PENGARUH KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Survey pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung.

(1)

PENGARUH KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN

MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI

(Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh Nanan Nurjanah

0807110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN

MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI

(Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung)

Oleh Nanan Nurjanah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Nanan Nurjanah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN

MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI

(Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung)

Skripsi ini telah disetujui oleh: Pembimbing I

Dr. Hj. Sumartini, M.P NIP. 19590830 198601 2 001

Pembimbing II

Susanti Kurniawati, S.Pd, M.Si NIP. 19760111 200912 2 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Dr. Ikaputera Waspada, M.M NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

ABSTRAK

“Pengaruh Kompetensi Guru, Iklim Sekolah dan Motivasi terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi. (Survey pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung)”. Oleh Nanan Nurjanah (0807110). Dibawah bimbingan: Dr.Hj.Sumartini, M.P dan Susanti Kurniawati, S.Pd., M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah menurunnya prestasi belajar siswa SMA Negeri di Kota Bandung. Hal ini ditunjukan dari nilai Ujian Nasional (UN) beberapa sekolah yang mengalami penurunan dari tahun pelajaran 2009/2010 ke tahun pelajaran 2010/2011, selain itu terdapatnya nilai rata-rata Ujian Kenaikan Kelas (UKK) ekonomi kelas X tahun pelajaran 2010/2011 yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri se-Kota Bandung, tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui metode Stratified Random Sampling dengan sampel sebanyak 383 responden dengan teknik analisis data menggunakan analisis jalur (Path Analysis)

Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang dipersepsikan siswa berada pada rentang 53-64 dengan persentase sebanyak 49.6% dan termasuk kategori sedang, iklim sekolah berada pada rentang 36-44 dengan persentase sebanyak 68.7% dan termasuk kategori sedang, motivasi belajar berada pada rentang 18-22 dengan persentase 69.4% dan termasuk kategori sedang, dan prestasi belajar berada pada rentang 75-83 dengan persentase 83.6% dan termasuk kategori sedang. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa pada sub-struktur 1, variabel kompetensi guru dan iklim sekolah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap motivasi belajar siswa sedangkan pada sub-struktur 2, variabel kompetensi guru, motivasi belajar dan iklim sekolah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi.


(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Konsep Belajar ... 9

2.1.1.1 Pengertian Belajar... 10

2.1.1.2 Teori Belajar ... 11

A. Teori Belajar dari Robert Gagne ... 12

B. Teori Belajar Sosial dari Albert Bandura. ... 13

C. Teori Belajar dari Benjamin Bloom ... 15

2.1.2 Prestasi Belajar ... 16

2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17

2.1.2.3 Indikator Prestasi Belajar ... 24

2.1.3 Motivasi Belajar ... 26

2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 26

2.1.3.2 Teori Motivasi Belajar ... 27

2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 28

2.1.3.4 Pentingnya Motivasi dalam Belajar ... 29

2.1.3.5 Indikator Motivasi Belajar ... 32

2.1.3.6 Pengaruh Motivasi terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 33

2.1.4 Kompetensi Guru ... 34

2.1.4.1 Pengertian Kompetensi Guru ... 34

2.1.4.2 Indikator Kompetensi Guru ... 39

2.1.4.3 Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa ... 45

2.1.5 Iklim Sekolah ... 47

2.1.5.1 Pengertian Iklim Sekolah... 47

2.1.5.2 Indikator Iklim Sekolah ... 49

2.1.5.3 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa ... 54


(6)

2.1.6 Penelitian Terdahulu ... 56

2.2 Kerangka Pemikiran ... 59

2.3 Hipotesis ... 62

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 63

3.2 Metode Penelitian... 63

3.3 Populasi dan Sampel ... 64

3.3.1 Populasi ... 64

3.3.2 Sampel ... 66

3.3.2.1 Sampel Sekolah ... 67

3.3.2.2 Sampel Siswa ... 69

3.4 Operasionalisasi Variabel ... 70

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.6 Instrumen Penelitian ... 74

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian... 75

3.7.1 Uji Validitas ... 75

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 76

3.8 Uji Multikolinearitas ... 78

3.9 Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesis ... 79

3.9.1 Teknik Analisis Data ... 79

3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 82

3.9.2.1 Koefisien determinasi (R2) ... 82

3.9.2.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 83

3.9.2.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 84

3.9.2.4 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistik Q dan atau W ... 85

3.9.2.5 Koefisien Jalur Error Variables atau Variabel Residu ... 86

BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 87

4.2 Gambaran Umum Responden ... 91

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 92

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 93

4.3 Analisis Instrumen Penelitian ... 93

4.3.1 Uji Validitas ... 94

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 96

4.4 Uji Multikolinearitas ... 96

4.5 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 97

4.5.1 Kompetensi Guru (X1) ... 97

4.5.2 Iklim Sekolah (X2) ... 101

4.5.3 Motivasi Belajar Siswa (X3) ... 103

4.5.4 Prestasi Belajar Siswa (Y) ... 104

4.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 105

4.6.1 Analisis Path Sub-struktur 1 ... 106

4.6.2 Analisis Path Sub-struktur 2 ... 111

4.6.3 Uji Kesesuaian Model ... 118


(7)

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 122

4.7.1 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa ... 122

4.7.2 Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa ... 125

4.7.3 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 127

4.7.4 Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 131

4.7.5 Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 132

BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 135

5.2 Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional (UN) Ekonomi SMA di Kota

Bandung ... 3

Tabel 1.2 Nilai UKK Ekonomi semester II kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 4

Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi ... 24

Tabel 2.2 Indikator Kompetensi Guru ... 40

Tabel 2.3 Indikator Iklim Sekolah ... 49

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ... 56

Tabel 3.1 Populasi Kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 65

Tabel 3.2 Kluster SMA Negeri di Kota Bandung ... 68

Tabel 3.3 Sampel Siswa Kleas X ... 70

Tabel 3.4 Operasional Variabel... 70

Tabel 4.1 Jumlah Item Angket ... 94

Tabel 4.2 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 94

Tabel 4.3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 96

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ... 97

Tabel 4.5 Kompetensi Guru ... 98

Tabel 4.6 Skor Kompetensi Guru... 99

Tabel 4.7 Rata-rata Jumlah Skor Item Pernyataan ... 99

Tabel 4.8 Skor Iklim Sekolah... 101

Tabel 4.9 Rata-rata Skor Iklim Sekolah ... 102

Tabel 4.10 Skor Motivasi Belajar Siswa ... 103

Tabel 4.11 Prestasi Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2011/2012 ... 104

Tabel 4.12 Matriks Korelasi Antarvariabel Eksogen dengan Variabel Intervening ... 106

