PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI LIPAT (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Padasuka II dan SDN Padamulya di Kabupaten Sumedang).

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI

SIMETRI LIPAT

(Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Padasuka II dan SDN Padamulya di Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukanuntukmemenuhisebagiandarisyarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh RentiHardiana

0903212

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa pada Materi Simetri Lipat ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan

Renti Hardiana NIM. 0903212


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pentingnya Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 5

BAB II STUDI LITERATUR A. Pembelajaran Matematika ... 7

B. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD ... 8

C. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD ... 8

D. Model Pembelajaran Inkuiri ... 9

1. Pengertian model pembelajaran inkuiri ... 9

2. Ciri utama model inkuiri ... 9

3. Prinsip penggunaan model pembelajaran inkuiri ... 10

4. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri ... 11

5. Keunggulan Model Inkuiri ... 13

E. Pemahaman Matematik ... 14

F. Simetri Lipat ... 15

G. Teori Belajar yang Berkaitan dengan Model Pembelajaran Inkuiri ... 17

1. Teori Belajar Jerome S. Bruner ... 17

2. Teori Belajar Jean Piaget ... 17

3. Teori Perkembangan Geometri Van Hiele ... 20

H. Pembelajaran Simetri Lipat dengan Model Pembelajaran Inkuiri ... 21

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

J. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 25

1. Populasi ... 25


(4)

B. Metode dan Desain Penelitian ... 28

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 29

1. Instrumen Tes ... 30

2. Instrumen Non Tes ... 37

E. Prosedur Penelitian ... 38

1. Tahap Perencanaan ... 38

2. Tahap Pelaksanaan ... 39

3. Tahap akhir ... 39

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 39

1. Analisis Data Kuantitatif ... 40

2. Analisis Data Kualitatif ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Kuantitatif ... 45

1. Analisis Data Hasil Pretes ... 45

2. Analisis Data Hasil Postes ... 52

3. Analisis Gain Normal ... 58

B. Uji Hipotesis ... 64

1. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 64

2. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 68

3. Uji Hipotesis Rumusan Maslah 3 ... 70

C. Analisis Data Kualitatif ... 73

1. Analisis Skala Sikap Siswa ... 74

2. Analisis Hasil Observasi ... 78

3. Hasil Wawancara ... 83

D. Data Proses Pembelajaran ... 84

1. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 84

2. Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 85

E. Temuan dan Pembahasan ... 86

1. Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa ... 86

2. Pembelajaran Konvensional Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa ... 88

3. Peningkatan Pemahaman Antara Siswa yang Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Siswa yang Belajar dengan Pembela- jaran Konvensional ... 89

4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 98


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Daftar Perolehan Nilai UN Kelompok Tinggi ... 25

3.2 Daftar Perolehan Nilai UN Kelompok Sedang ... 25

3.3 Daftar Perolehan Nilai UN Kelompok Rendah ... 26

3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 31

3.5 Validitas Tiap Butir Soal Tes Pemahaman Matematik... 31

3.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 32

3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 33

3.8 Analisis Tingkat Kesukaran ... 34

3.9 Persentase Tingkat kesukaran Soal ... 34

3.10 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35

3.11 Daya Pembeda Butir Soal ... 35

3.12 Butir Soal yang Dipakai untuk Pretes dan Postes ... 36

3.13 Kriteria tingkat N-Gain ... 42

3.14 Kriteria tingkat N-Gain ... 43

3.15 Kategori Angket Sesuai Skala Likert ... 44

4.1 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 46

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 47

4.3 Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman ... 49

4.4 Uji Homogenitas Soal Pretes Kemampuan Pemahaman ... 51

4.5 Uji Perbedaan Rata-rata Soal Pretes Kemampuan Pemahaman 52 4.6 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 53

4.7 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 54

4.8 Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 56

4.9 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes ... 57

4.10 Gain Normal Kelas kontrol ... 58

4.11 Gain Normal Kelas Eksperimen ... 59

4.12 Statistik Deskriptif Gain pada Kedua Kelompok ... 60

4.13 Uji Normalitas Gain ... 62

4.14 Uji Homogenitas gain ... 63

4.15 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Gain ... 64

4.16 Uji Normalitas Rumusan Masalah 1 ... 65

4.17 Uji Homogenitas Rumusan Masalah 1 ... 66

4.18 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Rumusan Masalah 1 ... 67

4.19 Uji Normalitas Rumusan masalah 2 ... 68

4.20 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Rumusan Masalah 2 ... 69

4.21 Uji Normalitas Gain Rumusan Masalah 3 ... 71

4.22 Uji Homogenitas gain Rumusan Masalah 3 ... 72

4.23 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Gain Rumusan Masalah 3 ... 73

4.24 Pernyataan Positif pada Skala Sikap Siswa ... 74

4.25 Pernyataan Negatif pada Skala Sikap Siswa ... 77

4.26 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 79

4.27 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen... 80


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Cara melipat bangun persegi ... 16 2.2 Bangun yang tidak memiliki simetri lipat ... 16


(7)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

4.1 Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 48

4.2 Data Pretes Kelas Eksperimen Berdistributsi Normal ... 50

4.3 Data Pretes Kelas Kontrol Berdistribusi Normal... 50


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

LAMPIRAN B Instrument Tes ... 131

LAMPIRAN C Instrumen Nontes ... 137

LAMPIRAN D Hasil Uji Coba Instrumen ... 153

LAMPIRAN E Analisis Data Hasil Penelitian ... 168

LAMPIRAN F Surat-surat ... 217

LAMPIRAN G Lembar Monitoring ... 222


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini perlu diimbangi dengan kemajuan di berbagai bidang, tak terkecuali pendidikan.Untuk itu menuntut kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi setiap permasalahan zaman, baik permasalahan yang berdampak positif maupun permasalahan yang berdampak negatif.Dalam bidang pendidikan pemerintah telah melaksanakan berbagai perbaikan dan penyempurnaan sistem pendidikan termasuk kurikulum.

Pentingnya pendidikan di Sekolah Dasarmenuntut guru menjadi seorang motivator yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan melalui cara membina kepribadian siswa. Sehingga tujuan pendidikan pun tidak hanya tercapai tetapi dapat membimbing kepribadian siswa untuk menjadi lebih baik.

