EKSISTENSI LEMBAGA OMBUDSMAN DALAM PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK.

(1)

Skripsi

EKSISTENSI LEMBAGA OMBUDSMAN DALAM PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

Skripsi Ini Dajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HURIA WAHYUNI 0910113394

Pogram Kekhususan:

HUKUM TATA NEGARA (PK VI)

FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS

2014


(2)

i No. Alumni Universitas:

HURIA WAHYUNI No. Alumni Fakultas:

a) Tempat/Tgl.Lahir : Sijunjung, 09 Desember 1991 f) Tanggal Lulus : 24 April 2014

b) Nama Orang Tua : Afrizal g) Predikat Lulus : Sangat Memuaskan c) Fakultas : Hukum h) IPK : 3,24

d) PK : Hukum Tata Negara (PK VI) i) Lama Studi : 4 Tahun 8 Bulan e) No BP : 0910113394 j) Alamat : Komplek Perumnas

Selasah Indah Blok A No. 1 Muaro Sijunjung EKSISTENSI LEMBAGA OMBUDSMAN DALAM PENGAWASAN

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

(HuriaWahyuni, 0910113394, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Tahun 2013, Jumlah halaman 74) ABSTRAK

Ombudsman Republik Indonesia (sebelumnya bernama Komisi Ombudsman Nasional) adalah lembaga Negara di Indonesia yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan, termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara serta Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberikan tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia yang disahkandalamrapatParipurna DPR RI pada tanggal 9 September 2008. Ombudsman terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota (Pasal 11 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia). Komisioner Ombudsman dalam rangka melaksanaan tugas dan wewenangnya, memiliki hak imunitas yaitu tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pegadilan (Pasal 10 UU Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombusman Republik Indonesia). Dalam penulisan ini pokok permasalahan yang dapat penulis kemukakan adalah Bagaimanakah eksistensi lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif yaitu dengan melakukan studi terhadap naskah-naskah atau buku-buku. Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa keberadaan Lembaga Ombudsman sangat penting karena dapat melindungi hak masyarakat yang merasakan ketidakadilan dari penyelengara negara sebagai unit pemberi pelayanan

kepada masyarakat itu sendiri demi tercapainya tujuan pemerintahan yang baik (good governance). Tetapi dengan adanya

keberadaan pasal 10 dalam undang-undang Ombudsman ini, secara tidak langsung menimbulkan multitafsir bagi setiap komisioner Ombudsman, sehingga komisioner Ombudsman merasa kebal hukum dan bertindak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugas.

Kata Kunci : Ombudsman Republik Indonesia

Skripsi ini telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 24 April 2014.

Abstrak telah disetujui oleh penguji. Tanda tangan

1. 2.

Nama terang Henny Andriani, S.H., M.H Charles Simabura, S.H., M.H

Mengetahui,Ketua Bagian HTN : Dian Bakti Setiawan, S.H.,M.H

Tandatangan:________________ Alumnus telah mendaftar ke Fakultas/Universitas dan mendapat nomor alumnus:

Petugas Fakultas/ Universitas

No. Alumni Fakultas: Nama: TandaTangan:


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan ketatanegaraan

yang didasarkan pada pemerintahan yang demokratis dan berlandaskan hukum (rule

of law). Sebelum reformasi, praktik pemerintahan cenderung diwarnai praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).1 Kondisi tersebut membuat

masyarakat tidak percaya pada aparat pemerintah, sehingga untuk memperbaki citra

pemerintahan, mutlak diperlukan pemerintahan yang baik dan bersih (good

governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan penegakan hukum.

Pasca reformasi, pemerintah berupaya untuk mengembalikan kepercayaan dan

juga dalam rangka menegakkan pemerintahan yang baik, maka diperlukan

keberadaan lembaga pengawas yang secara efektif mampu mengontrol

penyelenggaraan tugas aparat penyelenggara negara. Selama ini, pengawasan secara

internal dinilai kurang memenuhi harapan masyarakat dari sisi obyektifitas dan

akuntabilitas. Sehingga, dibutuhkan lembaga pengawas eksternal agar mekanisme

pengawasan pemerintahan bisa diperkuat dan berjalan secara lebih efektif untuk

mewujudkan birokrasi yang bersih, transparan dan responsif terhadap kebutuhan

publik.2 Upaya pemerintahan ini direalisasikan yaitu dengan membentuk Lembaga

1 Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik

Indonesia. 2Ibid,


(4)

