KONTRIBUSI KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP KESIAPAN KERJA PRAKTIK KERJA NDUSTRI: Studi Pada Peserta Didik Kelas XI SMKN Kota Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.………….……….

PERNYATAAN………...

LEMBAR PENGESAHAAN………..

ABSTRAK………

KATA PENGANTAR.………

UCAPAN TERIMA KASIH………...

PERSEMBAHAN……… DAFTAR ISI……….………... DAFTAR TABEL...………. DAFTAR GAMBAR.………..

BAB I PENDAHULUAN………..………...

A. Latar Belakang Penelitian...…..………... B. Rumusan Masalah ………... C. Definisi Operosional Variabel………... D. Tujuan Penelitian….………... E. Manfaat Penelitian…..……….

BAB II KAJIAN PUSTAKA………....

A. Pendidikan IPS di SMK……..……….

B. Ruang Lingkup Keterampilan Sosial (Social Skills)………... C. Tinjauan Umum Kesiapan kerja (Job Ridsness)……….. 1. Pengertian Kesiapan Kerja……….. 2. Manfaat Kesiapan Kerja………. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhhi Kesiapan Kerja……… D. Tujuan SMK dan Pendidikan Sistem Ganda (Praktik -

Kerja Industri)………. i ii iii iv v vi vii viii ix x 1 1 9 11 13 15 16 16 21 29 29 30 34 35 Halaman


(2)

E. Penelitian-Penelitian yang Relevan………. F. Paradigma Penelitian atau Kerangka Pemikiran………..……… G. Hipotesis Penelitian...………...

BAB III METODE PENELITIAN….………..

A. Desain Penelitian……….. B. Lokasi, Populasi dan Sampel Peneltitan………..………

1. Lokasi Penelitian………

2. Populasi Penelitian……….

3. Sampel Penelitian………...

C. Variable Penelitian dan Instrumen Penelitian………..

D. Instrumen Penelitian………

E. Teknik Pengumpulan dan Prosedur Analisis Data……….

F. Teknik Pengukuran……….

G. Tahap-Tahap Pengujian Kuesioner………. H. Teknik Pengolahan Data………..

I. Rancangan Pengujian Hipotesis………..

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………

A. Deskripsi Data dan Objek Penelitian………….………..

1. Demografi Responden………..

2. Deskripsi Data Penelitian……….. B. Uji Multikolinieritas……….

C. Uji Koralasi Kanonikal………

D. Hasil Pengujian Hipotesis Asosiatif ………...

E. Keterbatasan Penelitian………

F. Pembahasan Hasil Penelitian………...

42 45 48 50 51 52 52 53 54 57 70 73 74 75 79 81 83 83 86 90 107 109 115 121 122


(3)

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN………..

A. Kesimpulan……….……….

B. Rekomendasi…………..………..

DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN-LAMPIRAN……….

130 133 135

137 141


(4)

DAFTAR TABEL

TABEL Keterangan Hal

2.1 Struktur Kurikulum Mata Diklat di SMK 17 2.2 Perbandingan Sistem Pendidikan di Sekolah dan Latihan di

Tempat Kerja Industri

19 2.3 Perbandingan Sistem Pendidikan di Sekolah dan Latihan di

Tempat Kerja Industri

39 3.1 Daftar Sampel Nama SMK Negeri Kota Bandung yang

Terpilih

55 3.2 Daftar social skills yang dapat dikembangkan dalam

pembelajaran IPS (inventories of social skills)

56

3.3 Operasional Variabel Penelitian 58

3.4 Variabel Kesiapan Kerja 65

3.5 Daftar Keterampilan Sosial (Soft Skills) yang Berhubungan dengan Keterampilan Siap Kerja di Tempat Praktik Kerja industri (inventory basic employabiliy skills)

66

3.6 Daftar Kriteria Penilaian Non Teknis dari Pembimbing Perusahaan dalam Jurnal Prakerin di Tiap Sekolah

69 3.7 Kisi-Kisi Variabel Keterampilan Sosial dan Kesiapan Kerja 72

3.8 Prosedur Penskalaan 74

3.9 Interpretasi Koefesien Korelasi 82

4.1 Deskripsi Data Penelitian 83

4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku yang Berhubungan dengan Lingkungan (Environment Behaviors) dalam pembelajaran IPS

92

4.3 Tingkat perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environment Behaviors) dalam pembelajaran IPS

94 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku yang Berhubungan dengan

Orang Lain (Interpersonal Behaviors) dalam pembelajaran IPS

95

4.5 Tingkat perilaku yang berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Behaviors) dalam pembelajaran IPS

97 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku yang Berhubungan dengan

Diri Sendiri (Self Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS

99


(5)

Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS

4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku yang Berhubungan dengan Tugas (Task Related Behaviors) dalam Pembelajaran IPS

102 4.9 Tingkat perilaku yang berhubungan dengan tugas (Task

Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS

104 4.10 Distribusi Frekuensi Kesiapan Kerja peserta didik 105 4.11 Tingkat Kesiapan Kerja Peserta Didik 107 4.12 Uji Multikolerasi dengan Cara Uji Partial Corrrelation 108 4.13 Eigenvalues and Canonical Correlations 111

4.14 Dimension Reduction Analysis 111

4.15 Multivariate Tests of Significance (S = 2, M = 1/2, N = 60 1/2)

112 4.16 Standardized canonical coefficients for DEPENDENT

variables

112 4.17 Raw canonical coefficients for COVARIATES 112 4.18 Correlations between DEPENDENT and canonical

variables

113 4.19 Correlations between COVARIATES and canonical

variables

114 4.20 Rangkuman Perubahan Model Regresi dalam Berjenjang 115

4.21 Rangkuman Analisis of Varian 116


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

1.1 Porsi Persentase Keterampilan Sosial sebagai Komponen Sukses yang Ada Dalam Sistem Pendidikan (Sumber: Neff and Citrin, 1999)

5

2.1 Keterkaitan kelompok mata diklat (Pendidikan dan Latihan) di SMK

16 2.2 Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan

Keterampilan Sosial

19 2.3 Hubungan antara variabel keterampilan sosial dan Kesiapan

kerja yang dimoderasi nilai praktek kerja industri

46 2.4 Kerangka Penelitian: kontribusi keterampilan sosial dalam

pembelajaran IPS terhadap Kesiapan kerja

48

3.1 Teknik Cluster Sampling 55

4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden 86

4.2 Distribusi Umur Responden 87

4.3 Distribusi Lama Prakerin 88

4.4 Distribusi Kesesuaian Tempat Prakerin dengan Kompetensi Keahlian

89 4.5 Histogram perilaku yang berhubungan dengan lingkungan

(Environment Behaviors) dalam pembelajaran IPS

93 4.6 Histogram perilaku yang berhubungan dengan orang lain

(Interpersonal Behaviors) dalam pembelajaran IPS

96 4.7 Histogram perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri

(Self Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS

100 4.8 Histogram perilaku yang berhubungan dengan tugas (Task

Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS

103 4.9 Histogram Kesiapan kerja peserta didik 106


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Kualitas sumber daya manusia memiliki peranan strategis dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang, berhubungan erat dengan kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa. Untuk menjadikan SDM yang berkualitas berawal dari bidang pendidikan terutama hasil lulusannya harus mampu dapat bersaing dengan bangsa lain.

Melihat keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini pemerintah berharap posisinya sebagai wahana pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan mampu menjawab tantangan dunia kerja secara nyata. Lulusannya diharapkan dapat memenuhi tuntutan dunia usaha akan tenaga kerja tingkat menengah. Hal ini senada dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2, “Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”, namun keberadaan SMK ini dinilai masih terlalu prematur untuk diharapkan lulusannya sebagai tenaga siap kerja.

Menurut kajian Wiwiet Putrianingrum, hasil survai di SMK Kota Malang tahun 2009 (2009:1) mengenai lulusan SMK saat itu, ternyata kebanyakan masih mengalami kesulitan dan cenderung mudah frustrasi untuk mendapatkan


(8)

pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka. Pandangan yang menyebutkan usia mereka masih terlalu muda (immature) ditambah dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang belum memadai (inadequate knowledge and skills) sering menjadi kendala utama siswa lulusan SMK mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat mendukung karier dan kehidupan ke depan (future career path).

Rendahnya kualitas lulusan SMK diindikasikan dari hasil observasi empirik di lapangan yang menunjukkan bahwa sebagian lulusan SMK dinilai masih kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan IPTEK, sulit untuk dapat dilatih kembali, serta kurang dapat mengembangkan diri. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran di SMK belum efektif dan belum mengembangkan kemampuan peserta didik. Studi itu juga mengambarkan bahwa sebagian lulusan SMK tidak dapat diserap di lapangan kerja, karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja. (Samani, 2006:3).

Akibatnya, banyak lulusan kejuruan hanya mampu mendapatkan pekerjaan musiman dan tanpa kepastian kehidupan ekonomi (financial insecurity), jaminan sosial, dan kesehatan. Padahal memasuki abad 21, banyak paradigma baru dalam dunia usaha bermunculan dan memerlukan pertimbangan serta perhatian yang seksama. Menurut penelitian Brown, P., Hesketh, A & Williams, S. (2003), lingkungan bisnis global akan menjadi semakin kompleks, dinamis, dan bermunculan berbagai konflik kepentingan, sehingga lulusan terdidik termasuk SMK harus dapat menyikapinya dengan baik.


