ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA

(1)

commit to user

i

ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

Riska Hapsari Satyaningtyas NIM F3507103

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN INDUSTRI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

Dan katakanlah ”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Q.S. Thaahaa:114)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan,kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

urusan yang lain” (QS. Alam Nasyrah: 6-7)

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar” ( Khalifah ‘Umar )

“Takut akan kegagalan seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak mencoba sesuatu”


(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku yang tercinta. 2. Adik-adikku yang tersayang. 3. Teman-teman dan sahabatku.


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yg telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Tugas Akhir

dengan judul: “ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA

DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Ahli Madya pada program Diploma III Program Studi Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut berperan dalam penulisan Tugas Akhir ini, yaitu: 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com., Akt., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Intan Novela QA, SE., M. Si. selaku ketua Prodi DIII Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.

3. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, semoga ilmu yang didapat penulis dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk hidup dan masa depan.

4. Kepada seluruh karyawan dan staff Universitas Negeri Sebelas Maret yang turut membantu memberi informasi kepada penulis.


(7)

commit to user

vii

5. Kepada Bp.Iskak dan Ibu.Yanti selaku karyawan di PT. Primissima Yogyakarta yang turut membantu dalam penulisan tugas akhir ini. 6. Kepada Alan Madjid, Dini, Etrik dan Yulia terima kasih atas

dukungannya terhadap penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. 7. Kepada seluruh teman-teman dan sahabatku terimakasih atas

dukungan dan doa’nya selama ini.

8. Teman-temanku D3 Manajemen Industri angkatan 2007.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun turut berjasa pada penulis dalam penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan.Harapan penulis semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Februari 2011


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI .

HALAMAN JUDUL ………. i

ABSTRAK ……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iv

MOTTO ………. v

PERSEMBAHAN ………. vi

KATA PENGANTAR ………... vii

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ……… 1

B. RUMUSAN MASALAH ……… 5

C. TUJUAN PENELITIAN ……… 5

D. MANFAAT PENELITIAN ……… 6

E. METODE PENELITIAN ……….. 6

F. KERANGKA PEMIKIRAN ……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 12

A. PENGERTIAN PROSES PRODUKSI ………… 12

B. MANAJEMEN PROYEK ……….. 13

C. PERENCANAAN, PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN PROYEK ……… 14


(9)

commit to user

ix

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………….. 23

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………... 23

B. LAPORAN MAGANG KERJA ……… 58

C. PEMBAHASAN MASALAH ……… 60

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……… 78

A. KESIMPULAN ……….. 78

B. SARAN ……….. 79 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

III.1 Data Tenaga Kerja dan Golongannya ………... 33 III.2 Data Jumlah Tenaga Kerja …... 33 III.3 Urutan Pekerjaan Proses Produksi Kain Grey ... 65 III.4 Waktu Penyelesaian Pekerjaan Proses Produksi

Kain Grey ... 66 III.5 Urutan Pekerjaan Proses Produksi Kain Grey ... 67 III.6 Waktu Penyelesaian Masing-Masing Pekerjaan

Proses Produksi Kain Grey ... 69 III.7 Waktu Penyelesaian Proses Produksi Kain Grey yang

Diharapkan ... 72 III.8 Identifikasi Aktifitas Kritis/Bukan Kritis ... 76


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

I.1 Kerangka Pemikiran ..………... 10

III.1 Struktur Organisasi PT.Primissima ………... 30

III.2 Skema Proses Produksi Departemen Spinning ………... 43

III.3 Skema Proses Produksi Departemen Weaving………... 50

III.4 Diagram Jaringan Kerja Proses Produksi Kain Grey ... 66

III.5 Diagram Network Proses Produksi Kain Grey ... 73

III.6 Diagram Network Jalur Kritis Proses Produksi Kain Grey PT.Primissima ... 77


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan

Lampiran 2. Surat Penerimaan Magang Kerja Lampiran 3. Nilai Magang Kerja

Lampiran 4. POM for Windows Lampiran 5. Gambar PT. Primissima


(13)

commit to user

ABSTRAKSI

ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA

Riska Hapsari Satyaningtyas F3507103

Dalam pelaksanaan sebuah proses produksi diperlukan perencanaan dan pengendalian yang baik agar setiap kegiatan dalam proses produksi tersebut dapat diselesaikan tepat waktu. Tujuan perencanaan tersebut adalah untuk dapat menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan demi kelancaran proses produksi. Salah satu metode untuk mengetahui apakah sebuah proses produksi sudah efisien atau

belum adalah analisis network. Penelitian dengan metode

analisis network dilakukan di PT. Primissima Yogyakarta pada produk kain grey.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui urutan kegiatan proses produksi kain grey di PT. Primissima Yogyakarta, sekaligus mengetahui waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dan mengetahui jaringan kerja pada PT. Primissima Yogyakarta.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

analisis network dengan metode PERT (Progra m Evaluation

Review Technic) dan CPM (Critical Path Method). Dari analisis data diperoleh bahwa proses produksi kain grey yaitu meliputi : persiapan benang (A), penghanian (B), pengkanjian (C), pencucukan (D), palet (E), tenun (F), inspecting (G), foding (H) dengan waktu yang dijadwalkan perusahaan selama 14.430 menit dari proses produksi kain grey yaitu : A - B - C - D – E- F - G – H dan dengan jalur kritis dari proses produksi kain grey yaitu A – B – C – D – F – G – H dengan waktu 14317.49 menit.

Dari hasil analisis network tersebut, maka dapat

diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam

menyelesaikan produksi kain grey sesuai waktu yang

dijadwalkan sudah baik, tetapi agar efisiensi waktu proses produksi dapat tercapai maka sebaiknya perusahaan menggunakan analisis network.

Kata Kunci : Analisis Network, Metode PERT, Metode CPM, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Jalur Kritis


(14)

commit to user

ABSTRACT

NETWORK ANALYSIS IN GREY FABRIC WEAVING DEPARTMENT AT PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA

Riska Hapsari Satyaningtyas F3507103

The implementation of a production process required good planning and control for each activity in the production process to be can be completed on time. The purpose of planning is to be able to determine the actions to be undertaken for smooth production process. One method to determine if a production process is efficient or not is a network analysis. Research with network analysis methods conducted at PT. Primissima Yogyakarta on grey cloth products.

The purpose of this study was to determine the sequence of grey fabric production process in PT. Primissima Yogyakarta, as well as knowing the time required for each activity and find networks of PT. Primissima Yogyakarta.

In this research, writer use method of network analysis with the method of PERT (Program Evaluation Review Technic) and CPM (Critical Path Method). Based on data analysis that gray fabric production process wich includes : preparation of yarn (A), warping (B), sizing (C), reaching (D), palette (E), weaving (F), inspecting (G), folding (H) with a scheduled time by company’s is 14,430 minutes of gray fabric production process, from path namely A – B – C – D – E – F – G – H and the critical path of the gray fabric production process is A – B – C – D – E – F – G – H with time 14317.49 minutes.

From the results of network analysis, it can be seen that the ability of the company in completing production of gray cloth according to the scheduled time has been good, but for the time efficiency of the production process can be achieved then the company should use network analysis.

Keywords : Network Analysis Method, PERT, CPM, Production Planning and Control, The Critical Path


(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini pertumbuhan industri berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri yang berkembang baik yang berskala besar maupun kecil di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga terjadi persaingan di antara perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini menuntut para pengusaha agar lebih tanggap dan cepat dalam menanggapi setiap kesempatan ataupun peluang bisnis di pasar agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Sehingga diperlukan strategi atau metode yang tepat untuk mengembangkan usahanya dan tetap dapat bersaing dengan pesaingnya di dunia bisnis.

Kemampuan seorang manajer untuk memimpin perusahaan, membaca peluang dan kemudian memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik mungkin sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu perusahaan dengan cara mengkombinasikan semua faktor produksi secara efektif dan efisien maka akan didapatkan hasil yang baik. Namun pemanfaatan segala sumber daya yang ada tidaklah mudah, dibutuhkan ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola semua faktor yang ada agar hasil yang didapat maksimal. Karena dalam setiap kegiatannya pasti akan muncul kendala baik secara internal maupun eksternal.


(16)

commit to user

2 Setiap perusahaan akan selalu melakukan langkah-langkah yang baru untuk berinovasi dalam setiap produk yang dihasilkan. Terlebih lagi bagi perusahaan manufaktur yang kegiatan produksinya adalah memproses bahan baku menjadi barang jadi yang siap dipasarkan kepada konsumennya.

Proses produksi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran (Subagyo, 2000: 8). Proses produksi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan aliran proses mengubah input menjadi output perusahaan, sehingga perlu adanya perencanaan, pengkoordinasian serta pengawasan secara terus menerus. Karena pengawasan yang bersifat sementara saja akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Proses produksi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan aliran proses mengubah input menjadi output perusahaan, sehingga perlu adanya perencanaan, pengkoordinasian, serta pengawasan yang terus-menerus. Pengawasan tidak dilakukan secara sesaat saja, karena hal ini mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Untuk dapat mengadakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan produksi dalam perusahaan tersebut dengan baik, maka sudah seharusnya perusahaan melakukan manajemen yang sebaik-baiknya dalam bidang produksi.


(17)

commit to user

3 Manajemen yang baik sangat penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan karena itu pemimpin perusahaan dituntut untuk mengambil kebijakan dan keputusan yang tepat terhadap sasaran-sasaran perusahaan agar mampu membawa keberhasilan bagi perusahaan. Di samping itu peran aktif seluruh jajaran staf dan karyawan sangat dibutuhkan untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

Salah fungsi manajemen adalah dalam produksi, dimana berperan penting dalam merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi proses produksi. Dengan demikian akan dihasilkan produk yang berkualitas dan mempunyai nilai jual tinggi. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah daya guna suatu barang atau jasa (Assauri, 2004: 67). Sedangkan proses produksi merupakan suatu cara, metode, maupun teknik pembagian kegiatan penciptaan atau penambahan faedah baru terhadap suatu barang tersebut.

