PENGARUH MEDIA PIZZA PAPER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA DI SEKOLAH DASAR PADA MATERI PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Margasuka I, SDN Kebonseureuh, dan SDN Tenjonagara di Kabupaten Sumedang).

(1)

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Margasuka I, SDN Kebonseureuh, dan SDN Tenjonagara di Kabupaten Sumedang)

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

AGIF RUBIYANTO 0903214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

PENGARUH MEDIA PIZZA PAPER TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

MATEMATIS SISWA DI SEKOLAH DASAR PADA

MATERI PECAHAN

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN

Margasuka I, SDN Kebonseureuh, dan SDN Tenjonagara

di Kabupaten Sumedang)

Oleh Agif Rubiyanto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Agif Rubiyanto2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pentingnya Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 8

BAB II STUDI LITERATUR A. Pembelajaran Matematika di SD ... 10

1. Pengertian Matematika ... 10

2. Kegunaan Matematika ... 11

3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 12

4. Tujian Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar .... 13

B. Media Pembelajaran ... 14

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 14

2. Landasan Teori Penggunaan Media ... 14

3. Jenis-Jenis Media ... 17

4. Kegunaan Media Pembelajaran ... 19

C. Kemampuan Pemahaman ... 19

D. Teori Belajar Berkaitan dengan Media ... 20

1. Teori Belajar Menurut Jerome Bruner ... 20

2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 22

3. Teori Zoltan P. Dienes ... 23

E. Pecahan ... 24

1. Pengertian Pecahan ... 24

2. Macam-Macam Pecahan ... 25

3. Pecahan Murni dan Pecahan tidak Murni ... 26

4. Pecahan Senilai ... 26

5. Mengubah Bentuk Pecahan ke Bentuk Lain ... 26

6. Menyederhanakan Pecahan ... 26

7. Membandingkan Dua Pecahan ... 27


(5)

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

G. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 32

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Desain Penelitian ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

1. Instrumen Tes ... 35

2. Instrumen Non Tes ... 42

E. Prosedur Penelitian ... 43

1. Tahap Persiapan ... 44

2. Tahap Pelaksanaan ... 45

3. Tahap Analisis Data ... 45

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan ... 45

F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data ... 45

1. Analisis Data Kuantitatif ... 46

2. Analisis Data Kualitatif ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Kuantitatif ... 53

1. Analisis Data Hasil Pretes ... 53

2. Analisis Data Hasil Postes... 61

3. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman ... 69

B. Uji Hipotesis ... 75

1. Analisis Beda Rata-rata Berpasangan Kelompok Kontrol ... 75

2. Analisis Beda Rata-rata Berpasangan Kelompok Eksperimen ... 76

3. Analisis Perbedaan Rata-rata Gain Eksperimen dan Gain Kontrol ... 77

4. Analisis Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa Kelompok Kontrol ... 82

5. Analisis Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa Kelompok Eksperimen .. 85

C. Analisis Data Kualitatif ... 89

1. Analisis Skala Sikap Siswa ... 89

2. Analisis Hasil Observasi ... 97

3. Hasil Wawancara ... 99


(6)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Daftar Perolehan Nilai UN Tertinggi Sampai Terendah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sumedang Selatan Tahun Pelajaran

2011/2012 ... 31

3.2 Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang di Kecamatan Sumedang Selatan... 32

3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 36

3.4 Validitas Tiap Butir Soal Tes Pemahaman Matematis ... 37

3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 38

3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 39

3.7 Analisis Indeks Kesukaran ... 39

3.8 Persentase Tingkat Kesukaran Soal ... 39

3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ... 40

3.10 Daya Pembeda Butir Soal ... 40

3.11 Butir Soal Kode 1 yang Dipakai dan Tidak Dipakai untuk Pretes dan Postes ... 41

3.12 Butir Soal Kode 2 yang Dipakai dan Tidak Dipakai untuk Pretes dan Postes ... 41

3.13 Kriteria tingkat N-Gain ... 49

3.14 Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket ... 50

3.14 Kategori Angket Sesuai Skala Likert ... 51

4.1 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 54

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 55

4.3 Statistik Deskriptif Skor Pretes Pada Kedua Kelompok... 56

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 58

4.5 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 62

4.6 Data Hasil Postes Kelas Kontol ... 63

4.7 Statistik Deskriptif Skor Pretes Pada Kedua Kelompok... 56

4.8 Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 65

4.9 Gain Normal Kelas Eksperimen ... 69

4.10 Gain Normal Kelas Kontrol ... 70

4.11 Statistik Deskriptif Gain pada Kedua Kelompok ... 72

4.12 Hasil Uji Wilcoxon pada Kelas Kontrol ... 76

4.13 Hasil Uji Wilcoxon pada Kelas Eksperimen ... 77

4.14 Hasil Uji Normalitas Gain ... 78

4.15 Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kelompok Kontrol Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa (Unggul, Papak dan Asor) ... 83

4.16 Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Kelompok Kontrol Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa (Unggul, Papak dan Asor) ... 84

4.17 Hasil Uji Varian Anova Kelompok Kontrol ... 84

4.18 Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kelompok Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa (Unggul, Papak dan Asor) ... 86

4.19 Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Kelompok Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa (Unggul, Papak dan Asor) ... 86


(8)

4.20 Hasil Uji Varian Anova Kelompok Eksperimen ... 87

4.21 Hasil Post Hoc Kelompok Eksperimen ... 87

4.22 Data Hasil Skala Sikap Siswa ... 90

4.23 Kategori Angket Sesuai Skala Likert ... 93

4.24 Data Hasil Observasi Kinerja Guru ... 98

4.25 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 98

4.26 Hasil Catatan Lapangan pada Kelompok Eksperimen ... 101


(9)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Sistem Pembelajaran ... 1

1.2 Pola Pembelajaran Tradisional ... 2

1.3 Pola Pembelajaran dengan Media ... 2

2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 15

2.2 The Cone Of Experience ... 16

3.1 Prosedur Penelitian ... 44

4.1 Perbandingan Normalitas Data Pretes pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 59

4.2 Hasil Perhitungan Pretes Uji Mann-Whitney ... 60

4.3 Perbandingan Normalitas Data Postes pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 67

4.2 Hasil Perhitungan Posstes Uji Mann-Whitney ... 68

4.1 Perbandingan Normalitas Data Gain pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 80


(10)

vii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen Berdistribusi Tidak Normal ... 58

4.2 Hasil Pretes Kelas Kontrol Berdistribusi Tidak Normal ... 59

4.3 Data Independent Samples Mann-Whitney pada Pretes... 61

4.4 Hasil Postes Kelas Eksperimen Berdistribusi Tidak Normal ... 66

4.5 Hasil Postes Kelas Kontrol Berdistribusi Normal ... 66

4.6 Data Independent Samples Mann-Whitney pada Postes ... 69

4.7 Hasil Perhitungan Gain pada Kelas Eksperimen ... 74

4.8 Hasil Perhitungan Gain pada Kelas Kontrol ... 74

4.9 Hasil Gain Kelas Eksperimen Berdistribusi Tidak Normal ... 79

4.10 Hasil Gain Kelas Kontrol Berdistribusi Normal ... 79

4.11 Data Independent Samples Mann-Whitney pada Gain... 82

4.12 Rata-rata Gain Berdasarkan Kategori Unggul Papak dan Asor Kelas Eksperimen ... 88

4.13 Persentase Pernyataan Positif pada Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 91

4.14 Persentase Pernyataan Positif pada Skala Sikap Siswa Kelas Kontrol ... 91

4.15 Perbandingan Jumlah Rata-rata tiap Pernyataan Positif pada skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 92

4.16 Persentase Pernyataan Negatif pada Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen ... 94

4.17 Persentase Pernyataan Negatif pada Skala Sikap Siswa Kelas Kontrol ... 95

4.18 Perbandingan Jumlah Rata-rata tiap Pernyataan Negatif pada skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 95


(11)

viii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

4.1 Peningkatan (Gain) Siswa pada Kelompok Eksperimen ... 73 4.2 Peningkatan (Gain) Siswa pada Kelompok Kontrol ... 73


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERSIAPAN MENGAJAR

1. RPP Eksperimen pertemuan 1 ... 113

2. RPP Kontrol pertemuan 1 ... 118

3. RPP Eksperimen pertemuan 2 ... 123

4. RPP Kontrol pertemuan 2 ... 128

5. RPP Eksperimen pertemuan 3 ... 132

6. RPP Kontrol pertemuan 3 ... 137

7. LKS Eksperimen pertemuan 1 ... 141

8. LKS Kontrol pertemuan 1 ... 144

9. LKS Eksperimen pertemuan 2 ... 145

10.LKS Kontrol pertemuan 2 ... 148

11.LKS Eksperimen dan Kontrol pertemuan 3 ... 149

LAMPIRAN B TES 1. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 151

2. Format instumen Tes Awal/Akhir ... 152

3. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Awal/Akhir ... 154

LAMPIRAN C NONTES 1. Kisi-kisi Angket ... 158

2. Format Angket... 158

3. Pedoman pensekoran Angket ... 159

4. Pedoman Wawancara ... 160

5. Format Observasi ... 161

6. Lembar Isian Guru ... 163

LAMPIRAN D HASIL UJI COBA INSTRUMEN 1. Format instumen Tes Uji Coba Kode 1 ... 168

2. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Awal Kode 1 ... 170

3. Format instumen Tes Uji Coba 2 ... 174

4. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Awal Kode 2 ... 176

5. Tabel Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Kode 1 ... 181

6. Tabel Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Kode 2 ... 185

7. Validitas Tes ... 188

8. Reliabilitas Tes ... 188

9. Indeks Kesukaran Soal Tes ... 189

10.Daya Pembeda Soal Tes ... 190

11.Analisis Seleksi Soal Tes ... 190

LAMPIRAN E DATA HASIL PENELITIAN 1. Data Hasil Tes Awal dan Akhir ... 192


(13)

2. Analisis Data Tes Awal dan Akhir ... 200

3. Data Hasil Angket ... 203

4. Analisis Data Hasil Angket ... 208

5. Data Hasil Observasi ... 210

6. Analisis Data Hasil Observasi ... 214

7. Data Hasil Wawancara ... 214

8. Analisis Data Hasil Wawancara ... 216

9. Lembar Isian Guru ... 217

10.Catatan Lapangan ... 229

11.Sampel Uji Coba Instrumen ... 231

12.Sampel Hasil Pengerjaan LKS ... 235

13.Sampel Hasil Tes Siswa ... 247

14.Dokumentasi... 253

LAMPIRAN F TABEL STATISTIK 1. Normalitas Data Pretes ... 261

2. Perbedaan Rata-rata Pretes ... 266

3. Normalitas Data Postes ... 266

4. Perbedaan Rata-rata Postes ... 271

5. Perbedaan Rata-rata Kelas Kontrol ... 272

6. Perbedaan Rata-rata Kelas Eksperimen ... 273

7. Normalitas dan Homogenitas Berdasarkan Kategori Unggul Papak Asor Pada Kelas Kontrol... 274

8. Normalitas dan Homogenitas Berdasarkan Kategori Unggul Papak Asor Pada Kelas Eksperimen ... 279

9. ANOVA Kelas Kontrol ... 285

10.ANOVA Kelas Eksperimen ... 286


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Dunia pendidikan erat kaitannya dengan istilah pengajaran dan pembelajaran. Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan istilah pengajaran, akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Sadiman, dkk. (2006) kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata pembelajaran, namun pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu, tujuan, materi (bahan ajar), metode dan media, evaluasi, anak didik (siswa), dan adanya pendidik (guru). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Sistem Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah satu kesatuan yang utuh. Masing-masing komponen saling berinteraksi,

Tujuan

Materi

Metode Media


(15)

berhubungan secara aktif dan saling mempengaruhi.Karena komponen-komponen pembelajaran merupakan sebuah sistem, sistem tidak akan berlangsung tanpa adanya dukungan dari komponen. Komponen memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu sistem, satu sama lainnya dari tiap komponen tersebut harus diberdayakan sesuai dengan fungsinya. Salah satu komponen tidak bekerja dengan baik maka akan merusak sistem secara keseluruhan. Keberhasilan suatu sistem adalah kebehasilan memberdayakan komponen-kompenen, yang artinya apabila seluruh komponen yang membentuk sistem bekerja sesuai dengan fungsinya, maka dapat dipastikan tujuan yang telah ditentukan akan tercapai secara optimal.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sebagai sumber pesan berarti guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar, agar pesan yang disampaikan dapat diterima siswa. Alat bantu bukan hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan disampaikan. Oleh sebab itu alat bantu yang dapat mendukung proses kelancaran komunikasi antara guru dan siswa dapat dipandang sebagai media pengajaran. Untuk memahami proses komunikasi serta hubungannya dengan media pengajaran, dapat dilihat dari gambar pola pembelajaran dibawah ini:

Gambar 1.2

Pola Komunikasi Pembelajaran Tradisional

Gambar 1.3

Pola Komunikasi Pembelajaran dengan Media

Kurikulum Guru Siswa

Kurikulum Guru Media Siswa

Kurikulum

Guru

Media


(16)

3

Kenyataan di lapangan kebanyakan guru tidak mempersiapkan alat bantu mengajar (media), sehingga yang dilakukan hanyalah ceramah. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, terdapat beberapa alasan pendukung mengapa guru enggan menggunakan media pembelajaran. Guru menganggap bahwa media pembelajaran hanya menambah repot. Kompleksnya persiapan mengajar yang harus dilakukan oleh guru serta padatnya jadwal mengajar, seakan menjadi suatu alasan pasti bahwa media pembelajaran hanya menambah repot dan menambah pekerjaan guru. Selain hanya menambah repot pekerjaan guru, media pembelajaran biasanya bersifat mahal dan canggih. Padahal kita dapat membuat media pembelajaran yang sederhana dan menarik. Pandangan media pembelajaran yang mahal dan canggih seakan ditambah rumit dengan kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan teknologi. Guru menganggap bahwa media pembelajaran cenderung bersifat hiburan, ada guru yang memiliki pandangan bahwa belajar haruslah bersifat serius. Sehingga dengan menggunakan media pembelajaran proses pembelajaran bersifat tidak serius. Kemudian alasan bahwa media pembelajaran enggan digunakan oleh guru ialah tidak tersedianya media pembelajaran di sekolah dan kebiasaan guru yang sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Tidak tersedianya media pembelajaran di sekolah menjadi faktor pendukung yang terasa sangat kuat. Ini berarti masih banyak guru yang tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran mengingat media merupakan salah satu komponen dari sistem pembelajaran.

Berdasarkan teori belajar-mengajar dari Piaget, Bruner dan Dienes (Ruseffendi, dkk., 1992) dalam pengajaran matematika perlu alat peraga (media) dipergunakan bagi siswa usia muda yang masih memerlukannya. Piaget (Ruseffendi, dkk., 1992)berpendapat bahwa siswa yang masih pada tahap operasi konkret (7 sampai 11/12 tahun), yaitu tahap umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahami operasi (logis) dalam memahami konsep matematika tanpa dibantu dengan benda-benda konkret. Dienes (Ruseffendi, dkk., 1992) menekankan perlunya anak diberi beraneka ragam benda konkret sebagai model konkret dari konsep matematika yang sedang dipelajari. Kemudian hasil penelitian dari Higgins dan Suydan (Ruseffendi, dkk., 1992) pada umumnya


(17)

sekitar 60% lawan 10% keberhasilan yang meyakinkan dari yang belajar dengan alat peraga terhadap yang tidak memakai.

Media sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga siswa mengetahui secara nyata melalui benda-benda yang nyata. Dengan alat media pengetahuan tidak hanya berupa verbal, dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa. Dengan benda-benda manipulatif tersebut diharapkan para siswa mempunyai pengalaman memanipulasikan sendiri benda-benda itu untuk memahami konsep dan makna, sehingga mereka akan lebih mendalami dan menghayati bahan matematis yang sedang mereka pelajari. Dengan kata lain perlu adanya media pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Hal di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Edgar Dale (Arsyad, 2011) berkeyakinan bahwa symbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap oleh penerima diberikan dalam bentuk pengalaman konkrit seperti yang ditunjukan pada kerucut pengalaman Dale. Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media pembelajaran. Dengan tersedianya media pembelajaran, guru pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan alat/media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asingsifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik.Dengan pengalaman yang realistik, sesuai dengan keadaan di sekitar kehidupan dan lingkungan mereka, mereka akan merasakan bahan matematis yang diberikan mempunyai kaitan nyata dan manfaat dengan situasi yang mereka alami setiap hari.

Ruseffendi, dkk., (1992) menyinggung masalah generalisasi tentang alat peraga yang keliru seperti penggunaan alat peraga (media) dalam pengajaran matematika tidak cocok bagi siswa yang kemampuan rata-rata (papak) dan bagi siswa yang pandai (unggul). Dari singgungan di atas dapat diartikan bahwa media tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi siswa yang berkategori kemampuan


(18)

5

papak dan siswa yang berkategori kemampuan unggul. Sebagai upaya konkret untuk menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media akan lebih efektif daripada siswa yang kemampuannya berkategori unggul, papak dan asor daripada pembelajaran yang tidak memakai media, dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang berkategori kemampuan unggul, papak dan asor pada pembelajaran yang menggunakan media, maka dilakukan penelitian ini dengan judul: “Pengaruh Media Pizza Paper terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa di Sekolah Dasar pada Meteri Pecahan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Margasuka I, SD Negeri Kebonseureuh dan SD Negeri Tenjonagara di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)”.

