PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN DENGAN SISTEM PANCINGAN DI DESA LOSARI KEC. SUMOWONO KAB. SEMARANG - Test Repository

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN DENGAN SISTEM PANCINGAN DI DESA LOSARI KEC. SUMOWONO KAB. SEMARANG SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: PUJI DWI JAYANTI

  NIM 21412001 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

  

MOTTO

“Selalu Bersyukur Atas NikmatNYA, Maka Hidup Menjadi

Bahagia”

  PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini kepada:

  Suamiku Ahmad Setyo Aji Joyo Saputro yang selalu mendukung dan memotivasi dan menyemangatiku dalam setiap waktu.

  Anakku Aisyah Melati Adji Saputri yang selalu menjadi dorongan semangatku.

  Ayahanda Budiyono dan Ibunda Sunarni Yang tidak henti-hentinya selalu mendo’akan, membimbing dan mendukungku. Untuk bapak ibu dosen fakultas syariah iain salatiga

  Terimakasih juga Untuk Syamsul Arifin, Yuhdi Ainun Nafi yang Banyak Membantuku dalam Megerjakan skripsi ini

  Keluarga Besarku Yang Selalu Mendukungku Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirobbil`alamin, segala puji bagi Allah yang telah memberikan

  segala kenikmatan kepada mahluknya yang ada di alam semesta ini. Berkat qudrat iradatnya serta izinNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Perspektif Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ikan Dengan Sistem Pancingan Di Desa Losari Kec. Sumowono Kab. Semarang

   Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul anbiya,

  Nabi Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan ummat manusia dari gelap kejahiliyaan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang.

  Banyak pihak yang telah banyak memberikan konstribusi dalam penyelesaian karya ini. Kami menghaturkan terima kasih yang tulus kepada mereka semua yang telah berjasa untuk ini semua: 1. Allah SWT yang telah memberikan ilmu untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

  2. Suamiku Ahmad Setyo Aji Joyo Saputro yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini dan Anakku Aisyah Melati Adji Saputri yang selalu menjadi dorongan semangat dalam situasi dan kondisi apapun.

  3. Bapak Budiyono, Ibu Sunarni tercinta dan keluarga besar saya yang telah mengorbankan segalanya dengan tulus dan ikhlas dan kebesaran jiwa

  4. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  5. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  6. Ibu Evi Ariyani, M.H selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES), yang telah mengizinkan penulis untuk membahas judul skripsi ini.

  7. Ibu Heni Satar Nurhaida S.H.,M.Si., selaku pembimbing yang selalu memberikan saran dan masukan kepada penulis.

  8. Para staf administrasi yang begitu sabar mengurusi segala macam kepentingan dalam skripsi ini.

  9. Bapak Agung Hari Supriyanto, Bapak Suroso, Bapak Alim Nur Rohim dan Bapak Pujiyanto selaku pemilik pemancingan.

  10. Bapak Mamat, Bapak Taqim, Bapak Basari dan Bapak Kanto yang bersedia memberikan informasi tentang hobinya memancing.

  11. Teman-temanJurusanHukumEkonomiSyariahangkatan 2012.

  12. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini yang tidakmungkin kami sebutkansatupersatu.

  Harapan bagi penulissemoga apa yang sudah disuguhkan dapat bermanfaat bagi

  Walaupun jauh dari kesempurnaan tapi semoga mendekati pada kebenaran. Semoga Allah SWT ridha dengan apa yang kita lakukan. Amin.

  قيرطلا موقأ ىلِإ قفومـلا او

  Salatiga 17 September 2017 Penulis

PUJI DWI JAYANTI NIM. 214-12-001

  

ABSTRAK

Jayanti, Puji Dwi 2017. Perspektif Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ikan Dengan Sistem Pancingan Di Desa Losari Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Skripsi. Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si

  Kata Kunci : Jual Beli, Pemancingan Ikan, hukum islam

  Praktek jual beli dimasyarakat kadang tidak mengindahkan hukum syara’ yang berlaku, sehingga dapat merugikan satu dengan yang lainnya. kerugian tersebut ada kalanya berhubungan dengan obyek maupun harga yang ditentukan, hal itu terjadi karena ketidaktahuan masyarakat dalam hukum jual beli. Kegiatan jual beli ikan di Desa Losari Kec. Sumowono juga mengandung unsur kesamaran atau ketidakketahuan antara penjual dan pembeli mengenai objek yang akan diperoleh antara keduanya sesuai dengan akad yang sudah ditentukan keduanya, yaitu Jual Beli Ikan dengan sistem pancingan di Desa Losari Kec. Sumowono. Kegiatan jual beli ikan dengan sistem pancingan didesa losari ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat sehingga sudah menjadi hal yang wajar dan bisa diterima oleh masyarakat umum juga penjual dan pembeli.