Perkembangan kognitif anak usia SD masih berpikir secara konkret. Hal ini sesuai dengan teori Piaget (Maulana, 2008) yang berpendapat bahwa tahapan berpikir manusia merupakan suatu perkembangan yang berthap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat tahapan. Menurut Piaget anak usia SD berada pada tahap perkembangan yang kedua yaitu pada tahap operasional konkret yaitu antara usia 7 sampai 12 tahun. Pada periode ini disebut operasi konkret karena berpikir logisnya didasarkan atas manifulasi fisik dari objek-objek.

Sesuai dengan tahapan operasional konkret, anak usia SD masih susah untuk memahami konsep yang abstrak. Untuk itu, guru sebagai fasilitator harus bisa mengkonkretkan pembelajaran agar lebih mudah dipahami oleh siswa.Dalam pembelajaran memerlukan suatu upaya untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran.Baik melalui penerapan model ataupun media pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.


(10)

Pembelajaran matematika merupakan komponen penting dari pendidikan.Dalam pelaksanaan pendidikan, matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi.Ini menunjukan betapa pentingnya matematika untuk dipelajari.Pendidikan sekolah dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peranan yang amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas, 2006: 30) mata pelajaran matematika ditujukan agar siswa mampu:

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;

2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secar luwes, akurat, efisien dan tepat dalam memecahkan masalah. Tujuan pembelajaran tersebut menunjukan agar siswa diharapkan memiliki pemahaman matematik.

Belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika ia terlibat secara langsung dalam proses melakukan penyelesaian masalah, tidak sekadar melihat guru menjelaskan cara penyelesaian dengan model matematika atau mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep matematika. Magnesen (DePorter, Reardon, dan Nourie, 2005) menyatakan bahwa seseorang dapat memperoleh hasil belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan.


(11)

3

Menurut penelitian yang dilakukan sekitar abad ke-19 terdapat hasil yang menunjukkan bahwa belajar tidak melalui latihan hafalan dan mengasah otak, namun diperoleh siswa melalui bagaimana siswa berbuat, berpikir memperoleh persepsi dan lain-lain (Ruseffendi, dkk., 1992).Hal ini sangat jelas menandakan bahwa setiap yang dipelajari oleh siswa harus bisa berkesan baik, fungsinya jelas dan manfaatnya pasti dalam kehidupan siswa.

Ada kepuasan tersendiri bagi guru maupun siswa saat siswa mampu menemukan kembali suatu konsep matematika atau saat siswa mampu menyelesaikan suatu model matematika dengan usaha keras yang dilakukan.Dengan begitu, guru juga tidak hanya menuntaskan beban mengajarkan materi pelajaran yang dicanangkan dalam kurikulum, tetapi memberikan pengalaman yang sangat berharga pada diri siswa.

Model inkuiri merupakan model mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Model ini menempatkan siswa lebih banyak belajar mandiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah.Pada model ini, siswa adalah sebagai subjek belajar sedangkan peran guru adalah sebagai pembimbing belajar atau fasilitator belajar.Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (Maulana, 2009:33) “Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan yang dipertanyakan”.

Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu upaya konkrit dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Dengan kualitas pembelajaran yang meningkat, kompetensi matematika yang disyaratkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat ditingkatkan, salah satunya dalam kemampuan pemahaman matematik.

Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran ikuiri


(12)

sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, peneliti ingin melihat apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat memberikan pengaruh terhadap pemahaman matematik siswa. Secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut.

1. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran simetri lipat?

2. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran simetri lipat?

3. Apakah pemahaman siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembalajaran matematika dengan model konvensional?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran inkuiri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

2. Untuk melihat adanya pengaruh model konvensional dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

3. Untuk melihat peningkatan pemahaman yang lebih baik antara siswa yang mengkuti model pemebelajaran inkuiri dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran inkuiri.

D. Pentingnya Penelitian

Pentingnya penelitian ini dilakukan agar guru dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran


(13)

5

inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman matematik siswa serta sebagai salah satu model pembelajaran yang membuat pembelajaran menjadi semakin bermakna.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, di antaranya sebagai berikut ini.

1. Bagi Siswa

Siswa dapat termotivasi untuk belajar dengan adanya perubahan suasana dalam pembelajaran.Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, pemahaman siswa pada materi simetri lipat dapat lebih meningkat.

2. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai pembelajaran alternatif yang akan lebih meningkatkan pemahaman siswa. Sehingga siswa memiliki sikap positif terhadap matematika, dan siswa menjadi lebih aktif dan kritis.Juga sebagai upaya mengurangi kejenuhan siswa karena melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan pemahaman siswa pada materi simetri lipat.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji lebih dalam lagi model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi simetri lipat di sekolah dasar.

F. Definisi Operasional

Beberapa hal yang harus dijelaskan dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang pelaksanaannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan ataupun tanpa bantuan dari guru. Pembelajaran inkuiri


(14)

menekankan pada proses, sehingga siswa dapat berpikir kreatif dan aktif dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dipakai oleh guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini memiliki ciri sebagai berikut.

a. Lebih bersifat informatif darpada pencarian konsep suatu prinsip. b. Lebih mengutamakan hasil daripada proses.

c. Dalam diskusi guru kurang berperan sebagai fasilitator, melainkan memberikan langsung jawaban kepada siswa sehingga siswa selalu bertindak sebagai penerima saja.

3. Pemahaman yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah suatu keadaan dimana siswa mengerti terhadap konsep simetri lipat bangun datar serta mampu mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Siswa dinyatakan paham jika siswa tersebut mampu menyelesaikan dengan benar soal yang diberikan sebagai evaluasi.

4. Simetri lipat adalah jumlah lipatan yang dibentuk oleh suatu bidang datar menjadi dua bagian yang sama besar, sehingga setiap bagian dapat menutupi keseluruhan bagian dari sebagian bidang tersebut.


(15)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.

