PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Survey Pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung.
No. Daftar/FPEB/371/UN40.7.D1/LT/2013 PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada
Program Pendidikan Ekonomi
Oleh Isti Septiani
0907079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung)
Oleh: ISTI SEPTIANI
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Isti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia September 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Dr. Hj. Sumartini, MP. NIP. 19590830 198601 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, M.M. NIP. 19610420 198703 1 002
(4)
ABSTRAK
PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey Pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung)
Oleh:
Isti Septiani (0907079)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh iklim sekolah terhadap motivasi siswa pada mata pelajaran Ekonomi, (2) Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, dan (3) Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey
explanatory yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner atau angket sebagai alat pengumpul data. Sampel yang diambil sebanyak 222 responden yang merupakan siswa dari SMA Pasundan se-Kota Bandung. Perhitungan statistika menggunakan bantuan SPSS 21.00 for
windows dan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian
menunjukan bahwa tingkat signifikansi iklim sekolah terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 0.000 yang mengandung arti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena nilai signifikansinya < 0.05, dan koefisien jalur iklim sekolah terhadap motivasi belajar siswa adalah 0.482. Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa, hal ini dapat ditunjukan dengan tingkat signifikansinya sebesar 0.000, dan koefisien jalur iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa adalah 0.295. Sedangkan pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa ditunjukan dengan tingkat signifikansi 0.003, dan koefisien jalur motivasi terhadap hasil belajar siswa sebesar 0.210. Berdasarkan penjabaran diatas maka hasil penelitian menunjukan: (1) Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, (2) Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, dan (3) Motivasi belajar siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
(5)
ABSTRACT
The Effect of School Condition and Learning Motivation Toward Students Learning Outcome on Economics Subject
(Survey in Class XI of Social Class Students of SMA PASUNDAN in Bandung)
By
Isti Septiani (0907079)
The purposes of the study is to determine: (1) The influence of school condition on student’s motivation in economics subject, (2) The Influence of school condition on student’s learning outcome in economics subject, and (3) The influence student’s motivation towards learning outcome of student’s in economics subject. The method used in this study is a survey method explanatory where research took a sample from a population and used a questionnaire to collect the data. 222 respondents were taken as a sample and all of them were students of SMA PASUNDAN in Bandung. For the statistical computation process used SPSS 21.00 for windows and path analysis techniques (Path Analysis). The result of the study shows level of significance of school condition on the student's motivation was 0.000 which means that Ho is rejected and Ha was accepted as the significance value with <0.05, and path coefficients of school condition to student motivation’s is 0.482. The influence of school condition on student learning outcomes, this can be shown by the significance level of 0.000, and path coefficients school condition to student learning outcomes is 0.295. While the influence of motivation on learning outcomes of students indicated with a significance level of 0.003, and path coefficients motivation on learning outcomes of students is 0.210. Based on the explanation above, the results of the study showed that: (1) School condition has a positive effect on the student’s motivation in the subject of economics; (2) School condition has a positive effect on learning outcomes of students in the subject of Economics, and (3) Student's motivation has a positive effect on student’s learning outcome in the subject of economics.
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.1 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.2 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
... Error! Bookmark not defined.
2.1 Tinjauan Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Konsep Belajar... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Teori-Teori Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4. Iklim Sekolah ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5. Motivasi Belajar... Error! Bookmark not defined. 2.1.6. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
(7)
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.3.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.3.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Operasional Variabel... Error! Bookmark not defined. 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.7.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Uji Multikolinieritas ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 3.9.1 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.9.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Gambaran Umum Responden ... Error! Bookmark not defined. 4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Analisis Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.
(8)
4.2.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Multikolinearitas ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Analisis Path Sub-Struktur 1 ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Analisis Path Sub-Struktur 2 ... Error! Bookmark not defined. 4.4.3 Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit) ... Error! Bookmark not defined.
4.4.4 Dekomposisi Pengaruh Antarvariabel ... Error! Bookmark not defined. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa... Error! Bookmark not defined.
4.5.2 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Hasil Belajar Siswa . Error! Bookmark not defined.
4.5.3 Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa ... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian, kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak sengaja.
Dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dengan bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar-mengajar.
Melalui interaksi belajar-mengajar yang kondusif dan serius maka akan tercipta generasi-generasi yang handal dan terampil untuk mengatur dan memajukan negara ini melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan. Meski kebijakan pendidikan banyak diatur oleh pusat, tetapi desentralisasi pendidikan memberi peluang kepada pemerintah daerah untuk mengakselerasi pencapaian tujuan pendidikan nasional. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Mengenai masalah pedidikan. perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah,
(10)
pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, dan masalah-masalah lainnya. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.
