TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD BANTUAN HEWAN KAMBING BERSYARAT DI DESA TLEPAT, KEL. BANYUSRI, KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOLALI - Test Repository

  

TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PRAKTIK AKAD BANTUAN HEWAN KAMBING

BERSYARAT DI DESA TLEPAT, KEL. BANYUSRI,

KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOLALI

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

MUHAMMAD ZAKARIYA

NIM: 21412032

  JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI ’AH FAKULTAS SYARI ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Muhammad Zakariya NIM : 21412032 Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syari

  ‟ah Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

  AKAD BANTUAN HEWAN KAMBING BERSYARAT DI DESA TLEPAT, KELURAHAN BANYUSRI, KECAMATAN WONOSEGORO, KABUPATEN BOYOLALI.

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

  Salatiga, 12 September 2017 Yang menyatakan, MUHAMMAD ZAKARIYA NIM. 214-12-032

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi KepadaYth.

  Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Muhammad Zakariya NIM : 21412032 Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

  PRAKTIK AKAD BANTUAN HEWAN KAMBING BERSYARAT DI DESA TLEPAT, KELURAHAN BANYUSRI, KECAMATAN WONOSEGORO, KABUPATEN BOYOLALI.

  dapat diajukan epada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 14 September 2017 Pembimbing Luthfiana Zahriani, S. H., M.H.

  NIP: 19760827 20000 3 2007

KEMENTERIAN AGAMA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722 Website: syari‟ah.iainsalatiga.ac.id E-mail: fakultassyari‟ah

  

PENGESAHAN

Skripsi berjudul:

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD BANTUAN

HEWAN KAMBING BERSYARAT DI DESA TLEPAT, KEL. BANYUSRI,

KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOLALI

  Oleh: Muhammad Zakariya

  NIM : 21412032 Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari

  ‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin, tanggal 25 Sepetember 2017 dan dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Prof . Dr. H. Muh Zuhri, M.A.

  Sekertaris Sidang : Luthfiana Zahriani, S.H., M.H. Penguji I : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Penguji II : Yahya, S.Ag M.HI.

  Salatiga, 27 September 2017

  

MOTTO

Tidak Semua Masalah Harus Ditemukan Solusinya.

  

Terkadang, Kita Memang Hanya Perlu Bersabar Dan

Berserah Diri “Never Give Up”

  

(Zaka)

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini kepada:

  

Ayahku Samsudin dan Ibuku Siti Rufi‟ah yang tidak henti-hentinya

selalu mendo‟akan, membimbing dan mendukungku

Almamaterku Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah

  

IAIN Salatiga

Calon Istriku Dek Khusnul Khotimah yang senantiasa mendoakan,

memberi semangat dan sabar menunggu penulis

Untuk diriku sendiri, tantangan yang lebih besar telah menantimu!

  

ABSTRAK

Zakariya, Muhammad. 2017. Tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad

  bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) salatiga.

  Pembimbing: Luthfiana Zahriani, S. H., M.H.

  Kata kunci: Akad, Kambing, Dengan Syarat, Bantuan.

  „Aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Terjadi

  perbedaan pendapat mengenai „aqad bantuan dengan syarat. Sebagian ulama berpendapat bantuan bersyarat fasid begitu juga syaratnya. Sebagian lagi mengatakan bantuannya sah begitu juga syaratnya. Disisi lain ada juga ulama yang mengatakan bantuannya sah tetapi syaratnya tidak. Dalam bantuan ternak hewan kambing bersyarat pihak pemberi bantuan dalam ternak hewan kambing memberikan syarat kepada penerima yakni setelah hewan kambing tersebut beranak, penerima harus menggulirkan anak kambing tersebut kepada orang lain. Dari latar belakang diatas penulis menggunakan dua rumusan masalah dalam penelitian yaitu: bagaimana praktik pelaksanaandan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

  Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif dan pendekatan yuridis sosiologis dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam bantuan ini. Penyajian penelitian in dilakukan dengan cara menggambarkan objek yang diteliti secara apa adanya dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini proses analisis data dengan reduksi data. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang di peroleh di lapangan dan pemberi dan penerima hewan ternak dianalisa apakah sesuai dengan hukum Islam.