  Berdasarkan permasalahan diatas, telah dilakaukan penelitian di pemancingan desa losari kecamatan sumowono kabupaten semarang dengan rumusan masalah bagaimana praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan di pemancingan Desa Losari dan bagaimana perspektif hukum islam terhadap jual beli ikan dengan sistem pancingan dipemancingan Desa Losari.

  Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder yang juga disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan dan dengan cara terjun langsung kelapangan.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan Jual beli ikan dengan sistem pancingan yang dipraktekkan di Losari tidak sah karena jual beli ini termasuk jual beli bathil dan didalamnya ada unsur gharar. Termasuk jual beli bathil karena ikan yang diperoleh pada saat memancing tidak pasti, dan itu merugikan bagi para pembeli, sedangkan penjual sudah untung/ tidak akan rugi karena transaksi pembelian ikan dilakukan diawal, bukan saat setelah memancing. .

  SAMPUL....................................................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii PENGESAHAN.........................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN....................................................................iv MOTTO.....................................................................................................v PERSEMBAHAN.....................................................................................vi KATA PENGANTAR................................................................................vii ABSTRAK.................................................................................................ix DAFTAR ISI..............................................................................................x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................1 B. Rumusan Masalah...........................................................................4 C. Tujuan Penelitian............................................................................4 D. Kegunaan Penelitian.......................................................................4 E. Penegasan Istilah.............................................................................5 F. Tinjauan Pustaka.............................................................................7 G. Metode Penelitian...........................................................................11 H. Sistematika Penulisan.....................................................................16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Jual beli ............................................................................18 B. Hukum Jual Beli.............................................................................24 C. Syarat dan Rukun Jual Beli.............................................................28 D. Macam-Macam Jual Beli................................................................35 E. Pengertian Akad.............................................................................56 F. Resiko Dalam Jual Beli..................................................................59 BAB III JUAL BELI IKAN DENGAN SISTEM PANCINGAN DI DESA LOSARI, KEC.SUMOWONO, KAB. SEMARANG A. Gambaran Umum Desa Losari........................................................65

  1. Sejarah Desa Losari............................................................65

  2. Letak Geografis dan Demografi Desa Losari.....................67

  3. Aktifitas Masyarakat ..........................................................71

  B. Praktek Jual Beli Ikan Dengan Sistem Pancingan di Desa Losari..73

  BAB IV ANALISIS A. Praktek Jual Beli Ikan Dengan Sistem Pancingan Di Desa Losari Kec.

  B. Perspektif Hukum islam Terhadap Jual Beli Ikan Dengan Sistem Pancingan Di Desa Losari, Kec. Sumowono, Kab. Semarang.......84

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................88 B. Saran ..............................................................................................89 DAFTAR PUSTAKA................................................................................91 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

  Dalam kehidupan sehari hari masyarakat tidak akan lepas dari hal perekonomian diantaranya yaitu transaksi jual beli. Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari diantaranya untuk memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan.

  Momentum terjadinya Jual beli secara tegas telah diatur dalam pasal KUH Perdata yang bunyinya “Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah orang orang itu mencapai kata sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan belum diserahkan dan harganya belum dibayar” (Aryani, 2013: 30). Dalam kehidupan sehari hari manusia sebagai mahluk sosial yaitu mahluk yang memiliki kodrat hidup bermasyarakat maka sudah semestinya jika mereka akan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya guna mencukupi segala kebutuhannya.

  Islam telah mengatur hal-hal yang berkaitan dengan jual beli, dalam jual beli haruslah transparan dan sesuai dengan hukum syara’. Syari’at juga mengatur larangan memperoleh harta dengan jalan bathil seperti perjudian, penipuan, gharar dan mengharamkan riba. Batasan antara perkara yang halal dan yang haram sangatlah jelas yang dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 275

  ۡ َ أَي َني لٱ ُنٰ َطۡي َشلٱ ُه ُطَبَخَتَي ي َلٱ ُموُقَي اَمَك َل إ َنوُموُقَي َل َاٰوَب ْرلٱ َنوُلُك

  َ ۡ لٱ َن م َمَر َحَو َعۡيَ ۡلٱ ُ َلٱ َلَحَأَو حَاٰوَب ْرلٱ ُلۡث م ُعۡيَ ۡلٱ اَمَن إ َاَوُلاَق ۡمُهَن

  أ ب َك لَٰذ ْسَم

  َ َ ۖ َلٱ ل إ َۥُهُرۡم

  أَو َفَلَس اَم ۥُهَلَف ٰ َهَتنٱَف ۦ ه ْبَر ن ْم ةَظ عۡوَم ۥُهَءَاَج نَمَف َاٰوَب ْرلٱ َ ٢ َلَوُأَف َدَع ۡنَمَو