Proses produksi menyangkut hal-hal yang meliputi: cara produksi, urutan produksi, mesin dan peralatan, bahan baku serta tenaga kerja yang digunakan. Dalam proses produksi perlu adanya perencanaan dan pengawasan. Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiata dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa (Handoko, 2003: 77).


(18)

commit to user

4 Ketidaktepatan dan keterlambatan dalam proses produksi akan mengakibatkan terjadinya penambahan waktu dan biaya. Salah satu metode untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan penyelesaian kegiatan proses produksi adalah dengan metode analisis network.

PT. Primissima merupakan sebuah perusahaan manufaktur

yang memproduksi kain grey yang berbahan baku kapas. Seperti

halnya perusahaan-perusahaan lain, dalam melaksanakan proses produksinya PT. Primissima memerlukan perencanaan dan pengawasan produksi. Salah satu perencanaan produksi adalah dengan menjadwal jaringan kerja agar waktu penyelesaian produksi dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Jaringan kerja dalam proses produksi di PT. Primissima sudah terjadwal dengan baik tetapi belum optimal.

Untuk mengetahui jaringan kerja yang tepat bagi perusahaan

maka perusahaan perlu menerapkan metode analisis network. Metode

analisis network dapat menggambarkan suatu urutan penyelesaian

kegiatan serta waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan maupun secara keseluruhan, sehingga dapat diketahui jaringan kerja yang optimal bagi perusahaan.


(19)

commit to user

5 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di

atas, maka penulis mengambil judul penelitian “ANALISIS NETWORK

KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA,

YOGYAKARTA”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana urutan kegiatan dalam proses pembuatan kain grey

pada departemen weaving di PT. Primissima ?

2. Bagaimana menentukan jaringan kerja (network) dalam

perencanaan proses produksi kain grey pada departemen weaving

di PT. Primissima?

3. Bagaimana menentukan jalur kritis dalam proses pembuatan kain

grey agar diketahui waktu penyelesaian produksi yang paling

efisien ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui urutan kegiatan dalam proses pembuatan kain grey di PT. Primissima, Medari Sleman.


(20)

commit to user

6

2. Untuk mengetahui jaringan kerja (network) dalam perencanaan

proses produksi kain grey pada departemen weaving di PT.

Primissima.

3. Untuk mengetahui jalur kritis dalam proses pembuatan kain grey

pada departemen weaving agar diketahui waktu penyelesaian yang

paling efisien.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan

mengenai penggunaan analisis network dalam proses produksinya

agar dapat memperkirakan waktu penyelesaian produksi secara efisien.

2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menerapkan teori-teori yang telah didapat pada kegiatan perkuliahan kedalam kenyataan kerja di perusahaan. 3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan pembanding atau referensi untuk melakukan penelitian pada bidang kajian yang sama.

E. METODE PENELITIAN

1. Obyek Penelitian

Penulis mengadakan penelitian di PT. Primissima yang berlokasi di Sleman, Yogyakarta.


(21)

commit to user

7 2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah: a. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung memberikan informasi kepada pengumpul data, misalkan melalui dokumen atau arsip.

Adapun data yang diperoleh adalah :

1) Urutan kegiatan kerja proses produksi kain grey di PT.

Primissima.

2) Waktu penyelesaian tiap aktifitas proses produksi kain grey di PT. Primissima.

3) Rincian kegiatan proses produksi kain grey di PT.

Primissima.

4) Gambaran umum tentang PT. Primissima, Yogyakarta. 5) Struktur organisasi PT.Primissima, Yogyakarta.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu :

a. Observasi

Observasi dilakukan penulis dengan melakukan pengamatan secara langsung di perusahaan.


(22)

commit to user

8 b. Wawancara ( Interview )

Wawancara merupakan komunikasi atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh pewawancara dan responden untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan pihak perusahaan guna memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk penulisan tugas akhir ini.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah

dengan menggunakan metode jaringan kerja (analisis network).

Untuk melakukan analisis dengan metode analisis network

diperlukan data-data dan informasi yang berkaitan dengan metode tersebut.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis network yaitu

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aktivitas

Aktivitas-aktivitas apa saja yang diperlukan dalam proses produksi kain grey.

b. Routing proses produksi

Semua kegiatan atau aktifitas apa saja yang harus diselesaikan sebelum suatu pekerjaan dimulai.


(23)

commit to user

9

c. Menentukan perkiraan waktu penyelesaian setiap

pekerjaan,untuk mendapatkan waktu yang diharapkan digunakan metode PERT, dengan rumus :

ET = 6

) ( 4 m b

a+ +

Dimana :

ET : waktu yang kegiatan yang diharapkan

a : waktu optimistik, waktu kegiatan bila semua kegiatan berjalan dengan baik tanpa hambatan.

m : waktu realistik, waktu kegiatan apabila dilaksanakan

dalam kondisi normal.

b : waktu pesimistik, waktu kegiatan bila terjadi hambatan atau penundaan dalam proses produksi

5. Menyusun Diagram Network

a. Setiap kegiatan untuk menyelesaikan suatu proses produksi secara keseluruhan yang ditulis dalam bentuk simbol.

b. Menggambarkan diagram Network

c. Menentukan jalur penyelesaian pekerjaan pada diagram Network. Kemudian jumlah waktu yang digunakan dalam setiap jalur dihitung. Dengan langkah tersebut akan ditemukan jalur yang paling lama yang disebut sebagai jalur kritis (critical path).


(24)

commit to user

10 6. Mengidentifikasi jalur kritis penyelesaian pekerjaan.

Dengan diagram Network jalur kritis dari suatu penyelesaian pekerjaan akan dapat diidentifikasi,begitu juga dengan ES, LS, EF, LF, dan slack dari suatu kegiatan.

a. ES : Earliest Start, waktu mulai aktivitas paling awal. b. LS : Latest Start, waktu mulai aktivitas paling akhir.

c. EF : Earliest Finish, waktu penyelesaian aktivitas paling awal. d. LF : Latest Finish, waktu penyelesaian aktivitas paling akhir. e. S : Slack, waktu mundur suatu aktivitas.

Untuk menghitung ES, LS dan S digunakan rumus sebagai berikut: EF = ES + t

LF = LS + t

S = LS – ES atau S = LF – EF

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk mempermudah dalam memahami permasalahan yang akan dibahas, maka disusunlah kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar I.1 Kerangka Pemikiran

Rescheduling Scheduling

Rencana Produksi

Network PERT


(25)

commit to user

11 Pada skema di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum perusahaan membuat atau menetapkan penjadwalan, perusahaan tersebut harus menetapkan suatu rencana produksi terlebih dahulu. Rencana produksi merupakan rencana dalam organisasi mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa pada suatu periode tertentu di masa depan yang diperkirakan atau diramalkan. Dalam melaksanakan rencana produksi, terlebih dahulu

dilakukan scheduling . Scheduling adalah pembuatan jadwal untuk

melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan untuk membantu kegiatan scheduling maka digunakan metode analisis network, CPM dan PERT

sebagai alat analisisnya. Dari analisis network ini akan diperoleh

scheduling baru yang berorientasi pada tercapainya efisiensi waktu penyelesaian pekerjaan.


(26)

commit to user

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PROSES PRODUKSI

Proses produksi merupakan cara,metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan bahan baku,dana yang ada (Nasution, 2003: 3).

Menurut Subagyo (2008: 8-9), proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan masukan menjadi keluaran. Pada umumnya, proses produksi dibagi menjadi dua macam yang sifatnya ekstrim, yaitu:

1. Proses Produksi Terus-Menerus

Yang dimaksud proses produksi terus-menerus atau continous adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Proses produksi continous biasanya juga disebut sebagai proses produksi yang berfokuskan pada product focus. Proses produksi yang termasuk product focus biasanya digunakan untuk membuat barang yang jumlahnya relatif sama dan jumlah yang dihasilkan banyak.

Hasil produksi dapat distandarisasikan dan dalam jangka panjang tidak pernah berubah macamnya. Arus barang dalam proses produksi menyerupai garis sehingga sering dikatakan sebagai line flow.


(27)

commit to user

13 2. Proses Produksi Terputus-Putus

Proses produksi terputus-putus atau intermitted digunakan

untuk pabrik yang mengerjakan barang bermacam-macam. Macam barang selalu berganti-ganti sehingga selalu dilakukan persiapan produksi dan penyetelan mesin kembali setiap macam barang yang dibuat berganti. Proses produksi terputus-putus biasanya juga disebut sebagai proses atau process focus.

Dalam process focus perhatian banyak dicurahkan pada

proses pembuatan barang yang bermacam-macam karena macam produksinya berganti-ganti. Arus barang pada proses ini bersifat

beraneka ragam atau jumbled flow karena setiap macam barang

memiliki urutan proses produksi yang berbeda-beda.

B. MANAJEMEN PROYEK

Menurut Santosa (2003: 3) yang dimaksudkan manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.

Proyek merupakan proses penciptaan suatu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan keutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaian (Nasution, 2003: 11). Dengan demikian suatu proyek dapat diartikan sebagai kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu


(28)

commit to user

14 terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu sebagai masukan untuk melaksanakan tugas dan sasarannya yang telah digariskan dengan jelas.

Menurut Heizer & Render (2005: 75) manajemen proyek meliputi tiga fase, yaitu:

1. Perencanaan, fase ini mencakup penetapan sasaran,mendifinisikan proyek dan organisasi timnya.

2. Penjadwalan, fase ini menghubungkan orang,uang dan bahan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan lainnya.

3. Pengendalian, disini perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan dan biaya.

C. PERENCANAAN, PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

1. Perencanaan Proyek

Proyek biasanya di definisikan sebagai ringkasan tugas-tugas yang berkaitan yang diarahkan menuju output yang besar. Suatu bentuk organisasi yang baru dibuat untuk meyakinkan program yang telah ada terus berjalan mulus atau lancar atas dasar hari ke hari sementara proyek yang baru diselesaikan secara lengkap. Menurut Heizer & Render (2001: 505) ini disebut dengan organisasi proyek.


