PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU : Survey Pada Guru Yang Sudah Sertifikasi Dengan Yang Belum Sertifikasi Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri Se-Kabupaten Kuningan.

(1)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1 Secara Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.4.2 Secara Praktis ... Error! Bookmark not defined.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

... Error! Bookmark not defined.

2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Pengertian Kinerja ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.1 Model-Model Kinerja .. Error! Bookmark not defined.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.2 Kinerja Guru ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.1 Standar Penilaian Kinerja Guru . Error! Bookmark not

defined.

2.1.2.2 Instrumen Penilaian Kinerja GuruError! Bookmark not

defined.


(2)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.1.3.1 Dimensi

Dimensi Kompetensi GuruError! Bookmark

not defined.

2.1.4 Motivasi Kerja ... Error! Bookmark not defined.

2.1.4.1 Teori Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.4.2 Peranan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.5 Sertifikasi Guru ... Error! Bookmark not defined.

2.1.5.1 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru Error! Bookmark

not defined.

2.2 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Error! Bookmark not defined.

3.1 Objek dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.1.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.1.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Operasional Variabel... Error! Bookmark not defined.

3.4 Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not

defined.

3.4.1 Instrument ... Error! Bookmark not defined.

Sumber: Riduwan dan Sunarto (2011: 21) ... Error! Bookmark not

defined.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.


(3)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.5.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Error! Bookmark not

defined.

3.6.1 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... Error!

Bookmark not defined.

3.6.2.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... Error!

Bookmark not defined.

3.6.2.3 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistic Q dan atau W

... Error! Bookmark not defined.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Gambaran Umum Responden ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error!

Bookmark not defined.

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan UsiaError! Bookmark not

defined.

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status KepegawaianError!

Bookmark not defined.

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kualifikasi Akademik

Error! Bookmark not defined.

4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat/GolonganError!

Bookmark not defined.


(4)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lembaga PendidikanError!

Bookmark not defined.

4.3 Gambaran Umum Variabel PenelitianError! Bookmark not defined.

4.3.1 Variabel Kompetensi Guru (X1)Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Variabel Motivasi Kerja (X2) ... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Variabel Kinerja Guru (Y) ... Error! Bookmark not defined.

4.4 Analisis Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

4.5 Analisis Data dan Pengujian HipotesisError! Bookmark not defined.

4.5.1 Analisis Path Sub-Struktural 1 dan Sub-Struktural 2 ... Error!

Bookmark not defined.

4.5.2 Uji Kesesuaian Model (Overral Model Fit)Error! Bookmark not

defined.

4.5.3 Dekomposisi Pengaruh Antarvariabel ... Error! Bookmark not

defined.

4.6 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

4.6.1 Pengaruh Kompetensi Guru yang Sudah Sertifikasi (X1) Terhadap

Motivasi Kerja (X2) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.2 Pengaruh Kompetensi Guru yang Belum Sertifikasi (X1) Terhadap

Motivasi Kerja (X2) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.3 Pengaruh Kompetensi Guru yang Sudah Sertifikasi (X1) Terhadap

Kinerja Guru (Y) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.4 Pengaruh Kompetensi Guru yang Belum Sertifikasi (X1) Terhadap

Kinerja Guru (Y) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.5 Pengaruh Motivasi Kerja yang Sudah Sertifikasi (X2) Terhadap

Kinerja Guru (Y) ... Error! Bookmark not defined.


(5)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.6.6 Pengaruh Motivasi Kerja yang Belum Sertifikasi (X2) Terhadap

Kinerja Guru (Y) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.7 Pengujian Secara Keseluruhan . Error! Bookmark not defined.

BAB V

PENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... 149

5.2 Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Hasil Pra Penelitian Kinerja Guru Ekonomi

Pada SMA Negeri

Se-Kabupaten Kuningan ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.2

Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi

SMA Negeri di


(6)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 2.1Error! Bookmark not defined.

Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran

Ekonomi di SMA/MA ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.1

Jumlah Guru Ekonomi Yang Sudah Sertifikasi Dengan Yang Belum

Sertifikasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.3

Skor Jawaban Berdasarkan Skala LikertError! Bookmark not defined.

Tabel 3.4

Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.5

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1

Profil Sekolah

(Populasi Penelitian) .... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2

Deskripsi Kompetensi Guru Bagi Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi

... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3

Deskripsi Kompetensi Guru Bagi Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi

... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4

Deskripsi Motivasi Kerja Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.5

Deskripsi Motivasi Kerja Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.6

Deskripsi Kinerja Guru Bagi Guru Ekonomi yang Sudah SertifikasiError!

Bookmark not defined.

Tabel 4.7

Deskripsi Kinerja Guru Bagi Guru Ekonomi yang Belum SertifikasiError!

Bookmark not defined.

Tabel 4.8

Uji Validitas Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.9

Uji Realiabilitas Instrumen Penelitian .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.10

Matriks Korelasi antar Variabel Eksogen,

Variabel Interventing dan

Variabel Endogen ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11

Hasil Analisis Jalur ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.12

Persamaan Regresi Masing-Masing Sub-strukturError! Bookmark not


(7)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.13

Hasil Uji F ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.14

R

2

Sub-struktur 1 dan 2 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.15

Hasil Error Variabels ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.16

Dekomposisi Pengaruh Antarvariabel Error! Bookmark not defined.


(8)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Model Satelite Kinerja Organisasi .... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 2.3

Model Kompetensi Individu Spencer dan Spencer Error! Bookmark

not defined.

Gambar 2.4

Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 2.5

Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.1

Diagram Jalur X1, X2, dan Y ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.2

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 1Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.3

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1

Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten KuninganError! Bookmark

not defined.

Gambar 4.2

Responden Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Sekolah

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.3

Responden Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Sekolah

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.4

Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.5

Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.6

Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Usia ... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4.7

Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Usia ... Error!

Bookmark not defined.


(9)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.8

Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Status Kepegawaian

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.9

Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Status Kepegawaian

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.10

Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Kualifikasi

Akademik ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.11

Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Kualifikasi

Akademik ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.12

Guru Ekonomi Yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan ... 91

Gambar 4.13

Guru Ekonomi Yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan ... 92

Gambar 4.14

Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Pangkat/Golongan

... 93

Gambar 4.15

Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Pangkat/Golongan

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.16

Guru Ekonomi yang Sudah Sertifikasi Berdasarkan Lembaga

Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.17

Guru Ekonomi yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Lembaga

Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.18

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 1

Guru Ekonomi yang Sudah

Sertifikasi dengan yang Belum SertifikasiError! Bookmark not defined.

