PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

(1)

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

Paulina Ega

1101165

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK

PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA

Oleh PAULINA EGA

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Paulina Ega 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Endang Herawan, M.Pd. NIP.19600810 198603 1 001

Pembimbing II

Dr. Asep Suryana, M.Pd NIP.19720321 199903 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D.


(4)

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SE-BANDUNG UTARA

Paulina Ega. (1101165) ABSTRAK

Mutu layanan akademik merupakan wujud nyata pelayanan kegiatan seluruh proses pembelajaran. Agar tujuan pendidikan tercapai, layanan yang bermutu menjadi sangat penting. Bermutu tidaknya lulusan yang dihasilkan, sangat bergantung pada mutu layanan akademik yang di berikan kepada peserta didik. Tujuan dari penelitian ini, diantaranya (1) untuk mengetahui informasi kinerja mengajar guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik pada SMP Se- Bandung Utara. (2) untuk mengetahui besaran pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu survey dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Se-Bandung Utara sebanyak 17421 dengan jumlah sampel yang diambil 391 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik ProportionateStratified Random Sampling. Pengunpulan data dilakukan menggunakan angket tertutup dengan 5 skala penilaian (Likert).

Hasil temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa kinerja mengajar guru pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi, pemanfaatan fasilitas belajar pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi dan mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara berada pada kategori tinggi. Selain itu, terdapat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi , terdapat pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi serta terdapat pengaruh kineja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum mutu layanan akademik pada SMP Se-Bandung Utara dalam kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar sudah memuaskan. Namun ada beberapa saran demi peningkatan di antaranya, untuk kinerja mengajar guru sebaiknya diadakan pembinaan pembuatan silabus dan RPP yang benar. Dalam pemanfaatan fasilitas belajar agar lebih optimal, diadakan pelatihan keterampilan bagi para guru dan tata usaha. Selanjutnya untuk mutu layanan akademik diupayakan pembinaan guru dalam meningkatkan pelayanan publik, service quality sesuai dengan ISO 9001:2008. Melalui upaya-upaya yang disaran ini, diharapkan tercapai peningkatan mutu layanan akademik yang prima demi terwujudnya mutu pendidikan nasional. .


(5)

THE INFLUENCE OF TEACHERS’ TEACHING PERFORMANCE AND THE USE OF LEARNING FALICITIES TOWARD THE ACADEMIC SERVICE OF ALL JUNIOR HIGH SCHOOL IN NORTH BANDUNG

Paulina Ega. (1101165) ABSTRACT

The academic service quality is the realization of learning activities throughout all the teaching process. In order to achieve the educational goals, a qualified service is very important. The graduate will be qualified or not, depends on the quality of academic service given to the students. The purposes of this study are to know the information of teachers’ teaching performance, the use of learning facilities and the academic service of all Junior High Schools in North Bandung.

The method of this research is a survey with quantitative approach through descriptive analysis. The population in this research is the Junior High School students in the North Bandung. This research took 391 samples from 17.421 populations. The sampling technique used is Proportionate Stratified Random Sampling. The data collection used was closed questionnaire with 5 rating scales (Likert).

The result of this research shows that teacher’s teaching performance, the usage learning facilitation, the quality of academic service of all Junior High School in Bandung are all in high categories. Besides, we also found that the influence of teachers teaching performance toward academic service quality, the use of the learning facilities toward and the influence of teachers’ performance, the influence of teachers teaching performance and the use of the learning facilities toward academic service quality are all in high category.

Based on the research, the academic service quality in general of all Junior High School in North Bandung of teachers performance and learning facilitation usage, are satisfied. There are few suggestions to improve the quality such as, for teacher performance, it is better to provide training in making syllabus and lesson plan correctly. To optimize the use of learning facilitation, it is also better to provide skills training for teachers and administration staff. Then, to get academic service to reach ISO 9001.2008 service quality standard. Through these suggestions, it is expected that there will be enhancement of qualified academic service quality to implement National Education Quality.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………... I

PERNYATAAN KEASLIAN………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iv

ABSTRAK………... V DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR………... DAFTAR LAMPIRAN………... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belaka g Pe elitia ………... 1

B. Ide tifikasi da Peru usa Masalah………... 12

1. Ide tifikasi Masalah ………... 12

2. Peru usa Masalah ……….... 14

C. Tujua Pe elitia ………... 15

D. Metode Pe elitia ………... 16

1. Metode Sur ei ………... 16

2. Pe dekata Kua titatif ………... 16

3. A alisis Regresi ………...……... 17

E. Ma faat Pe elitia ………... 17

1. Ma faat Teoritis ………... 17

2. Ma faat Praktis ………..…………... 17

G. Struktur Orga isasi Tesis………... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajia Pustaka………... 20

1. Mutu Layanan Akademik dalam Konsep Administrasi Pendidikan ... 20

2. Mutu Laya a Akade ik ………... 24

a. Pe gertia Mutu ………... 24

b. Pe gertia Laya a ……..………... 28

c. Pengertian Mutu Layanan ….………... 30

d. Pe gertia Mutu Laya a Akade ik ………... 35


(7)

3. Kinerja mengajar Guru (X1)...………..…………... 41

a. Pengertian Kinerja………... 41

b. Pengertian Guru ……….... 44

c. Penegertian Ki erja Me gajar Guru………... 47

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja mengajar Guru……… 49

e. Dimensi Ki erja Me gajar Guru ………... 50

4. Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2)... ………... 60

a. Pe gertia Fasilitas Belajar ………... 61

b. Jenis –Je is Fasilitas Belajar ………... 63

c. Pemanfaatan Fasilitas Belajar ………... 68

d. Prinsip-prinsip Pemilihan dan penggunaan Fasilitas Belajar ………….. 70

e. Indikator Pemanfaatan Fasilitas Belajar... 73

B. Kera gkaPe ikira …...………... 75

C. Hipotesis Pe elitia ………...………... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, da Sa pel ………..………...………... 80

1. Lokasi Pe elitia ………... 80

2. Populasi ………... 80

3. Sa pel Pe elitia ………... 82

B. Desai Pe elitia ………... 86

C. Metode Pe elitia ………... 87

D. De i isi Operasio al ………... 88

E. I stru e Pe elitia ………... 91

1. Skala Pe gukura ……… 91

2. Pe yusu a i stru e t ……… 92

F. Proses Pengembangan Instrumen ……… 95

1. Uji validitas ………... 95

2. Uji Reali ilitas ………... 102

G. Tek ik Pe gu pula Data……….………... 105

1. Studi Kepustakaa ………... 105

2. A gket ………... 106

3. Wa a ara ………... 107


(8)

H. A alisis Data ……… ... 107

1. Perhitungan Rata- Rata ……….. ... 108

2. Pengujian Normalitas ... 108

3. Pengujian Linearitas ……….. 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 115

A. Hasil Pe elitia ………... 115

1.Deskripsi Hasil Pe ilita ………... 115

2. Uji Persyarata A alisis ………... 143

a. Pe gujia Nor alitas ………... 143

b. Uji Li ieritas ………... 143

3. Analis Data Untuk Pengujian Hipotesis penelitian………... 145

a. Analisis Korelasi …………...………... 145

b. Analisis regresi ... 151

4. Intepretasi Hasil Analisis ... 157

B. Pe ahasa Hasil Pe elitia ………... 159

1. Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se- Bandung Utara... 159

2. Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Se-Ba du g utara ……… 168

3. Mutu Laya a Akade ik se Ba du g Utara ………... 175

4. Pengaruh Mutu Layanan Akademik terhadap Mutu Layanan Akademik se-Bandung Utara ... 181

5. Pengaruh pemanfaatan Fasilitas Belajar terhadap Mutu layana Akademik pada SMP Se-Ba du g Utara …………... 183

6. Pengaruh Kinerja Mengajar Guru dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar terhadap Mutu layanan Akademik pada SMP Se-Bandung Utara………... 185

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesi pula ………... 189

2. Reko dasi ……… ... 190

DAFTAR PUSTAKA ………... 193

LAMPIRAN –LAMPIRAN ………... 189


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Tabel Prosentasi Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional Kota