  أ َك ئك َنوُ لٰ َخ اَهي ف ۡمُه راَلٱ ُبٰ َح ۡص

Yang artinya: orang-orang Yang memakan (mengambil) riba itu tidak dapat

berdiri betul melainkan seperti berdirinya orang Yang dirasuk Syaitan Dengan

terhuyung-hayang kerana sentuhan (Syaitan) itu. Yang demikian ialah

disebabkan mereka mengatakan: "Bahawa Sesungguhnya berniaga itu sama

sahaja seperti riba". padahal Allah telah menghalalkan berjual-beli (berniaga)

dan mengharamkan riba. oleh itu sesiapa Yang telah sampai kepadanya

peringatan (larangan) dari Tuhannya lalu ia berhenti (dari mengambil riba),

maka apa Yang telah diambilnya dahulu (sebelum pengharaman itu) adalah

menjadi haknya, dan perkaranya terserahlah kepada Allah. dan sesiapa Yang

mengulangi lagi (perbuatan mengambil riba itu) maka itulah ahli neraka,

mereka kekal di dalamnya .

  Dalam ayat diatas diterangkan jelas Allah telah mengharamkan yang bathil. Dan diantara keduanya adalah subhat dimana seseorang tidak mengetahui kebenarannya. Sedangakan dalam jual beli harus bersifat transparan dan jelas.

  Dalam ijmak kaum muslimin tentang kebolehan jual beli dan hikmah yang terkandung didalamnya. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan orang lainnya. Ia senantiasa membutuhkan barang yang berada ditangan orang lain. Sementara orang lain tidak akan menyerahkan sesuatu pun tan ada imbalan/ganti. Oleh karena itu, jual beli dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan menghilangkan kesulitan dalam kehidupan manusia.

  Praktek jual beli dimasyarakat kadang tidak mengindahkan hukum syara’ yang berlaku, sehingga dapat merugikan satu dengan yang lainnya. kerugian tersebut ada kalanya berhubungan dengan obyek maupun harga yang ditentukan, hal itu terjadi karena ketidaktahuan masyarakat dalam hukum jual beli. Kegiatan jual beli ikan di Desa Losari Kec. Sumowono juga mengandung unsur kesamaran atau ketidak ketahuan antara penjual dan pembeli mengenai objek yang akan diperoleh antara keduanya sesuai dengan akad yang sudah ditentukan keduanya, yaitu Jual Beli Ikan dengan sistem pancingan di Desa Losari Kec.

  Sumowono. Kegiatan jual beli ikan dengan sistem pancingan didesa losari ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat sehingga sudah menjadi hal yang wajar dan bisa diterima oleh masyarakat umum juga penjual dan pembeli. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana pelaksanaan jual beli ikan dipemancingan Desa Losari Kec. Sumowono menurut tinjauan hukum islam.

  B. Rumusan Masalah

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Bagaimana praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan di pemancingan Desa Losari?

  2. Bagaimana perspektif hukum islam terhadap jual beli ikan dengan sistem pancingan dipemancingan Desa Losari?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Menjelaskan bagaimana praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan dipemancingan Desa Losari.

  2. Menjelaskan bagaimana perspektif hukum Islam terhadap jual beli ikan dengan sistem pancingan dipemancingan Desa Losari.

  D. Kegunaan Penelitian

  1. Secara Teoritis

  a. Sebagai sumbangan pemikiran ilmu dalam bidang muamalah khususnya dalam bidang jual beli ikan dipemancingan Desa Losari Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

  b. Untuk memperluas wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat umumnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan jual beli ikan dipemancingan Desa Losari Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

  c. Memberikan tambahan ilmu bagi masyarakat khususnya penjual dan pembeli ikan dipemancingan Desa Losari sesuai dengan teori kaidah hukum islam yang berlaku dan diharapkan masyarakat menyesuaikan diri dengan kaidah Islam yang berlaku.

  2. Secara Praktis Diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi khususnya bagi masyarakat yang ingin mengetahui permasalahan jual beli ikan dipemancingan serta sebagai reverensi bagi masyarakat yang ingin membuka usaha pemancingan serta para konsumen.

  E. Penegasan Istilah

  Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul skripsi ini maka perlu kiranya peneliti untuk menegaskan istilah sebagai berikut:

  1. Jual beli

  Da lam Kitab Undang Undang Perdata pasal 1457 menjelaskan pengertian

  jual beli adalah suatu perjaanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dengan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Jual Beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjal, yakni pihak yang menyerahkan barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.

  2. Pancingan pancingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang dipakai untuk memancing, memikat, menarik dan sebagainya. Dalam penelitian ini maksud dari kata pancingan adalah kegiatan memancing ikan didalam kolam ikan.

