PEMANFAATAN BENDA-BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP GEOMETRI DAN KEMAMPUAN TILIKAN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

(1)

156

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. El-Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang. [Online]. Tersedia: http://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09. [20 Juni 2011]. Aini, T. N. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele Dalam Membantu

Siswa Kelas IV SD Membangun Konsep Segitiga. [Online]. Tersedia: http://lppm.ut.ac.id/jp/72sept06/01husnaeni.pdf. [2 Maret 2011].

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Rev. Cet. 10. Jakarta: Bumi Aksara.

Cai, Lane, dan Jakabacsin, M.S. (1996). “Assessing Students Mathematical Communication” Official of The Science and Mathematics. 96 (5) 238-2466.

Depdiknas. (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika. Jakarta: BSNP.

Diocese of Toledo Mathematics Course of Study. (2010). Geometry and Spatial Sense Standard. [Online]. Tersedia:

http://www.cyss.org/Schools/CofS/MathPilotByStandards/PilotMathGeom etrySpatialSense.pdf. [17 Maret 2011].

Guntur, M. (2004). Efektifitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi siswa Kelas I SMU. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Herawati. (2009). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar Pecahan Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Herman, T. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(2)

Husnaeni. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele Dalam Membantu Siswa Kelas IV SD Membangun Konsep Segitiga. Universitas Terbuka: Jurnal Pendidikan, Volume 7, Nomor 2, September 2006, 67 – 78. [Online]. Tersedia: http://lppm.ut.ac.id/jp/72sept06/01husnaeni.pdf [3 Maret 2011].

Kania, F. (2009). Kegiatan Pembelajaran Realistik Mathematics Education (RME) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kardi, S., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press.

Kelly, C. A. (2006). Using Manipulatives in Mathematical Problem Solving: A Performance-Based Analysis. The Montana Mathematics Enthusiast. Volume 3, no.2. [Online]. Tersedia: http://scholar.google.co.id/scholar. [11 April 2011].

Mahligai, F. H. (2007). Penggunaan Interactive Handout Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Pembelajaran Geometri Pokok Bahasan Segiempat Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Peserta Didik Kelas VII SMP 2 Semarang Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006. [Online]. Tersedia:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0164/1df3373 1.dir/doc.pdf. [3 Maret 2011].

Meltzer. D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics. American Journal of Physics. Vol. 70, No. 7.

NCTM. (1989). Curriculum and Evalutioan Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

_______(2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: Reston.

Nirmala. (2009). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.


(3)

Pujiati dan Sigit T. G. (2009). Modul Matematika SD Program Bermutu Pembelajaran Pengukuran Luas Bangun Datar dan Volum Bangun Ruang Di SD. [Online]. Tersedia:

http://p4tkmatematika.org/file/problemsolving/TahapanMemecahkanMasa lah.pdf. [3 Maret 2011].

Pujiati. (2002). Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama. Depdiknas. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/downlolad/smp/APMat.pdf. [3 Maret 2011]. Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Puspita, D. (2010). Penggunaan Media Benda Asli untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika Kelas III SD Negeri Baran I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. [Online]. Tersedia:

http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/150571808201001091.pdf [4 Juli 2011].

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

_______________(2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito.

Sabrinah, S. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sari, A. (2009). Pemberdayaan Benda Manipulatif Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkakan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Siswa Sekolah Dasar. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sriudin. (2009). Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Hasil Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://s1pgsd.blogspot.com/2009/01/ [2 Maret 2011].

Sudjana, N., dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, W. (1986). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.


(4)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: PendekatanKuantitatif, Kulitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharjo. (2005). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Soal Cerita Metematika SD Melalui Penggunaan Bahan Manipulatif. Jurnal Sekolah Dasar, Tahun 14, Nomor 2, November 2005. [Online]. Tersedia:

http://images.lovelydaniyah.multiply.multiplycontent.com/ [4 Juli 2011]. Suherman dan Turmudi, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Sujono. (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud. P2LPTK.

Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa S1 Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian Lemlit UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Sunardi. (2000). Hubungan Tingkat Berpikir Siswa Dalam Geometri dengan Kemampuan Siswa Dalam Geometri. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, 6, (2), 35-49.

Suparno, P. (2001). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

___________(1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius.

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Syarifuddin. (2009). Pembelajaran Matematika Sekolah. [Online]. Tersedia: http://syarifartikel.blogspot.com/ [25 Mei 2010].

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

_________(2009). Modul 4, Bangun-Bangun Geometri Di Bidang Datar. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ [7 Oktober 2010].

Walle, John Van de. (1998). Elementary and Middle School Mathematics. Teaching Developmentally. New York: Longman.


(5)

Widiawati, Y. (2009). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga Manipulatif dalam Pembelajaran Konsep Perkalian pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas IV (Empat) SDN Tegalpanjang. [Online]. Tersedia: http://kelompok18bgr.wordpress.com/2011/06/11/ [4 Juli 2011]. Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), 61-69.

[Online]. Tersedia: http://widodo.staf.upi.edu/files/2011/03/2005-Taksonomi-Tujuan-Pembelajaran.pdf [5 Agustus 2011].

Winataputra, U. S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aplikasi matematika dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadikan matematika sebagai alat bantu manusia untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Winaputra, 2007). Begitu pentingnya belajar matematika karena sangat besar peran matematika dalam segala jenis dimensi kehidupan, seperti banyaknya persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur (Sujono, 1988). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kita tidak akan bisa hidup normal di tengah-tengah masyarakat tanpa memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar matematika, seperti pengetahuan membilang dan keterampilan menghitung.

Melihat pentingnya penguasaan matematika dalam peningkatan mutu sumber daya manusia dan manfaatnya dalam kehidupan keseharian, maka sudah sewajarnya sejak sekolah dasar dan bahkan sejak taman kanak-kanak pelajaran matematika mulai diperkenalkan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dengan demikian tujuan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah memberi penekanan pada penataan


(7)

nalar, pembentukan sikap positif siswa, dan keterampilan siswa dalam menerapkan matematika (Depdiknas, 2007).

Pemahaman matematika merupakan salah satu tujuan penting dalam tujuan pembelajaran matematika, yaitu memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan sekedar hafalan tapi lebih jauh lagi. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, karena guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dapat dipahami siswa sepenuhnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, siswa dikatakan memahami suatu konsep atau paham terhadap konsep yang diberikan dalam proses belajar mengajar jika ia mampu mengemukakan atau menjelaskan suatu konsep yang diperolehnya berdasarkan kata-kata sendiri, tidak sekedar menghafal. Selain itu ia juga dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep dengan konsep lainnya yang telah diberikan terlebih dahulu.

Menurut pendapat beberapa ahli seperti yang dikemukakan Ruseffendi (dalam Aini, 2008), aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis merupakan bagian matematika yang timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Menurut Budiarto (dalam Aini, 2008) geometri didefinisikan sebagai cabang matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang, serta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungan dengan yang lain. Geometri diajarkan di sekolah berguna untuk


(8)

meningkatkan berpikir logis dan membuat generalisasi secara benar. Agar dapat memahami aritmetika, aljabar, kalkulus dan lain-lain lebih baik, maka kemampuan konsep geometri hendaknya dikuasai siswa secara mendalam karena disini konsep-konsep geometri berperan sebagai alat.

Pembelajaran geometri di pendidikan dasar dimulai dengan cara sederhana dari konkret ke abstrak, dari segi intuitif ke analisis, dari eksplorasi ke penguasaan dalam jangka waktu yang cukup lama, serta dari tahap yang paling sederhana hingga yang tinggi (Budiarto dalam Aini, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Van Hiele (Ruseffendi dalam Aini, 2008) anak-anak dalam belajar geometri melalui beberapa tahap yaitu: pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi. Gabungan dari waktu, materi pelajaran, dan metode pengajaran yang dipakai untuk tahap tertentu akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi. Pengajaran geometri menurut Susanta (dalam Aini, 2008) dapat melatih berpikir secara nalar, oleh karena itu geometri timbul dan berkembang karena proses berpikir.