Tabel 4.13 Hasil Analisis Jalur Sub Struktur 1 ... 107

Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Koefisien Kompetensi Guru ... 109

Tabel 4.15 R2 Sub Struktur 1 ... 110


(9)

Tabel 4.17 Error Variable Sub Struktur 1 ... 111

Tabel 4.18 Matriks Korelasi Antarvariabel Eksogen dengan Variabel Endogen ... 112

Tabel 4.19 Hasil Analisis Jalur Sub Struktur 2 ... 113

Tabel 4.20 Hasil Analisis Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar ... 115

Tabel 4.21 Matriks Korelasi Antarvariabel Eksogen dengan Variabel Endogen ... 116

Tabel 4.22 R2 Sub Struktur 2 ... 116

Tabel 4.23 Hasil Uji F ... 117

Tabel 4.24 Error Variable Sub Struktur 2 ... 118


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Tingkah Laku Menurut Albert Bandura ... 14

Gambar 2.2 Unsur-unsur Pembelajaran ... 18

Gambar 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil belajar ... 19

Gambar 2.4 Motivasi Belajar dalam Kerangka Rekayasa Pedagogis Guru dan Emansipasi Kemandirian Siswa Sepanjang Hayat ... 30

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran ... 62

Gambar 3.1 Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 1 ... 81

Gambar 3.2 Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2 ... 82

Gambar 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Sekolah ... 91

Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 92

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 93

Gambar 4.4 Diagram Analisis Jalur Model Sub-Struktur 1 ... 111


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, begitu juga Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai hal yang utama dan penting.

Kusnandar (2009:8) menyatakan bahwa: “Kualitas SDM bangsa Indonesia masih rendah, baik secara akademis maupun nonakademis menyebabkan belum seluruh masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi menyumbangkan potensinya, baik potensi fisik maupun nonfisik dalam pembangunan sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing”. Jika masyarakat tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan, maka pembangunan tidak akan berhasil karena keberhasilan pembangunan hanya dapat dicapai jika masyarakat berpartisipasi aktif dalam seluruh kualitas pembangunan.

Salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia yang disebutkan dalam

pembukaan UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini ditempuh dengan cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Jika mutu pendidikan di Indonesia baik maka akan menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas dan dapat bersaing dengan SDM negara lain. Dengan demikian melalui pendidikan yang bermutu akan


(12)

berhasil menciptakan manusia-manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri yang dapat membangun suatu negara ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 bab II pasal 3, bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Kenyataannya dalam surat kabar kompas (Rabu, 02 Maret 2011), indeks pembangunan Indonesia mengalami penurunan. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011, pada tahun 2010 Indonesia berada di peringkat 65 dan pada tahun 2011 merosot ke peringkat 69 dari 127 negara di dunia. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan di Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain seperti Jepang yang berada pada urutan pertama, Brunei Darussalam berada pada urutan ke-34 dan Malaysia yang berada pada urutan ke-65. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Andytri (2010) dalam realita pendidikan Indonesia menyatakan bahwa:

Standar kelulusan yang terkesan dipaksakan menyebabkan peserta didik merasa keberatan untuk mengikuti standar tersebut, bukannya meningkatkan mutu pendidikan justru malah membuat pelajar tertekan. Pemerintah selalu membanding-bandingkan standar kelulusan ujian nasional Indonesia dengan negara yang mempunyai banyak daerah. Tentunya tiap daerah mempunyai khasanah masing-masing. Keburukannya pemerintah selalu menggeneralisasi pendidikan di beberapa daerah. Belum tentu pendidikan di Pulau Jawa dengan pedidikan di Pulau Maluku sama baik dari segi sarana maupun prasarana. Terbukti pada pengumuman kelulusan SMA sederajat tahun 2010, ketidaklulusan meningkat 5% dari 5.12%. jumlah ini merupakan angka yang


(13)

sangat fantastis mengingat tujuan utama peningkatan standar adalah untuk meningkatkan mutu. Pemerintah seharusnya bersifat responsif dan reaktif terhadap kondisi pendidikan yang menjadi problematika bangsa. (wordpress.com)

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Andytri (2010), nilai rata-rata Ujian Nasional Ekonomi beberapa sekolah di SMA Negeri Se-Kota Bandung mengalami penurunan, adapun datanya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran Ekonomi Beberapa SMA Negeri di Kota Bandung

Tahun Pelajaran 2009/2010-2010/2011

No Nama Sekolah Tahun Pelajaran Perubahan

Nilai 2009/2010 2010/2011

1 SMA Negeri 1 Bandung 8.03 7.91 -0.12

2 SMA Negeri 2 Bandung 7.96 7.95 -0.01

3 SMA Negeri 4 Bandung 7.40 7.99 0.59

4 SMA Negeri 7 Bandung 7.99 8.06 0.07

5 SMA Negeri 10 Bandung 8.10 7.91 -0.19 6 SMA Negeri 12 Bandung 7.44 8.04 0.60 7 SMA Negeri 13 Bandung 8.00 8.11 0.11 8 SMA Negeri 14 Bandung 8.17 7.83 -0.34 9 SMA Negeri 15 Bandung 8.02 8.09 0.07 10 SMA Negeri 16 Bandung 7.79 7.13 -0.66 11 SMA Negeri 17 Bandung 8.13 7.85 -0.28 12 SMA Negeri 18 Bandung 8.04 7.88 -0.16 13 SMA Negeri 19 Bandung 7.97 7.66 -0.31 14 SMA Negeri 20 Bandung 7.85 7.83 -0.02 15 SMA Negeri 21 Bandung 7.77 7.75 -0.02 16 SMA Negeri 22 Bandung 8.02 7.88 -0.14 17 SMA Negeri 23 Bandung 8.03 7.96 -0.07 18 SMA Negeri 25 Bandung 8.02 7.73 -0.29

Rata-rata 7.93 7.86 0.07

Sumber : Dinas Pendidikan Jawa Barat (data diolah)

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata UN di Kota Bandung jika dilihat dari rata-rata UN ekonomi siswa di sekolah negeri sudah cukup baik, seperti yang terjadi pada SMAN 12 Bandung yang mengalami kenaikan nilai sebesar 0.60. Begitu pula yang terjadi pada SMAN 4 Bandung yang mengalami


(14)

kenaikan nilai sebesar 0.59, tetapi ada beberapa sekolah yang mengalami penurunan nilai rata-rata ekonomi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada SMAN 16 Bandung dengan penurunan 0.66, lain halnya dengan SMAN 2 Bandung yang mengalami penurunan sebesar 0.01.