Bandung

10

1.2 Peringkat Akreditasi Sekolah Jawa Barat SMP Se Bandung Utara 11

3.1 Tabel Polulasi Penelitian ...…………... 81

3.2 Sampel Penilitan ... 84

3.3 Sampel Penilitan Perkelas ... 85

3.4 Skala Lightret…...………... 92

3.5 Isntrumensi Kisi – Kisi ...………... 92

3.6 Hasil Perhitu ga Uji Validitas Ki erja Me gajar Guru…... 97

3.7 Hasil Perhitungan Validitas Pemanfaatan Fasilitas Belajar ... 99

3.8 Hasil Perhitungan Uji Validitas Mutu Layanan Akademik ... 101

3.9 Reabilitas Variabel X1 ... 103

3.10 Reabilitas Variabel X2 ... 104

3.11 Reabilitas variabel Y... 107

3.12 Tabel Konsultasi hasil Perhitungan WMS ... 108

3.13 Hasil Uji Nor alitas ………. 109

3.14 Interpretasi Koefisien korelasi nilai r………. 110

4.1 Konsultasi Persentase Skor Rata-rata ... 115

4.2 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Se-Bandung Utara (X1) ……….. 116

4.3 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Se-Bandung Utara (X2………. 119

4.4 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Se- Bandung Utara (Y)………. 122

4.5 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara (X1……… 125

4.6 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara (X2) ……….. 128

4.7 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Swasta Se- Bandung Utara (Y) ………. 131

4.8 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kinerja Mengajar Guru Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (X1)………. 134

4.9 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (X2) ………. 137

4.10 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Layanan Akademik Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara (Y) ………. 140


(10)

4.11 Hasil Uji Normalitas Data ……….. 143

4.12 Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y……….. 144

4.13 Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Y ……….. 145

4.14 Uji Korelasi Variabel Kinerja Mengajar Guru (X1) terhadap Mutu

Layanan Akademik (Y) ………. 146

4.15 Uji Korelasi Variabel Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu

Layanan Akademik (Y) ………. 148

4.16 Uji Analisis Korelasi Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Pemanfaatan

Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu Layanan Akademik (Y)……….. 150

4.17 Uji Analisis Regresi Kinerja Mengajar Guru (X1) terhadap Mutu Layanan

Akademik (Y) ………. 152

4.18 Uji Analisis Regresi Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu

Layanan Akademik (Y) ……… 153

4.19 Uji Analisis Regresi Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Pemanfaatan

Fasilitas Belajar (X2) terhadap Mutu Layanan Akademik (Y) ……… 154

4.20 Uji Analisis Regresi ………. 155

4.21 Hasil Uji Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ……… 155

4.22 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis 158


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan………... 14

2.1 Matrik Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan………... 21

2.2 Hirarki Konsep Mutu ………... 26

2.3 Costumer Perception Of Quality And Customer Satisfaction ... 41

2.4 Kerangka Pemikiran ...………... 78

3.1 Disain Penelitian………...…... 87

4.1 Diagram Batang Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 119

4.2 Diagram Batang Variabel Pemanfaatan fasilitas Belajar ... 121

4.3 Diagram Batang Mutu Layanan Akademik ………... 124

4.4 Gambar Kontribusi X1, X2, Y………... 128

4.5 Diagram Batang Kriteria Skor Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara……… 130

4.6 Diagram Batang Kriteria Skor Mutu Layanan Akademik (Y) Pada SMP Swasta Se-Bandung Utara………. 133

4.7 Diagram Batang Kriteria Skor Kinerja Mengajar Guru (X1) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara……… 136

4.8 Diagram Batang Kriteria Skor Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara………. 139

4.9 Diagram Batang Kriteria Skor Mutu Layanan Akademik (Y) Pada SMP Negeri Se-Bandung Utara……….. 142

4.10 Struktur Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y 158


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Peningkatan kualitas dalam berbagai bidang kehidupan sangat bergantung pada manusia sebagai subyek atau pelaku. Pendidikan, dalam hal ini sekolah atau satuan pendidikan diharapkan memberi jaminan menghasilkan lulusan pendidikan (output) yang bermutu tinggi sebagai upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Hal ini menjadi sebuah penegasan karena pendidikan merupakan elemen penting dari kehidupan seseorang dan menjadi aspek strategis bagi terbentuknya potensi manusia sehingga berkualitas bagi pembangunan suatu bangsa (Sagala 2004:1).

Senada dengan pendapat Engkoswara dan Komariah (2010:1) bahwa “pendidikan merupakan alat yang strategis dalam pengembangkan sumber daya manusia untuk memiliki segala potensi agar dapat mengaktualisasikan diri bagi orang lain, dengan kata lain pendidikan menjadi investasi keuntungan sosial dan pribadi serta menjadi bangsa bermartabat dan individu manusia yang memiliki derajat”. Hal ini berarti kemajuan bangsa dan negara dapat dirasakan dari sumbangan manusia untuk kesejahteraan diri sendiri dan masyarakat. Mengingat betapa pentingnya pendidikan, maka penyelenggaraan sekolah hendaknya dilakukan dan dikelola secara baik dan serius oleh tenaga-tenaga profesional yang menguasai ilmu pendidikan dan aturan penyelenggaraan sekolah yang layak.

Berdasarkan ulasan di atas dapat dikatakan betapa pentingnya pendidikan sebagai alat strategis untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Hal ini jelas diakui karena melalui pendidikan, program mencerdaskan bangsa dapat ditingkatkan dan dikembangkan. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) mengatakan bahwa:

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(13)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa pendidikan merupakan suatu sistem dengan berbagai komponen yang dikelola secara baik agar seluruh potensi anak dikembangkan. Maka pendidikan perlu terus diperbaharui mutunya, sebagaimana dikatakan Sa’ud (2010:1-2). Pendidikan sebagai upaya untuk menjembatani masa sekarang dan yang akan datang, perlu pembaharuan-pembaharuan dalam pelayanan peserta didik agar berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Pentingnya mutu pendidikan sebagaimana ditegaskan oleh Leg’cevic dalam jurnal Internasional dengan judul “Quality Gap of Educational Services In

Viewpoints Of Students” (sudut pandang siswa terhadap gap kualitas pelayanan

pendidikan) yang diterbit tanggal 15 Desember 2009 menunjukkan bahwa layanan memainkan peran penting dalam meningkatkan nilai yang positif serta mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa, pemahaman dapat mengukur harapan pelanggan dan kinerja adalah komponen penting yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan organisasi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dipercaya oleh publik maka kala akademik yang diberikan dapat membawa kepuasaan bagi peserta didik.

Menurut Nana, Novi dan Ahman (2006:5-6) mengenai konsep mutu dalam pendidikan bahwa, dalam menanggapi tantangan dan kebutuhan pendidikan yang bermutu dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dalam berbagai aspek. Manusia yang dimaksud untuk memenuhi tuntutan itu ialah manusia yang berusaha tahu banyak („knowing much”), berbuat banyak (“doing much”), mencapai keunggulan (“being exellence”), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (“being sociable”), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral (“being

morally”). Manusia-manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah yang


(14)

Pendidikan sangat penting untuk membentuk manusia yang berkualitas dalam berbagai aspek untuk menghadapi tuntutan zaman, tetapi kita menyadari bahwa mutu pendidikan dan mutu sumber daya manusia masyarakat kita pada saat ini masih rendah, tertinggal dari kemajuan negara tetangga ataupun negara-negara lain di dunia. Hal itu dapat dilihat dari tatanan kehidupan masyarakat yang belum menunjukkan karakter yang bermutu serta masih kurangnya karya keilmuan dan teknologi yang dapat dihasilkan, disamping juga masih rendahnya nilai standar kelulusan yang ditetapkan pemerintah pada Ujian Nasional dalam beberapa dekade terakhir ini. Dengan kondisi mutu pendidikan dan sumber daya manusia yang masih rendah tersebut, maka tidak akan mungkin bangsa kita dapat membangun masyarakat yang sejahtera sebagaimana yang kita cita-citakan.

Peningkatan mutu pendidikan hendaknya dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan segala aspek dan unsur yang mempengaruhi proses pendidikan. Menurut Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa “pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia (administrator, guru, dan tata usaha) yang bermutu dan profesional”. Selain itu belum maksimal tersedianya sarana prasarana, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlah dan biaya mencukupi, managemen yang tepat serta lingkungan. Jadi mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana, dan kegiatan pendidikan yang disebut sebagai mutu total, atau “Total Quality”.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan mutu pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Sebagai subyek yang penting dalam pendidikan, profesi guru perlu dikembangkan secara terus-menerus dan proporsional sesuai dengan jabatan fungsionalnya. Kehadiran guru yang sungguh nampak terlihat dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Rosalin (2008:1) mengungkapkan bahwa “guru mempunyai peran amat penting karena guru bertugas untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai kepada siswa”. Maka sangat dibutuhkan guru atau tenaga pendidik yang handal dan sesuai dengan profesinya.