(29)

commit to user

15 Organisasi proyek adalah cara yang efektif untuk mengumpulkan orang dan sumber daya fisik yang diperlukan untuk waktu yang terbatas untuk menyelesaikan proyek tertentu atau tujuan. Biasanya adalah struktur organisasi temporer yang dirancang untuk mencapai hasil dengan menggunakan ahli dari luar perusahaan.

Organisasi proyek berfungsi dengan baik pada saat:

a. Pekerjaan bisa didefinisikan dengan tujuan tertentu dan tanggal batas waktunya.

b. Pekerjaan yang unik,atau sesuatu yang tidak lazim atas organisasi yang sudah ada.

c. Pekerjaan itu memuat tugas saling berkaitan yang kompleks yang membutuhkan keahlian tertentu.

d. Proyek bersifat temporer tapi sangat penting atau kritis terhadap perusahaan.

2. Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan. Bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan dalam setiap tahapan produksi dihitung dalam fase ini. Juga ditentukan waktu yang diperlukan oleh setiap aktifitas.

Penjadwalan yang terpisah untuk kebutuhan personalia berdasarkan jenis kemampuannya (manajemen, teknik atau pengaliran yang tepat, misalnya dibuat dalam diagram). Diagram juga dapat dikembangkan untuk menjadwalkan bahan baku.


(30)

commit to user

16 Menurut Heizer & Render (2001: 506), beberapa kegunaan penjadwalan dan pendekatan yang dipergunakan dalam manajemen proyek:

a. Menunjukkan hubungan tiap aktifitas kepada yang lainnya dan kepada seluruh proyek.

b. Menunjukkan hubungan utama diantara kegiatan kegiatan. c. Mendorong penentuan waktu yang diperlukan dan perkiraan

biaya untuk setiap kegiatan.

d. Membantu meningkatkan kegunaan sumber daya manusia, uang dan material dengan identifikasi kritis dalam proyek.

3. Pengendalian proyek

Pengendalian terhadap proyek besar, seperti pengendalian segala jenis sistem manajemen, melibatkan pengawasan seksama terhadap sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran.

Pengendalian terdiri dari prosedur-prosedur untuk menentukan penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan atau tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan apabila ada penyimpangan dalam proses-produksi.

Laporan dan diagram PERT atau CPM sekarang ini banyak

tersedia untuk komputer Harvard, primavera, proyek, macproject,

pertmaster, visischedule dan time line.

Menurut Heizer & Render (2001: 507), program ini menghasilkan variasi laporan yang luas termasuk:


(31)

commit to user

17 d. Perincian biaya secara detail untuk masing masing pekerjaan. e. Kurva karyawan pekerjaan total.

f. Tabel distribusi biaya dan fungsional dan ringkasan jam kerja. g. Bahan baku dan peramalan biaya.

h. Laporan selisih.

i. Laporan analisis waktu dan laporan status pekerjaan.

D. ANALISIS NETWORK

1. Pengertian analisis network

Analisis network merupakan suatu metode analisis yang

mampu memberikan informasi pada perusahaan dapat melakukan perencanaan dan pengendalian suatu kegiatan produksi atau proyek yang dilaksanakan. Metode ini digunakan untuk mengendalikan kegiatan kegiatan yang tidak bersifat rutin atau terutama pada tiap proses produksi yang intermitted atau produksi pesanan (Gitosudarmo, 2002: 297).

Pada prinsipnya analisis network digunakan untuk

merencanakan penyelesaian berbagai macam pekerjaan atau proyek terutama pekerjaan atau proyek yang terdiri atas berbagai

macam pekerjaan. Dengan menggunakan analisis network sebagai

alat perencanaan, maka dapat disusun perencanaan dengan baik serta dapat dilakukan relokasi tenaga kerja atau karyawan.


(32)

commit to user

18

Menurut Gitosudarmo (2002: 301-302) diagaram network

merupakan sebuah bagan yang sistematis dari kegiatan kegiatan serta kejadian kejadian di dalam melaksanakan proses produksi dan dalam penggambarannya menggunakan simbol-simbol. Dalam hal ini terdapat beberapa simbol yang diperlukan yaitu:

a. Simbol anak panah ( ) Menunjukkan kegiatan atau aktivitas.

Yang dimaksud kegiatan di sini adalah segala tindakan yang memakan waktu dalam pemakaian atau penggunaan sejumlah materia, tenaga kerja serta peralatan.

b. Simbol lingkaran ( )

Suatu kejadian (event), baik kejadian atas berakhir atau selesainya kejadian suatu kegiatan tertentu atau kejadian dimulainya kejadian yang lain. Jadi dalam hal ini berarti bahwa satu simbol lingkaran itu sekaligus menunjukan dua buah kejadian.

c. Simbol anak panah putus-putus ( )

Melambangkan kegiatan semu (dummy). Dalam diagram

network, kegiatan semu boleh ada dan boleh tidak. Kegiatan semu dimunculkan untuk menghindari diantara dua peristiwa terdapat lebih dari suatu kegiatan.


(33)

commit to user

19 Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan analisis network menurut Heizer & Render (2004: 79) yaitu:

1. Mengorganisir dan memberikan informasi secara sistematik. 2. Penentuan urutan atau prioritas pekerjaan.

3. Dapat menentukan pekerjaan-pekerjaan yang dapat ditunda tanpa menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek secara keseluruhan sehingga dari pekerjaan tersebut dapat dihemat tenaga, waktu dan biaya.

4. Dapat segera menentukan pekerjaan-pekerjaan mana yang harus di sub kontrakkan agar penyelesaian proyek secara keseluruhan dapat sesuai dengan permintaan konsumen.

2. Metode Analisis Network

Ada dua metode analisis network yang paling terkenal dan digunakan dalam penjadwalan dan pengawasan, yaitu :

a. PERT (Program Evaluation and Review Technique)

PERT merupakan suatu metode analitik yang dirancang untuk membantu dalam schedulling dan pengawasan yang kompleks, yang memerlukan kegiatan tertentu itu mungkin tergantung pada kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan kegiatan itu mungkin tergantung pada kegiatan-kegiatan lain.


(34)

commit to user

20 PERT menggunakan tiga estimasi waktu yaitu waktu optimistik, waktu realistik, dan waktu pesimistik untuk

mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected

time) dengan rumus: Et = α + 4(m) + b

6 Keterangan :

Et = waktu kegiatan yang diharapkan

a = waktu optimistik, waktu kegiatan bila semuanya berjalan baik tanpa ada hambatan-hambatan atau penundaan-penundaan.

m = waktu realistik, waktu kegiatan yang akan terjadi bila suatu kegiatan dilaksanakan dalam kondisi normal dengan penundaan-penundaan tertentu yang dapat diterima.

b = waktu pesimistik, waktu kegiatan bila terjadi hambatan atau penundaan lebih dari semestinya.

b. Analisis CPM (Critical Path Method)

Jalur kritis merupakan jalur-jalur didalam diagram network itu, dimana jalur tersebut memiliki waktu penyelesaian pada jalur-jalur yang lain.

Jumlah waktu penyelesaian yang terbesar itu berarti merupakan minimum waktu yang dibutuhkan oleh keseluruhan proses produksi itu (Gitosudarmo 2002: 298).


(35)

commit to user

21 Adapun sifat-sifat jalur kritis:

1) Jalur kritis merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam proses produksi itu.

2) Jalur kritis adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu selesainya suatu tahap kegiatan yang lain dalam proses produksi itu.

Menurut Heizer & Render (2001: 513), sasaran analisis jalur kritis adalah untuk menentukan kuantitas masing-masing aktivitas berikut ini:

1) ES = Earliest Start

Waktu mulai aktivitas paling awal. Semua aktivitas yang mendahuluinya harus diselesaikan sebelum suatu aktivitas bisa dimulai.

2) LS = Latest Start

Waktu mulai aktivitas paling akhir. Semua aktivitas berikut harus diselesaikan tanpa menunda keseluruhan proyek. 3) EF = Earliest Finish

Waktu penyelesaian aktivitas paling awal. 4) LF = Latest Finish

Waktu penyelesaian aktivitas paling akhir. 5) S = Slack

Waktu mundur aktivitas yang sama dengan (LS-ES) dan (LF-EF)


(36)

commit to user

22 Jadi, analisis PERT dan CPM sangat penting bagi suatu proyek yang digunakan untuk menentukan aktivitas yang akan diselesaikan tepat waktu sehingga akan menjamin penyelesaian keseluruhan proyek sesuai jadwal.


(37)

commit to user

23

BAB III

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Berdirinya PT. Primissima

PT. Pabrik Cambrics Primissima (disingkat PT. Primssima) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil,

yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara

pengusaha swasta nasional yang tergabung dalam GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dengan pemerintah Indonesia PT. Primissima didirikan tanggal 22 Juni 1971 dengan tujuan semula untuk memenuhi kebutuhan bahan baku batik halus berupa kain mori yang sebelumnya diimpor dari RRC, India dan Jepang.