Gambar 4.19

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2

Guru Ekonomi yang Sudah

Sertifikasi ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.20

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2

Guru Ekonomi yang Belum

Sertifikasi (sebelum trimming) ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.21

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2

Guru Ekonomi yang Belum


(10)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.22

Hubungan Kausal Empiris Variabel X1, X2 terhadap Y

Guru Ekonomi

yang Sudah Sertifikasi ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.23

Hubungan Kausal Empiris Variabel X1, X2 terhadap Y

Guru Ekonomi


(11)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Era globalisasi merupakan suatu perubahan atau keterbukaan di dalam

kehidupan baik sektor ekonomi, sosial, budaya atau sektor politik yang

dihadapkan dengan persaingan. Era globalisasi cenderung membuat suatu negara

tidak bisa terlepas dari pengaruh negara lain, dimana globalisasi telah mengubah

cara hidup individu demikian pula negara dan masyarakat. Tidak ada seorangpun

lagi yang dapat keluar dari arus globalisasi dewasa ini. Dengan adanya globalisasi

maka suatu negara dihadapkan dengan adanya persaingan. Persaingan seperti ini

tentunya menuntut kesiapan negara secara optimal bila tetap ingin bisa berperan

dan menghadapi persaingan saat ini dan yang akan datang yaitu dengan

meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

Bagi Indonesia sendiri, dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia salah satunya adalah dengan memperhatikan sektor pendidikan. Karena

sektor pendidikan merupakan suatu wahana dalam membentuk watak bangsa

menuju bangsa yang berkualitas dan bisa bersaing. Kualitas suatu pendidikan

sangat ditentukan oleh peranan seorang guru. Guru merupakan aktor utama yang

sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang baik.

Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang berarti tanpa

dukungan oleh guru yang profesional dan berkualitas.


(12)

Menurut Mulyasa (2011: 18), karakteristik guru yang dinilai kompeten

secara profesional adalah mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik,

mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, mampu bekerja untuk

mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah dan mampu melaksanakan peran dan

fungsinya dalam pembelajaran di kelas. Jadi, guru yang profesional adalah guru

yang memiliki kompetensi atau standar mutu yang dipersyaratkan untuk

melakukan tugas pendidikan dan pengajaran serta mengedepankan nasib peserta

didiknya untuk bisa menggunakan potensi dan kecakapan yang dimilikinya.

Salah satu cara agar peserta didik mampu menggunakan potensi dan

mengelola kecakapan yang dimilikinya dalam pembelajaran adalah kinerja guru

tersebut. Kinerja guru yang dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi

dalam cara merencanakan, melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar

(PBM) yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesional guru

dalam proses pembelajaran. Dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa tugas

guru bukan saja mengajar melainkan dimulai dari proses perencanaan sampai

dengan penilaian.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada guru

ekonomi di Kabupaten Kuningan Tahun 2012 dengan rincian lima guru ekonomi

yang sudah sertifikasi dan lima guru ekonomi yang belum sertifikasi melalui

sepuluh sekolah yaitu SMAN 1 Luragung, SMAN 1 Ciawigebang, SMAN 1

Lebakwangi, SMAN 1 Garawangi, SMAN 1 Kuningan, SMAN 2 Kuningan,

SMAN 3 Kuningan, SMAN 1 Cigugur, SMAN 1 Jalaksana dan SMAN 1

Pasawahan. Di dapatkan hasil sebagai berikut:


(13)

Tabel 1.1

Hasil Pra Penelitian Kinerja Guru Ekonomi Pada SMA Negeri Se-Kabupaten Kuningan Kriteria

Penafsiran Keterangan

Sudah Sertifikasi

Belum Sertifikasi 4,01 - 5,00 Sangat Tinggi 8,70% 39,13% 3,01 - 4,00 Tinggi 82,61% 60,87%

2,01 - 3,00 Sedang 8,69% 0,00%

1,01 - 2,00 Rendah 0,00% 0,00%

0,01 - 1,00 Sangat Rendah 0,00% 0,00%

Sumber: Sudjana 2005: 67 (data diolah)

Berdasarkan data tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa kinerja guru ekonomi

yang sudah sertifikasi (SS) dengan guru ekonomi yang belum sertifikasi (BS)

didominasi pada kriteria penafsiran 3,01

4,00, hal ini berarti kinerja guru

ekonomi berada dalam tingkatan yang tinggi dengan nilai masing-masing SS

82,61% dan BS 60,87%. Namun jika kita bandingkan kinerja guru berdasarkan

keterangan sangat tinggi justru didominasi oleh guru yang belum sertifikasi yaitu

sebesar 39,13%, sedangkan guru yang sudah sertifikasi hanya sebesar 8,70%.

Selain itu, kinerja guru ekonomi yang sudah sertifikasi juga masih ada beberapa

guru berada pada keterangan sedang sebesar 8,69%. Jadi kesimpulannya, kinerja

guru ekonomi yang belum sertifikasi ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan

guru ekonomi yang sudah sertifikasi.

Menurut Dekan Sampoerna School of Education Prof. Dr. Paulina Pannen,

mengatakan bahwa:

“Data UNESCO 2011, Indonesia memiliki lebih dari 3,4 juta orang guru.

Namun, berdasarkan Kemendiknas hanya 16,9 persen atau 575 ribu orang guru

yang memiliki sertifikasi. "Kekurangan baik dalam jumlah maupun mutu

tenaga pendidik mempertaruhkan masa depan generasi muda Indonesia. Oleh

karena itu, selayaknya tanggung jawab membangun generasi muda,

meningkatkan jumlah, dan mutu tenaga pendidik profesional merupakan

tanggung jawab kita bersama." (Liputan6.com)


(14)

Sedangkan menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Hj.

Netty Prasetyani Heryawan dalam Seminar Pendidikan Profesi Guru Bahasa

Indonesia dan Pekan Seni Sastra Bahasa Indonesia di Universitas Pasundan,

Bandung, mengatakan bahwa:

“Hasil evaluasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 10 persen

dari 200.000 guru bersertifikat di Jawa Barat mengalami penurunan kerja.

Sebanyak 70 persen lainnya stagnan atau tetap dan 20 persen sisanya

mengalami peningkatan. Artinya, tesis bahwa meningkatnya kesejahteraan

guru diharapkan meningkat pula kualitas pendidikan, perlu ditinjau ulang.

"Guru adalah pendidik profesional. Sayangnya realita di lapangan, masih

banyak guru yang tidak berlatar belakang dengan ketentuan/bidang studi yang

sesuai," dan masih banyak guru yang memiliki kompetensi/profesionalitas

rendah. Masih banyak guru yang kurang terpacu untuk mengembangkan diri.

Hanya sedikit guru yang secara sungguh-sungguh dalam membangun

kesejawatan. Untuk itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru:

sertifikasi, seminar-seminar, mengubah paradigma, "bukan lagi teacher

learning center, tapi student learning center". Variabel besar dalam kesuksesan

pendidikan meliputi hardware, software, dan brainware. Untuk itu perlu adanya

restrukturisasi dari mulai paradigma berpikir guru tersebut, hingga tingkatan

kebijakan pemerintah”.

(jabarprov.go.id)

Adapun pendapat lain, Menurut Satria Dharma, Ketua Ikatan Guru

Indonesia (IGI), mengatakan bahwa:

“Karena fokus pada tugasnya mengajari siswa, kebanyakan guru melupakan

belajar untuk meningkatkan kompetensinya. "Padahal, kalau berani mengajar,

maka guru harus berani belajar”. Implikasi dari rendahnya motivasi belajar di

kalangan guru adalah apatisme dalam pembelajaran. Pemicunya adalah

ancaman kelulusan pada ujian nasional yang menjadi tujuan utama dalam

sistem pembelajaran di Indonesia. IGI masih melihat mutu dan profesionalitas

guru sebagai tantangan utama pendidikan nasional. Sementara, program

sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru belum serta merta meningkatan

mutu dan profesionalitas mereka. Padahal mutu guru adalah ujung tombak

mutu pendidikan nasional. Tanpa guru yang bermutu, pendidikan berkualitas

pun akan sulit didapat”.