Sebagaimana dikatakan oleh Sa’ud (2008:7) bahwa “tugas guru sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan


(15)

kesetiaan terhadap profesi. Guru adalah salah satu personil yang dominan dalam pengelolaan organisasi sekolah”. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dengan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, ditegaskan juga dalam UU No 14 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003.

Berdasarkan dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan tercapainya tujuan pendidikan bergantung pada terlaksananya secara optimal semua komponen pendidikan termasuk guru sebagai ujung tombak. Bicara mengenai keberhasilan di sini, khusus ketercapaian mutu pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Fenomena empirik mengatakan pendidikan di Indonesia secara umum masih rendah mutunya, hal ini mengarah pada mutu layanan pendidikan yang diberikan sekolah. Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh Kasim (2009: 36), ada tujuh permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yaitu: (1) rendahnya sarana fisik, (2) rendahnya kualitas guru, (3) rendahnya kesejahteraan guru, (4) rendahnya prestasi siswa, (5) rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6) rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan (7) mahalnya biaya pendidikan.

Senada dengan pendapat Amri (2013:23) yang mengatakan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: (1) kepemimpinan sekolah yang belum optimal, (2) kualitas guru yang belum memenuhi standar nasional pendidikan, (3) pengembangan kurikulum yang belum maksimal, (4) pengalokasian dana pendidikan belum terpenuhi dan (5) sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai.

Lebih lanjut dijelaskan akibat rendahnya mutu pendidikan dapat dirasakan sehubungan dengan standar kelulusan dalam dekade terakhir ini. Mutu kelulusan hanya dapat diukur berdasarkan presentasi, namun mutu kelulusan masih rendah karena tolak ukur sebatas nilai akademik yang ditentukan oleh pencapaian kompetensi dasar tanpa mempertimbangkan perbedaan potensi guru, kebijakan sekolah atau daerah masing-masing. Hal lain yang ditemukan adalah masalah


(16)

kurikulum yang selalu berubah-ubah tanpa melakukan survey di lapangan sebelum melakukan perubahan. Dalam kurikulum masalah isi dari lingkup materi masih banyak kekurangan dalam segi konten terutama materi ajar dan materi belajar yang kebanyakan membuat guru dalam proses pembelajaran hanya mengacu pada apa yang ada pada buku tes. Selain itu banyak guru yang tidak mengaplikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penggunaan metode mengajar yang bervariasi sehingga siswa kurang aktif.

Pokok penting yang juga menjadi keprihatinan adalah masalah pendidikan dan tenaga kependidikan. Sehubungan dengan sasaran utama peningkatan mutu pendidikan adalah untuk prestasi peserta didik yaitu berupa nilai, maka peran guru menjadi sangat penting (Zamroni, 2011, p.227). Pernyataan ini berarti bahwa kualitas pembelajaran sangat ditentukan dari kualitas guru yaitu kemampuan dan kemauan guru, maka perlu pengembangan profesional guru yang terus-menerus. Adanya pernyataan yang mengungkapkan keraguan akan profesionalisme guru yang memprihatikan. Dalam majalah kompas (9 Desember 2005) yang ditulis oleh Fattah di Bandung sebagai berikut;

“Hampir separuh dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar karena kualifikasi dan kompetensinya tidak sesuai profesi dan implementasi. Kenyataan ini diduga sebagai penyebab mutu pendidikan di Indonesia rendah. Jumlah guru yang tidak layak mengajar tercatat 912.505 orang terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA dan 63.961 guru SMK.”

Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa kualitas atau kompetensi guru masih rendah. Sehubungan dengan masalah peningkatan kinerja guru, ruang lingkup administrasi pendidikan di dalamnya terdapat bidang kajian yang mempelajari manajemen sumber daya manusia (human resources management) sebagai strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan dan pelatihan guru dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, dan kepribadian menjadi agenda penting dalam dunia pendidikan. Hal ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengingat guru merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar. Hal


(17)

penting yang harus diketahui oleh guru dalam dunia administrasi pendidikan yaitu manajemen kelas.

Pengelolaan sekolah adalah sesuatu yang sangat rumit dalam era globalisasi di mana berkembangnya berbagai lembaga pendidikan yang bersaing dalam meningkatkan mutu. Persaingan yang sehat lahir dari upaya sekolah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kemampuan pengelolaan agar menimbulkan kepercayaan publik terhadap layanan yang diberikan oleh sekolah. Sebagaimana semua elemen yang ada di sekolah harus berupaya meningkatkan mutu pelayanan secara terus-menerus. Oleh karena sekolah bermutu, semakin dituntut untuk semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan mutu pelayanan institusinya.

Senada dengan pendapat Hoy dan Miskel dalam Sagala (2004:57) mengatakan bahwa “sekolah sebagai institusi pengelola pelayanan pendidikan diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dalam mencapai tujuan, dan efisien dalam penggunaan sumber daya dalam suatu hubungan organisasi”. Hal ini berarti sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam suatu sistem yang merupakan proses mekanisme bahan mentah (raw input) berupa peserta didik melalui tahapan “proses” menghasilkan keluaran (out put) berupa tamatan/lulusan dengan menggunakan sarana penunjang serta tenaga kependidikan (instrumental input) dan kondisi lingkungan (environmental input) demi mendukung bagi terjaminnya proses pendidikan.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dikelola oleh guru. Salah satu sumber daya manusia yang harus dipenuhi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah keberadaan guru profesional. Hal ini berarti guru perlu memahami komponen-komponen dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam berbagai aspek seperti pengetahuan, ketrampilan, dan kepribadian sangat dibutuhkan. Pendapat ini dikuatkan oleh pernyataan Rukmana dan Suryana (2010:100) yang mengatakan “tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi dengan keahliannya, guru mampu memanfaatkan semua fasilitas yang ada demi terciptanya sejumlah perilaku yang dimiliki siswa”.


(18)

Selanjutnya dikatakan oleh Glen. I. Earthman (2009: xi) untuk mencapai tujuan dalam pendidikan perlu suatu perencanaan fasilitas yang baik guna membangun tercapainya pembelajaran yang efektif. Ini merupakan tugas administrator pendidikan dalam hal ini yaitu kepala sekolah untuk merencanakan dan mengadakan fasilitas yang baik guna membangun tercapainya pembelajaran yang efektif.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB XII pasal 45 tentang sarana prasarana menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kewajiban peserta didik.

Lebih lanjut dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, BAB VII pasal 42 yang mengatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sedangkan prasarana adalah lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produk, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Berdasarkan ketentuan ini, maka sekolah-sekolah mulai mengupayakan peningkatan fasilitas belajar yang diadakan oleh penyelenggara pendidikan maupun subsidi dari pemerintah. Di satu sisi sekolah mulai menyadari betapa pentingnya sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran, namun di sisi lain masih ditemukan pemanfaatan fasilitas yang kurang optimal. Oleh karena itu guru dituntut untuk mempelajari bagaimana cara memanfaatkan fasilitas secara optimal untuk mendukung proses belajar.


(19)

Pendapat lain juga dikatakan oleh Arief, dkk (2012:11-12); guru bukan hanya menghabiskan waktu mengajar dengan menggunakan suara sehingga hilang suaranya, namun guru harus trampil menggunakan waktu dengan cara berkomunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan sarana belajar yang sesuai dengan kebutuhan materi dan kebutuhan siswa.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif yang dicapai dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Betapa penting peran guru demi keberhasilan proses pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam terselenggaranya proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Keberadaan guru sebagai pelaku utama untuk menfasilitasi seluruh proses belajar siswa. Maka dibutuhkan guru yang profesional, berkualitas dalam bidang profesinya dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Dalam classroom environment, climate and culture dikatakan bahwa lingkungan kelas yang baik sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas belajar (Lorin, 2004: 50). Peran guru menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dengan memanfaatkan fasilitas belajar agar siswa mengalami kepuasan dalam belajar.

Upaya peningkatan mutu layanan akademik di mana guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran memanfaatkan fasilitas belajar menjadi sangat penting. Namun yang terjadi di Indonesia sehubungan dengan fasilitas belajar untuk menunjang proses pembelajaran masih dinilai rendah. Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada


(20)

umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

Selain itu, artikel pada koran Kompas, Rabu 23 Maret 2010 menyatakan bahwa sampai saat ini 88.8 % sekolah di Indonesia mulai SD hingga SMA/SMK, belum melewati mutu standar pelayanan minimal karena layanan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang SD baru 3,29% dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,7% kategori standar minimal dan 44,84% di bawah standar pendidikan minimal, pada SMP 28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi standar pelayanan minimal. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak terpenuhi sarana dan prasarananya (Sosiologimaexis, 2011).

