PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG SUDAH LULUS SERTIFIKASI DAN YANG BELUM DISERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI KABUPATEN BANDUNG.

(1)

PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG SUDAH LULUS SERTIFIKASI DAN YANG BELUM DISERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Kependidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

FIDMAWAN HADRIASTIKA DEDI

0801461

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG SUDAH LULUS SERTIFIKASI DAN YANG BELUM DISERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI

KABUPATEN BANDUNG

Oleh :

Fidmawan Hadriastika Dedi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Fidmawan Hadriastika Dedi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

FIDMAWAN HADRIASTIKA DEDI

PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG SUDAH LULUS SERTIFIKASI DAN YANG BELUM DISERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI

KABUPATEN BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS. AIFO NIP. 195603031983031005

Pembimbing II

Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP.195806201986011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP.196508171990011001


(4)

(5)

i

ABSTRAK

Fidmawan Hadriastika Dedi. 0801461. Skripsi ini berjudul “Perbandingan Kinerja Guru yang sudah lulus Sertifikasi dan yang belum Disertifikasi dalam

Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung”.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS. AIFO sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Andi Suntoda, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja antara guru yang sudah lulus sertifikasi dan guru yang belum disertifikasi dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kuantitatif, Sampel dalam penelitian ini berjumlah 41 orang dari 13 sekolah SMP Negeri di Wilayah III Kabupaten Bandung yang terdiri dari 28 orang guru pendidikan jasmani yang sudah lulus Sertifikasi dan 13 orang guru yang belum lulus Sertifikasi.

Penarikan sampel menggunakan metode Purposive Sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi dan yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Setelah itu data dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan independent sampel t test dan uji lanjut (Uji Tukey) dengan taraf signifikansi α=0,05.

Hasil pengolahan dan analisis data menggunakan uji lanjut (Uji Tukey) (3,10) > (2,86) maka menunjukkan ditolak dan diterima artinya kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi memiliki kinerja lebih baik dibanding dengan guru yang belum disertifikasi.

Kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengujian hipotesis menyebutkan bahwa kinerja guru yang telah lulus sertifikasi lebih baik dibanding dengan guru yang belum lulus sertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

Kata kunci : Guru yang sudah lulus sertifikasi, Guru yang belum disertifikasi, Pembelajaran pendidikan jasmani


(6)

ABSTRACT

Fidmawan Hadriastika Dedi. 0801461. The title of this research paper is “The Comparison of Work Performance of the Certified Teachers and Uncertified Teachers in Learning of Physical Education in SMP Negeri Kabupaten Bandung”. In writing this paper, the writer was guided by Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS. AIFO as the first supervisor and Drs. Andi Suntoda, M.Pd as the second supervisor.

This study aimed to know whether the work performance of certified teachers and uncertified teachers were different or not in learning physical education in SMP Negeri Kabupaten Bandung. This study was quantitative and used a descriptive method. This study used Purposive Sampling. The sample of this study is 41 teachers from 13 SMP Negeri in region III Bandung regency. It consisted of 28 certified teachers and 13 uncertified teachers.

The technique of data collection in this study was observation sheet which used to know the work performance of certified teachers and uncertified teachers in learning physical education. This data were analyzed to examine a hypothesis which used anIndependent sample t test and Tukey with significance level (α) 0.05.

The findings and data analysis used Tukey and Qobserved (3,10) >

(2,86). It showed that or null hypothesis was rejected and or alternative hypothesis was accepted. It meant that the work performance of certified teachers was better than uncertified teachers.

In short, based on the findings and data analysis, it showed that certified teachers were better than uncertified teachers in learning of physical education in SMP Negeri Kabupaten Bandung.

Key words: Certified teachers, uncertified teachers in learning of physical education.


(7)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah .. ... ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... . ... 8

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis ... 9

A. KajianPustaka ... 9

1. Hakikat Kinerja ... 9

a) Pengertian Kinerja ... 9

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 10

c) Penilaian Kinerja ... 12

2. Hakikat Guru ... 13

a) Pengertian Guru ... 13

b) Syarat Profesi Guru ... 14

c) Peran Guru Dalam Proses Pendidikan ... 15

3. HakikatSertifikasi ... 16

a) Pengertian Sertifikasi Guru ... 16

b) Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru ... 17

c) Prinsip Sertifikasi ... 18


(8)

vi

b) Tujuan Pembelajaran ... 23

c) Pengertian PendidikanJasmani ... 24

d) Tujuan Pendidikan Jasmani... 25

e) Metode Pembelajaran ... 26

f) Strategi Pembelajaran... 30

g) Model-model Pembelajaran ... 33

5. Dampak Sertifikasi Terhadap Kompetensi Guru ... 38

B. Kerangka Pemikiran ... 42

C. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Metode Penelitian ... 45

B. Populasi dan Sampel ... 46

C. Tempat dan Waktu penelitian ... 47

D. Alat Pengumpulan Data ... 49

E. Analisis Validitas dan Reliabilitas Intrumen ... 53

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... 61

B. Pengujian Analisis Data ... 66

C. Pengujian Hipotesis ... 68

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan manusia untuk mengembangkan atau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam mengikuti perkembangan zaman dan untuk mempersiapkan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan pesertadidik difasilitasi, dibina, dibimbing, serta diarahkan menjadi warga negara yang dapat merealisasikan hak serta kewajibannya serta melalui pendidikan bisa dijadikan oleh setiap peserta didik untuk dapat duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 menyatakan :

“Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara“.