Penurunan nilai UN ini menunjukan bahwa di beberapa SMA Negeri Se-Kota Bandung ini prestasi belajarnya mengalami penurunan. Setelah dilakukan survey pada beberapa sekolah yang dilihat dari pembagian kluster di Dinas Pendidikan Jawa Barat, ternyata ditemukan juga masalah prestasi belajar jika dilihat dari nilai Ujian Kenaikan Kelas (UKK) siswa di beberapa sekolah negeri di Kota Bandung.

Tabel 1.2

Nilai UKK Ekonomi Semester II kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011

No Nama Sekolah KKM Rata-rata Nilai UKK Selisih dengan KKM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

SMAN 1 Bandung SMAN 4 Bandung SMAN 7 Bandung SMAN 8 Bandung SMAN 9 Bandung SMAN 12 Bandung SMAN 13 Bandung SMAN 15 Bandung SMAN 17 Bandung SMAN 19 Bandung SMAN 20 Bandung SMAN 22 Bandung SMAN 23 Bandung

75 70 70 75 75 75 75 70 75 75 70 75 70 78.0 83.9 78.7 80.6 68.0 65.4 68.9 75.1 60.0 68.4 77.7 68.9 70.4 3.0 13.9 8.7 5.6 -7.0 -9.6 -6.1 5.1 -15.0 -6.6 17.7 -6.1 0.4 Sumber: Sekolah yang Bersangkutan (data diolah)

Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa setiap sekolah menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berbeda, ada yang menetapkan 70 dan ada yang menetapkan 75, sedangkan dinas pendidikan telah menetapkan bahwa KKM Mata Pelajaran Ekonomi di SMA adalah 75, akan tetapi karena kebijakan


(15)

sekolah maka KKM ekonominya menjadi 70 karena angka 75 bagi beberapa sekolah dirasa terlalu tinggi. Bagi sekolah yang menetapkan KKM 70, siswa yang mendapat nilai 75 itu sudah diatas rata-rata bahkan sudah mencapai nilai tinggi tapi bagi sekolah yang menetapkan KKM 75, nilai 75 itu masih rendah dan masih standar KKM, oleh karena itu nilai 75 di sekolah yang menetapkan KKM 70 dan 75 memiliki ekspektasi pencapaian prestasi yang berbeda.

Dari beberapa sekolah di atas, masih ada sekolah yang belum mencapai batas KKM, artinya prestasi yang dicapai masih rendah. Menurut Ani M.Hasan

dalam Neti dan Leni (2010:48) mengemukakan bahwa “Kemerosotan pendidikan

bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa”.

Prestasi belajar yang rendah merupakan suatu hal yang tidak bisa dibiarkan, karena hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan SDM yang pada akhirnya akan menghambat proses pembangunan negara. Untuk menyelesaikan masalah ini, sekolah disarankan untuk mengadakan tambahan jam pelajaran atau ada pemantapan dari mata pelajaran yang nilai ulangan sehari-hari, nilai Ujian Kenaikan Kelas (UKK) dan nilai raportnya belum memenuhi standar KKM, karena apabila nilai yang didapat siswa dalam kegiatan belajar sehari-harinya kurang maksimal maka akan berdampak pada nilai rapor siswa tersebut rendah, selain itu berdampak pula dengan tidak lulus UN dan apabila ada siswa yang tidak lulus UN akan berdampak juga pada sekolah yang bisa mengurangi minat lulusan SMP/MTs sederajat untuk melanjutkan di sekolah tersebut dan adanya anggapan masyarakat bahwa guru di sekolah tersebut tidak mampu mengajar. Oleh karena


(16)

itu salah satu syarat untuk menjadi guru haruslah memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Suroso dalam Neti dan Leni (2011:48) mengemukakan bahwa “Guru adalah

komponen pendidikan yang sangat penting, tidak akan pernah ada kontribusi dan inovasi dalam sistem pendidikan, apabila guru tidak diberdayakan dan memiliki profesionalisme yang tinggi sebagai salah satu keberhasilan pendidikan”. Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Kompetensi pedagogik dapat mengukur kemampuan merencanakan program mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar dan kemampuan dalam melaksanakan evaluasi. Kompetensi profesional dapat mengukur penguasaan bahan yang harus diajarkan beserta tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi kepribadian dapat mengukur fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis, yaitu seorang guru yang memiliki keterbukaan berpikir dan beradaptasi, dan kompetensi sosial dapat mengukur kemampuan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa, guru dan masyarakat sekitar untuk membimbing dan mendidik siswa dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.

Guru yang memiliki kompetensi yang baik, mampu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran karena setiap siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru sebagai pembimbing dan orang tua siswa di sekolah, seharusnya memberikan motivasi belajar yang baik dan menciptakan lingkungan atau iklim sekolah yang baik, selain itu orang tua siswa dan guru


(17)

harus bisa melakukan kerja sama untuk memberikan motivasi belajar yang tepat supaya prestasi belajarnya bisa sesuai dengan harapan karena dengan memiliki motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi pula. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang terjadi dengan judul penelitian PENGARUH

KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasaarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa? 2. Bagaimana pengaruh iklim sekolah terhadap motivasi belajar siswa? 3. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa? 4. Bagaimana pengaruh iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa? 5. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa 2. Pengaruh iklim sekolah terhadap motivasi belajar siswa


(18)

3. Pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa 4. Pengaruh iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa 5. Pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa

1.3.2. Manfaat Penelitian 1.3.2.1.Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai kompetensi guru, iklim sekolah dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa paada Mata Pelajaran Ekonomi.

1.3.2.2.Secara Praktis a) Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi bagi pihak sekolah dan guru Mata Pelajaran Ekonomi khususnya dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh kompetensi guru, iklim sekolah dan motivasi belajar siswa.

b) Bagi Penulis

Menambah wawasan mengenai ilmu kependidikan dan memberikan pengalaman dengan terjun secara langsung ke lapangan serta merupakan temuan awal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai kompetensi guru, iklim sekolah, motivasi dan prestasi belajar siswa pada lembaga pendidikan lainnya.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh kompetensi guru yang dipersespsikan siswa, iklim sekolah dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Se-Kota Bandung pada Mata Pelajaran Ekonomi. Objek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa sedangkan subjeknya adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Negeri se-Kota Bandung dengan variabel eksogennya (variabel yang tidak ada variabel eksplisitnya) adalah kompetensi guru (X1) yang terdiri dari kompetensi pedagogik (X1.1), kompetensi kepribadian (X1.2), kompetensi profesional (X1.3), dan kompetensi sosial (X1.4), dan Iklim Sekolah (X2), sedangkan variabel endogennya (variabel yang mempunyai anak panah ke arah variabel tersebut yang didalamnya mencakup variabel perantara dan tergantung) adalah motivasi belajar siswa (X3) dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS (Y), dan yang diajdikan variabel antaranya yaitu motivasi belajar.