(9)

Hard skills seperti pemahaman tentang bidang pekerjaan fungsional atau area tertentu, tidak lagi mencukupi bagi seseorang dalam meraih kesuksesan di dunia kerja. Diperlukan seseorang yang dididik secara tepat dan sesuai kebutuhan, memiliki pemikiran yang terintegrasi, komunikator yang handal, cerdas emosional, mampu bekerja dalam tim dan beretika, yang semuanya itu bersifat soft skills. Pendidikan tradisional yang menekankan bahwa dalam bekerja, seseorang harus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang bidang pekerjaannya, sekarang tidak lagi mencukupi. Begitu juga paradigma pendidikan yang selama ini lebih menekankan intelektualitas maupun kemampuan akademik seringkali tidak berjalan seiring dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Menurut kajian Callan, VJ, (2003) dan Clarke, M, (2007) disinyalir masih ada kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja di mana dunia pendidikan memandang lulusan yang mempunyai kompetensi yang tinggi adalah mereka yang lulus dengan nilai tinggi dalam waktu cepat, sedangkan dunia industri menginginkan lulusan yang high competence yaitu lulusan dengan kemampuan teknis dan sikap yang baik. Jika dijabarkan maka kompetensi lulusan yang dibutuhkan dunia industri dan usaha terbagi dalam dua aspek, sebagai berikut :

1. Aspek teknis yang berhubungan dengan latar belakang keilmuan yang dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja, yang kemudian disebut technical skills atau hard skills;

2. Aspek non teknis yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama tim, probelem solving, manajemen stres, kepemimpinan, dan lain-lain,


(10)

yang kemudian disebut soft skills (Harmoni, 2007; Santoso, 2008; Suherman, 2005; Putra & Pratiwi, 2005; Hary, 2008).

Spencer and Spencer (dalam Idawati, 2004) mengemukakan kompetensi khususnya kompetensi kerja terdiri dari 5 komponen. Komponen tersebut adalah: (1) Knowledge, yaitu ilmu yang dimiliki individu dalam bidang pekerjaan atau area tertentu, (2) Skill, yaitu kemampuan untuk unjuk kerja fisik atau mental, (3) Self Concept, yaitu sikap individu, nilai-nilai yang dianut dan citra diri, (4) Traits, yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi atau informasi tertentu, dan (5) Motives, yaitu pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu. Skill dan knowledge sering disebut hard skills, sedangkan self concept, traits dan motives disebut soft skills.

Dalam menghadapi era global dengan akselerasi yang cepat maka diperlukan tenaga kerja yang tidak hanya mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard skills) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri (soft skills). Oleh karena itu menjadi tantangan pendidikan untuk mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut secara terpadu dan tidak berat sebelah agar mampu menyiapkan SDM utuh yang memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan.

Kalangan industri dan bisnis telah melakukan beberapa kajian untuk mendefinisikan, menentukan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam pekerjaan. Studi yang dilakukan Corinne Mason, Deadtrick


(11)

Newson dan Edward R. Del Gaizo, (2010) terhadap pendapat trainer dan manager dari berbagai industri menemukan 23 kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, diantaranya kepribadian, communication skills, self-esteem dan etos kerja merupakan faktor utama penentu kesuksesan seseorang dalam pekerjaan. Studi lain menunjukkan bahwa etos kerja, kemampuan komunikasi, mencari informasi yang diikuti dengan kemampuan analisis dan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) merupakan faktor utama penentu keberhasilan dalam bekerja.

Menurut laporan Dikti, kelemahan SMK dalam mengisi peluang kerja pada umumnya adalah masalah personal skills (Dikti, 2011). Berikut ini adalah perbandingan rasio kebutuhan dan pengembangan soft skills dalam sisitem pendidikan dan dunia kerja/usaha:

Rasio kebutuhan soft skills dan Pengembangan soft skills

hard skills di dunia kerja/usaha dalam sistem pendidikan

(Source: Neff and Citrin, 1999) Gambar 1.1

Porsi Persentase Keterampilan Sosial sebagai Komponen Sukses yang Ada Dalam Sistem Pendidikan

Menurut laporan penelitian Siri Mariah & Machmud Sugandi (2010), mengenai kesenjangan soft skills lulusan SMK dengan kebutuhan tenaga kerja di


(12)

Industri/usaha, mengidentifikasi bahwa masih terdapat beberapa masalah berkaitan dengan pendidikan dan dunia usaha/industri, diantaranya:

1. Angka pengangguran terbuka pada bulan Februari 2010 berdasarkan pendidikan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se indonesia yakni masih besar yaitu 13,81 persen. Hal ini berbeda dengan lulusan SMA yang hanya 11,90 persen (BPS, No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010).

2. Sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi (Toshiko Kinosita, 2002).

3. Sebagian besar lulusan SMK di Indonesia bukan saja kurang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tetapi juga kurang mampu mengembangkan diri dan karirnya di tempat kerja (Depdiknas, 2004:1).

4. Kekecewaan dunia industri terhadap kualitas lulusan pendidikan kejuruan, terletak pada kesiapan mental untuk bekerja dan kurang memiliki daya juang dalam menghadapi pekerjaan (Autar Abdillah, 2001).

Melihat data di atas agenda pengembangan soft skills terutama keterampilan sosial yang diperuntukan untuk mempersiapkan peserta didik siap kerja masih harus didorong agar menjadi kepedulian stakeholders (sekolah dan masyarakat) karena perusahaan tidak memberikan pelatihan khusus meski kebutuhan untuk mencari karyawan yang sesuai kebutuhan di lapangan sangat dibutuhkan. Hasil wawancara di sebuah industri di Sleman dengan 1040 karyawan menyebutkan bahwa kenyataan di lapangan kebutuhan karyawan yang belum siap kerja mayoritas adalah lulusan SMK. Contoh di atas menggambarkan dinamika yang


(13)

sama yang pernah terjadi di negara-negara Eropa, dimana terjadi ketegangan antara sektor pendidikan dan industri tentang siapa yang bertanggungjawab atas penanaman keterampilan tersebut di terutama tingkat vocational atau SMK serta sektor pendidikan lain (Cornford, 2005).

Urgensi aspek-aspek kompetensi lulusan SMK yang dibutuhkan di dunia industri yang diwujudkan dalam praktik kerja industri sangat berhubungan dengan salah satu mata diklat yaitu IPS yang diharapkan dapat membantu peserta didik siap kerja. Hasil kajian menunjukkan bahwa aspek-aspek kompetensi yang dirasa penting oleh industri adalah: kejujuran, etos kerja, tanggungjawab, disiplin, menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, inisiatif dan kreatifitas (F. Wahid, 2005 dan Muchlas Samani, 2007).

Aspek di atas, menuntut dunia pendidikan termasuk SMK untuk mempersiapkan lulusannya yang bukan hanya siap pakai di dunia kerja/dunia usaha namun pula siap untuk meraih kesuksesan karir di dunia manapun (kerja/usaha). Terlebih lagi di kalangan praktisi SDM, pendekatan hard skills sudah mulai ditinggalkan. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skills, seperti kemampuan team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship dalam seleksi penerimaan karyawannya.

Inti permasalahan yang telah diuraikan di atas adalah masih rendahnya pengembangan soft skills peserta didik dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran yang mendapat tugas seperti itu adalah IPS. Menurut laporan penelitian Enok Maryani (2009:1), pembelajaran berbasis keterampilan sosial


(14)

terutama yang seharusnya ada di IPS terbukti dapat menumbuhkan semangat dan motivasi belajar. Belajar yang tidak didominasi guru sebagai nara sumber, siswa juga aktif untuk mencari, menemukan dan mempresentasikan temuannya di depan kelas. Keadaan ini menumbuhkan rasa percaya diri, mandiri, kompetisi secara sehat, berkomunikasi, mendengar dan bertanya secara proporsional, bekerja sama, kompromi dalam mengambil kesimpulan, saling mendukung, mengembangkan kepemimpinan dan berbagai pengetahuan.

Salah satu penyebab rendahnya keterampilan sosial dan kesiapan kerja pada siswa di SMK, dapat diasumsikan masih kurangnya arahan pembelajaran, khususnya IPS terhadap pengembangan soft skills (diantaranya keterampilan sosial dan siap kerja). Sebagai salah satu mata pelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah, pendidikan IPS berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dalam keragaman realitas sosial dan budaya berdasarkan etika (Permen 22 tahun 2006). Guna mengejawantahkan fungsi mata pelajaran ini, maka keterampilan sosial dan kesiapan kerja siswa SMK harus dikembangkan secara optimal, sehingga pada gilirannya siswa memperoleh kecakapan hidup (life skills) yang bermanfaat bagi kehidupannya kini dan masa depannya kelak, khususnya menghadapi dunia kerja.

Salah satu media untuk mengaplikasikannya yaitu mengkombinasikan pembelajaran di sekolah dengan belajar kembali lagi di masyarakat (khususnya dunia industri) dimana setelah lulus mereka akan menjalaninya. Dengan adanya program pendidikan sistem ganda di SMK diharapkan siswa memiliki bekal


(15)

bagaimana ilmu yang didapatkan di sekolah dapat dipraktikkan di masyarakat khususnya di dunia kerja.

Saat ini banyak penelitian yang mengkaji mengenai SMK namun kajian secara khusus mengenai keterkaitan salah satu pembelajaran di SMK yaitu IPS khususnya aspek keterampilan sosial hubungannya dengan kesiapan peserta didik menghadapi dunia kerja sejauh pengetahuan peneliti belum ada. Maka dari itu penelitian ini mengkhususkan diri pada upaya penggalian apakah ada kontribusi Keterampilan Sosial (Social Skills) dalam Pembelajaran IPS terhadap Kesiapan kerja (Job Readiness) di Praktik Kerja Industri khususnya SMK N di Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang konseptual dan faktual, maka dapat dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada konstribusi pengembangan keterampilan sosial (Social Skills) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja (Job Readiness) yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja industri (dunia usaha atau dunia industri).

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada kontribusi keterampilan sosial (Social Skills) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja (Job Readiness) yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja industri?” Berdasarkan rumusan masalah, selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:


(16)

1. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri ?

2. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan orang lain (Interpersonal Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri ?

3. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan diri (Self-Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri ?

4. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan (Task-Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri ?

5. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environment Behaviors), perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan orang lain (Interpersonal Behaviors), perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (Self-Related


(17)

Behaviors), dan perilaku yang berhubungan dengan tugas (Task-Related Behaviors) secara keseluruhan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri ?

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang menjadi bagian dari komponen penelitian ini adalah keterampilan sosial aspek perilaku Environmental Behaviors, Interpersonal Behaviors, Self-Related Behaviors dan Task-Related Behaviors dalam proses pembelajaran IPS, Kesiapan kerja, dan Nilai Praktek Kerja Industri. Maksud dari aspek variabel keterampilan sosial, penjabaranya menurut Cartled and Millbern (1992:15) dalam Lismaniar (2005) diantaranya:

1. Environmental Behaviors yakni perilaku terhadap lingkungan yang terdiri

atas kepedulian dan cinta lingkungan, serta etika selama melakukan aktivitas di sekitar sekolah. Salah satu penggunaan proses belajar dalam IPS dapat diobservasi lewat perilaku di sekitar lingkungan yang ditampilkan siswa. Maksud perilaku di sekitar lingkungan adalah pandangan, sikap dan perilaku peserta didik yang berhubungan dengan wawasan ataupun aktivitas di sekitar lingkungan yang didapat dari hasil pembelajaran IPS.

2. Interpersonal Behaviors yakni perilaku yang meliputi penerimaan pengaruh

orang lain, membantu orang lain, menghadapi orang lain, mengatasi konflik, memperoleh perhatian, berkomunikasi, kerjasama, bersikap positif, bertanggung jawab, dan menghormati hak orang lain. Maksudnya


(18)

bagaimana pandangan perilaku peserta didik mengenai capaian yang didapat dari guru terhadap keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman agar peserta didik dapat berkembang terutama dalam hal berhubungan atau komunikasi dengan orang lain sesuai dengan bakat dan minatnya.

3. Self-Related Behaviors yakni perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri

yang meliputi menerima konsekuensi, berperilaku etis, menyatakan perasaan, sikap positif terhadap orang lain, bertanggung jawab dan peduli terhadap orang lain. Diartikan sebagai pandangan siswa mengenai perilaku dirinya yang berhubungan dengan diri siswa sendiri dari hasil pembelajaran IPS. Berkaitan dengan pembelajaran IPS, guru IPS berperan penting dalam menciptakan sebuah interaksi yang efektif dalam rangka pemahaman di bidang IPS. Salah satu perilaku yang berhubungan dengan diri siswa adalah kepercayaan diri yang dinilai sangat diperlukan dalam keterampilan sosial, karena dengan kepercayaan diri yang kuat, peserta didik akan mudah untuk terbuka dan terampil dalam bersosialisasi.

4. Task-Related Behaviors yakni perilaku yang berhubungan dengan tugas,

yang meliputi kemampuan mengerjakan tugas, menampilkan perilaku, partisipasi mengikuti aturan, kewirausahaan dan kualitas pekerjaan. Pada mata diklat IPS sering mendapatkan tugas. Proses melaksanakan tugas tersebut siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial lainya yaitu task behaviors. Dalam penelitian, task behaviors berupa pandangan peserta didik mengenai penugasan yang didapat dari guru IPS.


(19)

5. Kesiapan kerja (Job Readiness). Kesiapan kerja dapat diartikan sebagai upaya mempunyai keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga peserta didik setelah lulus nanti dapat diserap oleh dunia kerja. Guna mendapatkan lulusan yang siap kerja ditentukan oleh relevansi output lembaga pendidikan dengan yang diharapkan oleh masyarakat.. Kesiapan kerja dalam penelitian ini berupa sikap dan pandangan siswa terhadap kualitas kerja dari apa yang dilakukan di sekolah.

6. Hasil penilaian akhir non teknis yang diperoleh peserta didik selama melakukan praktik kerja industri terutama dari pembimbing lapangan (dunia usaha atau industri) atau pembimbing sekolah. Data yang dibutuhkan berupa data rasio (nilai non teknis) sebagai representasi dari kualitas atau prestasi kerja selama praktik kerja di perusahaan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi keterampilan sosial dalam proses pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai:

1. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (environmental behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.


(20)

2. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.

3. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan diri (self-related behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.

4. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan (task-related behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.

5. Keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (environmental behaviors), perilaku yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal behaviors), perilaku yang berhubungan dengan diri (self-related behavior), dan perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan (task-related behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS di SMK sebagai bahan pendukung untuk


(21)

mempertajam keterampilan social yang nanti akan diterapkan di tempat praktik kerja. Secara khusus manfaat yang dapat diambil adalah:

1. Memberikan gambaran yang jelas tentang keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dan kontribusinya terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja.

2. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik dan guru IPS SMK mengenai keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dan kontribusinya terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja.

3. Bagi pengembangan ilmu dapat menambah atau memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang konstribusi keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis, serta mempresentasikan data. Sebagaimana dikemukakan Surakhmad (1990:30) bahwa metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya menguji serangkaian hipotesis dengan cara menggunakan teknik serta alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyeledikan, memperhitungkan, kewajarannya ditinjau dari tujuan peneyelidikan serta situasi penyelidikan.

Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yakni pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik.

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan (pra-penelitian) dengan membaca berbagai literatur maupun mencari data di lapangan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang keterampilan sosial yang diperlukan peserta didik untuk mempersiapkan diri di tempat kerja terutama didapat dari pembelajaran IPS. Selain itu diperlukan daftar nama SMK di Kota Bandung untuk dijadikan populsi dan sampel dalam penelitian.

Langkah kedua adalah menentukan sampel penelitian. Pentuan sampel dilakukan dengan cara random dan purposif. Teknik sampling secara purposif dilakukan terhadap sekolah yang memiliki cukup data tentang keterampilan sosial


(23)

dalam pembelajaran IPS dan Kesiapan kerja di tempat praktik kerja industri untuk diteliti.

Langkah selanjutnya adalah menentukan beberapa indikator dari variabel penelitian yang telah ditentukan. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS yang dinyatakan dalam sub variabel self-realted behaviors (X1), environmental behaviors (X2), task-related behaviors (X3), dan terakhir interpersonal behaviors (X4) yang diadaftasikan dari buku Stephens T.M., dalam bukunya Social Skills in The Classroom. Columbus, OH. Cedars Press, 1978 sebagai variabel bebas, sedangkan variabel Kesiapan kerja (Y) disarikan dari buku Sugihartono (1991), Herminanto Sofyan (1992), dan modul sebagai faktor-faktor kesiapan kerja yang bentuknya berupa nilai non teknis dalam kegiatan praktik kerja industri dan itu semua ada dalam hasil penilaian pembimbing dunia usaha / dunia industri dalam buku Jurnal sebagai variabel terikat.

A. Desaign Penelitian

Desaign penelitian yang akan digunakan adalah menggunakan metode survey dimana penjelasan penelitian didapat dari hasil menggunakan alat kuesioner atau daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Suporno (1999:254), Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989) serta dalam kamus ilmiah popular edisi millennium, metode survey eksplanasi yaitu cara pengumpulan data yang


(24)

diperoleh secara langsung dari sumber dengan menggunakan pertanyaan tertulis melalui kuesioner pengumpulan data yang diperlukan supaya dapat diperoleh. Seperti dijelaskan oleh Singarimbun (1989:4), penelitian survey dapat digunakan untuk maksud: 1) penjajagan, 2) deskriptif, 3) penjelasan, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, 4) evaluasi, 5) prediksi, 6) penelitian operasional, dan 7) pengembangan indicator-indikator.

Jadi penelitian suvey adalah penelitian yang bermaksud mengetahui status gejala, sesuatu dan juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Di samping itu juga untuk menguji kelemahan suatu hipotesis. Tujuan survey dapat mengumpulkan data sederhana, dapat pula lebih jauh dari itu, yakni mempelajari fenomena sosial dengan meneliti hubungan di antara variabel penelitian.

Dalam penelitian ini tujuan menggunakan survey yaitu selain untuk mempelajari dan menguji kelemahan suatu hipotesis, juga lebih jauh mempelajari fenomena sosial dengan meneliti hubungan di antara variabel penelitian.

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey eksplanasi terhadap siswa-siswa sekolah lanjutan tingkat menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandung, pada berbagai jurusan yang dikhususkan kelas XI/XII sedang melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) atau melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda sebagai unit analisis penelitian. Karena yang diteliti adalah kontribusi keterampilan sosial


(25)

peserta didik dalam pembelajaran IPS terhadap Kesiapan kerja (Employability Achievement) di tampat prakerin, dimana siswa-siswi kelas XI/XII telah mendapatkan pembelajaran IPS, maka penentuan ini cukup relevan.

2. Populasi Penelitian

Memperhatikan tujuan penelitian, maka perlu dicari karakteristik populasi yang diteliti. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (1999:257), populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan menurut Sugiyono (2004:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini dibatasi hanya siswa-siswi SMK Negeri di Kota Bandung yang sudah melaksanakan praktik kerja industri dan sedang atau sudah mendapatkan pendidikan IPS, dengan alasan di SMK Negeri semua kriteria yang dibutuhkan seperti sudah siapnya menjalin kerja sama dengan dunia usaha / dunia industri yang sesuai dengan kebutuhan, sarana pembelajaran yang mencukupi serta masalah situasi, waktu, luasnya jangkauan penelitian adalah sejumlah kriteria mengapa penelitian ini hanya di lingkungan SMK Negeri saja. Berikut adalah daftar nama Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung beserta kompetensi keahlian yang dimilikinya.


(26)

3. Sampel Penelitian

Langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Erna Widodo, 2000:94). Untuk penelitian ini diperlukan sampel penelitian yang representatif. Berdasarkan hasil identifikasi di atas yang menjadi anggota sampel adalah peserta didik kelas XI/XII yang sudah melaksanakan prakerin dan memiliki penilaian terutama non teknis dari perusahaan (dunia usaha /dunia industri) dan sedang atau sudah mendapatkan pembelajaran IPS.

