BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH - DOCRPIJM 82ddc466ff BAB IIBAB 2

  BAB 2 GAMBARAN UMUM

  2 2 . .

  1

1 K K o o n n d d i i s s i i F F i i s s i i k k

  Pada bagian ini akan diuraikan kondisi dan karakteristik serta peluang pengembangan Kabupaten Gorontalo Utara. Tinjauan dilakukan dari berbagai aspek baik fisik maupun non fisik dengan memperlihatkan kompleksitas permasalahan dan dinamika pertumbuhan Kabupaten. Pentingnya fungsi Kabupaten terhadap peningkatan dan pengembangan berbagai kegiatan baik sosial, ekonomi dan administratif telah menempatkan Kabupaten Gorontalo Utara kepada kedudukan yang sangat penting sebagai pusat pembangunan dan pelayanan bagi wilayah sekitar.

2.1.1 Kondisi Fisik Dasar

  Letak dan Batas Administrasi

2.1.1.1 Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi hasil pemekaran dari

  Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2007. Kabupaten Gorontalo Utara terletak memanjang arah timur-barat di bagian utara Provinsi Gorontalo, sepanjang jalur jalan trans sulawesi bagian utara, yang menghubungkan antara Kota Manado sebagian ibukota Provinsi Sulawesi Utara di bagian utara dan Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan di bagian selatan Pulau Sulawesi. Secara Geografis daratan Kabupaten Gorontalo Utara terletak pada 386.732 mT – 530.446 mT dan 74.367 mU – 115.085 mU (zone UTM 51 North). Secara umum geografis letak Kabupaten Gorontalo Utara memiliki batas-batas secara fisik, sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Sulawesi. Sebelah Barat : Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Sebelah Selatan : Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Sebelah Timur : Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

  Luas Wilayah Perencanaan

  Wilayah perencanaan yang menjadi ruang lingkup penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gorontalo Utara mencakup keseluruhan luas wilayah dari Kabupaten Gorontalo Utara, yang terbentuk berdasarkan Undang-undang nomor 11 Tahun 2007, dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 26 April 2007. Luas wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yaitu sebesar 1.777,03 Km

  2 .

  Tabel 2. 1 Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara No Nama Kecamatan Luas (Km 2 )

  1. ATINGGOLA 264,55

  2. GENTUMA RAYA 100,34 3.

  TOMILITO 88,00

  4. KWANDANG 33,59

  5. PONELO KEPULAUAN 10,40 6.

  ANGGREK 189,09

  7. MONANO 214,62

  8. SUMALATA TIMUR 254,92

  9. SUMALATA 285,67

  10. BIAU 85,85

  11. TOLINGGULA 250,00 Total 1.777,03

  

Gambar 2. 1 Sumber : Hasil Perhitungan Tim Konsultan dari Peta RBI

Skala 1: 50.000 Tomilito; 88 Kwandang;

  33,592 Biau; 85,85 Tolinggula; 250 Sumalata;

  285,67 Sumalata Timur; 254,92

  Monano; 214,62 Anggrek; 189,088

  Ponelo Kepulauan; 10,4 Atinggola;

  264,55 Gentuma Raya; 100,34

  18 Topografi

  2.1.1.2 Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara didominisasi oleh bentuk wilayah perbukitan dan

  pegunungan. Meskipun demikian di wilayah ini tidak terdapat gunung berapi. Daerah pegunungan di kabupaten Gorontalo Utara sebagian besar terletak di Kecamatan Sumalata, Sumalata Timur, Tolinggula dan Atinggola. Akibat kondisi topografi tersebut maka pengembangan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara menjadi terbatas. Dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, kecamatan yang memiliki wilayah datar yang cukup luas adalah kecamatan Kwandang, Anggrek dan Tolinggula. Dataran yang memiliki sumberdaya air yang cukup dimanfaatkan petani sebagai areal persawahan.

  Ketinggian tempat wilayah perencanaan bervariasi dari 0 meter dari permukaan laut (mdpl) sampai 2.055 mdpl. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa setiap kecamatan di wilayah perencanaan membentang dari daerah pesisir pantai sampai pegunungan, sehingga seluruh kecamatan memiliki daerah pesisir dan daerah pedalaman.

  Tabel 2. 2 Ketinggian tempat Masing-masing Kecamatan Luas Elevasi (mdpl) Kecamatan

  Ha % Atinggola 26.455 14,78

  • – 1.593

  Kwandang 30.126 18,05

  • – 874

  Anggrek 28.071 15,74

  • – 971

  Sumalata 50.458 26,46

  • – 2.055

  Tolinggula 33.585 18,65

  • – 1.550

  Gentuma Raya 10.034 6,31

  • – 1.583
    • Tomilito

  Ponelo Kepulauan - - - Monano

  Sumalata Timur

  • Biau

  Total 178.729 100,00 Sumber: Peta Rupabumi Indonesia, Bakosurtanal, 2010.

  Kondisi Geologi, Fisiografi dan Jenis Tanah

  2.1.1.3 Kondisi morfologi di kawasan perencanaan/ Kabupaten Gorontalo Utara pada umumnya

  dibentuk oleh beberapa pegunungan antara lain pegunungan Dapi, Ulemba, Loba Perantanaan dan pegunungan Tilong Kabila yang membentang dari timur ke barat. Daerah pesisir utara yang merupakan wilayah dari Kabupaten Gorontalo Utara memiliki garis pantai sampai 100 m dari daratan umumnya dan bervariasi berkisar antara 2,5 km

  • – 25 km. Daerah-daerah yang mempunyai garis pantai jauh dari daratan adalah sekitar teluk Paleleh + 9 km, teluk Bulontio + 8 km dan teluk Kwandang yang mencapai + 25 km, daerah tersebut umumnya dibentuk oleh batu-batuan karang (coral). Daerah daratan dengan ketinggiannya sampai + 100 m mempunyai jarak terjauh berkisar antara 250 m
  • – 5 m. Kondisi geologi di Kabupaten Gorontalo Utara umumnya terdiri dari :

  Qal (Aluvium) : Pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan kerakal kondisi ini terdapat di muara S. Timbuala, S. Lenenga dan S. Tudiimanana. Ql (Batugamping Terumbu) : Batu gamping koral berwarna putih dan umumnya pejal.