Selain masalah di atas, dunia pendidikan di Indonesia juga sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Di Jawa Barat sendiri, keadaan pendidikan masih terlihat jauh dari sempurna. Angka partisipasi sekolah di Jawa Barat hanya 47% di tingkat SMA dan 10% di perguruan tinggi. Padahal di Jawa Barat diklaim memiliki pendidikan yang terbaik di Indonesia. Angka partisipasi yang rendah menyebabkan kualitas manusia di Jawa Barat pun rendah. Pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah (RLS) di Jawa Barat mencapai 8.02 tahun, sedangkan di Kota Bandung rata-rata lama sekolah mencapai 10.44 (sumber: pembangunan manusia
berbasis gender). Indramayu memiliki rata-rata lama sekolah paling rendah yaitu
5.73, anak perempuan di Indramayu rata-rata hanya bersekolah sampai kelas 5 SD karena diminta bekerja daripada melanjutkan ke sekolah, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
(11)
Berikut data Human Development Index (HDI) / Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Barat:
Tabel 1.1
(12)
Gambar 1.1
Peringkat HDI/IPM Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat 2010:
Berdasarkan Tabel dan gambar di atas, Kota Depok memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbesar di Jawa Barat yaitu sebesar 79.09, kemudian diurutan kedua Kota Bekasi sebesar 76.36, dan Kota Bandung berada di urutan ketiga dengan IPM sebesar 76.06. Sedangkan berdasarkan rata-rata lama sekolah Kota Depok 10.94 tahun, Kota Bekasi 10.53 tahun, dan Kota Bandung 10.44 tahun. Sedangkan rata-rata lama sekolah dua kota terendah adalah Cianjur 6.82 tahun dan Indramayu 5.73 tahun.
Pada umumnya pendidikan di Kota Bandung sudah sesuai dengan perundang-undangan. Pendidikan di Kota Bandung dilihat dari berbagai sudut pandang sudah cukup baik, di mana tuntas pendidikan 12 tahun sudah dijalani oleh kebanyakan orang. Bila ada anak yang putus sekolah di Kota Bandung, itu bukan karena tidak
(13)
diberikan ruang, tetapi karena masyarakat tersebut tidak serius. Ada beberapa hal yang perlu dibenahi kearah yang lebih positif. Di antaranya peningkatan kualitas guru, peningkatan disiplin belajar, peningkatan iklim sekolah dan motivasi dari siswa itu sendiri. Pembenahan ini perlu dilakukan karena Kota Bandung menjadi sorotan dan barometer Jawa Barat serta Indonesia dalam hal pendidikan. Oleh karena itu untuk menjaga kualitas pendidikan di Kota Bandung perlu juga adanya peningkatan aspek-aspek lain yang terkait dalam pendidikan tersebut.
Sebagaimana dijelaskan dalam Bab II pasal 3 UU Rl no.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru yang bersangkutan. Menurut Wrightman. 1977 (dalam Usman U, 2011:4) ‘peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya’.
Melalui pendidikan juga diharapkan suatu Negara mampu untuk mengahadapi tuntutan kemajuan zaman yang sekarang ini semakin berkembang cepat. Dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia itu diharapkan suatu Negara akan mampu untuk mengambil langkah-langkah yang tepat sebagai wujud dari jawaban mengahadapi suatu tantangan di masa depan. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia bisa dilakukan dengan perbaikan mutu pendidikan disegala jenjang pendidikan. Akan tetapi untuk memperbaiki semua itu tidak semudah apa yang kita bayangkan, banyak sekali faktor-faktor atau kendala-kendala yang dihadapi. Misalnya faktor kondisi geografis sekolah yang berbeda-beda,
(14)
lingkungan pergaulan peserta didik, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang lain.
Mutu pendidikan bisa dikatakan tinggi atau rendah biasanya dapat dilihat dari keberhasilan proses pendidikan di segala jenjang. Salah satu indikator yang bisa dikatakan mutu pendidikan tinggi adalah ditunjukan dengan tingginya nilai hasil evaluasi belajar siswa baik nilai evaluasi di setiap semester maupun nilai akhir ujian nasional.
