PEMBINAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PAMONG BELAJAR OLEH KEPALA SKB DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PAMONG BELAJAR : Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang.

(1)

PEMBINAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PAMONG BELAJAR

OLEH KEPALA SKB DALAM MENGOPTIMALKAN

KINERJA PAMONG BELAJAR

(Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

RAMANDHA ADE NIM. 1201451

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PEMBINAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PAMONG BELAJAR

OLEH KEPALA SKB DALAM MENGOPTIMALKAN

KINERJA PAMONG BELAJAR

(Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang)

Oleh Ramandha Ade

S.Pd. Universitas Negeri Padang, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

© Ramandha Ade 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

RAMANDHA ADE

PEMBINAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PAMONG BELAJAR

OLEH KEPALA SKB DALAM MENGOPTIMALKAN

KINERJA PAMONG BELAJAR

(Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. H. Uyu Wahyudin, M.Pd

NIP. 19600926 198503 1 003

Pembimbing II

Dr. Yanti Shantini, M.Pd

NIP. 19730128 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd


(5)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman pamong belajar terhadap tugas pokok dan fungsinya, sehingga mendorong pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar tersebut. Untuk itu dilakukan kajian yang bertujuan mendeskripsikan tentang: (1) pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya, (2) faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, (3) pembinaan yang dilakukan Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar, dan (4) kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini yaitu hakekat pembinaan, kinerja pamong belajar, dan pamong belajar sebagai PTK-PNF. Lokasi penelitian dilaksanakan di SKB Wilayah 2 Kota Padang, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian sebanyak tujuh orang terdiri atas satu orang Kepala SKB, empat orang pamong belajar, satu orang pegawai tata usaha, dan satu orang warga belajar yang dilakukan secara purposive.

Berdasarkan hasil kajian lapangan diperoleh temuan: (1) Dari tiga unsur tugas pokok pamong belajar yaitu kegiatan belajar mengajar, pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, semua pamong belajar telah melaksanakan pada unsur kegiatan belajar mengajar. Namun, sebanyak sembilan orang pamong belajar belum melaksanakan pada unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis. Hal ini disebabkan karena rendahnya pemahaman pamong belajar terutama pada unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, belum adanya kesempatan untuk melaksanakan, belum adanya dukungan anggaran dari pemerintah, faktor usia, dan jenjang pendidikan yang berbeda. (2) Faktor pendukung pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi diantaranya motivasi, kedisiplinan, komitmen, keterampilan, dorongan pimpinan, bimbingan pimpinan, tim kerja, sistem kerja, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal. Sedangkan faktor penghambat diantaranya fasilitas kerja, tim kerja, sistem kerja, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal. (3) Pembinaan yang selalu dilakukan Kepala SKB yaitu pemantauan, pengawasan, dan pelaporan. Bentuk pemantauan dengan mengunjungi tempat kerja pamong belajar dan pemanggilan pamong belajar yang mengalami permasalahan. Bentuk pengawasan yaitu pengawasan sebelum, proses, dan setelah kegiatan dilaksanakan. Bentuk pelaporan berupa laporan pribadi Kepala SKB dan laporan lembaga SKB. (4) Berdasarkan lima aspek yang berkaitan dengan kinerja, rendahnya kinerja pamong belajar disebabkan oleh aspek inisiatif seperti minimnya prestasi akademik yang diraih pamong belajar, aspek kualitas hasil kerja seperti minimnya hasil produk dari unsur tugas pokok terutama pada unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, serta aspek komunikasi seperti kurang optimalnya mutu penyampaian materi. Rekomendasi dari penelitian: (1) Perlu adanya bimbingan yang bersifat teknis oleh Kepala SKB dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI serta mendatangkan tim ahli/pakar/praktisi yang


(6)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kompeten di bidang tersebut. (2) Ditingkatkannya pemahaman pamong belajar mengenai kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI dengan mengakses informasi terbaru dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah.

ABSTRACT

This study is based on the lack of tutors understanding about their main duties and functions. It encourages the guidance from the head of SKB about the tutors main duties and functions. It is the reason to conduct a study which describes: (1) the tutors understanding about their main duties and functions, (2) supporting and inhibiting factors in carrying out the main duties and functions of tutors, (3) the guidance which is conducted by the head of SKB about the main duties and functions of tutors, and (4) the performance of tutors in carrying out their main duties and functions. The review of literature in this study namely the nature of guidance, the performance of tutors, and tutors as PTK-PNF. The research was conducted in SKB region 2 Padang by using qualitative approach with descriptive method. The data collection techniques were interview, observation and documentation study. There were seven people who participated as the subjects of research that consist of a head of SKB, four tutors, an administrative employee and a student by using purposive sampling technique.

Based on the findings in the field, it was found that (1) from three aspects of tutors main duties and functions namely teaching learning activities, evaluation program and model development of PAUDNI, all tutors have carried out the teaching learning activities. Meanwhile, nine tutors have not implemented the evaluation program and model development of PAUDNI based on the stages of activities in the technical guidance. These are due to the lack of tutors understanding especially the evaluation program and model development of PAUDNI, there is no any chances to carry out, there is no supporting budget from the government, the age factor and the different levels of education. (2) The supporting factors for the tutors in carrying out their main duties and functions include motivation, discipline, commitment, skill, the leaders encouragement, the leaders guidance, team work, work system, the internal and external environment. However, inhibiting factors are the facilities, team work, work system, the internal and external environment. (3) The continuous guidance from the head of SKB namely monitoring, controlling, and reporting.The monitoring can be in the form of visiting the tutors workfield and calling tutors who had problems. The controlling can be held before, during and after the activities conducted. The report is in the form of private reports of the head of SKB and the institution reports of SKB. (4) Based on the five related aspects to the performance, the lack of tutors performance was caused by initiative aspect such as the lack of tutors academic achievement, the lack of quality of work such as the lack of product result from the main duties especially in the aspect of evaluation program and model development of PAUDNI, also communication aspect in terms of unoptimal of the material quality given. The recommendations from this research are (1) it is important to provide technical guidance by the head of SKB in evaluation program and model development of PAUDNI. Also, it is important to invite the competent experts in the fields. (2) It is important to improve the tutor’s understanding about evaluation program and


(7)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

model development of PAUDNI by accessing the current information and participating in scientific activities.