  Satuan ini membentuk P. Karang Bulolio dan P. Karang Buloliogut.

  QTls (Formasi Lokodidi) : Perselingan konglomerat, batu pasir, batu pasir

  konglomeratan, batu pasir tufaan, tufa, batu lempung, serpih hitam. Konglomerat berwarna coklat tersusun oleh kepingan batu gamping, andesit dan kuarsa susu yang berukuran kerikil hingga kerakal, berbentuk membulat, dengan masa dasar tufa; terpilah buruk dengan kemas tertutup; setempat bersifat gampingan, dan umumnya agak kompak. Batu pasir berwarna kelabu hingga coklat kemerahan, berbutir halus hingga sedang, umumnya kompak, merupakan sisipan di antara serpih dan konglomerat. Setempat, batuan ini bersifat konglomeratan, berwarna kelabu, tersusun oleh butiran batuan andesit dan basal, berukuran 0,5-5 cm, terpilah buruk, bersifat gampingan, dan mengandung fosil gastropoda. Batu pasir tufaan dan tufa berwarna putih hingga kelabu muda, berbutir sedang, dan agak kompak. Batu lempung berwarna kelabu kehijauan dan umumnya terkekarkan, berlapis dan agak kompak. Sedang serpih berwarna hitam, umumnya kurang kompak, gampingan, dan berstruktur perairan sejajar. Satuan ini tersebar di daerah Tolinggula.

  Tpwv (Breksi Wobedu) : Breksi gunung api aglomerat, tufa, tufa lapili dan lava,

  bersusunan andesitan sampai basalan. Breksi berwarna kelabu, tersusun oleh kepingan batuan andesit dan basal yang berukuran kerikil sampai bongkah, bersudut tanggung hingga membulat tanggung, mempunyai susunan batuan dan kenampakan fisik yang sama dengan breksi gunung api. Tufa dan tufa lapili berwarna kuning dan kuning kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran kerikil, membulat tanggung, kemas terbuka, terkekarkan, umumnya lunak dan berlapis. Sedangkan lava umumnya berwarna kelabu hingga kelabu tua, massif, bertekstur porfiro-afanitik, dan bersusunan andesit hingga basal. Satuan ini banyak tersebar di daerah Tolinggula, Pesisir Sumalata, dan Kwandang.

  Tmds (Formasi Dolokapa): Batupasir wake, batu lanau, batu lumpur, konglomerat,

  tufa, tufa lapili aglomerat, breksi gunung api, lava bersusunan andesitik sampai basaltik. Batu pasir wake berwarna kelabu, setempat gampingan, berlapis baik, sangat kompak, dan dijumpai struktur konvolut laminasi. Konglomerat berwarna kelabu, terpilah buruk dengan kemas tertutup, kompak, dijumpai struktur perlapisan bersusun, dan setempat berlapis buruk. Di sebelah timur Kwandang konglomerat ini mengandung kepingan batu gamping. Tufa dan tufa lapili berwarna putih sampai kelabu muda dan kelabu kecoklatan, kompak dan setempat berlapis buruk. Sedang aglomerat berwarna kelabu, tersusun oleh kepingan batuan andesitan hingga basalan, dengan masa dasar tersusun oleh tufa; terpilah buruk dengan ukuran kepingan sekitar 2-5 cm yang membulat tanggung sampai bersudut tangung, dengan kemas tertutup dan kompak.

  Breksi berwarna kelabu dan kelabu gelap, tersusun oleh kepingan batuan andesitan hingga basalan yang berukuran sekitar 2-8 cm, dengan bentuk bersudut sampai bersudut tanggung; terpilah buruk dengan kemas tertutup, dan umumnya kompak. Sedangkan lava umumnya berwarna kelabu sampai kelabu tua, bersifat andesitan hingga basalan, bertekstur afanitik, massif dan kompak. Satuan ini dapat ditemukan di daerah Sumalata dan Kwandang.

  Tmbv (Batuan Gunungapi Bilungala) : Breksi, tufa dan lava andesit sampai basalt.

  Batuan gunungapi ini umumnya berwarna kelabu hingga kelabu tua. Breksi gunungapinya tersusun oleh kepingan andesit, sebagian dasit dan basal dengan ukuran butir sekitar 2-6 cm, yang bersudut hingga bersudut tanggung; kemas tertutup dengan masadasar tufa; terpilah buruk dan kompak. Zeolit dan kalsit sering dijumpai sebagai mineral pengisi di lobang-lobang pada kapingan batuan penyusunnya. Tufa umumnya bersifat dasitan dan agak kompak, di beberapa tempat terlihat lapisan yang kurang baik. Lava bersifat andesitan sampai basalan, bertekstur hipokristalin sampai holokristalin, berbutir halus dan massif. Batuan ini telah terpropilitkan, terkloritkan dan terepidotkan. Satuan ini tersebar di daerah Kwandang – Atinggola.