3.2. Metode Penelitian

Menurut Suharsimi (2006:160) mengemukakan bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data.” Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey explanatory.


(20)

Kerlinger dalam Sugiyono (2004:7) mengemukakan bahwa “Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antarvariabel sosiologi maupun psikologis.” Sedangkan explanatory adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Jadi metode survey explanatory merupakan metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan data dari responden melalui kuesioner yang dibatasi dengan sampel penelitian kemudian dianalisis hubungan variabel-variabel tersebut melalui suatu pengujian hipotesis.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2004:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini, populasinya adalah jumlah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri se-Kota Bandung, dan akan mempersepsikan kompetensi guru. Menurut Pangky (2010), yang dimaksud persepsi terhadap kompetensi guru adalah “Proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki gurunya saat mengajar”. Dalam penelitiannya, Pangky


(21)

mempersepsikan kompetensi guru kepada siswa, sehingga penulis mengambil populasi siswa untuk mempersepsikan kompetensi guru kepada siswa.

Pada awalnya populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, tetapi karena sudah masuk ajaran baru, jadi penelitian dilakukan di kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung dengan menggunakan data awal kelas X. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Populasi Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SMA Negeri 1 Bandung 358

2 SMA Negeri 2 Bandung 440

3 SMA Negeri 3 Bandung 297

4 SMA Negeri 4 Bandung 362

5 SMA Negeri 5 Bandung 344

6 SMA Negeri 6 Bandung 360

7 SMA Negeri 7 Bandung 320

8 SMA Negeri 8 Bandung 478

9 SMA Negeri 9 Bandung 280

10 SMA Negeri 10 Bandung 443

11 SMA Negeri 11 Bandung 100

12 SMA Negeri 12 Bandung 240

13 SMA Negeri 13 Bandung 340

14 SMA Negeri 14 Bandung 342

15 SMA Negeri 15 Bandung 360

16 SMA Negeri 16 Bandung 564

17 SMA Negeri 17 Bandung 320

18 SMA Negeri 18 Bandung 397

19 SMA Negeri 19 Bandung 284

20 SMA Negeri 20 Bandung 259

21 SMA Negeri 21 Bandung 240

22 SMA Negeri 22 Bandung 400

23 SMA Negeri 23 Bandung 394

24 SMA Negeri 24 Bandung 333

25 SMA Negeri 25 Bandung 376

26 SMA Negeri 26 Bandung 249

27 SMA Negeri 27 Bandung 320

Jumlah Siswa 9200


(22)

3.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2004:73), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode Stratified Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang bertujuan agar dapat menggambarkan secara tepat sifat populasi yang heterogen yang dilakukan dalam beberapa tahap, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Sari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan dan Kuncoro (2011: 210) sebagai berikut:

Dimana:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

= presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:


(23)

dari perhitungan di atas maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 383.33 yang dibulatkan menjadi 383 orang.

3.3.2.1. Sampel Sekolah

Populasi yang berjumlah 27 sekolah ini ditentukan sampel dengan menggunakan metode persentasi. Hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:134) sebagai berikut:

jika jumlah subjek populasi besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut dari banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti

Berdasarkan pada pendapat diatas maka dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 25% dari populasi, sehingga sampel sekolah yang diambil adalah 25% x 27 = 6.7 yang dibulatkan menjadi 7 sekolah.

Dari ke-27 SMA Negeri di kota Bandung, dapat diklasifikasikan menjadi 3 kluster, terdiri dari 7 sekolah kluster I, 6 sekolah kluster II dan 14 sekolah kluster III, dengan menggunakan teknik sampel bertingkat (berstrata) dengan rumus sebagai berikut:

Riduwan dan Kuncoro (2011:45) ni = Ni x n


(24)

Keterangan: ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel keseluruhan Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi keseluruhan

Tabel 3.2

Kluster SMA Negeri di Kota Bandung

Kluster No Nama Sekolah Sampel Sekolah

I 1 SMAN 2 Bandung n = 7/27 x 7

= 1.8 dibulatkan menjadi 2

SMAN 4 Bandung SBandung 2 SMAN 3 Bandung

3 SMAN 4 Bandung 4 SMAN 5 Bandung 5 SMAN 8 Bandung 6 SMAN 11 Bandung 7 SMAN 24 Bandung

II 1 SMAN 1 Bandung n = 6/27 x 7

= 1.5 dibulatkan menjadi 1

SMAN 7 Bandung 2 SMAN 6 Bandung

3 SMAN 7 Bandung 4 SMAN 9 Bandung 5 SMAN 20 Bandung 6 SMAN 22 Bandung

III 1 SMAN 10 Bandung n = 14/27 x 7

= 3.6 dibulatkan menjadi 4 SMAN 12 Bandung

SMAN 13 Bandung SMAN 15 Bandung SMAN 19 Bandung 2 SMAN 12 Bandung

3 SMAN 13 Bandung 4 SMAN 14 Bandung 5 SMAN 15 Bandung 6 SMAN 16 Bandung 7 SMAN 17 Bandung 8 SMAN 18 Bandung 9 SMAN 19 Bandung 10 SMAN 21 Bandung 11 SMAN 23 Bandung 12 SMAN 25 Bandung 13 SMAN 26 Bandung 14 SMAN 27 Bandung Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung


(25)

3.3.2.2. Sampel Siswa

Langkah selanjutnya setelah memperoleh sampel sekolah adalah menentukan sampel siswa. Sugiyono (2004:159) mengemukakan bahwa:

Biasanya tingkat signifikansi (tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti dengan mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100 sampel yang diambil dari populasi yang diambil dari populasi yang sama. Jadi, apabila sampel kurang dari 100 orang maka semua dijadikan sampel tapi apabila sampel lebih dari 100 orang, menurut Arikunto dalam Riduwan dan Kuncoro, sampelnya dapat diambil antara 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih.

Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Sari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan dan Kuncoro (2011: 46) adalah sebagai berikut:

Dimana:

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya

Ni= jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.3 Sampel Siswa Kelas X

Nama Sekolah Jumlah Siswa

Kelas X Sampel Siswa

SMAN 4 Bandung 362 362/2384 x 383 = 58

SMAN 7 Bandung 320 320/2384 x 383 = 51

SMAN 8 Bandung 478 478/2384 x 383 = 77

SMAN 12 Bandung 240 240/2384 x 383 = 38

SMAN 13 Bandung 340 340/2384 x 383 = 55

SMAN 15 Bandung 360 360/2384 x 383 = 58

SMAN 19 Bandung 284 284/2384 x 383 = 46

Jumlah 2384 383

3.4. Operasional Variabel

Tabel 3.4 Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris

Konsep Analisis Skala Kompetensi

Pedagogik Guru (X1.1)

Sejumlah

kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa. (Fachruddin dan Ali, 2008) Pengaruh eksternal yang dihadapi peserta didik yang menyangkut kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari sudut pandang peserta didik pada mata pelajaran ekonomi Skor kompetensi pedagogik ini dapat diukur dengan skala likert, melalui:  Mengidentifikasi bekal-ajar awal siswa  Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa  Menerapkan berbagai metode pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam Mata Pelajaran Ekonomi  Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang utuh

 Menentukan


(27)

prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan Kompetensi Profesional Guru (X1.2)

Kemampuan penguasaan materi pembelajaaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang dittetapkan dalam Standar Naional Pendidikan. (PP No.19 tahun 2005) Pengaruh eksternal yang dihadapi peserta didik yang menyangkut kemampuan guru dalam menguasai materi dari sudut pandang peserta didik pada mata pelajaran ekonomi Skor kompetensi profesional ini dapat diukur dengan skala likert, melalui:

 Memahami materi,

struktur dan konsep yang mendukung mata pelajaran yang diampu

 Memilih dan

mengolah materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

 Melakukan refleksi

terhadap kinerja guru secara terus menerus

 Mengikuti

kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber

ordinal

Kompetensi Kepribadian Guru (X1.3)

Kemampuan kepribadian yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

(Neti dan Leni, 2010:57) Pengaruh eksternal yang dihadapi peserta didik yang menyangkut kepribadian guru ekonomi yang dipersepsikan siswa Skor kompetensi kepribadian ini dapat diukur dengan skala likert, melalui:

 Menghargai siswa

tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal dan gender

 Memiliki pribadi

yang jujur, tegas, arif, dapat diteladani oleh siswa dan anggota


(28)

masyarakat di sekitarnya

Kompetensi Sosial Guru (X1.4)

Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. (Neti dan Leni, 2010:57) Pengaruh eksternal yang dihadapi peserta didik yang menyangkut kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari sudut pandang peserta didik pada mata pelajaran ekonomi

Skor kompetensi sosial ini dapat diukur dengan skala likert, melalui:

 Berkomunikasi

dengan teman sejawat, siswa, orang tua siswa dan masyarakat secara santun

 Mengikutsertakan

orang tua siswa dalam program pembelajaran dan mengatasi kesulitan belajar siswa ordinal Iklim Sekolah (X2)

Sikap, kepercayaan, nilai dan norma yang mendasari praktek dan proses pembelajaran. (Mc.Evoy dalam jurnal Milner Kohza, 2008:158). Hubungan informal dalam lingkungan sekolah yang dirasakan dan berpengaruh terhadap individu yang terlibat di sekolah

Skor Iklim Sekolah menggunakan skala Likert, yaitu:

 Tata tertib di sekolah beserta sanksi bagi yang melanggar

 Budaya belajar di

sekolah

 Kenyamanan saat

belajar

 Kelengkapan

sarana dan prasarana sekolah

 Interaksi guru

dengan siswa

 Interaksi siswa

dengan siswa

ordinal

Motivasi Belajar (X3)

Suatu kekuatan atau tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu atau bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. (Abin, 2007:37). Dorongan atau motif belajar siswa dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran ekonomi.

Skor motivasi belajar mengunakan skala Likert, yaitu:

 Waktu yang

digunakan untuk belajar

 Ketepatan pada

tujuan kegiatan

 Berusaha

mempelajari materi yang tidak

dimengerti

 Pengorbanan untuk

mencapai tujuan


(29)

 Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

Prestasi Belajar (Y)

Hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di

sekolah. (Tu’u

dalam blog, Tn. 2012)

Nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Data diperoleh dari pihak sekolah tentang nilai rapor kelas X semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran

ekonomi.

interval

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2004:129), “Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder”. Sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya kuesioner atau angket, dan sumber sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui dokumen. Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara, yaitu pengumpulan data secara lisan yang bertujuan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan untuk mengetahui jumlah respondennya sedikit/banyak.

2. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kuesioner tertutup.

3. Studi dokumentasi, yaitu studi untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang diteliti berupa dokumen-dokumen yang ada pada objek


(30)

penelitian, dalam hal ini nilai rapor siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri yang diteliti.

3.6.Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2004:84), “Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti”. Dalam penelitian ini, instumen yang digunakan adalah kuesioner atau angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Adapun langkah-langkah penyusunan angket menurut Suharsimi (2006:151) adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu untuk memperoleh data dari responden mengenai kompetensi pedagogik guru dan iklim sekolah yang dipersepsikan siswa, motivasi dan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi.

b. Menentukan objek yang menjadi responden, yaitu siswa kelas XI IPS yang menjadi sampel.

c. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

e. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan alternatif jawaban untuk jenis jawaban yang sifatnya tertutup. Jenis instrument yang bersifat tertutup yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis yang disertai alternatif jawaban yang sudah disediakan.


(31)

f. Menetapkan kriteria pemberian skor untuk setiap item pertanyaan yang bersifat tertutup. Alat ukur yang digunakan dalam pemberian skor adalah daftar pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan ukuran ordinal, berarti objek yang diteliti mempunyai peringkat saja. Sedangkan untuk data yang bersifat interval, para responden diberi kebebasan untuk mengisi angket yang telah disediakan.

g. Menyebarkan angket

h. Mengelola dan menganalisis angket.

3.7.Pengujian instrument penelitian 3.7.1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006:168), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2011:217), untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari nilai korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam uji validitas ini digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ { ∑ ∑

Riduwan Kuncoro (2011:217) Dimana:


(32)

Xi = jumlah skor item

Yi = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan menggunakan rumus: √

Riduwan Kuncoro (2011:217) Dimana:

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk α = 0.05 dan derajat keabsahan (dk=n-2), maka keputusan yang diambil adalah:

a. Jika t hitung > t tabel berarti valid b. Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid

3.7.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan dan Kuncoro (2011:220), “Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrument) yang digunakan”. Sedangkan Menurut Arikunto (2006:178), “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk


(33)

pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel arinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan”.