  3. Hukum islam Hukum islam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah hukum islam berasal dari dua kata yaitu ‘hukum dan ‘islam. Kata hukum diartikan dengan: 1) peraturan atau adat ayang secara resmi dianggap mengikat, 2) undang-undang, peraturan dan sebagainyauntuk mengatur pergaulan, hidup masyarakat; 3) patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa tertentu; 4) keputusan (pertimbangan)yang ditetapkan oleh hakim dipengadilan atau vonis (2001: 410). Secara sederhana hukum dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat ataupun peraturan yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakan oleh penguasa (Muhammad, 1996: 38).

  Adapun kata yang kedua yaitu ‘Islam’ oleh mahmud syaltout islam didefinisikan sebagai agama Allah yang diamanatkan kepada nabi Muhammad saw untuk mengajarkan dasar-dasar dan syariatnya untuk disampaikan kepada umat manusia untuk mencapai kesejahteraan didunia maupun diahirat (Syaltout, 1966: 9).

  Dari gabungan dua kata hukum dan islam tersebut muncul istilah hukum islam. Dengan memahami arti dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang bersumber dari Allah SWT dan Nabi Muhammad saw untuk mengatur tingkah laku manusia ditengah-tengah masyarakatnya, lebih singkat hukum islam diartikan sebagai hukum yang bersumber dari ajaran agama.

  Desa Losari adalah sebuah desa di Kecamatan Sumowono yang terletak dilereng gunung ungaran dengan penduduk cukup padat. Desa ini dekat dengan desa Kemawi yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Semarang.

  Dari penegasaan istilah diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian jual beli ikan dengan sistem pancingan dipemancingan merupakan penelitian yang akan meninjau latar belakang adanya jual beli ikan dipemancingan Desa Losari serta peran masyarakat dalam menangani masalah tersebut.

F. Tinjauan Pustaka

  Sejauh ini pembahasan mengenai perspektif hukum islam tentang jual beli ikan sudah banyak dibahas oleh beberapa peneliti. Namun penelitian yang peneliti lakukan di Desa Losari tentulah sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti peneliti terdahulu. Beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah jual beli ikan antara lain:

  Skripsi yang disusun oleh Muhamat Yudianto (2015) dengan judul

  Tinjauan hukum islam terhadap praktek akad jual beli ikan nelayan, mahasiswa

  Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Agama Islam dengan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana praktek akad jual beli ikan di Desa Pangkalan Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang?

  2. Bagaiman pandangan hukum islam tentang praktek akad jual beli ikan Nelayan di Desa Pangkalan Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang?

  Dari rumusan masalah diatas mendapat hasil penelitian ijab kabul dalam praktek jual beli ini menggunakan sighat akad secara lisan berdasarkan sistem kepercayaan. Begitu pula mengenai penentuan harga juga didasari dengan kesepakatan. Dalam hal pelaksanaan pembayaran dan penyerahan dilakukan oleh tengkulak dan nelayan secara kontan ditempat penimbangan ikan serta disaksikan oleh pendego dan karyawan tengkulak. Transaksi tersebut terlihat sah karena berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, proses tersebut dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan sesuai dengan rukun jual beli. Akan tetapi setelah dikaji lebih dalam ada beberapa syarat yang belum terpenuhi yaitu dalam penetapan harga hanya sepihak dilakukan oleh tengkulak sehingga menimbulkan unsur keterpaksaan pada pihak nelayan. Nelayan merasa dirugikan dalam transaksi karena ada kecurangan ketika tengkulak melakukan penimbangan ikan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka praktek jual beli ikan nelayan di Desa Pngkalan Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang hukumnya tidak sah dalam hukum islam.

  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irfatun Na’imah (2012) mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek

  

Jual Beli Ikan Dengan Sistem Tebasan Di Desa Sekaran Kecamatan Sekaran

Kabupaten Lamongan dengan rumusan masalah “Bagaimana tinjauan hukum

  Islam terhadap praktek jual beli ikan di telaga dengan sistem tebasan di Desa Sekaran Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan?”.