Pendidikan yang dilakukan secara sadar dan terencana.Oleh karena itu proses pendidikan di sekolah bukanlah proses asal-asalan dan untung-untungan, tetapi proses yang bertujuan sehingga segala proses pembelajaran diantaranya berorientasi pada tujuan akhir. Proses pendidikan yang terencana tersebut diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar, akan tetapi tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar. Suasana belajar dan pembelajaran diarahkan pada pengembangan potensi anak agar anak didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Artinya proses pendidikan berorientasi pada anak didik (student active learning). Tugas pendidikan adalah berusaha secara optimal mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa anak agar dapat menghafal data dan fakta. Akhir dari proses pendidikan adalah anak memiliki


(10)

kemampuan dan kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual dan pengembangan keterampilan yang dibutuhkan anak (Sanjaya 2006:2-3).

Untuk mendapatkan suatu pendidikan tersebut dapat melalui pendidikan yang bersifat formal maupun nonformal, Pendidikan formal menyelengarakan kegiatan pendidikan yang terencana, teratur dengan adanya kurikulum pendidikan yang dimana didalamnya berisikan aturan tentang pelaksanaan pendidikan disekolah, serta didalam pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal yaitu dilakukan diluar sekolah seperti : Bimbingan belajar, dan kursus keterampilan.

Dalam dunia pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani.Pendidikan jasmani pada hakikatnya proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental dan emosionalnya (Mahendra, 2003:2). Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan dimana untuk meningkatkan keterampilan motorik, serta mengembangkan nilai-nilai fungsional yang meliputi aspek : kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial termasuk pola makan sehat.

Pendidikan jasmani di sekolah akan berhasil apabila dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani dan olahraga yang profesional serta tersedianya sarana dan prasarana serta ditunjang oleh sumber belajar cukup turut memberikan kontribusi terhadap percepatan pencapaian tujuan tersebut. Sejalan dengan itu Menurut Undang-undang Guru dan Dosen ( UURI No. 14 tahun 2005 ) menyatakan dalam butir pasal 1 dijelaskan bahwa :


(11)

3

“ Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membina, mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah”.

Kehadiran guru penting disimak secara serius secara empirik, tidak ada pilihan selain memperhatikan faktor-faktor lain yang menentukan kualitas pendidikan. Menurut Janawi (2011:12) menyatakan bahwa kualitas guru harus ditingkatkan terus menerus, seiring dengan perubahan tuntutan dan perubahan zaman. Dengan kata lain di satu sisi kualitas pendidikan dapat ditingkatkan apabila guru memiliki kompetensi standar berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Begitu juga dengan guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Sejalan dengan itu menurut Tarigan dalam buku

“Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga berlandaskan Ilmu Faal Olahraga” (2009:22) mengemukakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pendidikan jasmani antara lain kemampuan mengelola proses pembelajaran, membangkitkan motivasi dan memberikan berbagai pengalaman belajar bagi anak didiknya baik dilapangan maupun diruang kelas atau bangsa yang digunakan untuk aktivitas pendidikan jasmani yang berlandaskan ilmu faal olahraga. Berkaitan dengan hal tersebut maka guru harus cerdas mengelola lingkungan belajar siswa agar tercapai pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang optimal.

Salah satu kelemahan guru pendidikan jasmani dan olahraga yaitu rendahnya pemahaman tentang penguasaan kompetensi guru dalam pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Akibatnya para guru tidak pernah melakukan inovasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Hardman dan Marshall yang dikutip oleh Lutan (2001) dalam Tarigan (2009:25) mengemukakan : Masih banyak di sekolah-sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani kurang terkoordinasi oleh karena pada waktu pembelajaran siswa dibiarkan melakukan kegiatan olahraga tanpa pengawasan guru pendidikan jasmanidan olahraga. Maka dari itu rendahnya kualitas pendidikan jasmani dan olahraga disebabkan oleh guru pendidikan jasmani dan


(12)

olahraga tidak profesional dan pemerintah kurang memberikan perhatian untuk meningkatkan profesionalisme guru pendidikan jasmani dan olahraga.