2 Ombudsman. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden nomor 44 tahun

2000. Kemudian kedudukan lembaga Ombudsman diperkuat dalam Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia. Lembaga

Ombudsman ini berfungsi sebagai lembaga pengawas eksternal yang secara

independen akan melakukan kerja-kerja pengawasan terhadap penyelenggara negara

dalam memberikan pelayanan umum yang menjadi tanggung jawab mereka.3

Kehadiran Ombudsman sebagai lembaga yang berwenang untuk mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik menjadi sangat penting bagi masyarakat yang

dirasa hak-haknya perlu untuk dilindungi.

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Ombudsman Republik

Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara

negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan

swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik

tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Lembaga ini

diharapkan dapat mengayomi masyarakat demi terselenggaranya pelayanan publik

yang baik.

Ombudsman Republik Indonesia berfungsi mengawasi tugas penyelenggaraan

negara untuk melindungi masyarakat berkenaan dengan pelayanan kepada

masyarakat. Tugas yang harus dilakukan oleh Ombudsman meliputi kegiatan

3 Antonius Sujata, dkk, Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Masa sekarang dan Masa


(5)

3 melayani, menerima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat berkaitan dengan

keluhan terhadap pelayanan umum oleh penyelenggara negara, melakukan koordinasi

dan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat dan

badan kemasyarakatan dalam rangka memaksimalkan fungsi, tugas dan wewenang

Ombudsman, sosialisasi Ombudsman, mempersiapkan jaringan, organisasi dan

tenaga Ombudsman Daerah, melakukan tugas-tugas lain untuk mencapai tujuan

Ombudsman Republik Indonesia maupun melakukan investigasi atas inisiatif

sendiri.4 Meningkatkan kualitas pelayanan merupakan prinsip utama dari asas

pemerintahan yang baik (good governance). Implementasi korupsi adalah sikap

ataupun perilaku yang tidak ingin memberi pelayanan kepada masyarakat. Budaya

tidak memberi pelayanan, pola aparat yang lebih bersikap meminta pelayanan

merupakan perilaku koruptif. Karena itu suatu lembaga kontrol yang bertugas

melakukan pengawasan atas pemberian pelayanan dalam penyelenggaraan negara

harus memperoleh prioritas.5

Pelayanan publik yang baik merupakan hak seluruh masyarakat demi

tercapainya kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, salah satu indikator kesejahteraan

adalah pemberian pelayanan publik yang baik oleh penyelenggara negara kepada

masyarakat. Pemerintah bersama DPR telah sepakat untuk memperbaiki pelayanan

publik di Indonesia dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik. Tidak kurang dari 25 (dua puluh lima) kali kata

Ombudsman disebut dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terkait dengan

4 Op. cit. hal. 22.

5 Antonius Sujata, Peranan Ombudsman Dalam Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi


(6)

4 pengawasan pelayanan publik. Fakta tersebut menunjukkan keberadaan Ombudsman

Republik Indonesia tidak lagi dipandang sebagai lembaga pelengkap, sebaliknya

menjadi sangat penting untuk mencapai cita-cita tata pemerintahan yang baik (good

governance).6

Tidak dapat dipungkiri, sejak awal berdirinya lembaga ombudsman di

Indonesia masyarakat pada umumnya kurang mengenal keberadaan dari lembaga ini,

bahkan banyak yang belum mengetahui bahwa Ombudsman itu ada. Keberadaan

Komisi Ombudsman yang sudah berumur tiga belas tahun belum mampu meraih

tempat dihati masyarakat, bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak popular. Apalagi

jika dibandingkan dengan KPK yang sama-sama merupakan lembaga baru sebagai

supportting organ dalam mencapai efektifitas suatu lembaga pemerintahan, maka diperlukan eksistensi dari lembaga tersebut. Eksistensi bisa kita kenal juga dengan

satu kata yaitu keberadaan. dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya

pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini

membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman

ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap ada, oleh karena itu

pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan

kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan jika tidak ada.7 Begitu pula

eksistensi lembaga Ombudsman ini dipertanyakan banyak kalangan masyarakat.