1. Populasi

Margono (2010: 118) menjelaskan bahwa “populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu”.Selain itu juga Maulana (2009: 25-26), mengemukakan bahwa populasi merupakan:

a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,

b. wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,

c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, dan

d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah dirumuskan secara jelas.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh data penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD yang berada di Kecamatan Sumedang Utara yang peringkat sekolahnya termasuk pada golongan kelompok rendah.Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari UPTD Sumedang Utara yang pengelompokannya berdasarkan jumlah nilai ujian nasional (UN) tingkat SD/MI Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2011/2012.Selain itu juga dilihat dari jumlah siswa yang terdapat pada masing kelas dan masing-masing sekolah.Dari seluruh SD yang ada di Kecamatan Sumedang Utara, sekitar tigapuluh lima SD yang dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah.Adapun untuk pengelompokkan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.


(16)

Tabel 3.1

Daftar Perolehan Nilai UN Kelompok Tinggi SDN di Kecamatan Sumedang Utara Tahun Pelajaran 2011/2012

SEKOLAH DASAR

NILAI

SUKAMAJU 927

MARGAMULYA 903

PANYINGKIRAN III 892

SINDANGRAJA 891

SUKAMULYA 885

JATIHURIP 878

RANCAMULYA 876

SUKALUYU 872

PANYINGKIRAN I 851

Tabel 3.2

Daftar Perolehan Nilai UN Kelompok Sedang SDN di Kecamatan Sumedang Utara Tahun Pelajaran 2011/2012

SEKOLAH DASAR

NILAI

TEGALKALONG II 851 PANYINGKIRAN II 849

SINDANGIV 840

PADASUKA I 839

SINDANG I 838

PADASUKA III 835

TEGALKALONG I 829

BENDUNGAN II 828

PAMARISEN 827

TALUN 823

SUKAKERTA 822

SINDANG III 821

LEMBURSITU 821

BENDUNGAN I 820

KARAPYAK I 819

PADASUKA IV 807


(17)

27

Tabel 3.3

Daftar Perolehan Nilai UN Kelompok Rendah SDN di Kecamatan Sumedang Utara Tahun Pelajaran 2011/2012

SEKOLAH DASAR

NILAI

BABAKANHURIP 798

TEGALKALONG III 790

CILENGKRANG 787

GUNUNGSARI 787

SINDANG II 781

SINDANG V 770

PADASUKA II 737

RANCAPURUT 716

PADAMULYA 704

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Mengingat bahwa ukuran populasi cukup besar dan relatif homogen, maka untuk mengefisienkan biaya, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini menggunakan teknik sampling. Namun, tetap bahwa pengambilan sampel harus memenuhi kaidah representatif. Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dua kelas dari dua sekolah yang berbeda. Pertama, peneliti mengelompokkan populasi SD menjadi tiga kelompok, yaitu SD yang termasuk kelompok tinggi, SD yang termasuk kelompok sedang, dan SD yang termasuk kelompok rendah. Kedua, peneliti memilih SD yang termasuk kelompok rendah yang akan dijadikan sampel. Ketiga, peneliti melakukan random sederhana pada SD yang termasuk kelompok rendah sehingga terpilih dua SD yakni SDN Padamulya dan SDN Padasuka II. Yang terakhir dilakukan pemilihan kembali untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka terpilihlah SDN Padamulya sebagai kelas kontrol dan SDN Padasuka II sebagai kelas eksperimen.


(18)

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini sampel penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Padamulya sebagai kelas kontrol dan siswa kelas V SDN Padasuka II sebagai kelas eksperimen.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.Dalam penelitian ini diberikan suatu perlakuan terhadap variabel bebas kemudian dilihat dari hasilnya pada variabel teikat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi simetri lipat.

Dalam penelitian eksperimen, peneliti melakukan suatu manipulasi terhadap variabel bebas kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat (Maulana, 2009: 20).

Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen adalah sebagai beikut:

1. Membandingkan dua kelompok ateu lebih.

2. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).

3. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau suatu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.

4. Variabel teikatnya diukur secara kuantitatif maupun di kuantitatifkan. 5. Menggunakan statistika efarinsial.

6. Adanya konrol terhadap variabel-variabel luar (ekstraeous variables). 7. Setidaknya terdapat satu variabel bebeas yang dimanipulasikan.

Desain penelitian yang akan digunakan yaitu desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitian ini terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen digunakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelompok kontrol digunakan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian seperti dibawah ini:

A O O


(19)

29

Keterangan:

A = Pemilihan kelompok secara acak.

O = Pretes dan postes berupa tes kemampuan pemahaman matematik siswa.

1 = Perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

2= Perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan model konvensional.

Pada penelitian ini diambil kelompok secara acak untuk dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah itu diberikan soal pretes kepada kedua kelompok dengan soal yang sama. Setelah mendapatkan hasil pretes, dilakukanlah perlakuan kepada kedua kelompok.Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan perlakuan berupa pembelajaran konvensional.Setelah semua peralakuan sudah selesai, maka langkah selanjutnya dilakukan postes berupa tes kemampuan pemahaman matematik siswa.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri (variabel bebas) dan kemampuan pemahaman matematik siswa sebagai variabel terikatnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non tes .Instrumen tes yaitu tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sedangkan instrumen non tes terdiri atas: angket dan pedoman wawancara. Margono (2010) mengemukakan bahwa suatu penelitian pada umumnya akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh


(20)

melalui instrumen.Penjelasan dari instrumen-instrumen yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes (tes kemampuan pemahaman siswa)

Bentuk soal tes dalam penelitian ini berbentuk uraian, pemilihan soal dengan bentuk uraian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa.Instrument ini digunakan pada saat pretes dan postes.

Agar instrument penelitiannya baik maka harus diperhatikan kualitas dari soal tersebut. Maka dari itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan kritaria yang harus dipenuhi, diantaranya dilihat dari beberapa hal berikut: validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran.

a. Validitas Instrumen

Untuk menentukan tingkat (kriteria) validitas instrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi.Koefisien korelasi ini dihitung dengan product moment raw

score dari Pearson dengan formula yang diungkapkan oleh Suherman dan Sukjaya

(1990: 154) sebagai berikut ini.

= −

2( )2 2( )2

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y

N = banyaknya peserta tes X = nilain hasil uji coba Y = nilai rata-rata harian

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman, 1990: 151) yaitu sebagai berikut ini.