(8)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Hakekat Pembinaan ... 10

1. Definisi Pembinaan ... 10

2. Ruang Lingkup Pembinaan ... 11

3. Pendekatan Pembinaan ... 15

B. Kinerja Pamong Belajar ... 16

1. Definisi Kinerja ... 16

2. Jenis dan Sasaran Kinerja ... 17

3. Faktor-faktor Mempengaruhi Kinerja ... 18

4. Indikator Kinerja... 18


(9)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Jabatan Fungsional Pamong Belajar ... 19

2. Tugas Pokok dan Fungsi Pamong Belajar ... 21

D. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Metode dan Desain Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

C. Penjelasan Istilah ... 36

D. Instrumen Penelitian... 38

E. Prosedur Penelitian... 38

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 41

G. Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Umum SKB Wilayah 2 Kota Padang ... 46

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan ... 107

1. Pemahaman Pamong Belajar Mengenai Tugas Pokok dan Fungsinya ... 107

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pamong Belajar Dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya ... 116

3. Pembinaan Yang Dilakukan Kepala SKB Mengenai Tugas Pokok dan Fungsi Pamong Belajar ... 123

4. Kinerja Pamong Belajar Dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya ... 135

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 141

A. Simpulan ... 141

B. Rekomendasi ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 146


(10)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Data Ketenagaan Pegawai Negeri Sipil SKB Wilayah 2

Kota Padang ... 51 4.2 Prasarana SKB Wilayah 2 Kota Padang ... 52 4.3 Identitas Informan Penelitian ... 55


(11)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Indikator Kinerja ... 19

2.2 Hubungan Fungsional antara Komponen, Proses, dan Tujuan Pendidikan Nonformal ... 26

2.3 Alur Pengembangan Program ... 30

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 33

3.1 Analisis Data Kualitatif ... 42

4.1 Denah Lokasi SKB Wilayah 2 Kota Padang ... 50


(12)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 150

2. Pedoman Wawancara ... 154

3. Pedoman Observasi ... 166

4. Hasil Wawancara Penelitian ... 168

5. Hasil Observasi ... 242

6. Ilustrasi Gambar ... 246

7. Lampiran Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 257

8. Peta Wilayah Kerja SKB Wilayah 2 Kota Padang ... 268

9. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis ... 270

10. Surat Keterangan Penelitian ... 272

11. Peraturan Walikota Padang Nomor 2 Tahun 2013 ... 274


(13)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Nonformal (PNF) merupakan bagian dari pendidikan nasional di Indonesia yang mempunyai karakteristik dan keistimewaan tersendiri. Karakteristik dari pendidikan nonformal inilah yang dapat membedakan antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal. Rogers (2005, hlm. 82) menyatakan “Non-formal Education then was defined as all education outside of the formal system”. Mendukung hasil pemikiran ahli tersebut, Komar (2006, hlm. 213) menjelaskan “Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah, baik dilembagakan maupun tidak. Penyelenggaraan kegiatan PNF lebih terbuka, tidak terikat, dan tidak terpusat”.

Dalam memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang semakin hari semakin meningkat, maka dibutuhkan program pendidikan nonformal yang dapat menjawab perkembangan zaman saat ini. Program pendidikan nonformal dapat dilaksanakan pada satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas lembaga masyarakat maupun lembaga pemerintah. Satuan pendidikan nonformal pada lembaga masyarakat seperti lembaga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), lembaga kursus, dan lembaga pelatihan yang dikelola oleh masyarakat.

Disisi lain, lembaga pemerintah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan program pendidikan nonformal dimulai dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) untuk tingkat kabupaten/kota, Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) untuk tingkat provinsi, Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal Informal (BP-PAUDNI) untuk tingkat regional, dan Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal


(14)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Informal (PP-PAUDNI). Pada Provinsi Sumatera Barat, lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program pendidikan nonformal terdiri atas BPKB untuk tingkat provinsi dan SKB untuk tingkat kabupaten/kota. Jumlah lembaga BPKB di Provinsi Sumatera Barat yaitu 1 BPKB dan lembaga SKB di


(15)

3

Provinsi Sumatera Barat berjumlah 8 SKB untuk tingkat kota dan 12 SKB untuk tingkat kabupaten.

Pada kajian penelitian ini, lembaga pendidikan nonformal difokuskan pada SKB Wilayah 2 Kota Padang. Lembaga SKB merupakan suatu sistem yang terdiri atas perangkat-perangkat kerja meliputi Kepala SKB, pegawai Tata Usaha (TU) dan pamong belajar sebagai tenaga fungsional. Lembaga SKB sebagai salah satu lembaga pemerintah, yang berperan memberikan pelayanan pendidikan nonformal kepada masyarakat perlu pembenahan untuk membangun organisasi yang efektif. Sadid (2008, hlm. 81-82) menjelaskan sebagai berikut.

Upaya membangun organisasi SKB yang efektif dapat dilakukan melalui: (1) menyusun struktur organisasi yang kuat; (2) menyusun dan menetapkan target pencapaian tujuan; (3) memberikan sistem hadiah dan sanksi (reward and pusnishment) yang adil; (4) melakukan evaluasi kinerja individu; (5) menindaklanjuti hasil evaluasi; (6) melakukan proses analisis terkait dengan masukan-proses-keluaran melalui penetapan prosedur dan standar kualitas minimal yang ketat; (7) menyusun grand planning sebagai acuan atau pijakan perjalanan SKB, dan (8) membangun kerja sama, komunikasi, dan koordinasi dengan semua tingkatan manajer di dalam SKB.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKB, kegiatan operasionalnya dilakukan oleh pamong belajar sebagai tenaga fungsional di SKB. Oleh karena itu, pamong belajar berperan sebagai motor penggerak dalam melaksanakan program pendidikan nonformal baik program di lembaga SKB maupun program pendidikan nonformal yang ada di masyarakat. Untuk menjawab peran pamong belajar yang sangat penting tersebut, maka dibutuhkan seorang pamong belajar yang kapabel dan profesional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Pamong belajar adalah salah satu sebutan pendidik berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas pada jalur pendidikan nonformal. Oleh karena itu, pamong belajar dikategorikan sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (PTK-PNF). Pada tahun 2011 sampai sekarang istilah PTK-PNF diganti dengan PTK-PAUDNI (Pendidik dan Tenaga Kependidikan-Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal). Mendukung pernyataan


(16)

4

tersebut, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6 menegaskan “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.

Di negara Indonesia, jabatan fungsional pada jalur pendidikan nonformal yang berstatus PNS terdiri atas pamong belajar dan penilik. Oleh karena itu, seyogianya pamong belajar dan penilik tersebut mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah seperti jabatan fungsional pada jalur pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan pendapat Waspodo (2006, hlm. 28) menjelaskan sebagai berikut.

Pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal terdiri dari PNS dan bukan PNS. Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus PNS adalah Pamong Belajar (PB) dan Penilik. Sedangkan pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus bukan PNS adalah tutor, fasilitator, Fasilitator Desa Binaan Intensif (FDI), Tenaga Lapangan Dikmas (TLD), nara sumber teknis, Pamong PAUD, dan sebagainya. Perkembangan PTK-PNF, tidak terlepas dari implikasi perubahan struktur organisasi yang diberikan kewenangan tugas dan fungsinya dalam membina PTK-PNF tersebut.

Menurut Direktorat PTK-PNF (2010, hlm. 36-38) yang dikutip dari buku saku bahan sosialisasi PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010 mengungkapkan bahwa data pamong belajar di seluruh Indonesia berjumlah 3.615 orang pamong belajar. Dari jumlah total 3.615 orang pamong belajar tersebut, 166 orang pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2), 3071 orang pamong belajar dengan jenjang pendidikan sarjana (S1), dan 378 orang pamong belajar belum berpendidikan sarjana (S1). Sedangkan untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat pamong belajar berjumlah 155 orang, dengan rincian pamong belajar jenjang pendidikan magister (S2) sebanyak 3 orang pamong belajar, jenjang pendidikan sarjana (S1) sebanyak 136 orang pamong belajar, dan belum berpendidikan sarjana (S1) sebanyak 16 orang pamong belajar.