Menurut Turmudi (2009) dalam Modul 4 tentang Bangun-Bangun Geometri Di Bidang Datar: “Geometri memegang peranan penting di Sekolah Dasar. Dalam beberapa tahun ke belakang pembelajaran geometri di SD hanya sebatas pemahaman dan pengukuran sudut. Sekarang, sistem geometri dan tilikan ruang merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan sistem bilangan dan cara berpikir numerik, sebagai fundasi untuk pengenalan lebih lanjut tentang matematika dasar dan matematika tinggi. Namun, untuk tingkat memahami


(9)

konsep saja, siswa sudah sangat kesulitan yang dikarenakan abstraknya penyampaian konsep geometri oleh guru.”

Selanjutnya, juga dalam Turmudi (2009), geometri juga dapat digunakan dalam berbagai bidang terapan (aplikasi). Misalkan banyak orang menggunakan istilah tilikan ruang untuk menyusun furnitur atau barang-barang bawaan di dalam pesawat terbang, tempat untuk parkir mobil, pengukuran panjang atau jarak dari suatu tempat ke tempat lain, membuat suatu perkiraan, menetapkan satuan panjang, dan satuan luas, serta beberapa aplikasi sehari-hari lainnya. Berpikir geometri dan berpikir visual sangat esensial dalam seni, arsitek, desain, grafik, animasi serta puluhan bidang kejuruan lainnya. Pengenalan geometri sebagai kemampuan dasar dalam matematika telah cukup lama mendapat penekanan dalam kurikulum SD akhir-akhir ini.

Rasionalnya adalah bahwa geometri terkait erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kedua aspek praktis dan keindahan (estetika) dapat kita temukan dalam bidang seni dan arsitektur, eksplorasi ruang, perencanaan rumah, perencanaan bangunan, desain pakaian (mode) serta desain mobil. Topik-topik yang demikian sebenarnya dapat menarik minat siswa dan juga dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan geometri dan ketrampilan siswa, kemampuan tilikan ruang dan kemampuan pemecahan masalah.

Pembelajaran geometri hendaknya mengikuti kaidah pedagogik secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit. Sehingga dalam pembelajaran geometri bidang datar yaitu bentuk geometris yang hanya terdiri dari dua dimensi (panjang


(10)

dan lebar) atau yang hanya memiliki luas tetapi tidak memiliki volumee, dimulai dengan menyelidiki keseluruhan atau bentuk bangunnya terlebih dahulu, kemudian baru ke unsur-unsur yang lebih kecil dan sederhana. Misalnya dimulai dari bangun datar, dilanjutkan dengan sisi, titik sudut, titik puncak, dan akhirnya sifat-sifat sejajar, tegak lurus, serta ukuran.

Dalam proses pembelajaran bangun ruang yaitu bentuk geometris yang terdiri dari tiga dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) atau yang memiliki volumee, terlebih dahulu menunjukkan model-model bangun ruang dan menyebutkan namanya satu persatu dimulai dengan bangun ruang yang sering diketahui oleh siswa. Menyebutkan benda-benda di lingkungan siswa yang bentuknya menyerupai bangun ruang yang dimaksud. Menunjukkan ciri-ciri bangun ruang tersebut, seperti balok, kubus, prisma, prisma segitiga, limas segiempat, tabung atau silinder, kerucut, dan bola.

Berdasarkan identifikasi masalah pada saat kegiatan diklat di P4TK Matematika banyak guru yang merasa kesulitan dalam membelajarkan luas daerah bangun datar dan volume bangun ruang. Hal itu sesuai dengan hasil Training Need Assesment (TNA) yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika bagi guru sekolah dasar pada tahun 2007 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang dari 15 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa 95,4% responden masih memerlukan materi pengukuran volume dan 94,1% responden masih memerlukan materi luas daerah bangun datar (Laporan TNA, dalam Pujiati dan Sigit, 2009: 2).


(11)

Geometri di sekolah dasar (SD) di satu pihak merupakan kajian matematika yang sangat strategis untuk mendorong pembelajaran matematika ke arah apresiasi dan pengalaman matematika dengan cara belajar matematika secara bermakna. Sifat visual dan representasinya menjadikan geometri dapat mendukung siswa untuk memahami konsep bilangan dan pengukuran. Aktivitas pemecahan masalah dalam geometri merupakan aktivitas yang baik untuk perkembangan berpikir siswa karena berhubungan dengan ruang, konstruksi, serta terkait dengan dunia nyata. Di pihak lain, posisi geometri seperti itu tidak banyak mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran matematika di kelas. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran geometri belum memberikan hasil sesuai dengan harapan yang ditandai dengan rendahnya prestasi belajar siswa pada materi geometri (Clements & Battista, 1992 dalam Husnaeni, 2006). Bahkan, ditemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi dalam bidang matematika ternyata pemahaman geometrinya berada pada urutan prestasi yang paling rendah.

Kesulitan belajar siswa itu tidak terlepas dari praktek pembelajaran yang selama ini telah berlangsung. Sehubungan dengan itu, ada sesuatu yang perlu dibenahi dalam praktek pembelajaran matematika di SD, terutama dalam pembelajaran materi geometri. Praktek pembelajaran matematika yang berlangsung hingga saat ini cenderung masih berorientasi pada pencapaian target kurikulum. Proses pembelajaran masih menempatkan guru sebagai sumber pengetahuan dan sangat jarang ditemukan siswa terlibat dengan aktivitas dan proses matematika dalam proses belajar. Di samping itu, sangat jarang digunakan alat peraga sederhana yang memadai untuk menjembatani siswa memahami


(12)

konsep yang dipelajari. Dengan demikian siswa mendapat kesulitan memahami konsep matematika. Sebagai contoh dalam tes awal yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana konsepsi geometri siswa kelas IV SD Negeri Sumbersari III Malang yang berkaitan dengan bangun segitiga terungkap bahwa persepsi visual mereka masih kurang dan penalarannya pun masih sangat lemah. Selain belum bisa menentukan suatu bangun yang disebut segitiga, siswa juga belum memahami konsep garis lurus, sisi, dan sudut (Husnaeni, 2006).

Usaha keras telah dilaksanakan melalui berbagai pembaharuan agar matematika yang diajarkan dapat merangsang siswa untuk mencari sendiri, melakukan penyelidikan sendiri, melakukan pembuktian terhadap suatu dugaan (conjecture) yang mereka buat sendiri, dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan teman atau pertanyaan gurunya. Aktivitas siswa yang demikian hendaknya tidak selalu menggantungkan diri kepada guru, melainkan hendaknya siswa berkemauan keras mencari sendiri dengan catatan bahwa fasilitas, buku pelajaran, sumber matematika, konteks matematika, dan alat-alat yang mendukung proses investigasi dan inquiry matematika tersedia atau paling tidak diberitahu oleh gurunya bahwa alam sekitar siswa sebenarnya tersedia konteks dan media matematika yang memadai untuk belajar. Terdapat banyak sumber belajar bagi siswa, misalnya lingkungan, teknik, orang, pesan, bahan, dan alat (Turmudi, 2008: 1-2).

Mulyasa (dalam Mahligai, 2007) mengemukakan bahwa terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP, salah satunya adalah mengembangkan fasilitas dan sumber belajar. Sumber


(13)

belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang profesional. Dalam pengembangan sumber belajar, guru di samping harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkret.

Demikian halnya dengan pengembangan KTSP yang menuntut aktivitas dan kretivitas guru dalam membentuk kompetensi pribadi peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. Karena, materi geometri dipandang sulit, sehingga perlu dibantu dengan alat visual berupa alat peraga atau sumber belajar yang lainnya agar mampu mempercepat pencapaian kompetensi peserta didik dalam mempelajari geometri. Kompetensi peserta didik yang dimaksud mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan Kepmendiknas No. 23 tahun 2006 (BSNP, dalam Mahligai, 2007) agar dapat membantu siswa memahami materi geometri dengan visualisasi yang lebih konkret. Sehingga, siswa tidak sekedar memahami dengan imajinasi saja tetapi juga melalui penemuan secara empirik.

