwono (2002:88) menjelaskan bahwa: „persepsi adalah representasi fenomenal tentang


(15)

objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan rangsang proksimal‟.

3. partisipasi

Ditinjau dari etimologi kata partisipasi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yaitu „participare‟ yang tediri atas kata „part‟ dan „cipare‟. Kata „part artinya bagian, sedangkan „cipare‟ artinya ambil (http/Wikipedia. diakses 28 oktober). Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan yang bersifat aktif. menurut Setiawan (2010:Versi 1.1) bahwa: “partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta”.

4. Siswa Putri

Yang dimaksud siswa putri dalam penelitian ini adalah semua peserta siswa putri yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga beladiri karate di SMA Negeri 1 Majalaya

5. Beladiri

Beladiri berasal dari dua kata yaitu Bela berarti menjaga atau mempertahankan, sedangkan Diri berarti bertumpu pada telapak kaki atau bisa juga diartikan satu fisik atau mental seseorang. Jadi beladiri itu bisa diartikan usaha seseorang untuk mempertahankan, menjaga fisik atau mental-nya dari gangguan dari luar. Cabang olahraga beladiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karate.

6. Karate

Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni beladiri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate


(16)

masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi „karate‟ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah „Kara‟ yang berarti „kosong‟. Dan yang kedua, „te‟, berarti „tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong”.

7. SMA Negeri 1 Majalaya

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Majalaya adalah satu diantara SMA yang memiliki komitmen, visi dan misi yang diarahkan pada upaya mencetak sumber daya manusia yang berkualitas serta diharapkan mampu berperan dalam tingkat lokal, regional, nasional dan international. SMAN 1 Majalaya diharapkan mampu berprestasi di bidang olahraga khususnya cabang olahraga beladiri karate.

E. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut:

1. Secara teori

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan mengenai aspek psikologi yaitu motif dan persepsi siswa putri dalam berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti yaitu penelitian memberikan pengalaman belajar yang berharga tentang olahraga beladiri karate.


(17)

b. Bagi pihak sekolah yaitu hasil penelitian dapat mendorong pihak sekolah untuk memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan prestasi siswa dalam bidang olahraga beladiri karate. Olahraga beladiri karate dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kualitas siswa perempuan serta mendorong perilaku positif dalam masyarakat terhadap olahraga yang dianggap maskulin.

c. Bagi siswa yaitu hasil penelitian dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya aspek psikologi bagi peningkatan prestasi dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.

F. Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang maka peneliti membatasi masalah ruang lingkup penelitian, diantaranya sebagai berikut :

a. Populasi penelitian adalah siswa putri SMA Negeri 1 Majalaya tahun ajaran 2012/2013 yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate

b. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung

c. Aspek yang diteliti adalah mengenai motif dan persepsi siswa putri serta hubungannya terhadap partisipasi siswi yang mengikuti ekstrakurikuler beladiri karate


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian.

Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa: “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode penelitian deskriptif. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sugiyono (2010:11), bahwa: “Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel, atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Nazir (2003:54) menjelaskan bahwa: “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Berdasarkan pendapat para ahli maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan motif dan persepsi siswa perempuan dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri karate.


(19)

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diteliti, paling sedikit mempunyai satu sifat atau ciri yang sama seperti populasi guru, populasi murid atau populasi peserta kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Furqon (2009:146) bahwa: ”populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik yang sama.” Populasi menurut Ridwan (2009:6) yaitu: ”Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”.

Berdasarkan pendapat para ahli populasi dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa SMA Negeri 1 Majalaya yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate. Untuk populasi besar, penelitian menggunakan sampel sebagai bagian dari populasi karena keterbatasan waktu, dana dan biaya. Sedangkan bagi populasi dengan jumlah kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel dianggap bagian dari populasi karena memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2010:68) sampling jenuh adalah sebagai berikut.