Berdasarkan data pamong belajar di atas, disimpulkan bahwa jumlah pamong belajar di Indonesia sebanyak 5% dengan jenjang pendidikan magister


(17)

5

(S2), 85% dengan jenjang pendidikan sarjana (S1), dan 10% belum berpendidikan sarjana (S1). Pada Provinsi Sumatera Barat, pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2) sebanyak 2%, dengan jenjang pendidikan sarjana (S1) sebanyak 88%, dan belum berpendidikan sarjana (S1) sebanyak 10%. Pranyono (2012, hlm. 17) menjelaskan tentang fenomena berkaitan dengan pamong belajar di Indonesia dewasa ini, yang diuraikan sebagai berikut.

Sejak berlakunya otonomi daerah terdapat kecenderungan jumlah pamong belajar berkurang. Pada tahun 2008 jumlah pamong belajar 3.615 orang dan menyusut menjadi 3.476 orang. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan berkurangnya pamong belajar, yaitu (1) dipromosikan ke dalam jabatan struktural atau jabatan lainnya; (2) memasuki masa pensiun, dan (3) mengajukan diri mutasi menjadi guru. Namun semua itu tidak diimbangi dengan rekrutmen pamong belajar yang memadai. Bahkan di sebagian besar daerah (provinsi dan kabupaten/kota) rekrutmen pamong belajar tidak pernah dilakukan sejak BPKB dan SKB diserahkan kepada daerah.

Mendukung pernyataan di atas, berdasarkan kondisi objektif di lapangan menunjukkan bahwa pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang berjumlah 10 orang. Dari 10 orang jumlah pamong belajar tersebut, mayoritas usia pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang berkisar di atas 53 tahun. Jika dikelompokan lebih lanjut yaitu usia 42-46 tahun terdiri atas tiga orang pamong belajar dan usia 53-59 tahun terdiri atas tujuh orang pamong belajar. Apabila ditelaah lebih lanjut usia pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang, sebagian besar pamong belajar akan memasuki masa pensiun pada usia 60 tahun.

Fenomena tersebut berpengaruh kepada rendahnya keingintahuan pamong belajar untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan tugas pokok dan fungsi yang terbaru berdasarkan PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. Hal ini berdampak kepada rendahnya pemahaman pamong belajar dalam mempelajari tugas pokok dan fungsi pamong belajar tersebut, terutama pada komponen pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI. Berdasarkan kebijakan

pemerintah sebelumnya yaitu KEPMENKOWASBANGPAN No.


(18)

6

Tugas pokok pamong belajar terdiri atas: (a) melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga; (b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga, dan (c) melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga.

Jika dianalis lebih lanjut kebijakan di atas dan dilakukan perbandingan dengan kebijakan pemerintah terbaru yaitu PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010, ditemukan adanya pengurangan dan penambahan unsur pada tugas pokok pamong belajar tersebut. Pada KEPMENKOWASBANGPAN No. 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999, unsur tugas pokok ketiga yaitu melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga dihilangkan (pengurangan) dan diganti (penambahan) dengan pengkajian program berdasarkan PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. Sedangkan untuk unsur tugas pokok kegiatan belajar mengajar dan pengembangan model masih tetap dipertahankan dari

KEPMENKOWASBANGPAN No. 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 sampai

sekarang PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010.

Berdasarkan kebijakan pemerintah terbaru PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya pasal 4 ayat 1 secara tegas menjelaskan “Tugas pokok pamong belajar adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mengkaji program, dan mengembangkan model di bidang PNFI”. Memperhatikan kebijakan pemerintah tersebut, berdasarkan kondisi objektif di lapangan menggambarkan bahwa sebagian besar pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang dalam melaksanakan pekerjaannya belum optimal mengimplementasikan semua unsur yang ada pada tugas pokok tersebut.

Sebagai contoh, dalam pelaksanaan tugas pokok di lapangan sebagian besar pamong belajar hanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil baik pembelajaran, pelatihan ataupun pembimbingan. Sedangkan untuk kegiatan mengkaji program meliputi:


(19)

7

persiapan pengkajian program, pelaksanaan pengkajian program dan mengembangkan model di bidang PAUDNI meliputi: penyusunan rancangan pengembangan dan pelaksanaan pengembangan masih kurang optimal dilaksanakan oleh pamong belajar. Fenomena tersebut diduga karena ada berbagai macam faktor yang bisa mendukung ataupun menghambat kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini berpengaruh terhadap belum optimalnya kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Untuk mengatasi kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang belum optimal terutama pada unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, Kepala SKB Wilayah 2 Kota Padang telah melakukan berbagai upaya. Meskipun upaya tersebut belum maksimal dilakukan oleh Kepala SKB. Upaya yang dilakukan oleh Kepala SKB yaitu dengan melakukan pembinaan kepada pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Sudjana (2010, hlm. 200) menyatakan “Pembinaan sering disamakan dengan pemberian arah (directing) kepada orang-orang yang bergerak dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Sebagai salah satu contoh ilustrasi, Kepala SKB mencoba melakukan pembinaan kepada pamong belajar dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah terbaru (PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010) khususnya yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepada seluruh pamong belajar di SKB Wilayah Kota Padang. Dengan kata lain, pembinaan melalui sosialisasi di mulai dari pertama keluarnya PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010, kemudian sosialisasi peraturan bersama Mendiknas dan Kepala BKN (No. 03/III/PB/2011, No. 8 tahun 2011) tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya. Terakhir, Kepala SKB memberikan sosialisasi Permendikbud Republik Indonesia No. 39 tahun 2013 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang dipaparkan di atas, maka penelitian tentang Pembinaan Tugas Pokok dan Fungsi Pamong Belajar Oleh Kepala SKB


(20)

8

Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pamong Belajar (Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang)” penting untuk dilakukan.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pengamatan dan kondisi objektif di lapangan, ditemukan berbagai fenomena yang berkaitan dengan kinerja pamong belajar dan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang. Fenomena tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Rendahnya keingintahuan pamong belajar untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan tugas pokok dan fungsi yang terbaru berdasarkan PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010.

2. Dampak dari hal ini, pemahaman pamong belajar terhadap tugas pokok dan fungsinya kurang memadai khususnya pada aspek pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI.

3. Upaya yang dilakukan oleh Kepala SKB belum optimal terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar.

4. Rendahnya kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terutama pada aspek pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya ? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya ?

3. Bagaimana pembinaan yang dilakukan Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar ?

4. Bagaimana kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya ?


(21)

9

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sebagai berikut: 1. Pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya.

2. Faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

3. Pembinaan yang dilakukan Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar.

4. Kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif baik pada kegunaan teoretis yang berdasarkan kontekstual dan konseptual maupun pada kegunaan praktis untuk perbaikan lembaga yang bersangkutan. Lebih lanjut manfaat hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan kajian ilmu pendidikan luar sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan SDM dalam hal ini pamong belajar sebagai PTK-PAUDNI.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Masukan bagi lembaga BPKB dan SKB di Provinsi Sumatera Barat khususnya SKB Wilayah 2 Kota Padang untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual dalam rangka upaya pengembangan SDM khususnya PTK-PAUDNI (pamong belajar) di masa yang akan datang.

b. Masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka merumuskan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

c. Masukan bagi Kepala SKB Wilayah 2 Kota Padang agar selalu melakukan pembinaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar untuk mengoptimalkan kinerja pamong belajar.