6 Ombudsman Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2010, hal. 1-2 (Jakarta, Ombudsman

republik Indonesia 2011)

7 Nadia Juli Indrani, Eksistensi,

www.file:///E:/bahan%20buku%20Ombudsman/bahan%20internet%20ombudsman/Eksistensi%20_


(7)

5 Apalagi baru-baru ini sedang ada kasus dalam lingkup lembaga pengayom

masyarakat ini yaitu selaku wakil ketua Ombudsman Republik Indonesia, Azlaini

Agus yang diduga melakukan kasus penganiayaan terhadap Yana Novia, anggota staf

darat PT Garuda Indonesia Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau.8 Dengan

keadaan yang terjadi maka pencapaian eksistensi lembaga ini akan sulit dicapai dan

direalisasikan kepada masyarakat. Apabila terbukti melakukan tindak pidana secara

tidak langsung juga mengakibatkan terjadinya kekosongan jabatan komisioner

Ombudsman.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik Lembaga

Ombudsman yang telah ada namun tidak banyak yang mengetahuinya dan akan

mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Eksistensi Lembaga Ombudsman Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan

pelayanan publik?

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan

pelayanan publik.

8 Kompas, Tampar Petugas Bandara, Wakil Ketua Ombudsman Akan Diperiksa, Rabu, 30


(8)

6

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini penulis lakukan, penulis berharap beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Agar dapat melatih kemampuan penulis dalam melakukan

penelitian secara ilmiah dan terarah sehingga dapat dituangkan

dalam bentuk tulisan serta melatih dan mempertajam analisa

terhadap perkembangan hukum seiring dengan dinamika hukum

yang selalu bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman yang

ada.

b. Untuk lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis

baik dibidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum tata

negara khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembuat undang-undang sebagai kebijakan dalam acuan

membuat suatu aturan baru.

b. Bagi anggota Ombudsman dalam menjalankan peranannya sebagai

lembaga yang melayani masyarakat agar lebih disosialisasikan lagi

keberadaannya supaya masyarakat banyak bisa menjadi tahu akan

betapa pentingnya lembaga ini dalam sistem demokrasi yang

dianut negara ini.

c. Dan kemudian bagi masyarakat banyak supaya menjadi tahu


(9)

7

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian untuk membahas

masalah yang dirumuskan di atas sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

hukum normatif atau penelitian yuridis normatif yaitu dengan melakukan

studi terhadap naskah-naskah atau buku-buku atau literatur-literatur.

2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Data Sekunder

yang terdiri atas:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang

terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

penelitian ini, antara lain:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Lembaga

Ombudsman Indonesia.

c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

d) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman


(10)

8 e) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2012 Tentang Sistem

Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Ombudsman Republik

Indonesia.

f) Peraturan Ombudsman Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Tata Cara

Pemeriksaan Dan Penyelesaian Laporan Ombudsman Republik

Indonesia.

g) Peraturan Ombudsman Nomor 3 Tentang Perjenjangan Jabatan

Ombudsman Republik Indonesia.

h) Peraturan Ombudsman Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia.

i) Peraturan Ombudsman Nomor 7 Tentang Kode Etik Insan

Ombudsman.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu buku-buku, maupun

tulisan-tulisan ilmiah yang terkait dengan penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

(a)Kamus-kamus Hukum.

(b)Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI).

(c)Bahan hukum yang diambil dari Internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah: Studi


(11)

9 mengunjungi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas Program

Reguler Mandiri, perpustakaan Umum, serta buku-buku yang penulis miliki.

4. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisis Data, data yang diperoleh melalui studi

dokumen diolah.

b. Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penelitian tersebut, penulis akan menggunakan

analisis secara kualitatif. Analisis secara kualitatif merupakan analisis

dengan mempelajari hasil penelitian baik berupa data primer maupun data

sekunder yang kemudian dijabarkan dan disusun secara sistematis dalam


(1)

4 pengawasan pelayanan publik. Fakta tersebut menunjukkan keberadaan Ombudsman Republik Indonesia tidak lagi dipandang sebagai lembaga pelengkap, sebaliknya menjadi sangat penting untuk mencapai cita-cita tata pemerintahan yang baik (good

governance).6

Tidak dapat dipungkiri, sejak awal berdirinya lembaga ombudsman di Indonesia masyarakat pada umumnya kurang mengenal keberadaan dari lembaga ini, bahkan banyak yang belum mengetahui bahwa Ombudsman itu ada. Keberadaan Komisi Ombudsman yang sudah berumur tiga belas tahun belum mampu meraih tempat dihati masyarakat, bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak popular. Apalagi jika dibandingkan dengan KPK yang sama-sama merupakan lembaga baru sebagai

supportting organ dalam mencapai efektifitas suatu lembaga pemerintahan, maka

diperlukan eksistensi dari lembaga tersebut. Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap ada, oleh karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan jika tidak ada.7 Begitu pula

eksistensi lembaga Ombudsman ini dipertanyakan banyak kalangan masyarakat.