(okezone.com)

Dari berbagai pendapat diatas terlihat bahwa masih banyaknya guru di

Indonesia yang belum sertifikasi namun untuk di Jawa Barat sendiri guru yang

sudah lulus sertifikasi ternyata dalam peningkatan kinerjanya masih rendah dan


(15)

stagnan, tentunya hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti latar belakang

pendidikan guru yang tidak sesuai, masih rendahnya kompetensi guru serta masih

rendahnya motivasi guru sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan

kinerja guru tersebut.

Menurut Mulyasa (2008: 10), faktor-faktor rendahnya keprofesionalan

guru yang akan berdampak pada kinerja guru adalah (1) masih banyak guru yang

tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru

yang bekerja di luar jam bekerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri baik

membaca, menulis apalagi membuka internet; (2) belum adanya standar

profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan

adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi ataupun setengah

jadi tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan, sehingga menyebabkan

banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesionalnya; (4) kurangnya

motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk

meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di Perguruan Tinggi.

Berdasarkan permasalahan guru tersebut yang berkaitan dengan keprofesionalan

guru yang masih rendah, sangatlah penting untuk diselesaikan secara

komprehensif yang menyangkut semua aspek yaitu kesejahteraan, kualifikasi,

pembinaan, perlindungan profesi dan administrasinya.

Kabupaten Kuningan memiliki beberapa SMA Negeri yang guru-gurunya

sudah sertifikasi dan yang belum sertifikasi. Sehingga disini guru-guru tersebut

dituntun untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ditunjang dengan kinerja


(16)

guru yang baik. Pada tahun 2011 Kabupaten Kuningan memiliki guru SMA

Negeri sebanyak 787 orang yang tersebar di 19 SMA Negeri Kabupaten Kuningan

dengan berbagai mata pelajaran yang diajarkannya. Mata pelajaran ekonomi

merupakan salah satu mata pelajaran yang dijadikan prasyarat dalam kelulusan

Ujian Nasional bagi siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Adapun jumlah

guru ekonomi di Kabupaten Kuningan adalah sebanyak 61 orang yang terdiri dari

42 guru yang sudah sertifikasi dan 19 guru yang belum sertifikasi. Banyaknya

guru ekonomi yang sudah sertifikasi, maka hal ini mengindikasikan bahwa

kriteria guru profesional sudah terpenuhi dan kompetensi seorang guru ekonomi

pun sudah teruji. Dengan demikian seorang guru ekonomi dinyatakan sudah

berkualitas, kualitas ini akan mempengaruhi kinerja seorang guru ekonomi.

Kinerja guru ekonomi yang berkualitas, tentunya akan berpengaruh terhadap

output didikannya.

Guru ekonomi yang berkualitas akan menghasilkan output didikan yang

berkualitas juga, sebaliknya guru ekonomi yang tidak berkualitas akan

menghasilkan output didikan yang tidak berkualitas (asal jadi). Karena hal ini

berhubungan dengan cara seorang guru ekonomi mengajar, mendidik, melatih,

membimbing, menasihati dan lain-lainnya. Guru ekonomi yang berkualitas

tentunya akan memberikan cara pikir atau cara kerja yang bermutu yaitu

mengedepankan potensi anak didiknya agar bisa bersaing dalam dunia akademisi.

Pentingnya kinerja guru terhadap output didikannya, dapat dilihat dari

nilai Ujian Nasional sekolah. Berikut adalah data nilai Ujian Nasional mata

pelajaran ekonomi SMA Negeri Se-Kabupaten Kuningan.


(17)

Tabel 1.2

Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan

No Nama Sekolah

Tahun Pelajaran 2007/ 2008 2008/ 2009 Pertumbuhan 2008/2009 (%) 2009/ 2010 Pertumbuhan 2009/2010 (%) 2010/ 2011 Pertumbuhan 2010/2011 (%) 1 SMAN 1 Kuningan 9.38 9.12 - 0.26 8.41 - 0.71 8.11 - 0.3 2 SMAN 2 Kuningan 9.19 8.86 - 0.33 8.36 - 0.5 7.92 - 0.44 3 SMAN 3 Kuningan 8.94 8.82 - 0.12 8.41 - 0.41 7.87 - 0.54 4 SMAN 1 Ciawigebang 8.55 8.72 0.17 7.95 - 0.77 7.91 - 0.04 5 SMAN 1 Cibingbin 8.63 8.57 - 0.06 7.32 - 1.25 8.28 0.96 6 SMAN 1 Cidahu 8.15 7.19 - 0.96 7.67 0.48 8.01 0.34 7 SMAN 1 Cigugur 8.24 8.35 0.11 7.74 - 0.61 7.97 0.23 8 SMAN 1 Cilimus 8.79 6.55 - 2.24 6.40 - 0.15 7.54 1.14 9 SMAN 1 Ciniru 8.61 8.16 - 0.45 7.93 - 0.23 8.75 0.82 10 SMAN 1 Ciwaru 7.34 6.33 - 1.01 4.98 - 1.35 6.65 1.67

11 SMAN 1 Darma * 8.54 0 7.47 - 1.07 7.94 0.47

12 SMAN 1 Garawangi 8.83 8.82 - 0.01 8.02 - 0.8 8.46 0.44 13 SMAN 1 Jalaksana 8.40 7.92 - 0.48 7.37 - 0.55 7.59 0.22 14 SMAN 1 Kadugede 9.24 8.55 - 0.69 7.64 - 0.91 7.92 0.28 15 SMAN 1 Luragung 9.13 7.44 - 1.69 8.31 0.87 8.77 0.46 16 SMAN 1 Mandirancan 7.92 7.67 - 0.25 7.51 - 0.16 7.70 0.19 17 SMAN 1 Subang 8.45 8.66 0.21 6.99 - 1.67 7.55 0.56 18 SMAN 1 Lebakwangi 7.85 8.31 0.46 8.40 0.09 7.62 - 0.78 19 SMAN 1 Pasawahan 8.54 7.81 - 0.73 7.93 0.12 9.10 1.17

Rata-Rata 8.57 8.13 - 0.44 7.62 - 0.51 7.98 0.36

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai ujian nasional

pada mata pelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan tahun ajaran

2007-2011 mengalami penurunan setiap tahunnya terkecuali pada tahun ajaran

2010/2011 yaitu sebesar 7.98 persen. Dari masalah di atas bisa kita hubungan

dengan adanya pelaksanaan program sertifikasi, dimana ketika program sertifikasi

sudah berjalan selama enam tahun nilai ujian nasional mengalami peningkatan,

namun peningkatan tersebut tidak menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya ketika program sertifikasi baru dimulai yaitu tahun ajaran

2007/2008 dengan peningkatan sebesar 8.57. Seharusnya dengan banyaknya guru

yang sudah sertifikasi akan memberikan peningkatan yang jauh lebih baik.