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi kurang relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh artinya seluruh populasi penelitian dijadikan sampel penelitian karena kurang dari seratus dan terjangkau.


(20)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian karena desain penelitian dapat menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan penelitiannya. Desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar. 3.1 Desain penelitian Nasution (2004:23) Keterangan gambar 3.1:

X1 : Motif siswa putri (variabel bebas) X2 : Persepsi siswa putri (variabel bebas)

Y : partisipasi ekstrakurikuler beladiri karate (variabel terikat).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang disusun secara beraturan dan terencana dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Prosedur penelitian merupakan pedoman atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian yang akan membawa peneliti kepada suatu kesimpulan penelitian yang merupakan pemecahan dari masalah yang diteliti. Proses penelitian yang dikembangkan pada penelitian ini merupakan pengembangan penelitian kuantitatif seperti pada gambar berikut:

Motif Siswa Putri (X1) Persepsi Siswa

Putri (X2)


(21)

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

(Sumber : Modifikasi dari Nazir, 2003:42)

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan tentang data. Dalam penelitian yang dilakukan penulis, sumber data yang digunakan terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber data primer merupakan sumber data dimana data yang diperoleh langsung dari objek yang berhubungan langsung dengan penelitian.

Teori

Masalah penelitian (Kesenjangan antara keadaan yang seharusnya dengan kenyataan

TujuanPenelitian

Kerangka Teori

Mengumpulkan data ( angket, observasi, studi pustaka) Analisis Data

Penafsiran data

Generalisasi Kesimpulan


(22)

2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang subjeknya tidak langsung berhubungan dengan objek penelitian, tetapi sifatnya mendukung dan memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder atau kepustakaan, hasil observasi, maupun situs internet yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi.

F. Instrument Penelitian

Diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanakan. Nurhasan (2007:5) mengemukakan bahwa :

Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) Tes dalam bentuk-bentuk pertanyaan, b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (“F), derajat Celcius (“C).

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka pemecahan masalah dan mencapai tujuan penelitian.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi terstruktur

Obervasi terhadap objek penelitian dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh melalui kuestioner sebagai instrumen utama. Nazir (2003:175) menyatakan bahwa: ”pengumpulan dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standard


(23)

Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b)pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang direncanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas.

Dalam penelitian ini pengamatan adalah gambaran tentang pelaksanaan program pelatihan karate, proses latihan serta hal-hal yang terkait dengan latihan karate.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang mengetahui atau terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti pelatih, guru maupun siswa. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi lengkap tentang segala hal yang dipikirkan, dirasakan, direncanakan, dan dikerjakan baik dalam kegiatan ekstrakurikuler karate

3. Studi kepustakaan

Studi pustaka dilakukan untuk menambah pemahaman terhadap masalah penelitian dan menghindari terjadinya peniruan terhadap penelitian terdahulu baik yang disengaja atau tidak.

4. Kuestioner

Kuestioner adalah instrumen utama penelitian yang digunakan guna memperoleh data-data penelitian. Alat untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebut secara umum dengan kuestioner atau daftar yang cukup terperinci dan lengkap (Nazir 2003:203). Kuestioner atau daftar isian


(24)

adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap setiap responden (Supranto,2006:23).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yang mana dalam angket tertutup ini pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban sehingga responden hanya tinggal memilih. Prosedur dalam pembuatan kuestioner dengan skala likert adalah:

a. Peneliti mengumpulkan item-item pertanyaan yang cukup banyak, relevan dengan masalah yang diteliti dan terdiri dari item pertanyaan yang cukup jelas dari gradasi negatif sampai positif

b. Item pertanyaan tersebut dicobakan kepada sekelompok responden yang mirip dengan populasi yang ingin diteliti

c. Responden memberikan jawaban sesuai dengan alternatif jawaban yang disediakan dengan menggunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban responden seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Skala Likert

NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif 1.