Pada jenjang pendidikan SMA, suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila nilai para siswa berada di atas nilai standar yang sudah ditentutkan sekolah yang disebut dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sekolah yang dipilih dalam penelitian ini adalah SMA Pasundan se-Kota Bandung, karena hampir semua sekolah di SMA Pasundan se-Kota Bandung terdapat beberapa masalah yang serius diantaranya nilai ujian akhir semester khususnya tahun ajaran 2012/2013 yang kurang dari KKM, sekolah yang tidak begitu luas apabila dibandingkan dengan siswanya yang banyak, motivasi siswa yang terlihat kurang, dan lainnya. Berikut tabel yang menunjukan nilai rata-rata Ujian Akhir Semester yang diperoleh kelas XI jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung:
Tabel 1.2
Nilai Rata-Rata Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas XI IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung Pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2012/ 2013
No Nama Sekolah KKM Nilai Rata-Rata UAS
1 SMA PASUNDAN 1 BANDUNG 73 71.34
2 SMA PASUNDAN 2 BANDUNG 76 67.75
3 SMA PASUNDAN 3 BANDUNG 75 61.33
4 SMA PASUNDAN 4 BANDUNG 75 67.35
5 SMA PASUNDAN 7 BANDUNG 75 77.50
6 SMA PASUNDAN 8 BANDUNG 75 69.75
Data pra penelitian, data diolah
Dari tabel 1.2 diatas menunjukan bahwa nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah karena hampir semua
(15)
siswa di SMA Pasundan yang ada di kota Bandung tidak mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dari enam sekolah, hanya satu sekolah saja yang mampu mencapai nilai KKM yaitu SMA Pasundan 7. KKM adalah nilai batas minimal yang harus dicapai oleh siswa sebagai ukuran keberhasilan proses pembelajaran. Setiap sekolah memiliki KKM yang berbeda-beda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya hal ini disesuaikan oleh kondisi masing-masing sekolah.
Pencapaian nilai masing-masing siswa yang sebagian besar masih berada dibawah nilai KKM mengindikasikan bahwa hasil belajar yang di raih belum memuaskan. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2010:54) yang menyatakan bahwa:
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor ekstern yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diatas dalam penelitian ini di fokuskan pada faktor intern siswa dalam aspek faktor psikologis siswa yaitu motivasi belajar siswa dan faktor ekstern yaitu iklim sekolah.
Oleh karena itu iklim sekolah dan motivasi belajar merupakan sebagian faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang patut kita perhatikan. Karena tanpa adanya motivasi belajar yang tumbuh dari diri siswa tersebut pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan iklim sekolah juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Dari permasalahan yang diuraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan diatas dan mengambil judul
(16)
Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Survey Pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran iklim sekolah, motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi?
2. Bagaimana pengaruh iklim sekolah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi?
3. Bagaimana pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi?
4. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran iklim sekolah, motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
2. Untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah terhadap motivasi siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
3. Untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi.
(17)
1.3.2 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya ilmu pendidikan, khususnya dalam mengetahui pengaruh iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga sebagai kajian lebih lanjut khususnya tentang pengaruh iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa untuk kepentingan dunia praktis, dan bisa juga dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
(18)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu iklim sekolah dan motivasi belajar. Dengan demikian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPS di SMA Pasundan se-Kota Bandung. Hal ini dikarenakan di SMA Pasundan se-Kota Bandung, terdapat satu permasalahan yang cukup menarik untuk diteliti seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang permasalahan. Dan berdasarkan berbagai pertimbangan peneliti, maka yang menjadi objek dalam penelitian hanya kelas XI jurusan IPS.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk penelitiannya”.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
explanatory. Menurut Singarimbun & Efendi (2006:4) metode survey explanatory
adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok, dengan tujuan untuk menjelaskan/menguji hubungan antar variabel yang diteliti.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan definisi tersebut dan berdasarkan masalah yang diteliti maka yang menjadi ukuran populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPS di SMA Pasundan se-Kota Bandung. Berikut tabel
(19)
yang menunjukkan populasi siswa kelas XI jurusan IPS di SMA Pasundan se-Kota Bandung:
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas XI Jurusan IPS di SMA Pasundan se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013
No Nama Sekolah Jumlah Siswa (orang)
1 SMA PASUNDAN 1 BANDUNG 147
2 SMA PASUNDAN 2 BANDUNG 99
3 SMA PASUNDAN 3 BANDUNG 53
4 SMA PASUNDAN 4 BANDUNG 17
5 SMA PASUNDAN 7 BANDUNG 70
6 SMA PASUNDAN 8 BANDUNG 113
Jumlah 499
Data pra penelitian, data diolah
3.3.2 Sampel
Menurut Arikunto (2006:131) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:118) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Dalam penentuan jumlah sampel siswa dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
2
1 Ne
N
n
(20)
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan (5%)
Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional, dimana setiap siswa diambil sampel secara random. Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 222 siswa.
Dengan menggunakan rumus diatas didapat sampel siswa sebagai berikut:
2 1 Ne
N n
=
) 0025 , 0 ( 499 1
499
=
25 , 1 1
499
= 222
Adapun rumus untuk menentukan ukuran sampel adalah sebagai berikut: . N
(Riduwan dan Kuncoro, 2011:45)
Dengan: ni = Jumlah sampel menurut starum n = Jumlah sampel seluruhnya = Jumlah populasi menurut starum N = Jumlah populasi seluruhnya
(21)
Dalam penarikan sampel siswa, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2
Penarikan Sampel Siswa
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
(orang)
Sampel Siswa
1 SMA PASUNDAN 1 BANDUNG 147 147/499 x 222 = 65
2 SMA PASUNDAN 2 BANDUNG 99 99/499 x 222 = 44
3 SMA PASUNDAN 3 BANDUNG 53 53/499 x 222 = 24
4 SMA PASUNDAN 4 BANDUNG 17 17/499 x 222 = 8
5 SMA PASUNDAN 7 BANDUNG 70 70/499 x 222 = 31
6 SMA PASUNDAN 8 BANDUNG 113 109/499 x 222 = 50
Jumlah 499 222
Dari 499 siswa akan diambil sampel sebanyak 222 siswa, dengan cara random proporsional.