Modal PT. Primissima terdiri atas bantuan kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk mesin, yang nilai mesin tersebut merupakan saham Pemerintah Indonesia (Departemen Keuangan RI), sedangkan harga tanah dan bangunan merupakan saham GKBI. Pembangunannya berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 54/1970 ditetapkan bahwa modal dasar sebesar Rp 1.230.000.000,00 yang terdiri atas nama saham negara Republik Indonesia dari GKBI sebesar Rp. 500.000.000,00 sehingga perbandingan saham saat didirikan sebagai berikut:


(38)

commit to user

24

• Pemerintah Republik Indonesia : 59,35 %

• Gabungan Koperasi Batik Indonesi : 40,65 %

Komposisi saham Pemerintah Republik Indonesia dan Gabungan Koperasi Batik Indonesia pada awal tahun 1990 adalah: • Pemerintah RI : 52,79 %

• GKBI : 47,21 %

Karena saham Pemerintah Republik Indonesia lebih dari 50% maka PT. Primissima berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

PT. Primissima memiliki tiga pabrik produksi. Pabrik I, mulai berjalan dan diresmikan pada 2 Februari 1972 oleh Menko Ekuin Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sampai saat ini Primissima sudah dua kali melakukan perluasan pabrik dan satu kali renovasi pabrik, yaitu perluasan pertama (pabrik II) pada awal Maret 1974 dan selesai tanggal 7 Agustus 1976. Kemudian perluasan kedua pabrik (pabrik III) dibangun pada bulan Juni 1981 dan selesai pada 29 Maret 1984. Renovasi pabrik I dimulai April 1994 yaitu penggantian 180 mesin Loom dengan 60 mesin jet 100 m (AJL) dan memulai berproduksi pada bulan Oktober 1994.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sekumpulan entitas (mesin, orang) yang bekerjasama dalam suatu acara yang terstruktur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bagi perusahaan sendiri struktur organisasi


(39)

commit to user

25 mempunyai peranan penting untuk memudahkan pembagian wewenang serta tanggung jawab dan tugas setiap anggota organisasi guna mencapai tujuan bersama tersebut. Setiap perusahaan mempunyai bentuk dan modal struktur organisasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Struktur organisasi tersebut tersusun atas departemen memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan antara departemen tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan departemen yang lainnya. Organisasi PT. Primissima oleh Dewan Direksi. Dewan Direksi dipimpin oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dikukuhkan melalui surat keterangan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Dewan Direksi PT. Primissima terdiri atas:

a. Direktur Utama b. Direktur Produksi

c. Direktur Administrasi dan Keuangan d. Direktur komersial

Unit-unit yang ada didalam organisasi menjalankan tugas dan wewenang yang telah telah ditetapkan dalam garis besar fungsional. Adanya struktur organisasi yang jelas, satuan-satuan organisasi lebih terkoordinasi dan terjalin kerja sama yang bertanggung jawab, sehingga kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi berjalan dengan baik.


(40)

commit to user

26 Struktur organisasi PT. Primissima berdasar pada struktur organisasi garis bercabang. Tanggung jawab, wewenang dan perintah dilakukan pimpinan perusahaan paling atas turun menurun sampai bagian paling bawah. Tiap bagian wajib mempertanggung-jawabkan pekerjaan pada atasan yang memberi perintah.

Direktur utama merupakan pimpinan tertinggi di PT. Primissima. Direktur utama menetapkan kebijakan umum perusahaan, mengatur dan mengarahkan kegiatan direktorat serta mengendalikan semua kegiatan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Direktur Utama meliputi:

a. Menetapkan kebijakan umum perusahaan dalam menyusun dan melaksanakan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan yang disahkan oleh RUPS. Mengatur dan mengarahkan kegiatan direktorat dalam melaksanakan tugas dan wewenang pokoknya masing-masing dalam pencapaian tujuan produktif.

b. Bersama-sama dengan anggota Direksi lainnya mengendalikan kegiatan perusahaan.

c. Menetapkan kebijakan umum dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pemerintah di bidang tekstil.

d. Bertindak sebagai penanggung jawab utama untuk mencapai tujuan perusahaan.


(41)

commit to user

27 Untuk membantu tugas Direktur Utama telah disusun pengelompokan tugas setiap bidang kerja organisasi sebagai berikut:

a. Direksi Produksi

1) Memimpin dan mengawasi bidang produksi dengan segala sangkut pautnya.

2) Melaksanakan pembelian bahan baku kapas.

3) Mengawasi teknik riset pasar dan penjualan hasil produksi. b. Direktur Komersial

1) Mengawasi atau memimpin bidang logistik, pemasaran atau penyimpanan.

2) Membantu tugas direktur utama di bidang pemasaran.

3) Meneliti/mengawasi seluruh biaya dengan berpegang teguh pada anggaran perusahaan.

c. Direktur Administrasi dan Keuangan 1) Membantu tugas Direktur Komersial.

2) Melakukan pengawasan di segala bidang khususnya di bidang akuntansi dan keuangan serta tata tertib akuntansinya.

3) Memimpin bidang kepegawaian dan bidang umum lainnya. d. Departeman Personalia


(42)

commit to user

28 2) Menjalankan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh

direksi.

3) Membantu direksi dalam menyusun dan melaksanakan Anggaran Tenaga Kerja Perusahaan.

4) Mengawasi penyelenggaraan administrasi, prosentase

penerimaan pegawai, pemberhentian, peraturan personalia, pembinaan personalia.

e. Departemen Keuangan

1) Mengkoordinir pelaksanaan tugas di departemen keuangan sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh direksi. 2) Membantu Direksi dalam menyusun Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Perusahaan, sehingga diperoleh bahan-bahan untuk menyusun kebijaksanaan guna mencapai tujuan perusahaan.

f. Departemen Komersial

1) Mengkoordinir pelaksanaan tugas di departemen komersial sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh Direksi. 2) Bertanggung jawab terhadap Direktur Komersial.

3) Menjalankan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi.

g. Departemen Spinning (Pemintalan)

1) Melaksanakan dan mengamankan kebijaksanaan umum perusahaan dalam memproduksi secara efektif dan efisien.


(43)

commit to user

29 2) Mengusahakan untuk memajukan produksi khususnya

dibagian pemintalan.

3) Mengawasi perawatan peralatan.

4) Mengadakan hubungan dengan kepala departeman lainnya dalam lingkungan perusahaan.

h. Departemen Weaving (Pertenunan)

1) Menyelenggarakan pengawasan terhadap perawatan dan pemakaian bahan baku.

2) Membantu pengadaan kebutuhan bahan baku, mesin-mesin dan alat produksi.

3) Mengadakan hubungan dengan kepala departemen lainnya dalam lingkungan perusahaan.

i. Departemen Teknik Umum

1) Mengawasi kegiatan mesin-mesin dan listrik untuk mencapai hasil semaksimal mungkin.

2) Mengadakan hubungan dengan kepala departemen lainnya dalam lingkungan perusahaan.


(44)

commit to user

30

STRUKTUR ORGANISASI PT. PRIMISSIMA

Sumber Data : PT. Primissima

Gambar III.1

Struktur Organisasi PT. Primissima

3. Aspek Sumber Daya Manusia

a. Jumlah karyawan

Dalam perekrutan tenaga kerja, PT. Primissima merekrut karyawan dengan pendidikan minimal D3 untuk staf kantor, minimal SMK untuk bagian mesin, dan minimal SMA untuk bagian selain yang di atas. Saat ini PT. Primissima mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 1.236 orang karyawan. Berikut ini adalah rincian karyawan menurut bagian masing-masing:

1) Bagian Spinning = 416 orang


(45)

commit to user

31

3) Bagian Teknik Umum = 86 orang

4) Bagian PPK = 16 orang

5) Bagian Personalia = 37 orang

6) Bagian Sekretariat = 54 orang

7) Bagian Keuangan = 11 orang

8) Bagian Komersial = 42 orang

9) Bagian SPI = 8 orang

Sumber : Departemen HRD PT. Primissima

Ditambah dengan direksi yang berjumlah 4 orang dan komisaris berjumlah 5 orang sehingga seluruhnya ada 1.247 orang.

b. Hari dan Jam Kerja

Perusahaan membagi waktu kerja dalam kegiatan proses produksinya menjadi:

1) Karyawan kantor/staff

Masuk kerja seperti biasa yaitu hari biasa (senin-jumat) jam 07.30-15.30 WIB, istirahat dari jam 11.00-13.00 WIB. Dimana karyawan meliputi :

a) Kepala Departemen

b) Kepala Bagian Pabrik I, II dan III

c) Kepala Bagian Maintenance Pabrik I, II dan III d) Kepala Bagian Grey Finishing

e) Trainer


(46)

commit to user

32 2) Karyawan bagian produksi

Kegiatan produksi dilakukan selama 24 jam setiap harinya kecuali hari Jumat 22,5 jam. Sedangkan untuk hari besar/libur tidak ada kegiatan produksi. Sistem kerja terdiri dari 3 shift dan 4 group khusus untuk dibagian produksi dan satpam. Dibagi dalam 3 kelompok jam kerja (shift) secara bergantian dalam seminggunya, yaitu:

a) Shift I : Pukul 06.00-14.00 WIB dengan waktu istirahat 60 menit.

b) Shift II :Pukul 14.00-22.00 WIB dengan waktu istirahat 30 menit.

c) Shift III:Pukul 22.00-06.00 WIB dengan waktu istirahat 60 menit.

PT. Primissima memiliki tenaga kerja sebanyak 1269 orang. Karyawan PT. Primissima dibedakan menjadi tuju golongan yaitu golongan I-VII. Penggolongan ini didasarkan pada tingkat pendidikan karyawan atau menurut ijazah. Adapun penggolongan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1:


(47)

commit to user

33

Tabel III.1

Data Tenaga Kerja Menurut Golongan, Tingkat Pendidikan serta Jabatannya

Golongan Pendidikan Keterangan

I SD Pelayan/Kebersihan

II SLTP Operator/Pembantu II

III STM Montir/Pembantu I

IV SLTA Kepala Regu/Pembantu

V Sarjana Muda Utama

VI Sarjana/SM Kepala Urusan/Pengawas

VII Ahli Biro/Vivisi

Sumber : PT. Primissima

Tabel III.2

Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Primissima dengan Klasifikasinya

Departemen Jumlah

Spinning 376

Weaving 484

Grey Finishing 89

Teknik Umum 79

PPK 24 Personalia 31 Sekretariat 46 Keuangan 12 Komersial 40 SPI 3 PUKK 2 Total 11186

Pihak perusahaan juga telah menetapkan kebijakan yang baik tentang perlu atau tidaknya pergantian tenaga kerja, hal ini dilakukan agar tercipta efisiensi tenaga kerja yang keluar dari perusahaan baik karena pensiun atau


(48)

commit to user

34 sebab-sebab yang lain. Perusahaan juga dalam melakukan penerimaan tenaga kerja yang harus dilakukan secara selektif dengan tujuan tenaga yang masuk ke perusahaan adalah yang berkualitas sehingga dapat mengganti tenaga-tenaga yang telah keluar dan dapat memajukan perusahaan dangan meningkatkan produktifitas.

3) Sistem Pengupahan Tenaga Kerja

Sistem penggajian pada PT. Primissima berdasarkan golongan atau jabatan karyawan yang bersangkutan untuk meningkatkan kualitas kerja mereka.