6 Ombudsman Republik Indonesia, Laporan Tahunan 2010, hal. 1-2 (Jakarta, Ombudsman republik Indonesia 2011)

7 Nadia Juli Indrani, Eksistensi,

www.file:///E:/bahan%20buku%20Ombudsman/bahan%20internet%20ombudsman/Eksistensi%20_ %20nadzzsukakamu.htm, diakses tanggal 9 oktober 2013.


(2)

5 Apalagi baru-baru ini sedang ada kasus dalam lingkup lembaga pengayom masyarakat ini yaitu selaku wakil ketua Ombudsman Republik Indonesia, Azlaini Agus yang diduga melakukan kasus penganiayaan terhadap Yana Novia, anggota staf darat PT Garuda Indonesia Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau.8 Dengan

keadaan yang terjadi maka pencapaian eksistensi lembaga ini akan sulit dicapai dan direalisasikan kepada masyarakat. Apabila terbukti melakukan tindak pidana secara tidak langsung juga mengakibatkan terjadinya kekosongan jabatan komisioner Ombudsman.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik Lembaga Ombudsman yang telah ada namun tidak banyak yang mengetahuinya dan akan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Eksistensi Lembaga Ombudsman Dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik?

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik.

8 Kompas, Tampar Petugas Bandara, Wakil Ketua Ombudsman Akan Diperiksa, Rabu, 30 Oktober 2013.


(3)

6

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini penulis lakukan, penulis berharap beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Agar dapat melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian secara ilmiah dan terarah sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan serta melatih dan mempertajam analisa terhadap perkembangan hukum seiring dengan dinamika hukum yang selalu bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman yang ada.

b. Untuk lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis baik dibidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum tata negara khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembuat undang-undang sebagai kebijakan dalam acuan membuat suatu aturan baru.

b. Bagi anggota Ombudsman dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga yang melayani masyarakat agar lebih disosialisasikan lagi keberadaannya supaya masyarakat banyak bisa menjadi tahu akan betapa pentingnya lembaga ini dalam sistem demokrasi yang dianut negara ini.

c. Dan kemudian bagi masyarakat banyak supaya menjadi tahu mengenai betapa pentingnya adanya lembaga Ombudsman ini.


(4)

7

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian untuk membahas masalah yang dirumuskan di atas sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif yaitu dengan melakukan studi terhadap naskah-naskah atau buku-buku atau literatur-literatur.

2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Data Sekunder yang terdiri atas:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian ini, antara lain:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Lembaga

Ombudsman Indonesia.

c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. d) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Di Daerah.


(5)

8 e) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Ombudsman Republik Indonesia.

f) Peraturan Ombudsman Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Dan Penyelesaian Laporan Ombudsman Republik Indonesia.

g) Peraturan Ombudsman Nomor 3 Tentang Perjenjangan Jabatan Ombudsman Republik Indonesia.

h) Peraturan Ombudsman Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia. i) Peraturan Ombudsman Nomor 7 Tentang Kode Etik Insan

Ombudsman.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu buku-buku, maupun tulisan-tulisan ilmiah yang terkait dengan penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier (a)Kamus-kamus Hukum.

(b)Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI). (c)Bahan hukum yang diambil dari Internet. 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah: Studi dokumen. Dalam studi dokumen ini, penulis memperoleh data dengan


(6)

9 mengunjungi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas Program Reguler Mandiri, perpustakaan Umum, serta buku-buku yang penulis miliki. 4. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisis Data, data yang diperoleh melalui studi dokumen diolah.

b. Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penelitian tersebut, penulis akan menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis secara kualitatif merupakan analisis dengan mempelajari hasil penelitian baik berupa data primer maupun data sekunder yang kemudian dijabarkan dan disusun secara sistematis dalam bentuk karya tulis ilmiah.