3.4 Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu iklim sekolah dan motivasi belajar siswa, dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar. Untuk menjelaskan variabel dan metode yang digunakan dalam penelitian ini maka dijelaskan dalam operasionalisasi variabel berikut ini :
(22)
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Iklim
Sekolah (X1)
Sebagai kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur organisasi. (Pinkus 2009:14 dalam Wahyu Mirza) Hubungan informasi dalam lingkungan sekolah yang dirasakan dan berpengaruh terhadap individu yang terlibat di sekolah, seperti: 1. Tata tertib di
sekolah,
2. Budaya belajar di sekolah,
3. Kenyamanan saat belajar,
4. Kelengkapan sarana dan
prasarana sekolah, 5. Interaksi guru
dengan siswa, 6. Interaksi siswa
dengan siswa,
Jawaban diperoleh dari responden tentang: 1) Tata tertib di
sekolah serta sanksi bagi yang
melanggar, 2) Budaya belajar di
sekolah, selalu mengumpulkan tugas ekonomi tepat pada waktunya
3) Kenyamanan saat belajar, siswa merasa senang. nyaman dan lebih berkonsentrasi apabila belajar di sekolah, 4) Kelengkapan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, laboratorium, lapangan dan beberapa kegiatan ekstra kurikuler, 5) Interaksi guru
dengan siswa, siswa selalu menyapa dan memberi salam kepada guru apabila bertemu, 6) Interaksi siswa
dengan siswa, menyapa apabila bertemu dengan siswa lain. Ordinal Motivasi Belajar (X2) Suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)
Usaha yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat dilihat dari dua sudut pandang
Skor tentang motivasi yang diukur dengan:
1) Persiapan peserta didik dalam kegiatan belajar, mempelajari materi
(23)
dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mc. Donald, dalam Syaiful Bahri Djamarah 2008:148)
yaitu:
1. Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti:
Persiapan peserta didik dalam kegiatan belajar,
Sikap peserta didik dalam
mengerjakan tugas sekolah,
Keinginan
mencapai cita-cita,
Perhatian dan konsentrasi peserta didik dalam mengikuti
pelajaran Ekonomi di sekolah,
Memiliki waktu luang untuk belajar di rumah maupun diluar rumah,
Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap mata pelajaran Ekonomi yang kurang dipahami,
Keinginan untuk mendapat penghargaan,
Keinginan yang
sebelumnya, 2) Sikap peserta didik
dalam mengerjakan tugas sekolah, tidak mencontek dalam mengerjakan tugasnya, 3) Keinginan mencapai cita-cita. dan memiliki rencana kedepan untuk dapat bisa mencapai cita-citanya, 4) Perhatian dan
konsentrasi peserta didik dalam mengikuti
pelajaran, bertanya apabila ada materi yang kurang dimengerti, 5) Memiliki waktu
luang untuk belajar dirumah maupun di luar rumah,
6) Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap mata pelajaran Ekonomi, 7) Keinginan untuk
mendapat penghargaan, 8) Keinginan yang
besar untuk mempelajari Ekonomi, akan melanjutkan kuliah, 9) Keinginan untuk
mencapai nilai tinggi dan menjadi juara umum, 10)Keinginan untuk
dihargai oleh teman dan guru apabila memiliki nilai yang bagus.
(24)
besar untuk mempelajari Ekonomi. 2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti:
Berusaha untuk mencapai nilai tinggi,
Keinginan untuk dihargai oleh teman dan guru,
Saat pembelajaran guru ekonomi menjelaskan materi dengan jelas dan dapat dipahami siswa,
Saat pembelajaran guru ekonomi menggunakan media yang menarik.
11)Saat pembelajaran guru ekonomi menjelaskan materi dengan jelas, 12)Saat pembelajaran
guru ekonomi menggunakan media, Hasil Belajar (Y) Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman
berikutnya. Salah satu indikator yang menunjukan hasil belajar adalah prestasi belajar sekalipun hanya ranah kognitif. (Sudjana, 2006:22)
Nilai yang diperoleh dari hasil ujian akhir semester ganjil.