Untuk penarikan sampel, peneliti mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto (1998:117) bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dan sistem acak.

Pengambilan sampel pertamanya diambil dari tiap cluster satu sekolah dan dari tiap sekolah diambil satu atau dua kompetensi keahlian kemudian diambil satu kelas sehingga diperoleh sampel sebanyak 129 siswa. Adapun tujuan peneliti mengambil sampel berdasarkan cluster didasarkan pada karakteristik dan lingkungan sekolah, selain itu peneliti mempertimbangkan situasi yang pada saat itu setiap sekolah sedang melaksanakan ujian nasional. Selain itu dipilih lokasi sekolah yang dekat dengan tempat tinggal dan tempat kerja peneliti.

Cluster sekolah adalah pengelompokkan sekolah pada SMK Negeri berdasarkan variasi kompetensi keahlian masing-masing serta pertimbangan lokasi sekolah. Cluster sekolah menjadi bagian dari upaya pemerataan kualitas input dan mutu pendidikan dalam rangka rintisan model SMK yang berhasil


(27)

bekerja sama dengan perusahaan dan lulusannya mampu terserap di lingkungan dunia usaha dan dunia industri.

TAHAP I TAHAP II TAHAP III {{{{

{{{{{

RANDOM PURPOSIF RANDOM

POPULASI SEKOLAH JURUSAN KELAS Gambar 3.1

Teknik Cluster Sampling (Diadaftasi dari Sugiyono, 2001:60)

Berdasarkan teknik sampling di atas, subyek penelitian dipilih berpedoman pada kenyataan di lapangan apakah sekolah tersebut siswanya telah memberangkatkan praktik kerja industri atau belum. Dan berdasarkan temuan di lapangan, sampel penelitian SMK Negeri di Kota Bandung yang dapat dijadikan sampel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Sampel Nama SMK Negeri Kota Bandung yang Terpilih

NO NAMA

SEKOLAH NO

KOMPETENSI KEAHLIAN

KELAS TERPILIH

BANYAKNYA SISWA

1 SMK N 6 28 Teknologi Audio Video Kelas XI 33 Siswa 2 SMK N 7 33 Kimia Industri Kelas XI 34 Siswa 3 SMK N 8 38 Teknologi Sepeda Motor Kelas XI 18 Siswa 4 SMK N 9 44 Tata Kecantikan Kulit Kelas XI 25 Siswa 5 SMK N 14 69 Desain P. Kriya Keramik Kelas XI 18 Siswa

JUMLAH SAMPEL SISWA 129 Siswa

(Data Diolah Berdasarkan Teknik Sampel) SMK SE

KOTA BANDUNG

SEKOLAH TERPILIH

KOMPE


(28)

C. Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian

Variabel penelitian yang pertama digunakan adalah variabel keterampilan sosial diadaftasikan dari inventories Stephens T.M., dalam bukunya Social Skills in The Classroom. Columbus, OH. Cedars Press, 1978, yang membagi empat pokok kategori keterampilan sosial, diantaranya 30 subkategori dan 136 keterampilan spesifik. Inventories Stephens mengenai keterampilan sosial dikumpulkan dari situasi siswa di sekolah dalam berperilaku dan beraktivitas. Kumpulan prilaku tersebut dianalisa dan dikelompokkan berdasarkan penelitian yang matang sehingga terkumpul beberapa katagori, diantaranya:

Tabel 3.2

Daftar Social Skills yang dapat Dikembangkan dalam Pembelajaran IPS (inventories of social skills) Stephens, T.M., (1978), Social Skills in the Classroom,

Columbus, OH: Cedars Press. SELF-RELATED BEHAVIORS

Accepting Consequences (AC) Ethical Behavior (EB)

Expressing Feelings (EF)

Positive Attitude Toward Self (PA) Responsible Behavior (RB)

Self Care (SC)

ENVIRONMENTAL BEHAVIORS Care for the Environment (CE) Dealing with Emergencies (DE) Lunchroom Behavior (LB)

Movement Around Environment (MO)

TASK-RELATED BEHAVIORS Asking and Answering Questions (AAQ)

Attending Behaviors (AB) Classroom Discussion (CD) Completing Tasks (CT) Following Directions (FD) Group Activities (GA) Independent Work (IW) On-task Behavior (OB)

Performing before Others (PO) Quality of Work (QW)

INTERPERSONAL BEHAVIORS Accepting Authority (AA)

Coping with Conflict (CC) Gaining Attention (GA) Greeting Others (GO) Helping Others (HO) Making Conversation (MC) Organized Play (OP)

Positive Attitude toward others (PA) Playing Informally (PI)


(29)

Dari tabel di atas dapat dijabarkan lebih lengkap kemudian diturunkan konsep keterampilan sosial menjadi beberapa aspek dan indikator penelitian yang nantinya dijadikan instrumen pertanyaan atau pernyataan dalam angket yang akan disebar ke responden. Halaman berikut ini adalah hasil pengolahan daftar pertanyaan atau pernyataan yang diadaftasikan dari kumpulan keterampilan sosial peserta didik yang digali Stephens, T.M. beserta timnya dalam proses pembelajaran di suatu sekolah. Banyak instrumen pernyataan yang dihilangkan atau diubah dari kumpulan keterampilan sosial Stephen untuk disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, seperti perilaku yang berhubungan dengan lingkungan yang awalnya empat belas keterampilan sosial kemudian yang dipakai dan dipandang relevan hanya tiga instrumen.

Jumlah keseluruhan yang dipakai dalam instrumen penelitian pada awalnya berjumlah 105 pernyataan atau pertanyaan. Setelah dilakukan uji coba ternyata yang memenuhi validitas dan reliabilitas hanya 72 pernyataan dengan pembagian 53 instrumen untuk variable X dan 19 instrumen untuk variable Y, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar halaman berikut ini.


(30)

DANI WARDONI, 2011

Keterampilan Sosial diartikan sebagai suatu kemampuan dari hasil belajar melakukan sesuatu secara cakap dan nampak dalam tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang

(Jarolimek, 1977).

Tindakan tersebut berbentuk perilaku atau sikap yang meliputi environmental

behaviors (perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan), interpersonal

behaviors (perilaku yang

berhubungan dengan orang lain), self-related behaviors (perilaku yang behubungan dengan kepribadian) dan task-related behaviors (perilaku yang berhubungan dengan tugas di kelas). (Stephens, T.M., 1978: 14-409).

Tingkat Environment al Behaviors (Perilaku yang berhubungan dengan lingkungan) (X1)

Jumlah skors skala tingkat Environmental Behaviors dengan skala sikap 4 option dari indikator penelitian tentang:

1.Kepedulian terhadap lingkungan belajar dan sekolah

a. Ikut menjaga kebersihan dan keindahan kelas terutama sebelum pembelajaran IPS dimulai

b. Menggunakan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran IPS dengan baik dan sesuai

2.Aktivitas di sekitar lingkungan sekolah a. Sebelum pembelajaran IPS dimulai saya

sudah masuk kelas dan duduk tanpa mengganggu yang lainnya

1. Ikut menjaga kebersihan dan keindahan kelas terutama sebelum pembelajaran IPS dimulai

2. Menggunakan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran IPS dengan baik dan sesuai

3. Sebelum pembelajaran IPS dimulai saya sudah masuk kelas dan duduk tanpa mengganggu yang lainnya

Tingkat Interpersonal Behaviors (Perilaku yang berhubungan dengan orang lain) (X2)

Jumlah skors skala tingkat Interpersonal Behaviors dengan skala sikap 4 option dari indikator penelitian tentang:

1.Menerima kewenangan

a. Menuruti permintaan guru terutama pada saat pembelajaran IPS berlangsung

b. Mengetahui dan mengikuti aturan di kelas pada saat pembelajaran IPS

2.Menanggulangi konflik

a. Menanggapi ejekan atau kritikan yang menyudutkan terutama di kelas di saat

4. Menuruti permintaan guru terutama pada saat pembelajaran IPS berlangsung 5. Mengetahui dan mengikuti aturan di

kelas pada saat pembelajaran IPS

6. Menanggapi ejekan atau kritikan yang menyudutkan terutama di kelas di saat pembelajaran IPS dengan membiarkannya, mengganti topik pembicaraan, atau sesuatu yang sifatnya membangun


(31)

DANI WARDONI, 2011

pembelajaran IPS dengan membiarkannya, mengganti topik pembicaraan, atau sesuatu yang sifatnya membangun

3.Mendapatkan perhatian

a. Mendapatkan perhatian di kelas pada saat pembelajaran IPS dengan cara mengangkat tangan

b. Menunggu dengan sabar untuk mengenali situasi dalam pembelajaran IPS sebelum berbicara di dalam kelas

c. Mendekati guru terutama IPS dan menanyakan secara pantas untuk meminta tolong menjelaskan petunjuk, dan seterusnya

d. Mendapatkan perhatian dari teman sekelas dengan cara yang pantas terutama dalam pembelajaran IPS

4.Menyambut yang lainnya

a. Menyebutkan nama ketika ditanya identitas baik oleh guru IPS ataupun teman baru

b. Di saat bertemu dengan guru terutama IPS dan teman sekelas bersalaman

5.Menolong orang lain

a. Menolong guru terutama IPS ketika diminta

saat pembelajaran IPS dengan cara mengangkat tangan

8. Menunggu dengan sabar untuk mengenali situasi dalam pembelajaran IPS sebelum berbicara di dalam kelas 9. Mendekati guru terutama IPS dan

menanyakan secara pantas untuk meminta tolong menjelaskan petunjuk, dan seterusnya

10.Mendapatkan perhatian dari teman sebanya dengan jalan yang pantas terutama dalam pembelajaran IPS

11.Menyebutkan nama ketika ditanya identitas baik oleh guru IPS ataupun teman baru