  Praktek pelaksanaan bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kel. Banyusri, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali meliputi Sosialisasi Program, Penyuluhan dan Pendampingan dengan syarat menggulirkan anak kambing kepada orang lain dan praktek akad bantuan hewan kambing bersyarat ditinjau dari akad ijab dan qabul, orang yang berakad (pemberi dan penerima),

  Ma‟qud

  (objek akad), penetapan hukum akad bantuan ternak hewan kambing

  Alaih bersyarat serta metode perguliran sudah sesuai dengan hukum Islam.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsiini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat, dan teman-teman, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan dihari pembalasan nanti.

  Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana d alam Hukum Islam, Fakultas Syari‟ah, Jurusan

  Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul: “Tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri,

  Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali .” Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN Salatiga.

  3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Luthfiana Zahriani, S. H., M.H. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberi arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Anggota kelompok tani pangudi luhur yang telah membantu proses penelitian.

  7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  8. Sahabat-sahabatku di Kurowo-Kurowo HES ‟12: Elyas, Gusdrun, Tilung, Kodok, Ipay, Lutpeng, Panjrit, Jagung, yang selalu menyemangati penulis dalam menyusun skripsi.

  9. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012 IAIN Salatiga, terima kasih telah memberikan warna di hidupku ini.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilimpahkan rahmat-Nya. Amin.

  Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan agar mudah dibaca dan dipahami.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

  Salatiga, 12 September 2017 Penulis

  Muhammad Zakariya

  DAFTAR ISI COVER ..................................................................................................i

SURAT PERNYATAAN ......................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................iii

PENGESAHAN SKRIPSI .....................................................................iv

MOTTO .................................................................................................v

PERSEMBAHAN ..................................................................................vi

ABSTRAK .............................................................................................vii

KATA PENGANTAR ............................................................................viii

DAFTAR ISI ..........................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................5 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .................................................5 D. Penegasan Istilah ..........................................................................6 E. Tinjauan Pustaka ..........................................................................8 F. Metode Penelitian ........................................................................10 G. Sistematika Penulisan ...................................................................13 BAB II KERANGKA TEORI A. Akad dalam hukum Islam .............................................................15 B. Akad Bersyarat (al-Uqud al-Mutaqabilah) ...................................27 C. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian .............................................28 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Dan Temuan Penelitian.

  

BAB IV PRAKTEK AKAD BANTUAN HEWAN KAMBING

BERSYARAT DI DESA TLEPAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Ditinjau Dari Akad (Ijab Dan Qabul)…. .......................................53 B. Ditinjau Dari Orang Yang Berakad...............................................54 C. Ditinjau Dari Ma‟qud Alaih ..........................................................55 D. Penetapan Hukum Akad Bantuan Ternak Hewan Kambing Bersyarat Di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. .....................................................................56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................59 B. Saran-saran .................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................61

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................63

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi 2. Lembar Konsultasi Skripsi 3. Daftar Nilai SKK 4. Curriculum Vitae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syariat Islam adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang

  diturunkan Allah untuk manusia melalui Nabi Muhammad baik yang terkandung dalam al-Quran maupun Sunnah Nabi, yang berwujud perkataan, perbuatan dan ketetapan, atau pengesahan. Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad untuk segenap umat manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

  1. Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam yang tidak boleh diragukan, seperti peraturan yang berhubungan dengan dzat dan sifat Allah.

  2. Ilmu Akhlak Ilmu Akhlak yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa, seperti harus memenuhi janji, harus amanah, dilarang berdusta dan berkhianat.

  3. Ilmu Fiqh Ilmu fiqh yang bermakna peraturan yang mengatur antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Ilmu fiqh mengandung dua bagian penting, yaitu: a.

  Ibadah Ibadah yaitu bagian ilmu fiqh yang menjelaskan tentang hukum- hukum hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lain.

  b.