B. RumusanMasalah

Pada bagian latar belakang telah dijelaskan bahwa pembelajarandenganmenggunakan media akanlebihefektifdaripadasiswa yang kemampuannyaberkategoriunggul, papakdanasordaripadapembelajaran yang tidakmemakai media dalam kemampuan pemahaman matematis. Hal tersebut memunculkan masalah sebagai berikut ini.

1. Apakah pembelajaran media pizza paperdapatmeningkatkan kemampuanpemahamansiswasecarasignifikanpadapecahan?

2. Apakah pembelajaran konvensionaldapatmeningkatkan

kemampuanpemahamansiswasecarasignifikanpadapecahan?

3. Apakahada perbedaan peningkatan kemampuanpemahamansiswasecara

signifikan padamateripecahan yang

mengikutipembelajarandenganmenggunakanmedia pizzapaperdenganmengikutipembelajarankonvensional?

4. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang berkategori kemampuan unggul, papak dan asor pada pembelajaran konvensional?


(19)

5. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang berkategori kemampuan unggul, papak dan asor pada pembelajaran yang menggunakan media pizza paper?

6. Bagaimanaresponsiswaterhadapkegiatanpembelajaranmatematikadenganmen ggunakanmedia pizza paper?

Penelitianinidifokuskanuntukmenunjukanbahwapembelajarandenganmenggu nakan media akanlebihefektifpada siswa yang kemampuannyaberkategoriunggul, papakdanasordaripadapembelajaran yang tidakmemakai media dalam kemampuan pemahaman matematis. Penelitianinidibatasihanyapadasiswakelas IV

SekolahDasardi KabupatenSumedangKecamatanSumedang

Selatanpadatahunajaran 2012/2013padapokokbahasanpecahan. Pemilihanmateritersebutdidasarkanpada:

1. Materimengenaibenda-bendapecahanbanyak dijumpaisiswadalamkehidupannyatasehari-hari.

2. Wearne &Koubamengemukakan “results of NAEP (National Assessment of Educational Progress)testinghaveconsistentlyshown thatstudents havea very

weak understanding of fraction

concepts”..denganpengertiansebagaiberikuthasiltes NAEP

secarakonsistentelahmenunjukanbahwa para siswamemilikipemahaman yang lemahterhadapkonseppecahan (Walle, 2007).

3. Materiinimenjadi dasar pengetahuan awal yang

sangatpentinguntukdikuasaisebagaibekaluntukmempelajaribahanmatematikab erikutnya seperti:perhitungandenganpecahan, konsepdesimal, konseppersen, penggunaanpecahandalampengukuran, dankonseprasio.

4. Materimengenaipecahanadalahmateri yang memerlukanbenda-benda

manipulatifpembelajarannya, sehinggapenggunaan

mediacocokuntukdijadikansebagaialternatifpembelajaranpadamateripecahan. 5. Konsep pecahandirasakansulit ditanamkan pada siswaoleh guru


(20)

7

C. PentingnyaPenelitian

Penelitian ini dilakukan agar guru dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran dengan menggunakan media akan lebih efektif dalam kategori kemampuan siswa unggul, papak dan asor daripada pembelajaran yang tidak memakai media dalam kemampuan pemahaman matematis.

D. TujuanPenelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat pengaruh media pizza paper sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi pecahan. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan khusus sebagai berikut ini.

1. Untuk mengetahui peningkatkan

kemampuanpemahamansiswasecarasignifikan padapembelajaran media pizza paperdalampecahan.

2. Untuk mengetahui peningkatkan

kemampuanpemahamansiswasecarasignifikan pembelajaran pada konvensionaldapatdalampecahan.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuanpemahamansiswasecara signifikan padamateripecahan yang mengikutipembelajarandenganmenggunakanmedia pizza paperdenganmengikutipembelajarankonvensional?

4. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang berkategori kemampuan unggul, papak dan asor pada pembelajaran konvensional?

5. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang berkategori kemampuan unggul, papak dan asor pada pembelajaran yang menggunakan media pizza paper?

6. Untuk mengetahui

responsiswaterhadapkegiatanpembelajaranmatematikadenganmenggunakanm edia pizza paper?


(21)

E. ManfaatPenelitian

Hasildaripenelitianiniakanmemberikanmanfaatbagimasing-masingpihak yang memilikikepentingandalampenelitian.

1. BagiPeneliti

Penelitidapatmengetahuipengaruhpembelajaranmatematikamenggunakanmedi

a pizza paper

terhadappeningkatankemampuanpemahamanpadamateripecahan.

2. BagiSiswa

Siswadapatmerasakansuasanapembelajaran yang menyenangkan, karena dapat berinteraksi langsung dengan media pembelajaran.Selainitu, siswadapatmenjadilebihtermotivasidalambelajar.

3. Bagi Guru Matematika SD

Guru matematikadapatmenggunakanmedia yang lebihkreatifdalam proses pembelajaranuntukmenciptakansuasanapembelajaran yang lebihefektifdanmenyenangkan agar tujuanpembelajarandapattercapai.

4. BagiPihakSekolah

Sekolah yang

dijadikantempatpenelitianbisalebihmeningkatmutupembelajarannyadibanding kandengansekolah yang lainnya.

5. BagiPeneliti Lain

Hasilpenelitianinidapatdigunakansebagaibahanreferensibagipeneliti yang lain terkaitdenganpembelajarandenganmedia pembelajaran.

F. BatasanIstilah

Penjelasan istilah diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini.


(22)

9

1. Media pembelajaran ialah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Sadiman, 2006).

2. Media pizza paper adalah media manipulatif yang terbuat dari kardus bekas dibentuk seperti pizza. kardus berbentuk pizza dipotong-potong sedemikian

rupa sehingga dapat membentuk pecahan dari pecahan 2

2 hingga 16 16.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering (lazim) dilakukan di kelas yang berkaitan. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran konvensional di sini adalah pembelajaran dengan metode ceramah, demonstrasi, penugasan, dan pengerjaan LKS.

4. Kemampuan pemahaman matematik terdiri atas empat tahap diantaranya, pertama tahap pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman rasional, pemahaman intuitif, menurut Polya (Maulana, 2008: 57), Pemahaman yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pemahaman mekanikal dan pemahaman induktif menurut Polya. Seorang siswa dikatakan sudah mencapai tingkat pemahaman mekanikal jika siswa tersebut dapat mengingat suatu rumus atau konsep dalam matematika. Selanjutnya dapat menerapkan rumus atau konsep yang diingatnya dalam kegiatan menghitung secara sederhana. Siswa telah mencapai tingkatan pemahaman induktif adalah saat siswa dapat menerapkan rumus matematika dalam kasus sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa atau siswa dapat menerapkan rumus matematika pada masalah-masalah kontekstual yang disajikan.

5. Bilangan pecahan adalah nilai bilangan antara dua bilangan cacah yang ditulis dengan a dan b bilangan cacah dan bersyarat b ≠ 0, dalam hal ini a disebut pembilang dan b disebut penyebut menurut Maulana (2008:107). Dalam pecahan terdapat bermacam-macam bentuk pecahan seperti pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan murni dan pecahan tidak murni. Selain itu dalam menyelesaikan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Materi pecahan yang diteliti hanya sebatas mengurutkan


(23)

pecahan, membandingkan pecahan, pecahan senilai dan penjumlahan pecahan saja.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1 B. RUMUSAN MASALAH ... 5 C. PENTINGNYA PENELITIAN ... 7 D. TUJUAN PENELITIAN ... 7 E. MANFAAT PENELITIAN ... 8 F. BATASAN ISTILAH ... 8


(24)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian 1. Populasi

Margono (2010: 118) menjelaskan bahwa populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu.Kemudian Sudjanamengartikan populasi sebagai totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas (Ipeh, 2011). Maulana (2009: 25-26), mengemukakan bahwa populasi merupakan,

a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,

b. wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,

c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

dirumuskan secara jelas.

Jadi dapat dikatakan populasi adalah sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian.