  Kondisi Iklim

2.1.1.4 Hasil pengamatan unsur-unsur iklim yakni, curah hujan, suhu udara, kelembaban

  udara, kecepatan dan arah angin yang mewakili Kabupaten Gorontalo Utara diperoleh dari Stasiun Meteorologi Bandar Udara Djallaludin Gorontalo kurun waktu 10 tahun (tahun 1998 – 2007).

  a. Curah Hujan

  Hasil pencatatan pada stasiun ini menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata bulanan minimum adalah 20 mm, terjadi pada bulan September. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yang mencapai 400 mm. Curah hujan tahunan rata-rata adalah 858 mm sampai 1.843 mm, dengan jumlah hari hujan sebanyak 14 hari.

  b. Temperatur

  Hasil pencatatan pada Stasiun Meteorologi Bandar Udara Djallaludin Gorontalo adalah nilai rata-rata suhu bulanan minimum mencapai 21,04 C yang terjadi pada bulan Agustus dan rata-rata suhu bulanan maksimum mencapai 34,06 C yang terjadi pada bulan Oktober.

  c. Penyinaran matahari

  Hasil pencatatan pada Stasiun Meteorologi Bandar Udara Djallaludin Gorontalo di peroleh nilai rata-rata penyinaran matahari bulanan minimum adalah 43,7% yang terjadi pada bulan November dan rata-rata penyinaran matahari bulanan maksimum sebesar 94,9% yang terjadi pada bulan Februari.

  d.

  Arah dan kecepatan angin

  Keadaan angin pada tahun 2009 yang tercatat pada Stasiun Meteorologi Bandar Udara Djallaludin Gorontalo umumnya merata di setiap bulannya, yaitu berkisar antara 1 hingga 20 Knots. Kecepatan terbesar terjadi di bulan Maret tahun 2000 yaitu sebesar 40 Knots.

  Kondisi Hidrologi dan Sumber Daya Air

2.1.1.5 Sungai-sungai yang ada di kawasan Kabupaten Gorontalo Utara merupakan hilir dari

  sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai utara dan selanjutnya mengalir ke Laut Sulawesi. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 3 Sungai yang melintasi di Kabupaten Gorontalo Utara No Sungai Lokasi 1.

  Sungai Koluoka Kec. Sumalata Timur

  2. Sungai Buladu Kec. Sumalata Timur

  3. Sungai Wubudu Kec. Sumalata Timur

  4. Sungai Bolontio timur dan barat Kec. Sumalata

  5. Sungai Kasia Kec. Sumalata

  No Sungai Lokasi 6.

  17.

  Persyaratan yang terkait dengan sumberdaya udara , disamping terdapat syarat baku mutu udara bebas, juga ada Baku Mutu Emisi yang terdiri dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak dan Baku Tingkat Kebisingan. Emisi

  Udara bebas atau udara ambient adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah kajian, yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan lainnya. Mutu udara bebas adalah kadar zat, energi dan / atau komponen lain yang ada di udara bebas. Hal tersebut diatur di dalam Baku Mutu Udara. Baku Mutu Udara bebas (ambient) adalah kadar zat, energi atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara bebas. Unsur pencemar terdiri dari gas, partikel dan kebisingan. Hal tersebut menggambarkan kualitas udara dan kebisingan.

  Pemanfaatan air sungai untuk masyarakat pada kawasan perencanaan tidak terlalu bervariasi seperti halnya pada wilayah provinsi yang lainnya. Kegiatan yang ada adalah berupa pemenuhan kebutuhan untuk rumah tangga (MCK), kebutuhan air pertanian dan perikanan dan kegiatan penggalian pasir dan batu (galian C).

  Kec. Sumalata Kec. Biawu Kec. Tolinggula Kec. Biawu Kec. Tomilito Kec. Kwandang Kec. Monano Kec. Anggrek Kec. Anggrek Kec. Kwandang Kec. Kwandang Kec. Tomilito Kec. Atinggola Kec. Atinggola Kec. Gentuma

  Sungai Biawu Sungai Tolinggula Sungai Potanga Sungai Bubode Sungai Posso Sungai Monano Sungai Ilangata Sungai Popalo Sungai Molinggapoto Sungai Leboto Sungai Botu Mola Sungai Singasow Sungai Andegile Sungai Soklat

  19.

  18.

  16.

  7.

  15.

  14.

  13.

  12.

  11.

  10.

  9.

  8.

20. Sungai Boloila

2.1.1.6 Kondisi Sumber Daya Udara

  adalah makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke udara ambient. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel yang disingkat dB atau dB(A).

  

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang

diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Kondisi sumber daya udara di Koridor Pantai Utara Pulau Sulawesi masih cukup baik dan teridentifikasi sumber polutan udara adalah dominan kegiatan transportasi mengingat jalur ini adalah digunakan sebagai jalur trans Sulawesi.

  Penggunaan Lahan

2.1.1.7 Penggunaan lahan yang paling luas di wilayah perencanaan adalah

  berupa hutan. Penggunaan lahan ini menempati 55,83 persen dari luas keseluruhan penggunaan lahan Kabupaten Gorontalo Utara. Proporsi luas hutan ini dapat dibedakan atas hutan lahan kering primer sebesar 15,66 % dan hutan lahan kering sekunder sebesar 40,17%. Hutan paling banyak dijumpai di kecamatan Sumalata, Sumalata Timur, Biau, Tolinggula, dan Atinggola.

  

Pertanian Lahan Kering menempati 18,01 persen dari luas keseluruhan

penggunaan lahan. Pertanian lahan kering tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Sebagian besar sistem pertanaman dalam bentuk campuran. Di wilayah perencanaan, sebagian areal pertanian lahan kering ditelantarkan sehingga banyak ditumbuhi semak. Tegalan banyak dijumpai di wilayah kecamatan Anggrek dan Sumalata. Komoditas lahan kering yang paling banyak dibudidayakan adalah jagung, karena jagung merupakan komoditas unggulan dari provinsi Gorontalo saat ini.