Adapun uji reliabilitas instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2011:221), langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut:

1. Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

∑ ∑

Dimana:

Si = varians skor tiap-tiap item

Xi2 = jumlah kuadrat item Xi (Xi)2 = jumlah item Xi dikuadratkan N = jumlah responden

2. Menjumlahkan varians semua item dengan rumus: Si = S1 + S2 + S3+… + Sn

Dimana:

Si = jumlah varians semua item S1 + S2 + S3+… + Sn = varians item ke-1, 2, 3, …, n

3. Menghitung varians total dengan rumus:


(34)

Dimana:

St = varians total

Xi2 = jumlah kuadrat X total (Xi)2 = jumlah X total dikuadratkan N = jumlah responden

4. Masukkan nilai Alpha dengan rumus:

( )

Dimana:

= nilai reliabilitas

Si = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total

k = jumlah item

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan distribusi table-r (tabel-r) untuk α = 0.05 dan df (dk = n-2) dengan keputusan jika r11> rtabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11< rtabel berarti tidak reliabel.

3.8.Uji Multikolinearitas

Menurut Hair dkk dalam Kusnendi (2007:51), “Multikolinearitas menunjukan kondisi dimana antarvariabel penyebab terdapat hubungan linear yang sempurna, eksak, perfectly predicted atau singularity”. Sedangkan menurut


(35)

Yana (2010:141), “Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independen”.

Dalam mengaplikasikan analisis jalur (Path Analysis), menurut Kusnendi (2007:160): “Ada satu asumsi klasik yang tidak dapat dilanggar dalam mengaplikasikan analisis jalur, yaitu asumsi multikolinearitas. Pelanggaran terhadap asumsi ini akan menjadikan hasil estimasi parameter model kurang dapat dipercaya”.

Kusnendi (2007:52) memberikan alasan mengapa asumsi multikolinearitas dalam analisis jalur ini tidak dapat dilanggar karena

Apabila sampelnya memiliki masalah multikolinearitas maka akan menghasilkan matriks non positive definitife, artinya parameter model yang tidak dapat diestmasi, dan keluaran dalam bentuk diagram, gagal ditampilkan atau jika parameter model dapat diestimasi dan keluaran diagram jalur berhasil ditampilkan, tetapi hasilnya kurang dapat dipercaya.

Hal ini ditunjukan dengan besaran hasil estimasi parameter model pengukuran besaran koefisien determinasi (R2) sangat tinggi tetapi secara individual, hasil estimasi parameter model secara statistik tidak signifikan. Adapun kriteria pengambilan keputusan asumsi multikolinearitas didasarkan pada nilai R2, apabila R2> 0.8 maka diduga adanya multikolinearitas.

3.9.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.9.1. Teknik Analisis Data

Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal dan interval sehingga menurut Riduwan dan Kuncoro (2011:30), “Data ordinal harus ditransformasi menjadi data interval dengan menggunakan teknik


(36)

transformasi yang paling sederhana yaitu MSI (Method of Successive Interval)” dengan menggunakan software Microsoft Excel. Selanjutnya data interval langsung diolah dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) menggunakan SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 17.0.

Dalam Riduwan dan Kuncoro (2011:222), langkah-langkah atau prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;

b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya;

c. Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variabel;

d. Melakukan uji korelasi, regresi dilanjutkan path analysis.

Dalam Riduwan dan Kuncoro (2011:289-293), langkah-langkah menganalisis data dengan menggunakan Path Analysis dengan mengguankan SPSS versi 17.0 adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis dan persamaan strktural  Persamaan sub-struktur 1:


(37)

Keterangan:

ρ = koefisien jalur X1 = kompetensi guru X2 = iklim sekolah X3 = motivasi belajar ei = faktor residual  Persamaan sub-struktur 2:

Y= ρyx1X1 + ρyx2X2+ ρyx3X3 + ei Keterangan:

Y = prestasi belajar siswa ρ = koefisien jalur X1 = kompetensi guru X2 = iklim sekolah X3 = motivasi belajar ei = faktor residual 2. Bentuk diagram koefisien jalur

 Sub-Struktur 1

Gambar 3.1

Diagram analisis jalur sub-struktur 1

e1

X1

X2

X3

ρX3x 2

ρX3x 1


(38)

 Sub-Struktur 2

Gambar 3.2

Diagram analisis jalur sub-struktur 2

3. Menghitung koefisien jalur dengan menghitung uji R2, Uji F dan Uji t untuk menguji hipotesis.

3.9.2. Pengujian Hipotesis

3.9.2.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ( ) menunjukan besarnya pengaruh secara bersama atau serempak variabel eksogen yang terdapat dalam model struktural yang dianalisis. Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Nilai berikisar antara 0-1 (0< <1), dengan ketentuan:

a. Jika semakin mendekati angka 1 maka hubungan antar variabel eksogen dengan variabel endogen semakin erat atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik

b. Jika semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antar variabel eksogen dengan variabel endogen jauh, dengan kata lain model tersebut kurang baik

ρyx1

1

Y

e2

X1

X2

X3

ρx3x2

ρx3x1

ρyx2


(39)

3.9.2.2. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)

Uji secara simultan (keseluruhan) hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:

Ho : yx3 = yx2 = yx1 = 0 Ha : yx3 = yx2 = yx1 0

 Untuk melakukan pengujian signifikansi, dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.0, Sub-Struktur 1

Ho : ρx3x1= ρx3x1 = 0

Ha : ρx3x1= ρx3x1≠ 0

 Sub-Struktur 2 Ho : ρYX3= ρYX3 = 0

Ha : ρYX3= ρYX3≠ 0

Makna pengujian signifikansinya yaitu:

a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pengujian bisa dilanjukan atau tidak. Jika Ha terbukti diterima maka pengujian secara individual (pengujian antarvariabel dapat dilanjutkan)


(40)

3.9.2.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pengujian t statistik bertujuan untuk menguji signifikansi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. pengujian t statistik ini merupakan uji signifikansi satu arah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

 Sub-Struktur 1, yaitu (X1 terhadap X3) dan (X2 terhadap X3) Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : ρx3x1 = 0

Ha : ρx3x1 > 0

 Sub-Struktur 2, yaitu (X1 terhadap Y), (X2 terhadap Y) dan (X3 terhadap Y)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : ρYX3 = 0

Ha : ρYX3 > 0

Adapun kriteria uji t ini dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas 0.05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.


(41)

3.9.2.4.Pengujian Overall Model Fit dengan Statistik Q dan atau W

Pengujian overall model fit dengan statistik Q dan atau W dengan rumus Shumacker & Lomax sebagai berikut: (Kusnendi, 2008: 156)

Dimana R2m menunjukkan koefisien variasi terjelaskan seluruh model, dan M menunjukkan koefisien variasi terjelaskan setelah koefisien jalur yang tidak signifikan dikeluarkan dari model yang diuji. Koefisien R2m dan M dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Statistik Q berkisar antara 0 dan 1. Jika Q = 1 menunjukkan model yang diuji fit dengan data. Dan jika Q < 1, maka untuk menentukan fit tidaknya model statistik Q perlu diuji dengan statistik

W yang dihitung dengan rumus:

Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang ditunjukkan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan.