Lebih lanjut menurut Tarigan dalam buku “Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga” (2009:26) Keadaan ini semakin terpuruk oleh krisis ekonomi global yang memberi dampak negatif terhadap kemampuan negara sehingga lebih mengutamakan kebutuhan sandang dan pangan dan relatif kurang memperhatikan peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Sedangkan guru pendidikan jasmani saat sekarang dan mendatang sangat dituntut profesionalismenya. Hal ini selaras dengan persaingan dalam beberapa aspek, yaitu aspek sosial, teknologi, dan kemanusiaan, karena persyaratan kemampuan seseorang yang profesional untuk melakukan pekerjaan semakin meningkat.Negara manapun di dunia ini pasti menginginkan guru dan sumber daya manusia yang profesional, apalagi di negara maju. di Indonesia saat sekarang sangat dituntut guru yang memiliki ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Maka dari itu jelas, bahwa kualitas guru sangat memiliki peranan penting sebagai kunci dalam keberhasilan suatu sekolah, karena guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Faktor guru diyakini memegang peran yang sangat strategis dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan. Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan adalah intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan serta kesejahteraan hidup guru yang memadai dengan melaksanakan sertifikasi guru. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian tersebut sertifikasi guru dapat diartikan sebagai sesuatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik


(13)

5

minimum sarjana (S-1) atau Diploma empat ( D IV ), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan proses Pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan yang menjadi tujuan pendidikan nasional.

Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tersebut mendefinisikan bahwa :

“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sertifikasi guru sebagai usaha pemerintah peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan serta mampu menciptakan Pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan. Serta guru yang telah mengikuti Program Sertifikasi dapat mempertahankan serta mempertanggungjawabkan eksistensinya sebagai guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik yang memenuhi persyaratan kompetensi sebagai guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan tidak memanfaatkan sertifikat pendidik tersebut hanya untuk menerima gaji yang lebih besar dari sebelumnya dengan menghilangkan rasa tanggungjawabnya sebagai guru yang telah menerima sertifikat pendidik.

Kinerja guru pendidikan jasmani selama ini sesuai yang terjadi di lapangan sebagian besar guru sedikitnya mulai menerapkan metode baru dalam proses pembelajaran dimana guru dalam melakukan tugasnya dilapangan bisa menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efisien dan menyenangkan akan tetapi tidak sedikit juga guru hanya melihat hasil bukan proses, masih terdapat guru yang dalam proses pembelajaran hanya melihat


(14)

dari sisi lapangan tanpa ikut berpartisipasi atau terlibat langsung dalam proses pembelajaran serta masih terdapat guru yang kurang kreatif dalam memodifikasi alat untuk menunjang pembelajaran. dan masih terdapat juga guru yang masih mengajarkan pendekatan teknik yang membuat siswa didik merasa jenuh dan banyak anak didik yang keterbatasan gerak akibat harus menunggu giliran dengan fasilitas pembelajaran yang kurang lengkap,

Suasana pembelajaran pendidikan jasmani dimasa sekarang seiring dengan adanya program pemerintah untuk menciptakan kualitas agen pembelajaran (Guru) yang profesional yang disebut sertifikasi suasana pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah mulai membuat anak didik semangat untuk melakukan aktivitas jasmani, anak merasa senang, anak tidak merasa jenuh dengan metode ajar yang monoton, memerhatikan keselamatan siswa sehingga siswa merasa nyaman selama melakukan aktivitas jasmani dan anak tidak takut untuk melakukan aktivitas jasmani. sehingga suasana pembelajaran pendidikan jasmani menimbulkan efek dimana anak didik ketagihan akan melakukan aktivitas gerak yang dilakukan disekolah sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan bisa tercapai. Akan tetapi tidak sedikit juga guru yang masih menuntut anak didik untuk mencapai ranah psikomotornya saja masih kurang memperhatikan ranah afektif dan kognitif dimana masih menjurus kearah olahraga dimana yang tujuannya prestasi bukan tujuan pendidikan sedangkan pendidikan jasmani sekarang sangat berbeda

Uraian di atas sangat terkait dengan kinerja guru pendidikan jasmani di Kabupaten Bandung pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga tahun 2012 terdapat guru pendidikan jasmani yang sudah sertifikasi dan yang belum tersertifikasi. Maka dari itu penulis memiliki keinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenaikinerja antara guru pendidikan jasmani yang telah mengikuti pelatihan sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Maka dari itu penulis mengambil judul “Perbandingan Kinerja Guru yang Sudah lulus Sertifikasi dan yang belum Disertifikasi dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung”.


(15)

7

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian yang telah dibahas dalam latarbelakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang sesuai dengan apa yang penulis lihat dari lapangan, yaitu :

1. Masih terdapat guru yang sudah mengikuti program sertifikasi tidak dapat mempertahankan konsistensinya dalam mengajar.

2. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani misalkan guru hanya melihat dari pinggir lapangan tanpa ikut berpartisipasi atau terlibat langsung dalam proses pembelajaran serta tidak sedikit guru kurang kreatif dalam memodifikasi alat untuk menunjang pembelajaran.

3. Tidak sedikit juga guru yang masih mengajarkan pendekatan teknik yang membuat siswa didik merasa jenuh dan banyak anak didik yang keterbatasan gerak akibat harus menunggu giliran dengan fasilitas pembelajaran yang kurang lengkap.

4. Gurudalam melakukan prosesbelum bisa menciptakan Pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan (PAIKEM).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan kinerja antara guru yang sudah lulus sertifikasi dan yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja antara guru yang sudah


(16)

lulus sertifikasi dan yang belum disertifikasi dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeridi Kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Penlitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu guru dalam pembelajaran pendidian jasmani.

b. Menjadi masukan kepada pengambil kebijakan dalam mengkoreksi kinerja para guru pendidikan jasmani.

c. Sebagai bahan bagi guru yang sudah mengikuti pelatihan sertifikasi guru untuk mempertahankan konsistensinya dalam mengajar serta mempertanggungjawabkan atas sertifikat pendidik yang diterima melalui program latihan profesi guru.

2. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan dalam peningkatan kompetensi guru yang berarti dalam dunia pendidikan jasmani yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan.

b. Masukan bagi lembaga pendidikan khususnya PJKR dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam dunia pendidikan. c. Sebagai sumber kajian pengembangan tenaga pendidik yang


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian pada umumnya menggunakan suatu metode yang sesuai dengan permasalahan penelitian itu sendiri. Dimana metode merupakan suatu cara untuk mengimpelementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Sanjaya (2006:7). Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan, mengungkapkan permasalahan yang terjadi pada saat sekarang khususnya dibidang pendidikan. Masalah ini difokuskan pada gambaran perbandingan kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi dan yang belum disertifikasi dalam pembelejaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung. Maka dari itu, dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Mengenai metode deskriptif Sugiama (2008:37) mengemukakan bahwa :“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengumpulkan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut dan menyimpulkan berdasarkan fakta-fakta pada masa

penelitian berlangsung atau masa sekarang”.

Berdasarkan pemaparan diatas mengenai pengertian metode deskriptif, maka metode deskriptif merupakan suatu cara untuk menggambarkan, mengungkapkan suatu kejadian atau permasalahan pada masa sekarang. Pada tahap penelitian ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, akan tetapi data yang sudah terkumpul kemudian disusun dan dianalisis. Sehingga memperoleh gambaran mengenai perbandingan kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi dan yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung.


(18)

B. Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian diperlukan narasumber atau sumber data dan pada umumnya disebut dengan istilah populasi dan sampel. Populasi dan sampel diperlukan karena dalam suatu penelitian memerlukan data dan sumber untuk memperoleh data tersebut melalui populasi dan sampel. Dalam hal ini Abduljabar dan

Jajat (2010:35) mengemukakan bahwa populasi adalah “Sekumpulan objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah para guru pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang betul-betul bisa mewakili populasi, apabila populasi besar dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi.Lebih lanjut menurut Sugiyono

(2011:118) mengemukakan bahwa :”Sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam menentukan jumlah sampel tidak ada patokan yang standar untuk dijadikan acuan dalam menentukan sampel dalam sebuah penelitian, akan tetapi dalam menentukan sampel terlebih dahulu mengetahui sifat atau karakteristik dari populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 terdiri dari 28 orang guru yang sudah lulus sertifikasi dan 13 orang guru yang belum disertifikasi dari 13 Sekolah SMP Negeri di Wilayah III Kabupaten Bandung.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Mengenai dengan hal ini Arikunto (2010:183) menjelaskan bahwa :

“Purposive sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil


(19)

47

Berdasarkan pemaparan di atas, maka alasan pengambilan sampel tersebut, karena dari observasi di lapangan bahwa sekolah-sekolah tersebut masuk kedalam kriteria yang akan diteliti, dimana para guru pendidikan jasmani yang mengajar di SMP Negeri Kabupaten Bandung menjadi narasumber atau sampel dalam penelitian ini. Dimana keberadaan serta kompetensinya telah teruji sehingga mewakili para guru pendidikan jasmani SMP Negeri di Kabupaten Bandung yang memiliki kompetensi sebagai guru yang profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat melakukan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Wilayah III Kabupaten Bandung, waktu dalam pelaksanaan observasi ini terhitung mulai dari tanggal 25 januari s/d 19 Februari 2013. Di bawah ini pada tabel 3.1 disebutkan tempat dan materi pembelajaran yang diamati yaitu, sebagai berikut :


(20)

Tabel 3.1

Tempat dan pelaksanaan observasi kinerja guru di Wilayah III Kabupaten Bandung

Sekolah Materi Pembelajaran

SMP N 1 Majalaya

Atletik Bola Basket

Bola Voli Bola Voli SMP N 1 Solokan Jeruk

Bola Basket Bola Basket Senam Lantai

Sepak bola SMP N 1 Cikancung Bola Voli

Bola Basket SMP N 2 Cikancung Bola Voli

Bola Basket SMP N 3 Cikancung

Bola Basket Sepak Bola Bola Basket SMP N 1 Cicalengka

Bola Voli Bola Voli Sepak Bola SMP N 2 Cicalengka Senam Lantai

SMP N 1 Nagreg Bola Voli

Atletik

SMP N 1 Rancaekek

Bola Basket Bola Basket

Atletik Senam Lantai SMP N 2 Rancaekek

Sepak Bola Bola Voli Bola Voli SMP N 4 Rancaekek Bola Basket

SMP N 1 Paseh

Bola Basket Bola Basket

Atletik

SMP N 1 Ibun Atletik


(21)

49

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data sampel penelitian diperlukan alat yang disebut Instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, sejalan dengan itu Sukmadinata (2010:220) mengemukakan bahwa :

“ Observasi( observation ) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb.”.

Pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila, penelitian yang berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian yang diobservasi menurut Spradley dalam Sugiyono (metode penelitian, 2011:314) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas 3 komponen yaitu Place (tempat), Actor (pelaku),

Activities (aktivitas).

Place : dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung, misalnya diruang kelas atau lapangan.

Actor : pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu seperti Guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua murid.

Aktivities : kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung seperti proses belajar mengajar. Selain itu juga, pada pedoman observasi disusun dalam bentuk skala. Untuk tiap butir kegiatan atau perilaku yang diamati telah disiapkan rentang skala. Skala dalam lembar observasi berbentuk skala deskriptif seperti (Selalu-Kadang-kadang-Tidak Pernah). Setelah itu butir-butir kegiatan atau perilaku dalam lembar observasi yang menggunakan ceklis atau skala diberi angka dengan tujuan agar hasil dari pengamatan dapat dianalisis secara kuantitatif menggunakan analisis statistik. Dalam menyusun format pengamatan atau lembar observasi penulis membuat kisi-kisi pengamatan


(22)

seorang guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) indikator penilaian seorang guru terdiri dari beberapa komponen yaitu pra pembelajaran, membuka pembelajaran, penguasaan materi, pendekatan/strategipembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, Penilaian proses dan hasil belajar, Penutup. Berikut ini pada tabel 3.2 dijelaskan kisi-kisi pengamatan guru Pendidikan Jasmani dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani.


(23)

51

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pengamatan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Komponen Sub Komponen Indikator

Proses belajar mengajar pendidikan jasmani

a. Pra Pembelajaran 1. Memeriksa kesiapan ruang,

media pembelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa.

b. Membuka Pembelajaran. 1. Melakukan kegiatan apersepsi.

2. Menyampaikan Kompetensi

yang akan dicapai dan rencana kegiatan.

c. Penguasaan materi pembelajaran. 1. Mengaitkan materi dengan

pengetahuan lain yang relevan.

2. Mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata

3. Menggunakan bahasa yang

baku

d. Pendekatan/strategi pembelajaran. 1. Melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai.

2. Melakukan pembelajaran

sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Melaksanakan pembelajaran

secara runtut.

4. Menguasai pengelolaan kelas.

5. Melaksanakan pembelajaran

yang bersifat kontekstual.

6. Melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan waktu yang dialokasikan.


(24)

7. Melaksanakan pembelajaran bersifat mendidik

e. Pemanfaatan media pembelajaran. 1. Menghasilkan pesan yang

menarik.

2. Memanfaatkan sumber belajar

dalam melakukan proses

pembelajaran.

3. Menunjukan/mempraktikan

keterampilan dalam

penggunaan sumber belajar.

f. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa.

1. Merespon positif partisipasi siswa.

2. Menunjukan sikap terbuka

terhadap respon siswa. 3. Menciptakan keceriaan dan

antusisme siswa dalam belajar.

4. Menumbuhkan siswa aktif

dalam proses belajar mengajar.

g. Penilaian proses dan hasil belajar. 1. Melakukan evaluasi untuk

bahan koreksi dengan

kompetensi.

h. Penutup 1. Melakukan refleksi atau

membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.

2. Berdo.a dopimpin oleh guru pendidikan jasmani.


(25)

53

E. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilakukan analisis data hasil penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dalam rangka menguji instrumen yang digunakan. Pengujian validitas dan reliabilitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kecenderungan keliru dapat diminimalkan. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa validitas dan reliabilitas adalah tempat kedudukan untuk menilai kualitas alat ukur penelitian.

Hasil analisis instrumen yang dilakukan terhadap 41 orang responden adalah sebagaimana akan diuraikan berikut ini.

a. Uji Validitas

Formula yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah product moment coefficient dari Karl Pearson.

r xy =

]

)

(

][

)

(

[

)

)(

(

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

Berdasarkan bantuan Microsoft excel diperoleh uji validitas item instrumen penelitian untuk variabel kinerja guru adalah sebagaimana tampak dalam tabel 3.3:


(26)

Hasil Uji Validitas Item

ttabel

No. Item

No. Item Koef.

Korelasi

thitung Ket.

Koef.

Korelasi

thitung Ket.

1,70 1 0,500 3,602 Valid 14 0,481 3,425 Valid 1,70 2 0,466 3,286 Valid 15 0,464 3,269 Valid 1,70 3 0,446 3,113 Valid 16 0,458 3,216 Valid 1,70 4 0,435 3,019 Valid 17 0,471 3,334 Valid 1,70 5 0,405 2,764 Valid 18 0,346 2,305 Valid 1,70 6 0,343 2,280 Valid 19 0,422 2,906 Valid 1,70 7 0,571 4,340 Valid 20 0,546 4,066 Valid 1,70 8 0,427 2,953 Valid 21 0,350 2,331 Valid 1,70 9 0,443 3,082 Valid 22 0,548 4,087 Valid 1,70 10 0,452 3,165 Valid 23 0,376 2,531 Valid 1,70 11 0,619 4,917 Valid 24 0,475 3,368 Valid 1,70 12 0,404 2,755 Valid 25 0,316 2,079 Valid 1,70 13 0,556 4,178 Valid 26 0,392 2,658 Valid

(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengujian validitas terhadap 26 item yang ditujukan untuk mengukur variabel kinerja guru, tampak bahwa semua item dinyatakan valid. Dengan demikian, semua item dalam instrumen penelitian variabel kinerja guru dapat digunakan semuanya untuk analisis lebih lanjut.