Data diperoleh dari pihak sekolah tentang nilai hasil ujian akhir semester ganjil siswa kela XI IPS pada mata pelajaran Ekonomi tahun ajaran 2012/2013
(25)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari siswa. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku dan literatur,
2. Studi dokumenter, yaitu mempelajari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang ada pada sekolah SMA Pasundan se-Kota Bandung.
3. Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian.
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:84), “Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti”. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket disusun oleh penulis dengan berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian yaitu angket untuk mengungkapkan data mengenai iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Pasundan se-Kota Bandung.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data ordinal untuk variabel X dan Y. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Adapun langkah-langkah penyusunan angket menurut Arikunto (2006:151) adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu untuk memperoleh data dari responden mengenai iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi.
b. Menentukan objek yang menjadi responden. yaitu siswa kelas XI IPS yang menjadi sampel.
(26)
c. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian.
d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
e. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan alternatif jawaban untuk jenis jawaban yang sifatnya tertutup. Jenis instrumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis yang disertai alternatif jawaban yang sudah disediakan.
f. Menetapkan kriteria pemberian skor untuk setiap item pertanyaan yang bersifat tertutup. Alat ukur yang digunakan dalam pemberian skor adalah daftar pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan ukuran ordinal, berarti objek yang diteliti mempunyai peringkat saja. Sedangkan untuk data yang bersifat interval, para responden diberi kebebasan untuk mengisi angket yang telah disediakan.
g. Menyebarkan angket.
h. Mengelola dan menganalisis angket.
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian 3.7.1 Uji Validitas
Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi produk moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rXY(Suharsimi Arikunto, 2002:146) Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga kriterianya adalah :
rxy < 0.20 : validitas sangat rendah 0.20 – 0.39 : validitas rendah
(27)
0.60 – 0.89 : validitas tinggi 0.90 – 1.00 : validitas sangat tinggi
Dengan menggunakan taraf signifikan = 0.05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan dengan nilai tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2) dimana n menyatakan jumlah baris atau banyaknya responden.
Jika r hitung > r 0.05 → valid
Sebaliknya jika r hitung≤ r 0.05→ tidak valid
3.7.2 Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:154) “Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik”.
Dengan demikian, reliabilitas berhubungan dengan ketepatan dalam hasil tes. Dimana ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukur. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunankan rumus Alpha.
[ ] [ ]
(Suharsimi Arikunto, 2002:171)
dimana :
11
r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir = varians total
(28)
Jika ri > r 0.05→ reliabel
Sebaliknya jika ri≤ r 0.05→ tidak reliabel
3.8 Uji Multikolinieritas
Menurut Yana Rohmana (2010:141) “Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independen”. Dengan uji ini dapat diketahui apakah pada model regresi ditemukan adanya hubungan linear yang sempurna antara variabel-variabel bebas dalam model regresi.
Dalam mengaplikasikan analisis jalur (Path Analysis), menurut Kusnendi (2008:160) “Ada satu asumsi klasik yang tidak dapat dilanggar dalam mengaplikasikan analisis jalur, yaitu asumsi multikolinearitas. Pelanggaran terhadap asumsi ini akan menjadikan hasil estimasi parameter model kurang dapat dipercaya”.
Kusnendi (2008:52) memberikan alasan mengapa asumsi multikolinearitas dalam analisis jalur ini tidak dapat dilanggar karena:
Apabila sampelnya memiliki masalah multikolinearitas maka akan menghasilkan matriks non positive definitife, artinya parameter model yang tidak dapat diestimasi, dan keluaran dalam bentuk diagram, gagal ditampilkan atau jika parameter model dapat diestimasi dan keluaran diagram jalur berhasil ditampilkan, tetapi hasilnya kurang dapat dipercaya.
Hal ini ditunjukan dengan besaran hasil estimasi parameter model pengukuran besaran koefisien determinasi (R ) sangat tinggi tetapi secara 2
individual, hasil estimasi parameter model secara statistik tidak signifikan. Adapun kriteria pengambilan keputusan asumsi multikolinearitas didasarkan pada nilai R , apabila 2 R > 0.8 maka diduga adanya multikolinearitas. 2
(29)
3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.9.1 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan pengolahan data. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal dan interval. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data harus diubah menjadi data interval melalui Methods of Succesive Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari Methods of Succesive Interval dalam pengukuran sikap adalah untuk menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Riduwan & Kuncoro (2011: 30) dalam bukunya teknik penarikan sampel dan penyusunan skala.
Langkah kerja Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut:
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1. 2. 3. 4. dan 5 yang disebut dengan frekuensi;
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).
4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;
5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proposisi kumulatif yang telah diperoleh;
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel tinggi densitas);
7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:
(30)
Setelah data ordinal ditransformasikan menjadi data interval melalui
Methods of Succesive Interval (MSI). Selanjutnya, teknik analisis statistik
yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah statistik parametrik yaitu menggunakan Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda adalah sebuah model yang menggunakan lebih dari dua variabel.