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Sumedang Selatan yang pengelompokannya berdasarkan jumlah nilai ujian nasional (UN) tingkat SD/MI Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2010/2011. Dari seluruh SD yang ada di Kecamatan Sumedang Selatan, sekitar 43 SD.Untuk menentukan banyaknya populasi menurut Sugiyono (2007: 180), “Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah 27% dari sampel uji coba”. Dari seluruh SD yang ada dikecamatan Sumedang Selatan sebanyak 43 SD. Sekolah tersebut dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan pendapat di atas, maka untuk menentukan kategori sekolah tinggi dan rendah di Kecamatan Sumedang Selatan dilakukan perhitungan 27% dari jumlah sekolah yang ada. Setelah dilakukan perhitungan dengan mengambil 27%


(25)

untuk sekolah pada kategori tinggi dan 27% untuk sekolah pada kategori rendah, maka dapat diketahui jumlah populasi sekolah yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 12 SD, kategori sedang sebanyak 19 SD dan kategori rendah sebanyak 12 SD. Adapun untuk pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Daftar Perolehan Nilai UN Tertinggi sampai Terendah SDN di Kecamatan CSumedang Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Nama Sekolah Rata-rata UN Kategori

1. SDN Sukasirna II 9, 12 Tinggi 2. SDN Margacinta 9, 07 Tinggi 3. SDN Pakuwon I 8, 84 Tinggi 4. SDN Sukaraja I 8, 77 Tinggi

5. SDN Manangga 8, 74 Tinggi

6. SDN Gunasari 8, 70 Tinggi

7. SDN Pasanggrahan III 8, 68 Tinggi

8. SDN Cipancar 8, 63 Tinggi

9. SDN Melati 8, 60 Tinggi

10. SDN Ciawi 8, 59 Tinggi

11. SDN Gudangkopi II 8, 55 Tinggi 12. SDN Sukaraja II 8, 47 Tinggi 13. SDN Kebonseureuh 8, 47 Sedang 14. SDN Pasanggrahan I 8, 47 Sedang 15. SDN Tenjolaya 8, 47 Sedang

16. SDN Palasari 8, 40 Sedang

17. SDN Cipameungpeuk 8, 30 Sedang 18. SDN Pakuwon II 8, 29 Sedang 19. SDN Cadas Pangeran 8, 26 Sedang 20. SDN Gudangkopi I 8, 22 Sedang 21. SDN Darangdan Tingkat 8, 22 Sedang 22. SDN Baginda II 8, 18 Sedang 23. SDN Darangdan 8, 16 Sedang 24. SDN Margasuka I 8, 14 Sedang 25. SDN Baginda I 8, 04 Sedang 26. SDN Sindangpalay 8, 03 Sedang

27. SDN Pasarean 7, 97 Sedang

28. SDN Tenjonagara 7, 88 Sedang 29. SDN Cikondang I 7, 82 Sedang 30. SDN Citraresmi 7, 75 Sedang 31. SDN Sukamanah 7, 63 Sedang

32. SDN Citengah 7, 69 Rendah

33. SDN Pasanggrahan II 7, 53 Rendah 34. SDN Margasuka II 7, 50 Rendah 35. SD IT As Samadani 7, 50 Rendah 36. SDN Sukasirna I 7, 46 Rendah 37. SDN Margapala 7, 42 Rendah

38. SDN Sabagi 7, 31 Rendah

39. SDN Peusar 7, 13 Rendah

40. SDN Gunung Gadung 6, 70 Rendah 41. SDN Karangmulya 6, 67 Rendah


(26)

32

43. SDN Ciloa 6, 25 Rendah

Populasi pada penelitian yang akan dilakukan adalah seluruh siswa kelas IV SD se-Kecamatan Sumedang Selatan yang peringkat sekolahnya termasuk ke dalam golongan kelompok sedang. Kelompok sedang diambil sebagai populasi karena diasumsikan akan dapat mewakili kelompok asor dan kelompok unggul.

Tabel 3.2

Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang di Kecamatan Sumedang Selatan

No Nama Sekolah Rata-rata UN Kategori

1 SDN Kebonseureuh 8, 47 Sedang

2 SDN Pasanggrahan I 8, 47 Sedang

3 SDN Tenjolaya 8, 47 Sedang

4 SDN Palasari 8, 40 Sedang

5 SDN Cipameungpeuk 8, 30 Sedang

6 SDN Pakuwon II 8, 29 Sedang

7 SDN Cadas Pangeran 8, 26 Sedang

8 SDN Gudangkopi I 8, 22 Sedang

9 SDN Darangdan Tingkat 8, 22 Sedang

10 SDN Baginda II 8, 18 Sedang

11 SDN Darangdan 8, 16 Sedang

12 SDN Margasuka I 8, 14 Sedang

13 SDN Baginda I 8, 04 Sedang

14 SDN Sindangpalay 8, 03 Sedang

15 SDN Pasarean 7, 97 Sedang

16 SDN Tenjonagara 7, 88 Sedang

17 SDN Cikondang I 7, 82 Sedang

18 SDN Citraresmi 7, 75 Sedang

19 SDN Sukamanah 7, 63 Sedang

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Mengingat bahwa ukuran populasi cukup besar dan relatif homogen, maka untuk mengefisienkan biaya, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini menggunakan teknik sampling. Namun, tetap bahwa pengambilan sampel harus memenuhi kaidah representatif.Hal


(27)

tersebut sesuai dengan pendapat Maulana (2009: 28), “Ukuran sampel menjadi pemikiran penting dalam menentukan sampling, yakni apakah sampel yang diambil sudah memenuhi kaidah representatif atau belum”. Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok.Pendapat Zebua (2007) yang menyatakan bahwa kecenderungan distribusi sampel yang terbentuk mendekati asumsi distribusi normal ketika jumlah sampel mencapai 30. Semakin besar jumlah sampelnya semakin normal distribusinya., meskipun hal ini bukanlah suatu ketentuan mutlak. Menurut Maulana (2009: 26-27) sampling lebih baik dilakukan dengan keadaan sebagai berikut.

a. Bila populasinya sangat homogen.

b. Bila penelitian akan mengakibatkan rusaknya subjek/objek penelitian. c. Pada umumnya makin besar dan heterogen suatu populasi, sampelnya

harus besar pula.

d. Sampling dapat lebih mengefisienkan waktu, biaya, dan tenaga.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah empat kelas dari tiga sekolah yang berbeda yaitu dengan caramelakukan random sederhana pada SD yang termasuk kelompok sedang sehingga terpilih tiga SD yakni SDN Margasuka I dan SDN Kebonsereuh, dan SDN Tenjonagara. Kemudian dilakukan pemilihan kembali untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka terpilihlah SDN Margasuka I kelas A dan SDN Tenjonagara sebagai kelas kontrol dan SDN Kebonseureuh dan SDN Margasuka I kelas B sebagai kelas eksperimen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini sampel penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN Margasuka I kelas A dan SDN Tenjonagara sebagai kelas kontrol dan SDN Kebonseureuh dan SDN Margasuka I kelas B sebagai kelas eksperimen.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui


(28)

34

suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran media pizza paper (variabel bebas) dan kemampuan pemahaman matematik siswa pada materi pecahan sebagai variabel terikatnya.

C. Desain Penelitian

Menurut Alsa Penelitian eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Nursyahidah, 2012).Manurut Hadi (Nursyahidah, 2012) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (Nursyahidah, 2012) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian.

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian untuk melihat hubungan sebab-akibat yakni untuk melihat pengaruh pembelajaran matematika dengan pembelajaran menggunakan media pizza paper dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi pecahan. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat perlakuan dengan pembelajaran menggunakan media pizza paper dan kelompok kontrol mendapat perlakuan dengan pembelajaran yang konvensional. Berdasarkankarakteristiknya seperti


(29)

yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian yang akan dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

Pertama dilakukan tes awal (pretest) pada dua kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui kemampuan pemahaman awal siswa. Selanjutnya pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran menggunakan media pizza paper dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Setelah itu, untuk melihat adanya peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa pada kedua kelas diberikan tes akhir (posttest ) .Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitiannya adalah berupa desain kelompok kontrol pretes-postes. Adapun bentuk desain penelitiannya sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50) adalah sebagai berikut ini.

A O X O

A O O

Keterangan:

A = Pemilihan kelompok secara acak.

O = Pretes dan postes berupa tes kemampuan pemahaman matematik siswa. X = Perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran media pizza paper.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data penelitian sehingga masalah yang dirumuskan dapat dipecahkan (Maulana, 2009). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yaitu tes kemampuan pemahaman matematika siswa pada materi pecahan. Instrumen non tes terdiri atas: angket dan pedoman wawancara. Margono (2010) mengemukakan bahwa suatu penelitian pada umumnya akan berhasil apabila banyak menggunakan insrtumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Penjelasan dari instrumen-instrumen yang akan digunakan adalah sebagai berikut.