(27)

55

b.Uji Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus alpha sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item ∑n

2

= jumlah varian butir t

2

= varians total

Berdasarkan bantuan Microsoft excel diperoleh hasil uji reliabilitas atas instrumen penelitian kinerja guru dihasilkan nilai r sebesar 0,84. Nilai rhitungtersebut lebih besar bila dibandingkan dengan nilai rtabel dengan jumlah n = 41 yakni sebesar 0,308. Dengan demikian, maka instrument penelitian kinerja guru dapat dinyatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas termasuk pada kategori sangat tinggi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan unsur yang paling penting, karena tujuan penelitian adalah memperoleh data dari narasumber. Apabila dalam penelitian tidak mengetahui teknik pengumpulan data maka tidak akan memperoleh data yang memenuhi kriteria data yang telah ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dibagi menjadi : pengamatan (observasi), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi.yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan (observasi). Pengumpulan data dengan observasi yaitu penelitian dilakukan dengan cara melihat langsung narasumber dalam melakukan pembelajaran pendidikan jasmani

r11 =

            

2

2 1 1 t i k k  


(28)

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data didapat, maka dilakukan pengolahan terhadap data-data yang telah di dapat dan dilakukan analisis datamenggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan bantuan metode statistik agar diperoleh suatu hasil akhir atau kesimpulan yang benar. Kemudian data yang telah dianalisis disimpulkan berdasarkan hasil analisis. Apabila setelah di analisis data tidak sesuai atau tidak bisa menjawab tentang masalah dalam penelitian, maka dilakukan pengumpulan data yang masih belum memenuhi dan dilakukan analisa serta pengolahan data ulang.

Adapun rumus-rumus statistika yang digunakan untuk mengolah data hasil tes

atau observasi dikutip dari buku “ Metoda Statistika” (2005) yang disusun oleh Sudjana. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Mencari Rata-rata dari setiap kelompok data, yaitu dengan rumus :

µ=

Keterangan :

µ = Rata-rata yang dicari

∑x = Jumlah Seluruh Skor n = Jumlah Sampel 2. Menghitung Simpangan Baku

Keterangan :

= Simpangan Baku yang dicari

Jumlah sampel dikali jumlah skor kuadrat dikurangi jumlah skor yang dikuadratkan.


(29)

57

3. Persentase Hasil Penelitian

Keterangan : P : Prosentase

: Jumlah skor aktual atau pengamatan : Jumlah skor ideal atau pengharapan 100 % : Bilangan tetap

Parameter yang digunakan sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil (2007:429) dengan menafsirkan penilaian persentase sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Frekuensi Persentase

Rentang Nilai Kriteria

81-100% Baik Sekali

66-79% Baik

56-65% Cukup

41-55% Kurang

<40% Kurang Sekali

(sumber: Nurhasan dan Cholil,2007:429):

4. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data tersebut memiliki sebaran normal atau tidak. Kenormalan data dalam penelitian ini diuji dengan


(30)

menggunakan uji Liliefors. Langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan Xi, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Zi, Z2, …, Zn dengan

menggunakan rumus :

̅

2) Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, 3) kemudian dihitung F (Zi) = P (Z<Zi).

4) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus yang

lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi). 5) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

6) Ambil angka terbesar dari harga-harga mutlak tersebut selanjutnya harga tersebut dinyatakan dengan harga Lo (Lhitung).

7) Untuk menerima hipotesis, maka kita bandingkan nilai Lo ini dengan nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata a = 0,05 dengan kriteria adalah tolak hipotesis Ho bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih kecil dari nilai L dari daftar nilai kritis uji liliefors, maka dalam hal ini hipotesisi Ho diterima.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen), maka bisa dikatakan bahwa sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam. Dalam hal ini, pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut;


(31)

59

F = 2

2

Vk Vb

dimana F = Nilai homogenitas varians

Vb2 = Varians terbesar Vk2 = Varians terkecil

Jika Fhitung< Ftabel maka data homogen, dan demikian sebaliknya.

c. Uji Hipotesis Menggunakan Ujit Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji t ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang berarti (signifikan) atas kinerja guru antara kelompok yang telah lulus sertifikasi melakukan dengan guru yang belum lulus sertifikasi. Adapun rumus uji t ( Sudjana, 2005:242) adalah sebagai berikut:

̅

̅

Keterangan :

t’ = nilai t yang dicari (t hitung)

̅ = nilai rata-rata kelompok 1

̅ = nilai rata-rata kelompok 2 = banyaknya sampel kelompok 1 = banyaknya sampel kelompok 2 = variansi kelompok 1


(32)

Kriteria pengujian yang berlaku ialah terima jika t > – α dan tolak jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah ( +