Melihat fenomena yang terjadi sesungguhnya sekolah mengalami tantangan yang berat saat menghadapi persaingan dalam dunia pendidikan yang diwarnai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat. Guru harus memiliki kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, gembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati. Hal ini menjadi tuntutan layanan mutu akademik sekolah untuk mencapai keunggulan kompetitif(competitive advartage).

Dengan demikian pelayanan sekolah harus dapat memberi kemudahan dan kepuasan kepada stakeholder dalam seluruh program pembelajaran. Guru harus mulai terbuka terhadap perubahan dalam pengembangan diri agar mutu pelayanan kinerja berkualitas dan memuaskan pelanggan, khususnya siswa yang berhadapan langsung dalam pembelajaran.

Menurut Kotler (2008:464) mengungkapakan bahwa “tingkat kepuasan seorang pelanggan atau pemakai jasa setelah membanding kenyataan dari kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan dan persepsinya terhadap jasa tersebut”.


(21)

Selanjutnya dijelaskan juga kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh pelanggan akan selalu dinilai lewat proses perbandingan yang berkelanjutan antara harapan dengan kenyataan yang diberikan (Kotler, 2008 :493).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agent of

change” diharapkan dapat mengubah kognitif, afektif, maupun psikomotorik

peserta didik. Dengan kata lain persaingan sekolah harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang kompeten dan beradab. Maka upaya sekolah untuk meningkatkan mutu layanan akademik harus dikelola secara efektif dan efesien. Pernyataan ini senada dalam ilmu administrasi pendidikan yang dikenal dengan konsep manajemen mutu pendidikan atau Total Oquality Management (TQM), yang dicetuskan oleh Edward Sallis.

Berkaitan dengan mutu layanan akademik, berhasil tidaknya dapat dilihat dari mutu kelulusan sekolah yang membawa dampak positif bagi minat publik terhadap sekolah yang bersangkutan. Menanggapi fenomena yang mengatakan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, akan diteliti lebih dalam sejauh mana sekolah–sekolah di Indonesia telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu layanan akademik yang terus-menerus.

Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara adalah sekolah yang dikelola oleh pihak swasta maupun negeri. Berdasarkan fenomena masyarakat, sekolah - sekolah yang berada di wilayah tersebut menjadi sekolah pilihan. Hal ini dapat dilihat dari mutu sekolah berdasarkan beberapa data yang diperoleh dari Dinas Kota Bandung. Adapun data yang diperoleh sehubungan dengan prosentasi kelulusan ujian sekolah dan ujian nasional serta peringkat akreditasi sebagai berikut:

Tabel 1.1

Prosentasi Kelulusan Ujian Sekolah (US) Dan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2011/2012 Dan 2012/2013 Kota Bandung

NO TAHUN PELAJARAN PROSENTASI KELULUSAN

KOTA BANDUNG BANDUNG UTARA

1 2011/2012 100% 100%

2 2012/2013 100% 100%


(22)

Tabel 1.2

Peringkat Akreditasi Sekolah Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (Ban-S/M) Jawa Barat

(SMP Se-Bandung Utara)

No Wilayah Tahun

Akreditasi

Jumlah Sekolah

Rentang Nilai

Kualifikasi Akreditasi

Presentasi

1 Bandung Utara 2010/2011 29 100 – 86 A 96 % 2 Bandung Utara 2011/2012 1 71- 85 B 0,4 %

Berdasar data di atas maka dapat disimpulkan bahwa SMP Se-Bandung Utara memiliki mutu yang baik. Apakah mutu layanan akademik di sekolah- sekolah membuktikan mutu sekolah? Untuk membuktikan sejauh mana upaya sekolah dalam meningkatkan mutu layanan akademik, maka penulis memilih SMP Se-Bandung Utara sebagai sampel penelitian.

Pendidikan sangat mempengaruhi seluruh bidang kehidupan. Menanggapi tuntutan zaman, peran pendidikan semakin penting, di mana pendidikan harus tetap eksis dalam meningkatkan fungsinya bagi pembentukan manusia. Sebagaimana telah dikatakan di atas, bahwa pendidikan akan semakin terasa dampaknya bila guru sebagai ujung tombak dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar yang tercermin pada kompetensinya. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat bergantung pada kreativitas dan inovasi guru sebagai perencana, pelaksana, dan sekaligus evaluator pembelajaran.

Kompetensi guru semakin meningkat dalam pembelajaran yang tercermin dalam kemampuan guru memanfaatkan semua fasilitas belajar. Semakin terampil guru memanfaatkan semua sarana prasarana yang menunjang pembelajaran semakin meningkat pula layanan guru kepada peserta didik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa mutu layanan akademik meningkat bergantung pada kinerja mengajar guru dalam seluruh proses pembelajaran. Melalui kompetensi guru dalam mengelola seluruh proses pembelajaran, maka terwujudlah tujuan pendidikan yang diharapkan. Penelitian ini akan diambil berdasarkan persepsi siswa terhadap kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap


(23)

mutu layanan akademik di SMP Se- Bandung Utara baik sekolah swasta maupun sekolah negeri.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah

Terwujudnya tujuan pendidikan, sangat bergantung pada mutu pendidikan yang dilaksanakan. Mutu merupakan hal penting yang diperjuangkan oleh semua lembaga begitupun dalam pendidikan. Berangkat dari tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta melahirkan generasi penerus yang kreatif, produktif, berdaya saing tinggi, pendidikan harus terealisasi dalam proses pembelajaran terus-menerus berusaha menghasilkan lulusan yang bermutu.

Menurut Sudarya dalam jurnal pendidikan dasar (8 Oktober 2007), mengatakan, mutu menjadi faktor kunci keberlangsungan suatu kegiatan dalam bidang industri dan bisnis maupun dalam bidang pendidikan. Dalam konsep mutu yang terkandung dalam TQM (Total Quality Management), ada dua kegiatan yaitu mutu yang berhubungan dengan produk berupa barang dan jasa atau layanan (servis). Sejalan dengan konsep ini, dalam dunia pendidikan dikenal dengan mutu layanan akademik. Menurut Alma (2003:135) mengemukkan bahwa:

“Mutu akademik adalah muara dari mutu proses pendidikan manusia, alat kurikulum dan fasilitas yang tercermin pada mutu mengajar guru, mutu pelajaran dan mutu hasil belajar, sehingga dapat membentuk seperangkat kemampuan”.

Pendapat lain diungkapkan oleh Murgatroyd dan Morgan (1994:47-48), mutu layanan memiliki definisi yang mencakup tiga hal yaitu: (1) jaminan mutu (Quality assurance) mutu yang mengacu pada penetapan standar, metode yang tepat dan persyaratan yang ditentukan oleh suatu lembaga, (2) kontrak konfirmasi (contract conformance) adalah kontrak yang beberapa mutu standarnya telah ditentukan selama pembentukan negosiasi kontrak dan (3) mutu konsumen (costumer-driven quality) mengacu pada orang-orang yang menerima pelayanan sesuai dengan keinginan layanan atau pelayanan tersebut berpihak kepada mereka.


(24)

Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa bicara tentang mutu berkaitan dengan seluruh komponen yang mempengaruhi. Senada dengan pendapat Sudarya dalam jurnal pendidikan dasar mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu layanan pendidikan yaitu (1) sumber daya manusia yang mengemukakan tentang pekerjaan, rekruitmen dan seleksi karyawan, pelatihan dan pengembangan sistem kompensasi, jalur karis, (2) organisasi/struktur yang merupakan integrasi atau koordinasi antar fungsi dan struktur pelaporan, (3) pengukuran (measurement) merupakan evaluasi kinerja dan pemanfaatan keluhan dan kepuasaan pelanggan, (4) pendukung sistem yaitu faktor teknis, komputer dan data base, (5) layanan mencakup nilai tambah, rentang kualitas layanan, standar kinerja, pemuasan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, (6) program mencakup pengelolaan keluhan pelanggan, alat-alat manajemen, (7) komunikasi internal yaitu prosedur dan kebijakan serta umpan balik dalam organisasi dan (8) komunikasi eksternal yaitu edukasi pelanggan, manajemen ekspektasi pelanggan dan pembentukan citra positif perusahaan.