Karyawan PT. Primissima dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut:

a) Karyawan bulanan tetap

Merupakan karyawan yang termasuk dalam golongan III dan IV. Pemberian gaji bersifat bulanan, jika karyawan tidak masuk kerja maka gaji akan di potong berdasarkan ketentuan:

(1) Opname : 2% dari gaji pokok

(2) Sakit : 3% dari gaji pokok

(3) Mangkir : 4% dari gaji pokok

b) Karyawan Harian Tetap

Merupakan karyawan dari golongan I dan II walaupun perhitungan gaji dilakukan secara harian namun


(49)

commit to user

35 pemberiannya dilakukan sebulan sekali. Untuk karyawan ini jika tidak masuk kerja akan dipotong gajinya dengan perhitungan hari dimana karyawan yang bersangkutan tidak masuk kerja. Pemotongan gaji juga berlaku jika karyawan terlambat atau pulang mendahului waktu sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan perusahaan.

4) Kesejahteraan Sosial Karyawan

Pihak perusahaan menyediakan fasilitas-fasilitas yang baik dalam bekerja maupun fasilitas-fasilitas yang berupa jaminan sosial kesejahteraan. Hal ini dimaksudkan agar para karyawan dapat bekerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan produktifitas.

Fasilitas berupa jaminan sosial kesejahteraan karyawan yang diberikan perusahaan dalam bentuk:

a) Fasilitas pada saat kerja 1. Pemberian pakaian kerja.

2. Disediakan sarana keselamatan kerja dan kesehatan misalnya dengan pemberian masker, kacamata, sepatu, pelindung telinga dan obat-obatan P3K, alat pemadam kebakaran.

3. Penyediaan tempat parkir karyawan. 4. Adanya tempat ibadah dan MCK.


(50)

commit to user

36 5. Koperasi karyawan.

b) Pemberian cuti

1. Adanya cuti tahunan selama 12 hari.

Cuti hamil diberikan selama 3 bulan (1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan).

2. Cuti masa menstruasi bagi karyawan wanita. c) Pemberian tunjangan

1. Tunjangan Hari Raya sebesar 1 bulan gaji ditambah dengan kebijakan perusuhan.

2. Tunjangan beras.

3. Tunjangan kematian bagi keluarga karyawan

(keluarga garis vertikal).

4. Tunjangan prestasi kerja, bonus produksi. 5. Tunjangan kelahiran anak (3 anak)

d) Pemberian pesangon

1. PHK tanpa kesalahan = 2 kali masa kerja + 1 kali jasa + 15% (masa kerja + jasa).

2. Dikeluarkan karena melanggar peringatan sampai 3 kali = (1 kali masa kerja + 1 kali ketentuan jasa) x 15%

3. Dikeluarkan karena kesalahan berat = 15% x masa kerja x jasa.


(51)

commit to user

37 e) Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.

1. Pemberian asuransi kesehatan untuk karyawan dan keluarganya.

2. Penanggungan biaya rumah sakit akibat kecelakaan kerja.

3. Adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk karyawan.

4. Aspek Produk

a. Jenis Produk

Produksi PT. Primissima dapat dikelompokan menjadi lima produk utama, yaitu:

1) Gamelan Serimpi 2) Kereta Kencana 3) Violissima 4) Adiprima 5) Berkolissima

Konstruksi masing-masing jenis produk berbeda tergantung kebutuhan pasar. Hasil produksi yang di ekspor kebanyakan berupa grey dengan kode PS 115, PS 214, PS 217, PS 219, dan PS 310 yang di packing berdasarkan “Eksport Standart Packing”, barang dikirim memakai container dengan kapasitas yang berbeda.


(52)

commit to user

38 b. Bahan Baku dan Bahan Pembantu

1) Bahan baku

Bahan baku utamanya adalah berupa kapas yang di

gunakan oleh unit spinning (pemintalan). Kebutuhan bahan

baku kapas ± 14.000 per tahun yang sebagian besar diimpor dari Amerika dan Australia.

2) Bahan Pembantu

Dengan bahan pembantu berupa tapioca, emcee, elvanol, sunsize, digowak, fungisida dan kentek.

c. Mesin-mesin Produksi

1) Departemen Unit Pemintalan (Spinning).

a) Mesin Bale Opener

Fungsinya untuk membuka dan membersihkan kapas pada tingkat pertama terhadap kotoran dan debu. Disini kotoran yang besar akan jatuh dan yang halus akan terhisap oleh fan. Sedangkan kotoran yang berwujud metal akan dihisap oleh magnet.

b) Mesin Waste Opener

Fungsinya sama dengan bale opener, hanya yang dimasukan ke mesin ini berupa sisa kapas yang terbuang dari mesin Carding, Drowing, dan Silver Lap yang masih dapt dipakai atau diproses lagi (panjang serat kapas masih memenuhi syarat).


(53)

commit to user

39

c) Mesin Monocylinder Cleaner

Pada mesin ini untuk kedua kalinya kapas mengalami pembersihan dari kotoran-kotoran yang tertinggal. Bagian utama mesin ini adalah silinder berpaku yang diputar oleh motor.

d) Mesin Automixer

Mesin ini mencampur kapas agar kualitasnya benang dapat lebih merata. Kapas dari Monocylinder dihisap oleh fan, kemudian masuk ke mesin ini.

e) Mesin ERM Cleaner

Berfungsi membersihkan kotoran dan memisahkan sebelum diproses dimesin carding. Kapas dikirim dengan jalan penghisapan.

f) Mesin Flock Feeder

Mesin ini adalah bagian terakhir dari proses blowing membersihkan kapas dengan silinder yang berpaku. g) Mesin Carding

Adalah mesin pengurai kapas, fungsinya antara lain: 1. Membersihkan kapas yang terakhir dam memisahkan

serat-serat pendek

2. Mengurai bekas kapas kedalam bentuk individu kepada bentuk-bentuk jaringan serat-serat panjang


(54)

commit to user

40

3. Distribusi serat-serat menjadi sumbu panjang

(Draftable Silver)

h) Mesin Pre Drawing

Adalah mesin untuk mensejajarkan dan meratakan dengan tarikan-tarikan rol.

i) Mesin Sliver Lap

Berfungsi membuat lap atau jajaran sliver untuk

memberikan umpan pada mesin comber.

j) Mesin Ribbon Lap

Hasil dari sliver dirangkap agar kualitas bahan baku

pemintalan benang lebih merata

k) Mesin Comber

Berfungsi menyisir dan memisahkan serat yang panjang dan pendek, juga berfungsi menghilangkan kotoran. Di sini dikeluarkan serat-serat kapas yang pensek dan tidak terpakai.

l) Mesin Kelos (Cone Winder)

Berfungsi menggulung benang dari beberapa bobbin

(gulungan benang dari ring spinning) menjadi sebuah

kelos yang panjangnya 106.000 yard dengan berat netto 1 kg.

m) Mesin Doubling (Fadis)


(55)

commit to user

41

n) Mesin pembakar dan pengintiran (Volkmann)

Berfungsi untuk membakar bulu benang dan pengintiran benang.

2) Departemen Pertenunan (Weaving)

a) Mesin Prin Winder (palet)

Berfungsi mengubah benang kelos menjadi benang yang disebut benang palet, sebuah gulungan benang kelos menjadi 70 buah gulungan palet.

b) Mesin Warper (Hani)

Berfungsi untuk mengubah benang kelos menjadi benang lusi yang digulung dalam sebuah boom.

c) Mesin Sizing (Kanji)

Benang perlu kanji untuk menambah kekuatan, tahan gesekan sewaktu ditenun dan bulu-bulu pada benang tidak mudah keluar. Disini dilakukan perangkapan beberapa boom menjadi sebuah boom yang sekaligus dikanji (menjadi boom kanji).

d) Mesin Reaching (Cucuk)

Berfungsi memasukkan benang lusi kedalam yang disebut dropper gun dan sisir.


(56)

commit to user

42 e) Mesin Cukur (Shearing)

Berfungsi mencukur bulu-bulu pada grey dan menghasilkan grey agar mudah diadakan pemeriksaan. f) Mesin Periksa dan Lipat (Inspecting Folding)

Berfungsi untuk memeriksa grey bila ada cacat, memperbaikinya dan sekaligus melipatnya.

g) Mesin Infecting dan mesin Folding

Berfungsi memeriksa kain yang cacat seperti beang rangkap, benang tidak rata, sobek, kotor dan sebagainya. Dalam pemeriksaan perusahaan telah menetapkan

standar kelas grey yaitu berdasarkan jumlah atau point


(57)

commit to user

43 d. Proses Produksi

Sumber: PT. Primissima

Gambar III.2

Proses Produksi Departemen Spinning

KAPAS

BLOWING 

FLOCK 

SLIVER LAP

CARDING 

COMBER 

RIBON LAP 

DRAW 

DRAW 

FLYER

WINDING 

RING 

TWISTING

DOUBLING 

CARDED 


(58)

commit to user

44 1) Proses Produksi Unit Spinning (Pemintalan)

Spinning merupakan satu departemen yang

membawahi bagian persiapan (pre spinning) dan pemintalan

kapas menjadi benang cone (kelos). Sebelum dilakukan prosesan bahan baku kapas menjadi benang, kapas dari gumpalan pres antara 24 - 25 jam, agar kapas dapat mengembang dan menyesuaikan kelembaban udara di

sekitarnya, kemudian dilakukan pencampuran (mixing)

kapas.

a. Bagian persiapan (pre-spinning)

Proses ini mempersiapkan kapas untuk dipintal, bagian ini mempunyai 5 proses, yaitu:

1) Proses Blowing

Proses blowing adalah membuka gumpalan kapas

pres untuk dikembalikan ke bentuk semula, mencampur kertas, serta membersihkan kotoran-kotoran terutama dari benda-benda asing.