Pengolahan data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan software SPSS 21.00 for windows. dan persamaan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Y = β0+ β1X1+ β2X2 + e
Dimana :
β0 = Konstanta
β1. β2 = Koefisien Regresi Y = Hasil Belajar X1 = Iklim Sekolah X2 = Motivasi Belajar e = Error variabel
Selanjutnya data interval langsung diolah dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) menggunakan SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 21.00.
Dalam Riduwan dan Kuncoro (2011:222), langkah-langkah atau prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
(31)
b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian dengan menggunakan skala penelitian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya;
c. Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variabel;
d. Melakukan uji korelasi, regresi dilanjutkan path analysis.
Dalam Riduwan dan Kuncoro (2011:289), langkah-langkah menganalisis data dengan menggunakan Path Analysis dengan menggunakan SPSS versi 21.00 adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural Persamaan sub-struktural 1:
Keterangan:
= koefisien jalur = Iklim Sekolah
= Motivasi Belajar = faktor residual Persamaan sub-struktur 2:
̂
Keterangan:
(32)
= koefisien jalur = Iklim Sekolah = Motivasi Belajar = faktor residual
2. Bentuk diagram koefisien jalur Sub-struktur 1:
Gambar 3.1
Diagram Analisis Jalur Sub-struktur 1 Sub-struktur 2:
Gambar 3.2
Diagram Analisis Jalur Sub-struktur 2 3. Menghitung koefisien jalur dengan menghitung uji 2
R , uji F dan Uji t
untuk menguji hipotesis.
(33)
3.9.2 Pengujian Hipotesis
3.9.2.1 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R ) merupakan koefisien yang digunakan 2
untuk mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi, dengan rumus:
(Yana Rohmana, 2010: 77) Dimana:
k= jumlah variabel bebas + konstanta n= jumlah sampel
Dua sifat R diantaranya: 2
2
R merupakan besaran non negatif
Batasnya adalah 0R2 1. Suatu R sebesar 1 berarti suatu 2
kecocokan sempurna, sedangkan R yang bernilai nol berarti tidak 2
ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.
3.9.2.2 Uji F Statistik
Uji F statistik bertujuan untuk mengetahui apakah variabel X secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel Y dengan cara membandingkan F hitung dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Formulasi uji F:
(34)
) /( ) 1 ( ) 1 /( ) /( ) /( 2 2 , 1 k n R k R k n RSS k n ESS Fk n k
(Yana Rohmana, 2010:78) Langkah-langkah uji F:
a. Membuat hipotesis nul (H ) dan hipotesis alternatif (0 H ) a
H0:
Ha:
b. Untuk melakukan pengujian signifikansi, dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 21.00.
Sub-struktur 1: 0 H : a H : Sub-struktur 2
0 H : a H :
c. Kriteria uji F adalah:
Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
(35)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pengujian bisa dilanjutkan atau tidak. Jika Ha terbukti diterima maka pengujian secara individual (pengujian antarvariabel dapat dilanjutkan).
3.9.2.3 Uji t Statistik
Uji t statistik digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel X secara individu mampu menjelaskan variabel Y. Pengujian t statistik ini merupakan uji signifikansi satu arah dengan menggunakan program SPSS versi 21.00.
Sub-struktur 1, yaitu ( terhadap ) Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho:
Ha:
Sub-struktur 2, yaitu ( terhadap Y) dan ( terhadap Y) Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Ha:
Adapun kriteria uji t ini dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas 0.05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
(36)
b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
3.9.2.4 Koefisien Jalur error variables atau Variabel Residu (
) Menurut Kusnendi (2008:157) “variabel residu menunjukan besarnya pengaruh variabel lain yang tidak diobservasi atau tidak
dijelaskan model”. Variabel residu dapat diketahui dengan
menggunakan rumus:
√
(Kusnendi, 2008:155)
3.9.2.5 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistik Q dan atau W
Pengujian overall model fit dengan statistik Q dan atau W dengan rumus Shumacker & Lomax (dalam Kusnendi, 2008:156) sebagai berikut:
Dimana menunjukan koefisien variansi terjelaskan seluruh model, dan M menunjukan koefisien variansi terjelaskan setelah koefisien jalur yang tidak signifikan dikeluarkan dari model yang diuji. Koefisien dan M dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Statistik Q berkisar antara 0 dan 1. Jika Q = 1 menunjukan model yang diuji fit dengan data. Dan jika Q < 1. maka untuk menentukan fit tidaknya model statistik Q perlu diuji dengan statistik W yang dihitung dengan rumus:
(37)
W = -(n-d) (Q) = -(n-d) ln (Q)
Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan
(df) yang ditunjukan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak
signifikan.