Media belajar merupakan sarana dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media belajar dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas atau kegiatan siswa, serta efektivitas dan efisiensi. Secara khusus media belajar dapat dirancang dan


(14)

dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar, serta untuk keperluan pembelajaran, seperti bahan ajar atau LKS, multi media, alat peraga atau benda-benda manipilatif, dan lain-lain.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses dalam rangka menanamkan dan menciptakan kondisi sehingga siswa memiliki keterampilan matematika. Kondisi tersebut dapat diciptakan atau dapat dialami siswa apabila media belajar yang ada dapat dikembangkan oleh guru. Pengembangan media belajar yang dimaksud setidaknya mencakup beberapa hal, yaitu:

1. Media belajar dibuat sehingga dapat dipahami siswa, misalnya media belajar yang dikenal dalam suatu daerah. Dalam belajar matematika, untuk meningkatkan kemampuan berhitung dapat digunakan sempoa atau dekak-dekak. Untuk materi pengukuran, misalnya menggunakan satuan-satuan yang lebih dikenal seperti depa, jengkal, kaki, dan lain-lain.

2. Media belajar dapat disajikan dalam berbagai cara sehingga mudah dan dapat digunakan siswa. Misalnya penanaman konsep bentuk-bentuk bangun datar dengan permainan tangram dan penggunaan geoboard, penanaman konsep volume dengan menggunakan kubus satuan, penanaman konsep statistik seperti modus, mean (rata-rata), rentang dengan melakukan kegiatan pengukuran berat badan siswa pada suatu kelas, dan lain-lain.

3. Media belajar dapat disesuaikan dengan kondisi atau keadaan di lingkungan sekolah. Misalnya bahan ajar yang menggunakan persoalan yang ada di lingkungan sekitar, seperti mengukur tinggi pohon, mengukur kedalaman suatu


(15)

sungai, menghitung luas daerah suatu ruangan, mengukur luas sawah, dan lain-lain.

Sehubungan hal tersebut di atas para guru di sekolah diharapkan untuk dapat menggunakan media belajar secara tepat dengan memperhatikan; karakteristik pesan/bahan ajar, karakteristik pebelajar, dan karakteristik media belajar itu sendiri. Peranan penting media belajar itu diantaranya adalah: (a) memfasilitasi pengalaman belajar pembelajar; (b) mendukung serta mempermudah terjadinya proses pembelajaran; (c) mempercepat laju belajar dan memberi kesempatan pembelajar untuk belajar sesuai dengan kemampuannya; (d) membantu pendidik dalam menggunakan waktu secara lebih efisien; dan (e) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.

Fakta yang ada di lapangan, dan telah diamati oleh para peneliti dikemukakan Sitepu (dalam Sriudin, 2009) :

1. Pemanfaatan aneka media belajar di sekolah belum sesuai harapan

2. Walau guru mengaku mengetahui konsep belajar yang menuntut penggunaan berbagai media belajar, proses pembelajaran masih berpusat pada guru.

Dalam pembelajaran matematika, media belajar lebih difokuskan pada alat peraga atau inovasinya lebih dikenal dengan benda manipulatif. Penggunaan benda manipulatif akan memberi banyak keuntungan kepada siswa karena siswa dapat memahami konsep dan karakteristik materi yang disampaikan. Selanjutnya guru akan menjadi lebih kreatif dalam menggunakan dan memilih benda manipulatif yang sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan, sehingga pada


(16)

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pemahaman yang nantinya diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Selama ini pembelajaran matematika dipandang sebagai pelajaran yang menyeramkan. Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan dan jenuh dalam belajar matematika. Sikap siswa ini dikarenakan pembelajaran matematika yang diberikan selama ini hanya berupa pelajaran klasikal yang konvensional. Pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru yang mengajar (teacher centered). Aktivitas siswa kurang antusias dan menarik, hal ini terlihat ketika pembelajaran berlangsung. Siswa hanya mendengarkan dan menyimak guru mengajar. Siswa tidak berani bertanya apalagi untuk mengeluarkan pendapat. Dan juga siswa hanya disuguhi dengan rumus-rumus baku yang diterapkan pada soal-soal sederhana, dan ketika diberikan soal-soal cerita dan soal-soal-soal-soal non-rutin maka siswa kesulitan memahami maksud soal karena kurang memahami konsep dasar matematika.

Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika tersebut membuat kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep matematika belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Hasil evaluasi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 1999 menjelaskan bahwa siswa Indonesia menduduki peringkat ke-34 dari 38 negara. Kemudian pada tahun 2003, siswa Indonesia berada pada urutan ke-34 dari 45 negara.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menggungkapkan dan meneliti bagaimanakah jika dalam pembelajaran matematika memanfaatkan benda-benda manipulatif sebagai bantuan untuk memvisualisasikan bangun datar dan bangun


(17)

ruang. Maka, peneliti merumuskan beberapa permasalahan di atas ke dalam sebuah judul “Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka secara umum dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian ini sebagai berikut: “bagaimana pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif untuk meningkatkan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa kelas V Sekolah Dasar?”

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari level sekolah (tinggi, sedang, rendah)?


(18)

3. Apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan pemahaman konsep geometri?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan tilikan ruang antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan tilikan ruang siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari level sekolah (tinggi, sedang, rendah)?

6. Apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan tilikan ruang?

7. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

memanfaatkan benda-benda manipulatif?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif untuk meningkatkan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa kelas V Sekolah Dasar. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:


(19)

1. Mendeskripsikan dan mengetahui perbedaan pemahaman konsep geometri antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Mendeskripsikan dan mengetahui perbedaan pemahaman konsep geometri siswa antara yang belajar matematika dengan pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dan pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah.

3. Mendeskripsikan dan mengetahui interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap pemahaman konsep geometri.

4. Mengetahui perbedaan kemampuan tilikan ruang antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

5. Mengetahui perbedaan kemampuan tilikan ruang siswa antara yang belajar matematika dengan pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dan pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah.

6. Mendeskripsikan dan mengetahui interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan tilikan ruang.

7. Mendeskripsikan dan mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai manfaat baik bagi peniliti, pendidik, dan juga siswa. Berikut ini adalah manfaat penelitian yang diharapkan, yaitu:

1. Manfaat bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat mengetahui benda-benda manipulatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam aspek bangun datar dan bangun ruang. Peneliti juga dapat mengetahui efek dari penerapan pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif untuk meningkatkan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa kelas V Sekolah Dasar.

2. Manfaat bagi pendidik, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan pemanfaatan benda-benda manipulatif untuk pembelajaran matematika, khususnya dalam aspek bangun datar dan bangun ruang. Selain itu, masukan bagi guru jika ingin merancang dan mengembangkan benda-benda manipulatif dan pembelajaran yang menarik dan inovatif dengan mengkombinasikan model-model pembelajaran yang ada dengan pemanfaatan benda-benda manipulatif yang tepat.

3. Manfaat bagi siswa, siswa dapat mengenal dan menggunakan macam-macam benda-benda manipulatif dalam pelajaran matematika khususnya dalam aspek bangun datar dan bangun ruang sehingga pemahaman konsep geometri dan tilikan ruang siswa akan meningkat dan juga motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran matematika.


(21)

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang mendefinisikan cara yang tepat di mana suatu variabel diukur. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu variabel. Memberikan langkah-langkah yang digunakan dalam mendefinisikan setiap variabel yang memungkinkan orang lain untuk mengevaluasi dan berpotensi mereplikasi studi penelitian.

Judul penelitian ini adalah “Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Terdapat dua variabel dalam judul penelitian ini, di mana variabel terikat (Y), yaitu pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang; dan variabel bebas (X), yaitu pemanfaatan benda-benda manipulatif dalam pembelajaran matematika pada bangun datar dan bangun ruang.