(22)

10

d. Masukan bagi pamong belajar khususnya pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang untuk lebih profesional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan cara mengoptimalkan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

e. Masukan bagi peneliti, untuk mempelajari dan mengevaluasi lebih dalam kajian mengenai kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, serta pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar.


(23)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini disebabkan karena, pada penelitian ini mengkaji tentang perilaku seseorang dalam hal ini kinerja pamong belajar dan tindakan yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini sangat relevan menggunakan pendekatan kualitatif. Mendukung pernyataan tersebut, Moleong (2011, hlm. 5) menyatakan “Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang”.

Berdasarkan konsep di atas, maka pendekatan kualitatif dan metode deskriptif sangat relevan untuk diterapkan, sehingga dapat mengungkapkan dan mendeskripsikan tentang: (1) pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya; (2) faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya; (3) pembinaan yang dilakukan Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar, dan (4) kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2012, hlm. 95) dijelaskan sebagai berikut.

Karakteristik penelitian kualitatif yaitu: (1) Kajian naturalistik: melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel. (2) Analisis induktif : mengungkapkan data khusus, detil, untuk menemukan kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan pertanyaan terbuka. (3) Holistik: totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab akibat. (4) Data kualitatif: deskripsi rinci-dalam, persepsi-pengalaman orang. (5) Hubungan dan persepsi pribadi: hubungan


(24)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

akrab peneliti informan, persepsi dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomena-fenomena. (6) Dinamis: perubahan terjadi terus, lihat proses desain fleksibel. (7) Orientasi keunikan: tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks sosial-historis, analisis silang kasus, hubungan waktu-tempat. (8) Empati netral: subjektif murni, tidak dibuat-buat.


(25)

36

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Wilayah 2 Kota Padang. Pemilihan SKB Wilayah 2 Kota Padang sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) peneliti ingin mengangkat kearifan lokal pendidikan nonformal di Provinsi Sumatera Barat, khususnya berkaitan dengan lembaga SKB di Kota Padang beserta perangkatnya yaitu Kepala SKB dan pamong belajar sebagai tenaga fungsional; (2) lokasi penelitian bersedia untuk dijadikan tempat penelitian; (3) fenomena penelitian ini ada pada lokasi penelitian tersebut; (4) lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga akses transportasi menuju lokasi penelitian mudah di jangkau, dan (5) mayoritas personil (pegawai SKB) mempunyai hubungan yang akrab dengan peneliti, baik antara sesama pamong belajar, pegawai tata usaha dan Kepala SKB.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm. 145) menyatakan “Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti”. Oleh karena itu, subjek penelitian ini sebanyak tujuh orang terdiri atas

satu orang Kepala SKB, empat orang pamong belajar, satu orang pegawai tata usaha dan satu orang warga belajar. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive. Mendukung pernyataan tersebut, Sugiyono (2012, hlm. 229) menjelaskan “Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”.

Pemilihan subjek penelitian pada penelitian ini dengan alasan sebagai berikut: (1) informan bersedia dan meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dengan peneliti; (2) informan mempunyai pengalaman, pengetahuan yang lebih dan terbuka memberikan informasi mengenai fokus penelitian ini; (3) peneliti mempunyai hubungan kedekatan (keakraban) dengan informan penelitian, dan (4) latar belakang pendidikan informan (dalam hal ini pamong belajar) dipilih berdasarkan jenjang pendidikan yang berbeda.


(26)

37

C. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini bertujuan untuk menyatukan kesamaan pandangan dan pemahaman dengan cara memperjelas istilah yang tercantum pada judul penelitian ini diantaranya sebagai berikut.

1. Pembinaan

“Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian profesional terhadap semua unsur organisasi sehingga berfungsi sebagaimana mestinya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan” (Sudjana, 2010, hlm. 5). Pembinaan yang dimaksud pada penelitian ini adalah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh pamong belajar terutama yang berkaitan dengan permasalahan mengenai kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB tersebut harus mengacu kepada PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010.

Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar meliputi: (1) pemantauan, (2) pengawasan (3) supervisi, dan (4) pelaporan. Oleh karena itu, dengan adanya pembinaan yang dilakukan Kepala SKB tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

2. Kinerja

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wibowo (2008, hlm. 7) menjelaskan “Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung”. Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses pekerjaan yang dilakukan oleh pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010. Kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya perlu ditingkatkan khususnya pada aspek pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI.


(27)

38

3. Pamong Belajar

“Pamong Belajar adalah pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian program, dan pengembangan model Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan satuan PNFI” (PERMENPAN & RB No. 15 tahun 2010 pasal 1 ayat 2). Pamong belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga pendidik pada jalur pendidikan nonformal yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pamong belajar tersebut bertugas pada SKB Wilayah 2 Kota Padang. Seorang pamong belajar yang profesional harus mengetahui, memahami, dan melaksanakan semua apa yang menjadi tugas pokoknya berdasarkan aturan yang telah dikeluarkan pemerintah.

4. Tugas Pokok dan Fungsi

Munir (2012, hlm. 56) menyatakan “Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) merupakan hasil bagi habis tugas organisasi, berdasarkan hierarki

organisasi yang diarahkan pada upaya pencapaian visi, misi yang ditetapkan”.

Tugas pokok pamong belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kewajiban pokok dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh pamong belajar dalam mengemban jabatan fungsional pamong belajar. Sedangkan fungsi pamong belajar yang dimaksud adalah penjabaran dari tugas pokok pamong belajar yang harus dilaksanakan untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh pamong belajar tersebut, mengacu kepada kebijakan pemerintah terbaru yaitu PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya.

5. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bergerak pada jalur pendidikan nonformal untuk tingkat kabupaten/kota yang berada pada seluruh provinsi di Indonesia. Lembaga SKB yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu SKB Wilayah 2 Kota Padang.


(28)

39

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri atau yang disebut dengan key instrument. Oleh karena itu, yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi dokumentasi. Sugiyono (2012, hlm. 306) menyatakan

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya”.

E. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap penelitian kualitatif menurut Bodgan (dalam Moleong, 2011, hlm. 126) menyatakan „Tiga tahapan yaitu: 1) pra-lapangan, 2) kegiatan lapangan, dan 3) analisis intensif‟. Berdasarkan tiga tahapan penelitian tersebut, Moleong (2011, hlm. 126) menambahkan satu tahapan lagi yaitu tahapan penulisan laporan. Oleh karena itu, pada penelitian ini prosedur/tahap-tahap penelitian terdiri atas: 1) pra-lapangan, 2) kegiatan lapangan, 3) analisis intensif, dan 4) penulisan laporan. Uraian prosedur penelitian adalah sebagai berikut.

1. Pra-lapangan

Pada tahapan pra-lapangan ini, dimulai dari: (a) menyusun rancangan penelitian; (b) memilih lapangan penelitian; (c) mengurus perizinan; (d) menjajaki dan menilai lapangan; (e) memilih dan memanfaatkan informan, dan (f) menyiapkan perlengkapan penelitian. Lebih lanjut tentang tahapan pra-lapangan ini diuraikan sebagai berikut.