(21)

31

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah

≤ 0,20 Tidak valid

Hasil uji coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan, soal yang digunakan dalam penelitian ini koefisien korelasinya mencapai 0,74 yang berarti validitas instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini tinggi (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen tes hasil belajar masing-masing soal dapat dilihat dalam tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Validitas Tiap Butir Soal Tes Pemahaman Matematik No

soal

Koefisien korelasi

Interpretasi

1a 0,51 Sedang

1b 0,43 Sedang

p1c 0,47 Sedang

2 0,52 Sedang

3a -0,10 Tidak

3b -0,21 Tidak

3c 0,33 Rendah

3d 0,22 Rendah

3e 0,54 Sedang

4 0,77 Tinggi

5a 0,86 Tinggi

5b 0,84 Tinggi

5c 0,80 Tinggi


(22)

b. Reliabilitas Tes

Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh, seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang lainnya (Maulana, 2009: 45). Untuk mengukur reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumusCronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut:

11 = �−1 1− �

2 2

Keterangan:

N = banyaknya butir soal �2 = varians skor tiap butir soal 2 = varians skor total

Koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan formula di atas selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi Interpretasi

0,80 <� ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 <� ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 <� ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 <� ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

� ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba instrumen pada tabel 3.5 dapat diketahui bahwa instrumen dalam penelitian ini memiliki kriteria reliabilitas sangat tinggi dengan koefisien korelasi 0,81. Adapun perhitungan reliabilitas instrument terlampir.


(23)

33

c. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213):

�� = � �

Keterangan:

IK = tingkat/ indeks kesukaran

= rata-rata skor tiap butir soal

� � = skor maksimum ideal

Untuk menghitung indeks kesukaran, digunakan bantuan Microsoft Excel 2010 untuk memudahkan proses perhitungan dan menjamin keaukratan hasil perhitungan. Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213):

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Koefisien korelasi Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00< �� ≤ 0,30 Sukar

0,30< �� ≤ 0,70 Sedang

0,70< �� ≤ 1,00 Mudah

��= 1,00 Terlalu mudah

Berikut ini merupakan data indeks kesukaran dari hasil uji coba instrumen tes pemahaman matematik yang telah dilakukan.


(24)

Tabel 3.8

Analisis Tingkat Kesukaran No

soal

Tingkat Kesukaran

Interpretasi

1a 0,93 Mudah

1b 0,94 Mudah

1c 0,92 Mudah

2 0,87 Mudah

3a 0,30 Sukar

3b 0,38 Sukar

3c 0,33 Sukar

3d 0,16 Sukar

3e 0,56 Sedang

4 0,54 Sedang

5a 0,59 Sedang

5b 0,57 Sedang

5c 0,42 Sedang

6 0,89 Mudah

Dengan melihat tabel di atas, dapat diketahui terdapat 5 butir soal mudah, 5 soal sedang dan 4 soal sukar. Adapun persentase soal dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.9

Persentase Tingkat kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal Jumlah item soal Persentase

Mudah 5 35,7 %

Sedang 5 35,7 %

Sukar 4 28,6 %

d. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 201):

�� = − � �


(25)

35

Keterangan:

DP = daya pembeda

= rata-rata skor kelompok atas = rata-rata skor kelompok bawah

SMI = skor maksimum ideal

Selain perhitungan validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran, demi memudahkan proses perhitungan dan menjamin keaukratan hasil perhitungan

Microsoft Excel 2010 juga akan digunakan untuk menghitung daya pembeda.Daya

pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman, 1990: 202):

Tabel 3.10

Klasifikasi Daya Pembeda

Koefisien korelasi Interpretasi

DP < 0,00 Sangat jelek

0,00< �� ≤ 0,20 Jelek

0,20< �� ≤ 0,40 Cukup

0,40< �� ≤ 0,70 Baik

0,70< �� ≤ 1,00 Sangat baik

Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen yang dilakukan.

Tabel 3.11

Daya Pembeda Butir Soal No soal Daya Pembeda Tafsiran

1a 0,21 Cukup

1b 0,23 Cukup

1c 0,21 Cukup

2 0,33 Cukup

3a -0,13 Tidak

3b -0,31 Tidak


(26)

3c 0,38 Cukup

3d 0,25 Cukup

3e 0,69 Baik

4 0,53 Baik

5a 0,66 Baik

5b 0,61 Baik

5c 0,55 Baik

6 0,25 Cukup

Dari 14 soal yang diujicobakan, maka dipilih 12 soal yang akan digunakan dalam tes pemahaman matematik. Pemilihan tersebut berdasarkan pertimbangan dari tujuan pembelajaran dan indikator pemahaman matematik yang digunakan. Selain itu, pertimbangan validitas butir soal, indeks kesukaran dan daya pembeda yang telah diketahui dari hasil ujicoba instrumen juga menjadi faktor yang menentukan dalam pemilihan soal. Adapun soal yang dipakai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.12

Butir Soal yang Dipakai untuk Pretes dan Postes No soal Daya Pembeda Tafsiran

1a 0,21 Cukup

1b 0,23 Cukup

1c 0,21 Cukup

2 0,33 Cukup

3c 0,38 Cukup

3d 0,25 Cukup

3e 0,69 Baik

4 0,53 Baik

5a 0,66 Baik

5b 0,61 Baik

5c 0,55 Baik

6 0,25 Cukup


(27)

37

Teknik non tes ini digunakan untuk menilai aspek-aspek pada diri siswa yang sulit atau tidak dapat diukur dengan angka. Di bawah ini akan diuraikan beberapa teknik non tes yang akan dilaksanakan.

a. Skala Sikap Siswa

Instrumen skala sikap digunakan untuk mengukur tingkat minat serta motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Bentuk skala sikap yang digunakan adalah skala sikap Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala sikap ini terdiri dari 15 butir pernyataan mengenai minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. Siswa harus membubuhkan tanda cek (√) pada salah satu kolom isian (SS), (S), (TS), dan (STS). Pengolahan hasil dari pengisian skala sikap ini yakni dengan menjumlahkan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju terhadap masing-masing butir pernyataan.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan rekaman data atau informasi mengenai prosedur kegiatan pembelajaran untuk melihat kesesuaian antara perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan. Melalui lembar observasi dapat diperoleh data tentang tingkah laku siswa dan guru saat proses kegiatan belajar mengajar. Serta lembar observasi di sesuaikan dengan pendekatan dan tahap pembelajaran yang digunakan.