Istilah yang digunakan dalam suatu penelitian mempunyai makna tersendiri. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman dan salah tafsir pembaca, peneliti merasa perlu memberi penjelasan operasional terhadap variabel-variabel dan istilah-istilah yang terkait dalam judul penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif

Benda manipulatif dalam penelitian ini merupakan benda-benda yang dapat dipegang, diputar balikkan, diraba, diubah-ubah atau dimanipulasi oleh siswa sebagai bantuan untuk memahami konsep bangun datar dan bangun ruang, serta tilikan ruang. Benda-benda manipulatif yang digunakan untuk


(22)

pemahaman konsep geometri pada kelas eksperimen adalah geoboard (papan berpaku), karet gelang, kertas bertitik, gambar-gambar bangun datar dan bangun ruang, kertas origami, benda-benda di sekitar siswa dan benda-benda bekas yang berbentuk bangun datar dan bangun ruang. Sedangkan benda-benda manipulatif untuk tilikan ruang adalah gambar bangun ruang, MAB (Multi base Arithmetic Block) atau kubus satuan, benda-benda di sekitar siswa dan benda-benda bekas yang berbentuk bangun ruang; seperti kotak susu, kotak coklat, dan lemari. Benda-benda manipulatif ini digunakan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme dan tahapan dari teorema Van Hiele, yaitu tahap pengenalan dan tahap analisis.

2. Pemahaman Konsep Geometri

Pemahaman konsep matematik adalah pemahaman instrumental dan rasional yang mencakup pemahaman konsep, operasi hitung, dan keterampilan siswa dalam menyusun strategi penyelesaian. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemahaman konsep adalah pemahaman konsep siswa pada bangun datar dan bangun ruang yang mencakup indikator sebagai berikut: a. Kemampuan siswa menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.

b. Kemampuan siswa melakukan proses algoritma dan melakukan

perhitungan sederhana.

c. Kemampuan siswa merumuskan strategi penyelesaian.

d. Kemampuan siswa membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

e. Kemampuan mengaitkan suatu konsep atau prinsip dengan konsep lainnya


(23)

3. Kemampuan Tilikan Ruang

Kemampuan tilikan ruang adalah kemampuan pemahaman tingkat tinggi anak terhadap bangun ruang, apa yang mereka lihat dari bangun-bangun tersebut, dan bagaimana pemberian nama bangun-bangun ruang. Kemampuan tilikan ruang dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa pada bangun ruang yang dilihat dari beberapa indikator berikut:

a. Kemampuan siswa mengidentifikasi benda yang berbentuk padat,

misalnya; kubus, balok, dan prisma segitiga.

b. Kemampuan siswa membangun benda tiga dimensi menggunakan blok

(kubus satuan/MAB).

c. Kemampuan siswa menjelaskan dan menunjukkan posisi relatif benda sebagai bagian: atas, bawah, samping, depan, dan belakang.

d. Kemampuan siswa menyelidiki dan memprediksi hasil bentuk dua dimensi

yang ditempatkan bersama dan diambil terpisah.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasanya dilaksanakan guru dengan metode ceramah dan tanya jawab. Di mana dalam mengajar guru menjelaskan konsep bangun datar dan bangun ruang hanya dengan menggambar di papan tulis dan kertas berpetak.


(24)

1.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari level sekolah (tinggi, sedang, rendah).

3. Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan pemahaman konsep geometri.

4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan tilikan ruang antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

5. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan tilikan ruang siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh


(25)

pembelajaran secara konvensional ditinjau dari level sekolah (tinggi, sedang, rendah).

6. Terdapat interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan tilikan ruang.


(26)

56 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajaran matematika dengan pemanfaatan benda manipulatif dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Sudjana dan Ibrahim (2009: 44) menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan dengan kondisi yang ada (situasional). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu pemanfaatan benda manipulatif dalam pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, sedangkan variabel terikat yaitu pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pemanfaatan benda manipulatif. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes


(27)

kelompok kontrol tanpa acak (Ruseffendi, 2005) dengan rancangan seperti pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

E O X O

C O - O

Keterangan:

O X O = pretes dilanjutkan dengan perlakuan (pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif), kemudian dilanjutkan dengan postes

O O = pretes, tidak adanya perlakuan (pembelajaran konvensional), kemudian dilanjutkan dengan postes

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Tanpa acak dipilih dua kelompok dari subjek penelitian yang tersedia, yaitu dari masing-masing kualifikasi sekolah 2 kelas, selanjutnya subjek yang terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang pembelajaran matematika dengan

memanfaatkan benda-benda manipulatif pada materi pokok sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, dan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

3. Setiap kelompok diberikan pretes kemudian menentukan nilai rerata dan simpangan baku dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat


(28)

penguasaan kedua kelompok terhadap pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang.

4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok, perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif sedangkan kepada kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional atau yang biasanya guru laksanakan.

5. Kemudian kepada setiap kelompok diberikan postes untuk mengetahui pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang.

6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang antara siswa yang menggunakan pembelajaran dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.

7. Menggunakan uji Anova dua jalur, untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang antara siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau dari level sekolah.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sumber daya mineral dan gas bumi, bijih besi dan emas, sumber daya laut dan pesisir, dan juga sumber daya hutannya. Namun sumber daya manusia di Provinsi Aceh masih kurang, terutama dalam hal pendidikan


(29)

yaitu kurangnya tenaga pengajar yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya, khususnya di tingkat sekolah dasar. Masih banyak guru-guru yang mengajar di kelas-kelas sekolah dasar adalah guru-guru kelas yang harus menguasai seluruh mata pelajaran karena belum banyaknya guru-guru bidang studi. Latar belakang pendidikan guru-guru pun masih banyak yang lulusan D2 PGSD, tetapi sebagian besar sedang melanjutkan studi ke jenjang Sarjana. Melihat besarnya keinginan meraih pendidikan yang lebih baik, hal ini mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut dengan membuat kebijakan untuk mengirimkan siswa-siswa terbaik dan guru-guru berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke berbagai perguru-guruan tinggi terbaik dalam dan luar negeri.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

Kabupaten Bireuen tempat di mana penelitian ini dilaksanakan merupakan salah satu Kabupaten yang mengalami pemekaran di Provinsi Aceh yang dulunya

Kabupaten Bireuen


(30)

adalah bagian dari Kabupaten Aceh Utara. Kabupaten Bireuen terdiri atas 17 Kecamatan, salah satu Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pandrah. Di Kecamatan Pandrah ini dilakukan penelitian tentang “Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Kecamatan Pandrah Kabupaten Bireuen. Di Kecamatan Pandrah terdapat 1 gugus Sekolah Dasar yang terdiri dari 6 SDN, di mana berdasarkan urutan hasil UASBN Tahun Ajaran 2009/2010 Sekolah Dasar di kecamatan ini dibagi menjadi 3 level yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Level ini bukanlah level yang dapat digeneralisasikan dengan level tingkat nasional, karena level ini hanya digunakan dalam kepentingan penelitian peneliti. Sekolah-sekolah dasar di Kecamatan Pandrah secara umum dapat dikategorikan sebagai sekolah-sekolah dalam level sedang dan rendah.

Dengan desain pretes-postes kelompok kontrol tanpa acak, maka seluruh sekolah di Kecamatan Pandrah digunakan sebagai subjek penelitian, di mana 3 sekolah sebagai kelompok eksperimen dengan level tinggi, sedang dan rendah dan 3 sekolah sebagai kelompok kontrol dengan level tinggi, sedang dan rendah. Sekolah dengan kategori level tinggi adalah SDN 1 Pandrah dan SDN 2 Pandrah, kategori level sedang adalah SDN 3 Pandrah dan SDN 4 Pandrah, dan kategori rendah adalah SDN 5 Pandrah dan SDN 6 Pandrah.

Dari ke enam sekolah tersebut ditentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah SDN 2 Pandrah (sekolah


(31)

kualifikasi tinggi), SDN 3 Pandrah (sekolah kualifikasi sedang), dan SDN 6 Pandrah (sekolah kualifikasi rendah). Sedangkan kelompok kontrol adalah SDN 1 Pandrah (sekolah kualifikasi tinggi), SDN 4 Pandrah (sekolah kualifikasi sedang), dan SDN 5 Pandrah (sekolah kualifikasi rendah).