Pendapat lain dikatakan oleh Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa: “Terjadi proses pendidikan yang bermutu, ada beberapa faktor yang menunjang diantaranya; (1) adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional, (2) adanya sarana dan prasana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai, baik maupun jumlahnya, (3) biaya yang mencukupi, (4) manajemen yang tepat, (5) lingkungan yang mendukung”. Berdasarkan pendapat Murgatroyd dan Morgan, Sudarya serta Nana dkk di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu layanan pendidikan, yaitu mutu layanan akademik dalam seluruh proses pembelajaran. Agar lebih jelas faktor-faktor tersebut di atas, maka dibuatlah bagan faktor yang mengaruhi mutu layanan akademik hasil adopsi dari beberapa pendapat sebagai berikut:


(25)

Gambar 1.1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Layanan

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, perlu suatu batas, yang dibuat dalam bentuk rumusan masalah. Menurut Sugiyono (2009:35) mengatakan rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.

Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tersebut, maka masalah utama yaitu bagaimana pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

2. Bagaimana gambaran pemanfaatan fasilitas belajar di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

Adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional

Lingkungan yang mendukung

Manajemen yang

tepat

MUTU LAYANAN

Sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media serta sumber belajar yang memadai Biaya yang


(26)

3. Bagaimana gambaran mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

4. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

5. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

6. Seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan suatu keinginan peneliti untuk mencari sebuah jawaban atas permasalahan yang ada. Dengan kata lain, tujuan penelitian berkaitan dengan hasil yang diperoleh setelah penelitian berakhir. Tujuan penelitian dapat dilihat dari dua konteks, yaitu tujuan penelitian secara umum dan tujuan penelitian secara khusus. Tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan rumusan masalah. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran mengenai pengaruh kinerja mengajar guru dan pemaanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se- Bandung Utara.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kinerja mengajar guru dan terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.

b. Memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.


(27)

c. Memperoleh gambaran mengenai mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.

d. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.

e. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar meningkatkan mutu layanan akademik di Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara.

D. METODE PENELITIAN 1. Metode Survey

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis korelasi dan regresi. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan oleh Masri S. (2003:21), penelitian survei dapat digunakan untuk maksud: (1) penjajagan (eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa datang; (6) penelitian operasional; dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah kinerja mengajar guru (X1) dan pemanfaatan fasilitas belajar (X2) terhadap mutu layanan akademik (Y).

2. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dan


(28)

menganalisis datanya menggunakan statistik. Oleh karena itu pendekatan kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan hasilnya (Arikunto, 2002: 10) 3. Analisis Regresi

Analisis regresi adalah teknik statistikal yang digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel dependent (Y) dengan dua variabel indevendent (X1) dan (X2). Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan informasi agar tujuan penelitian dapat tercapai, regresi dapat dipakai untuk memperkirakan variabel mana, atribut mana yang paling banyak memberikan kontribusi dengan uji coba yang signifikan.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan prinsip-prinsip serta faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik. Manfaat yang lebih nyata, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam bidang peningkatan mutu layanan akademik yang dilihat dari kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar yang ada di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan memberi sumbangan berarti bagi acuan pemikiran untuk peningkatan mutu layanan akademik bagi Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara yang dilihat dari kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar. Penelitian yang dilakukan juga mendapat beberapa manfaat praktis sebagai berikut:

a. Bagi penulis, menambah wawasan dalam pengetahuan sehubungan dengan hasil penelitian tentang pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik. Lebih lanjut, sehubungan dengan profesi penulis sebagai pendidik, penelitian ini sangat membantu


(29)

dalam penerapan tugas secara nyata, sehingga berdampak pada peningkatan mutu layanan di masa yang akan datang.

b. Bagi pengelola dan kepala sekolah, penelitian ini sebagai masukan dalam peningkatkan mutu layanan akademik yang dilihat dari dampak atau pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar yang signifikan. c. Bagi guru-guru dan semua tenaga administrasi, dari hasil penelitian ini

menjadi masukan yang berarti dalam membantu meningkatkan kinerja mengajar dan pemanfaatkan fasilitas belajar serta memperbaiki layanan akademik sehingga mutu sekolah meningkat sesuai dengan harapan pelanggan atau stakeholder.

d. Bagi peserta didik, khususnya sebagai responden, melalui hasil evaluasi penelitian ini yang dibuat dapat membantu pengembangan sekolah dalam peningkatan mutu layanan akademik yang lebih baik bagi peserta didik. F. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI pada tahun 2012, lengkapnya sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan dalam ini membahas mengenai latar belakang penelitian yang membahas mengenai alasan penelitian, mengapa masalah itu diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, identifikasi masalah dan perumusan masalah, membahas rumusan dan analisis masalah serta identifiaksi variabel-variabel penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teroritis maupun praktis, metode penelitian dan struktur organisasi tesis untuk melihat susunan penulisan tesis.

Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang kajian pustaka sehubungan dengan tiga variabel yang akan diteliti serta dapat mendukung penelitian, kerangka pemikiran yang menggambarkan rumusan hipotesis yang dikaji dengan melihat hubungan antara teori dengan variabel-variabel penelitian serta gambaran hipotesa penelitian yang merupakan jawaban sementara yang dirumuskan dalam penelitian.


(30)

Bab III: Metodologi Penelitian , bab ini membahas tentang lokasi dan subyek, populasi/sampel yang diambil dalam penelitian menjadi sasaran dari penelitian ini. Selain itu berisi pembahasan tentang metode penelitian, menjabarkan metode apa yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan, definisi operasional yang dirumuskan sesuai dengan konsep yang didapat serta disesuaikan dengan lapangan yang akan diteliti serta merumuskan indikator-indikator yang lahir dari definisi operasional yang kemudian dibuat instrumen peneliti berupa angket. Selanjutnya proses pengembangan instrumen berkaitan dengan uji reliabilitas dan validitas, teknik pengumpulan data dan analisis data yang dijelaskan secara rinci melalui tahap-tahap analisis data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian diuraikan mengenai hasil analisis sesuai dengan hasil penelitian dan membuat deskripsi hasil penelitian. Selanjutnya memaparkan hasil uji analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dalam pembahasan penelitian diuraikan. Melalui hasil analisis akan terlihat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap mutu layanan akademik, pengaruh pemanfaataan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik serta pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan akademik.

Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai hasil temuan penelitian sebagai pokok-pokok penting akan disampaikan berdasarkan pertanyaan atau rumusan masalah. Selain itu dalam bab ini berisi saran atau rekomendasi dari penulis kepada semua pihak yang berhubungan dengan penelitian yaitu penyelenggara sekolah, kepada sekolah, para guru, TU dan pegawai yang bekerja di lembaga sekolah.


(31)

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL 1. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat yang sesuai dengan sasaran juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, lokasi yang dituju adalah sekolah dan sasaran penelitian pada peserta didik. Apapun judul yang diajukan adalah “Pengaruh Kinerja Mengajar Guru Dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar Terhadap Mutu Layanan Akademik Pada Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara” (Studi Deskriptif Analitik Persepsi Siswa Terhadap Mutu Layanan Akademik Pada Sekolah Menengah Pertama Se-Bandung Utara).