  Muamalah Muamalah yaitu bagian ilmu fiqh yang menjalaskan tentang hukum- hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Secara spesifik, muamalah adalah seperangkat hukum atau aturan yang mengatur tentang harta benda hak milik, akad-akad, kontrak atau perjanjian dan kerjasama, seperti: jual beli, sewa-menyewa (ijaroh), gadai (rahn), kongsi (syirkah) dan lain-lain yang mengatur urusan harta benda seseorang, kelompok dan segala sangkut pautnya seperti

  Pada dasarnya muamalah diperbolehkan sebagaimana menurut kaidah usuhul fiqh yang berbunyi sebagai berikut:

  .

  اَهِمـأيِرأحـَت ىَلَع ٌلأيِلَد الُدَي أنَأ الَِّإ ُةَحاَبِألْا ِت َلََماَعُمـألا ِفِ ُلأصَألَْا

Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya.

  Hukum Islam telah mengatur semua dengan sangat terperinci dan memiliki dasar yang jelas, hukum Islam merupakan hukum yang mutlak dan harus ditaati oleh seluruh umat Islam berdasarkan al-

  Qur‟an surat an-nisa‟ 59:

                                

  Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS an-

  nisa‟ : 59)

  Berdasarkan ayat tersebut, sumber Islam yang disepakati adalah Al- Quran, hadis, ijma‟, dan qiyas. Dan sekarang yang berlaku selain dalam masa setelah rasul adalah undang-undang yang berlaku dan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam ranah ini pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai Pemimpin untuk mengadili dengan adil dan sesuai syariat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada sekarang. Dalam literatur ilmu hukum, terdapat berbagai istilah yang sering dipakai sebagai rujukan di samping istilah “Hukum Perikatan” untuk menggambarkan ketentuan hukum yang mengatur transaksi dalam masyarakat. Ada yang menggunakan istilah “Hukum Perutangan”, “Hukum Perjanjian” ataupun “Hukum Kontrak”.

  Masing-masing istilah tersebut memiliki titik tekan yang berbeda satu dengan lainnya.

  Hukum Perjanjian digunakan apabila melihat bentuk nyata dari adanya transaksi. Beberapa ahli lain yang mengartikan perjanjian. Menurut Prof. Sri soedewi masychoen sofwan yang memberikan batasan mengenai perjanjian adalah sebagai suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikat diri seorang lain atau lebih. Sementara menurut Prof. Dr. R. Wirjono prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara kedua belah pihak, dimana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak untuk menentukan pelaksanaan perjanjian tesebut. (Aryani, 2012: 1-2).

  Istilah Hukum Perikatan Islam dimaksud sebagai padanan pengertian dari Hukum Perikatan dalam Hukum Perdata Barat yang dikaji berdasarkan ketentuan hukum Islam. Tidak berbeda dengan Hukum Perdata Barat tersebut, dalam pengertian Hukum Perikatan Islam di sini juga dimaksud sebagai cakupa n yang lebih luas dari sekedar “Hukum Perjanjian”. Walaupun dalam bentuk tradisional, materi bahasa tentang Hukum Perikatan Islam ini biasanya bahkan meliputi cakupan yang lebih luas, termasuk bidang perkawinan (akad nikah), wakaf, kontrak kerja dan sebagainya (Dewi, 2006: 02).

  Dalam hal terhadap bantuan, berbeda dengan bantuan bersyarat. Syarat sah dalam bantuan yang diberikan itu ditentukan oleh agama, sedangkan memberikan persyaratan dalam bantuan ditetapkan oleh salah satu pihak penerima bantuan. Bila syaratnya sah dalam bantuan dilanggar, maka akad yang dilakukan tidak sah, namun bila persyaratan dalam bantuan yang dilanggar, maka akadnya tetap sah hanya saja pihak yang memberikan persyaratan berhak khiyar untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

  Syarat bisa dikatakan sebagai tuntutan atau perintah yang harus dipenuhi. Syarat bisa berubah menjadi kesepakatan apabila pihak yang diberikan syarat menyetujui atau sepakat dengan syarat yang diberikan pihak lain. Salah satu bantuan bersyarat yang terjadi di Desa Tlepat Kelurahan Banyusri Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali adalah bantuan hewan kambing dengan penetapan bersyarat.

  Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik meneliti judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Bantuan Hewan Kambing Bersyarat Di Desa Tlepat Kel. Banyusri Kec. Wonosegoro Kab.

  Boyolali” B.

   Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah diatas maka skripsi ini akan mengacu pada permasalahan pokok sebagai berikut: Bagaimana praktik pelaksanaan bantuan hewan kambing bersyarat di Desa

  Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan

  Wonosegoro, Kabupaten Boyolali? C.

   Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana praktik pelaksanaan bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

  2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

3. Kegunaan Penelitian a.

  Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan ilmu pengetauan dibidang hukum dan memperkaya referensi dan literature kepustakaan dan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

  Kegunaan Praktis Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacana keilmuan penulis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh melalui bangku perkuliahan untuk mendapat gelar S1 dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga.

D. Penegasan Istilah 1. Bantuan Bersyarat

  Bantuan adalah pemberian seorang pada yang membutuhkan yang tidak mengikat, pemberi tidak mengharap imbalan dari orang yang diberi. Bersyarat adalah syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sesuai apa yang ada dalam prosedur. Jadi istilah Bantuan Bersyarat yaitu bantuan yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan namun disertai dengan penetapan syarat-syarat tertentu.

2. Hukum Islam

  Hukum Islam Berasal dari kata syara' secara etimologi berarti "jalan-jalan yang bisa ditempuh air", maksudnya adalah jalan yang dilalui manusia untuk menuju Allah. Hukum Islam adalahatau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, hukum Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat Diakses jam 13:00 pada tanggal 15 Mei 2017 ).

   Akad

  Kata „aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Jika dikatakan

  „aqada al-habla maka itu menggabungkan antara dua ujung

  tali lalu mengikatnya. Jadi yang disebut akad adalah menghubungkan antara dua perkataan, masuk juga dalamnya janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya. Demikian juga halnya dengan janji sebagai perekat hubungan antara kedua belah pihak yang berjanji dan menguatkan. (Azzam, 2010: 15)

E. Tinjauan Pustaka

  Pembahasan mengenai bantuan bersyarat sebenarnya belum banyak yang meneliti, masih beberapa penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sebagian peneliti antara lain skripsi dari Sutiyo Nugroho 2015, Program Studi Muamalah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Fakultas Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo dengan judul

  “Analisa Fiqh Terhadap Jual

  Beli Anyaman Bambu Dengan Syarat Di Desa Sumberagung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan ”Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana menurut fiqh terhadap akad jual beli anyaman banbu dengan syarat di Desa Sumberagung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. 2.

  Bagaimana menurut fiqh terhadap penentuan harga anyaman bambu dengan syarat di Desa Sumberagung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Hasil Desa Sumberagung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan sudah sesuai fiqh. Kedua belah pihak dalam melakukan transaksi tidak ada yang merasa dirugikan. Demikian juga pada penetuan harga dalam jual beli anyaman bambu dengan syarat di Desa Sumberagung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan sudah sesuai dengan fiqh. Meskipun tidak terjadi tawar menawar harga akan tetapi kedua belah pihak sudah saling rela dan tidak ada yang merasa dirugikan (Nugroho, 2015: http://digilib.uin-suka.ac.id diakses pada tanggal: 16 juni 2017).

  Skripsi karya Hari Widianto 2014, Program Studi Muamalat Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang berjudul