3.3 Pengembangan Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen penelitian meliputi pemaparan tentang instrumen apa saja yang digunakan dalam penelitian ini dan analisis dari pengembangan instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Instrumen Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua jenis instrumen, yaitu tes dan non-tes. Instrumen jenis tes terdiri dari dua sub tes yang berbentuk tes uraian. Tes yang pertama untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep geometri dan tes ke dua untuk mengukur kemampuan tilikan ruang siswa. Sedangkan instrumen non tes berupa angket skala sikap, lembar observasi, dan pedoman wawancara untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pemanfaatan benda-benda manipulatif.

Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.5., setiap instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai berikut:


(32)

1. Tes Pemahaman Konsep Geometri

Tujuan dari penyusunan soal tes pemahaman konsep geometri adalah untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep geometri sebelum dan setelah proses pembelajaran. Soal yang dibuat berupa tes uraian yang soalnya memuat aspek-aspek kemampuan pemahaman konsep. Dipilihnya tes berbentuk uraian dimaksudkan agar dapat terlihat kemampuan melakukan dan mempertimbangkan induksi dalam proses menjawabnya serta dimaksudkan juga untuk meminimalisir unsur tebakan.

Kemampuan pemahaman konsep geometri dalam hal ini merupakan kemampuan secara menyeluruh terhadap materi yang telah disampaikan setelah kedua kelompok mendapat perlakuan. Tes kemampuan pemahaman konsep geometri dalam hal ini terdiri dari 6 soal dalam bentuk uraian. Kriteria pemberian skor untuk tes pemahaman konsep berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996: 141) yang kemudian diadaptasi. Kriteria skor untuk soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Skor Pemahaman Konsep

Respon siswa Skor

Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan 0

Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah 1

Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma lengkap, namun mengandung perhitungan yang salah

2 Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit kesalahan

3 Jawaban lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar

4


(33)

2. Tes Kemampuan Tilikan Ruang

Tes tilikan ruang ini diberikan sebelum dan sesudah perlakuan terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pemilihan bentuk tes uraian ini bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan tilikan ruang siswa pada kedua kelompok. Dalam penyusunan tes tilikan ruang, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban. Kemudian menyusun pedoman pemberian skor tiap butir soal tes kemampuan tilikan ruang, di mana setiap butir soal mempunyai bobot nilai.

Tes kemampuan tilikan ruang dalam hal ini terdiri dari 4 soal dalam bentuk uraian. Kriteria pemberian skor untuk tes kemampuan tilikan ruang merujuk kepada pedoman penskoran tes pemahaman konsep yang berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996: 141) yang kemudian diadaptasi. Kriteria skor untuk soal tes tilikan ruang dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Skor Tilikan Ruang

Respon siswa Skor

Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan 0

Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah 1

Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma lengkap, hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, namun mengandung perhitungan yang salah

2

Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, hampir semua penjelasan menggunakan gambar, namun mengandung sedikit kesalahan

3

Jawaban lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, semua penjelasan menggunakan gambar, dan melakukan perhitungan dengan benar

4


(34)

3. Angket Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran dengan pemanfaatan benda-benda manipulatif, dan soal-soal pemahaman konsep geometri dan tilikan ruang. Angket skala sikap diberikan kepada siswa kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan pemanfaatan benda-benda manipulatif yang dilakukan setelah pembelajaran dan postes.

Angket skala sikap yang dipakai dalam penelitian ini adalah model skala Likert dengan modifikasi seperlunya. Setiap pertanyaan dilengkapi empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan pemberian skor skala untuk setiap pilihan jawaban positif berturut-turut 4, 3, 2, 1, dan sebaliknya 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan negatif. Dan format angket yang digunakan peneliti diadaptasi dari angket yang disusun oleh Nirmala (2009).

Dalam penyusunan angket sikap ini, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang memuat tentang sikap siswa dan indikator yang akan diukur. Kisi-kisi angket selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.6 dan angket sikap siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.7.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati dan menelaah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan benda manipulatif. Lembar observasi ini terdiri dari indikator-indikator pengamatan yang dikembangkan untuk memonitor munculnya karakteristik pembelajaran dengan


(35)

pemanfaatan benda manipulatif dalam proses pembelajaran. Dalam lembar observasi ini memuat aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran kelas eksperimen.

Salah satu tujuan dari lembar observasi ini adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga diharapkan pada pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik. Selanjutnya dalam lembar observasi dapat digunakan untuk menelaah secara lebih mendalam tentang temuan yang diperoleh dari hasil penelitian. Lembar observasi tentang kegiatan siswa selengkapnya tersaji pada Lampiran 3.8 dan lembar observasi tentang kegiatan guru selengkapnya tersaji pada Lampiran 3.9.

5. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini dilakukan pada guru dan siswa kelompok eksperimen yaitu guru yang mengajar dan siswa yang belajar dengan menggunakan benda-benda manipulatif pada materi pokok sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Wawancara ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang kesulitan yang dihadapi guru dan siswa, tanggapan atau pendapat guru dan siswa secara lisan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pedoman wawancara tersaji pada Lampiran 3.10 dan 3.11.

6. Bahan Ajar

Sesuai dengan tujuan penelitian, bahan ajar yang dikembangkan dalam studi ini dirancang sesuai dengan kurikulum sekolah yang berlaku (KTSP 2006) sehingga siswa dimungkinkan mencapai kompetensi matematis yang relevan


(36)

dengan materi ajar yang dipelajari. Bahan ajar yang digunakan berbentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Selain itu bahan ajar didesain agar pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang dapat berkembang dengan baik. Tugas berbentuk uraian dan berupa soal yang disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi indikator pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik yang ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu, tugas disusun agar siswa dapat mengerjakan secara bersama-sama dalam kelompok. Bahan ajar berupa LKS ini dapat dilihat pada Lampiran 3.12.

3.3.2 Analisis Instrumen Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan data penelitian dibutuhkan suatu instrumen berupa tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang sedang. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan menggunakan Anates Versi 4.0.5 dengan klasifikasi soal tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang.

Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap ujicoba instrumen (untuk tes pemahaman konsep dan kemampuan tilikan ruang). Sebelum soal diujicobakan, peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan rekan-rekan S2 Pendas konsentrasi Matematika angkatan 2009 dan guru kelas VI SDN 2 Sarijadi Bandung, kemudian


(37)

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Pada awalnya instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan tilikan ruang diujicobakan secara terbatas kepada 5 orang siswa kelas 6 SD. Naskah tes pemahaman konsep dan kemampuan tilikan ruang yang diujicobakan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.2 Kemudian hasilnya dianalisis menggunakan Anates Versi 4.0.5.

Namun berdasarkan hasil analisis tersebut masih terdapat 2 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal nomor 2 dan 10. Hal ini dikarenakan redaksi soal yang belum bisa dimengerti oleh siswa dan soal nomor 10 yang hampir serupa dengan nomor 3. Setelah itu penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan sepakat untuk menghilangkan soal nomor 10 dan tetap menggunakan keseluruhan soal tes lainnya dengan mengubah redaksi soal terlebih dahulu. Naskah tes pemahaman konsep dan kemampuan tilikan ruang setelah direvisi dapat dilihat pada Lampiran 3.3 dan kunci jawabannya pada Lampiran 3.4. Selanjutnya instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan tilikan ruang diujicobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang menjadi tempat ujicoba instrumen yaitu kelas VI SDN 2 Sarijadi Bandung, karena materi tersebut belum diajarkan di kelas V.

Adapun hasil uji coba instrumen yang kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan program Anates versi 4.0.5 dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Validitas butir soal

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tesebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Ruseffendi (2005), suatu instrumen dikatakan valid bila


(38)

instrumen itu untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar; validitasnya tinggi. Pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment.