Catatan : *) = belum mengikuti Ujian Nasional (UN)


(18)

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

penurunan prestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten

Kuningan. Salah satu penyebab penurunan prestasi siswa ini tentu sangat

dipengaruhi oleh seorang guru, apakah guru tersebut meyampaikan pembelajaran

dengan benar atau tidak, tentu ini akan berpengaruh juga pada kinerja guru

tersebut.

Menurut T.R. Mitchell (Sedarmayanti, 2001:51), menyatakan bahwa

kinerja meliputi beberapa aspek yaitu: 1) Quality of Work, 2) Promptness, 3)

Intitiative, 4) Capability, dan 5) Communication yang dijadikan ukuran dalam

mengadakan pengkajian tingkat kinerja seseorang. Selain itu pengukuran kinerja

juga ditetapkan : Performance = Ability x Motivation. Jadi untuk mendapatkan

gambaran tentang kinerja seseorang maka perlu pengkajian khusus tentang

kemampuan dan motivasi.

Dengan demikian faktor yang sangat mempengaruhi dalam kinerja adalah

kemampuan dan motivasi (kemauan). Banyak orang yang mampu namun tidak

adanya kemauan sehingga tetap tidak menghasilkan kinerja. Begitupun sebaliknya

banyak orang yang mempunyai kemauan namun tidak ada kemampuan, ini juga

tetap tidak akan menghasilkan kinerja.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul penelitian:

“Pengaruh

Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru (Survey

Pada Guru Yang Sudah Sertifikasi Dengan Yang Belum Sertifikasi Mata

Pelajaran Ekonomi SMA Negeri Se-

Kabupaten Kuningan)”.


(19)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk mengatasi masalah

tersebut peneliti membatasi berdasarkan rumusan masalah di bawah ini:

1.

Bagaimana gambaran kompetensi guru, motivasi kerja dan kinerja guru

yang sudah sertifikasi dengan yang belum sertifikasi dalam mata pelajaran

ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan?

2.

Bagaimana pengaruh kompetensi guru yang sudah sertifikasi terhadap

motivasi kerja dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada

Kabupaten Kuningan?

3.

Bagaimana pengaruh kompetensi guru yang belum sertifikasi terhadap

motivasi kerja dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada

Kabupaten Kuningan?

4.

Bagaimana pengaruh kompetensi guru yang sudah sertifikasi terhadap

kinerja guru dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten

Kuningan?

5.

Bagaimana pengaruh kompetensi guru yang belum sertifikasi terhadap

kinerja guru dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten

Kuningan?

6.

Bagaimana pengaruh motivasi kerja yang sudah sertifikasi terhadap

kinerja guru dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten

Kuningan?


(20)

7.

Bagaimana pengaruh motivasi kerja yang belum sertifikasi terhadap

kinerja guru dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten

Kuningan?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1.

Gambaran kompetensi guru, motivasi kerja dan kinerja guru yang sudah

sertifikasi dengan yang belum sertifikasi dalam mata pelajaran ekonomi

SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan.

2.

Pengaruh kompetensi guru yang sudah sertifikasi terhadap motivasi kerja

dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan.

3.

Pengaruh kompetensi guru yang belum sertifikasi terhadap motivasi kerja

dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan.

4.

Pengaruh kompetensi guru yang sudah sertifikasi terhadap kinerja guru

dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan.

5.

Pengaruh kompetensi guru yang belum sertifikasi terhadap kinerja guru

dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan.

6.

Pengaruh motivasi kerja yang sudah sertifikasi terhadap kinerja guru

dalam mata pelajaran ekonomi SMA Negeri pada Kabupaten Kuningan.

7.

Pengaruh motivasi kerja yang belum sertifikasi terhadap kinerja guru


(21)

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan pemikiran bagi

perkembangan pendidikan, khususnya bagi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan

mengenai pengaruh kompetensi guru dan motivasi kerja serta kinerja guru yang

sudah sertifikasi dengan guru yang belum sertifikasi. Serta dapat digunakan untuk

pengembangan penelitian-penelitian lebih lanjut.

1.4.2

Secara Praktis

1.

Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi

bagi pihak sekolah dan guru-guru khususnya dalam rangka meningkatkan kinerja

guru yang dilihat dari kompetensi guru dan motivasi kerjanya.

2.

Bagi Penulis

Menambah wawasan mengenai ilmu kependidikan dan memberikan pengalaman

dengan terjun secara langsung ke lapangan serta merupakan temuan awal untuk

melakukan penelitian-penelitian selanjutnya tentang model kompetensi guru,

motivasi kerja dan kinerja guru pada lembaga pendidikan lainnya.


(22)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1

Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari pengertian performance. Selain itu diartikan sebagai

hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, kinerja mempunyai makna yang lebih luas,

bukan hanya hasil kerja atau prestasi kerja saja, tetapi juga bagaimana proses

pekerjaan tersebut berlangsung. Mangkunegara (2010: 9) mengemukakan bahwa:

Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi

kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja adalah

prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang

dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan

tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Kane, kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang, seperti

bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudan dari bakat atau kemampuan

itu sendiri. Dalam hal ini berarti bahwa kinerja merupakan perwujudan dari

kemampuan dalam bentuk karya nyata. Jika kinerja dikaitkan dengan jabatan

berarti kinerja itu adalah sebagai hasil yang dicapai yang berkaitan dengan fungsi

jabatan dalam periode waktu tertentu. (pokjawascilacapblogcom.wordpress.com)

Menurut Hasanita Lestari (2011: 9

), “kinerja adalah

hasil kerja yang dapat

dicapai oleh pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan standar dan aturan

yang berlaku yang dimiliki organisasi ini dalam upaya mencapai visi, misi dan

tujuan organisasi bersangkutan

”.


(23)

Adapun Suryadi Prawirosentono, mendefinisikan kinerja sebagai berikut:

Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral maupun etika.

(pokjawascilacapblogcom.wordpress.com)

Dari berbagai pendapat di atas mengenai kinerja, dapat disimpulkan bahwa

kinerja adalah suatu prestasi atau hasil kerja yang dilakukan oleh individu atau

kelompok dalam suatu organisasi atau lembaga dalam bentuk hasil karya nyata

secara kuantitas atau kualitas dengan menggunakan kemampuannya untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.1.1

Model-Model Kinerja

1.

Model Vroomian

Vroom mengemukakan bahwa “

Performance = f (Ability x Motivation)

”.

Menurut model ini kinerja seseorang merupkana fungsi perkalian antara

kemampuan (ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti

bahwa: jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya

akan rendah pula. (Mulyasa, 2003: 136)

2.

Satelite Model

Satelite model dirumuskan oleh Hersey, Blanchard, dan Johnson yang

menggambarkan

hubungan

antara

kinerja

dengan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi dalam bentuk Satelite Model.