  “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kambing Antara

Pemasok Dan Pedagang” dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap proses Jual-Beli antara pihak pemaok dengan pihak pedagang. 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam trhadap penyelesaian resiko apabila kambing tidak laku, sakit dan mati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulis mendapat dengan ulama yang membolehkan jual beli bersyarat karena jalan pikiran mereka dalam memberikan jutifikasi terhadap jual beli didasarkan kepada istihsan urfi (menjustifikai suatu permasalahan yang telah berlaku umum dan berjalan dengan baik ditengah-tengah masyarakat bahkan akad ini dipandang sebagai hanafi rukun baik alwafa‟ samadengan rukun jual beli pada umumnya yaitu ijab (pernyataan menjual) dan qobul (pernyataan membeli). Demikian juga persyaratan baik alwafa‟ menurut mereka persyaratan jual beli pada umumnya. Penambahan syarat untuk alwafa‟ hanyalah segi dari penegasan bahwa barang telah dijual itu harus dibeli lagi oleh penjual dan tenggang berlakunya jual beli itu harus tegas misalnya 1 tahun 2 tahun atau lebih (Widianto, 2014: http://digilib.uin-suka.ac.id diakses pada tanggal: 16 juni 2017).

  Skirpsi dari Nur Wahid 2016, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil

  

Pemeliharaan Hewan Kambing (studi kasus di Desa Argosari Kecamatan

Ayah Kabupaten Kebumen.”Dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana Praktik kad bagi hasil pemeliharaan hewan kambing de Desa Argosari Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. 2. Bagaimana tinjauan hukumIslam terhadap praktik akad bagi hasil pemeliharaan hewan kambing yang terjadi Desa Argosari Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Yang didalamnya membahas deskripsi praktik bagi hasil dalam pemeliharaan hewan kambing dan untuk mengetahui pandangan hukumIslam terhadap akad bagi hasil pemeliharaan hewan kambing di Desa Argosari Kecamatan Ayah yang dilakukan pemilik kambing tidak sah. Apabila mudharib tidak memperoleh keuntungan atau anak kambing maka dia berhak mendapatkan upah umum. Oleh karena itu pemilik modal telah mempekerja kannya dalam beberapa waktu tertentu, sehingga harus membayar upah kerjanya yaitu mendapat ganti berupa uang yang sesuai dengan harga anak kambing tersebut. Hal ini berdasarkan dengan nisbah yang disepakati yaitu harus dinyatakan dalam presentase bukan dalam nominal uang tertentu. Karena jika ditentukan dengan nilai nominal berarti shohib al mal telah mematok untung tertentu dari sebuah usaha yang belum jelas untung ruginya (Wahid, 2016: http://repository.iain purwokerto.ac.id. diakses pada tanggal: 16 juni 2017).

  Berdasarkan uraian di atas bahwa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada praktik pelaksanaan dan tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

F. Metode Penelitian 1. Lokasi / daerah penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlepat Kelurahan Banyusri Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

  2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

  Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), sedangkan pendekatan yang dipakai dalam peneliti ini adalah pendekatan ialah suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding) yang kemudian menuju pada identifikasi (Problem-identification) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (Problem Solution) (Maslikhah, 2013). Jadi tujuan ini untuk mendalami mengenai wacana praktik bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

  3. Sumber Data a.

  Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Dan dalam wawancara sebagai Narasumber adalah pemberi bantuan hewan kambing, Ketua Kelompok Tani Pangudi Luhur dan penerima bantuan kambing.

  b.

  Data Sekunder adalah digunakan untuk mendukung data primer (Munawaroh, 2013: 82). Data sekunder yang penulis gunakan adalah data dari yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, skripsi, dan peraturan perundang-undangan.

4. Teknik Pengumpulan Data

  Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik guna memperoleh data antara lain: a.

  Wawancara member informasi langsung terkait objek penelitian. Wawancara akan memberikan kemudahan baik dalam mengemukakan pertanyaan, menganalisis maupun dalam mengambil kesimpulan. Wawancara ini akan ditujukan pada pemberi bantuan kambing, ketua kelompok tani Pangudi Luhur dan penerima bantuan kambing.

  b.

  Dokumentasi Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan transkip buku, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto, 2010:

  201). Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan dokumen- dokumen, skripsi-skripsi, dan buku-buku yang masih ada relevansinya dengan objek peneliti yang oleh peneliti, diantaranya adalah buku- buku tentang perikatan bersyarat dan dokumen tentang kelompok tani Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali dan daftar para penerimanya.

5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini proses analisis data dengan reduksi data.

  Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang di peroleh di lapangan.