12.Di saat bertemu dengan guru terutama IPS dan teman sekelas bersalaman

13.Menolong guru terutama IPS ketika diminta

14.Memberikan arahan kecil/petunjuk kepada teman sekelas yang tidak tahu/bingung dalam pembelajaran IPS 15.Menawarkan pertolongan kepada guru

terutama dalam pembelajaran IPS

16.Memerhatikan perkataan orang lain terutama guru IPS dalam suatu percakapan


(32)

DANI WARDONI, 2011

b. Memberikan arahan kecil/petunjuk kepada teman sekelas yang tidak tahu/bingung dalam pembelajaran IPS c. Menawarkan pertolongan kepada guru

terutama dalam pembelajaran IPS 6.Membuat percakapan

a. Memerhatikan perkataan orang lain terutamaguru IPS dalam suatu percakapan b. Berbicara kepada yang lain baik dengan guru IPS ataupun teman dengan nada nada bicara yang pantas

c. Membuat keterangan yang sesuai dengan keadaan / realitas dalam suatu percakapan dengan guru IPS

d. Mengabaikan gangguan dari orang lain dalam situasi sedang berdialog dengan guru IPS

17.Berbicara kepada yang lain baik dengan guru IPS ataupun teman dengan nada bicara yang pantas

18.Membuat keterangan yang sesuai dengan keadaan / realitas dalam suatu percakapan dengan guru IPS

19.Mengabaikan gangguan dari orang lain dalam situasi sedang berdialog dengan guru IPS

Tingkat Self-Related Behaviors (Perilaku yang berhubungan dengan kepribadian) (X3)

Jumlah skors skala tingkat Self-Related Behaviors dengan skala sikap 4 option dari indikator penelitian tentang:

1.Perilaku etis

a. Mengenali perilaku akibat terlibat dalam pekerjaan yang salah seperti menyontek pada saat ujian IPS

b. Menjauhi pekerjaan yang salah ketika diajak oleh teman sekelas seperti bolos

20.Mengenali perilaku akibat terlibat dalam pekerjaan yang salah seperti menyontek pada saat ujian IPS

21.Menjauhi pekerjaan yang salah ketika diajak oleh teman sekelas seperti bolos dalam pembelajaran IPS

22.Mengatakan “terima kasih” ketika dipuji atau disanjung orang lain


(33)

DANI WARDONI, 2011

dalam pembelajaran IPS 2.Perilaku positif terhadap diri

a. Mengatakan “terima kasih” ketika dipuji atau disanjung orang lain

b. Merasa bangga setiap berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan

c. Membuat pernyataan positif menganai diri, seperti “saya mampu mengerjakan suatu pekerjaan (contohnya tugas IPS)” d. Menjali tugas baru pembelajaran IPS

dengan perilaku positif 3.Perilaku bertanggung jawab

a. Mengikuti kegiatan sekolah terutama yang berkaitan dalam pembalajaran IPS pada umumnya

b. Membawa bahan atau materi pelajaran IPS yang diperlukan sekolah

menyelesaikan suatu pekerjaan

24.Membuat pernyataan positif menganai diri seperti “saya mampu mengerjakan suatu pekerjaan (contohnya tugas IPS)” 25.Menjalani tugas baru pembelajaran IPS

dengan perilaku positif

26.Mengikuti kegiatan sekolah terutama yang berkaitan dalam pembalajaran IPS pada umumnya

27.Membawa bahan atau materi pelajaran IPS yang diperlukan sekolah

Tingkat Task-Realted Behaviors (Perilaku yang berhubungan dengan tugas di kelas) (X4)

Jumlah skors skala tingkat Task-Related Behaviors dengan skala sikap 4 option dari indikator penelitian tentang:

1.Menanya dan menjawab pertanyaan

a. Mencoba untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya oleh guru IPS

b. Mengacukan tangan ketika penjelasan guru IPS tidak jelas

c. Menjawab dengan senang hati setiap

28.Mencoba untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya oleh guru IPS

29.Mengacukan tangan ketika penjelasan guru IPS tidak jelas

30.Menjawab dengan senang hati setiap pertanyaan guru IPS

31.Memperhatikan guru (terutama IPS) ketika mengajar


(34)

DANI WARDONI, 2011

pertanyaan guru IPS 2.Perilaku mengikuti

a. Memperhatikan guru (terutama IPS) ketika mengajar

b. Melihat dengan seksama presentasi lisan atau tulisan baik dari guru IPS ataupun teman

3.Diskusi kelas

a. Menggunakan nada suara yang sewajarnya ketika diskusi di kelas dalam pembelajaran IPS

b. Membuat pernyataan dalam diskusi kelas dalam pembelajaran IPS

c. Ikut terlibat dalam diskusi kelas yang difasilitasi oleh guru IPS

d. Membagi perincian informasi yang berkaitan dengan diskusi kelas dalam pembelajaran IPS

e. Mendiskusikan gagasan yang berlawanan dalam diskusi kelas dalam pembelajaran IPS

4.Penyelesaian tugas

a. Menyelesaikan tugas IPS

b. Menyelesaikan tugas IPS dengan tepat waktu

c. Menekuni pekerjaan rumah IPS sampai selesai

atau tulisan baik dari guru IPS ataupun teman

33.Menggunakan nada suara yang sewajarnya ketika diskusi di kelas dalam pembelajaran IPS

34.Membuat pernyataan/pernyataan dalam diskusi kelas dalam pembelajaran IPS 35.Ikut terlibat dalam diskusi kelas yang

difasilitasi oleh guru IPS

36.Membagi perincian informasi yang berkaitan dengan diskusi kelas dalam pembelajaran IPS

37.Mendiskusikan gagasan yang berlawanan dalam diskusi kelas dalam pembelajaran IPS

38.Menyelesaikan tugas IPS

39.Menyelesaikan tugas IPS dengan tepat waktu

40.Menekuni pekerjaan rumah IPS sampai selesai

41.Mengikuti arahan lisan guru IPS

42.Berbagi bahan / materi pelajaran IPS dengan teman yang lain dalam kegiatan pekerjaan kelompok

43.Memulai dan membantu dalam menghubungkan kegiatan kelompok pembelajaran IPS


(35)

DANI WARDONI, 2011

5.Mengikuti petunjuk

a. Mengikuti arahan lisan guru IPS 6.Kegiatan kelompok

a. Berbagi bahan / materi pelajaran IPS dengan teman yang lain dalam kegiatan pekerjaan kelompok

b. Memulai dan membantu dalam menghubungkan kegiatan kelompok pembelajaran IPS

7. Bekerja sendiri

a. Mencoba untuk mendahulukan pekerjaan sekolah terutama IPS tanpa bantuan b. Menggunakan waktu secara efektif dan

efesien ketika mengerjakan tugas IPS 8. Perilaku dalam bekerja

a. Selalu siap ketika dibutuhkan oleh guru IPS

b. Mengerjakan semua tugas IPS dengan rapi

c. Bekerja menyelesaikan tugas IPS dengan serius sesuai waktu

d. Mendiskusikan bahan pelajaran IPS dengan teman ketika diperlukan

9. Melakukan sesuatu sebelum yang lainnya a. Memberi laporan tugas IPS untuk

kelompok kecil

b. Memberikan laporan tugas IPS sebelum

44.Mencoba untuk mendahulukan pekerjaan sekolah terutama IPS tanpa bantuan 45.Menggunakan waktu secara efektif dan

efesien ketika mengerjakan tugas IPS 46.Selalu siap ketika dibutuhkan oleh guru

IPS

47.Mengerjakan semua tugas IPS dengan rapi

48.Bekerja menyelesaikan tugas IPS dengan serius sesuai waktu

49.Mendiskusikan bahan pelajaran IPS dengan teman ketika diperlukan

50.Memberikan laporan tugas IPS untuk kelompok kecil

51.Memberikan laporan tugas IPS sebelum semua kelas mengumpulkan

52.Mengumpulkan kertas tugas IPS dalam keadaan rapi dan bersih

53.Menggunakan perbaikan IPS untuk meningkatkan belajar


(36)

DANI WARDONI, 2011

semua kelas mengumpulkan 10.Kualitas pekerjaan

a. Mengumpulkan kertas tugas IPS dalam keadaan rapi dan bersih

b. Menggunakan perbaikan IPS untuk meningkatkan bejar

Kesiapan Kerja (Job

Readiness) dalam praktek

kerja industri yaitu penilaian perilaku dilakukan peserta didik yang disimulasikan di sekolah untuk mempersiapkan diri di tempat kerja.

(Dali Gulo dalam Sugihartono (1991), Herminanto Sofyan (1992 dan Taliziduhu Ndraha (1999).