  

Semak belukar banyak dijumpai di wilayah kecamatan Sumalata, Kwandang dan Anggrek. Semak belukar merupakan areal pertanian lahan kering yang telah lama tidak diolah sehingga ditumbuhi semak belukar, atau sering juga ditemui semak belukar dibiarkan tumbuh bersama tanaman buah-buahan atau tanaman perkebunan seperti kelapa. Penggunaan lahan semak belukar di wilayah perencanaan menempati lahan sekitar 14,45 persen dari keseluruhan wilayah perencanaan .

  Semak/Belukar umumnya berupa vegetasi yang tumbuh di daerah-daerah bekas perladangan dan dibiarkan tumbuh bebas. Sebagian semak/belukar menempati bekas areal penghijauan yang pernah terbakar. Semak/Belukar banyak dijumpai di wilayah yang termasuk kabupaten Mamasa. Luas penggunaan lahan ini adalah 3.735 ha atau 3,23 % dari luas wilayah perencanaan.

  Perkebunan di wilayah perencanaan menempati areal sekitar 5 persen dari luas wilayah perencanaan. Perkebunan tersebar setempat-setempat hampir di semua wilayah kecamatan, terutama di kecamatan Kwandang, Anggrek, Sumalata dan Atinggola. Hutan mangrove dapat dijumpai di wilayah kecamatan Anggrek, Kwandang, Tolinggula dan Atinggola. Luas penggunaan lahan ini sekitar 1,68 persen dari luas keseluruhan wilayah perencanaan. Permukiman tersebar disepanjang jalur jalan utama. Permukiman tidak teridentifikasi dengan baik pada citra Landsat ETM+ karena luas lahan terbangun yang relatif sempit.

  Tabel 2. 4 Luas Penutup/Penggunaan Lahan Di Kabupaten Gorontalo Utara Penutup/ Luas Total Persentase PenggunaanLahan (Ha) (%) HutanLahanKering Primer 26.937

  15.66 HutanLahanKeringSekunder 69.099

  40.17 Hutan Mangrove Primer 2.481

  1.44 Hutan Mangrove Sekunder 411

  0.24 Perkebunan 8.597

  5.00 Permukiman

  0.00 PertanianLahanKering 4.175

  2.43 Pertanian Lahan Kering Campur semak 26.806

  15.58 Padang Rumput 301

  0.18 Sawah 7.855

  4.57 SemakBelukar 24.853

  14.45 Semak/ belukarrawa 161

  0.09 Tambak 254

  0.15 Tanah Terbuka

  82

  0.05 Sumber: BAPPEDA Kabupaten Gorontalo, 2010

2.1.2 Kondisi Fisik Kawasan Binaan

  Prasarana Transportasi

  2.1.2.1

a. Prasarana Transpotasi Darat

  Keberadaan prasarana transportasi jalan sangat mendukung mobilitas antar pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Gorontalo Utara. Sampai saat ini keterhubungan seluruh pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dengan Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi telah terakses dengan baik, hanya saja pada ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Sumalata dengan Kecamatan Tolinggula saat ini dalam kondisi rusak berat.

  Kondisi ruas jalan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara sangat bervariasi baik perkerasan dan kondisi jalannya. Untuk ruas jalan Atinggola

  • – Kwandang perkerasan berupa HRS dan dalam kondisi baik dan sebagian rusak ringan, ruas jalan ini memiliki lebar 4,50 meter. Ruas Molingkapoto – Bolontio (Kecamatan Anggrek – Sumalata) jenis permukaan HRS dengan kondisi baik, sedang, rusak ringan, sebagian kecil rusak berat dengan lebar 4,50m. Ruas Bolontio - Tolinggula jenis permukaan HRS, Lasbutag dan kerikil dengan kondisi rusak ringan dan rusak berat dengan lebar 4,50m. Ruas jalan Bolontio-Tolinggula ini kondisi sangat memprihatikan dan sangat berbahaya bagi keselamatan pemakai jalan. Jalan ini merupakan jalan strategis mengingat jalur yang menghubungkan Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah.

  Tabel 2. 5 Data Dasar Jalan Di Kabupaten Gorontalo Utara No Data Dasar Jalan Jumlah Total

  1 Panjang Ruas Kabupaten (Km) 419,14

  2 Lebar Rata-Rata (m) 4,0

  3 Panjang Tiap Jenis Aspal (AC/HRS) 98,79 Permukaan (Km) Penetrasi Macadam 5,30

  Telford/Kerikil 242,57 Tanah 69,10 Sumber: Dinas PU Kabupaten GORUT, Oktober 2011

  Berdasarkan data dalam tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa data dasar jalan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan panjang tiap jenis permukaan, maka kondisi dengan jenis permukaan aspal yang berupa perkerasan dengan AC/HRS hanya memiliki panjang 98,79 Km atau hanya sekitar 24% dari total panjang jalan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu 419,14 Km. Sedangkan panjang jenis permukaan telford/kerikil sangat mendominasi dengan persentase yang mencapai angka 58% dengan total panjang jalan sekitar 242,57 Km. Panjang jalan dengan jenis permukaan tanah memiliki panjang 69,10 Km atau sekitar 16% dan sisanya panjang jalan dengan jenis permukaan penetrasi macadam memiliki panjang 5,30 Km atau sekitar 1%. Secara umum lebar rata-rata jalan yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara memiliki lebar 4,0 meter, namun pada beberapa bagian ruas jalan memiliki potensi yang sangat besar untuk dilakukan pelebaran jalan.