Pada proses ini terdapat tiga kegiatan pokok, yaitu: a) Opening : Membuka kapas yang masih

berbentuk padat agar mudah diurai. b) Mixing : Proses pencampuran berbagai jenis


(59)

commit to user

45 c) Cleaning : Membersihkan kotoran-kotoran yang

menempel pada kapas. 2) Proses carding

Proses carding adalah pemisahan dan pembersihan

serat serta membentuk serat menjadi sliver. Silver

adalah gulungan kapas yang seratnya sudah diatur

satu per satu. Proses carding merupakan bagian

penting dari proses pemintalan karena bagian ini menentukan mutu benang yang di hasilkan.

Proses:

Serat dibentuk menjadi sumbu yang panjang

kemudian digulung di dalam can (drum besar)

sampai penuh dengan ditandai lampu pada mesin menyala. Serat-serat tersebut berasal dari kapas

pada mesin ERM 2 yang termasuk ke kitcher melalui

2 rol sisir dan feed roller yang di kontrol oleh regular

flap yang mengatur pemasukan kapas ke heater.

jumlah aliran kapas dalam saluran di kontrol oleh flock meter.

3) Proses combing

Proses ini berfungsi untuk membuat kapas menjadi bentuk sliver dan membersihkan kotoran serta seleksi terhadap serat pendek.


(60)

commit to user

46 Proses:

Hasil dari mesin ribbon lap masuk ke mesin comber

disisir oleh sisir atas dan bawah yang berfungsi untuk memisahkan serat pendek dan serat panjang. Melalui contact roller dilakukan peregangan, pembukaan lap (jalur), perataan yang kemudian terjadi web (jaringan) dan masuk ke kondensor berupa sliver.

4) Proses drawing

Proses drawing digunakan untuk mensejajarkan dan

meratakan serat, karena hasil dari mesin comber

sudah tidak rata lagi. Proses ini juga berfungsi untuk menyesuaikan berat sliver persatuan panjang dengan cara penarikan untuk keperluan pada proses berikutnya.

Proses :

Sliver hasil mesin comber masuk melalui feed table

menuju drafting arrangement dam mengalami

peregangan dan keluar dalam bentuk sliver. 5) Prosesroving frame

Adalah proses pengecilan sliver hasil mesin drawing

sehingga menjadi bentuk roving, selain itu pada proses ini terjadi pemberian twist agar roving tidak mudah putus.


(61)

commit to user

47 Proses :

Sliver dari mesin drawing masuk melalui rak universal

dan masuk draft arrangement (alat peregang),

kemudian terjadi peregangan dan penambahan twist

serta keluar dalam bentuk roving gulung pada bobbin. b. Bagian pemintalan (ring spinning)

1) Ring spinning

Ring spinning adalah proses terakhir pembuatan benang yaitu benang-benang tersebut merupakan bahan-bahan yang berasal dari serat sintetis / alami yang satu sama lainnya memiliki kekuatan dan panjang dalam satuan tertentu.

Pada bagian ring spinning hanya terdapat sebuah proses pemintalan benang yaitu mengubah roving menjadi benang dengan kelipatan 33,333 kali 1 meter roving akan menjadi 33,333 meter benang.

Proses :

Roving masuk melalui drafting arrangement kemudian

di beri twisting dan menjadi benang yang akan di

gulung pada bobbin. 2) Winding

Proses winding dilakukan setelah proses mesin ring spinning dimana roving ditarik oleh rol peregang


(62)

commit to user

48 karena perbedaan kecepatan dan arah putaran yang saling tegak lurus antara front dan spindle, maka

terjadi lilitan atau twist yang dikehendaki yang

kemudian benang di gulung dalam bentuk cone

(kelos). Proses :

Benang yang berbentuk cone dilewatkan melalui

sensor di dalam alat splitzer dan di gulung dalam

bentuk cone. 3) Doubling

Proses doubling adalah menyatukan 2 helai benang single menjadi satu atau lebih.

Proses :

Dari 2 benang single (satu) dirangkap dan dijadikan satu sehingga menjadi benang yang kuat dengan diameter menjadi lebih besar karena adanya perangkapan benang single tersebut.

4) Twisting

Proses twisting adalah membakar bulu-bulu pada

benang dan melilitkan (twisting) benang satu dengan benang yang lain.


(63)

commit to user

49

Proses :

Dari benang hasil rangkapan mesin doubling

kemudian dilakukan twisting sesuai yang dilakukan.

Pembakaran bulu-bulu pada benang dilakukan melalui heating element.

Proses Pembuatan benang ini dibagi menjadi dua jalur yaitu:

a) Jalur I : kapas di campur secara otomatis oleh

mesin unfrock (mesin pencampur kapas) dan

masuk ke dalam unit bowing, secara otomatis

masuk kedalam mesin carding yaitu sebelumnya

ditampung ke dalam mesin flock feeder, dalam

mesin carding bahan baku kapas berubah menjadi

sliver.

b) Jalur II : kapas dicampur secara manual di unit blowing yang kemudian masuk secara otomatis ke

dalam mesin carding, yang sebelumnya ditampung

ke dalam mesin flock feeder, dalam mesin carding bahan baku kapas berubah menjadi sliver.


(64)

commit to user

50  

Gambar III.3

Proses Produksi Pada Departemen Weaving

2) Proses Produksi Unit Weaving (Pertenunan) a. Persiapan Benang

Persiapan benang dilakukan ada dua macam yaitu persiapan benang lusi dan benang pakan. Jenis benang yang digunakan untuk benang lusi dan benang pakan

Benang

Palet Penghanian

Penganjian

Cucuk

Packing Folding Inspecting


(65)

commit to user

51

beraneka ragam, tergantung pada jenis kain grey yang

akan dibuat dan berdasarkan pada permintaan. b. Warping atau proses penghanian

Tujuan penghanian adalah menggulung benang dari beberapa cone (kelos) ke dalam beam (balok) hani sesuai kontruksi, yang dipasang pada mesin kanji dengan bentuk gulungan sejajar.

Cara kerja:

d) Benang ditarik dari bobbin penyuap yang ditempatkan

pada creel (pengantat silver) melalui pengantar

benang yang terbuat dari porselen. Mesin ini di lengkapi dengan peralatan otomatis yang salah satunya adalah alat stop motion yang berfungsi member tanda bila ada benang putus sehingga secara otomatis mesin akan berhenti.

e) Benang berjalan melalui rol pengantar, rol pemegang

dan rol pengungkit, fungsi rol pengungkit adalah mencari ujung benang-benang yang terputus apabila

sudah tergulung pada beam hani. Benang-benang

setelah malalui bagian bawah rol penegang dan bagian atas pengungkit , dicucuk pada mesin hani, tiap lubang dicucuk satu helai, lalu benang di gulung pada beam hani, benang di data dan diberi dan diberi


(66)

commit to user

52 tanda sesuai. Pemberi tanda ini berlaku pada benang lusi maupun benang pakan . Benang dengan label tak

sesuai digunakan untuk mesin tenun jenis shuttle

loom untuk konsumsi lokal. Sedangkan benang

dengan label sesuai digunakan untuk jenis mesin Air

jet loom. Setelah di data, benang disiapkan di rak

hani sesuai standar produksi preparation I.

Setelah proses penghanian selesai, operator mengisi

kartu hani dan memberi status pada beam yang sudah

diproduksi yaitu berterima bila angka putusnya kecil dari standar, dan tak berterima bila angka putusnya besar dari standar. Setelah itu beam diparkir satu jenis satu baris untuk menghindari kesalahan pengambilan dan memudahkan stok harian. Salah satu untuk meningkatkan kualitas harian agar proses di mesin kanji

dan dimesin loom lancer adalah dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1) Setelah proses hani habis, set creel hani yang diatas dan mesin blower harus dibersihkan menggunakan kompresor.

2) Setelah benang terpasang di careel dan telah selesai

disambung dan benang ditarik kedepan, mesin blower


(67)

commit to user

53 3) Penyetelan sisir untuk benang pinggir harus

betul-betul rata, tidak boleh menumpuk untuk menjaga agar proses pengganjian tidak terjadi pinggiran kendo atau pinggiran lengket.

c. Sizing atau proses penganjian

Yang dimaksud penganjian adalah saat benang

dilewatkan pada bak larutan kanji (size box), yang di

dalamnnya terdapat rol rendam dan rol pemeras. Isi larutan kanji pada bak tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, sebab ini dada hubungannya dengan lamanya dalam larutan kanji.

Tujuan dari proses penganjian adalah meningkatkan daya tenun dari benang. Peningkatan daya tenun yang disebabkan setelah proses penganjian adalah:

f) Bulu-bulu menjadi tidur

g) Sifat licin permukaan bertambah h) Kekuatan tarik benang bertambah

i) Gaya gesek bertambah

j) Benang-benang menjadi kompak

d. Reaching atau proses pencucukan

Sebelum masuk ke mesin tenun, kain yang sudah dikanji diadakan pencucukan. Fungsi pencucukan ini adalah


(68)

commit to user

54 dimasukan ke dalam sisir. Setelah masuk ke mesin tenun,lusi yang sudah dikanji mengalami pencucukan yaitu setiap helai masuk ke dalam gun, sisir, droffer, dapat dilakukan secara elektronik maupun manual. Di PT. Primissima proses tersebut dilakukan oleh tenaga operator.

Cara kerja :

Benang beam dimasukan ke droffer, lalu di gun, terakhir kesisir / cara memasukan lusi menggunakan penjepit secara bersilang sehingga ketika ditenun membentuk anyaman yaitu antara benang pakan dan benang lusi akan saling mengait membentuk anyaman.

Pengambilan benang dari droffer melalui selector agar benang berurutan. Setelah proses pencucukan, benang siap dip roses di mesin tenun.

e. Proses pemaletan

Dalam proses ini, gulungan palet yang baik harus memiliki syarat yaitu gulungan harus penuh dan padat sehingga lapisan-lapisan benang palet tidak akan tergelincir atau lepas saat proses pertenunan dalam kecepatan tinggi, namun benang harus terurai selapis demi selapis yang sesuai dengan terpotong.