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan (Maulana, 2009: 35).Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran baik saat di kelas maupun di luar kelas.Aktivitas ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist).Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu, partisipasi, kerjasama, dan motivasi.Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa


(28)

beserta indikatornya terlampir).Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau kurang (K).Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3 Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 3 sampai 6 Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 6 sampai 9

c. Wawancara

Menurut Wahyudin, dkk. (2006), wawancara merupakan kegiatan penilaian non tes yang dilaksanakan melalui percakapan langsung antara penilai/guru dengan individu yang dinilai/siswa.Wawancara dapat digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, hrapan, keinginan, dan keyakinan siswa.

E. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Secara umum alur penelitian yang akan dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan penelitian meliputi kegiatan sebagai berikut.

a. Permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

b. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

c. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk menentukan validitas isi dan muka.

d. Melakukan ujicoba instrumen, untuk mengetahui validitas kriteria, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.


(29)

39

e. Melakukan pengolahan terhadap instrumen, dan jika perlu direvisi, maka diuji coba ulang.

f. Menentukan populasi.

g. Melakukan pretes baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis awal siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut.

a. Mengolah data hasil pretes untuk menentukan homogentias dan normalitas data.

b. Melakukan perlakuan, yakni menerapkan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional.

c. Melakukan postes untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

d. Melakukan uji hipotesis.

3. Tahap akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir adalah sebagai berikut.

a. Melakukan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan uji statistika.

b. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. c. Menyusun laporan penelitian.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan skala sikap. Adapun data kuantitatif diperoleh dari


(30)

hasil pretes dan postes. Analisis data kualitatif dimulai dengan mengelompokkan data ke dalam kategori tertentu. Data yang diperoleh diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dianalisis. Selanjutnya sebagian data yang terkait dengan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.

1. Analisis Data Kuantitatif

Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebaga berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Untuk menguji normalitas data yang terkumpul akan dilakukan uji normalitas dengan test of normality

dariKolmogorof-Smirnovdengan menggunakan SPSS Versi 16 for windows.

Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas akan dilakukan dengan α (taraf signifikansi) sebesar 5% (0,05).

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi <0,05 maka H0 ditolak. Jika kedua data kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas data dengan menggunakan SPSS 16.

a. Uji homogenitas varians

Uji homogenitas varians ini dilakukan jika data berdistribusi normal, tetapi bila data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistik nonparametrik.Uji homogenitas data digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk


(31)

41

menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam SPSS 16. Rumusan hipotesis pengujian homogenitas, yaitu sebagai berikut.

H0 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen

H1 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau tidak homogen

Taraf signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

b. Uji beda rata-rata

Bila syarat normalitas dan homogenitas telah terpenuhi, langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata (uji-t). Uji independent sample t-test dilakukan dengan langkah-langkah dan kriteria sebagai berikut.Merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretest atau nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu sebagai berikut ini.

H0 : kemampuan komunikasi matematis siswa sama

H1 : kemampuan komunikasi matematis siswa tidak sama

Menghitung uji beda dua rata-rata data pretest atau dua rata-rata data posttest dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetapi untuk membaca hasil dari pengujiannya yaitu pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama).


(32)

Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji statistik nonparametrik dengan uji Mann Whitney pada SPSS 16.

c. Gain normal

Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) menurut Meltzer (Fauzan, 2012) yaitu sebagai berikut:

����= skor postes−skor pretes skor max− skor pretes

Tabel 3.13

Kriteria tingkat N-Gain Tingkat N-Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Menurut Hake (Fauzan, 2012)

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang akan dianalisis di antaranya format observasi, wawancara, dan skala sikap. Analisis data kualitatif dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.

1) Lembar observasi aktivitas siswa

Data hasil lembar observasi diubah ke dalam bentuk angka.Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah disusun.Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau kurang (K).Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.


(33)

43

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3 Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 3 sampai 6 Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 6 sampai 9 2) Wawancara

Data hasil wawancara yang telah direkam kemudian diubah ke dalam bentuk tulisan.Hasil wawancara kemudian dianalisis.Selanjutnya hasil wawancara dapat dijadikan data pendukung untuk data-data yang telah diperoleh dari lembar observasi, skala sikap, dan hasil tes.

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran dengan menggunakan model konvensional.

3) Skala sikap

Data skala sikap yang diperoleh diolah dengan mencari persentase skala sikap untuk setiap butir pernyataan kemudian hasilnya ditafsirkan. Derajat penilaian skala sikap terbagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Data kualitatif tersebut kemudian diubah menjadi data kuantitatif. Untuk pernyataan positif, (SS) diberi skor 5, (S) diberi skor 4, (TS) diberi skor 2, dan (STS) diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif, skornya kebalikan dari pernyataan positif (Suherman, dalam Khususwanto, 2008). Selanjutnya subjek dapat digolongkan menjadi kelompok yang memiliki sikap positif dan negatif. Penggolongan dapt dilakukan dengan menghitung rata-rata skor subjek. Jika nilai lebih dari 3, subjek mempunyai sikap positif. Dan jika nilai kurang dari tiga, subjek memiliki sikap negatif (Barkah, dalam Khususwanto, 2008)

Tabel 3.14

Kriteria Pemberian Skor Pernyataan Angket Pernyataan Skor tiap pilihan

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1


(34)

Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif, sebaliknya, jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif. (Suherman dan Sukjaya, 1990:237).

Data hasil pengisian angket dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 1) Menghitung rata-rata skor tiap siswa

X

=

� � Keterangan:

X =rata-rata skor siswa Xts = jumlah skor siswa p = jumlah pernyataan

2) Menghitung rata-rata total

X t = Keterangan:

X t = Rata-rata total

X ts = Jumlah rata-rata skor tiap siswa n = Jumlah Siswa

Tabel 3.15

Kategori Angket Sesuai Skala Likert Skor Rata-rata

(Xt)

Kriteria

1≤ X t <3 Negatif

X t =3 Netral

3< X t≤5 Positif


(35)

92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Kesimpulandaripenelitian yang telahdilakukanadalahsebagaiberikutini.