  Tabel 2. 6 Data Kondisi Jalan Di Kabupaten Gorontalo Utara No Data Kondisi Jalan Jumlah Total

2 Panjang Tiap Kondisi (Km) Baik 23,94

  Sedang - Rusak Ringan 18,90 Rusak Berat 231,35

  • BelumTembus

  Sumber: Dinas PU Kabupaten GORUT, Oktober 2011 Dari data di atas, diketahui bahwa panjang ruas jalan yang ada di Kabupaten

  Gorontalo Utara adalah 419,14 Km. Berdasarkan kondisi ruas jalan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, kondisi jalan yang rusak berat sangat mendominasi keadaan yang ada dimana mencapai panjang 231,35 Km atau sekitar 55% berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, sedangkan kondisi jalan dalam keadaan baik hanya berjarak 23,94 Km atau hanya sekitar 6%. Sementara itu kondisi jalan dalam keadaan rusak ringan hanya berjarak 18,90 Km atau hanya sekitar 5%.

b. Prasarana Transportasi Laut

  Infrastruktur transportasi laut yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara saat ini cukup baik, dengan 2 fasilitas pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Anggrek dan Pelabuhan Kwandang akan sangat menunjang pergerakan manusia atau barang yang keluar dan masuk ke Provinsi Gorontalo melalui jalur utara. Untuk Pelabuhan Anggrek saat ini dipersiapkan sebagai pelabuhan pengumpul dan penumpang untuk jarak jauh, sedangkan pelabuhan Kwandang lebih diarahkan untuk pelabuhan Pengumpul.

  Kegiatan arus penumpang dan bongkar muat barang di kedua pelabuhan ini dapat dikatakan mengalami peninggkatan setiap tahunnya. Tabel berikut memperlihatkan data turun naik penumpang dan bongkar muat barang di pelabuhan Kwandang dan Anggrek tahun 2010.

  Tabel 2. 7 Kondisi angkutan barang dan penumpang di Pelabuhan Kwandang dan Pelabuhan Anggrek, tahun 2010 No Pelabuhan Penumpang (orang) Barang (ton) Turun Naik Bongkar Muat

  • 1 Kwandang 5.350 7.509 -

2 Anggrek 1.320 - - 980

  Sumber : Adpel dan Kanpel Prov. Gorontalo, 2011

  Kependudukan

2.1.3.1 Pemaparan data kependudukan ini terdiri atas data komposisi penduduk,

  pertumbuhan penduduk pada beberapa tahun terakhir, ketenagakerjaan, serta jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara.

A. Jumlah Penduduk

  Jumlah penduduk di Kabupaten Gorontalo tiap tahun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Gorontalo Utara hanya sekitar 94.462 jiwa dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 94.829 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Gorontalo Utara meningkat menjadi 104.905 jiwa dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 121.429 jiwa. Diperkirakan bahwa dengan adanya pemekaran menjadi 11 kecamatan, maka jumlah penduduk di Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat dengan lebih tajam lagi. Perhitungan jumlah penduduk menggunakan data dasar penduduk yang ada pada tahun 2008.

  Tabel 2. 8 Data Kependudukan Di Kabupaten Gorontalo Utara Luas Wilayah Jumlah Penduduk 2 NO KECAMATAN (Km ) (Jiwa) 2008 2009 2010 2011

  

1 ATINGGOLA 264,55 17.085 17.151 10.299 12.046

  

2 GENTUMA RAYA 100,34 7.927 9.191

- -

  3

  • TOMILITO 88,00 9.722

  

4 KWANDANG 33,59 33.746 33.877 35.965 29.626

  Luas Wilayah Jumlah Penduduk 2 NO KECAMATAN (Km ) (Jiwa) 2008 2009 2010 2011

  

5 PONELO KEPULAUAN 10,40 - - - 4.057

  

6 ANGGREK 189,09 17.565 17.633 20.230 16.647

  7 MONANO 214,62 - - - 6.770

  

8 SUMALATA TIMUR 254,92 - - - 7.035

  

9 SUMALATA 285,67 13.955 14.009 16.211 10.608

  10 BIAU

  • 85,85 5.441

  

11 TOLINGGULA 250,00 12.111 12.158 14.228 10.286

JUMLAH TOTAL/ 1.777,03 94.462 94.829 104.905 121.429 Rata-rata

  Sumber: Gorontalo Utara dalam angka 2011

B. Kepadatan Penduduk

  Kepadatan penduduk di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dikatakan masih

  2

  sangat rendah yaitu hanya sekitar 68,33 jiwa/km . Jika dilihat secara spesifik perkecamatan maka kepadatan tertinggi berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan

  2 Kwandang dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 881,99 jiwa/km , Kecamatan

  2 Ponelo Kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 390,10 jiwa/km dan

  2 Kecamatan Tomilito dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 110,48 jiwa/km .

  Sedangkan kecamatan lainnya kepadatan penduduk berada dibawah angka 100

  2 jiwa/km .

  Tabel 2. 9 Data Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Gorontalo Utara Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan 2 2 No Kecamatan (Km ) (Jiwa) (Jiwa/ Km )

  1 ATINGGOLA 264,55 12.046 45,53

  2 GENTUMA RAYA 100,34 9.191 91,60

  3 TOMILITO 88,00 9.722 110,48

  4 KWANDANG 33,59 29.626 881,99

  5 PONELO KEPULAUAN 10,40 4.057 390,10

  6 ANGGREK 189,09 16.647 88,04

  7 MONANO 214,62 6.770 31,54

  8 SUMALATA TIMUR 254,92 7.035 27,60

  9 SUMALATA 285,67 10.608 37,13

  10 BIAU 85,85 5.441 63,38

  11 TOLINGGULA 250,00 10.286 41,14 Jumlah Total 1.777,03 121.429 68,33

  Sumber: Gorontalo Utara dalam angka 2011

C. Ketenagakerjaan

  Tenaga kerja adalah modal utama bagi pelaksanaan pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses pertumbuhan penduduk. Dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sekitar 64-65% penduduk Kabupaten Gorontalo Utara termasuk angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan dari 63,76% menjadi 64,85%. Ini berarti ada kenaikan sebesar 1,09%.