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Sebelum menyusun rancangan penelitian, langkah pertama yang dilakukan adalah studi pendahuluan/studi lapangan. Studi lapangan berguna untuk mengetahui keadaan objektif dari masalah penelitian ini. Setelah dilakukan studi pendahuluan dan ditemukan permasalahan-permasalahan di lapangan kemudian dilakukan analisis permasalahan-permasalahan terhadap teori, konsep, dan kebijakan pemerintah yang ada. Berdasarkan


(29)

40

hasil analisis teori, konsep, dan kebijakan pemerintah dengan keadaan objektif di lapangan, ternyata ditemukan kesenjangan (GAP) antara keadaan seharusnya (kondisi ideal) dengan keadaan di lapangan (kondisi empiris). Kesenjangan dari fenomena tersebut, dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam menyusun rancangan penelitian ini.

Setelah fenomena penelitian ini ditemukan dan dilakukan analisis terhadap kondisi ideal dengan kondisi empiris, kemudian dijabarkan ke dalam desain proposal penelitian untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing akademik agar mendapat arahan dan bimbingan tentang kajian penelitian ini. Disamping bimbingan dari pembimbing akademik, peneliti juga mendapatkan arahan dan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah penelitian.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Pada tahap memilih lapangan penelitian ini, dasar pertimbangan yang paling utama adalah: (1) lembaga tempat penelitian memberikan izin untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut, (2) melihat di lokasi penelitian terdapat fenomena yang berkaitan dengan kajian penelitian ini, dan (3) akses transportasi menuju lokasi penelitian mudah untuk di jangkau.

c. Mengurus Perizinan

Tahap awal yang dilakukan adalah mengkonfirmasi Kepala SKB Wilayah 2 Kota Padang bahwa lembaga tersebut akan dijadikan lokasi penelitian. Kemudian, dari Kepala SKB Wilayah 2 Kota Padang memberikan izin dan bersedia lembaganya dijadikan lokasi penelitian. Setelah itu, dilakukan pengajuan surat izin untuk melakukan penelitian yang dikeluarkan oleh Direktur Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Dalam proses penjajakan dan menilai lapangan ini, dilakukan pengamatan secara langsung dan wawancara secara informal dengan Kepala SKB, pamong belajar dan pegawai tata usaha.


(30)

41

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Pemilihan dan pemanfaatan informan pada penelitian ini dilakukan melalui kriteria tertentu berdasarkan pengalaman informan, jenjang pendidikan dan masa kerja informan, kesediaan informan meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara, dan terakhir dengan melakukan wawancara pendahuluan/penjajakan kepada semua pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang.

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Pada tahap ini dilakukan persiapan perlengkapan penelitian baik perlengkapan fisik, psikis, maupun materi. Selain itu, juga mempersiapkan surat izin untuk melakukan penelitian yang dikeluarkan oleh Direktur Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Selanjutnya, menghubungi lokasi penelitian, untuk membuat kesepakatan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan penelitian ini dimulai pada bulan April-Juni 2014. Adapun lokasi penelitian ini adalah di SKB Wilayah 2 Kota Padang. Pada kegiatan di lapangan tersebut, dilakukan wawancara secara mendalam kepada Kepala SKB, pamong belajar, pegawai tata usaha, dan warga belajar. Disamping itu, juga dilakukan observasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan oleh pamong belajar tersebut.

3. Analisis Intensif

Berdasarkan temuan yang dikumpulkan di lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, maka diperoleh hasil temuan penelitian. Data hasil temuan tersebut dilakukan analisis dengan teknik yang telah direncanakan sebelumnya.

4. Penulisan Laporan

Setelah hasil temuan penelitian dianalisis, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan laporan penelitian, sehingga di dalam laporan penelitian tersebut berisikan temuan penelitian dan pembahasan hasil analisis temuan penelitian tersebut.


(31)

42

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas wawancara (interview), observasi (observation), studi dokumentasi (documentation study). Lebih lanjut mengenai teknik pengumpulan data pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Wawancara (Interview)

Satori & Komariah (2010, hlm. 130) menjelaskan “Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab”. Pemilihan teknik wawancara pada penelitian ini, dengan alasan untuk mengungkapkan lebih dalam mengenai: (1) pemahaman pamong belajar mengenai tugas pokok dan fungsinya, (2) faktor pendukung dan penghambat pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, (3) pembinaan apa saja yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar, dan (4) kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data penelitian tersebut, dilakukan wawancara kepada Kepala SKB, pamong belajar, pegawai tata usaha, dan warga belajar.

2. Observasi (Observation)

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2012, hlm. 220). Pemilihan teknik observasi pada penelitian ini, dengan alasan untuk mendukung atau memperkuat data yang telah diberikan oleh informan penelitian melalui wawancara. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan pada aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pamong belajar dan aktivitas pembinaan melalui pemantauan, pengawasan dan supervisi yang dilakukan oleh Kepala SKB.

3. Studi Dokumentasi (Documentation Study)

Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis


(32)

dokumen-43

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik” (Sukmadinata, 2012, hlm. 221). Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi diantaranya: (1) dokumen tertulis dari kebijakan pemerintah yaitu PERMENPAN dan RB No. 15 tahun 2010 dan Peraturan Walikota Padang No. 2 tahun 2013; (2) dokumen gambar yaitu foto-foto dokumentasi yang peneliti kumpulkan selama melakukan penelitian di SKB Wilayah 2 Kota Padang, dan (3) dokumen elektronik berupa video diantaranya kegiatan rapat internal SKB yang dilakukan Kepala SKB, aktivitas pembelajaran yang dilakukan pamong belajar, dan aktivitas pembelajaran di PAUD SKB Wilayah 2 Kota Padang.

“Analisis data adalah suatu fase penelitian kualitatif yang sangat penting karena melalui analisis data inilah peneliti dapat memperoleh wujud penelitian yang dilakukannya” (Satori & Komariah, 2010, hlm. 97). Bogdan (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 332) menjelaskan analisis data sebagai berikut.

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Penelitian ini mengadopsi analisis data menggunakan model dari Miles & Huberman (1994, hlm. 12) yang terlihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1: Analisis Data Kualitatif

Sumber: Miles & Huberman (1994, hlm. 12) Data

Collection

Data Display Data

Reduction

Conclusion Drawing/Verifying


(33)

44

Berpedoman pada gambar 3.1 di atas, analisa data pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap pengumpulan data. Pada tahap ini, langkah pertama adalah memasuki lokasi lingkungan penelitian yaitu SKB Wilayah 2 Kota Padang. Selama berada di lokasi penelitian, peneliti berupaya untuk mengumpulkan data melalui subjek penelitian ini yaitu Kepala SKB, pamong belajar, pegawai tata usaha dan warga belajar. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

2. Tahap reduksi data. Setelah data terkumpul selama penelitian, dilakukan pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang diperoleh dari hasil wawancara dan kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk data yang ilmiah. Tujuannya agar data yang terkumpul tersebut mudah dipahami. Dengan kata lain, kegiatan pada tahap ini merupakan transformasi dari data emic menjadi data etic.