Dengan bantuan program Anates Versi 4.0.5 dapat diperoleh secara langsung koefesien korelasi setiap butir soal. Setalah diketahui koefisien korelasi (rxy), maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikannya dengan r product moment tabel pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n – 2. Menurut Sugiyono (2010: 182), setiap butir soal dikatakan valid jika nila rhitung lebih besar dari rtabel dan sebaliknya bila harga rhitung dibawah dari rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Hasil analisis validitas tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang disajikan dalam Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4 Analisis Validitas Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang

No.

Soal rxy rtabel Keterangan

1 0,400 0,349 Valid

2 0,350 0,349 Valid

3 0,648 0,349 Valid

4 0,652 0,349 Valid

5 0,391 0,349 Valid

6 0,633 0,349 Valid

7 0,560 0,349 Valid

8 0,417 0,349 Valid

9 0,641 0,349 Valid

10 0,449 0,349 Valid


(39)

Berdasarkan Tabel 3.4 dapat diketahui, bahwa untuk setiap soal nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel. Dengan demikian, semua butir soal dalam tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang adalah valid.

2. Reliabilitas

Suatu alat instrumen memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), kapanpun dan di manapun berada, serta bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Menurut Nurgana (dalam Ruseffendi, 2005) interpretasi besarnya koefisien korelasi mengikuti kategori-kategori sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas Instrumen Tes

Koefisien Kategori

r = 0 Tidak berkorelasi

0,00 <r < 0,20 Rendah sekali

0,20 r < 0,40 Rendah

0,40 r < 0,60 Sedang

0,60 r < 0,80 Tinggi 0,80 r < 1,00 Tinggi sekali

r = 1,00 Sempurna

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh koefisien korelasi tes sebesar 0,75 yang berarti bahwa tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang mempunyai reliabilitas yang tinggi.


(40)

3. Tingkat Kesukaran

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap soal (indeks kesukaran), yang akan digunakan dalam menentukan apakah setiap soal itu termasuk dalam kelompok soal mudah, sedang, atau sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Hasil perhitungan tingkat kesukaran dari setiap item soal, kemudian ditafsirkan menurut Arikunto (2009) berikut ini:

Tabel 3.6 Kategori Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < P 0,30 Sukar 0,31 < P 0,70 Sedang 0,71 < P 1,00 Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap uji coba, diketahui bahwa indeks kesukaran butir tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang seperti disajikan dalam Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Analisis Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang

No Tingkat Kesukaran (%)

Interpretasi Tingkat Kesukaran

1 67,19 Sedang

2 54,69 Sedang

3 4,69 Sukar

4 62,50 Sedang

5 34,38 Sedang

6 37,50 Sedang

7 42,19 Sedang

8 12,50 Sukar

9 28,13 Sukar

10 62,50 Sedang


(41)

Dari Tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa dari sebelas soal tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang terdapat tiga soal dengan kategori sukar dan 1 soal dengan kategori mudah sedangkan selebihnya merupakan soal dengan kategori soal sedang, yaitu 7 soal.

4. Daya Pembeda

Untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, maka soal tersebut perlu dianalisis daya pembedanya. Daya pembeda adalah kemampuan untuk dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan dalam menjawab soal dengan siswa yang tidak mampu menjawab soal (Arikunto, 2009). Hasil penghitung daya pembeda diinterpretasikan seperti tabel berikut:

Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Koefisien Kategori

0,70 < DP 1,00 Baik Sekali 0,40 < DP 0,70 Baik 0,20 < DP 0,40 Cukup 0,00 < DP 0,20 Jelek

Berdasarkan hasil perhitungan data uji coba, diketahui bahwa daya pembeda tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang seperti disajikan dalam Tabel 3.9 di bawah ini.


(42)

Tabel 3.9 Analisis Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang

No Soal

Daya Pembeda (%)

Interpretasi Daya Pembeda

1 53,13 Baik

2 81,25 Baik Sekali

3 18,75 Cukup

4 62,50 Baik

5 75,00 Baik Sekali

6 100,00 Baik Sekali

7 56,25 Baik

8 25,00 Cukup

9 100,00 Baik Sekali

10 62,50 Baik

11 81,25 Baik Sekali

Dari Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa 2 soal mempunyai daya pembeda cukup, 4 soal mempunyai daya pembeda baik, dan 5 soal mempunyai daya pembeda baik sekali.

Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, maka tes pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program Anates Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.5.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, lembar observasi, angket skala sikap, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa dikumpulkan melalui tes (pretes dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam


(43)

belajar matematika sebagai akibat pembelajaran dengan pemanfaatan benda-benda manipultif, dikumpulkan melalui angket skala sikap, lembar observasi dan wawancara.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diolah dengan teknik perhitungan secara statistik menggunakan program SPSS for windows versi 17.0. Data tersebut kemudian menjadi bahan rujukan pengambilan keputusan dari enam buah hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk mendeskripsikan hasil penelitian, maka dibutuhkan data pendukung berupa hasil observasi pembelajaran, angket siswa serta hasil wawancara guru dan siswa. Berikut dipaparkan penjelasan tentang teknik pengolahan data dari instrumen tes dan non-tes:

1. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan

Ruang

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa antara yang belajar matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dalam pendekatan konstruktivisme dan tahapan geometri Van Hiele dengan siswa yang pembelajarannya secara konvensional, maka data yang diolah berupa skor tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) pada kedua kelompok. Perbedaan yang terjadi pada kedua kelompok dihitung dengan membandingkan rerata skor tes (uji beda), baik pretes maupun postes, serta peningkatan skornya (N-Gain). Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain faktor (N-Gain), yaitu:


(44)

g = e Maks e Post S S S S Pr Pr − −

Hake (dalam Meltzer, 2002).

Keterangan: SPost = Skor Postes

SPre = Skor Pretes

SMaks = Skor Maksimum

Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan klasifikasi dari Hake yaitu:

Tabel 3.10 Klasifikasi N-Gain (g)

Besarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Sumber: Hake (dalam Meltzer, 2002)

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa antara yang diajarkan dengan pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dalam pendekatan konstruktivisme dan tahapan geometri Van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional berdasarkan level sekolah, digunakan uji anova dua jalur (Two Way Anova).

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan statistik parametrik adalah data berdistribusi normal dan homogen (Akdon, 2007). Untuk menguji normalitas data, digunakan uji satu sampel Kolmogrov-Smirnov (One Sample Kolmogrov-Smirnov), dan untuk menguji homogenitas data digunakan uji Lavene (Lavene’s Test). Prosedur uji statistik selanjutnya adalah uji beda rata-rata menggunakan Uji t (Independent-Samples T


(45)

Test), jika data berdistribusi normal dan homogen. Pada uji homogenitas, jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda, maka menggunakan Equal Variance Not Assumed (disumsikan varian berbeda) (Priyatno, 2009). Namun, dapat juga jika data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka dapat menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji dua sampel independen (2 Independet Samples Test). Uji yang digunakan dalam 2 Independet Samples Test, yaitu Uji Mann Whitney U.

2. Data Hasil Observasi dan Wawancara

Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Mengenai yang dilaporkan dalam lembar observasi adalah sesuatu yang ada dalam keadaan wajar (Ruseffendi, 2005). Namun demikian tetap ada kelemahannya, yaitu subjektivitas observer, misalnya: observer dapat bertindak kurang objektif, kurang cekatan, lupa, tidak terawasi, dan lain-lain.