  Tingkat kesempatan kerja seseorang untuk terserap pada pasar tenaga kerja di Kabupaten Gorontalo Utara tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari nilai TKK sebesar 98,01%. Tingkat pengangguran terbuka terlihat menurun pada periode 2009-2010. Pada tahun 2009 tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 2,82%, sedangkan tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,99%. Ini berarti ada penurunan sebesar 0,83%. Berdasarkan tiga sektor utama lapangan usaha, sektor pertanian masih mendominasi pasar kerja di Kabupaten Gorontalo Utara dengan persentase sebesar 57,2% pada tahun 2010, diikuti sektor jasa - jasa dengan persentase sebesar 27,2% dan sektor industri dengan persentase sebesar 15,6%.

2.1.4 Sosial Budaya Masyarakat

  2.1.4.1 Pola Pengelompokan Sosial Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat Gorontalo

  Utara terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya masyarakat di Kabupaten Gorontalo Utara beretnis Gorontalo maka kebiasaan dan adat istiadat Gorontalo yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam sebuah lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi bermasyarakat saat ini, yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan bahkan pada kondisi asli tidak memiliki batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Hal ini akan semakin kelihatan dengan jelas apabila yang bermukim tersebut masih memiliki ikatan keluarga yang erat, sehingga kadangkala akan terbentuk kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda karena hubungan tali persaudaraan/ kekeluargaan tersebut.

  2.1.4.2 Adat Istiadat Masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara sama seperti masyarakat Gorontalo pada umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang sangat toleran. Budaya gotong royong atau bekerja bersama dan saling bantu ini telah berakar dan membudaya dikalangan masyarakat Gorontalo yang sampai saat ini tetap terjaga dan terpelihara dengan baik, bukan hanya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan saja tetapi budaya ini berlaku disegala segi kehidupan masyarakat.

2.1.5 Perekonomian Kabupaten Gorontalo Utara

  Data yang dipaparkan mengenai perekonomian Kabupaten Gorontalo Utara di bawah ini, secara umum masih merujuk pada data umum Provinsi Gorontalo, yang kemudian akan diperlengkapi dengan data yang lebih akurat lagi yang secara khusus mengulas tentang potensi perekonomian wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

  2.1.5.1 Pertanian Jenis tanaman pangan yang dikembangkan masyarakat di Kabupaten Gorontalo

  Utara terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, Kabupaten Gorontalo Utara tanaman jagung yang memiliki luas panen yang terbesar kemudian padi sawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 10 Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2010 Di Kabupaten Gorontalo Utara No Komoditi Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha)

  1 Padi Sawah 7.088 34.819

  5

  2 Padi Ladang 518 1.136

  4

  3 Jagung 9.720 59.143

  6

  4 Ubi Kayu 34 31,15 0,92

  5 Ubi Jalar 20 15,15 0,76

  6 Kacang Tanah 284 474,11 1,73

  7 Kacang Kedelai 11 4,25 0,39

  8 Kacang Hijau 25 13,25 0,53

  Sumber : BPS Kabupaten Gorut Dalam Angka, 2011

  2.1.5.2 Perkebunan Luas wilayah yang berpotensi untuk kegiatan perkebunan adalah 34.608 ha, sedangkan luas wilayah perkebunan yang telah dimanfaatkan yaitu sebesar 26.495 ha.

  Tanaman perkebunan yang tersebar di wilayah kabupaten Gorontalo Utara terdiri dari tanaman kelapa, kopi, kakao dan cengkeh. Jenis tanaman ini yang paling dominan dikembangkan oleh masyarakat. Dari beberapa jenis tanaman perkebunan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara tanaman kelapa yang memiliki luas tanam yang terbesar, kemudian disusul dengan tanaman cengkeh dan kakao. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 11 Produksi Perkebunan Tahun 2010 Di Kabupaten Gorontalo Utara No Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

  3 Babi 627

  2

  2.1.5.4 Perikanan Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan bagian integral dari koridor pantai utara pulau Sulawesi, dan perairan lautnya tidak dapat dipisahkan dengan wilayah perairan laut Provinsi Sulawesi Utara. Panjang garis pantai Kabupaten Gorontalo Utara yaitu sebesar 217 Km. Luas perairan laut berdasarkan ZEEI mencapai 40.000 Km

  Sumber : BPS Kabupaten Gorut Dalam Angka, 2011

  5 Itik Manila 143

  4 Itik 1.001

  3 Ayam Ras Petelur 3.000

  2 Ayam Ras Pedaging 2.500

  1 Ayam Buras 174.469

  B Ternak Unggas

  4 Kambing 18.067

  2 Sapi Potong 51.027

  1 Kelapa 8.614,44 571.892

  1 Kuda 265

  (Ekor) A Ternak Besar

  Tabel 2. 12 Jenis Ternak Di Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2010 No Jenis Ternak Jumlah Populasi

  Gorontalo Utara adalah ternak sapi potong dengan jumlah 51.027 ekor, kambing sebanyak 18.067 ekor, kuda sebanyak 265 dan ternak babi sebanyak 627 ekor. Untuk ternak unggas terdiri dari ayam buras sebanyak 174.469 ekor, ayam ras pedading 2.500 ekor, ayam ras petelur 3.000 ekor, itik 1.001 ekor dan itik manila 143 ekor Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  2.1.5.3 Peternakan Jenis ternak besar yang banyak dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten

  0.91 Sumber : BPS Kabupaten Gorut Dalam Angka, 2011

  4 Cengkeh 1.372,91 1.251

  3 Kakao 1.017,23 122.208 120.14

  7.37

  2 Kopi 292,50 2.157

  66.39

  di laut Sulawesi yang merupakan wilayah koridor pantai utara Pulau Sulawesi. Memiliki 52 pulau diantaranya dua pulau yang berpenghuni yaitu Ponelo dan Dudepo, serta memiliki potensi perikanan yang cukup besar.