  Dalam rumusan masalah tersebut didapat hasil penelitian menurut hukum Islam praktek jual beli tersebut merupakan jual beli yang tidak bertentangan dengan hukum Islam karena sudah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Disamping itu, jual beli yang dilakukan di Desa Sekaran sudah sesuai dengan prinsip-prinsip atau asas-asas jual beli itu sendiri. Jual beli ikan dengan sistem tebasan tersebut menjadi sah dan diperbolehkan oleh hukum Islam dengan mempertimbangkan beberapa sebab, yaitu praktek jual beli ikan dengan sistem tebasan merupakan suatu adat atau kebiasaan yang sudah berlaku di Desa Sekaran, dimana kebiasaan tersebut sudah berjalan selama 63 tahun dan dalam waktu yang begitu lama praktek jual beli tersebut sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Jual beli ikan dengan sistem tebasan ini juga mendatangkan manfaat yang lebih banyak daripada madharatnya. Selain itu, praktek jual beli ikan dengan sistem tebasan ini sangat membantu dari segi perekonomian bagi pembeli serta bagi penjual sangat membantu dalam peningkatkan taraf hidup penduduk Desa Sekaran. Adanya fenomena transaksi jual beli ikan dengan sistem tebasan, bahwa kebutuhan masyarakat terhadap obyek jual beli dibutuhkan dan semakin dibutuhkannya obyek tersebut maka semakin meningkat pula jumlah pembeli yang ingin membeli obyek tersebut. Dengan adanya sebab tersebut akan memberi peluang bagi pembeli untuk melakukan monopoli dalam menentukan pembeli. Untuk lebih berhati-hati dan agar tidak terjerumus pada transaksi yang terlarang dengan adanya monopoli tersebut, maka penyusun memberikan alternatif dengan tidak membolehkan pembeli yang sudah pernah menjadi pembeli sebelumnya, untuk melakukan transaksi jual beli ikan dengan sistem tebasan.

  Syarifudin Firdaus (2008) mahasiswa Universitas Islam Negeri Fakultas Syari’ah dalam skripsinya “Tinjauan hukum islam terhadap jual beli ikan dalam perahu (study kasus di Desa Angin-Angin Kec.Wedang Kab. Demak)” menjelaskan praktek jual beli ikan tidak dilaksanakan ditempat penimbunan ikan (TPI) yang telah disediakan sesuai dengan mekanisme pasar yang telah diatur, namun dilaksanakan diatas perahu sebelum hasil perolehan ikan saampai ke TPI. Dengan cara mencegat penjual sebelum tiba dipasar, dengan alasan kondisi masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

  Hanis Widyasari (2005) mahasiswa universitas islam negeri sunan kalijaga Fakultas Syariah dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ikan dengan Sistim Borongan didesa Banyubiru Kec. Dukuh Kab. Magelang” dijelaskan dalam jual beli ini pembeli langsung menawar ikan yang masih ada dikolam sesaat setelah melihatnya. Ironisnya sipenjual langsung langsung menyetujuinya, jelas pembeli tidak dapat mengetahui secara pasti obyek ikan yang akan dibelinya.

  Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengenai praktik dalam jual beli ikan, karena penelitian sebalumnya lebih spesifik dengan cara tebasan, sedangkan praktek yang dilakukan dalam jual beli ikan dipemancingan Desa Losari sangatlah berbeda yaitu dengan jual beli ikan dipemancingan dengan cara pancingan, sehingga peneliti menyimpulkan belum ada yang membahas tentang praktek jual beli ikan dipemancingan Desa Losari sehingga layak untuk dijadikan penelitian. G. Metode penelitian Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Hasan, 2002: 21). Pengertian lain dari metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, seperti wawancara, observasi, tes, maupun dokumentasi (Arikunto, 2002: 136).

  1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif bersifat membangun mengembangkan dan menemukan teori-teori sosial (Moleong, 2010:80). Tujuan dari metode penelitian kualitatif menurut sulistyo-Basuki (2010: 78) ialah bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti yang semuanya tidak dapat diukur dengan angka-angka.

  Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder yang juga disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan, sedangkan metode penelitian hukum sosiologis/empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung dalam masyarakat. Penelitian ini juga termasuk dalam kategori penelitian lapangan (Field Research) yaitu mencari data dengan langsung terjun kelapangan.

  2. Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti adalah data primer dan sekunder, pengertiannya sebagai berikut: a. Data Primer

  Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan (Moleong, 2009:89). Sedangkan menurut Hasan (2002: 82) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer didapat dari sumber informan yaitu individu atau perorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain, Catatan hasil wawancara, hasil observasi lapangan, data-data mengenai informan. 1) Informan

  Informan adalah orang dalam latar penelitian, fungsinya sebagai orang yang dimanfatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Manfaat informan bagi penelitian adalah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang benar-benar terjangkau (Basrowi, 2008: 68). Sedangkan menurut (Moleong, 2009:80) Informan adalah seorang yang dapat memeberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah penjual ikan dipemancingan, dan konsumen. 2) Dokumen

  Menurut (sugiyono, 2013: 234) Dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditunjukan secara langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis, dokumen dibedakan menjadi dua yaitu:

  a) Dokumen Primer Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa.

  b) Dokumen sekunder Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan laporan/ cerita orang lain.

  b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada

  (Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

  3. Tehnik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi obsevasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Adapaun pengertiannya sebagai berikut:

  a. Observasi, merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk memberi penelitian pada objek yang diteliti (Azwar, 2004: 19). Dalam penelitian ini peneliti akan mendatangi pemancingan yang ada di Desa Losari.

  b. Wawancara (interview), adalah tehnik mengumpulkan data yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan dengan cara bercakap-cakap dan berhadapan untuk memberikan keterangan pada sipeneliti (Azwar, 2004:48). Wawancara ini penyusun lakukan pada pemilik, penjual dan pembeli ikan dipemancingan Desa Losari Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

  c. Dokumentasi, adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel menegenai foto, catatan, buku, surat kabar dan lainnya sebagai acuan bagi peneliti untuk mempermudah penelitian (Margono, 2010:158). Dalam hal ini dokumen yang digunakan adalah foto-foto penjual ikan serta para konsumen dipemancingan Desa Losari.