(30)

36

1. Instrumen Tes

Bentuk soal tes dalam penelitian ini berbentuk uraian, pemilihan soal dengan bentuk uraian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa. Instrumen ini digunakan pada saat pretes dan postes. Agar instrumen penelitiannya baik maka harus diperhatikan kualitas dari soal tersebut. Maka, untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya dilihat dari beberapa hal berikut: validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran.

a. Validitas

Sebelumnya soal tes dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen sebagai ahli untuk mengetahui adanya validitas muka dalam arti bentuk soal dari segi penggunaan kalimat untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa yang digunakan memang tepat untuk diberikan kepada siswa SD. Kemudian ditentukan tingkat (kriteria) validitas instrumen ini dengan koefisien korelasi.cara menghitung koefisien korelasi yaitu membandingkan antara instrumen yang dibuat dengan alat ukur lain yang diasumsikan telah memiliki validitas paling tinggi, dalam hal ini nilai rata-rata ulangan harian siswa. Koefisien korelasi ini dihitung dengan product moment raw score dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) dengan formula sebagai berikut ini.dengan formula sebagai berikut ini.

= −

2( )2 2( )2

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y

N = banyaknya peserta tes X = nilain hasil uji coba Y = nilai rata-rata harian

Untuk menghitung validitas instrumen, digunakan bantuan Microsoft Excel 2013 untuk memudahkan proses perhitungan dan menjamin keaukratan hasil perhitungan Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman, 1990: 151) yaitu sebagai berikut ini.


(31)

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

≤ 0,00 Tidak valid

Hasil uji coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan, soal yang digunakan dalam penelitian ini koefisien korelasinya mencapai 0,72 dan 0,73 yang berarti validitas instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini Tinggi berdasarkan Tabel 3.3. (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen tes hasil belajar masing-masing soal dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Validitas Tiap Butir Soal Tes Pemahaman Matematis No soal

kode 1

Koefisien korelasi

Interpretasi No soal

kode 2

Koefisien korelasi

Interpretasi

1a 0,54 Sedang 1a 0,43 Sedang

1b 0,46 Sedang 1b 0,43 Sedang

2 0,43 Sedang 2 0,68 Tinggi

3a 0,46 Sedang 3a 0,22 Rendah

3b 0,44 Sedang 3b 0,17 Rendah

3c 0,62 Tinggi 3c 0,63 Tinggi

4 0,42 Sedang 4 0,33 Rendah

5 0,38 Rendah 5 0,55 Sedang

6a 0,11 Rendah 6a 0,27 Rendah

6b 0,70 Tinggi 4b 0,80 Sedang

7 0,76 Tinggi 7 0,74 Tinggi

8a 0,77 Tinggi 8a 0,83 Sangat Tinggi

8b 0,76 Tinggi 8b 0,69 Tinggi

b. Reliabilitas Tes

Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh, seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang lainnya (Maulana, 2009: 45).Untuk mengukur reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut:


(32)

38

=

�− − � Keterangan:

N = banyaknya butir soal �2 = varians skor tiap butir soal 2 = varians skor total

Untuk menghitung reliabiltas instrumen, digunakan bantuan Microsoft Excel 2013 untuk memudahkan proses perhitungan dan menjamin keaukratan hasil perhitungan. Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Keofisien korelasi Interpretasi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba instrumen dapat diketahui bahwa instrumen dalam penelitian ini memiliki kriteria reliabilitas tinggi dengan koefisien korelasi 0,71 dan 0,79. Adapun perhitungan reliabilitas instrument terlampir.

c. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

�� = � � Keterangan:

IK = tingkat/ indeks kesukaran = rata-rata skor tiap butir soal � �= skor maksimum ideal


(33)

Untuk menghitung indeks kesukaran, digunakan bantuan Microsoft Excel 2013 untuk memudahkan proses perhitungan dan menjamin keaukratan hasil perhitungan. Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213):

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat Mudah

Berikut ini merupakan data indeks kesukaran dari hasil uji coba instrumen tes pemahaman matematis yang telah dilakukan.

Tabel 3.7

Analisis Indeks Kesukaran No soal

kode 1

Indeks Kesukaran

Interpretasi No soal

kode 2

Indeks kesukaran

Interpretasi

1a 0,56 Sedang 1a 0,77 Mudah

1b 0,49 Sedang 1b 0,49 Sedang

2 0,81 Mudah 2 0,62 Sedang

3a 0,72 Mudah 3a 0,83 Mudah

3b 0,45 Sedang 3b 0,71 Mudah

3c 0,23 Sukar 3c 0,23 Sukar

4 0,84 Mudah 4 0,85 Mudah

5 0,66 Sedang 5 0,20 Sukar

6a 0,60 Sedang 6a 0,77 Mudah

6b 0,17 Sukar 4b 0,30 Sukar

7 0,14 Sukar 7 0,30 Sukar

8a 0,17 Sukar 8a 0,21 Sukar


(34)

40

Dengan melihat tabel di atas, dapat diketahui terdapat 8 butir soal mudah, 7 soal sedang dan 11 soal sukar. Adapun persentase soal dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.8

Persentase Tingkat kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal Jumlah item soal Persentase

Mudah 8 31%

Sedang 7 27%

Sukar 11 42%

d. Daya pembeda

Daya pembeda atau indeks diskriminasi menunjukkan sejauh mana setiap butir soal dapat membedakan siswa yang mampu menguasai materi pembelajaran dengan siswa yang tidak menguasai pembelajaran.Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula berikut:

�� = − � � Keterangan:

DP = daya pembeda

= rata-rata skor kelompok atas

= rata-rata skor kelompok bawah

SMI = skor maksimum ideal

Selain perhitungan validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran, demi memudahkan proses perhitungan dan menjamin keaukratan hasil perhitungan Microsoft Excel 2013 juga akan digunakan untuk menghitung daya pembeda. Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman, 1990: 202):

Tabel 3.9

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya pembeda Interpretasi

DP = 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen yang dilakukan. Tabel 3.10


(35)

Daya Pembeda Butir Soal No soal

kode 1

Daya Pembeda

Interpretasi No soal

kode 2

Daya Pembeda Interpretasi

1a 0,28 Cukup 1a 0,55 Baik

1b 0,30 Cukup 1b 0,48 Baik

2 0,41 Baik 2 0,77 Sangat Baik

3a 0,49 Baik 3a 0,3 Cukup

3b 0,41 Baik 3b 0,18 Jelek

3c 0,28 Cukup 3c 0,35 Cukup

4 0,29 Cukup 4 0,3 Cukup

5 0,67 Baik 5 0,3 Cukup

6a 0,15 Jelek 6a 0,23 Cukup

6b 0,26 Cukup 4b 0,64 Baik

7 0,25 Cukup 7 0,52 Baik

8a 0,32 Cukup 8a 0,54 Baik

8b 0,43 Baik 8b 0,22 Cukup

Maka dipilih 17 soal yang akan digunakan dalam tes pemahaman matematis dengan pertimbangan dari tujuan pembelajaran dan indikator pemahaman matematis yang digunakan. Selain itu, pertimbangan validitas butir soal, indeks kesukaran dan daya pembeda yang telah diketahui dari hasil ujicoba instrumen juga menjadi faktor yang menentukan dalam pemilihan soal. Adapun soal yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11

Butir Soal Kode 1 yang Dipakai dan Tidak Dipakai untuk Pretes dan Postes No

soal

Validitas Inter-pretasi Indeks Kesukaran Inter-pretasi Daya Pembeda Inter-pretasi Keterangan

1a 0,54 Sedang 0,56 Sedang 0,28 Cukup Digunakan

1b 0,46 Sedang 0,49 Sedang 0,30 Cukup Digunakan

2 0,43 Sedang 0,81 Mudah 0,41 Baik Tidak Digunakan

3a 0,46 Sedang 0,72 Mudah 0,49 Baik Digunakan

3b 0,44 Sedang 0,45 Sedang 0,41 Baik Digunakan

3c 0,62 Tinggi 0,23 Sukar 0,28 Cukup Tidak Digunakan

4 0,42 Sedang 0,84 Mudah 0,29 Cukup Digunakan

5 0,38 Rendah 0,66 Sedang 0,67 Baik Tidak Digunakan

6a 0,11 Rendah 0,60 Sedang 0,15 Jelek Tidak Digunakan

6b 0,70 Tinggi 0,17 Sukar 0,26 Cukup Digunakan

7 0,76 Tinggi 0,14 Sukar 0,25 Cukup Digunakan

8a 0,77 Tinggi 0,17 Sukar 0,32 Cukup Digunakan

8b 0,76 Tinggi 0,19 Sukar 0,43 Baik Digunakan

Tabel 3.12

Butir Soal Kode 2 yang Digunakandan Tidak Digunakani untuk Pretes dan Postes


(36)