(69)

commit to user

55 Gerakan-gerakan pokok dalam pemaletan:

1. Perputaran bobbin untuk menggulung benang 2. Gerakan penyuapan benang

3. Perpindahan atau pergeseran penyuapan benang Di PT. Primissima nomor benang yang digunakan adalah

system penomoran tidak langsung (nel) dengan kode PS

Primissima.

f. Tahap penenunan

Benang lusi setelah di cucuk pada droffer, gun, dan sisir

tenun atau disambung (trying), bersama benang pakan

dianyam, yaitu benang pakan diluncurkan memakai teropong. Pada bagian ini mesin-mesin yang digunakan adalah mesin tenun dan mesin sambung.

1) Mesin tenun (loom)

Benang-benang lusi dari mesin cucuk dan benang-benang dari mesin palet akan ditenun/dianyam pada mesin jenis air jet loom. Mesin jenis ini menggunakan angin sebagai tenaga penggerak. Untuk menghemat penggunaan angin,maka perabukan mulut lusi sekecil

mungkin.mesin tenun ini menghasilkan kain grey


(70)

commit to user

56 2) Penyambungan

Fungsi mesin ini adalah untuk menyambung benang lusi yang tersisa dari proses pertenunan dengan lusi baru yang kan ditenun.

Pada mesin ini terjadi penyambungan boom benang lusi dari mesin tenun yang telah habis dengan boom lusi baru. Penyambungan ini dilakukan tiga kali dan sekali penggantian sisir, gun, dan droffer.

g. Inspecting

Proses ini merupakan proses pemeriksaan apabila ada kain cacat atau rusak. Alat-alat yang digunakan dalam inspecting meliputi gunting, sisir untuk merapatkan antara lusi dan pakan. Niper untuk mengambil kotoran yang ikut teranyam.

h. Folding

Folding merupakan langkah terakhir dalam pembuatan

kain grey, proses ini adalah pelipatan kain dengan

menggunakan mesin folding setelah melalui proses

inspecting.

5. Aspek Pemasaran

a. Strategi Pemasaran


(71)

commit to user

57

1) Meningkatkan kualitas hasil produksi khususnya untuk

pemasaran luar negeri.

2) Mengadakan pendekatkan / komunikasi yang baik dengan para pelanggan

3) Mencari pembeli baru melalui pemasaran bersama grup GKBI maupun dengan pemasaran langsung

4) Pengenalan persyaratan penjualan yang fleksibel bagi para pengusaha kecil

b. Promosi Penjualan

Sampai saat ini PT. Primissima tidak mengadakan promosi lagi, ini dikarenakan produk dari PT. Primissima sudah dikenal oleh pelanggan / konsumen tetap di dalam maupun luar negeri. c. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran dilakukan PT. Primissima terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Dalam negeri

Sampai saat ini pemasaran dalam negeri diantaranya adalah daerah yang paling besar pasokannya, yaitu Jakarta, Bandung, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Sumatra, dan Kalimantan.

2) Luar Negeri

Pada Tahun 1986 hasil PT. Primissima untuk pertama kali di ekspor ke Inggris. Sejak itu kualitas selalu ditingkatkan dan


(72)

commit to user

58

mulai awal 1987 sudah bisa memenuhi kualitas JIS (Japan

Industrial Standart) yang merupakan standart international paling ketat dibidang tekstil. Mulai saat itulah tahun 1987 sampai sekarang, pemasaran kain grey telah meluas ke Amerika, Jepang, Belanda, Denmark, Irlandia, Korea dan Jerman.

B. LAPORAN MAGANG KERJA 1. Pengertian Magang Kerja

Magang adalah kerja praktek yang dilakukan untuk membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Magang wajib dilakukan oleh Mahasiswa Diploma Tiga Jurusan Manajemen Industri semester akhir. Lamanya pelaksanaan magang minimal selama satu bulan. Magang juga membantu dalam menyelesaikan tugas akhir. Perusahaan yang menjadi tujuan magang yaitu perusahaan yang bersifat produksi. Dengan magang diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah di dapat pada perusahaan.

2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Tempat pelaksanaan magang di PT. Primissima yang beralamat di Jl. Magelang km 15, Desa Medari, Kecamatan Triharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penerimaan magang di


(73)

commit to user

59 PT. Primissima diterima oleh perusahaan pada tanggal 8 Februari - 8 Maret 2010.

Selama pelaksanaan magang aturan-aturan yang harus ditepati mahasiswa adalah:

a. Berpakaian sopan, rapi, bersepatu, memakai almamater UNS atau identitas lengkap.

b. Tidak mengganggu karyawan yang sedang bekerja.

c. Mahasiswa harus taat pada ketentuan atau peraturan PT. Primissima Yogyakarta.

3. Kegiatan Magang Kerja

Pada saat pelaksanaan magang kerja, mahasiswa diwajibkan mentaati peraturan dari perusahaan dan memakai pakaian sopan, yaitu dengan mengenakan kemeja, celana panjang, jas almameter dan sepatu. Magang kerja dimulai pada pukul 08.00-12.00 WIB.

Kegiatan magang kerja yang penulis lakukan dibimbing oleh

salah satu karyawan dari departemen weaving (pertenunan) selaku

pihak perusahaan. Adapun kegiatan yang penulis lakukan selama magang kerja adalah :


(74)

commit to user

60 a. Minggu Pertama

Kegiatan yang dilakukan diminggu ini adalah perkenalan dengan staff, karyawan dan karyawan pembimbing. Kemudian karyawan pembimbing memberikan penjelasan tentang

gambaran umum perusahaan, khususnya pada bagian weaving

(pemintalan), berbagai masalah yang berkaitan dengan magang kerja. Setelah mendapatkan penjelasan, penulis melakukan

observasi khususnya pada departemen weaving (pertenunan).

b. Minggu Kedua

Mendapatkan penjelasan mengenai peraturan-peraturan yang digunakan dalam proses produksi secara umum dan melakukan pengamatan atau observasi langsung tentang penerimaan kain grey di bagian gudang kain.

c. Minggu Ketiga

Mengamati proses produksi kain grey secara langsung dan

wawancara dengan para staff dan karyawan untuk mendapatkan penjelasan.

d. Minggu Keempat

Melakukan pengamatan terakhir dan mengambil data yang diperlukan untuk penulisan Tugas Akhir dan perpisahan serta pemberian cinderamata kepada perusahaan.


(75)

commit to user

61

4. Tujuan Pelaksanaan Magang

Membandingkan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan aplikasi di lapangan yang dilaksanakan di PT. Primissima yaitu:

a. Mahasiswa dapat melihat secara langsung aplikasi dari berbagai teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan langsung mengenai berbagai aktivitas dalam dunia kerja.

c. Setelah lulus diharapkan mahasiswa mampu mengatasi permasalahan-permasalahan di dunia kerja.

5. Keuntungan Pelaksanaan Magang

Keuntungan menempuh magang kerja dalam rangka penyelesaian studi Diploma III adalah sebagai berikut:

a. Kemudahan dalam mengidentifikasi Tugas Akhir.

b. Kemudahan dalam akses data pada instansi terkait untuk keperluan penulisan Tugas Akhir.

C. PEMBAHASAN MASALAH

Dalam proses produksi sebuah perusahaan diperlukan sebuah manajemen yang baik dimana waktu produksi yang lebih efektif berarti keuntungan lebih bagi perusahaan yang bersangkutan karena berkurangnya biaya produksi. Karena itu apabila waktu dalam


(76)

commit to user

62

memproduksi kain grey lebih sedikit maka semakin banyak kain grey

yang akan dihasilkan PT. Primissima yang itu berarti bahwa keuntungan perusahaan semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan dan pengawasan yang baik. Disini penulis melakukan analisis terhadap jaringan kerja proses produksi kain grey untuk jenis produk Gamelan Serimpi, salah satu produk kain grey yang paling sering diproduksi perusahaan dan berkualitas baik.

Analisis Network merupakan sebuah metode yang efektif dalam

mengatur penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan juga dapat

memenuhi pesanan dengan tepat waktu. Dengan adanya analisis

network maka dapat disusun sebuah perencanaan proses produksi

yang lebih baik. Perencanaan yang baik dapat membantu perusahaan

untuk mengadakan persiapan yang lebih baik dalam melakukan proses produksi sehingga waktu proses produksi menjadi optimal.

Berdasarkan rumusan masalah pada bab sebelumnya maka pembahasan masalahnya sebagai berikut :

1. Penentuan Urutan Kegiatan Proses Produksi a. Persiapan Benang

Persiapan benang dilakukan ada dua macam yaitu persiapan benang lusi dan benang pakan. Jenis benang yang digunakan untuk benang lusi dan benang pakan beraneka ragam,

tergantung pada jenis kain grey yang akan dibuat dan


(77)

commit to user

63 b. Warping atau proses penghanian

Tujuan penghanian adalah menggulung benang dari beberapa cone (kelos) ke dalam beam (balok) hani sesuai kontruksi, yang dipasang pada mesin kanji dengan bentuk gulungan sejajar. c. Sizing atau proses penganjian

Yang dimaksud penganjian adalah saat benang dilewatkan pada bak larutan kanji (size box), yang di dalamnnya terdapat rol rendam dan rol pemeras. Isi larutan kanji pada bak tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, sebab ini ada hubungannya dengan lamanya dalam larutan kanji.

d. Reaching atau proses pencucukan

Sebelum masuk ke mesin tenun, kain yang sudah dikanji diadakan pencucukan. Fungsi pencucukan ini adalah agar

benang lusi masuk ke gun dan droffer lalu dimasukan ke dalam

sisir. Setelah masuk ke mesin tenun,lusi yang sudah dikanji

mengalami pencucukan yaitu setiap helai masuk ke dalam gun,

sisir, droffer, dapat dilakukan secara elektronik maupun manual. Di PT. Primissima proses tersebut dilakukan oleh tenaga operator.

e. Proses pemaletan

Dalam proses ini, gulungan palet yang baik harus memiliki syarat yaitu gulungan harus penuh dan padat sehingga lapisan-lapisan benang palet tidak akan tergelincir atau lepas saat


(78)

commit to user

64 proses pertenunan dalam kecepatan tinggi, namun benang harus terurai selapis demi selapis yang sesuai dengan terpotong.

f. Tahap penenunan

Benang lusi setelah di cucuk pada droffer, gun, dan sisir tenun

atau disambung (trying), bersama benang pakan dianyam, yaitu

benang pakan diluncurkan memakai teropong. g. Inspecting

Proses ini merupakan proses pemeriksaan apabila ada kain

cacat atau rusak. Alat-alat yang digunakan dalam inspecting

meliputi gunting, sisir untuk merapatkan antara lusi dan pakan. Niper untuk mengambil kotoran yang ikut teranyam.

h. Folding

Folding merupakan langkah terakhir dalam pembuatan kain

grey, proses ini adalah pelipatan kain dengan menggunakan

mesin folding setelah melalui proses inspecting.