3.9.2.6 Dekomposisi Pengaruh Antarvariabel
Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh yang bersifat kausalitas antarvariabel, baik pengaruh langsung maupun tidak langsung dalam kerangka path analysis, sedangkan hubungan yang sifatnya nonkausalitas atau hubungan korelasional yang terjadi antarvariabel eksogen tidak termasuk dalam perhitungan ini (Riduwan & Kuncoro, 2011:151).
(38)
Menurut Riduwan & Kuncoro (2011:152) perhitungan menggunakan analisis jalur dengan model dekomposisi pengaruh kausal antarvariabel dapat dibedakan menjadi tiga. yaitu sebagai berikut:
1. Direct causal effect (Pengaruh Kausal Langsung = PKL) adalah
pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel endogen lain.
2. Indirect causal effect (Pengaruh Kausal Tidak Langsung =
PKTL) adalah pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel endogen lain yang terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang dianalisis.
3. Total causal effect (Pengaruh Kausal Total = PKT) adalah jumlah
dari kausal langsung (PKL) dan pengaruh kausal tidak langsung (PKTL) atau PKT = PKL + PKTL.
(39)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, artinya semakin baik iklim sekolah maka motivasi belajar akan meningkat.
2. Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, artinya semakin baik iklim sekolah maka hasil belajar siswa akan meningkat.
3. Motivasi belajar siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, artinya semakin tinggi motivasi belajar maka hasil belajar siswa akan meningkat.
5.2 Saran
Berdasarkan berbagai kondisi yang penulis temukan di lapangan dan ditunjang dengan hasil analisis data maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua dan Guru
a. Orang tua dan guru sebaiknya terus memberi motivasi belajar yang tinggi kepada siswa, walaupun siswa tersebut sudah memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar.
b. Motivasi intrinsik akan lebih berpengaruh terhadap hasil belajar siswa akan tetapi motivasipun tidak datang dengan sendirinya, oleh karena itu
(40)
motivasi eksternalpun harus berperan, seperti motivasi dari guru, orang tua, lingkungan dan teman sepergaulan.
c. Orang tua dan guru hendaknya menciptakan suasana atau iklim belajar yang aman dan menyenangkan, seperti memberi tempat khusus untuk belajar, adanya media pembelajaran yang mendukung dan adanya interaksi yang baik antara guru, orang tua dan siswa.
2. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah memperhatikan kualitas yang dimiliki oleh guru, apabila kualitas yang dimiliki oleh guru itu tinggi maka siswapun akan lebih cepat memahami dan gurupun akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak hanya memperhatikan kualitas guru, sekolah juga harus memperhatikan iklim sekolah agar bisa menjadi tempat yang nyaman untuk para siswa belajar. Apabila iklim sekolah maka siswa pun akan lebih fokus dan berkonsentrasi dalam belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah cakupan populasi dengan meneliti SMA Pasundan se-Kota Bandung, selain itu diharapkan dapat meneliti kembali pengaruh iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa serta meneliti faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti disiplin belajar, fasilitas belajar, tingkat intelegensi (IQ) dan kompetensi guru.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Abin, Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Elida, Prayitno. (1989). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel
dengan LISREL. Bandung: Alfabeta.
Ngalim, Purwanto. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riduwan, dan Kuncoro Engkos Achmad. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai
Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.
Sardiman. (2007). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(42)
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sondang P, Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Statistika Nonparametris Untuk Peneltian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Syaiful, Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu, Yusuf dan Juntika. Nurihsan. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Rosdakarya.
Tirtarahardja, dan Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya. Wasty, Soemanto. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
(43)
Yana, Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.
Karya Ilmiah:
Ahmad Zabidi. Abdul Razak. (2006). Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya
Terhadap Motivasi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan 31 (2006) 3-19.
Marimin. Citra Ayu. (2009). Pengaruh Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi. UNNES: Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol. 4 No. 2.
Yovitha. Yuliejantiningsih. (2012). Hubungan Iklim Sekolah. Beban Tugas. Motivasi
Berprestasi. Dan Kepuasan Kerja Guru Dengan Kinerja Guru SD. Universitas
Negeri Malang: JMP. Volume 1 Nomor 3. Desember 2012. Lain-Lain:
Akhmad Sudrajat. (2008). Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Belajar Akademik
dan Non Akademik Siswa. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29
/iklim-sekolah-kaitannya-dengan-hasil-akademik-dan-non-akademik-siswa) Ibrahim Lubis. (2012). Hakekat Iklim Sekolah. (http://makalahmajannaii.blogspot.
com/2012/07/hakekat-iklim-sekolah.html?m=
M. Sobry Sutikno (http://www.buderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam membangkitkan-motivasi-belajarsiswa.html)
Wahyu Mirza. (2011). Iklim Sekolah. (http://wahyumirza.blogspot.com/2011/04/ iklim-sekolah.html?m=1)
Data Nilai UAS dari sekolah yang bersangkutan Pembangunan Manusia Berbasis Gender. 2011 YPDM Pasundan
(1)
Menurut Riduwan & Kuncoro (2011:152) perhitungan menggunakan analisis jalur dengan model dekomposisi pengaruh kausal antarvariabel dapat dibedakan menjadi tiga. yaitu sebagai berikut:
1. Direct causal effect (Pengaruh Kausal Langsung = PKL) adalah
pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel endogen lain.