1. Pembelajarandenganmenggunakan model

pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmeningkatkankemampuanpemahaman siswa SD padamaterisimetrilipat. Hal initerlihatdari rata-rata hasilpostessiswapadakelaseksperimenyakni72,3dalamrentang 1-100 dengan rata-rata kemampuanawalsiswaadalah 60,23. Dari hasilperhitunganperbedaan rata-rata data pretesdan data posteskelaseksperimendenganmenggunakanujiperbedaan rata-rata

dariujiWilcoxon Signed Ranks yang

merupakanujinonhipotesisdariujiperbedaan rata-rata bahwahasilperhitunganperbedaan rata-rata data preteskelaseksperimendanposteskelaseksperimendenganmenggunakanujiW

ilcoxon Signed Ranksdengantarafsignifikansi 0,05 two taileddidapatkannilai P-value (Sig.2-tailed) yaitusebesar 0.000. Dengandemikian, untukujiperbedaan rata-rata Wilcoxon Signed Ranks lebihkecilnilainyadari � (0,05), maka H0ditolak.

Kondisidemikianmenunjukkanbahwa H1 diterimaatauterdapatperbedaan

rata-rata sample satudengan yang lainnya. Dengandemikian, pembelajarandenganmenggunakanmodel

pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmeningkatkanpemahamanmatematiksi swapadamaterisimetrilipatsecarasignifikan.

2. Pembelajarandenganmenggunakanpembelajarankonvensionaldapatmening katkankemampuanpemahamansiswa SD padamaterisimetrilipat. Hal initerlihatdari rata-rata hasilpostessiswapadakelaskontrolyakni 66,83dalamrentang 1-100 dengan rata-rata kemampuanawalsiswaadalah 49,8. Dari hasilperhitunganperbedaan rata-rata yangdigunakanadalahujiperbedaan rata-rata dariWilcoxon Signed Ranks


(36)

yang merupakanuji non parametrik yang menjadialternatifdariuji-t (ujiparametrik).bahwahasilperhitunganperbedaan rata-rata data preteskelaseksperimendanposteskelaseksperimendenganmenggunakanuji W dengantarafsignifikansi 0,05 two taileddidapatkannilai P-value (Sig.2-tailed) yaitusebesar 0.000. Dengandemikian, untukujiperbedaan rata-rata

Wilcoxon Signed Ranks lebihkecilnilainyadari � (0,05), maka H0ditolak.

Kondisidemikianmenunjukkanbahwa H1 diterimaatauterdapatperbedaan

rata-rata sample satudengan yang lainnya. Dengandemikian, pembelajarandenganmenggunakanpembelajarankonvensionaldapatmening katkanpemahamanmatematiksiswapadamaterisimetrilipatsecarasignifikan.

3. Pembelajarandenganmenggunakan model

pembelajaraninkuiriterbimbinglebihbaikdaripadapembelajarankonvensiona

l. Hal initerlihatdari rata-rata

hasilpeningkatandarikemampuanawalsiswahinggahasil rata-rata postessiswa. Rata-rata gain darikelaskontrolyaitu 0,33dan rata-rata gain kelaseksperimenyaitu 0,37. Dari hasilperhitunganperbedaan rata-rata yang

digunakanperbedaan rata-rata data

preteskelaseksperimendankelaskontroldenganmenggunakanuji U dengantarafsignifikansi 0,05 two taileddidapatkannilai P-value (Sig.2-tailed) =0,122. Dengandemikian, untukujiperbedaan rata-rata Independen

Sample t-testlebihkecilnilainyadari � (0,05), maka H0ditolak,

kondisidemikianmenunjukkanbahwa H1 diterimaatauterdapatperbedaan

rata-rata sampelsatudengan yang lainnya. Dengandemikian, terdapatperbedaanpeningkatankemampuanpemahamanmatematikpadasisw

a yang belajarmenggunakan model

pembelajaraninkuiriterbimbingdengansiswa yang belajardenganpembelajarankonvensionalpadamaterisimetrilipat.

4. Secaraumum,

sikapsiswaterhadappembelajaranmatematikadenganmenggunakan model pembelajaraninkuiriterbimbingcenderungpositif.


(37)

94

pembelajaraninkuiridapatmenarikminatsiswakarenamelibatkanlangsungsis wapadapembelajaran. Dimanasiswamengotak-atiklangsung media yang diberikan,

sehinggadapatmenumbuhkanmotivasisiswadalammengikutipembelajaran. Dengandemikian, pembelajarandenganmenggunakan model pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmenjadialternatifpembelajarandengans uasana yang menyenangkanbagisiswa.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitiandankesimpulan yang diperoleh, makapenulismerekomendasikanhal-halberikut:

1. Bagi Guru matematika

Pembelajaranmatematikadenganmenggunakan model pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmeningkatkankemampuanpemahaman

siswa SD padamaterisimetrilipat.Untukitu,

sebaiknyapembelajaraninidigunakansebagaialternatifdalammerencanakanp embelajaran, khususnyapembelajaranmatematika di SD. Pelaksanaaanpembelajaransebaiknyabervariasidalampenggunaanmetodepe mbelajaransehinggasiswamenjaditidakmudahbosan.

2. BagiPihakSekolah

Sekolahsebaiknyaterusberupayadalammeningkatkanpemahamansiswaterha dappembelajaranmatematikadenganmelengkapiberbagaifasilitaspenunjang

pembelajaran.Baikitu media

maupunmenyediakanberbagaibukupendekatandan model

pembelajaransehinggadalam proses

pembelajaranmenjadilebihberpariasidansiswamenjaditidakmudahjenuhdala

mpembelajaran. Selainitu,

pihaksekolahdianjurkanuntuksetidaknyamengikutsertakan guru-guru yang ada di sekolahbersangkutanpadaacara-acaraseperti seminar


(38)

untukmenambahwawasantentangmetode-metodepembelajaranatauinovasi-inovasi yang adadalamduniapendidikan.

3. BagiPeneliti lain

Bagipeneliti yang akanmelakukanpenelitian yang serupa, sebaiknyalebihmengembangkannya.

Karenamasihterdapatbeberapakekurangandalampenelitian yang

dilakukan.Denganmenerapkan model

pembelajaraninkuiriterbinbingdapatmengatasikesulitanbelajarsiswa yang ditemukansaat proses pembelajaranberlangsung.