Q = 1 – R2m 1 – M

R2m = M =1- (1- R21)( 1- R22)…( 1- R2p)


(42)

3.9.2.5. Koefisien Jalur error variables atau variabel residu (

ρ

ei) Menurut Kusnendi (2008:157), “variabel residu menunjukan besarnya pengaruh variabel lain yang tidak diobservasi atau tidak dijelaskan model”. Variabel residu dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

ρ

ei =


(43)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kompetensi guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin tinggi kompetensi guru maka motivasi belajar akan meningkat.

2. Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin meningkat iklim sekolah maka motivasi belajar akan meningkat.

3. Kompetensi guru tidak berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin tinggi kompetensi yang dimiliki guru ekonomi maka prestasi belajar akan menurun.

4. Iklim sekolah berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin meningkat iklim sekolah maka prestasi belajar siswa akan meningkat.

5. Motivasi belajar siswa tidak berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, artinya semakin tinggi motivasi belajar maka presatasi belajar siswa akan menurun.


(44)

5.2. Saran

Berdasarkan berbagai kondisi yang penulis temukan di lapangan dan ditunjang dengan hasil analisis data maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua dan Guru

a. Orang tua dan guru sebaiknya terus memberi motivasi belajar yang tinggi kepada siswa, walaupun siswa tersebut sudah memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar

b. Motivasi intrinsik akan lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa akan tetapi motivasipun tidak datang dengan begitu saja, oleh karena itu motivasi eksternalpun harus berperan, seperti dari guru, orang tua, lingkungan dan teman sebaya

c. Guru adalah pemegang peran penting dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus memiliki kompetensi yang tinggi dan belajar sesuai dengan perkembangan zaman, oleh karena itu guru harus meningkatkan kompetensinya dengan cara mengikuti seminar dan pelatihan keguruan d. Kompetensi guru sangatlah penting dalam menumbuhkan motivasi dan

meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi rendahnya motivasi belajar siswa tersebut sehingga guru dapat menciptakan alternatif dalam mengatasi rendahnya motivasi belajar

e. Orang tua dan guru hendaknya menciptakan suasana atau iklim belajar yang aman dan menyenangkan, seperti memberi tempat khusus untuk


(45)

belajar, adanya alat pembelajaran yang mendukung dan adanya interaksi yang baik antara guru, orang tua dan siswa.

2. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh guru, dan melakukan controlling terhadap semua guru, terutama bagi guru yang sudah mengikuti sertifikasi, apakah hasil sertifikasinya benar-benar dijalankan di lapangan, dan apakah ada perbedaan peningkatan kompetensi antara sebelum dan sesudah sertifikasi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kualitas guru dalam dunia pendidikan, sehingga guru yang ada adalah guru yang benar-benar memiliki kompetensi yang utuh.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah cakupan populasi dengan meneliti Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kota Bandung, selain itu diharapkan dapat meneliti kembali pengaruh kompetensi guru secara parsial (kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa serta meneliti faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti tingkat intelegensi (IQ), minat belajar, dan lingkungan keluarga.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Djamarah Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta E.Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Elida Prayitno. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press)

Kusnandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung: Alfabeta

Muhibbin Syah. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Neti Budiwati dan Leni Permana. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi.

Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, UPI

Ngalim Purwanto. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Ratna Wilis Dahar. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung: Alfabeta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sondang P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta


(47)

Syamsu Yusuf dan A.Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya

Teguh Wahyono. (2009). 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan EViews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI

Jurnal

Ahmad Zabidi Abdul Razak. (2006). “Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya terhadap Motivasi Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan 31 (2006) 3-19

Eko Pujiastuti, Tri Joko Raharjo, A. Tri Widodo. (2012). “Kompetensi Profesional, Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa tentang Proses Pembelajaran, dan Kontribusinya terhadap Hasil Belajar IPA di SMP/MTs Kota Banjarbaru”. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology. 1 (1) (2012), 22-29

Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina. (2011). “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa

Kelas IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)”.

Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.12 No.1, ISSN 1412-565X.

Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). “a comparison of teacher stress and

school climate across schools with different matric success rates”. South African Journal of Education, Copyright © 2008 EASA. Vol 28: 155-173

Sumber Lainnya

Akhmad Sudrajat. (2008). Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa. [Online]. Tersedia di:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29/iklim-sekolah-kaitannya-dengan-hasil-akademik-dan-non-akademik-siswa/. [9 September 2012] Andytri. (2010). Realita Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia di:

http://andytri.wordpress.com/2010//06/07/realita-pendidikan-indonesia/. [8 april 2012]

Anne Ahira. (2012). Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli. Tersedia di:

http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm. [29 Juli 2012]

Ardzy Panggayuh Indarto. (2011). Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional dan Sosial Guru Praktikan terhadap motivasi Belajar Siswa


(48)

SMK Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang. [Online]. Tersedia di: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/TM/article/view/13634. [9 September 2012]

Ester Linceu Napitupulu. (2011). Indeks Pendidikan Indonesia Menurun. [Online]. Tersedia di:

http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.In donesia.Menurun. [8 april 2012]

Iyet Suryanti. (2005). Pengaruh Iklim Sekolah dan Profesionalisasi Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi FPEB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Joko Winarto. (2011). Teori Belajar Sosial Albert Bandura. Tersedia di:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/. [6 juli 2012]

Pangky Irawan. (2010). Hubungan Persepsi terhadap Kompetensi Guru dengan

Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tirto”. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

M.Ikhsan R. (2007). Identifikasi Kompetensi Guru Ekonomi san Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nina Krlina. (2012). Pengaruh Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran ekonomi. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan

Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators. Dalam Alliance For Excellent Education [Online]. Tersedia di: http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf. [6 Juli 2012] Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2010). Bandung: UPI

Rasto. (2008). Kompetensi Guru. [Online]. Tersedia di

http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru/. [3 Oktober 2012] Renny Rachmayani. (2009). Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Motivasi

Belajar dan Implikasinya terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Kabupaten Cianjur. Skripsi FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rinny Dwi Cahyanti. (2011). Pengaruh Iklim Sekolah dan Kreativitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran Ekonomi terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi FPEB UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(49)

Sumiati. (2011). Pengaruh Lingkungan Belajar Siswa terhadap Motivasi Belajar dan Implikasinya terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Syariah di SMP Kota Tasikmalaya. Skripsi pada FPEB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

…… (2012). Pengertian Prestasi Belajar. Tersedia di:

http://blog.tp.ac.id/pengertian-prestasi-belajar. [29 Juli 2012] Data Nilai UAS dari sekolah yang bersangkutan