– 2) dengan peluang ( 1-α ). Tolak hipotesis jika

>

Dan terima jika terjadi sebaliknya, dengan = / , = / , =

α), ( - 1 ) dan = –α), ( - 1 ). Peluang untuk penggunaan distribusi t ialah (

1-α) sedangkan dk-nya masing-masing ( - 1 ) dan ( - 1 ). d. Uji Lanjut ( Uji Tukey )

Jumlah Kuadrat Total ( )

= ∑ – (

Jumlah Kuadrat Variabel B ( )

= - (

Jumlah Kuadrat Dalam ( )

= -

RJKD = : ( – 2 )

=

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Kriteria Pengujian Hipotesis : -Tolak H0 (terima H1) jika Qh > Qt -Terima H0 (tolak H1) jika Qh < Qt


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan diperoleh kesimpulan yaitu

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja guru yang telah lulus sertifikasi dan yang belum lulus sertifikasi disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung 2. Guru yang sudah lulus sertifikasi memiliki kinerja lebih baik dibanding

dengan guru yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri Kabupaten Bandung tepatnya pada Wilayah III Kabupaten Bandung yang berjumlah 13 SMP Negeri terhadap guru pendidikan jasmani yang sudah lulus sertifikasi dan guru pendidikan jasmani yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri. Maka dari itu penulis mengajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Bagi guru pendidikan jasmani yang sudah lulus sertifikasi agar terus meningkatkan kinerjanya, lebih kreatif lagi, terus berinovasi dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah, menjadi pribadi yang menjadi panutan bagi anak didiknya, bukan hanya sekedar menjadi pengajar melainkan menjadi pendidik bagi anak didiknya. Sehingga, diharapkan melahirkan anak didik yang memahami nilai-nilai kehidupan serta terampil.

2. Bagi guru pendidikan jasmani yang belum disertifikasi harus tetap semangat serta menjadikannya sebuah motivasi untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik lagi, serta menjadikan sebuah motivasi untuk mengikuti pelatihan sertifikasi. Karena dengan adanya pelatihan sertifikasi


(34)

dapat meninkatkan kualitas kinerja guru dalam melakukan proses belajar mengajar, karena dalam pelatihan sertifikasi guru dibekali ilmu-ilmu baru yang sedang berkembang di masa sekarang dalam melakukan proses belajar mengajar.

3. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta sekolah , hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam menetapkan kebijakan serta dukungan kepada guru pendidikan jasmani yang belum disertifikasi agar diperhatikan kesejahteraannya serta secepatnya diberikan pelatihan sertifikasi demi peningkatan profesionalisme guru dalam mengajar.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang dan Darajat, Jajat (2010) . Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cholil, H dan Nurhasan (2007). Tes dan Pengkuran Keolahragaan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Instrumen Penilaian PLPG.

Hamalik, Oemar (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Husdarta dan Saputra M, Saputra (2000). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah proyek penataran guru SLTP Setara D-III.

Janawi (2011). Kompetensi guru. Bandung. Alfabeta.

Kunandar (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali. Mudjiono dan Dimyati (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahendra, Agus (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK-UPI Bandung. Mulyasa, E (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru : PT Remaja Rosda karya.

Bandung.

Rimang, Siti S. (2011). Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. Bandung : CU Alfabeta.

Riva’i dan Basri.(2004). Penilaian Kinerja dan Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Riza, Farial (2012). Perbandingan Kinerja Guru pendidikan jasmani Yang Bersertifikat Profesi Dengan Guru Pendidikan Jasmani Yang Belum Bersertifikat Profesi Dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Bola Besar Di SMA Negeri Kabupaten Cirebon. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK. Tidak diterbitkan.

Sanjaya, Wina ( 2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : PT Kencana Prenada Media Grup.

Sudjana, M, A (2005). Metoda Statistika. Bandung.Tarsito Bandung. Sugiama-Gima, A (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta.


(36)

Supriadie, Didi dan Darmawan, Deni (2012). Komunikasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Syaodih-Sukmadinata, N (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Beltasar (2009). Optimalisasi pendidikan jasmani berlandaskan ilmu faal dan olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Tite, Juliantine, Subroto, T dan Yudiana, Y (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK-UPI Bandung.

Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Fokus Media.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003

Wahyudi, Imam (2012). Mengejar Profesionalisme Guru strategi Praktis mewujudkan Citra Guru Profesonal. Jakarta: Prestasi Jakarta.

http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinarja-guru.html http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/


(37)

http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinarja-guru.html http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/6.%20Materi%20Kuliah%20Dasar%20Penjas%2 0%5BCompatibility%20M_1.pdf


(1)

60

Fidmawan Hadriastika Dedi, 2013

Perbandingan Kinerja Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dan Yang Belum Disertifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smp Negeri Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kriteria pengujian yang berlaku ialah terima jika t > – α dan tolak jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah ( +

– 2) dengan peluang ( 1-α ). Tolak hipotesis jika

>

Dan terima jika terjadi sebaliknya, dengan = / , = / , =

α), ( - 1 ) dan = –α), ( - 1 ). Peluang untuk penggunaan distribusi t ialah (

1-α) sedangkan dk-nya masing-masing ( - 1 ) dan ( - 1 ). d. Uji Lanjut ( Uji Tukey )