  4. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat membangun mengembangkan dan menemukan teori- teori sosial. Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data, data yang digunakan berupa catatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambaran, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya (Meleong, 2009:85). Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisa secara

  Peneliti mengumpulkan informasi dari penjual ikan serta konsumen dipemancingan Desa Losari.

  5. Tahap-tahap penelitian a. Melakukan survey dipemancingan Desa Losari.

  b. Membuat proposal penelitian.

  c. Melakukan penelitian dipemancingan Desa Losari.

  d. Melakukan wawancara dengan pemilik pemancingan dan konsumen.

  e. Menyusun hasil laporan tersebut.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberi gambaran utuh serta kemudahan untuk memahami skripsi ini maka penulis memberi sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I: Mengidentifikasi pendahuluan yang berisi Latar Belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode peenelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II: berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang meliputi: pengertian jual beli, dasar dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, pengertian akad, dan resiko dalam jual beli.

  BAB III: berisi tentang keadaan geografis dan demografi Desa Losari Kec. Sumowono Kab. Semarang, jumlah penduduk, mata pencaharian dan agama, kultur dan adat istiadat masyarakat setempat. Juga menggambarkan bagaimana praktik jual beli ikan dipemancingan desa Losari, pemahaman masyarakat tentang hukum jual beli ikan dipemancingan Desa Losari yang mereka praktikan, yaitu meliputi akad yang mereka gunakan, cara menentukan harga serta sebab-sebab yang timbul dari penjual dan pembeli berkaitan dengan praktik jual beli ikan dipemancingan Desa Losari Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

  BAB IV: Berisi faktor yang mendorong penjual dan pembeli untuk melaksanakan jual beli ikan dengan sistem pancingan dan analisis tentang praktek jual beli ikan dengan sistem pancingan dipemancingan Desa Losari menurut perspektif hukum islam.

  BAB V: Penutup berisi kesimpulan dan saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Jual Beli Jual beli secara bahasa (al-bay’) artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan saling mengganti. Dalam kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah pasal 20 ayat 1 Bay’ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda dengan uang, secara terminologi jual beli diartikan dengan tukar menukar harta secara suka sama suka atau peralihan pemilikan dengan cara penggantian menurut bentuk yang dibolehkan (syarifuddin, 2013: 192-193).

  Jual beli menurut bahasa yaitu mutlaq al-mubadalah yang berarti tukar menukar secara mutlaq (Sabiq, 1980: 124). Atau dengan ungkapan lain

  muqabalah syai’ bi syai’ berarti tukar menukar sesuatu dengan sesuatu (Zuhaily,

  1994: 344). Menurut Jalaluddin Al-Mahali (1956: 151) pengertian jual beli secara bahasa adalah tukar menukar sesuatu dengan adanya ganti rugi atau imbalan.

  Sementara itu jual beli menurut istilah adalah tukar menukar harta Sayyid Sabiq (1980: 124) dalam hal ini berpendapat saling menukar harta dengan harta lain berdasarkan suka sama suka. Abdul Hamid Hakim (1956: 6) menjelaskan saling menukar harta dengan harta lain berdasarkan suka sama suka.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas jual beli adalah transaksi tukar menukar uang dengan barang berdasarkan suka sama suka menurut cara yang ditentukan syari’at, baik dengan ijab kabul yang jelas, atau dengan cara saling memberikan barang atau uang tanpa mengucapkan ijab dan kabul seperti yang berlaku pada pasar swalayan (Rozalinda, 2017: 64)

  Menurut pengertian syari’at, jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang sah (Lubis, 1994:33). Menurut H. Sulaiman Rasyid (1994: 278) jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu (akad).

  Ulama’ Sayyid Sabiq (1987: 44-45) mendefinisikan bahwa jual beli adalah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Dalam definisi tersebut harta dan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Yang dimaksut harta dari definisi diatas adalah segala yang dimiliki dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak manfaat. Yang dimaksut dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan agar dapat dibedakan dengan jual beli yang dilarang.