   Perikanan Tangkap Potensi wilayah oengelolaan perikanan (WPP) 716 meliputi perairan laut sulawesi dan sebelah utara pulau Halmahera. Potensi lestari ikan pelagis besar 4.266 ton dengan tingkat pemanfaatan 72,55% dan tingkat pengupayaan 37,53%. Ikan pelagis kecil 15.389 ton dengan tingkat pemanfaatan 57,56% dan tingkat pengupayaan 14,50%. Ikan demersal kecil 4.656 ton dengan tingkat pemanfaatan 61,04% dan tingkat pengupayaan 29,24%. Berdasarkan data yang ada sampai tahun 2011, Kabupaten Gorontalo Utara baru memanfaatkan sebesar 34,10% (total produksi 19.314 ton) dari total potensi WPP 716 (56.640 ton/tahun).

   Perikanan Budidaya Perikanan budidaya yang banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah budidaya air laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar. Potensi perikanan budidaya yang cukup besar yaitu budidaya laut sebesar 6.400 ha yang terdiri dari rumput laut sebesar 3.840 ha dan budidaya ikan (termasuk kerang mutiara) sebesar 2.560 ha. Sedangkan potensi perikanan budidaya air payau sebesar 576 ha dan budidaya air tawar sebesar 42,5 ha. Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 13 Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara, Tahun 2009 – 2011 No. Tahun Produksi (Ton) Total (Ton) Perikanan Perikanan Tangkap Budidaya

2009 10.125 1.962 12.087

  1 2010 13.728 19.049,70 32.777,70

  2 2011 19.314 20.397,03 39.711,03

3 Sumber : DKP, Kabupaten Gorontalo Utara, 2011

  Data yang ada menggambarkan bahwa sampai dengan tahun 2010, jumlah total armada tangkap di provinsi Gorontalo Utara yang terspesikasi sebagai kapal motor 169 unit, motor tempel 3801 unit dan perahu tanpa motor 2599 unit. Dari jumlah armada tangkap yang ada, kurang lebih 40% adalah perahu tanpa motor atau nelayan perorangan dengan ciri penangkapan tradisional, dan jumlah terbanyak tersebar pada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara. Usaha budidaya perikanan yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan koridor pantai utara Sulawesi-Gorontalo belum berkembang sebagaimana yang diharapkan, padahal wilayah ini sangat potensil untuk pengembangan mariculture khususnya dengan menggunakan floating net dan rumput laut. Karena sepanjang pantai di koridor ini banyak ditemukan kawasan berteluk atau pulau-pulau kecil yang potensil untuk pengembangan usaha budidaya ikan dan rumput laut. Walaupun demikian sudah tentu masih dibutuhkan kajian ilmiah untuk pengoperasiannya.

  Keberadaan hutan bakau di wilayah ini, khususnya di Kecamatan Anggrek dan Kwandang menjadi sangat penting sebagai green belt untuk melindungi pantai dari ancaman gelombang yang dapat menyebabkan abrasi, lebih jauh lagi secara alami dapat diandalkan sebagai peredam tsunami apabila terjadi di wilayah tersebut. Secara alamiah hutan bakau memiliki banyak potensi, disamping sebagai sumber kayu bagi masyarakat, juga sebagai habitat berbagai macam satwa seperti: burung, reptil, krustasea, ikan, gastropoda dan hewan mikroskopis lainnya. Kondisi ini menjadikan hutan bakau sebagai daerah yang perlu dilindungi dan diatur penggunaannya, agar supaya ke depan hutan bakau dapat memberikan manfaat ekonomi secara langsung bagi masyarakat di kawasan tersebut. Karena hutan bakau yang dikelola dengan memperhatikan aspek kesetimbangan ekologis dapat dikembangkan untuk tujuan ekowisata. Selain itu, beberapa biota di dalamnya seperti ketang bakau (Scylla sp.) yang banyak ditemukan di daerah ini dapat dikelola secara alamiah sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat.

  Kegiatan pengolahan ikan yang dilakukan di Kabupaten Gorontalo pada umumnya masih bersifat tradisional dan dilakukan yang secara turun-temurun sejak dahulu kala. Jenis-jenis pengolahan ikan tersebut seperti: penggaraman dan pengeringan ikan, serta pengasapan ikan. Kegiatan pengolahan tradisional ini menjadi pilihan utama bagi nelayan karena disamping mudah dilakukan, juga karena keterbatasan fasiltas teknologi pasca tangkap seperti pendinginan dan pembekuan. Penggunaan es misalnya sangat terbatas untuk wilayah tertentu yang dekat dengan ibukota Kabupaten, sedangkan untuk wilayah yang agak terpisah, seperti di Kecamatan Sumalata dan Tolinggula, nelayan sangat kurang bahkan jarang menggunakan es untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapan mereka. Es biasanya diperoleh dari hasil pembuatan es skala rumah tangga. Dengan demikian, untuk menghindari terbuangnya hasil tangkapan karena proses pembusukan maka dilakukan upaya pengolahan tradisional menggunakan metode pengeringan dan penggaraman atau pengasapan.