2. 3. 4. 5.

SS (Sangat Setuju) S (Setuju)

R (ragu-ragu) TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Sumber : Metode Penelitian Sugiyono (2007)

Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try out. Tujuan diadakan try out terhadap angket adalah untuk mengetahui kelemahan yang akan disebarkan


(25)

reliabilitas. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006:135) bahwa “suatu instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel”. Adapun syarat valid dan reliabel sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validasi mengacu pada keseuaian alat ukur untuk mengukur variabel penelitian berdasarkan skor tes. Untuk menguji validitas konstruk dapat dipergunakan pendapat para ahli (judgement expert) seperti diungkapkan Hadi dalam Sugiyono (2010:176) bahwa: „bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat (instrument) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid„. Untuk mengetahui validitas empiris dilakukan uji coba angket. Angket diuji cobakan dan dihitung. Perhitungan dilakukan dengan membagi 27 % kelompok tertinggi dan 27 % kelompok terendah dengan rumus :

t = ̅ 1- ̅2

+

Keterangan : ̅1 : rata-rata jawaban skor kelompok tinggi

̅2 : rata-rata kelompok skor terendah

N1 : jumlah sampel pada kelompok skor tinggi

N2 : jumlah sampel pada kelompok skor tinggi

S gab diperoleh dari : √


(26)

Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan kedua kelompok tersebut apabila perbedaannya signifikan maka angket tersebut dianggap valid (t hitung > t tabel dengan derajat kepercayaan 95%).

Untuk melakukan validitas butir pertanyaan maka langkah yang dilakukan adalah mengkorelasikan skor faktor tiap butir dengan jumlah total. Ketentuan yaitu apabila ke dua kelompok tesebut diatas 0,30 maka instrument dianggap memiliki validitas konstruksi yang baik. Uji korelasi menggunakan rumus pearson product moment. yaitu

] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( .

. 2 2 2

1 2 1 1 1 1

 

  y y n x x n y x y x n y x r

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara internal. “Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik belah dua dari spearman Brow (split half)”, (Sugiyono, 2010: 185).

=

Keterangan : r1 = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dengan

belahan kedua

Data dianggap memiliki reliabilitas instrumen apabila nilai korelasi antara kedua belahan tersebut diatas angka 0.60.


(27)

G. Operasional Variabel Penelitian

Operasional Variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke dalam indikator yang dijadikan rujukan atau pedoman dalam penyusunan instrumen penelitian. Operasional dari masing-masing variabel dapat terlihat dari tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub variabel Indikator

Motif

1. Motif beraffiliasi

1. Menginginkan kebersamaan dalam latihan

2. Mengajak orang lain untuk turut serta ikut dalam kegiatan

3. Menghindari perselisihan jika ada masalah

4. Lebih menekankan pada pertemanan dan persahabatan

2. Motif berprestasi

1. Menginginkan hasil belajar yang lebih baik

2. Siap berlatih

3. Mengikuti latihan secara teratur 4. Menginginkan evaluasi dan feedback

untuk memperbaiki hasil latihan

3. Motif berkuasa

1. Selalu ingin menjadi pemimpin dalam kelompok

2. Berusaha untuk mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan keinginannya 3. Aktif menentukan hasil latihan

maupun proses latihan

4. Menunjukkan identitas yang jelas

Persepsi 1. Kedekatan

1. Merasa memiliki kedekatan dengan orang lain dalam latihan

2. Merasa nyaman dan diperhatikan 3. Mudah memperoleh bantuan jika


(28)