3. Tahap penyajian data. Data yang telah direduksi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, kemudian disajikan pada hasil penelitian dan kemudian dianalisis pada bagian pembahasan.

4. Tahap penarikan kesimpulan. Dari data yang telah dianalisis pada pembahasan tersebut, kemudian dijadikan beberapa kesimpulan untuk memaparkan bagian-bagian yang penting berdasarkan fokus penelitian ini.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kebenaran dari hasil penelitian ini. Satori & Komariah (2010, hlm. 164) menjelaskan “Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”. Oleh karena itu, uji keabsahan data penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.


(34)

45

1. Keterpercayaan (Credibility)

Untuk memperoleh keterpercayaan data penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) Perpanjangan waktu pengamatan, tujuannya agar peneliti dengan informan menjadi akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai. (2) Peningkatan ketekunan dilakukan agar dapat memperhatikan sesuatu dengan lebih cermat, terinci dan mendalam. (3) Trianggulasi merupakan cara memperoleh kepercayaan dengan menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun trianggulasi yang dipakai pada penelitian ini yaitu trianggulasi sumber (mencari data dari sumber yang berbeda) dan trianggulasi teknik (menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumentasi). (4) Diskusi dengan teman sejawat, yaitu dengan cara mendiskusikan hasil temuan yang didapat dengan orang lain yang paham tentang kajian penelitian ini. (5) Menggunakan bahan referensi, dalam hal ini digunakan foto dukumentasi terkait fokus penelitian untuk mendukung membuktikan data yang dikumpulkan selama penelitian. (6) Member chek dilakukan dengan cara mengkonfirmasi ulang hasil wawancara kepada informan yang bersangkutan.

2. Keteralihan (Transferability)

“Bagi penelitian naturalistik transferability bergantung pada si

pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan

dalam konteks dan situasi tertentu” (Nasution, 1988, hlm. 118-119). Oleh

karena itu, peneliti tidak dapat menjamin hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain. Namun, peneliti berusaha untuk mencoba membuat laporan penelitian ini dengan rinci, jelas, lengkap, dan sistematis, sehingga kemungkinan besar pemakai dapat memahami hasil penelitian ini.

3. Ketergantungan (Dependability)

“Kebergantungan disebut juga audit kebergantungan menunjukkan

bahwa penelitian memiliki sifat ketaatan dengan menunjukkan konsisten dan

stabilitas data atau temuan yang direflikasi” (Satori & Komariah, 2010, hlm.

166). Dalam penelitian ini, yang melakukan audit adalah pembimbing. Peneliti melaksanakan kegiatan bimbingan yang intensif dengan pembimbing,


(35)

46

dan meminta pembimbing untuk mereview seluruh aktivitas penelitian dimulai dari awal pembuatan desain penelitian sampai akhir pelaporan.

4. Kepastian (Confirmability)

Sebagaimana dikemukakan oleh Satori & Komariah (2010, hlm. 167) menjelaskan “Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian dikaitkan

dengan proses yang dilakukan”. Dalam penelitian ini, proses penelitian yang

dilakukan berdasarkan tahapan yang telah ditentukan, dengan cara mengikuti tahapan ujian yang telah dijadwalkan.


(36)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan mengenai fokus penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemahaman Pamong Belajar Mengenai Tugas Pokok dan Fungsinya

Pamong belajar mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pengkajian program, dan pengembangan model PAUDNI. Berdasarkan hasil temuan lapangan mengungkapkan bahwa semua pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang telah memahami dan melaksanakan tugas pokok pamong belajar pada unsur yang pertama yaitu kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dari banyaknya jumlah program PNF yang telah dilaksanakan oleh pamong belajar tersebut selama memegang jabatan fungsional pamong belajar. Sejak tahun 2010 sampai sekarang, program PNF yang telah dilaksanakan oleh pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang diantaranya program diklat peningkatan mutu PTK-PAUDNI, program PAUD (dalam bentuk TK, KB, TPA), Keaksaraan Fungsional (KF), Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), program kesetaraan, dan diklat pendidik PAUD swadaya yang ada di lingkungan kerja SKB Wilayah 2 Kota Padang.

Sementara itu, dari unsur tugas pokok pamong belajar yang kedua dan ketiga yaitu pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, sebanyak sembilan orang pamong belajar belum melaksanakan berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis. Hal ini disebabkan karena: (1) Rendahnya pemahaman pamong belajar terhadap


(37)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tugas pokok dan fungsinya terutama pada kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI. (2) Belum adanya kesempatan bagi pamong belajar untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Sejak dikeluarkannya kebijakan terbaru mengenai tugas pokok pamong belajar pada tahun 2010 sampai sekarang, pamong belajar belum mempunyai kesempatan untuk


(38)

143

melakukannya karena kegiatan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. (3) Belum adanya dukungan anggaran dari pemerintah. Dukungan anggaran dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, karena kegiatan tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar seperti pembelian buku bacaan, transportasi, honor petugas orientasi pengumpul data, konsultasi dengan tim ahli/pakar/praktisi dan sebagainya. (4) Faktor usia. Mayoritas usia pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang yaitu di atas 53 tahun. Oleh karena itu, kegiatan ilmiah seperti kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI kurang diminati oleh pamong belajar tersebut. (5) Jenjang pendidikan yang berbeda.

Pamong belajar yang telah melaksanakan kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI adalah pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2). Sedangkan pamong belajar dengan jenjang pendidikan sarjana (S1) belum dapat melaksanakan kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat pemahaman antara pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2) dan pamong belajar dengan jenjang pendidikan sarjana (S1). Dengan kata lain, pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2) lebih memahami dan mampu melaksanakan kegiatan tersebut dibandingkan pamong belajar dengan jenjang pendidikan sarjana (S1).

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pamong Belajar Dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya

Faktor pendukung pamong belajar SKB Wilayah 2 Kota Padang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, didukung oleh semua komponen faktor internal. Faktor internal tersebut seperti motivasi, kedisiplinan, komitmen, dan keterampilan. Sementara itu, faktor eksternal yang mendukung pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yaitu dorongan pimpinan, bimbingan pimpinan, tim kerja, sistem kerja,


(39)

144

lingkungan internal, dan lingkungan eksternal. Disisi lain, faktor penghambat pamong belajar SKB Wilayah 2 Kota Padang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi berasal dari luar diri pamong belajar (faktor eksternal). Adapun faktor eksternal yang menghambat seperti fasilitas kerja, tim kerja, sistem kerja, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal.

3. Pembinaan Yang Dilakukan Kepala SKB Mengenai Tugas Pokok dan Fungsi Pamong Belajar

Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB mengenai tugas pokok dan fungsi pamong belajar meliputi kegiatan pemantauan, pengawasan, supervisi, dan pelaporan. Dari keempat kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB tersebut, pembinaan yang selalu dilakukan yaitu kegiatan pemantauan, pengawasan, dan pelaporan. Bentuk pemantauan yang dilakukan oleh Kepala SKB yaitu mengunjungi tempat kerja pamong belajar dan pemanggilan pamong belajar yang mengalami permasalahan ke ruang kerja Kepala SKB. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Kepala SKB yaitu pengawasan sebelum, proses, dan setelah kegiatan dilaksanakan. Sementara itu, bentuk pelaporan yang dilakukan oleh Kepala SKB terhadap kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya adalah dalam bentuk laporan pribadi Kepala SKB dan laporan lembaga SKB.