  2.1.5.5 Pariwisata Di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terdapat beberapa tempat yang menjadi tujuan rekreasi masyarakat setempat bahkan dari luar. Tempat-tempat yang menjadi obyek wisata di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara adalah berupa obyek wisata bersejarah, wisata alam dan rekreasi. Obyek wisata bersejarah yang terkenal adalah berupa bekas bangunan Benteng Orange (Orange Fortess) yang di bangun oleh Bangsa Portugis sebagai tempat pertahanan pada tahun 1630. Bekas bangunan ini terletak di Desa Dambalo, Kecamatan Tomilito yang berjarak 61 km dari kota Gorontalo.

  Bangunan yang masih dapat terlihat dengan utuh tembok kelilingnya perlu di pertahankan keberadaanya karena bangunan ini juga masuk dalam daftar benda cagar budaya. Di sekitar bangunan bekas benteng ini terdapat juga bekas bangunan Benteng Mas dengan kondisi bangunan yang tidak terawat bahkan sudah berada pada tingkat kerusakan yang cukup serius.

  Obyek wisata alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara ini adalah obyek wisata Pulau Saronde, Pulau Lampu dan Pulau Huha yang berada di Kecamatan Ponelo Kepulauan. Pada obyek wisata ini kegiatan yang ditawarkan adalah berupa keindahan pantai dari pulau tersebut yang dapat dinikmati sebagai tempat pemandian pantai dan keindahan taman laut. Pantai Minanga di Kecamatan Atinggola, Pantai Monano dan Pantai Tolitehuyu di Kecamatan Monano. Beberapa obyek wisata alam lainnya yang ada di sub koridor ini adalah berupa keindahan pantainya seperti pantai Atinggola di Kecamatan Atinggola. Di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara tepatnya di Kecamatan Atinggola terdapat sebuah batuan bentukan alam berupa

  stalagnit dan stalagtit, tempat ini menjadi sebuah obyek wisata yang menarik karena

  adanya kepercayaan penduduk setempat yang menyatakan tempat tersebut adalah sebuah Istana Jin. Tempat ini berada tepat di tengah sebuah lapangan di Ota Jin ibukota Kecamatan Atinggola.

  2.1.5.6 Kehutanan Luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu sebesar

  171.851,90 Ha, yang terdiri dari hutan lindung seluas 7.763,92 Ha, Hutan Produksi Tetap seluas 15.555,71 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 66.402,31 Ha, Hutan Produksi Konversi seluas 5.576,16 Ha, Hutan Konservasi seluas 16.185,94 Ha dan Areal Penggunaan Lain seluas 60.367,86 Ha. Dari jumlah persentase luas hutan yang terbesar yaitu berupa hutan produksi terbatas dan areal penggunaan lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 14 Luas Hutan Menurut Jenisnya Di Kabupaten Gorontalo Utara Pada Tahun 2011 No Jenis Hutan Luas Persentase (Ha) (%) Hutan Lindung 7.763,92

  5

  1 Hutan Produksi Tetap 15.555,71

  9

  2 Hutan Produksi Terbatas 66.402,31

  39

  3 Hutan Produksi Konversi 5.576,16

  3

  4 Hutan Konservasi 16.185,94

  9

  5 Areal Penggunaan Lain 60.367,86

  35

  6 Jumlah 171.851,90 100 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Gorontalo Utara, 2011

  Adapun produksi hasil hutan di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri dari hasil hutan kayu dan hasil hutan non-kayu. Jumlah produksi hasis hutan kayu lebih besar dari pada hasil huta non-kayu, serta setiap tahunnya mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 15 Produksi Hasil Hutan menurut komoditi di Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2010-2011 No Tahun Jumlah Produksi

3

Kayu (m ) Non-Kayu (Ton) 2010 1.240 460

  1 2011 1.760 480

2 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Gorontalo Utara, 2011

  2.1.5.7 Pertambangan Pada sektor pertambangan, di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat potensi pertambangan mineral logam dan non-logam. Potensi pertambangan mineral logam tersebar hanya di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Sumalata, Kwandang Anggrek dan Tolinggula. Sementara itu potensi pertambangan mineral non-logam tersebar di seluruh Kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 2. 16 Sebaran Lokasi Potensi Pertambangan Di Kabupaten Gorontalo Utara Pertambangan Mineral Logam Sebaran Lokasi Non Logam Sebaran Lokasi

  Sumalata, Kwandang, Andesit Anggrek, Atinggola,

  Emas

  Anggrek Kwandang, Sumalata, Tolinggula,

  Pertambangan Mineral Logam Sebaran Lokasi Non Logam Sebaran Lokasi

  Sumalata, Kwandang, Granit Sumalata, Kwandang

  Perak

  Anggrek Sumalata Dasit Kwandang

  Tembaga Pasir Besi Sumalata, Tolinggula Pasir, Batu, Seluruh Kecamatan

  Sirtu, Kerikil Sumber : Dinas Kehutanan dan Pertambangan, Provinsi Gorontalo, 2011

  2.1.5.8 PDRB dan Pertumbuhan Perekonomian Wilayah Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat kemajuan dalam pembangunan ekonomi adalah indikator makro ekonomi. Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu.

  Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku, nilai PDRB pada tahun 2010 sebesar Rp.582.640.000 meningkat sebesar Rp.102.238.000 dibandingkan tahun 2009.

  Sementara nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2010 adalah Rp.212.094.000. Dari distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku terlihat bahwa Sektor Pertanian mendominasi perekonomian Kabupaten Gorontalo Utara. Pada tahun 2010 nilai kontribusi sektor pertanian sebesar 57,89%. Sektor lain yang cukup besar pengaruhya adalah sektor Perdagangan,Hotel, dan Restoran yaitu sebesar 11,21%.