2. Persamaan

1. Diperlakukan sama dalam latihan 2. Memiliki hak dan kewajiban yang

sama dalam latihan

3. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan keterampilan 4. Dihargai sebagai sesama anggota

kegiatan dalam latihan 3. Keberlanjutan

program

1. Kegiatan akan berlanjut dan berlangsung lama

2. Memiliki program latihan yang jelas

Partisipasi

1. Kehadiran

1. Hadir dalam latihan 2. Mengikuti latihan

3. Terlibat aktif dalam latihan

2. Keterlibatan

1. Melaksanakan pemanasan 2. Melaksanakan tugas gerak 3. Mengikuti contoh gerak 4. Bekerja sama dengan teman

3. Keaktifan

1. Bertanya jika tidak mengerti 2. Bersemangat

3. Mengeluarkan pendapat 4. Mengeluarkan idea 5. Membayar iuran wajib

6. Membantu ketersediaan fasilitas latihan

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami. Pengukuran gejala pusat menggunakan teknik statistik modus (nilai yang paling banyak muncul), Median (nilai tengah) dan mean (rata-rata hasil jawaban) untuk menjelaskan kelompok yang didasarkan pada gejala pusat dari kelompok jawaban dengan menggunakan program SPSS versi 17. “Setiap peneliti harus dapat menyajikan data yang diperoleh baik yang diperoleh melalui


(29)

x

x

observasi, kuestioner (angket) maupun dokumentasi” (Sugiyono, 2010:29). Beberapa penyajian data hasil analisis deskriptif yang akan dikemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Tabel data interval (hasil angket) yang terdiri dari tabel biasa, tabel distribusi frekuensi). Teknik pembuatan distribusi frekuensi dilakukan dengan langkah-langkah seperti dijelaskan Riduwan (2009:55) sebagai berikut:

a. Pengurutan data hasil angket dari terkecil dan terbesar

b. Menghitung jarak rentangan dengan rumus R = data tertinggi – data terendah

c. Menghitung kelas (K) dengan struges, rumus yang digunakan adalah jumlah kelas (k)= 1+3.3 log n

d. Panjang Interval kelas (P) rumusnya adalah= P =

e. Tentukan batas terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan dengan menghitung kelas interval, caranya menjumlahkan ujung bawah kelas ditambah panjang kelas (P) dan hasilnya dikurangi 1 sampai akhir

f. membuat tabel sementara (tabulasi data) dengan cara dihitung satu demi satu sesuai dengan urutan interval

2. Uji Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesa maka sebagai prasyarat dilakukan uji normalitas lilliefors dan uji homogenitas terhadap skor sampel penelitian dan dilanjutkan dengan uji parametrik. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu ;

a. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai berikut :


(30)

 

n

Z Z

BanyaknyaZ Z

S 1, 2... n

1  Keterangan:

x = Nilai rata-rata yang dicari  = Jumlah dari x

x = Skor mentah n = Jumlah sampel

b. Alpha yang digunakan adalah 0,05 dan daerah penerimaan berdasarkan alpha tersebut adalah n = 18, dk = n-k-1 = 2.110 maka daerah penerimaan hipotesa nol adalah + 2.110 dan – 2,110

c. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Sebelum dilakukan analisis korelasi, maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan normalitas dari setiap butir tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu dengan uji kenormalan secara non parametrik atau disebut uji Lilliefors. Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pengamatan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ……., Zn

dengan mempergunakan rumus :

S x x Z  1

1

(xdan S merupakan rata-rat dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).

2) Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung pula F ( Zi ) = P ( Z < Zi )

3) Selanjutnya dihitung proporsi Zi, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:

4) Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.


(31)

6) Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata  = 0.05. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji Liliefors. Dalam hal ini hipotesis diterima.

d. Uji koefisien korelasi dengan skor berpasangan atau pearson product moment karena data berbentuk interval atau ratio dengan menggunakan rumus :

1) Menghitung koefisien korelasi tunggal dengan menggunakan rumus:

  

 

2

  

2

 

2

  

2

Y Y n X X n X X XY n xy r          

Keterangan:

rxy = Korelasi yang dicari

n = Jumlah Sampel X = Jumlah X Y = Jumlah Y XY = Jumlah X kali Y X2 = Jumlah X2 Y2 = Jumlah Y2

2) Kemudian melakukan penghitungan uji signifikansi koefisien korelasi tunggal, menggunakan pendekatan uji-t dengan rumus:


(32)

Keterangan:

t = t hitung yang dicari r = koefisien yang dicari i = jumlah sampel

Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien atau hubungan dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Pada taraf nyata α = 0.05 dengan dk = n- 2 dalam hal lain jika hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak.