Disamping itu, upaya yang biasa dilakukan oleh Kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar yaitu: (1) Melakukan rapat internal lembaga SKB yang dihadiri oleh seluruh pamong belajar dengan membahas kebijakan pemerintah terbaru (PERMENPAN dan RB nomor 15 tahun 2010) tentang jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya. (2) Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang tentang adanya kebijakan pemerintah terbaru tersebut. (3) Memotivasi pamong belajar untuk mengikuti diklat yang relevan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. (4) Memfasilitasi sarana dan prasarana yang ada untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar tersebut. (5) Memfasilitasi pamong belajar untuk menjadi pendidik bagi guru PAUD pada diklat PAUD Swadaya. (6) Mendorong pamong belajar untuk


(40)

145

membuat/menulis desain pengkajian program PAUDNI dan pengembangan model PAUDNI.

4. Kinerja Pamong Belajar Dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya

Kinerja pamong belajar sangat berkaitan dengan aspek kemampuan, inisiatif, ketepatan waktu, kualitas hasil kerja, dan komunikasi. Kelima aspek tersebut yang menyebabkan rendahnya kinerja pamong belajar adalah pada aspek inisiatif seperti minimnya prestasi akademik yang diraih pamong belajar, aspek kualitas hasil kerja seperti minimnya hasil produk dari unsur tugas pokok terutama pada unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, serta pada aspek komunikasi seperti kurang optimalnya mutu penyampaian materi pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pamong belajar tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB untuk meningkatkan kinerja pamong belajar di SKB Wilayah 2 Kota Padang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, rekomendasi penelitian ini disampaikan:

1. Kepada Kepala SKB

a. Perlu adanya bimbingan yang bersifat teknis oleh Kepala SKB dalam pelaksanaan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI serta mendatangkan tim ahli/pakar/praktisi yang kompeten di bidang tersebut.

b. Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala SKB seharusnya mempertimbangkan latar belakang pendidikan pamong belajar terutama jenjang pendidikan pamong belajar antara pamong belajar dengan jenjang pendidikan magister (S2) dan pamong belajar dengan jenjang pendidikan sarjana (S1).

c. Agar Kepala SKB mengupayakan penambahan dan perbaikan fasilitas kerja seperti komputer yang tidak mencukupi, meja dan kursi pamong


(41)

146

belajar yang tidak mencukupi, fasilitas internet yang tidak ada, dan prasarana seperti ruang pamong belajar yang belum ada.

d. Perlu peningkatan pembinaan terutama pada kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar.

2. Kepada Pamong Belajar

a. Ditingkatkannya pemahaman pamong belajar mengenai kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI dengan mengakses informasi terbaru dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah.

b. Hendaknya pamong belajar lebih mengoptimalkan kinerja melalui peningkatan prestasi akademik, peningkatan hasil produk dari unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, dan peningkatan mutu penyampaian materi yang akan disampaikan kepada warga belajar.

3. Kepada Pemerintah

a. Diharapkan kepada pemerintah yang mengeluarkan kebijakan agar dapat membantu pamong belajar SKB dalam melaksanakan kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, yaitu berupa penggantian atau bantuan finansial untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

b. Hendaknya pemerintah lebih memperhatikan fasilitas kerja yang ada di SKB seperti sarana dan prasarana melalui penambahan atau perbaikan, sehingga dapat menimbulkan semangat bagi pamong belajar dalam bekerja.


(42)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi: Buku Pegangan Kuliah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BP-PAUDNI Regional I. (2014). Prosedur Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal: Bahan Disampaikan Pada Diklat Peningkatan Kompetensi Profesional Pamong Belajar. Medan: BP-PAUDNI Regional I.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Engkoswara & Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Komar, O. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: CV. Pustaka Setia. Kusmiadi, A. (2006). Pola Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidikan Nonformal. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1 (1), hlm. 19-26. Majolelo, Y.S. (1981). Pepatah Petitih Minangkabau. Jakarta: Mutiara Offset. Mangkunegara, A. A. A. P. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Keempat.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook. Second Edition. United State of America: Sage Publications.

Moeheriono. (2010). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Competency Based Human Resource Management). Cetakan Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.

Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(43)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mulyasa, E. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Munir, B. (2012). Six Dimension Organization: dengan Pendekatan Organization Development. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(44)

148

Pranyono, F. E. (2012). Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat Ikatan Pamong Belajar Indonesia Masa Bakti 2009-2012. [Online]. Tersedia di: http://ipabi.org/unduhan/laporan-pp-ipabi-2009-2012/. [Diakses 25 Juli 2014].

Riduwan & Kuncoro, E. A. (2012). Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path Analisis (Analisis Jalur). Edisi Keempat. Bandung: Alfabeta.

Rogers, A. (2005). Non-formal Education: Flexible Scholling or Participatory Education ?. New York: Springer Science+Business Media, Inc.

Sadid, A. (2008). Membangun Organisasi yang Efektif Melalui Prencanaan Strategis yang Memadai: Kajian Pada UPTD SKB. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 3 (1), hlm. 74-82.

Satori, D. & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sedarmayanti. (2011). Membangun dan Mengembangkan Kepemimpinan serta Meningkatkan Kinerja untuk Meraih Keberhasilan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sedarmayanti. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Cetakan Keempat. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Edisi Ketiga. Bandung. CV. Mandar Maju.

Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah: Manajemen Strategi. Jakarta: PD Mahkota.

Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Revisi Baru. Bandung: Falah Production.

Sudjana, D. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah: Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat & Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah Production.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(45)

149

Suprayogi, U. (2005). Pengembangan Model Program Pendidikan Luar Sekolah Dalam Memberdayakan Kelompok Masyarakat Lanjut Usia Mencapai Kemandirian: Studi di Karang Lansia Wargi Saluyu Desa Kanjeng Kecamatan Cisito Kabupaten Sumedang. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Thoha, M. (2002). Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Uno, H. B. (2008). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Waspodo, M. (2006). Pemetaan Perkembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1 (1), hlm. 27-36.

Wibowo. (2008). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Wulan, A.R. (2012). Taksonomi Bloom Revisi. [Online]. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATN AWULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf. [Diakses 18 Mei 2014].

Yani, I. (2014). Modul Penyusunan Naskah Pengembangan Program: Bahan Ajar Diklat Pengembangan Program Bagi Pamong Belajar BPKB/SKB se-Regional I. Medan: BP-PAUDNI se-Regional I.

Yuniarsih, T & Suwatno. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Peraturan dan Undang-Undang/Dokumentasi

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Direktorat PTK-PNF. (2010). Buku Saku Bahan Sosialisasi PERMENPAN dan RB Nomor 15 Tahun 2010. Jakarta: Direktorat PTK-PNF.

Kemendiknas. (2011). Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/III/PB/2011; Nomor 8 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya.Jakarta.

Mendikbud. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 39 tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Jakarta.