42

No soal

Validitas

Inter-pretasi Indeks Kesukaran Inter-pretasi Daya Pembeda

Inter-pretasi Keterangan

1a 0,43 Sedang 0,77 Mudah 0,55 Baik Tidak Digunakan

1b 0,43 Sedang 0,49 Sedang 0,48 Baik Digunakan

2 0,68 Tinggi 0,62 Sedang 0,77 Sangat Baik Digunakan

3a 0,22 Rendah 0,83 Mudah 0,3 Cukup Tidak Digunakan

3b 0,17 Rendah 0,71 Mudah 0,18 Jelek Tidak Digunakan

3c 0,63 Tinggi 0,23 Sukar 0,35 Cukup Digunakan

4 0,33 Rendah 0,85 Mudah 0,3 Cukup Tidak Digunakan

5 0,55 Sedang 0,20 Sukar 0,3 Cukup Digunakan

6a 0,27 Rendah 0,77 Mudah 0,23 Cukup Digunakan

6b 0,80 Sedang 0,30 Sukar 0,64 Baik Digunakan

7 0,74 Tinggi 0,30 Sukar 0,52 Baik Digunakan

8a 0,83 Sangat

Tinggi 0,21 Sukar 0,54 Baik Digunakan

8b 0,69 Tinggi 0,09 Sukar 0,22 Cukup Digunakan

2. Instrumen Nontes

Teknik non tes ini digunakan untuk menilai aspek-aspek pada diri siswa yang sulit atau tidak dapat diukur dengan angka. Di bawah ini akan diuraikan beberapa teknik non tes yang akan dilaksanakan.

a. Skala Sikap Siswa

Instrumen skala sikap digunakan untuk mengukur tingkat minat serta motivasi siswa terhadap pembelajaran matematikayang telah dilakukan. Skala sikap ini diberikan kepada kelas eksperimen dan kontrol di akhir penelitian dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada salah satu kolom isian. Bentuk skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Skala sikap ini terdiri dari 15 butir pernyataan mengenai minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Pengolahan hasil dari pengisian skala sikap ini yakni dengan menjumlahkan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju terhadap masing-masing butir pernyataan.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan rekaman data atau informasi mengenaiprosedur kegiatan pembelajaran untuk melihat kesesuaian antara perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan. Melalui lembar observasi dapat diperoleh data tentang tingkah laku siswa dan guru saat proses kegiatan belajar mengajar.Observasi


(37)

merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan (Maulana, 2009:35).Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas siswa dan Observasi aktivitas guru selama mengikuti pembelajaran baik saat di kelas maupun di luar kelas.Aktivitas ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist).Lembar observasi guru dan siswa bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan pembelajaran (baik pembelajaran eksperimen maupun konvensional) sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Ada empat aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu, partisipasi, disiplin, kerjasama, dan motivasi.Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0-3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa beserta indikatornya terlampir).Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau kurang (K).Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3 Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6 Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9

c. Wawancara

Menurut Wahyudin, dkk. (2006), wawancara merupakan kegiatan penilaian non tes yang dilaksanakan melalui percakapan langsung antara penilai (guru) dengan individu yang dinilai (siswa).Wawancara dapat digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, dan keyakinan siswa.

Dalam penelitian ini, wawancara digunakan sebagai instrumen pelengkap

selain observasi. Wawancara ditujukan kepada siswa dan guru(kelas eksperimen dan control)dengan tujuan untuk mengetahui respon terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung.

d. Catatan Lapangan

Teknik pengumpulan data lain yang digunakan adalah catatan lapangan. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2002: 153), “Catatan lapangan adalah


(38)

44

catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dam refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”. Catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa serta berbagai kejadian yang dianggap penting yang tidak direncanakan dan tidak dapat teramati pada pedoman observasi.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: petama tahap persiapan, kedua tahap pelaksanaan, ketiga tahap analisis data, dan terakhir tahap pembuatan kesimpulan. Secara umum alur penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat dalam bagan berikut ini.

Perizinan

Ujicoba Instrumen Validasi Kepada ahli

Populasi Instrumen

Sampel X Y

Pretes

Postes Revisi

X: kelompok eksperimen Pembelajaran dengan media pizza paper

Analisis

Y: kelompok kontrol Pembelajaran konvensional

Tahap Persiapan

Tahap Perencanaan

Tahap Analisis Data Tahap Pembuatan Kesimpulan


(39)

Gambar 4.1 Prosedur Penelitian

Penjelasan dari keempat tahap berikut adalah sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini akan dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu;permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian (surat perizinan terlampir), merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian (instrumen penelitian terlampir), mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk menentukan validitas isi dan muka (instrumen tes yang telah divalidasi isi dan muka terlampir), melakukan ujicoba instrument (hasil uji coba terlampir), untuk mengetahui validitas kriteria, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrument, dan melakukan pengolahan terhadap instrumen, dan jika perlu direvisi, atau bahkan diuji coba ulang.Kemudian kegiatan selanjutnya yaitu; menentukan populasi, memilih sampel yang representatif, sampel terdiri dari dua kelas yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas control.Kegiatan di atas terlebih dahulu dipersiapkan oleh peneliti agar pada saat pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan melakukan pretes baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematis awal siswa, mengolah data hasil pretes untuk menentukan homogentias dan normalitas data, melakukan perlakuan, yakni menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media pizza paper untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional, melakukan postes untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa, mengumpulkan data instrumen non-tes, dan terakhir melakukan uji hipotesis.


(40)

46

3. Tahap analisis data

Analisis data yang akan dilakukan yaitu: pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan dan penganalisisan hasil data kuantitatif berupa postes kemampuan pemahaman matematik siswa dari kedua kelas kemudian dicocokan dengan hipotesis yang telah dibuat apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak. Pengolahan data kualitatif berupa hasil observasi dan wawancara. Kemudian angket skala sikap adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan.

4. Tahap pembuatan kesimpulan

Pada tahap ini dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi dalam dua kelompok, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretesdan postes.Adapun data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, skala sikap dan catatan lapangan.

1. Data kuantitatif

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.Untuk menguji normalitas data yang terkumpul akan dilakukan uji normalitas dengan test of normality dari Kolmogorof-Smirnov untuk ukura sampel yang besar lalu ukuran sampel kecil dipakai Shapiro-Wilk hal tersebut hal tersebut berdasarkan pendapat Sen dan Srivastava (105: 1990) yang menyatakan bahwa “among several test for normality, the Shapiro-Wilk (1990) test has become somewhat standard for small sample size (e.g., <50) and is given many statistical packages.”, yang artinya kurang lebih adalah antara beberapa uji normalitas, uji Shapiro-Wilk (1990) tes yang telah menjadi agakstandar untukukuran sampel ukuran kecil(misalnya, <50) dandiberikanbanyak paketstatistik. Hal tersebut sependapat dengan Dahlan (2007) “Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk sampel yang besar (lebih dari 50)


(41)

sedangkan Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit (kurang atau sama dengan dari 50)”.dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu: H0 : data berasal dari sampel yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas akan dilakukan dengan α (taraf signifikansi) sebesar 5% (0,05).Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi <0,05

maka H0 ditolak. Jika kedua data kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan pengujian homogenitas data dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

b. Uji homogenitas varians

Uji homogenitas varians ini dilakukan jika data berdistribusi normal, tetapi bila data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistik nonparametrik. Uji homogenitas data digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam software IBM SPSS Statistics 20 for Windows. Rumusan hipotesis pengujian homogenitas, yaitu sebagai berikut.

H0 : data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau

homogen

H1 : data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau

tidak homogen

Taraf signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

c. Uji beda rata-rata berpasangan

Syarat uji beda rata-rata berpasangan (Paired sample t-test) Dahlan (2007) adalah data harus berdistribusi normal, dan varian data tidak perlu diuji karena


(42)

48

kelompok data merupakan berpasangan. bila syarat normalitas telah terpenuhi, langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata (uji-t berpasangan). Uji paired sample t-test dilakukan dengan langkah-langkah dan kriteria sebagai berikut.b Merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata pretest atau nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu sebagai berikut ini.

H0 : kemampuan pemahaman matematis siswa sama secara signifikan

H1 : kemampuan pemahaman matematis siswa tidak sama secara signifikan

Menghitung uji beda dua rata-rata data pretest atau dua rata-rata data posttest dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, kemudian digunakan uji statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon pada software IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

d. Uji beda rata-rata tidak berpasangan (independen)

Syarat uji beda rata-rata tidak berpasangan (independent sample t-test) menurut Dahlan (2007) adalah data harus berdistribusi normal, dan varian data boleh sama, boleh juga tidak sama. bila syarat normalitas telah terpenuhi, langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata (uji-t). Uji independent sample t-test dilakukan dengan langkah-langkah dan kriteria sebagai berikut.Merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretest atau nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu sebagai berikut ini.