3) Menghitung derajat hubungan tiga variabel atau koefisien korelasi multiple dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Ry12 = Koefisien korelasi yang dicari

ry1 = Koefisien korelasi antara Y dan X1 ry2 = Koefisien korelasi antara Y dan X2

r12 = Koefisien korelasi antara X1 dan X2

d. Menguji signifikansi koefisiensi korelasi multipel atau ganda dengan menggunakan pendekatan statistik uji-F dengan rumus:

Keterangan:

F = F hitung yang dicari

R = Koefisien korelasi yang dicari K = Jumlah variable bebas


(33)

e. Interpretasi Koefisien Korelasi berdasarkan interpretasi Sugiyono (2007 : 183). dapat terlihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0.199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

I. Hipotesis Statistik

Ho = Tidak terdapat hubungan antara motif dan persepsi siswi dengan partisipasi siswi pada ektrakulikuler karate.

Hi = Terdapat hubungan antara motif dan persepsi terhadap partisipasi siswi pada ekstrakurikuler karate.


(34)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah disusun dan telah diuji pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan mengenai motif dan persepsi siswi terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler karate sebagai berikut : 1. Motif utama partisipasi siswi dalam ekstrakurikuler karate adalah motif

affiliasi.

2. Persepsi siswi berada pada tingkat tinggi (positif) terhadap ekstrakurikuler karate.

3. Motif dan persepsi dalam kegiatan ekstrakurikuler karate memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi siswi pada ekstrakurikuler karate.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pengajar

Pelatih mendorong para siswa agar berlatih secara lebih baik dan berusaha meningkatkan motivasi siswa dengan menekankan pada pentingnya karate sebagai bagian dari upaya pengembangan diri dan pencapaian prestasi.


(35)

2. Bagi Pihak Sekolah

Dukungan berupa penghargaan atau penyediaan sarana latihan akan meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi atau berlatih. Kegiatan olahraga karate memiliki dampak positif baik bagi sekolah maupun siswa sehingga keberadaannya harus dikembangkan

3. Bagi Siswa

Sebaiknya meningkatkan kebutuhan akan prestasi dengan membangun kesadaran bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk meraih prestasi dan memiliki kemampuan untuk meraihnya dengan cara berlatih dan membangun mental pantang menyerah. Karate adalah olahraga yang memberikan nilai positif jika diikuti baik bagi prestasi maupun sebagai bekal untuk menjaga diri sendiri.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis mengenai motif dan persepsi


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Allport, Gordon W, (1945). The Psychology Of Participation. Ardianto, E (2010), Metode Penelitian. Bandung : Simbosa.

Arikunto, Suharsimi. (1997). prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rieneke Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Petunjuk Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler. Jawa Barat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Depdiknas. (1992). Petunjuk Teknik Disiplin dan Tata Tertib Sekolah.

Djamarah (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Furqon (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Hermawan, et al (2008) Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta UT Ibrahim, Komarudin (2007) Psikologi Pelatihan. Bandung FPOK UPI.

Indrapura, Hilman. (2010). Beladiri untuk Anak. jakarta : Dian Rakyat. Kasschau,R (1995) Understanding Psychology. Ohio. Mc Graww Hill. Nasution. (2004). Metode Reaserch. Bandung : PT. Jemar.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nitisemito, (1986). Partisipasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Nurhasan. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung FPOK. Rahmat, J. (2006) Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Riduwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. bandung : Alfabeta.

Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Molan. Jakarta. Indeks. Sagitarius (2008). Modul Karate. Bandung FPOK.

Santoso, (2010). Psikologi Sosial. Bandung : Aditama.

Sarwono, Wirawan (2002) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo. Sastropoetro, S. (1986). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam


(37)

Setiawan (2010) ; Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi I.I Diakses 20 Januari., Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta. Anem.

Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung ; Alfabet. Supranto, J (2006). Statistika. Jakarta ; Erlangga.

Sumantri, Syaodih (2008) Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta UT. Suryabrata (2003) Teori Kepribadian. Jakarta ; Rajawali.

Sutresna, Nina. (2011). Wanita Dan Olahraga Dalam Ragam Dimensi. Bandung. Uno, Hamzah (2011) Teori Motivasi. Jakarta ; Bumi Aksara.

Yuskarim, Yus Solihin, (2010). Sosiologi Olahraga. Bandung.

Yusuf, Yusmar. (1990). Keadaan Kohesif Kelompok terhadap Partisipasi dalam Komuniti pada Kelompok Nelayan di Tanjung Pinang, Riau. Bulletin Pascasarjana Unpad.


(1)

Keterangan:

t = t hitung yang dicari r = koefisien yang dicari i = jumlah sampel

Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien atau hubungan dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Pada taraf nyata α = 0.05 dengan dk = n- 2 dalam hal lain jika hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak.

3) Menghitung derajat hubungan tiga variabel atau koefisien korelasi multiple dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Ry12 = Koefisien korelasi yang dicari ry1 = Koefisien korelasi antara Y dan X1 ry2 = Koefisien korelasi antara Y dan X2 r12 = Koefisien korelasi antara X1 dan X2

d. Menguji signifikansi koefisiensi korelasi multipel atau ganda dengan menggunakan pendekatan statistik uji-F dengan rumus:


(2)

e. Interpretasi Koefisien Korelasi berdasarkan interpretasi Sugiyono (2007 : 183). dapat terlihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0.199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

I. Hipotesis Statistik

Ho = Tidak terdapat hubungan antara motif dan persepsi siswi dengan partisipasi siswi pada ektrakulikuler karate.

Hi = Terdapat hubungan antara motif dan persepsi terhadap partisipasi siswi pada ekstrakurikuler karate.


(3)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah disusun dan telah diuji pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan mengenai motif dan persepsi siswi terhadap partisipasi pada ekstrakurikuler karate sebagai berikut : 1. Motif utama partisipasi siswi dalam ekstrakurikuler karate adalah motif

affiliasi.

2. Persepsi siswi berada pada tingkat tinggi (positif) terhadap ekstrakurikuler karate.

3. Motif dan persepsi dalam kegiatan ekstrakurikuler karate memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan terhadap partisipasi siswi pada ekstrakurikuler karate.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:


(4)

2. Bagi Pihak Sekolah

Dukungan berupa penghargaan atau penyediaan sarana latihan akan meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi atau berlatih. Kegiatan olahraga karate memiliki dampak positif baik bagi sekolah maupun siswa sehingga keberadaannya harus dikembangkan

3. Bagi Siswa

Sebaiknya meningkatkan kebutuhan akan prestasi dengan membangun kesadaran bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk meraih prestasi dan memiliki kemampuan untuk meraihnya dengan cara berlatih dan membangun mental pantang menyerah. Karate adalah olahraga yang memberikan nilai positif jika diikuti baik bagi prestasi maupun sebagai bekal untuk menjaga diri sendiri.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan kajian teoritis mengenai motif dan persepsi


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Allport, Gordon W, (1945). The Psychology Of Participation. Ardianto, E (2010), Metode Penelitian. Bandung : Simbosa.

Arikunto, Suharsimi. (1997). prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rieneke Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Petunjuk Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler. Jawa Barat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Depdiknas. (1992). Petunjuk Teknik Disiplin dan Tata Tertib Sekolah.