Berdasarkan judul penelitian maka lokasi atau tempat penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Pertama Swasta maupun Negeri yang berada di wilayah Bandung Utara berdasarkan pembagian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung. Adapun dasar pemilihan lokasi tersebut karena sekolah-sekolah ini memiliki jenjang yang sama dan berada di satu wilayah binaan.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pendapat ini dikemukakan oleh Sugiyono dan Akdon (2008:96). Sedangkan Riduwan (2010:276), mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, populasi merupakan subyek atau objek yang berada dalam satu wilayah penelitian di mana objek dan subyek tersebut memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka sesuai dengan masalah penelitian ini, penulis menentukan populasi sasaran dalam penelitian sebanyak 30 (tiga puluh) SMP Se-Bandung Utara baik swasta maupun negeri dengan perincian 19 sekolah swasta dan 11 sekolah negeri. Dari penghitungan jumlah seluruh


(33)

siswa/siswi kelas 7, 8, dan 9 dari 30 (tiga puluh) sekolah sebanyak 17421 orang. Adapun uraian data jumlah populasi sekolah sesuai tingkat kelas dari 30 SMP Se- Bandung Utara sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

NO Nama Sekolah Kelas Jumlah

Siswa VII VIII IX

1 SMP Santa Angela 174 164 166 504

2 SMP Santo Aloysius 1 129 153 153 435

3 SMP Paulus 13 16 21 50

4 SMP Santa Ursula 119 118 107 344

5 SMP Pandu 51 50 35 136

6 SMP Santa Maria 55 77 65 197

7 SMP Pertiwi 47 105 97 249

8 SMP Taruna Bhakti 30 30 30 90

9 SMP BPK 1 Penabur 304 308 302 914

10 SMP BPP 104 151 163 418

11 SMP Adven 10 16 14 40

12 SMP Babtis 22 25 30 77

13 SMP Kemah Indonesia 4 55 85 64 204

14 SMP PGII 2 200 208 228 636

15 SMP Pasundan 6 82 104 110 296

16 SMP Nasional 151 176 144 471

17 SMP Sumatra 40 55 67 83 205

18 SMP KARTIKA SILIWANGI 11 71 90 184 345

19 SMP PGII 1 164 191 230 585

20 SMPN 2 269 295 386 950

21 SMPN 5 RSBI 267 254 149 670

22 SMPN 7 354 383 347 1084

23 SMPN 27 402 388 391 1181


(34)

NO Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa

25 SMPN 14 416 296 306 1018

26 SMPN 22 393 352 350 1095

27 SMPN 44 388 287 321 996

28 SMPN 16 329 339 409 1077

29 SMPN 19 366 296 279 941

30 SMPN 35 344 358 368 1070

TOTAL 17421

3. Sampel Penelitian

Untuk mempermudah melakukan penelitian, peneliti memerlukan sampel yang merupakan bagian dari populasi. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan data yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan (representatif). Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 91) bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Senada juga dengan apa yang dikatakan oleh Arikunto (2010:174) bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dikarenakan populasi dalam penelitian ini sifatnya heterogen, maka dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling (Sugiyono 2008:82). Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.

Dalam menentukan ukuran sampel, Sugiyono (2008:86-87) mengatakan jumlah sampel yang diambil bergantung pada tingkat ketelitian atau kesahihan yang dikehendaki. Maka penelitian ini berdasarkan jumlah yang ditentukan dalam penentuan jumlah sampel taraf 1%, 5% dan 10% sesuai dengan jumlah keseluruhan peserta didik bila 1000 diambil taraf 5% maka jumlah sekitar 336. Dari ketentuan ini, maka dari jumlah keseluruhan peserta didik di atas 17421 jadi lebih dari 1000, maka diambil sampel taraf 5%.


(35)

Menurut Akdon (2008:109) dari penentuan jumlah menurut ketentuan di atas untuk perhitungan jumlah peserta didik 17421, maka mengunakan rumus Taro Yamane :

Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (5%)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian dengan menggunakan rumus di atas sesuai dengan populasi adalah 17421 siswa, seperti pada table I, dengan tingkat presisi yaitu sebesar 0.05%, maka sampel yang didapat sebagai berikut:

Selanjutnya, langkah kedua menggunakan rumus proposional dari Sugiyono (Akdon dan Hadi, 2005:108) sebagai berikut :

�� �� �

Dimana :

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah Populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya


(36)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian NO Wilayah penyebaran

Populasi Proporsi

Proporsi Tiap Kategori

Sam pel 1 SMP Santa Angela 504 X 1721 504 /17421 X 391 11 2 SMP Santo Aloysius 1 435 X 1721 435 /17421 X 391 10 3 SMP Paulus 50 X 1721 50 /17421 X 391 1 4 SMP Santa Ursula 344 X 1721 344 /17421 X 391 8 5 SMP Pandu 136 X 1721 136 /17421 X 391 3 6 SMP Santa Maria 197 X 1721 197 /17421 X 391 4 7 SMP Pertiwi 249 X 1721 249 /17421 X 391 6 8 SMP Taruna Bhakti 90 X 1721 90 /17421 X 391 2 9 SMP BPK 1 Penabur 914 X 1721 914 /17421 X 391 21 10 SMP BPP 418 X 1721 418 /17421 X 391 9 11 SMP Adven 40 X 1721 40 /17421 X 391 1 12 SMP Babtis 77 X 1721 77 /17421 X 391 2 13 SMP Kemah Indonesia 4 204 X 1721 204 /17421 X 391 5 14 SMP PGII 2 636 X 1721 636 /17421 X 391 14 15 SMP Pasundan 6 296 X 1721 296 /17421 X 391 7 16 SMP Nasional 471 X 1721 471 /17421 X 391 11 17 SMP Sumatra 40 205 X 1721 205 /17421 X 391 5 18 SMP KARTIKA

SILIWANGI 11

345 X 1721 345 /17421 X 391 8 19 SMP PGII 1 585 X 1721 585 /17421 X 391 13 20 SMPN 2 950 X 1721 950 /17421 X 391 21 21 SMPN 5 RSBI 670 X 1721 670 /17421 X 391 15 22 SMPN 7 1084 X 1721 1084 /17421 X 391 24 23 SMPN 27 1181 X 1721 1181 /17421 X 391 27 24 SMPN 40 1143 X 1721 1143 /17421 X 391 26 25 SMPN 14 1018 X 1721 1018 /17421 X 391 22 26 SMPN 22 1095 X 1721 1095 /17421 X 391 24 27 SMPN 44 996 X 1721 996 /17421 X 391 22 28 SMPN 16 1077 X 1721 1077 /17421 X 391 24 29 SMPN 19 941 X 1721 941 /17421 X 391 21 30 SMPN 35 1070 X 1721 1070 /17421 X 391 24

TOTAL 391

Penghitungan sampel di atas menentukan jumlah masing-masing sekolah. Karena populasi ini sifatnya heterogen, maka dilakukan lagi penghitungan menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Jadi dari jumlah sekolah akan diambil sampel masing-masing tingkat atau kelas dan hasilnya sebagai berikut:


(37)

Tabel 3.3

Sampel Penelitian Per Kelas

NO Nama Sekolah

Kelas Jlh

Sam Pel

VII VIII IX

1 SMP Santa Angela

174/504x11=4 164/504x11=3 166/504 x 11=4 11

2 SMP Santo Aloysius 1

129/435x10= 2 153/435x10=4 153/43x10=4 10

3 SMP Paulus 13/50x1=0 16/50x1=0 21/50x1=1 1

4 SMP Santa Ursula

119/344x8=3 118/344x8=3 107/344x8=2 8

5 SMP Pandu 51/136x3=1 50/136x3=1 35/136x3=1 3

6 SMP Santa Maria

55/19x4=1 77/197x4=2 65/197x4=1 4

7 SMP Pertiwi 47/249x6=1 105/249x6=3 97/249x6=2 6

8 SMP Taruna Bhakti

30/90x2=1 30/90x2=1 30/90x2=0 2

9 SMP BPK 1 Penabur

304/914x21=7 308/914x21=7 302/914x21=7 21

10 SMP BPP 104/418x9=2 151/418x9=3 163/418x9=4 9

11 SMP Adven 10/40x1=0 16/40x1=1 14/40x1=0 1

12 SMP Babtis 22/77x1=0 25/77x=1 30/77x1=1 2

13 SMP Kemah Indonesia 4

55/204x5=1 85/204x5=2 64/204x5=2 5

14 SMP PGII 2 200/636x14=4 208/636x14=5 228/636x14=5 14

15 SMP Pasundan 6

82/296x7=2 104/296x7=2 110/296x=3 7

16 SMP Nasional 151/471x11=4 176/471x11=4 144/471x11=3 11

17 SMP Sumatra 40

55/205x5=1 67/205x5=2 83/205x5=2 5

18 SMP KARTIKA SILIWANGI 11

71/345x8=2 90/345x8=2 184/345x8=4 8


(38)