H0 : kemampuan pemahaman matematis siswa sama secara signifikan

H1 : kemampuan pemahaman matematis siswa tidak sama secara signifikan

Menghitung uji beda dua rata-rata data pretest atau dua rata-rata data posttest dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:


(43)

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetapi untuk membaca hasil dari pengujiannya yaitu pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama). Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, kemudian digunakan uji statistik nonparametrik dengan uji Mann Whitney pada software IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

e. Gain normal

Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) menurut Hake (1999a) “the average normalized gain <g > is the actual gain (<%post> – <%pre>) divided by the maximum possible gain (100% – <%pre>) where the angle brackets indicate the class averages”. Menurutnya rata-rata normalisasi gain <g> adalah keuntungan yang sebenarnya (<% pasca> - <% pre>) dibagi oleh kemungkinan keuntungan maksimum (100% - <% pre>) di mana sudut kurung menunjukkan kelas rata-rata. Kalau kita formuasikan maka akan terlihat seperti berikut yaitu sebagai berikut:

����= skor postes−skor pretes skor max− skor pretes

Hake (1999b) juga mengkategorikan gain dengan (High-g) courses as those with (<g>) > 0.7; (Medium-g) courses as those with 0.7 > (<g>) > 0.3; (Low-g) courses as those with (<g>) < 0.3. Kalau pernyataan di atas dimuat dalam tabel maka akan terlihat seperti tabel 3.13 di bawah ini.

Tabel 3.13

Kriteria tingkat N-Gain

Tingkat N-Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah


(44)

50

f. Analisis Data Anova Satu Jalurtidak berpasangan (One Way Anova)

Anova merupakan singkatan dari "analysis of varian" adalah salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Untuk melakukan uji Anova tidak berpasangan, menurut Dahlan (2007) harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu: Sampel berasal dari kelompok yang independen, varian antar kelompok harus homogen, data masing-masing kelompok berdistribusi normal.

Asumsi yang pertama harus dipenuhi pada saat pengambilan sampel yangdilakukan secara random terhadap beberapa kelompok yang independen (kelompok siswa unggul, papak dan asor). Untuk menentukan siswa termasuk kelompok unggul, papak dan asor maka, menurut Suherman dan Sukjaya (1990) diambil 27% siswa kelompok atas dan 27% kelompok bawah. 27% kelompok atas yang termasuk siswa unggul, 27% kelompok bawah termasuk siswa asor, dan terakhir sekitar 46% sisanya termasuk kelompok siswa papak. Nilai pada satu kelompok tidak tergantung pada nilai di kelompok lain, dan pemenuhan terhadap asumsi kedua dan ketiga dapat dicek jika data telah dimasukkan ke komputer, jika asumsi ini tidak terpenuhi dapat dilakukan transformasi terhadap data. Apabila proses transformasi tidak juga dapat memenuhi asumsi ini maka uji Anova tidak valid untuk dilakukan, sehingga harus menggunakan uji non-parametrik misalnya Kruskal-Wallis.Sebagai media bantu, semua pengujian statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

2. Data kualitatif

a. Skala sikap

Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan, digunakan skala sikap untuk mengumpulkan datanya. Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan dalam skala sikap terbagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Data yang diperoleh berupa skala kualitatif, maka skala kualitatif tersebut ditransfer kedalam


(45)

data kuantitatif.Untuk tiap pernyataan diberi skor seperti tertera pada Tabel 9dibawah ini.

Tabel 3.14

Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket Pernyataan Skor tiap pilihan

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Data hasil pengisian angket dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 1) Menghitung rata-rata skor tiap siswa

�= �

� Keterangan:

=rata-rata skor siswa Xts = jumlah skor siswa p = jumlah pernyataan

2) Menghitung rata-rata total

t =

� �

Keterangan:

t = Rata-rata total

ts = Jumlah rata-rata skor tiap siswa n = Jumlah Siswa

Tabel 3.15

Kategori Angket Sesuai Skala Likert Skor Rata-rata

( t)

Kriteria

1≤ t <3 Negatif t =3 Netral


(46)

52

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan media pizza paper terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis untuk mengevaluasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara digunakan sebagai instrumen pelengkap selain observasi. Wawancara ditujukan kepada siswa dan guru (kelas eksperimen dan kontrol) dengan tujuan untuk mengetahui respon terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Analisis wawancara yaitu dengan cara menyimpulkan hasil wawancara setelah proses pembelajaran berlangsung sepenuhnya.

d. Catatan lapangan

Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa serta berbagai kejadian yang dianggap penting yang tidak direncanakan dan tidak dapat teramati pada pedoman observasi. Catatan lapangan dianalisis dengan cara mengidentifikasi kejadian yang dianggap penting yang tidak direncanakan dan tidak dapat teramati pada pedoman observasi yang memang merubah pembelajaran sepenuhnya. Apabila tidak terdapat kejadian yang merubah total arus pembelajaran maka dianggap di abaikan dan hanya dijadikan referensi dan bahan refleksi bagi guru untuk lebih dapat menguasai kelas secara penuh hingga semua siswa dapat terkendali aktivitasnya.


(47)

DAFTAR ISI

BAB III ... 30

A. Subjek Penelitian ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 32

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Desain Penelitian ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

1. Instrumen Tes ... 36

2. Instrumen Nontes ... 42

E. Prosedur Penelitian ... 44

1. Tahap persiapan ... 45

2. Tahap pelaksanaan ... 45

3. Tahap analisis data ... 46

4. Tahap pembuatan kesimpulan ... 46

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 46

1. Data kuantitatif ... 46


(48)

54

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan M. (2007) Statistik untuk Kesehatan dan Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Hake R. (1999a). Design-Based Research in Physics Education. [Ofline] tersedia:http://www.physics.indiana.edu/~hake/DBR-Physics3.pdf[14 Mei 2013].

Hake R. (199b). Analyzing Change/Gain Scores. Bloomington: Dept. of Physics, Indiana University.

Ipeh. (2011). Teknik Pengambilan Sampel. [Online]

tersedia:http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id/2011/11/09/teknik-pengambilan-sampel/ [9 Mei 2013].

Margono, S. (2010).Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nursyahidah f. (2012). Penelitian Eksperimen. [Online] tersedia:http://www.scribd.com/doc/128643397/Penelitian-Eksperimen-Farida.html [9 Mei 2013].

Sen A., Srivastava M. (1990) Regression Analysis Theory, Methods, and Applications. Springer

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990).Petunjuk Praktis Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Zebua. (2007).Mitos Jumlah Sampel Minimum. [Online] tersedia:http://researchexpert.wordpress.com/2007/11/16/tentang-jumlah-sampel-benarkah-minimum-30/[10 Mei 2013].


(49)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini.

1. Pembelajaran dengan menggunakan media pizza paper dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa SD secara signifikan pada materi pecahan. Terlihat dari rata-rata gain siswa pada kelompok eksperimen yakni 0,34 dengan kriteriapeningkatan sedang, dan terlihat dari uji beda rata-rata berpasangan (pretes-postes) dengan hasil p-value 0,000 pada tingkat kepercayaan 95%.

2. Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa SD secara sigmifikan pada materi pecahan. Terlihat dari rata-rata gain siswa pada kelompok kontrol yakni 0,31 dengan kriteria peningkatan sedang, dan terlihat dari uji beda rata-rata berpasangan (pretes-postes) dengan hasil p-value 0,000 pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan media pizza paper dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional pada materi pecahan. Terlihat dari uji beda rata-rata independen (gain eksperimen-gain kontrol) dengan hasil p-value 0,887 pada tingkat kepercayaan 95%.

4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan antara siswa yang berkategori unggul, papak dan asor pada pembelajaran secara konvensional pada materi pecahan. Terlihat dari uji ANOVA (unggul, papak, dan asor) dengan hasil p-value 0,475 pada tingkat kepercayaan 95%.