  Penyajian data yaitu deskripsi kumpulan informasi praktik bantuan hewan kambing yang dapat ditarik kesimpulan (Ali 2010: 106). Penarikan

G. Sistematika Penulisan

  Pembahasan dan penulisan dalam penelitian ini menggunakan system sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan gambaran singkat

  dari penelitianini, bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  Bab II Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi tentang tujuan umum dan akad dalam hukum Islam. Bab III Hasil Penelitian Pada bab ini akan menguraikan profil Kelompok Tani Pangudi Luhur

  dan praktik akad bantuan hewan kambing bersyarat di Desa Tlepat, kecamatan Wonosegoro, kabupaten Boyolali.

  Bab IVAnalisis Data Pada bab ini menguraikan Tinjauan hukum Islam Terhadap Praktik Akad Bantuan Hewan Kambing Bersyarat Di Desa Tlepat, Kelurahan Banyusri, KecamatanWonosegoro, Kabupaten Boyolali. Bab V Penutup

BAB II KERANGKA TEORI A. Akad Dalam Hukum Islam 1. Pengertian Secara etimologis perjanjian dalam Islam juga disebut sebagai

  akad. Kata

  „aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Jika

  dikatakan

  „aqada al-habla maka itu menggabungkan antara dua ujung tali

  lalu mengikatnya. Jadi yang disebut akad adalah menghubungkan antara dua perkataan, masuk juga dalamnya janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya. Demikian juga halnya dengan janji sebagai perekat 2010: 15). Firman Allah dalamsurat Al Maidah ayat 1 yang berbunyi :

                            Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. (QS.Al Maidah ayat 1)

  Istilah “perjanjian” dalam hukum Indonesia disebut “akad” dalam hukum islam. Kata akad berasal dari al-

  „aqd, yang berarti mengikat,

  menyambung atau menghubungkan (ar-rabt). Sebagai suatu istilah hukum Islam, ada beberapa defini yang diberikan kepada akad (Anwar, 2010:68):

  Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dalam Pasal 20 mendefinisikan akad sebagai kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.

  Adapun al- „aqd (لاعقذ) menurut bahasa berati ikata, lawan katanya

  ( لاحل) pelepasan atau pembubara. Mayoritas fuqaha mengartikannya gabungan ijab dan qabul, dan penghubungan antara keduanya sedemikian rupa sehingga terciptalah makna atau tujuan yang diinginkan dengan untuk menciptakan apa yang diinginkan oleh dua belah pihak yang melakukan ijab dan qabul (Muhammad, 2009: 34).

  Mustafa Ahmad Az-Zarqa (tokoh fikih Yordania asal Suriah) menyatakan bahwa tindakan hukum yang dilakukan manusia terdiri atas dua bentuk (Nasrun, 2003:63) yaitu :

  a) Tindakan berupa perbuatan.

  b) Tindakan berupa perkataan.

  Tindakan yang berupa perkataan pun terbagi dua, yaitu bersifat akad dan yang tidak bersifat akad. Tindakan berupa perkataan yang bersifat akad terjadi bila dua atau beberapa pihak mengikatkan diri untuk melakukan suatu perjanjian. Adapun tindakan berupa perkataan yang tidak bersifat akad terbagi lagi kepada dua macam yaitu: a)

  Yang mengandung kehendak pemilih untuk menetapkan atau melimpahkan hak, membatalkannya, atau menggugurkannya seperti wakaf, hibah dan talak.

  b) Yang tidak mengandung kehendak pihak yang menetapkan atau menggugurkan suatu hak, tetapi perkataannya itu memunculkan suatu tindakan hukum seperti gugatan yang diajukan kepada hakim dan pengakuan seseorang di depan hakim.

  Berdasarkan pembagian tindakan hukum manusia menurut Mustafa Ahmad az-Zarqa suatu tindakan hukum lebih umum dari akad.

  Setiap akad dikatakan sebagai tindakan hukum dari dua atau beberapa pihak, tetapi sebaliknya setiap tindakan hukum tidak dapat disebut sebagai akad (Nasrun, 2003: 63).