(39)

96

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan Nasional (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.

Ibrihom, Asep (2008).Pembelajaran Model

InkuiriuntukMeningkatkanPemahamanKonsepHubunganBalok,

PrismaTegakSegitiga, danLimasSegiempatpadaSiswaKelas VI SDN RangonKecamatanDarmarajaKabupatenSumedang.PGSD UPI KampusSumedang: Tidakditerbitkan.

Kasri, KhafiddanSuyati (2006).PelajaranMatematikaUntukSekolahDasarKelas V. Jakarta: Erlangga.

Khususwanto

(2008).PembelajaranMatematikadenganMenggunakanPendekatanMetakog

nitifuntukMeningkatkanKemampuanPemecahanMasalahMatematikaSiswa.

UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Margono, S. (2010).MetodologiPenelitianPendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Diktat Perkuliahan. Bandung.

Maulana(2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Saadin, pahrizal (2010).Penerapan Model

PembelajaranInkuiridalamMeningkatkanPemahamanSiswaMengenaiPenju mlahandanPenguranganBilanganBulat di Kelas V SDN KulinyarKecamatanUjungjayaKabupatenSumedang.PGSD UPI KampusSumedang: Tidakditerbitkan.

Saepudin, Cepi (2008).Penerapan model

pembelajaraninkuiridalammeningkatkanpemahamankonsepsiswapadapemb elajaranluastrapesiumdanlayang-layang di kelas V SDN sukasarikecamatansiturajakabupatensumedang. PGSD UPI KampusSumedang: Tidakditerbitkan.

Sanjaya, Wina (2010). StrategipembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.


(40)

Subarinah, S. (2006).InovasiPembelajaranMatematikaSekolahDasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Sudjana (2005).MetodaStatistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. Sukjaya, Y (1990).PetunjukPraktisEvaluasiPendidikanMatematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Wahyudin, Uyu.,dkk. (2006). EvaluasiPembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Dokumen

BadanStandarNasionalPendidikan (BSNP). (2006). PanduanKurikulum Tingkat

SatuanPensisikanuntuk SD/MI. Jakarta: GharmaBakti.

DinasPendidikanKabupatenSumedang (2012). DaftarKolektifHasilUjianNasional

(DKHUN) SD/MI KecamatanSumedang Utara TahunAjaran 2011/2012.


(1)

92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Kesimpulandaripenelitian yang telahdilakukanadalahsebagaiberikutini.

1. Pembelajarandenganmenggunakan model

pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmeningkatkankemampuanpemahaman siswa SD padamaterisimetrilipat. Hal initerlihatdari rata-rata hasilpostessiswapadakelaseksperimenyakni72,3dalamrentang 1-100 dengan rata-rata kemampuanawalsiswaadalah 60,23. Dari hasilperhitunganperbedaan rata-rata data pretesdan data posteskelaseksperimendenganmenggunakanujiperbedaan rata-rata

dariujiWilcoxon Signed Ranks yang

merupakanujinonhipotesisdariujiperbedaan rata-rata bahwahasilperhitunganperbedaan rata-rata data preteskelaseksperimendanposteskelaseksperimendenganmenggunakanujiW

ilcoxon Signed Ranksdengantarafsignifikansi 0,05 two

taileddidapatkannilai P-value (Sig.2-tailed) yaitusebesar 0.000.

Dengandemikian, untukujiperbedaan rata-rata Wilcoxon Signed Ranks lebihkecilnilainyadari � (0,05), maka H0ditolak. Kondisidemikianmenunjukkanbahwa H1 diterimaatauterdapatperbedaan rata-rata sample satudengan yang lainnya. Dengandemikian, pembelajarandenganmenggunakanmodel

pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmeningkatkanpemahamanmatematiksi swapadamaterisimetrilipatsecarasignifikan.

2. Pembelajarandenganmenggunakanpembelajarankonvensionaldapatmening katkankemampuanpemahamansiswa SD padamaterisimetrilipat. Hal initerlihatdari rata-rata hasilpostessiswapadakelaskontrolyakni 66,83dalamrentang 1-100 dengan rata-rata kemampuanawalsiswaadalah 49,8. Dari hasilperhitunganperbedaan rata-rata yangdigunakanadalahujiperbedaan rata-rata dariWilcoxon Signed Ranks


(2)

93

yang merupakanuji non parametrik yang menjadialternatifdariuji-t (ujiparametrik).bahwahasilperhitunganperbedaan rata-rata data preteskelaseksperimendanposteskelaseksperimendenganmenggunakanuji W dengantarafsignifikansi 0,05 two taileddidapatkannilai P-value (Sig.2-tailed) yaitusebesar 0.000. Dengandemikian, untukujiperbedaan rata-rata

Wilcoxon Signed Ranks lebihkecilnilainyadari � (0,05), maka H0ditolak.

Kondisidemikianmenunjukkanbahwa H1 diterimaatauterdapatperbedaan rata-rata sample satudengan yang lainnya. Dengandemikian, pembelajarandenganmenggunakanpembelajarankonvensionaldapatmening katkanpemahamanmatematiksiswapadamaterisimetrilipatsecarasignifikan.

3. Pembelajarandenganmenggunakan model

pembelajaraninkuiriterbimbinglebihbaikdaripadapembelajarankonvensiona

l. Hal initerlihatdari rata-rata

hasilpeningkatandarikemampuanawalsiswahinggahasil rata-rata postessiswa. Rata-rata gain darikelaskontrolyaitu 0,33dan rata-rata gain kelaseksperimenyaitu 0,37. Dari hasilperhitunganperbedaan rata-rata yang

digunakanperbedaan rata-rata data

preteskelaseksperimendankelaskontroldenganmenggunakanuji U dengantarafsignifikansi 0,05 two taileddidapatkannilai P-value (Sig.2-tailed) =0,122. Dengandemikian, untukujiperbedaan rata-rata Independen

Sample t-testlebihkecilnilainyadari � (0,05), maka H0ditolak,

kondisidemikianmenunjukkanbahwa H1 diterimaatauterdapatperbedaan rata-rata sampelsatudengan yang lainnya. Dengandemikian, terdapatperbedaanpeningkatankemampuanpemahamanmatematikpadasisw

a yang belajarmenggunakan model

pembelajaraninkuiriterbimbingdengansiswa yang belajardenganpembelajarankonvensionalpadamaterisimetrilipat.