Prestasi Siap Kerja (Y)

Kerja Sama, Tanggung Jawab, Kemandirian, Kedisiplinan, Inisiatif dan Pengambilan Keputusan, Kejujuran, Memecahkan Masalah

1. Menggunakan kata “tolong” dan “terima

kasih” ketika mengajukan permintaan kepada yang lain

2. Melihat muka lawan bicara pada saat berdialog dengan orang lain

3. Memasang muka yang ramah seperti tersenyum ketika bertemu teman atau memperkenalkan diri di kelas

4. Merespon pada saat perkenalan dengan menjabat tangan dan mengatakan “bagaimana keadaanmu”

5. Menolong teman sekelas ketika diminta 6. Menawarkan pertolongan kepada teman

kelas

7. Menyatakan simpati kepada teman soal masalahnya atau kesulitannya

8. Menunggu giliran bicara sebelum lawan berbicara berhenti menyampaikan maksudnya dalam suatu percakapan 9. Membuat keterangan yang sesuai dengan


(37)

DANI WARDONI, 2011

keadaan / realitas dalam suatu percakapan dengan teman

10.Memulai percakapan dengan teman sekelas dalam situasi yang tidak resmi 11.Membuat pernyataan positif seperti

ucapan “selamat” mengenai prestasi dan kualitas orang lain

12.Memuji orang lain yang pantas mendapatkannya

13.Meminta maaf karena menyakiti atau melewati batas terhadap orang lain 14.Membedakan yang benar dari yang salah 15.Menempatkan sesuatu contohnya sepatu terutama pada saat masuk ruangan yang bersih di suatu tempat yang semestinya 16.Menanyakan pertanyaan sewajarnya 17.Mengumpulkan hasil tugas pekerjaan

rumah

18.Mengikuti perencanaan dan diskusi kelompok

19.Menerima gagasan kelompok yang berbeda dari diri atau orang lain


(38)

DANI WARDONI, 2011

Variabel kedua adalah Kesiapan kerja yang disarikan dari Dali Gulo dalam Sugihartono (1991), Herminanto Sofyan (1992) dan Taliziduhu Ndraha (1999), sebagai faktor-faktor kesiapan kerja yang perlu digali dalam pembelajaran di sekolah, diantaranya:

Tabel 3.4

Variabel Kesiapan Kerja (Job Readiness) No Indikator

Kesiapan kerja Penjelasan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kuantitas Kerja Kerja Sama Kualitas kerja Keandalan Inisiatif Kerajinan Kehadiran Tanggung Jawab

Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan.

Kemampuan menjalin hubungan baik dengan teman/rekan, kolega, ataupun atasan.

Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, kebersihan hasil kerja.

Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan memenuhi atau mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan kerjasama.

Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan.

Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang bersifat rutin.

Sikap. Perilaku karyawan terhadap perusahaan atau atasan atau teman kerja.

Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu/jam kerja yang telah ditentukan. Kesediaan melaksanakan tugas dengan penuh kerelaan sampai selesai

Prinsip penilaian soft skills yang dapat diperoleh peserta didik di dunia usaha atau dunia industri berhubungan dengan keterampilan sosial dan keterampilan siap kerja dapat dilihat dari Modul Pelatihan ABLE Work-Based


(39)

DANI WARDONI, 2011

Foundation Skills Project “Exploring Work-Based Foundation Skills in the ABLE Classroom” Instructional Activities and Resources to Use with Adult Learners Institute for the Study of Adult Literacy, Penn State University, 2004 yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.5

Daftar Keterampilan Sosial (Soft Skills) yang Berhubungan dengan Keterampilan Siap Kerja di Tempat Praktik Kerja industri

(inventory basic employabiliy skills)

SKILLS SUBSKILLS INDIKATOR

1. Demonstrates Effective Interpersonal Relations

a. Cooperates with others Siswa memperlihatkan

keterampilan bekerjasama dengan pelanggan, teman sejawat, kolega ataupun atasan

b. Accepts supervision Siswa menerima pengawasan dari pembimbing du/di

c. Works in a divers environment

Siswa memperlihatkan

keterampilan bekerja dalam

lingkungan yang beragam

d. Resolves conflict Siswa memperlihatkan

keterampilan menyelesaikan

konflik di tempat kerja e. Provides supervision

and leadership

Siswa memperlihatkan

keterampilan pengawasan dan kepemimpinan

2. Demonstrates Self-Management Strategies

a. Displays responsible personal behaviors

Siswa memperlihatkan

keterampilan bertanggung jawab secara pribadi di du/di

b. Displays responsible work behaviors

Siswa memperlihatkan

keterampilan bertanggung jawab terhadap pekerjaan

c. Manages time

effectively

Siswa memperlihatkan

keterampilan menggunakan waktu secara efektif

d. Manages stress Siswa memperlihatkan

keterampilan menangani kesulitan (stress)

3. Works in Teams a. Understands the

difference between

Siswa memperlihatkan


(40)

DANI WARDONI, 2011

working individually and working on a team

bekerja dalam kelompok b. Participates as a team

member

Siswa memperlihatkan

keterampilan untuk berpartisipasi sebagai anggota kelompok

c. Develops and maintains

productive group

relations

Siswa memperlihatkan

keterampilan membangun dan

menjalin hubungan kerja antar kelompok

d. Provides team

leadership

Siswa memperlihatkan

keterampilan kepemimpinan 4. Solves Problems a. Recognizes that a

problem exists

Siswa memperlihatkan

keterampilan dalam mengenali keberadaan suatu masalah

b. Determines possible causes of problem

Siswa memperlihatkan

keterampilan dalam c. Identifies possible

solutions

Siswa memperlihatkan

keterampilan mengidentifikasi pemecahan masalah

d. Evaluates possible solutions

Siswa memperlihatkan

keterampilan mengevaluasi

pemecahan masalah yang

memungkinkan e. Implements solution

and evaluates

Siswa memperlihatkan

keterampilan mempraktikkan

pemecahan masalah sekaligus mengevaluasinya

f. Works to prevent

problems

Siswa memperlihatkan

keterampilan bekerja dalam

menyelesaikan masalah 5. Makes Decisions a. Recognizes situation

when a decision must be made

Siswa memperlihatkan

keterampilan mengenali situasi ketika suatu keputusan harus diambil

b. Identifies decision-making options

Siswa memperlihatkan

keterampilan mengidentifikasi pilihan pengambilan keputusan c. Analyzes and evaluates

options

Siswa memperlihatkan kemampuan mengevaluasi pilihan

d. Implements decisions evaluates consequences

Siswa memperlihatkan

keterampilan mengevaluasi akibat dari melaksanakan suatu pilihan


(41)

DANI WARDONI, 2011

Instrumen dalam penelitian ini mengadaftasikan rancangan hasil penelitian orang lain yang sejenis ataupun berhubungan dan diadaftasikan dengan keperlukan yang dibutuhkan di lapangan dengan ditunjang oleh konsultasi dengan beberapa pendapat para ahli, seperti yang ditabel di atas.

Variabel ketiga adalah variabel moderator, variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel moderator disebut juga sebagai variabel independent kedua. Secara teoritis apabila keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS tinggi, maka akan meningkat pula persepsi siswa mengenai kesiapan kerja tetapi karena dalam realitas sosial yang begitu kompleks banyak variabel yang mempengaruhi keterampilan sosial seseorang sehingga memungkinkan terjadi peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS, tetapi kesiapan kerjanya mengalami penurunan. Hal ini tentu ada variabel moderator yang mempengaruhi yaitu variabel nilai praktek kerja industri.

Variabel Siap Kerja diambil dalam kuisioner siswa mengenai persepsi kesiapan bekerja. Namun karena ditakutkan hasil perhitungan persepsi siap kerja sama dengan persepsi keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS yang pada ujungnya overlaping maka diperlukan variabel moderator. Variabel moderator diambil dari nilai rata-rata non teknis siswa dari pembimbing prakerin selama praktik kerja dengan kriteria penilaian dari masing-masing sekolah yang cukup bervariasi. Hal ini sangat penting dipaparkan sebagai acuan dalam melakukan


(42)

DANI WARDONI, 2011

pemetaan hubungan antara variabel x (keterampilan sosial) dan y (Kesiapan kerja). Berikut ini kriteria dan daftar penilaian non teknis yang dilakukan pembimbing perusahaan terhadap siswa selama prakerin di perusahaan tiap sekolah :

Tabel 3.6

Daftar Kriteria Penilaian Non Teknis

Dari Pembimbing Perusahaan dalam Jurnal Prakerin di Tiap Sekolah No Kriteria Penilaian Non Teknis Diterapkan di SMK

1 Kedisiplinan 5 Sekolah

2 Tanggung Jawab 2 Sekolah

3 Integritas 1 Sekolah

4 Kerja Sama 3 Sekolah

5 Sikap / Perilaku 4 Sekolah

6 Inisiatif dan Pengambilan Keputusan 4 Sekolah

7 Pengaturan Waktu Kerja 1 Sekolah

8 Kemampuan Aplikasi dalam Proses Kerja 3 Sekolah

9 Performa Kerja 1 Sekolah

10 Kualitas Produk/Kerja/Layanan 3 Sekolah 11 Kemauan Kerja dan Motivasi 2 Sekolah

12 Kejujuran 1 Sekolah

13 Kemandirian 1 Sekolah

14 Ketekunan 1 Sekolah

15 Memecahkan Masalah 1 Sekolah

Data diolah dari masing-masing jurnal prakerin tiap SMK N terpilih

Bentuk pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan berbentuk terstruktur. Ini artinya mengharuskan adanya standardisasi pertanyaan baik dari segi format maupun sekuennya. Hal ini akan member jaminan bahwa setiap pertanyaan akan dijawab dengan cara yang sama. Dengan adanya pola yang sama antara struktur pertanyaan dan jawaban, tentunya akan membantu terbentuknya pengukuran yang lebih dapat dipercaya.


(43)

DANI WARDONI, 2011

Instrumen yang digunakan terdiri dari daftar kuesioner (daftar pertanyaan), formulir tabulasi, dan formulir analisa. Ketiga macam instrumen penelitian tersebut dirancang dalam satu kesatuan sehingga dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arahan yang terpadu.

Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai obyek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun tentang dirinya sendiri. Sedangkan formulir tabulasi dan analisa digunakan untuk memasukan jawaban hasil dari pertanyaan dan kemudian diolah menjadi sebuah kesimpulan.

Sedangkan skala yang digunakan untuk mengukur data penelitian adalah Skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi peserta didik tentang keterampilan sosial yang didapat dalam pembelajaran IPS dan untuk hasil prestasi praktik kerja diambil dari hasil nilai praktik kerja industri yang disarikan dari jurnal prakerin. Dalam penelitian ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti beberapa indikator pertanyaan ataupun pernyataan, yang disebut sebagai indikator penelitian.

D. Intrumen Penelitian

Indikator-indikator yang diukur dari keterampilan sosial terdiri dari subvariabel perilaku yang berhubungan dengan lingkungan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran IPS (Environmental Behaviors) (X1) yang


(44)

DANI WARDONI, 2011

diantaranya, kepedulian terhadap lingkungan belajar dan sekolah serta aktivitas di sekitar lingkungan sekolah.