  Menurut Az Zarqa dalam pandangan syara‟, suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri tersebut sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam suatu pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad itu disebut dengan ijab dan kabul. Ijab adalah pernyataan pertama yang dikemukakan oleh salah satu pihak, yang mengandung keinginan secara pasti untuk mengikatkan diri. Adapun kabul adalah pernyataan pihak lain setelah ijab yang menunjukkan persetujuannya untuk mengikatkan diri.

  Sedangkan perikatan dan perjanjian dalam konteks fiqh muamalah dapat disebut dengan akad. Kata akad berasal dari bahasa Arab

  al-

„aqd bentuk jamaknya al-„uqud yang mempunyai arti antara lain:

  a) Mengikat (al-rabith)

  b) Sambungan (al-„aqd)

  c) Janji (al-„ahd)

  Dalam akad pada dasarnya dititik beratkan pada kesepakatan antara kedua belah pihak yang ditandai dengan. Dengan ijab-qabul demikian

  ijab-qabul adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk menunjukkan

  suatu keridhaan dalam berakad yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, sehingga terhindar atau keluar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan syara‟. Karena itu, dalam islam tidak semua bentuk kesepakatan atau perjanjian dapat di kategorikan sebagai akad, terutama kesepakatan yang tidak didasarkan pada keridhaan dan syariah Islam ( Qamarul, 2011:25-26) .

2. Rukun-Rukun Akad

  Terdapat perbedaan pendapat dikalangan fuqaha berkenaan dengan rukun akad menurut jumhur fuqaha rukun akad terdiri (Qamarul, 2011:28) atas: a)

  Aqid yaitu orang yang berakad (bersepakat)

  b) Ma‟qud „alaih ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda yang ada dalam transaksi jual-beli. c) Maudhu‟al-„aqd yaitu tujuan pokok dalam melakukan akad.

  d) Shighat al-„aqd yang terdiri dari ijab qabul.

  Hal ini didasarkan kepada definisi rukun menurut jumhur, yaitu sesuatu yang adanya sesuatu yang lain bergantung kepadanya meskipun ia bukan bagian dari hakikatnya. Namun bagaimanapun perbedaan yang ada, semuanya hanyalah istilah yang pada akhirnya tidak banyak berpengaruh pada subtansi.

  Jadi rukun akad adalah segala sesuatu yang mengungkapkan kesepakatan dua kehendak atau menggantikan posisi nya baik berupa perbuatan, isyarat maupun tulisan. Sementara untuk unsur atau pilar lainnya menjadi fondasi akad seperti objek yang diakad kan dan dua pihak yang berakad merupakan kezaliman akad yang mesti ada untuk adanya dua pihak yang berakad (Abu Malik, 2007: 429).

  Berkenaan dengan rukun akad ada tiga pendapat yang dikemukakan oleh kalangan ahli fiqih: a)

  Akad tidak akan sah kecuali dengan menggunakan shighat ijab- qabul.

b) Akad jual-beli tetap sah dengan perbuatan (af‟al).

  c) Akad bisa berbentuk dengan segala hal yangmenunjukkan maksud dan tujuan akad, baik berupa ucapan maupun perbuatan.

3. Syarat-Syarat Akad

  Setiap pembentukan akad mempunyai syarat yang ditentukan syara‟ yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya akad ada dua macam (Qamarul, 2011: 32) yaitu :

  a. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya dalam sebagai akad.

  b. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad, syarat khusus ini juga disebut sebagai

  idhafi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.

  Syarat-syarat umum yang harus di penuhi dalam berbagai macam akad :

  a) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli) maka akad orang yang tidak cakap (orang gila) akadnya tidak sah.

  c.

  Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.

  d.

  Akad itu diizinkan oleh syara‟ dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya, walaupun dia bukan aqaid yang memiliki barang.

  e.

  Akad bukan jenis akad yang dilarang, seperti jual beli mulasamah.

  f.

  Akad dapat memberikan faedah.

  g.

  Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apabila ijab tersebut dibatalkan sebelum adanya qabul.