Menurut satelite model, kinerja organisasi diperoleh dari terjadinya

integrasi dari faktor-faktor pengetahuan, sumber daya bukan manusia, posisi

strategis, proses sumber daya manusia, dan struktur. Faktor pengetahuan meliputi


(24)

masalah-masalah teknis administratif, proses kemanusiaan dan sistem. Sumber

daya nonmanusia meliputi peralatan, pabrik, lingkungan kerja, teknologi, kapital,

dan dana yang dapat dipergunakan. Posisi strategis meliputi masalah bisnis atau

pasar, kebijakan sosial, sumber daya manusia dan perubahan lingkungan. Proses

kemanusiaan terdiri dari masalah nilai, sikap, norma dan interaksi. Sementara itu,

struktur mencakup masalah organisasi, sistem manajemen, sistem informasi, dan

fleksibilitas.

Gambar 2.1

Model Satelite Kinerja Organisasi

Sumber: Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E. Johnson, Managemen of Organizatitonal Behavior (Wibowo, 2007: 98)

3.

Model Lawler dan Potter

Model ini dirumuskan oleh Lyman Porter dan Edward Lawler. Dimana

mereka berpendapat bahwa kinerja merupakan fungsi dari keinginan melakukan

pekerjaan, keterampilan yang perlu untuk menyelesaikan tugas, pemahaman yang

jelas atas apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian,

dapat dirumuskan model persamaan kinerja, yaitu:

Kinerja = f (keinginan melakukan pekerjaan, keterampilan, pemahaman

apa dan bagaimana melakukan).

(Wibowo, 2007: 99)

atau Performane = Effort x Ability x Role Perceptions

Performance

Integration Human Process process

integration

Strategic Positioning

Knowledge Structure

Nonhuman Process process integration


(25)

Dimana Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam

situasi tertentu, Ability adalah karakteristik individu seperti intelegensi,

keterampilan, sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan

sesuatu. Sedangkan Role Perceptions adalah kesesuaian antara usaha yang

dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang

seharusnya dikerjakan. (Mulyasa, 2003: 136)

4.

Model Lorsch dan Laurence

Model ini dirumuskan oleh Jay Lorsch dan Paul Laurence. Dimana mereka

menggunakan pemahaman bahwa kinerja adalah fungsi atribut individu,

organisasi, dan lingkungan. Dirumuskan model persamaan sebagai berikut:

Kinerja = f (atribut individu, organisasi, lingkungan)

(Wibowo, 2007: 100)

5.

Model Ander dan Butzin

Ander dan Butzin mengajukan model kineja sebagai berikut:

Future Performance = Past Performance + (Motivation x Ability)

Dimana:

Future Performance

= Kinerja seseorang di masa yang akan datang

Past Performance

= Kinerja seseorang di masa lalunya

Motivation

= Motivasi

Ability

= Kemampuan

(Mulyasa, 2003: 137)

2.1.1.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Berdasarkan berbagai pendapat model di atas, Hersey, Blanchard dan

Johnson merumuskan adanya tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja dan

dirumuskan dengan akronim ACHIEVE.


(26)

A = Ability (knowledge dan skill)

C = Clarity (understanding atau role perception) H = Help (organisational support)

I = Incentive (motivation atau willingness)

E = Evaluation (coaching dan performance feedback) V = Validity (valid dan legal personnel practices) E = Environment (environmental fit)

Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dari

individu maupun yang bersumber dari organisasi. Dari individu sangat

dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensi dan motivasinya. Sedangkan dari

organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik pemimpin memberdayakan pekerjanya,

bagaimana mereka memberikan penghargaan pada pekerja; dan bagaimana

mereka membantu meningkatkan kemampuan kinerja pekerja melalui coaching,

mentoring, dan counselling. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini adalah bagan yang

memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang.

Gambar 2.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Sumber: Sustermeister (Siti Nur Khomsah, 2011)

 Pendidikan

 Pengalaman kerja

 Pelatihan

 Sikap

 Kepribadian

 Cahaya

 Temperatur

 Ventilasi

 Istirahat

 Keselamatan

 Kerja

 Musik

 Organisasi formal

 Serikat pekerja

 Informasi

 Kepemimpinan

 Pengetahuan

 Keterampilan

 Kondisi fisik

 Tempat kerja

Kemampuan

Motivasi

Kinerja

 Lingkungan Sosial


(27)

Berdasarkan uraian dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa kinerja

seseorang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kemampuan dan motivasi.

Faktor kemampuan didalamnya mencakup pengetahuan dan keterampilan, dimana

indikator daripada pengetahuan adalah pendidikan dan pengalaman kerja.

Sedangkan indikator keterampilan adalah pelatihan, sikap dan kepribadian.

Adapun pada faktor motivasi yang di dalamnya mencakup kondisi fisik dan

tempat kerja serta lingkungan sosial. Indikator daripada kondisi fisik dan tempat

kerja adalah cahaya, temperatur, ventilasi, waktu, istirahat, keselamatan kerja dan

musik. Sedangkan indikator untuk lingkungan sosial adalah organisasi formal,

serikat pekerja, informasi, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, dalam

mengoptimalkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja, kita akan

mendapatkan hasil yang baik dan prestasi yang meningkat dari hari ke hari.

Senada dengan kedua faktor utama tersebut yaitu faktor kemampuan dan

faktor motivasi, Keith Davis (Mangkunegara, 2010: 13) merumuskan bahwa:

Human Performance

= Ability x Motivation

Motivation

= Attitude x Situation

Ability

= Knowledge x skill

Penjelasan :

1.

Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi

(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya seseorang yang

memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior,

gifted dan genius serta dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah

mencapai kinerja maksimal.


(28)

2.

Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap

situasi kerja (situation) di lingkungan organsasinya. Mereka yang bersikap positif

(pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dan

sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan

menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup

antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola

kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Menurut Henry Simamora (Mangkunegara, 2010: 14), kinerja

(performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

1.

Faktor individu yang terdiri dari: 3. Faktor organisasi yang terdiri dari:

1)

Kemampuan dan keahlian

1) Sumber daya

2)

Latar belakang

2) Kepemimpinan

3)

Demografi

3) Penghargaan

2.

Faktor psikologi yang terdiri dari:

4) Struktur

1)

Persepsi

5) Job design

2)

Attitude

3)

Pembelajaran

4)

Motivasi

Sedangkan menurut A. Dale Timple (Mangkunegara, 2010: 15),

faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor internal

(disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan

tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai

kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang

tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor

eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal


(29)

dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,

bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor internal dan

faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja

seseorang.

Selain itu menurut Armstrong dan Baron (Wibowo, 2007: 99),

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:

1.

Personal factors, ditunjukan oleh tingkat keterampilan kompetensi yang

dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.

2.

Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan

dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

3.

Team factors, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan

sekerja.

4.

System factors, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang

diberikan organisasi.

5.