Djamarah (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Furqon (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Hermawan, et al (2008) Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta UT Ibrahim, Komarudin (2007) Psikologi Pelatihan. Bandung FPOK UPI.

Indrapura, Hilman. (2010). Beladiri untuk Anak. jakarta : Dian Rakyat. Kasschau,R (1995) Understanding Psychology. Ohio. Mc Graww Hill. Nasution. (2004). Metode Reaserch. Bandung : PT. Jemar.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nitisemito, (1986). Partisipasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Nurhasan. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung FPOK. Rahmat, J. (2006) Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.

Riduwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. bandung : Alfabeta.


(6)

Setiawan (2010) ; Kamus Besar Bahasa Indonesia. Versi I.I Diakses 20 Januari., Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta. Anem.

Sugiyono (2010). Statistik dan Penelitian. Bandung ; Alfabet. Supranto, J (2006). Statistika. Jakarta ; Erlangga.

Sumantri, Syaodih (2008) Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta UT. Suryabrata (2003) Teori Kepribadian. Jakarta ; Rajawali.

Sutresna, Nina. (2011). Wanita Dan Olahraga Dalam Ragam Dimensi. Bandung. Uno, Hamzah (2011) Teori Motivasi. Jakarta ; Bumi Aksara.

Yuskarim, Yus Solihin, (2010). Sosiologi Olahraga. Bandung.

Yusuf, Yusmar. (1990). Keadaan Kohesif Kelompok terhadap Partisipasi dalam Komuniti pada Kelompok Nelayan di Tanjung Pinang, Riau. Bulletin Pascasarjana Unpad.


Dokumen yang terkait

MINAT DAN MOTIF SISWA PEREMPUAN PADA EKSTRAKULIKULER OLAHRAGA KARATE DI SMAN KOTA BANDUNG.

0 4 37

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KATA BEREGU KARATE : Studi Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada ekstrakurikuler karate SMA Negeri 1 Baleendah.

1 4 37

EFEKTIVITAS MOVING DAN BLOCKING TERHADAP KEBERHASILAN SERANGAN BALASAN PADA PERTANDINGAN KUMITE CABANG OLAHRAGA KARATE: Studi deskriptif pada kejuaraan dunia karate PREMIER LEAGUE.

0 2 15

PERBEDAAN DISIPLIN DALAM MENTAATI PERATURAN SEKOLAH ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DAN EKSTRAKURIKULER NON OLAHRAGA : Studi Deskriptif Pada Siswa SMA Negeri 9 Bandung.

1 5 46

PROFIL KUALITAS INTERAKSI SOSIAL ATLET CABANG OLAHRAGA BELADIRI : Studi Deskriptif pada Atlet Cabang Olahraga Karate, Gulat, Tinju di Lingkungan UKM UPI.

0 2 38

PERBANDINGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA INDIVIDU BEREGU DAN EKSTRAKURIKULER NON OLAHRAGA DI SMA NEGERI 5 CIREBON.

0 2 32

PERSEPSI DAN MOTIF WANITA TERHADAP UMPIRE CABANG OLAHRAGA SOFTBALL : Studi Deskriptif Terhadap Wasit dan Atlet dalam Olahraga Softball.

0 2 36

MOTIF UTAMA SISWA SMA DI KOTA BANDUNG DALAM MENGGELUTI CABANG OLAHRAGA FUTSAL: Studi Deskriptif pada SMA di Kota Bandung yang Mempunyai Prestasi yang Baik dalam Cabang Olahraga Futsal.

1 3 42

MOTIF PARTISIPASI OLAHRAGA PADA WANITA DI KABUPATEN BANDUNG.

1 5 25

MOTIF DAN PERSEPSI SISWA PUTRI TERHADAP PARTISIPASI PADA CABANG OLAHRAGA BELADIRI | Dipraja | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8004 16154 2 PB

0 0 11