  Menurut ulama mazhab Az-Zahiri seluruh syarat yang dikemukakan pihak-pihak yang berakad apabila tidak diakui oleh syarak sebagaimana tercantum dalam Al- Qur‟an dan Sunnah adalah batal. Menurut Jumhur ulama fiqih pada dasarnya pihak-pihak berakad itu memiliki kebebasan untuk menentukan syarat-syarat tersendiri dalam suatu akad. Menurut ulama fiqih Mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟i sekalipun pihak-pihak yang berakad mempunyai kebebasan dalam menentukan syarak, tetapi kebebasan itu tetap mempunyai batas (terbatas) yaitu selama syarat itu tidak bertentangan dengan hakikat itu sendiri.

  Dan ulama fiqih menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun dan syaratnya mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak yang melakukan akad.

4. Asas-Asas Akad

  Akad dilakukan berdasarkan asas: a.

  Ikhtiyari/sukarela Setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain.

  b.

  Amanah/menepati janji Setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cidera janji.

  c.

  Ikhtiyati/kehati-hatian Setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.

  d.

  Luzum/tidak berubah Setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktek spekulasi atau maisir. e.

  Saling menguntungkan Setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktek manipulasi dan merugikan salah satu pihak.

  f.

  Taswiyah/kesetaraan Para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.

  g.

  Transparansi Setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak secara terbuka.

  h.

  Kemampuan Setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak, sehingga i.

  Taisir/kemudahan Setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan kepada masing-masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan. j.

  Itikad baik Akad dilakukan dalam rangka menegakan kemaslahatan, tidak mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya. k.

  Sebab yang halal Setiap akad dilakukan tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum dan tidak haram. l.

  Al-hurriyah/(kebebasan berkontrak) m.

  Al-kitabah (tertulis) 5. Rukun Akad

  Rukun akad terdiri atas: a.

  Pihak-pihak yang berakad Pihak-pihak yang berakad adalah orang perseorangan, kelompok orang, persekutuan, atau badan usaha. Orang yang berakad harus cakap hukum, berakal dan tamyiz.

  b.

  Obyek akad Obyek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan oleh masing-masing pihak. Obyek akad harus suci, bermanfaat, milik sempurna, dan dapat diserah terimakan. Tujuan pokok akad

  Akad bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usaha masing-masing pihak yang mengadakan akad.

  d.

  Kesepakatan/sighat akad

  Sighat akad dapat dilakukan dengan jelas, baik secara lisan, tulisan dan atau perbuatan.

6. Kategori Hukum Akad

  Hukum akad terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Akad yang sah Akad yang sah adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya.

  b.

  Akad yang fasad/dapat dibatalkan

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM LINGKUNGAN KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA MORODEMAK KEC. BONANG KAB. DEMAK TAHUN 2007 - Test Repository

0 1 83

PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN PERMATA HATI DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 103

PENGARUH INTENSITAS KEPEMIMPINAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP TAWADHU ANAK DI DUSUN NGELOSARI DESA JOMBOR KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository

0 0 115

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN (STUDI TERHADAP PERCERAIAN DI DESA BATUR KEC. GETASAN KAB. SEMARANG) - Test Repository

0 2 98

PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP SIKAP TAWADHU’ PADA REMAJA DESA SOLOWIRE KEC. KEBONAGUNG KAB. DEMAK TAHUN 2014 - Test Repository

0 0 110

HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 154

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN, LINGKUNGAN SOSIAL DAN PROMOTIONAL MIX TERHADAP MINAT MASYARAKAT DESA KALIGENTONG KEC. AMPEL KAB. BOYOLALI PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH - Test Repository

0 6 148

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KELUARGA NIKAH BEDA AGAMA DI DUSUN NGIPIK DESA CANDI KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 115

KORELASI ANTARA PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP REMAJA DENGAN INTENSITAS KEBERAGAMAAN REMAJA DI DESA RANDUGUNTING KEC. BERGAS KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016. - Test Repository

0 0 102

POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016 - Test Repository

0 0 138