Menkowasbangpan. (1999). KEPMENKOWASBANGPAN No.

25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Jakarta.

Menpan dan RB. (2010). Permenpan dan RB Nomor 15 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Jakarta.


(46)

150

Walikota Padang. (2013). Peraturan Walikota Padang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Penamaan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Kota Padang. Padang.


(1)

146

belajar yang tidak mencukupi, fasilitas internet yang tidak ada, dan prasarana seperti ruang pamong belajar yang belum ada.

d. Perlu peningkatan pembinaan terutama pada kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Kepala SKB dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar.

2. Kepada Pamong Belajar

a. Ditingkatkannya pemahaman pamong belajar mengenai kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI dengan mengakses informasi terbaru dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah.

b. Hendaknya pamong belajar lebih mengoptimalkan kinerja melalui peningkatan prestasi akademik, peningkatan hasil produk dari unsur pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, dan peningkatan mutu penyampaian materi yang akan disampaikan kepada warga belajar.

3. Kepada Pemerintah

a. Diharapkan kepada pemerintah yang mengeluarkan kebijakan agar dapat membantu pamong belajar SKB dalam melaksanakan kegiatan pengkajian program dan pengembangan model PAUDNI, yaitu berupa penggantian atau bantuan finansial untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

b. Hendaknya pemerintah lebih memperhatikan fasilitas kerja yang ada di SKB seperti sarana dan prasarana melalui penambahan atau perbaikan, sehingga dapat menimbulkan semangat bagi pamong belajar dalam bekerja.


(2)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi: Buku Pegangan Kuliah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BP-PAUDNI Regional I. (2014). Prosedur Pengembangan Program Pendidikan

Anak Usia Dini Nonformal dan Informal: Bahan Disampaikan Pada Diklat Peningkatan Kompetensi Profesional Pamong Belajar. Medan: BP-PAUDNI

Regional I.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Kegiatan Belajar

Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Engkoswara & Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Komar, O. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: CV. Pustaka Setia. Kusmiadi, A. (2006). Pola Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidikan Nonformal. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1 (1), hlm. 19-26. Majolelo, Y.S. (1981). Pepatah Petitih Minangkabau. Jakarta: Mutiara Offset. Mangkunegara, A. A. A. P. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Keempat.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: An

Expanded Sourcebook. Second Edition. United State of America: Sage

Publications.

Moeheriono. (2010). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Competency

Based Human Resource Management). Cetakan Kedua. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(3)

Ramandha Ade, 2014

Pembinaan tugas pokok dan fungsi pamong belajar oleh kepala SKB dalam mengoptimalkan kinerja pamong belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mulyasa, E. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Munir, B. (2012). Six Dimension Organization: dengan Pendekatan Organization

Development. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(4)

148

Pranyono, F. E. (2012). Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat Ikatan

Pamong Belajar Indonesia Masa Bakti 2009-2012. [Online]. Tersedia di:

http://ipabi.org/unduhan/laporan-pp-ipabi-2009-2012/. [Diakses 25 Juli 2014].

Riduwan & Kuncoro, E. A. (2012). Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai

Path Analisis (Analisis Jalur). Edisi Keempat. Bandung: Alfabeta.

Rogers, A. (2005). Non-formal Education: Flexible Scholling or Participatory

Education ?. New York: Springer Science+Business Media, Inc.

Sadid, A. (2008). Membangun Organisasi yang Efektif Melalui Prencanaan Strategis yang Memadai: Kajian Pada UPTD SKB. Jurnal Ilmiah Visi

PTK-PNF, 3 (1), hlm. 74-82.

Satori, D. & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sedarmayanti. (2011). Membangun dan Mengembangkan Kepemimpinan serta

Meningkatkan Kinerja untuk Meraih Keberhasilan. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Sedarmayanti. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi

dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Cetakan Keempat. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Edisi Ketiga. Bandung. CV. Mandar Maju.

Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah: Manajemen Strategi. Jakarta: PD Mahkota.

Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Revisi Baru.

Bandung: Falah Production.

Sudjana, D. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah: Untuk

Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan

Kedua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Filsafat & Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah Production.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(5)

149

Suprayogi, U. (2005). Pengembangan Model Program Pendidikan Luar Sekolah

Dalam Memberdayakan Kelompok Masyarakat Lanjut Usia Mencapai Kemandirian: Studi di Karang Lansia Wargi Saluyu Desa Kanjeng Kecamatan Cisito Kabupaten Sumedang. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Thoha, M. (2002). Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Uno, H. B. (2008). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Waspodo, M. (2006). Pemetaan Perkembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1 (1), hlm. 27-36.

Wibowo. (2008). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Wulan, A.R. (2012). Taksonomi Bloom Revisi. [Online]. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATN AWULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf. [Diakses 18 Mei 2014].

Yani, I. (2014). Modul Penyusunan Naskah Pengembangan Program: Bahan Ajar

Diklat Pengembangan Program Bagi Pamong Belajar BPKB/SKB se-Regional I. Medan: BP-PAUDNI se-Regional I.

Yuniarsih, T & Suwatno. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori,

Aplikasi dan Isu Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Peraturan dan Undang-Undang/Dokumentasi

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Direktorat PTK-PNF. (2010). Buku Saku Bahan Sosialisasi PERMENPAN dan RB

Nomor 15 Tahun 2010. Jakarta: Direktorat PTK-PNF.

Kemendiknas. (2011). Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/III/PB/2011; Nomor 8 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya.Jakarta.

Mendikbud. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 39 tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Jakarta.

Menkowasbangpan. (1999). KEPMENKOWASBANGPAN No. 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. Jakarta.

Menpan dan RB. (2010). Permenpan dan RB Nomor 15 tahun 2010 tentang


(6)

150

Walikota Padang. (2013). Peraturan Walikota Padang Nomor 2 Tahun 2013

tentang Pembentukan, Penamaan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Kota Padang. Padang.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) DAN IKLIM KERJA SAMA DENGAN KEPUASAN KERJA PAMONG BELAJAR SKB SE-SUMATERA UTARA.

0 1 33

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Skb, Motivasi Kerja Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar Pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Di Wilayah Priangan Jawa Barat.

0 3 29

PENGARUH INTENSITAS PELATIHAN, GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SKB, DAN MASA KERJA TERHADAP KINERJA PAMONG BELAJAR SKB DI PROPINSI SUMATERA UTARA.

0 1 57

KINERJA PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Korelasional antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja, dengan Kinerja Pamong Belajar SKB, Dibawah Binaan BPKB Palembang Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau.

0 0 91

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, DENGAN KINERJA PAMONG BELAJAR DI SKB PROVINSI GORONTALO.

1 3 34

Hubungan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pamong belajar di SKB

0 0 15

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Skb, Motivasi Kerja Dan Pengan Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar Pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Di Wilayah Priangan Jawa Barat - repository UPI T PLS 1302778 Title

0 0 4

PEMBINAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PAMONG BELAJAR OLEH KEPALA SKB DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PAMONG BELAJAR : Studi di SKB Wilayah 2 Kota Padang - repository UPI T PLS 1201451 Title

0 0 4

Pamong Belajar pada SKB

0 3 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Deskripsi Kinerja Pamong Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara - Tugas Akhir

0 0 9