  Menurut Chairuman pasaribu, Suhrawardi K. Lubis (1999: 39) jual beli adalah aktifitas dimana seorang penjual menyerahkan barangnya kepada pembeli setelah keduanya bersepakat terhadap barang tersebut, kemudian pembeli menyerahkan sejumlah uang sebagai imbalan atas barang yang diterimanya. Yang mana penyerahannya dilakukan oleh kedua belah pihak dengan didasarkan saling rela. Ada pula yang mendefinisikan jual beli sebagai kepemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta.

  Menurut Azam (2010: 23) jual beli merupakan tukar menukar suatu barang dengan barang lain yang berbeda dengan cara tertentu (aqad).

  Jual beli menurut syara’ memiliki beberapa pengertian menurut imam madzhab, antara lain:

  1. Menurut Hanafiyah, jual beli adalah tukar menukar harta menurut cara yang khusus, harta mencakup dzat dan uang.

  2. Menurut syafi’iyah, jual beli adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akana diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya.

  3. Menurut malikiyah, jual beli adalah akad muawadhah atau timbal balik atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.

  4. Menurut hambali jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba atau bukan utang.

  Jual beli secara tegas telah diatur dalam KUH Perdata yang bunyinya “jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah orang itu mencapai kata sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan belum diserahkan dan harganya belum dibayar” (Aryani, 2013: 30).

  Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Perkataan jual beli menunjukan bahwa dari satu pihak perbuatan dinamakan menjual. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang timbal balik itu adalah sesuai dengan bahasa belanda “koop en verkop” yang juga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu “verkoop” (menjual) sedang yang lainnya

  

“koopt” (membeli) (subekti, 2001: 2). Jual beli adalah suatu perjanjian

konsensuil artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah

  (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok (essentiali) yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tidak bergerak, sifat konsensuil jual beli ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum disepakati (Subekti, 1987: 20).

  Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan uang sesuai kesepakatan bersama yang dilakukan dengan saling ridha antara penjual dan pembeli sesuai perjanjian atau ketentuan yang disepakati sesuai hukum syara’.

  Allah Swt. Mensyariatkan jual beli sebagai suatu kemudahan untuk manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hiduonya. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda. Adakalanya sesuatu yang kita butuhkan itu ada pada orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan itu seseorang tidak mungkin memberinya tanpa ada imbalan. Untuk itu, diperlukan hubungan interaksi dengan sesama manusia. Salah satu sarananya adalah dengan melakukan jual beli. Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang mempunyai landasan kuat dalam al-Qur’an dan Assunnah nabi Muhammad saw.

  Ayat Al-Qur’an yang membahas tentang jual beli anta lain: QS An-Nisaa’: 29

  ۡ َ َ َ َ أ َاَوُلُك أَت ل َاوُنَماَء َني لٱ اَهٱي أك َي

  َنوُكَت نَأ َ َل إ ل طَٰبۡلٱ ب مُكَنۡيَب مُكَلَٰوۡم َك َ َلٱ َن إ ۡمُكَسُفنَأ َاَوُلُتۡقَت َلَو ۡمُكن ْم كضاَرَت نَع تةَرٰ َج ت ا ٗمي حَر ۡم ُك ب َن

  ٢ Yang artinya: Wahai orang-orang Yang beriman, janganlah kamu makan (gunakan) harta-harta kamu sesama kamu Dengan jalan Yang salah (tipu, judi dan sebagainya), kecuali Dengan jalan perniagaan Yang dilakukan secara suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu berbunuh-bunuhan sesama sendiri. Sesungguhnya Allah sentiasa Mengasihani kamu .

  QS Al-Baqarah: 275

  َ َ َ ي لٱ ُمو ُقَي ا َمَك ُلُكۡأ َي َني َلٱ

  

ل إ َنو ُموُقَي

ل َاٰو َب ْرلٱ َنو ُلۡث م ُعۡيَ ۡلٱ اَمَن إ َاَوُلاَق ۡمُهَنَأ ب َك لَٰذ ْسَمۡلٱ َن م ُنٰ َطۡيَشلٱ ُهُطَبَخَتَي ن ْم ة َظ عۡوَم ۥُهَءَاَج نَمَف

  َاٰوَب ْرلٱ َمَرَحَو َعۡيَ ۡلٱ ُ َلٱ َلَحَأَو حَاٰوَب ْرلٱ َد َع ۡن َمَو ۖ َلٱ َل إ َۥ ُهُرۡمَأَو َفَل َس ا َم ۥ ُهَلَف ٰ َهَتنٱَف ۦ ه ْبَر َ ٢

  َلَوُأَف أ َك ئك َنوُ لٰ َخ اَهي ف ۡمُه راَلٱ ُبٰ َح ۡص

  