NO Nama Sekolah Kelas

Jlh Sam

Pel

20 SMPN 5 RSBI 267/670x15=6 254/670x15=6 149/670x15= 3

15 21 SMPN 7 354/1084x24=8 383/1084x24=8 347/1084x24

=8

24 22 SMPN 27 402/1181x27=9 388/1181x27=9 391/1181x26

=9

27 23 SMPN 40 423/1143x26=10 326/1143x26=7 394/1143x26

=9

26 24 SMPN 14 416/1018x22=9 296/1018x22=6 306/1018x22

=7

22 25 SMPN 22 393/1095x24=7 352/1095x24=9 350/1095x24

=8

24 26 SMPN 44 388/996x22=9 287/996x22=6 321/936x22=

7

22 27 SMP PGII 1 164/585x13=4 191/585x13=4 230/585x13=

5

13 28 SMPN 16 329/1077x24=7 339/1077x24=8 409/1077x24

=9

24 29 SMPN 19 366/941x21=8 296/941x21=7 279/941x21=

6

21 30 SMPN 35 344/1070x24=8 358/1070x24=8 368/1070x24

=8

24

TOTAL 391

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dapat membuat suatu desain yang menunjukkan hubungan antar variable yang akan diteliti. Selain itu penelitian juga akan menguji konsistensi terori dan kesesuaian dengan peneliti terdahulu. Model penelitian ini bersifat empiris bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja mengajar guru (X1) dan pemanfaatan fasilitas belajar (X2) terhadap mutu layanan akademik (Y) pada SMP Se-Bandung Utara. Desain penelitian ini akan nampak lebih jelas dalam gambar sebagai berikut:


(39)

rx1y

rx1y

fx1x2 Rx1x2y

rx2y

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X1 = Kinerja Mengajar Guru (variabel bebas)

X2 =Pemanfaatan Fasilitas Belajar (variabel bebas)

Y =Mutu Layanan Akademik (variabel terikat)

C. METODE PENELITIAN

Hal penting yang juga diperhatikan dalam penelitian adalah menentukan metode penelitian. Ada berbagai metode dalam penelitian diantarnya; metode survei, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research(penelitian polcy), action research (penelitian tindakan), evaluasi dan sejarah (Riduwan, 2010:49). Penentuan metode harus disesuaikan dengan judul penulisan, maka sesuai dengan judul tesis metode yang digunakan adalah penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kalinger yang dikutip Riduwan (2010:49) menggambarkan:

“penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variable sosiologis maupun

psikologis”.

Selanjutnya dikatakan oleh Riduwan bahwa penelitian survei biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dan pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

X

1

X

2


(40)

Metode survei dengan deskriptif analitis menurut Effendi (2003:3) dalam Riduwan (2010:275-276), mengatakan penelitian dengan metode survei deskriptif merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data dan informasi yang dikumpulkan dari responden melalui kuesioner hasilnya dipaparkan secara deskriptif dan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.

Oleh karena itu penelitian survei memfokuskan pengamatan untuk mendapat keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah dalam suatu penelitian yang dijabarkan melalui kuesioner atau angket. Penelitian ini dilakukan secara meluas dan berusaha mencari hasil yang segera dapat dipergunakan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif dari fakta-fakta, klarifikasi dan pengukuran untuk merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi.

Lebih lanjut penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data, yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas). Dengan demikian mudah digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang cukup akurat.

D. DEFENISI OPERASIONAL

Dalam penelitian, variabel yang telah ditentukan perlu didefinisikan secara operasional dengan tujuan untuk menjelaskan makna variabelnya. Singarimbun (1987:23) sebagaimana dikutik oleh Riduwan (2010:281) mengatakan definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana dua variabel bebas dan satu variabel terikat diukur. Hal senada juga Masri (2003: 46-47) mengatakan definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan tentang cara mengukur suatu variabel. Definisi ini di


(41)

maksudkan untuk menghindari persepsi yang berbeda terhadap maksud dari variabel-variabel. Dalam mendefinisikan perlu memperhatikan dimensi perilaku, aspek atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep, karena hal tersebut akan diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep.

1. Kinerja Mengajar Guru (X1)

Dalam UU no.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bab IV bagian kedua tentang hal dan kewajiban guru pasal 20 menjelaskan bahwa: dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Hal ini berarti kinerja mengajar guru merupakan penampilan kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam memberikan bimbingan belajar yang berisi pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi peserta didik.

Sebagaimana dikatakan juga oleh Majid (2011:91), bahwa jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi. Hal ini berarti seluruh proses belajar mengajar terutama ditentukan oleh kualitas guru, yakni kemampuan dan kemauan guru (Zamroni 200:113).

Dalam penelitian ini secara operasional kinerja mengajar guru merupakan perilaku guru menampilkan unjuk kerja, prestasi kerja dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil pembelajaran dan melakukan tindak lanjut penilaian pembelajaran pada SMP Se- Bandung Utara.


(42)

2. Pemanfaatan Fasilitas Belajar (X2)

Pemanfaatan sarana prasarana adalah penggunaan semua fasilitas yang menunjang pembelajaran peserta didik secara langsung atau tidak langsung. Menurut Mulyasa (2004), sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengaja. Sedangkan menurut Bafadal (2003) bahwa, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pemanfaatan fasilitas belajar adalah segala sarana prasarana belajar yang ada dalam lembaga pendidikan yang dapat digunakan secara optimal dengan mempertimbangkan penggunaan manfaat, kriteria pemilihan serta prinsip penggunan agar menunjang pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien pada SMP Se-Bandung Utara.

3. Mutu Layanan Akademik (Y)

Parasuraman et al (Komariah dan Triatna, 2005:16) mengemukakan bahwa “service quality can be devined as the extern of discrepancy between custamer expectaion or desires and their perception.” Dengan kata lain, mutu layanan dapat didefinisikan sebagai perbedaan yang ekstern antara harapan atau keinginan pelanggan dan persepsi mereka.

Dalam penelitian ini batasan yang dirumuskan tentang mutu layanan akademik adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas akademik yang dilakukan oleh sekolah dalam proses belajar mengajar atau pembelajaran, menyediakan fasilitas yang menunjang proses pembelajaran serta administrasi yang berkaitan dengan pembelajaran dalam pelayanan sekolah untuk mencapai kepuasan peserta didik yang meliputi keandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan berwujud pada SMP Se- Bandung Utara.


(43)

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Pada dasarnya dalam penelitian, melakukan pengukuran perlu menentukan instrumen penelitian untuk menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik penentuan kualitas instrumen (validitas dan reliabilitasnya). Maka sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen penelitian harus diuji coba kepada populasi penelitian (Riduwan 2010:71).

Adapun tujuan dilakukan uji coba untuk menentukan validitas suatu instrumen, maka perlu alat ukur yang baik (Sugiyono, 2008: 102). Alat ukur yang baik adalah instrumen penelitian. Dalam penelitian ada berbagai macam instrumen, namun sesuai dengan terori di atas, maka untuk penelitian sehubungan dengan pengaruh kinerja mengajar guru dan pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik alat ukur yang digunakan berupa kuesioner (angket). Kuesioner yang dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrumen agar pernyataan-pernyataan sesuai dengan indikator yang telah di tentukan untuk setiap variabel yang mau diteliti. Angket yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

1. Skala Pengukuran

Dalam penelitian skala pengukuran ditentukan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Ada bermacam-macam jenis dan tipe skala pengukuran, namun perlu diperhatikan pemilihan skala dan tipe yang cocok agar bisa diukur dan bisa dipercaya serta reliabel (Riduwan 2010:81).

Berdasarkan kuesioner atau angket, penelitian ini menggunakan skala Likert. Penelitian yang dilakukan sehubungan kinerja mengajar guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan akademik, maka skala Likert, sesuai masalah yang diteliti melalui persepsi siswa. Sebagaimana dikatakan Riduwan (2010:86), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dengan menggunakan 5 skala Likert lima alternatif jawaban, yaitu SL (Selalu), SR


(44)

(Sering), KD (Kadang-kadang), JR (Jarang) dan TP (Tidak Pernah) dengan pemberian bobot untuk masing-masing alternatif adalah 5-4-3-2-1.

Tabel 3.4 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

Selalu 5

Sering 4

Kadang-Kadang 3

Jarang 2

Tidak Pernah 1 Riduwan (2010:86) 2. Penyusunan Instrument

Menyusun instrument merupakan bagian penelitian di mana instrumen disusun berdasarkan indikator-indikator dari setiap variabel (X1, X2 dan Y). Untuk mendapat keabsahan yang konstruktif, penyusunan instrument dilakukan melalui pendefinisian dan studi kepustakaan serta berdasarkan masukan dari pembimbing. Instrument dari masing-masing indikator disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut, 1) membuat kisi-kisi, 2) menyusun butir-butir pernyataan, 3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket. Berikut ini di perlihatkan kisi-kisi instrumen penelitian yang disesuai dengan ketentuan penulisan.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi InstrumenPenelitian

1. Kinerja Mengajar Guru (X1)

VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR NOMOR

ITEM

1. Kinerja Mengajar Guru (X2)

1.1 Merencanakan pembelajaran

1.1.1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 1 1.1.2 Menentukan materi yang jelas dan

sistimatis.