Tujuan dari lembar observasi tersebut adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik dari pada tindakan pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Lebih jauh lagi, lembar observasi ini digunakan juga untuk mengejar lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi setiap tindakan, yang dicatat yaitu aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen. Lembar observasi ini hanya


(46)

digunakan pada kelas eksperimen, karena indikator-indikator pengamatan yang dikembangkan hanya dibuat untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran melalui pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dan observasi tersebut dilakukan oleh peneliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : H1 :

Uji hipotesis menggunakan uji t dengan menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples Test dan Anova dua jalur, setelah sebelumnya dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas Varians dengan SPSS for windows versi 17.0.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian ini dimulai dengan pembuatan proposal kemudian melaksanakan seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan dari tim pembimbing tesis terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Selanjutnya disusun kisi-kisi dan instrumen tes serta merancang bahan ajar yang


(47)

memuat kemampuan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang yang diukur dalam penelitian ini dalam bentuk LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Kemudian dilakukan validasi dan judgement terhadap instrumen tes dengan dua cara yaitu validasi ahli dan validasi empirik. Validasi empirik hanya dilakukan untuk menguji keterandalan instrumen tes kemampuan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang, yaitu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Hasil ujicoba dianalisis menggunakan Anates Versi 4.0.5. Kemudian dilakukan revisi dan penyempurnaan instrumen tes. Perangkat lain yang disusun adalah angket skala sikap siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan guru, dan pedoman wawancara guru dan siswa.

Selanjutnya, peneliti mengkonfirmasikan ke sekolah yang menjadi lokasi penelitian untuk mengkonsultasikan waktu, teknis pelaksanaan penelitian dan berkonsultasi dengan guru kelas di masing-masing sekolah. Kemudian membagi 3 sekolah dari 6 sekolah sebagai sampel penelitian yang ada di lokasi penelitian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif dalam pendekatan konstruktivisme dan tahapan geometri Van Hiele, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang seperti biasanya guru laksanakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Memberikan pelatihan tentang bagaimana cara pemanfaatan benda-benda manipulatif dan proses pembelajaran matematika dengan memanfaatkan


(48)

benda-benda manipulatif tersebut dalam pendekatan konstruktivisme dan tahapan geometri Van Hiele kepada guru-guru yang bersangkutan di sekolah-sekolah sebagai kelompok eksperimen. Langkah selanjutnya melaksanakan pretes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diberikan sebelum perlakuan dilaksanakan. Setelah tes awal dilaksanakan, diberi perlakuan terhadap kedua kelas, yaitu pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif tersebut dalam pendekatan konstruktivisme dan tahapan geometri Van Hiele pada tahap pengenalan dan tahap analisis di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Pembelajaran dilaksanakan selama lima kali pertemuan. Saat pembelajaran berlangsung peneliti berperan sebagai observer.

Pelaksanaan pembelajaran konvensional di kelompok kontrol hanya berupa pembelajaran seperti biasanya yang guru laksanakan, yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan terkadang tanya jawab, namun lebih kepada teacher centered dan pembelajaran geometri disini tidak menggunakan teorema Van Hiele dan pendekatan konstruktivisme. Di mana dalam mengajar guru menjelaskan konsep bangun datar dan bangun ruang hanya dengan menggambar di papan tulis. Benda manipulatif yang digunakan hanya kertas berpetak, benda-benda di sekitar siswa yang serupa dengan bangun datar dan bangun ruang.

Setelah semua pembelajaran selesai, diberikan postes pada kedua kelompok dengan soal yang diujikan sama dengan soal-soal pada pretes serta pengisian angket skala sikap di kelas eksperimen. Dan mewawancarai guru-guru


(49)

yang mengajar pada kelompok eksperimen secara langsung dan begitu juga terhadap siswa di kelompok eksperimen.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan dan analisis skor data tes dengan uji statistik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dan menginterpretasi skor data dari data yang diperoleh dan kemudian diambil kesimpulan. Secara terperinci prosedur penelitian ini disajikan pada Gambar 3.2 berikut ini:


(50)

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Studi Kepustakaan Penyusunan Proposal

Observasi dan angket sikap siswa

Analisis Data Pengumpulan Data

Postes

Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Konvensional Pelaksanaan Pembelajaran dengan

pemanfaatan benda-benda manipulatif

Pretes Pelatihan guru

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Penentuan subjek

Penyusunan, uji coba, revisi, dan pengesahan Instrumen

Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan pemanfaatan benda manipulatif

Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Metode Konvensional

Temuan


(51)

152 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan lebih baik pada pemahaman konsep geometri antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan lebih baik pada pemahaman konsep geometri antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari level sekolah tinggi, sedang, dan rendah.

3. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap pemahaman konsep geometri siswa.

4. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan lebih baik pada kemampuan tilikan ruang antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(52)

5. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan lebih baik pada kemampuan tilikan ruang antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari level sekolah tinggi, sedang, dan rendah.

6. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan faktor level sekolah terhadap kemampuan tilikan ruang.

7. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif.

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Hasil penelitian peneliti menunjukkan peningkatan pemahaman konsep

geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa pada kategori sedang untuk level sekolah tinggi dan sedang, dan kategori rendah untuk level sekolah rendah. Namun, hal ini masih dapat diperbaiki dan ditingkatkan jika pelaksanaan

penelitian tentang “Pembelajaran Matematika yang Memanfaatkan

Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa” difokuskan pada materi bangun datar saja atau bangun ruang saja. Sehingga diharapkan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan model pembelajaran ini dapat merancang pelaksanaannya pada satu materi pokok saja sehingga mampu memperdalam


(53)

materi yang diteliti, misalnya tentang bangun datar, selain sifa-sifat bangun datar, peneliti juga dapat memperdalam tentang konsep luas bangun datar.

2. Peneliti disarankan mendesain model pembelajaran matematika yang

memanfaatkan benda-benda manipulatif pada materi lain, seperti pecahan, bilangan, dan statistika. Jikapun dengan materi yang sama yaitu bangun datar dan bangun ruang, namun dengan kompetensi yang berbeda, seperti penalaran, berpikir kritis, komunikasi, dan pemecahan masalah. Ataupun subjek yang diteliti yang berbeda seperti kelas I, II, III, IV, dan VI.

3. Disarankan juga bagi peneliti lain untuk dapat melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu, agar mengetahui kemampuan intelektual awal siswa, motivasi dan minat siswa, latar belakang (seperti orang tua, ekonomi, dan kesehatan) siswa; kondisi sekolah, kelas, guru, tanggapan kepala sekolah, situasi pembelajaran yang biasanya berjalan di sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian; hal ini dibutuhkan sebagai data awal untuk mempermudah merancang model pembelajaran, LKS (Lembar Kegiatan Siswa), dan soal tes. 4. Pembelajaran matematika dengan memanfaatkan benda-benda manipulatif

yang peneliti rancang untuk kelompok 3-5 orang, disarankan bagi peneliti lain untuk merancang pembelajaran dalam kelompok berpasangan (2 orang). Hal ini demi lebih meningkatkan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran, karena masing-masing siswa dapat langsung mencobanya. Dan juga peneliti harus menyediakan benda-benda manipulatif yang lebih inovatif, kreatif, banyak dan sesuai dengan rancangan penelitian yang akan dilaksanakan.


(54)

5. Bagi guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan tahapan geometri Van Hiele dalam metode kelompok dan secara signifikan lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep geometri dan kemampuan tilikan ruang siswa, baik ditinjau dari faktor pembelajaran ataupun perbedaan level sekolah.

Guru juga dapat mengkombinasikan pembelajaran matematika yang memanfaatkan benda-benda manipulatif dengan pendekatan dan metode yang lain, seperti pendekatan berbasis masalah, realistik, kontekstual, kooperatif, dan open-ended. Dan guru hendaknya menggunakan benda-benda manipulatif yang lebih bervariasi tetapi harus memperhatikan benda-benda manipulatif yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi yang akan diajarkan.

6. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat menyediakan berbagai benda-benda manipulatif yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Benda-benda manipulatif tersebut tidak harus dibeli, namun dapat juga sebagai tugas atau pekerjaan rumah siswa dengan kreasi masing-masing. Karena dengan adanya fasilitas belajar yang memadai diharapkan pembelajaran akan berlangsung dengan menarik, sehingga akan menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar lebih giat dan serius.