2. Penentuan Jaringan Kerja (Network) Proses Produksi a. Menentukan urutan pekerjaan

Untuk memudahkan dalam penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan diperlukan adanya diagram yang menunjukkan

urutan-urutan pekerjaan pada proses produksi kain grey untuk


(79)

commit to user

65

Tabel III.3

Urutan Pekerjaan Proses Produksi Kain Grey pada PT. Primissima, Yogyakarta

NO Aktifitas Simbol Kegiatan Kegiatan yang

Mendahului

1 Persiapan benang A -

2 Penghanian B A

3 Pengkanjian C B

4 Pencucukan D C

5 Palet E A

6 Tenun F D,E

7 Inspecting G F

8 Folding H G

Sumber: Bagian Produksi PT. Primissima, Yogyakarta

b. Menentukan waktu penyelesaian pekerjaan

Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan

keseluruhan dalam proses produksi kain grey adalah sebagai


(80)

commit to user

66

Tabel III.4

Waktu Penyelesaian Pekerjaan Proses Produksi Kain Grey pada PT. Primissima, Yogyakarta

NO Aktifitas Simbol Kegiatan Waktu (menit)

1 Persiapan benang A 480

2 Penghanian B 600

3 Pengkanjian C 570

4 Pencucukan D 680

5 Palet E 120

6 Tenun F 11700

7 Inspecting G 100

8 Folding H 180

Sumber: Bagian Produksi PT. Primissima, Yogyakarta

c. Menyusun diagram network

Adapun untuk menyusun diagram network suatu pekerjaan diperlukan data sebagai berikut :

1) Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut secara keseluruhan.

2) Taksiran waktu yang diperlukan untuk setiap pekerjaan. 3) Urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan.


(81)

commit to user

67 Berdasarkan data tersebut maka dapat disusun suatu diagram dari urutan pekerjaan untuk menyelesaikan kegiatan secara keseluruhan.

Tabel III.5

Urutan Pekerjaan Proses Produksi Kain Grey pada PT. Primissima.

NO Aktifitas Simbol

Kegiatan

Kegiatan yang Mendahului

Waktu(menit)

1 Persiapan

benang A - 480

2 Penghanian B A 600

3 Pengkanjian C B 570

4 Pencucukan D C 680

5 Palet E A 120

6 Tenun F D,E 11700

7 Inspecting G F 100

8 Folding H G 180


(82)

commit to user

68

Berdasarkan data tersebut maka dapat disusun diagram network

sebagai berikut :

(A)480 (B)600 (C) 570

(E)120 (D)680

(F)11700

(G)100

(H)180

8 7

1 2 3 4

6 5

Gambar III.4


(83)

commit to user

69 3. Penentuan Jalur Kritis Penyelesaian Pekerjaan

Berdasarkan data yang diperoleh selama melakukan observasi pada PT. Primissima peneliti akan mencoba membahas waktu standar produksi yang paling efisien dalam proses produksi. Analisis PERT menggunakan tiga estimasi waktu yaitu waktu optimis, waktu pesimis dan waktu realistis.

Adapun analisis dari hasil observasi untuk proses produksi kain grey adalah sebagai berikut.

Tabel III.6

Waktu Penyelesaian Masing-Masing Pekerjaan Proses Produksi Kain Grey pada PT. Primissima,

Yogyakarta

N

O Aktifitas

Simbol Kegiatan (Waktu optimis) a (Waktu realistis) m (Waktu pesimis) b 1 Persiapan benang

A 320 480 665

2 Penghanian B 490 600 710

3 Pengkanjian C 510 570 650

4 Pencucukan D 600 680 760

5 Palet E 90 120 150

6 Tenun F 9800 11700 13600

7 Inspecting G 75 100 125

8 Folding H 120 180 240


(1)

commit to user

75 LF = Latest Finish, merupakan waktu paling akhir untuk

menyelesaikan pekerjaan tanpa menimbulkan gangguan atau ditundanya pekerjaan lain.

a. Kegiatan A estimasi waktunya = 484.16; maka ES = 0 dan EF = 0+484.16 = 484.16

b. Kegiatan B estimasi waktunya = 600; maka ES = 484.16 dan EF = 484.16+600 =1084.16

c. Kegiatan C estimasi waktunya = 573.33; maka ES = 1084.16 dan EF = 1084.16+573.33 = 1657.49

d. Kegiatan D estimasi waktunya = 680; maka ES = 1657.49 dan EF = 1657.49+680=2337.49

e. Kegiatan E estimasi waktunya = 120; maka ES = 484.16 dan EF = 484.16+120=604.16

f. Kegiatan F estimasi waktunya = 11700; maka ES = 2337.49 dan EF = 2337.49+11700=14037.49

g. Kegiatan G estimasi waktunya = 100; maka ES = 14037.49 dan EF 14037.49 + 100=14137.49

h. Kegiatan H estimasi waktunya = 180; maka ES 14137.49 dan EF = 14137.49 + 180=14317.49

Untuk perhitungan LS dan LF dapat kita ketahui dengan menggunakan:

a. Kegiatan A estimasi waktunya = 484.16; maka LF = 484.16 dan LS = 484.16-484.16 = 0


(2)

commit to user

76 b. Kegiatan B estimasi waktunya = 600; maka LF = 1084.16 dan

LS = 1084.16-600=484.16

c. Kegiatan C estimasi waktunya = 573.33; maka LF = 1657.49 dan LS = 1657.49-573.33=1084.16

d. Kegiatan D estimasi waktunya = 680; maka LF = 2337.49 dan LS = 2337.49-680=1657.49

e. Kegiatan E estimasi waktunya = 120; maka LF = 2337.49 dan LS = 2337.49 -120=2217.49

f. Kegiatan F estimasi waktunya = 11700; maka LF = 14037.49 dan LS = 14037.49 -11700=2337.49

g. Kegiatan G estimasi waktunya = 100; maka LF = 14157.49 dan LS = 14157.49 -100=14057.49

h. Kegiatan H estimasi waktunya = 180; maka LF 14317.49 dan LS = 14317.49 -180=14137.49

Tabel III.8

Identifikasi Aktivitas Kritis/Bukan Kritis No

de Kegiatan

Waktu

(menit) ES EF LS LF Slack

Pada jalur kritis 1-2 Persiapan

benang

484,16 0 484,16 0 484.16 0 Kritis

2-3 Penghanian 600 484,16 1084.16 484.16 1084.16 0 Kritis

2-5 Palet 120 484.16 604.16 2217.49 2337.49 1733.33 Tidak

kritis 3-4 Penganjian 573,33 1084.16 1657.49 1084.16 1657.49 0 Kritis

4-5 Pencucukan 680 1657.49 2337.49 1657.49 2337.49 0 Kritis

5-6 Tenun 11700 2337.49 14037.49 2337.49 14037.49 0 Kritis

6-7 Inspecting 100 14037.49 14137.49 14037.49 14137.49 0 Kritis


(3)

commit to user

77 Dari hasil analisis data dengan metode CPM, maka dapat diketahui jalur kritisnya yaitu : A-B-C-D-F-G-H dngan waktu 14317.49 menit sedangkan waktu yang dijadwalkan perusahaan adalah sebesar 14.430 menit yang diambil dari total waktu normal pengerjaan tiap-tiap kegiatan produksi.

(A)484.16 (B)600 (C)573.33

(D)680 (E)120

Gambar III.6

DiagramJalur Kritis Proses Produksi Kain Grey

1 2 3 4

6 5

7

8 Keterangan :

  = Jalur Kritis

= Bukan Jalur Kritis

(F)11700

(G)100


(4)

commit to user

78 BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Urutan kegiatan proses produksi pembuatan kain grey di PT Primissima, Yogyakarta meliputi : persiapan benang (A), penghanian (B), penganjian (C), pencucukan (D), pemaletan (E), penenunan (F) inspecting (G) dan folding (H).

2. Jaringan kerja (network) dalam perencanaan proses produksi kain grey yaitu :

1 2 3 4

7 6 5

8

A (484,16) B (609) C (573,33)

D (680)

F (11700)

G (100)

H (180) E (120)


(5)

commit to user

79 3. Jalur kritis dari urutan kegiatan dalam proses produksi kain grey

yaitu : persiapan benang (A), penghanian (B), penganjian (C), pencucukan (D), penenunan (F), inspecting (G), folding (H) dengan penyelesaian waktu 14317.49 menit sedangkan waktu yang dijadwalkan perusahaan adalah sebesar 14.430 menit yang diambil dari total waktu normal pengerjaan tiap-tiap kegiatan produksi.

B. SARAN

Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan, penulis mencoba memberi saran untuk dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan pada proses produksi, antara lain:

1. Sistem perencanaan dan pengawasan perusahaan berdasarkan pengamatan harus lebih ditingkatkan agar terjadi peningkatan produktifitas dan untuk meminimalkan jumlah produk cacat.

2. Pemeliharaan mesin-mesin produksi oleh perusahaan berdasarkan pengamatan kurang terjadwal dengan baik sehingga perusahaan disarankan untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dan berkala sehingga mesin-mesin proses produksi tidak cepat mengalami kerusakan dan proses produksi tidak akan terganggu oleh mesin yang tiba-tiba mengalami kerusakan atau masalah.


(6)

commit to user

80 3. PT. Primissima sebaiknya menerapkan metode analisis network

dengan metode PERT dan CPM karena dengan penerapan metode ini perusahaan akan dapat mencapai efisiensi waktu produksi yang lebih optimal.