Indikator subvariabel perilaku yang berhubungan dengan orang lain dalam pembelajaran IPS (Interpersonal Behaviors) (X2) diantaranya menerima kewenangan, menganggulangi konflik, mendapatkan perhatian, menyambut yang lainnya, menolong orang lain, membuat percakapan, dan memperhatikan perilaku positif kepada yang lain.

Indikator subvariabel perilaku yang berhubungan dengan kepribadian dalam pembelajaran IPS (Self-Realted Behaviors) (X3) diantaranya, menerima akibat, perilaku etis, perilaku positif terhadap diri, dan perilaku bertanggung jawab. Dan subvariabel terakhir perilaku hubungan dengan tugas (Task-related Behaviors) (X4) diantaranya, menanya dan menjawab pertanyaan, perilaku mengikuti, diskusi kelas, penyelesaian tugas, mengikuti petunjuk, kegiatan kelompok, bekerja sendiri, perilaku dalam bekerja, melakukan sesuatu sebelum yang lainnya dan kualitas pekerjaan. Sedangkan indikator-indikator yang diukur dari variabel (Y) diambil dari persepsi siswa mengenai perilaku dan sikap kerja di sekolah terutama yang berkaitan dengan soft skills (keterampilan non teknis), seperti tanggung jawab, kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian, inisiatif dan pengambilan keputusan.

Upaya pengukuran masing-masing variabel yang diteliti dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian. Instrumen penelitian terdiri dari angket. Sebelum instrumen diberikan


(45)

DANI WARDONI, 2011

kepada siswa, terlebih dahulu dipertimbangkan oleh pembimbing tesis dan selanjutnya diujicobakan kepada siswa bukan sampel penelitian untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Apabila instrumen penelitian ditolak (tidak valid dan realibel) maka dilakukan revisi atau sama sekali instrumen tersebut dibuang, sehingga diperoleh instrumen penelitian yang siap digunakan untuk pengumpulan data penelitian. Selain uji coba instrumen dilakukan pula perbaikan menyeluruh baik dari unsur bahasa, urutan pertanyaan/pernyataan, sampai kepada bentuk angket yang menarik dan mudah digunakan. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan penelitian nanti di lapangan. Secara terperinci masing-masing indikator yang diteliti dalam penelitian ini disajikan dalam kisi-kisi penyusunan instrumen penelitian.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Variabel Keterampilan Sosial dan Kesiapan kerja

Variabel

Subvariabel Indikator Nomor Item

Jumlah Item KETERA MPILAN SOSIAL (X) Environment Behaviors (x1)

- Kepedulian terhadap lingkungan belajar dan sekolah

- Aktivitas di sekitar lingkungan sekolah 1,2, 3, 2 1 Interpersonal Behaviors (x2)

- Menerima kewenangan - Menanggulangi konflik - Mendapatkan perhatian - Menyambut orang lain - Menolong orang lain - Membuat percakapan

4,5, 6, 7,8,10,11, 13,15, 17,19,20, 23,24,27,28, 2 1 4 2 3 4 Self-related Behaviors (x3)

- Perilaku etis

- Perilaku positif terhadap diri - Perilaku bertanggung jawab

34,35, 36,37,38,39, 40,42 3 4 2 Task-related Behaviors (x4)

- Menanya dan menjawab pertanyaan

- Perilaku mengikuti - Diskusi kelas - Penyelesaian tugas

43,44,45, 47,48, 49,50,51,52,53, 54,55,56, 3 2 5 3


(46)

DANI WARDONI, 2011

- Mengikuti petunjuk - Kegiatan kelompok - Bekerja sendiri

- Perilaku dalam bekerja - Melakukan sesuatu sebelum

yang lainnya - Kualitas pekerjaan

58, 59,62, 63,64, 65,66,67,68, 69,70, 71,72. 1 2 2 4 2 2 KESIAP AN KERJA (Y)

Kerja Sama, Tanggung Jawab, Displin, Inisiatif dan Pengambilan Keputusan, Kemandirian, Kejujuran 9,12,14,16,18,212 2,25,26,29,30,31, 32,33,41,46,57,60 ,61. 19

JUMLAH SOAL 72

E. Teknik Pengumpulan dan Prosedur Analisis Data

Untuk memperoleh data yang absah dan aktual serta menunjang keberhasilan dari penelitian, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari :

1) Studi Dokumentasi, berintikan kegiatan pengamatan terhadap dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan topik penelitian, dalam hal ini untuk menemukan informasi tentang kegiatan siswa selama prakerin 2) Kuesioner atau angket, merupakan daftar pernyataan atau pertanyaan yang

didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan kepada peneliti. Data yang akan diperoleh adalah data yang berhubungan dengan pembelajaran IPS. Data yang diperoleh adalah data kualitatif berupa sikap atau pernyataan dengan kategori data ordinal.

Terhadap kuesioner-kuesioner tersebut terlebih dahulu perlu diadakan pengujian untuk diketahui kelayakannya sebagai alat pengumpul data yang sah. Kelayakan instrumen tersebut akan menjamin bahwa data yang dikumpulkan tidak bias. Pengujian kelayakan intrumen ini dilakukan melalui analisa validitas dan reliabilitas. Instrumen data dikatakan layak jika memiliki syarat valid dan realibel,


(47)

DANI WARDONI, 2011

untuk memperoleh instrumen yang valid dapat dilakukan dengan cara mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen yakni: memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator, baru memuaskan butir-butir peryataannya, kemudian menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman, sehingga akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman. Untuk menguji tingkat validitas instrumen peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran penelitian, langkah ini disebut kegiatan uji coba instrumen. Apabila data yang didapat dari sudah sesuai dengan yang seharusnya maka berarti instrumennya sudah baik dan sudah valid (Suharsimi Arikunto, 1998:161).

F. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang penomena sosial” (Sugiyono, 2001:73). Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub-variabel. Kemudian sub-variabel dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur. “Komponen-komponen yang terukur ini kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item instrumen yang berupa pernyataan sikap (attitude

statement).” Pernyataan sikap terdiri dari frekuensi melakukan sampai tidak

melakukan (Saeffudin Azwar, 1998:98). Derajat melakukan sampai tidak melakukan apabila dijabarkan dari yang melakukan sering sampai tidak pernah.


(48)

DANI WARDONI, 2011

Selain itu prosedur penskalaannya (scaling) menggunakan skor yang sederhana seperti tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.8

Prosedur Penskalaan

Pernyataan sikap Skor

1. Sering 4

2. Kadang-kadang 3

3. Jarang 2

4. Tidak Pernah 1

Sumber: Sugiyono (2001:74)

G. Tahapan-tahap Pengujian Kuesioner

Tahapan yang dilakukan peneliti berkaitan dengan uji coba kuesioner penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Tahap pertama, peneliti membuat konsep awal kuesioner penelitian berdasarkan panduan kisi-kisi penjabaran konsep teori ke dalam konsep empiris dan analitis yang telah mendapat persetujuan pembimbing. Substansi konsep kuesioner ini dikonsultasikan dengan pembimbing, terutama dalam penjabaran instrumen pernyataan. Perbaikan dilakukan berdasarkan saran-saran dari para pembimbing.

Tahap kedua, tahap uji coba kuesioner penelitian. Peneliti melakukan uji coba kuesioner penelitian terhadap 30 responden yang seluruhnya adalah siswa-siswi SMK Bakti Nusantara 666 Cileunyi, yang setara/sederajat dengan karakteristik


(49)

DANI WARDONI, 2011

responden yang sesungguhnya dalam penelitian nantinya. Responden uji coba kuesioner, bukanlah subyek penelitian yang sesungguhnya.

Uji validitas dilakukan dengan cara menggunakan Korelasi Peringkat Spearman. Koefisien Korelasi Peringkat Spearman (Spearman’s Rank Correlation) digunakan untuk mengukur hubungan antara dua variabel dimana kedua variabel berbentuk peringkat (rank) atau variabel berskala ordinal

Suatu instrumen pengukuran (misal kuesioner) dikatakan reliabel bila memberikan hasil score yang konsisten pada setiap pengukuran. Suatu pengukuran mungkin realibel tapi tidak valid, tetapi suatu pengukuran tidak bisa dikatakan valid bila tidak realibel. ini berarti reliabilitas merupakan syarat perlu tapi tidak cukup (necessary but not sufficient condition) untuk validitas. (Stanissiaus S. Uyanto, 2006:239).

Menurut Stanissiaus S. Uyanto, (2006:239), analisis reliabilitas berfungsi untuk :

1. Mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner kita saling berhubungan

2. Mendapat nilai alpha Cronbach yang merupakan indeks interval consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan

3. Mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau harus dihilangkan.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat kosistensi dari instrumen dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam


(1)

menghadapi praktik kerja di industri ataupun bekerja sesungguhnya nanti setelah lulus.

2. Pihak lingkungan dunia usaha atau dunia industri

a. Pengarahan sebelum pelaksanaan praktik kerja industri sebaiknya dilaksanakan secara lebih terkoordinasi dengan jangka waktu yang cukup panjang, sehingga peserta didik benar-benar siap untuk melaksanakan praktik kerja industri.

b. Pembagian fungsi pekerjaan dan peran sebaiknya lebih diperhatikan sehingga peserta didik dapat benar-benar melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan hal-hal yang dipelajarinya selama kegiatan belajar-mengajar pendidikan IPS di sekolah.

c. Memperhatikan perkembangan keterampilan peserta didik selama praktik kerja industri dan memberikan kesempatan pada siswa-siswa berprestasi untuk bekerja di perusahaan apabila ada lowongan pekerjaan yang sesuai klasifikasi yang dimiliki siswa.

d. Memberikan ruang kepada peserta didik untuk dekat dan memiliki keberanian untuk bertanya sehingga sering terjadi diskusi terbuka yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. Ruky. (2003). Sumber Daya Manusia Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Al Muhtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: SPS UPI. Bidang Pengembangan Teknologi Pendidikan Jabar.