(1)

4.10 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri

dan Kemampuan Tilikan Ruang ... 102

4.11 Rerata N-Gain Pemahaman Konsep Geometri ... 104

4.12 Hasil Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Geometri ... 104

4.13 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Geometri... 105

4.14 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-Gain Pemahaman Konsep Geometri ... 106

4.15 Rerata N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang ... 107

4.16 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang... 108

4.17 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang ... 108

4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang ... 109

4.19 Rerata dan Standar Deviasi Baku N-Gain Pemahaman Konsep Geometri Siswa Berdasarkan Level Sekolah ... 110

4.20 Uji ANOVA Dua Jalur N-Gain Pemahaman Konsep Geometri Berdasarkan Level Sekolah ... 112

4.21 Rerata dan Standar Deviasi Baku N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Berdasarkan Level Sekolah ... 116

4.22 Uji ANOVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang Berdasarkan Level Sekolah ... 118

4.23 Sikap Siswa Kelompok Eksperimen terhadap Pembelajaran Matematika ... 123

4.24 Sikap Siswa Kelompok Eksperimen terhadap Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-benda Manipulatif Melalui Belajar Kelompok ... 124

4.25 Sikap Siswa terhadap Soal-soal Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang ... 126

4.26 Hasil Rerata Data Observasi Kegiatan Siswa dan Guru tiap Pertemuan Berdasarkan Level Sekolah ... 129


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Peta Lokasi Penelitian... 59 3.2 Prosedur Penelitian ... 80 4.1 Kegiatan Siswa dalam Mendata Bangun Datar

di Ruang Pustaka Sekolah ... 87 4.2 Kegiatan Siswa dalam Membentuk Bangun Datar pada Geoboard... 89 4.3 Kegiatan Guru dalam Membimbing Siswa... 90 4.4 Kegiatan Siswa ketika Mempresentasikan Hasil Kerja Kelompoknya

di Depan Kelas ... 91 4.5 Hasil Karya Siswa dalam Menyusun Kubus-kubus Satuan ... 92 4.6 Kegiatan Siswa ketika Menyusun Kubus-kubus Satuan ... 92 4.7 Diagram Batang Rerata Skor Pretes Pemahaman Konsep Geometri

dan Kemampuan Tilikan Ruang ... 95 4.8 Diagram Batang Rerata Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri

dan Kemampuan Tilikan Ruang ... 100 4.9 Peningkatan Pemahaman Konsep Geometri

Berdasarkan Level Sekolah ... 114 4.10 Peningkatan Kemampuan Tilikan Ruang Berdasarkan Level Sekolah ... 120


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Alat Pengumpul Data Halaman 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Konsep Geometri dan

Kemampuan Tilikan Ruang ... 161

3.2 Soal Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang (Sebelum Revisi) ... 163

3.3 Soal Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang (Setelah Revisi) ... 168

3.4 Kunci Jawaban Soal Tes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang ... 173

3.5 Hasil Uji Instrumen dengan Bantuan Program ANATES Versi 4.0.5 ... 182

3.6 Kisi-kisi Angket Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-Benda Manipulatif ... 186

3.7 Angket Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-Benda Manipulatif ... 187

3.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-Benda Manipulatif ... 189

3.9 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-Benda Manipulatif ... 190

3.10 Pedoman Wawancara dengan Siswa ... 192

3.11 Pedoman Wawancara dengan Guru ... 193

3.12 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 194

3.13 Silabus ... 226

3.14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 227

Lampiran B. Data Penelitian 4.1 Penskoran Jawaban Pretes Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang yang Diperiksa Peneliti dan Pengoreksi ... 247


(4)

4.2 Hasil Korelasi Pretes Pemahaman Konsep Geometri dan

Kemampuan Tilikan Ruang versi Peneliti dan Pengoreksi ... 251

4.3 Skor Pretes Pemahaman Konsep Geometri Kelas Eksperimen ... 253

4.4 Skor Pretes Pemahaman Konsep Geometri Kelas Kontrol... 255

4.5 Skor Pretes Kemampuan Tilikan Ruang Kelas Eksperimen ... 257

4.6 Skor Pretes Kemampuan Tilikan Ruang Kelas Kontrol ... 259

4.7 Uji Normalitas Skor Pretes Pemahaman Konsep Geometri ... 261

4.8 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Tilikan Ruang ... 262

4.9 Uji Homogenitas Skor Pretes Pemahaman Konsep Geometri ... 263

4.10 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Tilikan Ruang ... 264

4.11 Uji Beda Rerata Skor Pretes Pemahaman Konsep Geometri ... 265

4.12 Uji Beda Rerata Skor Pretes Kemampuan Tilikan Ruang ... 267

4.13 Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri Kelas Eksperimen ... 269

4.14 Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri Kelas Kontrol ... 271

4.15 Skor Postes Kemampuan Tilikan Ruang Kelas Eksperimen ... 273

4.16 Skor Postes Kemampuan Tilikan Ruang Kelas Kontrol ... 275

4.17 Uji Normalitas Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri ... 277

4.18 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Tilikan Ruang ... 278

4.19 Uji Homogenitas Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri ... 279

4.20 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Tilikan Ruang ... 280

4.21 Uji Beda Rerata Skor Postes Pemahaman Konsep Geometri ... 281

4.22 Uji Beda Rerata Skor Postes Kemampuan Tilikan Ruang ... 283

4.23 N-Gain Ternormalisasi Pemahaman Konsep Geometri Kelompok Eksperimen ... 285


(5)

4.24 N-Gain Ternormalisasi Pemahaman Konsep Geometri

Kelompok Kontrol ... 287

4.25 Uji Normalitas Peningkatan Pemahaman Konsep Geometri ... 289

4.26 Uji Homogenitas Peningkatan Pemahaman Konsep Geometri ... 290

4.27 Uji t Peningkatan Pemahaman Konsep Geometri ... 291

4.28 N-Gain Ternormalisasi Kemampuan Tilikan Ruang Kelompok Eksperimen ... 293

4.29 N-Gain Ternormalisasi Kemampuan Tilikan Ruang Kelompok Kontrol ... 295

4.30 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Tilikan Ruang ... 297

4.31 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Tilikan Ruang ... 298

4.32 Uji t Peningkatan Kemampuan Tilikan Ruang ... 299

4.33 Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Geometri Berdasarkan Level Sekolah ... 301

4.34 Uji ANOVA Dua Jalur Pemahaman Konsep Geometri Berdasarkan Level Sekolah ... 302

4.35 Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Tilikan Ruang Berdasarkan Level Sekolah ... 305

4.36 Uji ANOVA Dua Jalur Kemampuan Tilikan Ruang Berdasarkan Level Sekolah ... 306

4.37 Frekuensi dan Persentase Jawaban Angket Sikap Siswa Kelompok Eksperimen ... 309

4.38 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-benda Manipulatif ... 310

4.39 Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen ... 313

4.40 Hasil Wawancara Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-benda Manipulatif ... 316

4.41 Hasil Wawancara Guru Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Memanfaatkan Benda-benda Manipulatif ... 319


(6)

Lampiran C. Foto-foto Penelitian Lampiran D. Surat-surat


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi data dengan menggunakan media manipulatif

0 26 210

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP GEOMETRI RUANG SISWA MELALUI PEMANFAATAN ALAT PERAGA BENDA RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SDN BEDORO I KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJA

0 0 13

PENGGUNAAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SEGI Penggunaan Alat Peraga Benda Manipulatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Segi Empat Pada Mata Pelajaran Matematika (Ptk Siswa Kelas Vii Semester Ii Di Smp Negeri 2 Jati

0 0 17

PENGGUNAAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SEGI Penggunaan Alat Peraga Benda Manipulatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Segi Empat Pada Mata Pelajaran Matematika (Ptk Siswa Kelas Vii Semester Ii Di Smp Negeri 2 Jati

0 0 14

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR.

0 5 74

Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Dasar.

0 0 44

PEMBERDAYAAN BENDA MANIPULATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas II SD di Kota Bandung Tahun Pelajaran 2008/2009.

0 1 62

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR - repository UPI

0 0 58

PENGGUNAAN KONTRIBUSI SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP GEOMETRI BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS V SDK NGLINGGI KLATEN

0 7 373