2,3 1.1.3 Menentukan metode/strategi

mengajar yang tepat dan bervariasi.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin. (2000). Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul). Bandung : Rosda Karya.

Adang Sujana (2010), Manajemen Lesson Study Berbasis MGMP dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru, Tesis, Bandung, UPI.

Akdon dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Akdon (2008). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Alma, B. (2003), Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Alma, Buchari dan Hurriyati, R. (2008). Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta.n

Amri, Sofan. (2013), Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah Dalam Konsep dan Analisis. Jakarta: PT Prestari Pustakaraya.

Ananto, S. (2011, April 2). Tarsisius. Dipetik April 29 April, 2012 dari Sekolah Tarsisius 2 Jakarta: http://.tarsisius2,sch.id/artikel/sd/profesionalisme-guru-hambatan-dan-upaya-pemecahannya.

Anderson Lorin W. (2004) Increasing Teacher Effectiveness (Second Edition): UNESCO: Paris: International Institute for Educational Planning.

Arif, dkk, (2012). Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Refindo Persada.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bafadal, Ibrahim, (2006), Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar, Jurnal Pendidian Inovatif, Volume 1Nomor 2, Malang. Darmadi, Hamid. (2007). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.

Darwanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, PT Apollo. Surabaya Darmadi, Hamid. (2009), Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung :Pustaka Setia.


(2)

Elin Rosalin. (2008), Bagaimana Menjadi Guru Inspiratif? PT. Karsa Mandiri Persada.

Engkoswara dan Aan Komariah. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Earthman, Glen. (2003). Planning Educational Facilities What Educators Need to Know: New York, Toronto Plymouth, UK.

Eti Rochaety, dkk (2005). Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan. Jakarta: bumi Aksara

Fattah, Nanang (2012). Sistem Penjamin Mutu Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hadianti, Sri .(1999). “Analisis Kinerja Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan

Pelanggan pada Telkomsel Malang Area.” Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan. 1. (1), 56-64.

Hamalik, O .(2003). Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Ilias, et all. (2008). “Service Quality and Student Satisfaction: A Case Study at

Private Higher Education Institutions.” Jurnal International Business Research. 1. (3)

Indra Djati Sidi.(2003). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Logos Kepuasan

Pelanggan Terhadap Pelayanan PDAM Kota Denpasar. “ Bluetin Studi

Ekonomi. 12. (1).

Ismaun. (2007). Filsafat Administrasi Pendidikan. Bandung: UPI.

Japan Interansional Cooperation Agency (2009). Buku Petunjuk Guru Untuk Pembelajaran Yang Lebih Baik. Jakarta:Depdiknas.

Jurnal Manajemen dan Strategi http://www.facultyjournal.com/ (IJMS) 2012, Vol. No.3, Edisi 5, Juli-Dec.2012 ISSN: 2231-0703

Jurnal Jelena Legčević, M. Sc. Asisten Fakultas Hukum di Osijek J.J. Strossmayer University di Osijek E-mail: legcevic@pravos.hr “QUALITY GAP OF

EDUCATIONAL SERVICES IN VIEWPOINTS OF STUDENTS” UDK / UDC: 15 Desember 2009


(3)

Jurnal European Journal of Social Sciences -Volume 16, Nomor 2 (2010).Swapna Bhargavi Gantasala Asisten Profesor, Aurora P.G. Perguruan tinggi Ramanthapur, Hyderabad. E-mail: sappusunnyankith@gmail.com.

Kherid, Zaitun, Y.A. (2009). Sumber Belajar Dari Berbagai Macam Sumber. (on line)http://purwanto.web.id/wp-content/uploads/2009/01/sumber-belajar-dapat-dari-bermacam.pdf diakses 31 Maret 2011

Komariah, A dan Triatna, C. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Bandung: Erlangga.

Lalu Sumayang. (2003). Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba.

Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mahmud, Marzuki. (2012), Manajemen Mutu Penguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.

Murgatroyd, S dan Morgan, C. (1994). Total Quality Management and The School. Philadelpia: Open University Press.

Muzakiyah. (2011). “Analisis Pelayanan Pada Bagian Tata Usaha Berdasarkan

Tingkat Kepuasan Mahasiswa.” Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 10. (1). Nana Syaodih, Ayi Novi dan Ahman. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan

Sekolah Menengah, Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: PT Refika Aditama.

Nawawi, Hadari. (2008). Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengn Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press


(4)

Parasuraman, et all. (1985). “A Conceptual Model of Service Quality and Its

Implications for Future Research.” Jurnal of Marketing. (49) Pengajaran Modul). Bandung : Rosda Karya.

Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Guru. Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifiasi Akademik dan Kompetensi Guru. BSNP

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP

Purwanto N. (2008), Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Raspatiningrum, Liris. (2010). Pengaruh Efektivitas Kinerja Mengajar Dosen Dan Kualitas Layanan Administrasi Akademik Terhadap Kepuasan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Tesis Magister pada SPS Bandung: tidak diterbitkan

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra Timur

Riduwan. M.B.A. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sallis. E. (2012). Total Quality Management In Education. Jogyakarta: IRCiSoD.

Sa’ud, Syaefudin U. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sa’ud, Syaefudin U. Dan Makmun A.S (2007). Perencanaan Pendidikan.

Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sa’ud, Syaefudin U. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. (2005) .Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta


(5)

Saondi, O dan Suherman, A (2009). Etika Profesi Keguruan. Kuningan: PT Refia Aditama

Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management in Education. Jogjakarta : Penerbit IRCiSoD

Sam, Arianto. 2008. Pengertian Fasilitas Belajar, (On line), (http://sobatbaru.blogspot.com/2008/10/pengertian-fasilitas-belajar.html diakses 28 Desember 2010).

Siagian, Sondang. (2004). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi

PT. Gunung Agung, Jakarta. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah &Masyarakat. Bandaung : alfabeta

Sopiatin, Popi. (2010). Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sosiologimaexis. (2011, May 11). Wordpress.Com. Dipetik April 29.2012, dari Sosiologimaexis:

http://sosiologimarxis.wordpress.com/2011/05/11/104/#_ftn3

Sudarwan Danim.(2007).Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Sudjana N. (2009) Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung :Sinar Baru

Algensindo.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharda D. dan Suharto N. (2009). Filsafat Administrasi Pendidikan dalamManajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suyadi Prawirosentono. (2007) . Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu abad 21. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana N. (2009). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung :Sinar Baru Algensindo.

Saondi, O dan Suherman, A (2009). Etika Profesi Keguruan. Kuningan: PT Refia Aditama

Thoho, Miftah. (2011). Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


(6)

Tjiptono Fany & Anastasia Diana. (2003). Total Quality Management. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Tjiptono Fany. (2012). Service Management Menuju Layanan Prima. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasi. (2001). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi Undang –Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Uzer Usman,H. (2002). Menjadi Guru Yang Profesional. Edisi Kedua.

Bandung:Remaja Rosdakarya.

Wahyu, Sri Ambar (2007). Managemen Sarana dan Prasarana. Jakarta. CV. Multi Karya Mulya.

Wibowo, SE. (2008). Manajemen Kinerja. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada

Yamin, Martinis. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Zamroni. (2007) . Meningkatkan Mutu Sekolah . Jakarta : PSAP Muhamadiyah


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR OLEH SISWA TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMA PASUNDAN SE-KOTA BANDUNG.

12 57 73

PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS PEMBELAJARAN DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU LULUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SE – KOTA BANDUNG.

1 5 66

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CICALENGKA.

0 6 12

PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

0 3 79

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA MENGAJAR GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP MUTU SEKOLAH : Studi Pada Sma Terakreditasi A Di Kota Bandung.

5 33 71

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK SMA DI KABUPATEN SERANG-BANTEN.

1 7 43

PENGEMBANGAN KINERJA GURU :Studi tentang Pengaruh Pelatihan Guru serta Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Menengah Pertama di Bandung.

0 2 96

PENGARUH MANAJEMEN KOMPUTER DAN KINERJA MENGAJAR GURU KOMPUTER TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN : Penelitian pada Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Negeri di Kabupaten Purwakrta.

0 9 53

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP BUDAYA MUTU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI : Survey Terhadap Persepsi Guru di Kota Bandung.

0 16 93

PENGARUH SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KECAMATAN CIKANCUNG KABUPATEN BANDUNG - repository UPI S ADP 1202661 Title

0 0 3