Contextual/situational factors, ditunjukan oleh tingginya tingkat tekanan

dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor

yang mempengaruhi kinerja seseorang, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah

faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal timbul dari dalam diri

seseorang (individu) yang terdiri dari faktor kemampuan atau kompetensi dan

latar belakang. Sedangkan faktor eksternal timbul dari luar diri seseorang yaitu

faktor psikologi dan faktor lingkungan. Faktor psikologi terdiri dari persepsi,

sikap (attitude), personality, pembelajaran, dan motivasi. Sementara faktor

lingkungan terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan dan struktur.

2.1.2

Kinerja Guru

Kinerja adalah suatu prestasi atau hasil kerja yang dilakukan oleh individu

atau kelompok dalam suatu organisasi atau lembaga dalam bentuk hasil karya


(30)

nyata secara kuantitas atau kualitas dengan menggunakan kemampuannya untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Uno. Hamzah (2009

: 15), “guru merupakan suatu profesi, yang

berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak

dapat dilakukan oleh sembarang orang di bidang

pendidikan”.

Sedangkan menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru

dan Dosen, “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah”.

Dari pengertian di atas, jadi yang dimaksud dengan kinerja guru adalah

suatu prestasi atau hasil kerja yang dilakukan oleh guru melalui kemampuan yang

dimilikinya dalam melaksanakan peran dan tugas serta menjalankan proses belajar

mengajar yang meliputi perencanaan program kegiatan pembelajaran, pelaksanaan

kegiatan pembelajaran, dan evaluasi/penilaian pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2.1.2.1

Standar Penilaian Kinerja Guru

Menurut Wibowo (2007: 60) “standar kinerja merupakan pernyataan

tentang situasi yang terjadi ketika sebuah pekerjaan dilakukan secara efektif”.

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru

dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan

patokan-patokan tertentu.


(31)

Menurut Mithcell (Mulyasa, 2003: 138) aspek-aspek yang dapat dijadikan

ukuran dalam mengkaji kinerja tenaga pendidikan, antara lain:

1.

Quality of work (kualitas hasil kerja)

2.

Promptness (ketepata waktu menyelesaikan pekerjaan)

3.

Initiative (prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan)

4.

Capability (kemampuan menyelesaikan pekerjaan)

5.

Comunication (kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

pasal

20 tentang Guru dan Dosen, “tugas keprofesionalan guru adalah

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran”.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu, yaitu dilihat dan diukur

berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan

guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

(Direktur Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2008: 4)

Berkenaan dengan penilaian kinerja guru, Georgia Departemen of

Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrumen

yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan

Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana

pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure),

dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).


(32)

1.

Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Menurut Neti Budiwati dan Leni Permana (2010: 30) “secara umum

perencanaan adalah proses pemikiran, penentuan, dan penyusunan berbagai

keputusan secara sistematis dan rasional yang akan dilakukan atau dikerjakan

untuk mencapai tujuan atau target yang telah ditetapkan”.

Menurut Hadari Nawawi (Abdul Majid, 2011: 16) “perencanaan berarti

menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu

pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Sejalan dengan itu

Abdul Majid (2011: 17) mengemukakan bahwa:

“perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran,

penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode

pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan

pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.

Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan

oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik

untuk memiliki pengalaman belajar. Jadi perencanaan pengajaran atau

pembelajaran adalah proses penyusunan langkah-langkah materi, media,

pendekatan dan metode dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan.

Menurut Direktur Tenaga Kependidikan Depdiknas, tahap merencanakan

pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam

menguasai bahan ajar. Dimana kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau

proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru,

yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).


(33)

Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2007 tahap merencanakan

pembelajaran berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki guru, terdiri dari:

1.

Guru dapat berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun.

2.

Guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

3.

Guru mengetahui cara atau proses penyusunan program kegiatan

pembelajaran, yaitu mengembangkan silabus dan RPP.

Mulyasa (2008: 80), mengemukakan beberapa prinsip yang harus

diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu:

1.

Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas. Semakin

konkret kompetensi, semakin mudah diamati dan semakin tepat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

2.

Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan

dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

3.

Kegiatan-kegiatan disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar

harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.

4.

Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta

jelas pencapaiannya.

5.

Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah

terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching)

atau moving class.

Dengan demikian guru harus mempersiapkan perangkat yang harus

dilaksanakan dalam merencanakan pembelajaran. Hidayat (Abdul Majid, 2011:

21), mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam

perencanaan pembelajaran anatar lain:

1.

Memahami kurikulum.

2.

Menguasai bahan ajar.

3.

Menyusun program pengajaran.

4.

Melaksanakan program pengajaran.

5.

Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah

dilaksanakan.

Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs (Abdul

Majid, 2011: 96), “mengandung tiga komponen yang disebut

anchor point, yaitu:


(34)

1) tujuan pengajaran; 2) materi pelajaran/ bahan ajar, pendekatan dan metode

mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3) evaluasi

keberhasilan”. Berikut adalah format rencana pembelajaran menurut Kenneth

D.Moore (Abdul Majid, 2011: 96).

a.

Topik bahasan

b.

Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi)

c.

Materi pelajaran

d.

Kegiatan pembelajaran

e.

Alat/media yang dibutuhkan, dan

f.

Evaluasi hasil belajar

Seorang guru yang mampu menyusun perencanaan dengan baik, maka

akan memperoleh manfaat. Berikut adalah manfaat menyusun perencanaan

menurut Neti Budiwati dan Leni Permana (2010: 39) antara lain:

1)

Sebagai

perwujudan

kemampuannya

mengkoordinasi

komponen-komponen pembelajaran.

2)

Dapat menghindarkan keadaan yang tidak terduga pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

3)

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dengan penggunaan metode kerja

yang sesuai dan sistematis (strategi pembelajaran)

4)

Menghindarkan tindakan coba-coba, tanpa perhitungan yang menyebabkan

inefisiensi dan tidak efektifnya pembelajaran.

5)

Sebagai pedoman pengawasan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran

selalu berpedoman pada tujuan yang sudah disusun.

6)

Membantu guru untuk pengembangan profesionalitasnya.

Sedangkan menurut Abdul Majid (2011: 22), manfaat perencanaan

pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:

1)

Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

2)

Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur

yang terlibat dalam kegiatan.

3)

Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur

murid.

4)

Sebagai alat ukur efektif tidaknyasuatu pekerjaan, sehingga setiap saat

diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.

5)

Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.

6)

Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.


(35)

2.

Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Menurut Mulyasa (2008: 77) pelaksanaan atau sering juga disebut dengan

implementasi adalah:

Proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah

memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan,

sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam fungsi pelaksanaan ini termasuk pengorganisasian dan kepemimpinan

yang melibatkan penentuan berbagai kegiatan, seperti pembagian pekerjaan ke

dalam berbagai tugas khusus yang harus dilakukan guru dan peserta didik

dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2007 tahap pelaksanaan

kegiatan pembelajaran berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki guru, terdiri

dari:

1.

Guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

yang akan diajarkannya.

2.

Guru menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diajarnya.

3.

Guru menampilkan pribadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,

serta mengikuti aturan dan norma yang berlaku.

4.

Guru menunjukan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

jadi guru, dan rasa percaya diri.

5.