2. Indirect causal effect (Pengaruh Kausal Tidak Langsung =
PKTL) adalah pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel endogen lain yang terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang dianalisis.
3. Total causal effect (Pengaruh Kausal Total = PKT) adalah jumlah
dari kausal langsung (PKL) dan pengaruh kausal tidak langsung (PKTL) atau PKT = PKL + PKTL.
(2)
103
Isti Septiani,2013
Pengaruh Iklim Sekolah Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, artinya semakin baik iklim sekolah maka motivasi belajar akan meningkat.
2. Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, artinya semakin baik iklim sekolah maka hasil belajar siswa akan meningkat.
3. Motivasi belajar siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi, artinya semakin tinggi motivasi belajar maka hasil belajar siswa akan meningkat.
5.2 Saran
Berdasarkan berbagai kondisi yang penulis temukan di lapangan dan ditunjang dengan hasil analisis data maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua dan Guru
a. Orang tua dan guru sebaiknya terus memberi motivasi belajar yang tinggi kepada siswa, walaupun siswa tersebut sudah memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar.
b. Motivasi intrinsik akan lebih berpengaruh terhadap hasil belajar siswa akan tetapi motivasipun tidak datang dengan sendirinya, oleh karena itu
(3)
104
motivasi eksternalpun harus berperan, seperti motivasi dari guru, orang tua, lingkungan dan teman sepergaulan.
c. Orang tua dan guru hendaknya menciptakan suasana atau iklim belajar yang aman dan menyenangkan, seperti memberi tempat khusus untuk belajar, adanya media pembelajaran yang mendukung dan adanya interaksi yang baik antara guru, orang tua dan siswa.
2. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah memperhatikan kualitas yang dimiliki oleh guru, apabila kualitas yang dimiliki oleh guru itu tinggi maka siswapun akan lebih cepat memahami dan gurupun akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak hanya memperhatikan kualitas guru, sekolah juga harus memperhatikan iklim sekolah agar bisa menjadi tempat yang nyaman untuk para siswa belajar. Apabila iklim sekolah maka siswa pun akan lebih fokus dan berkonsentrasi dalam belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah cakupan populasi dengan meneliti SMA Pasundan se-Kota Bandung, selain itu diharapkan dapat meneliti kembali pengaruh iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa serta meneliti faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti disiplin belajar, fasilitas belajar, tingkat intelegensi (IQ) dan kompetensi guru.
(4)
Isti Septiani,2013
Pengaruh Iklim Sekolah Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abin, Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Elida, Prayitno. (1989). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel
dengan LISREL. Bandung: Alfabeta.
Ngalim, Purwanto. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riduwan, dan Kuncoro Engkos Achmad. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai
Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.
Sardiman. (2007). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(5)
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sondang P, Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Statistika Nonparametris Untuk Peneltian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Syaiful, Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu, Yusuf dan Juntika. Nurihsan. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Rosdakarya.
Tirtarahardja, dan Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya. Wasty, Soemanto. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
(6)
3
Yana, Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.
Karya Ilmiah:
Ahmad Zabidi. Abdul Razak. (2006). Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya
Terhadap Motivasi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan 31 (2006) 3-19.
Marimin. Citra Ayu. (2009). Pengaruh Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi. UNNES: Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol. 4 No. 2.
Yovitha. Yuliejantiningsih. (2012). Hubungan Iklim Sekolah. Beban Tugas. Motivasi
Berprestasi. Dan Kepuasan Kerja Guru Dengan Kinerja Guru SD. Universitas
Negeri Malang: JMP. Volume 1 Nomor 3. Desember 2012.
Lain-Lain:
Akhmad Sudrajat. (2008). Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Belajar Akademik
dan Non Akademik Siswa. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29
/iklim-sekolah-kaitannya-dengan-hasil-akademik-dan-non-akademik-siswa) Ibrahim Lubis. (2012). Hakekat Iklim Sekolah. (http://makalahmajannaii.blogspot.
com/2012/07/hakekat-iklim-sekolah.html?m=
M. Sobry Sutikno (http://www.buderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam membangkitkan-motivasi-belajarsiswa.html)
Wahyu Mirza. (2011). Iklim Sekolah. (http://wahyumirza.blogspot.com/2011/04/ iklim-sekolah.html?m=1)
Data Nilai UAS dari sekolah yang bersangkutan Pembangunan Manusia Berbasis Gender. 2011 YPDM Pasundan