Jumlah Kuadrat Total ( ) = ∑ – (

Jumlah Kuadrat Variabel B ( ) =

- (

Jumlah Kuadrat Dalam ( ) = -

RJKD = : ( – 2 )

=

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Kriteria Pengujian Hipotesis : -Tolak H0 (terima H1) jika Qh > Qt -Terima H0 (tolak H1) jika Qh < Qt


(2)

Fidmawan Hadriastika Dedi, 2013

Perbandingan Kinerja Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dan Yang Belum Disertifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smp Negeri Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan diperoleh kesimpulan yaitu

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja guru yang telah lulus sertifikasi dan yang belum lulus sertifikasi disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung 2. Guru yang sudah lulus sertifikasi memiliki kinerja lebih baik dibanding

dengan guru yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri Kabupaten Bandung tepatnya pada Wilayah III Kabupaten Bandung yang berjumlah 13 SMP Negeri terhadap guru pendidikan jasmani yang sudah lulus sertifikasi dan guru pendidikan jasmani yang belum disertifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri. Maka dari itu penulis mengajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Bagi guru pendidikan jasmani yang sudah lulus sertifikasi agar terus meningkatkan kinerjanya, lebih kreatif lagi, terus berinovasi dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah, menjadi pribadi yang menjadi panutan bagi anak didiknya, bukan hanya sekedar menjadi pengajar melainkan menjadi pendidik bagi anak didiknya. Sehingga, diharapkan melahirkan anak didik yang memahami nilai-nilai kehidupan serta terampil.

2. Bagi guru pendidikan jasmani yang belum disertifikasi harus tetap semangat serta menjadikannya sebuah motivasi untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik lagi, serta menjadikan sebuah motivasi untuk mengikuti pelatihan sertifikasi. Karena dengan adanya pelatihan sertifikasi


(3)

75

Fidmawan Hadriastika Dedi, 2013

Perbandingan Kinerja Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dan Yang Belum Disertifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smp Negeri Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat meninkatkan kualitas kinerja guru dalam melakukan proses belajar mengajar, karena dalam pelatihan sertifikasi guru dibekali ilmu-ilmu baru yang sedang berkembang di masa sekarang dalam melakukan proses belajar mengajar.

3. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta sekolah , hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam menetapkan kebijakan serta dukungan kepada guru pendidikan jasmani yang belum disertifikasi agar diperhatikan kesejahteraannya serta secepatnya diberikan pelatihan sertifikasi demi peningkatan profesionalisme guru dalam mengajar.


(4)

Fidmawan Hadriastika Dedi, 2013

Perbandingan Kinerja Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dan Yang Belum Disertifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smp Negeri Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang dan Darajat, Jajat (2010) . Modul Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cholil, H dan Nurhasan (2007). Tes dan Pengkuran Keolahragaan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Instrumen Penilaian PLPG.

Hamalik, Oemar (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Husdarta dan Saputra M, Saputra (2000). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah proyek penataran guru SLTP Setara D-III.

Janawi (2011). Kompetensi guru. Bandung. Alfabeta.

Kunandar (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali. Mudjiono dan Dimyati (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahendra, Agus (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK-UPI Bandung. Mulyasa, E (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru : PT Remaja Rosda karya.

Bandung.

Rimang, Siti S. (2011). Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. Bandung : CU Alfabeta.

Riva’i dan Basri.(2004). Penilaian Kinerja dan Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Riza, Farial (2012). Perbandingan Kinerja Guru pendidikan jasmani Yang Bersertifikat Profesi Dengan Guru Pendidikan Jasmani Yang Belum Bersertifikat Profesi Dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Bola Besar Di SMA Negeri Kabupaten Cirebon. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK. Tidak diterbitkan.

Sanjaya, Wina ( 2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : PT Kencana Prenada Media Grup.

Sudjana, M, A (2005). Metoda Statistika. Bandung.Tarsito Bandung. Sugiama-Gima, A (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta.


(5)

Fidmawan Hadriastika Dedi, 2013

Perbandingan Kinerja Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dan Yang Belum Disertifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smp Negeri Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono ( 2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriadie, Didi dan Darmawan, Deni (2012). Komunikasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Syaodih-Sukmadinata, N (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Beltasar (2009). Optimalisasi pendidikan jasmani berlandaskan ilmu faal dan olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Tite, Juliantine, Subroto, T dan Yudiana, Y (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK-UPI Bandung.

Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Fokus Media.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003

Wahyudi, Imam (2012). Mengejar Profesionalisme Guru strategi Praktis mewujudkan Citra Guru Profesonal. Jakarta: Prestasi Jakarta.

http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinarja-guru.html http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/


(6)

Fidmawan Hadriastika Dedi, 2013

Perbandingan Kinerja Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Dan Yang Belum Disertifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Smp Negeri Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinarja-guru.html http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/6.%20Materi%20Kuliah%20Dasar%20Penjas%2 0%5BCompatibility%20M_1.pdf