Guru menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

6.

Guru dapat mengembangkan materi pelajaran secara kreatif.

7.

Guru dapat menciptakan suasana kondusif di dalam kelas.

8.

Guru memiliki kemampuan menggunakan media dan sumber belajar.

9.

Guru mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai

dengan materi yang akan disampaikan.

10.

Guru dapat memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Menurut Direktur Tenaga Kependidikan (Depdiknas, 2008: 23), kegiatan

pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh

adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan


(36)

penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran

ini menuntut kemampuan guru.

Pengelolaan kelas merupakan kemampuan dalam menciptakan suasana

kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan,

kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa, dan kemampuan

pengaturan ruang/setting tempat duduk siswa yang dilakukan. Sedangkan

penggunaan media dan sumber belajar merupakan kemampuan dalam

menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang

sudah tersedia seperti media cetak, audio dan media audio visual. Tetapi

kemampuan guru disini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada

di sekitar sekolahnya. Selain itu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam

pelaksanaan pembelajaran adalah kemampuan penggunaan metode pembelajaran,

kemampuan ini diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Karena siswa

memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus

menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode

pembelajaran di dalam kelas.

3.

Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Direktur Tenaga Kependidikan (Depdiknas, 2008: 24), mengemukakan

bahwa:

“penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Dimana pada tahapan ini guru dituntut

untuk memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara

evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil

evaluasi”.


(37)

Adapun E. Mulyasa (2005: 78), mengemukakan bahwa:

“evaluasi bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana

atau tujuan yang telah dilakukan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus

mengambil langkah-langkah atau tindakan perbaikan apabila terdapat

perbedaan yang signifikan atau adanya kesenjangan antara proses

pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah direncanakan”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2007 tahap evaluasi

pembelajaran berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki guru, terdiri dari:

1.

Guru memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara

evaluasi. Misalnya PAN atau PAP. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah

cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang

diberikan atau penilaian dimaksudkan untuk mengetahui keududukan hasil

belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar

skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan

tertinggi di kelasnya. Sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah

cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada

seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat

dikuasai siswa.

2.

Guru dapat menyusun alat evaluasi. Misalnya tes tertulis, tes lisan atau tes

perbuatan. Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini

dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara

variatif.

3.

Guru bertindak objektif dan tidak diskriminatif.

4.

Guru dapat mengolah hasil evaluasi.

5.

Guru melaksanakan remedial.

6.

Guru melakukan perbaikan program pengajaran, baik dalam program

semesteran maupun program satuan pelajaran atau RPP, menyangkut

perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

2.1.2.2

Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Direktur Tenaga Kependidikan (Depdiknas,2008: 34), mengemukakan

bahwa:

“terdapat dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai

instumen utama dalam penilaian kinerja guru, yaitu skala penilaian dan (lembar)

observasi”. Berikut adalah penjelasan lebih rincinya:


(38)

a.

Skala Penilaian

Skala penilaian adalah skala yang mengukur penampilan atau perilaku

orang lain (individu) melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau

kategori yang memiliki makna atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan

mulai dari yang tertinggi sampai yang terrendah. Dimana rentang ini dapat

disimbolkan melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (4, 3, 2, 1) atau berupa

kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah dan sebagainya.

b.

Observasi

Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan

untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami (sebenarnya) maupun situasi

buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar merupakan hal yang paling cocok

dinilai dengan observasi.

2.1.3

Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu Competency sebagai kata

benda Competence yang berarti kecakapan, kompetensi dan kewenangan. Seiring

dengan pendapat Suparno (Yamin &

Maisah, 2010: 5) menjelaskan bahwa “kata

kompetensi biasanya diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk

melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki keterampilan dan kecakapan yang

disyaratkan”.

Menurut Charles (Yamin & Maisah, 2010: 6) mengemukakan bahwa

competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for

a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk


(39)

mencapai tujuan yang dipercayakan sesuai dengan kondisi yang diharapkan)”.

Sedangkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah “seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai

oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas kepr

ofesionalan.”

Adapun menurut Neti dan Leni (2010: 46) bahwa “Kompetensi merupakan

kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan

melalui unjuk kerja yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah

menyelesaikan suatu program pend

idikan”.

Guru merupakan aktor yang memiliki peranan sangat penting dalam

proses kegiatan belajar mengajar, guru pun aktor yang berperan dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia menjadi manusia yang potensial di bidang

pembangunan. Oleh karena itu guru harus berperan aktif dalam menempatkan

kedudukannya sebagai guru yang profesional. Peran guru tidak hanya mengajar

dan mendidik saja, dimana menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 39)

menyatakan bahwa peran guru atau fungsi dan tugas guru itu diantaranya

meliputi:

a.

Guru sebagai Educator (pendidik)

b.

Guru sebagai Leader (pemimpin)

c.

Guru sebagai Fasilitator

d.

Guru sebagai Motivator

e.

Guru sebagai Administrator

f.

Guru sebagai Evaluator

Menurut Broke dan Stone (Yamin & Maisah, 2010: 6) mengemukakan

bahwa “kompetensi guru se

bagai ... descriptive of qualitative nature of teacher


(40)

behavior appears to be entirely meaningful. ... kompetensi guru merupakan

gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti”.

Sementara menurut Abdul Majid (2011: 6) mengemukakan bahwa

“standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau

dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya

seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,

kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Standar kompetensi guru bertujuan untuk

memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan

jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran

.

Selain itu menurut Neti dan Leni (2010: 48) menyatakan bahwa

“kompetensi guru da

pat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru”.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi guru adalah penguasaan seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh guru dalam mencapai atau

menjalankan tujuan pendidikan dan tugas keprofesiannya.

2.1.3.1

Dimensi

Dimensi Kompetensi Guru

Penelitian yang dilakukan oleh Tovey (Neti & Leni, 2010: 48)

menyimpulkan bahwa “dimensi yang berperan dalam pembentukan kompetensi

pegawai adalah pengetahuan, keterampilan, perilaku dan faktor-faktor

pengembangan manajemen, tingkat organisasi serta budaya perusahaan”.


(41)

Menurut Spencer dan Spencer (Neti & Leni, 2010: 49), menyatakan bahwa

“kompetensi dibentuk oleh lima hal, yaitu motif (

motive), watak (traits), konsep

diri (self concept), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill). Motif dan

watak merupakan kompetensi inti atau kompetensi sentral, sedangkan

pengetahuan dan keterampilan disebut sebagai kompetensi individu yang bersifat

intent”

yang mendorong untuk digunakannya pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki. Berikut adalah gambar yang memeragakan kerangka konseptual

kompetensi individu menurut Spencer dan Spencer (1993):

Gambar 2.3

Model Kompetensi Individu Spencer dan Spencer Sumber: Neti & Leni (2010: 49)

Berbeda dengan konsep Spencer, Galemon (Neti & Leni, 2010: 49)

mengungkapkan bahwa kompetensi seseorang erat kaitannya dengan kecerdasan

yang dimilikinya. Oleh karena itu, kompetensi seseorang pada dasarnya dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu kompetensi pribadi dan kompetensi sosial.