Banks, J, A. (1990). Teaching Statretegis For The Social Studies: Inquiey, Valuing and Decision Making. New York and London: Longman. Berita Resmi Statistik, BPS, No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010.

Brown, P, Hesketh, A & Williams, S (2003), „Employability in a knowledge -driven economy‟, Journal of Education and Work, vol. 16, no. 2, pp107-126, diakses 27/07/2009, informaWorld database.

Callan, VJ (2003), Generic Skills Understanding Vocational Education and Training Teacher and Student Attitudes, NCVER, Adelaide.

Clarke, M (2007), „Understanding and managing employability in changing career contexts‟, Journal of European Industrial Training, vol. 32, no. 4, pp258-284, diakses 27/07/2009, Emerald Fulltext database.

Commonwealth of Australia (2001), Employability Skills for the Future,

Canberra, AusInfo, diakses 12/08/2009,

http://www.dest.gov.au/sectors/training_skills/publications_resources/ot her_ publications/

Cornford, IR (2005), Challenging Current Policies and Policy Makers Thinking on Generic Skills, Journal of Vocational Education and Training, vol. 57, no. 1, pp25-46, diakses 20/09/2009, informaWorld database.

Cartledge, Gwendolyn & Fellows, Joanne (Edt). (1986). Teaching Social Skills to Children, Innovative Approaches. United States of America: Pergamon Press.

Dana G. Kurfman dan Robert J. Solomon (1970). Skill Development in Social Studies. Washington: NCSS.

Departemen Pendidikan Nasional (2008), Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 251/C/Kep/Mn/2008 tentang Spektrum Keahlian


(3)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Pedoman Pelaksanaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994). Konsep Sistem Ganda pada Pendidikan Menengah Kejuruan di Indonesia..Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djodjo S. dkk. (1992). Penelitian IPS. Jakarta: Depdikbud.

Djodjonegoro, W. (1998). Pengembangan SDM Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta.

Farida, S. (tt). Program Pendidikan dengan Sistem Ganda pada SMK. Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Kanwil Depdikbud Jabar.

Fugate, M, Kinicki, AJ & Ashforth, BE. (2004), „Employability: A psycho -social construct, its dimensions, and applications‟, Journal of Vocational Behavior, vol.65, no. 01, pp14-38, diakses 28/07/2009, Science Direct database.

Gough, A. (2009), „Pathways and transitions from school to work: Australian experiences‟, in R Maclean & DN Wilson (eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work: Bridging Academic and Vocational Learning, Volume 5, Springer, pp2263-2278. Harianti, D. (1996). Model Pembelajaran Terpadu IPS. Depdiknas: Pusat

Kurikulum.

Heni, Agnes Triyuliana (Edt). (2007). Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 15.0. Semarang: Penerbit Andi dengan Wahana Komputer.

Herminanto, Sofyan. (1992). Kesiapan Kerja Siswa STM di Jawa. Laporan Penelitian. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Hidayanto. (2002). Keterampilan Belajar dan Belajar Keterampilan. Jurnal Penelitian Edisi VII http://jurnalnet.com (Diakses tanggal 9 Mei 2011) Jarolimek. (1997). Sosial Studies Competencies and Skills. New York: MC.

Millan Publishing.

Karah Matika, Yulia. (2009). Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Tematik. Bandung: Tesis SPs UPI Bandung Prodi PIPS.


(4)

Lewwe, PG. (2002), Schools and Skills in Developing Countries: Education Policies Socioeconomic Outcomes, Journal of Economic Literature, vol. XL, pp.436-482, diakses 12/10/2009, ProQuest Central.

Maclean, R & Wilson, D. (2009), Education for the Changing World of Work: Bridging Academic and Vocational Learning, In R. Maclean & D. Wilson (Eds.), International handbook of education for the changing world of work. Dordrecht: Springer.

Maryani, Enok. (tt), Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. [Online].

http://file.upi.edu/Direktori/B%20-

%20FPIPS/JUR.%20PEND.%20GEOGRAFI/196001211985032%20-%20ENOK%20MARYANI/KET%20SOSIAL.pdf. (11 januari 2011)

Mangkoesapoetra, A. (2005). Pengembangan Keterampilan Sosial Peserta

Didik. [Online]. Tersedia:

http://re-searchengines.com/0805achmad.html.(19 November 2008).

Menakertrans, (2009), Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep.57/MEN/III/2009 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Bidang Kepemanduan Wisata.

Menteri Pendidikan Nasional 2006b, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Mulyono. (1985). Pengertian dan Karakteristik IPS. Jakarta: P3G Depdikbud.

Mueller, Danniel J. (1976). Measurring Social Attitude, A Handbook for Researchiers and Practitioners. Columbia University.

NCSS, (1994). Curriculum Standard for Social Studies : Expection of Excellece Washington.

NCVER (National Centre for Vocational Education Research) (2003), Defining Generic Skills, NCVER, Adelaide.

Nolker, Helmut dan Eberhard Schoenfeidt, (1988). Pendidikan Kejuruan: Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan. Jakarta: Gramedia.


(5)

Payne, J. (2000), The Unbearable Lightness of Skill: the Changing Meaning of Skill in Uk Policy Discourse and Some Implications for Education and Training. Journal of Educational Policy, vol. 15, no. 3, pp353-369, diakses 20/08/2009, informaWorld database.

Prihatiningtyas, Naniek. (2009). Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter terhadap Pengembangan Soft Skills Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat. Bandung: Tesis SPs UPI Bandung Prodi PTK.

Pusat Kurikulum (2007), Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan

Nasional, diakses 10/10/2009,

http://www.puskur.net/download/prod2007/45_Kajian%20Kebijakan% 20Kurikulum%20SMK.pdf

Purnomo, Wahyu (1999), Keterampilan Menjelang 2020: Laporan Satuan Tugas tentang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia. http://www.dikmejur.freehosting.net/kebijakan/inti/htm. (9 Mei 2002).

Purwanto, Iwan. (2002). Pengaruh Pelatihan Kerja Industri terhadap Sikap Kewirausahaan. Bandung: Tesis SPs UPI Bandung Prodi PIPS.

Slamet, Ignatius. (2009). Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup (Life Skills) dan Tingkat Kecakapan Hidup terhadap Pengambilan Keputusan Profesi. Tesis: SPs UPI Bandung Prodi PTK.

Sugihartono. (1991). Aspirasi Siswa terhadap Pekerjaan dan Prestasi Akademik Kaitannya dengan Kesiapan Memasuki Dunia Kerja pada Siswa Sekolah Kejuruan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta: IKIPYogyakarta.

Sulaiman, Wahid. (2005). Statistik Non-Parametrik, Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sumaatmadja N. (1984). Metodologi Pengajaran IPS. Bandung: Alumni. Sudjano, N. dan Ibrahim, R. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, N., (tt). “Mengajarkan Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa di Era Global.” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. JIPS. (19). 12.24.


(6)

Syamsuddin, H dan Maryani. E. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah pada Seminar Nasional Makasar.

Syaodik, E. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial. [Online]. Tersedia:

http://educareethipmla.net/indexphp?option:content&task:view&itemid.

(19 November 2008).

Undang-undang RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Wahid, F. (2005). Keahlian yang dibutuhkan Industri Teknologi Informasi Indonesia: Hasil Pemindaian Lowongan di Media Massa dan Survei. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri UII.

Wagiran, W (2008), The Importance of Developing Soft skills in Preparing Vocational High School Graduates, diakses 15/04/2010 dari tersedia pada www.voctech.bn.

Wena, Made (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.

Widodo, W. ( 2009), Tinjauan tentang Prestasi siap kerja, diakses 20/04/2010 http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/keterampilan-siap

kerja.pdf.

Workforce Education Reseach Center. (2004). Foundation Skills Resources

Framework. Institutet of the Study of Adult Literacy.

http://www.portal.state.pa.us/portal/server.pt/document/597961/foundat

ion_skills_resources_pdf. (11 Januari 2011).

Yuliadi, Rahmat. (2002). Hubungan Efektivitas Praktik Kerja Industri SMK dengan Peningkatan Keterampilan. Bandung: Tesis SPs UPI Bandung Prodi PIPS.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN KEMAMPUAN SOFT SKILLS TERHADAP KESIAPAN KERJA Kontribusi pengalaman praktik kerja industri dan Kemampuan soft skills terhadap kesiapan kerja Siswa kelas xII akuntansi SMK Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2016

0 3 12

KONTRIBUSI PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN KEMAMPUAN SOFT SKILLS TERHADAP KESIAPAN KERJA Kontribusi pengalaman praktik kerja industri dan Kemampuan soft skills terhadap kesiapan kerja Siswa kelas xII akuntansi SMK Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2016

0 2 16

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII SMKN 5 BANDUNG.

0 8 55

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPS :Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik Kelas VIII di MTs YPPS Sukahurip.

0 7 59

PENERAPAN MODEL INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat.

0 1 55

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KREATIVITAS IMPLIKASINYA PADA MINAT BERWIRAUSAHA SISWA : Survei pada Siswa Kelas XI SMKN 8 Bandung.

0 0 67

KONTRIBUSI PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN SISWA TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA.

0 1 36

PENGARUH KETERAMPILAN BELAJAR PESERTA DIKLAT DALAM MATA DIKLAT PRAKTEK KERJA PLAMBING TERHADAP KESIAPAN KERJA PRAKTEK DI WORKSHOP SMKN 5 BANDUNG.

0 1 33

KONTRIBUSI PRAKTIK INDUSTRI DALAM MENUNJANG KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK NEGERI 2 WONOSARI.

0 0 193

PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT - repositoryUPI S PTK 1102183 Title

1 2 3