(1)

136

5.2. Saran

Berdasarkan berbagai kondisi yang penulis temukan di lapangan dan ditunjang dengan hasil analisis data maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua dan Guru

a. Orang tua dan guru sebaiknya terus memberi motivasi belajar yang tinggi kepada siswa, walaupun siswa tersebut sudah memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk belajar

b. Motivasi intrinsik akan lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa akan tetapi motivasipun tidak datang dengan begitu saja, oleh karena itu motivasi eksternalpun harus berperan, seperti dari guru, orang tua, lingkungan dan teman sebaya

c. Guru adalah pemegang peran penting dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus memiliki kompetensi yang tinggi dan belajar sesuai dengan perkembangan zaman, oleh karena itu guru harus meningkatkan kompetensinya dengan cara mengikuti seminar dan pelatihan keguruan d. Kompetensi guru sangatlah penting dalam menumbuhkan motivasi dan

meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi rendahnya motivasi belajar siswa tersebut sehingga guru dapat menciptakan alternatif dalam mengatasi rendahnya motivasi belajar

e. Orang tua dan guru hendaknya menciptakan suasana atau iklim belajar yang aman dan menyenangkan, seperti memberi tempat khusus untuk


(2)

137

belajar, adanya alat pembelajaran yang mendukung dan adanya interaksi yang baik antara guru, orang tua dan siswa.

2. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh guru, dan melakukan controlling terhadap semua guru, terutama bagi guru yang sudah mengikuti sertifikasi, apakah hasil sertifikasinya benar-benar dijalankan di lapangan, dan apakah ada perbedaan peningkatan kompetensi antara sebelum dan sesudah sertifikasi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kualitas guru dalam dunia pendidikan, sehingga guru yang ada adalah guru yang benar-benar memiliki kompetensi yang utuh.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah cakupan populasi dengan meneliti Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kota Bandung, selain itu diharapkan dapat meneliti kembali pengaruh kompetensi guru secara parsial (kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa serta meneliti faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti tingkat intelegensi (IQ), minat belajar, dan lingkungan keluarga.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Djamarah Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta E.Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Elida Prayitno. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press)

Kusnandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:

Rajagrafindo Persada

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup

Sampel dengan LISREL. Bandung: Alfabeta

Muhibbin Syah. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Neti Budiwati dan Leni Permana. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi.

Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, UPI

Ngalim Purwanto. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Ratna Wilis Dahar. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2011). Cara Menggunakan dan

Memakai Path Analysis. Bandung: Alfabeta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sondang P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta


(4)

Syamsu Yusuf dan A.Juntika Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya

Teguh Wahyono. (2009). 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan EViews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI

Jurnal

Ahmad Zabidi Abdul Razak. (2006). “Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya

terhadap Motivasi Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan 31 (2006) 3-19

Eko Pujiastuti, Tri Joko Raharjo, A. Tri Widodo. (2012). “Kompetensi

Profesional, Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa tentang Proses Pembelajaran, dan Kontribusinya terhadap Hasil Belajar IPA di SMP/MTs Kota Banjarbaru”. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology. 1 (1) (2012), 22-29

Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina. (2011). “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa

terhadap Prestasi Belajar IPA di sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)”.

Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.12 No.1, ISSN 1412-565X.

Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). “a comparison of teacher stress and

school climate across schools with different matric success rates”. South

African Journal of Education, Copyright © 2008 EASA. Vol 28: 155-173

Sumber Lainnya

Akhmad Sudrajat. (2008). Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Akademik dan

Non Akademik Siswa. [Online]. Tersedia di:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29/iklim-sekolah-kaitannya-dengan-hasil-akademik-dan-non-akademik-siswa/. [9 September 2012] Andytri. (2010). Realita Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia di:

http://andytri.wordpress.com/2010//06/07/realita-pendidikan-indonesia/. [8 april 2012]

Anne Ahira. (2012). Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli. Tersedia di:

http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm. [29 Juli 2012]

Ardzy Panggayuh Indarto. (2011). Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian,


(5)

SMK Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang. [Online]. Tersedia di:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/TM/article/view/13634. [9 September 2012]

Ester Linceu Napitupulu. (2011). Indeks Pendidikan Indonesia Menurun. [Online]. Tersedia di:

http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.In donesia.Menurun. [8 april 2012]

Iyet Suryanti. (2005). Pengaruh Iklim Sekolah dan Profesionalisasi Guru

terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi FPEB

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Joko Winarto. (2011). Teori Belajar Sosial Albert Bandura. Tersedia di:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/. [6 juli 2012]

Pangky Irawan. (2010). Hubungan Persepsi terhadap Kompetensi Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tirto”. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

M.Ikhsan R. (2007). Identifikasi Kompetensi Guru Ekonomi san Pengaruhnya

terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi

FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nina Krlina. (2012). Pengaruh Kompetensi Guru dan Motivasi Belajar terhadap

Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran ekonomi. Skripsi UPI

Bandung: tidak diterbitkan

Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators. Dalam Alliance For Excellent Education [Online]. Tersedia di: http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf. [6 Juli 2012] Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2010). Bandung: UPI

Rasto. (2008). Kompetensi Guru. [Online]. Tersedia di

http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru/. [3 Oktober 2012] Renny Rachmayani. (2009). Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Motivasi

Belajar dan Implikasinya terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Kabupaten Cianjur. Skripsi FPIPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Rinny Dwi Cahyanti. (2011). Pengaruh Iklim Sekolah dan Kreativitas Guru

dalam Mengelola Pembelajaran Ekonomi terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi FPEB UPI Bandung: tidak


(6)

Sumiati. (2011). Pengaruh Lingkungan Belajar Siswa terhadap Motivasi Belajar

dan Implikasinya terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Syariah di SMP Kota Tasikmalaya. Skripsi pada FPEB UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

…… (2012). Pengertian Prestasi Belajar. Tersedia di:

http://blog.tp.ac.id/pengertian-prestasi-belajar. [29 Juli 2012] Data Nilai UAS dari sekolah yang bersangkutan


Dokumen yang terkait

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONG T.P 2012/2013.

0 2 25

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 14 BANDUNG.

0 3 58

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI: survey pada siswa kelas xi ips sma negeri se-kota cimahi.

0 0 43

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung.

0 0 40

PENGARUH KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI.

1 2 45

PENGARUH KOMPETENSI GURU, IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 1 45

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA STUDI: PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA PASUNDAN SE-KOTA BANDUNG.

4 18 58

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Survey Pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Pasundan se-Kota Bandung.

0 0 43

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Swasta Kota Bandung.

0 2 44