Kompetensi pribadi meliputi kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi.

Sedangkan kompetensi sosial meliputi empati dan keterampilan sosial.

Watak, motive Keterampilan

Konsep Diri

Sikap, Nilai

Pengetahuan Kompetensi Inti

Kompetensi Permukaan


(42)

Menurut Sardiman (Yamin & Maisah, 2010: 12), kompetensi guru

merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru yang terdiri dari:

1.

Menguasai bahan

2.

Mengelola program belajar-mengajar

3.

Mengelola kelas

4.

Menggunakan media/sumber

5.

Menguasai landasan-landasan kependidikan

6.

Mengelola interaksi belajar-mengajar

7.

Memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar

8.

Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah

9.

Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10.

Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan

guna keperluan pengajaran

Direktorat tenaga kependidikan Depdiknas, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang standar kompetensi guru meliputi empat

komponen, yaitu 1) pengelolaan pembelajaran; 2) pengembangan potensi; 3)

penguasaan akademik; 4) sikap kepribadian. Dimana secara keseluruhan standar

kompetensi terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu:

1)

Penyusunan rencana pembelajaran

2)

Pelaksanaan interaksi belajar mengajar

3)

Penilaian prestasi peserta didik

4)

Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik

5)

Pengembangan profesi

6)

Pemahaman wawasan pendidikan

7)

Penguasaan bahan kajian akademik

Dalam Depdiknas (2004) merumuskan ruang lingkup standar kompetensi

guru yang meliputi tiga komponen kompetensi, yaitu: Pertama, Komponen

kompetensi pengelolaan pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan

perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3)

penilaian prestasi belajar peserta didik: (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil

penilaian. Kedua, Komponen kompetensi pengembangan potensi yang


(1)

151

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Sehingga pelaksanaan pembelajaran bukan hanya dari buku paket dan LKS saja. Dengan demikian, bagi guru ekonomi baik yang sudah sertifikasi ataupun yang belum perlu ditingkatkan terus kemampuan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

 Indikator memilih dan mengembangkan bahan pengajaran yaitu sebelum

pembelajaran, terlebih dahulu guru harus menganalisis materi ekonomi yang akan diajarkan. Karena hal ini sangat perlu untuk mempermudah saat pembelajaran berlangsung.

 Pelaksanaan penelitian tindakan kelaspun perlu ditingkatkan, karena guru

yang profesional adalah guru yang memberikan arahan bagi peserta didiknya.

2. Bagi Sekolah

 Hendaknya sekolah menyediakan fasilitas pembelajaran seperti LCD

atau OHP dan media lainnya yang lebih lengkap agar guru-guru dalam proses pembelajaran bisa berjalan efektif.

 Sekolah sering melaksanakan pengawasan terhadap semua guru baik

guru yang sudah sertifikasi atau yang belum sertifikasi karena terdapat guru yang sudah sertifikasi tidak berorientasi pada tujuan utama sertifikasi itu sendiri. Sehingga kualitas guru tetap terjaga.

 Hendaknya ditingkatkan terus kesempatan yang seluas-luasnya pada guru

ekonomi yang sudah sertifikasi ataupun yang belum sertifikasi untuk pengembangan diri guru tersebut.


(2)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Hendaknya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan-pelatihan harus terus

lebih efektif guna meningkatkan skill pada guru ekonomi.

3. Bagi Pemerintah

Hendaknya pemerintah melakukan pengawasan dan pola pembinaan yang terpadu dan berkesinambungan baik itu pada guru ekonomi yang sudah sertifikasi ataupun pada guru ekonomi yang belum sertifikasi sehingga tujuan dari sertifikasi adalah untuk meningkatkan profesionalitas guru bisa tercapai. Karena terdapat guru yang hanya berorientasi pada tingkat kesejahteraan saja. Pemerintah tidak mestinya ada ancaman tunjangan profesi ditangguhkan, karena kondisi guru banyak yang gaji rendah yang tidak sebanding dengan beban kerjanya, namun yang diperlukan adalah pembinaan yang berkelanjutan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

 Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah cakupan populasi penelitian

yang lebih luas lagi bukan hanya guru ekonomi yang sudah sertifikasi dengan guru ekonomi yang belum sertifikasi tingkat SMA Negeri saja, namun Swasta juga dan tingkatannya lebih diperluas lagi pada penelitian MA/SMK yang sederajat.

 Diharapkan peneliti selanjutnya mengenai kompetensi guru yang diteliti

bukan hanya kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik saja, namun kompetensi secara utuh (kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian).


(3)

153

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain di luar

kompetensi guru dan motivasi kerja yang dapat mempengaruhi kinerja guru.


(4)

Puji Pandulidinillah, 2012

Pengaruh Kompetensi Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Agus Rubiyanto. (2010). Pengertian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran.

[Online]. http://pokjawascilacapblogcom.wordpress.com/2010/07/09/

kemadrasahan. [21 Februari 2012].

Data Keadaan Guru PNS SMA Negeri/Swasta Tahun Pelajaran 2011/2012: Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan Bidang Dikmen.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas.

E. Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya.

E. Mulyasa. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya. Ester Lince Napitupulu. (2009). Kinerja Guru Bersertifikasi Belum Memuaskan.

[Online]. http://edukasi.kompas.com/read/2009/10/06/18242090/kinerja.

guru.bersertifikat.belum.memuaskan. [10 Oktober 2012].

Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno. (2009). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanita Lestari. (2011). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri Mata Pelajaran Ekonomi Di Kabupaten Garut. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung: Alfabeta.

Lyndani Amellya. (2008). Hubungan Kompetensi Profesional dan Motivasi Dengan Kinerja Guru Ekonomi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Sumedang. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

155

Martinis Yamin dan Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).

Moh Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Neti Budiwati dan Leni Permana. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Rep-enal. (2011). Perlu Peningkatan Kualitas Guru Untuk Ubah Paradigma.

Tersedia [Online]. http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/

informasi/berita/detailberita/2276. [21 Februari 2012]

Riduwan dan Kuncoro, EA. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Rifa Nadia Nurfuadah. (2012). Kualitas Guru Rendah Karena Malas Belajar.

Tersedia [Online]. http://kampus.okezone.com/read/2012/01/28/373/

565281/kualitas-guru-rendah-karena-malas-belajar. [21 Februari 2012] Riska Dwi Santika. (2011). Studi Komparatif Tentang Kompetensi Guru Yang

Telah Tersertifikasi dan Yang Belum Tersertifikasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMPN Se-Kecamatan Lembang. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Riski Adam. (2011). Kualitas Guru Indonesia Harus Ditingkatkan . Tersedia [Online]. http://berita.liputan6.com/read/360011/kualitas-guru-indonesia-harus-ditingkatkan. [21 Februari 2012]

Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju.

Siti Nur Khomsah. (2011). Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Karanganyer Kebumen. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Soekidjo Notoatmodjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Banun Muslim. (2010). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang No. 16 Tahun 2007 Tentang

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ---. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. http://www.kompas.com