5. Paling tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara signifikan pada dua kategori antara siswa yang berkategori unggul, papak dan asor pada pembelajaran yang menggunakan media pizza paper pada materi pecahan. Terlihat dari uji ANOVA (unggul, papak, dan asor)


(1)

107

dengan hasil p-value 0,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Dilihat dari hasil post hoc terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa secara signifikan antara siswa dengan kategori unggul dengan siswa kategori papak untuk kategori unggul dan kategori papak dengan P-value = 0,001, pada tingkat kepercayaan 95%. Kemudian terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa secara signifikan antara siswa dengan kategori unggul dengan siswa kategori asor dengan demikian P-value = 0,000, pada tingkat kepercayaan 95%. Terakhir disimpulakan terdapat tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa secara signifikan antara siswa dengan kategori papak dengan siswa kategori asor diperoleh untuk kategori papak dan Kategori asor denganP-value = 0,525, pada tingkatkepercayaan 95%. Dilihat dari rata-rata gain kelompok unggul 0,660, rata-rata gain kelompok papak0,256, rata-rata gain kelompok asor 0,194, maka dapat ditarik kesimpulan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan menggunakan media pizza paper pada kelompok unggul lebih baik secara signifikan daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswapada kelompok papak dan kelompok asor pada materi pecahan.

6. Respon siswa terhadap terhadap pembelajaran dengan menggunakan media pizza paper dan pembelajaran konvensional mendapat respon positif dengan rata-rata total 3,6 untuk pembelajaran dengan media pizza paper dan 3,8 untuk pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan padabagianterdahulu,saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru Matematika

Pembelajaran matematika dengan media pizza paper maupun pembelajaran secara konvensional dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa secara signifikan pada materi pecahan. Untuk itu tidak ada beda antara yang memakai media dan tidak memakai media. Media hanya sebagai alat pendukung


(2)

108

pembelajaran. Yang lebih berpotensi dalam meningkatkan pemahaman siswa adalah kompetensi dari seorang guru.Untuk itu disarankan guru membuat dan merumuskan bahan ajar, menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, menjadi media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif,efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis dengan optimal maka pembelajaran mau memakai media atau tidakpun akan mendapat hasil yang optimal pula. Suatu pembelajaran yang efektifharus dapat memberikan kesan yang baik pada diri siswa sehingga dapat menjadikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Supaya pembelajaran dapat berjalan secara efektif setidaknya guru harus mengecek dan memenuhi prasyarat dari materi yang akan di ajarkan. Jangan mengangap bahwa semua media pembelajaran itu bagus. Sebuah media apalagi yang dapat dimanipulasi tentu dapat menyedot perhatian dan ketertarikan siswa, namun kita harus memperhatikan ketergantungan siswa terhadap media, dengan arti bahwa setelah siswa dapat menyelesaikan soal dengan menggunakan bantuan media, maka siswa itu pun harus mampu menjawab soal yang sejenis tanpa media.

2. Bagi Pihak Sekolah

Ketersediaan media di sekolah merupakan faokor utama guru enggan menggunakan media di kelas. Kebanyakan guru tidak mau mengalokasikan gaji mereka untuk pembuatan media karena foktor pribadi kan kebutuhan keluarga. Oleh karena itu sekolah sebaiknya mengalokasikan dana untuk pengadaan media pembelajaran demi membantu para guru di saat pembelajaran berlangsung. Dan media yang sudah ada hekdaklah di rabaw dengan baik agar media tidak cepat rusak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitianserupadenganmedia selainpengalaman langsung (media pizza paper) contohnya: media yang bersifat observasi, dalam hal ini pembelajaran dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek/benda (bisa nyata


(3)

109

atau tiruan) atau kejadian melalui penggunaan alat indera yang memungkinkan terjadinya proses belajar, media yang bersifat tartisipasi, dalam hal ini pembelajaran dilakukan dengan cara melibatkansiswa dalam suatu kejadian atau proses tertentu. Media yang bersifat demonstrasi, dalam hal ini pembelajaran dilakukan dengan cara memberi contoh atau pertunjukan mengenai suatu hal atau proses), media berbasis komputer dan lain sebagainya. Penetiti seharusnya terlebih dahulu melakukan cek prasyarat dari materi yang akan di ajarkan kepada setiap sampel yang dipilih supaya tidak menghambat dari keoptimalan media yang dibuat.


(4)

110

[online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=50833. [3 Januari 2013].

Arsyad, Azhar. (2000). Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

BSNP. (2006). Kurikulum 2006 (Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar). Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Dahlan M. (2007) Statistik untuk Kesehatan dan Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Dimiyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, Syaiful. (2010). Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan Strategi Bermain Peran pada Siswa SD Kelas IV Semen

Gresik [offline]. Tersedia:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=media%20dalam%20meningkat kan%20pecahan&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDMQFjAB&url=ht tp%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2Foperator%2Fupload%2Fs_pgsd_080 4882_chapter2.pdf&ei=YTjlUKrWE8fSrQf5uoD4Cw&usg=AFQjCNH3Tq anPqN2Xh6kLbsm7R2vTlq55A&bvm=bv.1355534169,d.bmk [3 Januari 2013].

Hake R. (1999a). Design-Based Research in Physics Education. [Ofline] tersedia:http://www.physics.indiana.edu/~hake/DBR-Physics3.pdf [14 Mei 2013].

Hake R. (199b). Analyzing Change/Gain Scores. Bloomington: Dept. of Physics, Indiana University.

Hidayati, Umi. (2007). Penggunaan Media Kartu Permainan Bilangan Pecahan dan Blok Pecahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Pecahan Siswa Kelas III SDN Percobaan Malang [Online]. Tersedia: http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=33212 [3 Januari 2013].

Ipeh. (2011). Teknik Pengambilan Sampel. [Online] tersedia:http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id/2011/11/09/teknik-pengambilan-sampel/ [9 Mei 2013].


(5)

111

Margono, S. (2010).Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Marusy A. (2012).Pengertian matematika. [Online] tersedia:

http://www.pustakasekolah.com/pengertian_matematika.html#ixzz2VBvxs GW2[27 Januari 2013]

Maulana. (2008). Pendidikan Matematika 1. Diktat Perkuliahan. Bandung.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Munadi, Y. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Nugraheni, Usada, dan Kamsiyati. (2009). Penggunaan Media Kartu Pecahan

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep Pecahan. [Offline] Tersedia:http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=3&ved=0CD4QFjAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.fkip.uns.ac.id%2F index.php%2Fpgsdsolo%2Farticle%2Fdownload%2F454%2F235&ei=bc_E

Uf7MFoK4rAeGpoHgAg&usg=AFQjCNGAVjP-XrWywL8vXzCIebqIxb9o8w&sig2=Vx6l0zdUAffL7w7g9PwA6Q&bvm= bv.48293060,d.bmk[3 Januari 2013].

Nurhayati, Teti. (2010). Skripsi. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Soal Cerita FPB KPK di Kelas V SDN Cipelang Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang. PGSD UPI Kampus Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Nursyahidah f. (2012). Penelitian Eksperimen. [Online] tersedia:http://www.scribd.com/doc/128643397/Penelitian-Eksperimen-Farida.html [9 Mei 2013].

Raymond S. (2003). Principles of Teaching [Online] Tersedia:http://teacherworld.com/potdale.html [3 Januari 2013]

Ruseffendi, E. T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta:Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.


(6)

Sen A., Srivastava M. (1990) Regression Analysis Theory, Methods, and Applications. Springer

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990).Petunjuk Praktis Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Wahyudin, Uyu., dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Walle, J.A. (2007). Elementary and middle school mathematics: teaching developmentally. Virginia:Late of Virginia Commonwealth University Zebua. (2007).Mitos Jumlah Sampel Minimum. [Online]

tersedia:http://researchexpert.wordpress.com/2007/11/16/tentang-jumlah-sampel-benarkah-minimum-30/ [10 Mei 2013].


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI LIPAT DI KELAS V (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cibeureum I dan SDN Cimalaka II di Kabupaten Sumedang).

0 1 39

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V di SDN Liangjulang III dan Liangjulang VI di Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka).

0 2 47

PENGARUH PERMAINAN KIMBUM POLKADOT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT : Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Cibodas I dan SDN Kadujajar I diKecamatanTanjung

0 0 38

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Sindangraja dan SDN Panyingkiran III di Kecamatan Sumedang Utara).

0 4 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI LIPAT (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Padasuka II dan SDN Padamulya di Kabupaten Sumedang).

0 0 40

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI PUTAR (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cimalaka 2 dan SDN Citimun 2 di Kabupaten Sumedang).

0 0 44

PERMAINAN POTONG DAN WARNAI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI MEMBANDINGKAN, MENGURUTKAN DAN MENJUMLAHKAN PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Rancakalong dan SDN Sirnamanah di Kecamatan RancakalongKabupate

0 0 37

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ciuyah I dan SDN Cisalak IV di Kecamatan Cisarua Kabupaten Sumedang).

0 0 49

PENGARUH MODEL KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV SD PADA MATERI ENERGI PANAS (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Jagatapa dan SDN Kirisik di Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang).

0 1 38

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS IV SDN 3 GEMULUNG PADA MATERI PECAHAN

0 0 5