Yang artinya: orang-orang Yang memakan (mengambil) riba itu tidak dapat berdiri

betul melainkan seperti berdirinya orang Yang dirasuk Syaitan Dengan terhuyung-

  

hayang kerana sentuhan (Syaitan) itu. Yang demikian ialah disebabkan mereka

mengatakan: "Bahawa Sesungguhnya berniaga itu sama sahaja seperti riba". padahal

Allah telah menghalalkan berjual-beli (berniaga) dan mengharamkan riba. oleh itu

sesiapa Yang telah sampai kepadanya peringatan (larangan) dari Tuhannya lalu ia

berhenti (dari mengambil riba), maka apa Yang telah diambilnya dahulu (sebelum

pengharaman itu) adalah menjadi haknya, dan perkaranya terserahlah kepada Allah.

dan sesiapa Yang mengulangi lagi (perbuatan mengambil riba itu) maka itulah ahli

neraka, mereka kekal di dalamny

  Pada ayat ini orang-orang diperintahkan Allah swt. untuk memelihara dan berlindung dari siksa api neraka dengan berusaha melaksanakan perintah- perintah dan larangan-larangan Allah untuk melaksanakan jual beli dan meninggalkan riba.

  Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad jkual beli adalah haram sebagaimana yang disangkakan sebagian orang berdasarkan ayat diatas, dalam ayat diatas juga diterangkan Allah mengharamkan yang bathil dan diantaranya adalah subhat dimana orang tidak mengetahui kebenarannya.

  Supaya usaha jual beli itu berlangsung menurut cara yang dihalalkan, maka harus mengikuti ketentuan yang telah ditentukan, ketentuan tersebut disebut dalam rukun dan syarat jual beli.

  Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai (Rachmat Syafe’i, 2001: 75)

B. Hukum Jual Beli

  Dasar hukum jual beli adalah mubah (boleh). Akan tetapi pada saat situasi tertentu, kondisi atau keadaan berbeda, jual beli bisa menjadi wajib dan juga bisa berhukum haram. Jual beli menjadi wajib ketika terjadi praktek ihtikar (penimbunan barang sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik).

  Menurut pakar fiqh Maliki pihak pemerintah boleh memaksa pedagang itu menjual barangnya sesuai dengan harga sebelum terjadinya pelonjakan harga.

  Dalam hal kasus semacam itu, pedagang itu wajib menjual barang miliknya penentuan harga sesuai dengan ketentuan pemerintah. Akan tetapi jual beli bisa menjadi makruh bahkan pada tingkatan haram, misalnya jual beli barang yang tidak bermanfaat, seperti rokok, itu dikatakan sebagai jual beli yang makruh dan ada pula ulama yang mengatakan haram hukumnya (Syaikh Muhammad bin Jamil dan Syaikh Khalid Syayi’, 2009:39).

  Hukum jual-beli itu bisa sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, antara lain : a. Mubah, ialah hukum asal jual-beli akan tetapi masih dalam catatan yakni rukun dan syarat jual-beli, barulah dianggap sah menurut syara’.

  b. Sunnah, seperti jual-beli kepada sahabat atau famili dikasihi dan kepada orang yang sangat berhajat kepada barang itu.

  c. Wajib, seperti wali menjual barang anak yatim apabila terpaksa, begitu juga dengan qadhi menjual harta muflis (orang yang lebih banyak hutangnya daripada hartanya).

  d. Makruh, jual beli pada waktu datangnya panggilan adzan shalat Jum'at (Khallaf, 1994: 74)

  e. Haram, apabila tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli yang telah ditentukan oleh syara’.

  Pada ketentuan haram terdapat dua pembagian yakni haram lidatihi dan haram lighairihi.

Dokumen yang terkait

JUAL BELI ONLINE DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

0 0 7

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBJEK AKAD JUAL BELI ONLINE DENGAN SISTEM DROPSHIPPING DI TOKO ONLINE PRINCESS SHOP SKRIPSI

1 3 15

PENGARUH INTENSITAS KEPEMIMPINAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP TAWADHU ANAK DI DUSUN NGELOSARI DESA JOMBOR KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository

0 0 115

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN (STUDI TERHADAP PERCERAIAN DI DESA BATUR KEC. GETASAN KAB. SEMARANG) - Test Repository

0 2 98

INJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

0 0 91

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KELUARGA NIKAH BEDA AGAMA DI DUSUN NGIPIK DESA CANDI KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 115

KORELASI ANTARA PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP REMAJA DENGAN INTENSITAS KEBERAGAMAAN REMAJA DI DESA RANDUGUNTING KEC. BERGAS KAB. SEMARANG PADA TAHUN 2016. - Test Repository

0 0 102

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD BANTUAN HEWAN KAMBING BERSYARAT DI DESA TLEPAT, KEL. BANYUSRI, KEC. WONOSEGORO, KAB. BOYOLALI - Test Repository

0 2 87

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BIBIT LELE DENGAN SISTEM TAKARAN DI DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

0 3 106

MANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH KAB. SEMARANGTAHUN 2018 - Test Repository

0 0 124