4. Secaraumum,

sikapsiswaterhadappembelajaranmatematikadenganmenggunakan model pembelajaraninkuiriterbimbingcenderungpositif.


(3)

pembelajaraninkuiridapatmenarikminatsiswakarenamelibatkanlangsungsis wapadapembelajaran. Dimanasiswamengotak-atiklangsung media yang diberikan,

sehinggadapatmenumbuhkanmotivasisiswadalammengikutipembelajaran. Dengandemikian, pembelajarandenganmenggunakan model pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmenjadialternatifpembelajarandengans uasana yang menyenangkanbagisiswa.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitiandankesimpulan yang diperoleh, makapenulismerekomendasikanhal-halberikut:

1. Bagi Guru matematika

Pembelajaranmatematikadenganmenggunakan model pembelajaraninkuiriterbimbingdapatmeningkatkankemampuanpemahaman

siswa SD padamaterisimetrilipat.Untukitu,

sebaiknyapembelajaraninidigunakansebagaialternatifdalammerencanakanp embelajaran, khususnyapembelajaranmatematika di SD. Pelaksanaaanpembelajaransebaiknyabervariasidalampenggunaanmetodepe mbelajaransehinggasiswamenjaditidakmudahbosan.

2. BagiPihakSekolah

Sekolahsebaiknyaterusberupayadalammeningkatkanpemahamansiswaterha dappembelajaranmatematikadenganmelengkapiberbagaifasilitaspenunjang

pembelajaran.Baikitu media

maupunmenyediakanberbagaibukupendekatandan model

pembelajaransehinggadalam proses

pembelajaranmenjadilebihberpariasidansiswamenjaditidakmudahjenuhdala

mpembelajaran. Selainitu,

pihaksekolahdianjurkanuntuksetidaknyamengikutsertakan guru-guru yang ada di sekolahbersangkutanpadaacara-acaraseperti seminar


(4)

95

untukmenambahwawasantentangmetode-metodepembelajaranatauinovasi-inovasi yang adadalamduniapendidikan.

3. BagiPeneliti lain

Bagipeneliti yang akanmelakukanpenelitian yang serupa, sebaiknyalebihmengembangkannya.

Karenamasihterdapatbeberapakekurangandalampenelitian yang

dilakukan.Denganmenerapkan model

pembelajaraninkuiriterbinbingdapatmengatasikesulitanbelajarsiswa yang ditemukansaat proses pembelajaranberlangsung.


(5)

96

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.

Ibrihom, Asep (2008).Pembelajaran Model

InkuiriuntukMeningkatkanPemahamanKonsepHubunganBalok,

PrismaTegakSegitiga, danLimasSegiempatpadaSiswaKelas VI SDN

RangonKecamatanDarmarajaKabupatenSumedang.PGSD UPI

KampusSumedang: Tidakditerbitkan.

Kasri, KhafiddanSuyati (2006).PelajaranMatematikaUntukSekolahDasarKelas V. Jakarta: Erlangga.

Khususwanto

(2008).PembelajaranMatematikadenganMenggunakanPendekatanMetakog nitifuntukMeningkatkanKemampuanPemecahanMasalahMatematikaSiswa. UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Margono, S. (2010).MetodologiPenelitianPendidikan. Jakarta: RinekaCipta. Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Diktat Perkuliahan. Bandung.

Maulana(2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Saadin, pahrizal (2010).Penerapan Model

PembelajaranInkuiridalamMeningkatkanPemahamanSiswaMengenaiPenju

mlahandanPenguranganBilanganBulat di Kelas V SDN

KulinyarKecamatanUjungjayaKabupatenSumedang.PGSD UPI

KampusSumedang: Tidakditerbitkan.

Saepudin, Cepi (2008).Penerapan model

pembelajaraninkuiridalammeningkatkanpemahamankonsepsiswapadapemb

elajaranluastrapesiumdanlayang-layang di kelas V SDN

sukasarikecamatansiturajakabupatensumedang. PGSD UPI

KampusSumedang: Tidakditerbitkan.

Sanjaya, Wina (2010). StrategipembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.


(6)

97

Subarinah, S. (2006).InovasiPembelajaranMatematikaSekolahDasar. Jakarta: DEPDIKNAS.

Sudjana (2005).MetodaStatistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. Sukjaya, Y (1990).PetunjukPraktisEvaluasiPendidikanMatematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Wahyudin, Uyu.,dkk. (2006). EvaluasiPembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Dokumen

BadanStandarNasionalPendidikan (BSNP). (2006). PanduanKurikulum Tingkat SatuanPensisikanuntuk SD/MI. Jakarta: GharmaBakti.

DinasPendidikanKabupatenSumedang (2012). DaftarKolektifHasilUjianNasional (DKHUN) SD/MI KecamatanSumedang Utara TahunAjaran 2011/2012. DinasPendidikanKabupatenSumedang.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI LIPAT DI KELAS V (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cibeureum I dan SDN Cimalaka II di Kabupaten Sumedang).

0 1 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ckareo I dan SDN Cikareo II di Kabupaten Sumedang).

0 0 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD PADA MATERI GAYA GESEK (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Parungjaya II dan SDN Ciparay I Kecamatan Leuwimunding Ka

0 0 30

PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA. (Penelitian eksperimen terhadap kelas V SDN I Muara dan Kelas V SDN II Muara Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon).

0 2 36

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI PUTAR (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cimalaka 2 dan SDN Citimun 2 di Kabupaten Sumedang).

0 0 44

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(PBM) DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cadaspangeran Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

0 0 54

PENGARUH MEDIA PIZZA PAPER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA DI SEKOLAH DASAR PADA MATERI PECAHAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Margasuka I, SDN Kebonseureuh, dan SDN Tenjonagara di Kabupaten Sumedang).

0 2 55

PENGARUH MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Salam dan SDN Ciranjang Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang ).

0 2 37

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ciuyah I dan SDN Cisalak IV di Kecamatan Cisarua Kabupaten Sumedang).

0 0 49