TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI RASA TIDAK PERCAYA DIRI ANAK AKIBAT POLA ASUH OTORITER DI JOJORAN SURABAYA.
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh :
PutriMawaddahAmaliyah NIM. B73212103
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vii ABSTRAK
Putri Mawaddah Amaliyah (B53212091),Terapi RET untukMenanganiRasa Tidak Percaya Diri Anak Akibat Pola Asuh OtoriterDi Jojoran Surabaya.
Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses RET dalam menangani perilaku anak yang memiliki rasa tidak percaya diri, akibat pola asuh otoriter?, (2) Bagaimana hasil akhir dengan RET dalam menangani perilaku anak yang tidak percaya diri, akibat pola asuh otoriter?
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan dianalisa menggunakan deskriptif komparatif. Adapun pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses terapi pada anak yang memiliki rasa tidak percaya diri akibat dari keotoriteran orang tua yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah konseling yaitu, identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi/treatment dan evaluasi/follow up. Dalam pemberian terapi/treatment peneliti menggunakan konseling karir. Adapun hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini dinilai cukup berhasil dengan prosentase 71,4%. Hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan yang terjadi pada klien yaitu kebiasaan berperilakutidak percaya diri, selalu menunduk jika bertatap muka yang dilakukan klien sedikit-demi sedikit menjadi berkurang dan menghilang.
(7)
x
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTRA ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Definisi Konsep ... 7
1. Pengertian RET ... 8
2. Sikap Otoriter Orang Tua ... 9
3. Tidak Percaya Diri ... 10
F. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 12
3. Sumber Data dan Jenis Data ... 13
a. Jenis data ... 13
1) Sumber Data Primer ... 13
2) Sumber Data Sekunder ... 13
4. Tahap – Tahap Penelitian ... 14
a. Tahap Pra Lapangan ... 14
1) Menyusun Rancangan Penelitian ... 14
2) Memilih Lapangan Penelitian ... 14
3) Mengurus Perizinan ... 14
4) Menjajaki dan Memilih Lapangan ... 14
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan ... 15
6) Menyiapkan Perlengkapan ... 15
7) Persoalan Etika Penelitian ... 15
8) Tahap Kegiatan lapangan ... 15 a) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan diri . 16
(8)
xi
b) Tahap Persiapan Lapangan ... 16
c) Tahap Pekerjaan Lapangan ... 16
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
a. Interview (Wawancara) ... 17
b. Observasi ... 17
c. Dokumentasi ... 18
6. Teknik Analisa Data ... 18
7. Teknik Memeriksa Keabsaan Data ... 19
a. Perpanjangan keikutsertaan ... 20
b. Ketekunan atau Keajengan Pengamatan ... 20
c. Melakukan Trianggulasi... 22
1) Data Triangulation ... 22
2) Investigator Triangulation ... 22
3) Theory Triangulation ... 22
4) Methodological Triangulation ... 22
G. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II TERAPI RASIONAL EMOTIF TERAPI, PERCAYA DIRI, DAN POLA ASUH OTORITER A. Kajian Teori ... 25
1. Bimbingan Rasional Emotif Terapi ... 25
a. Pengertian Rasional Emotif Terapi ... 25
1) Teknik Kognitif ... 28
2) Teknik Afektif ... 29
3) Teknik Behavioristik ... 30
b. Tujuan Terapi Rasional Emotif ... 31
c. Karakteristik Terapi Rasional Emotif ... 31
d. Tugas Praktisi RET ... 32
e. Kelebihan RET ... 33
f. Kekurangan RET ... 33
2. Percaya Diri ... 34
a. Pengertian Percaya Diri ... 34
b. Istilah Percaya Diri ... 36
c. Penyebab Tidak Percaya Diri ... 39
d. Membangun Percaya Diri ... 39
3. Pola Asuh Otoriter ... 45
a. Pengertian Otoriter ... 45
b. Pengaruh Orang Tua Otoriter Terhadap Remaja ... 46
c. Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua Otoriter ... 49
(9)
xii
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 53
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 55
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55
a. Kondisi Geografis ... 55
b. Kondisi Kebudayaan ... 56
1) System Keamanan ... 57
2) Hubungan Antar Masyarakat ... 57
c. Tingkat Perekonomian Masyarakat ... 57
B. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58
1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58
2. Deskripsi Klien ... 59
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi Rasional Emotif Dalam Menangani Perilaku Tidak Percaya Diri Akibat Pola Asuh Yang Otoriter ... 62
2. Deskripsi bagaimana hasil akhir dengan RET dalam menangani anak yang tidak percaya diri, akibat pola asuh yang otoriter ... 69
BAB IV ANALISA DATA 1. Analisa data mengenai proses RET dalam menangani perilaku anak yang memiliki rasa tidak percaya akibat pola asuh yang otoriter di Jojoran Surabaya ... 71
2. Analisa data tentang hasil pelaksanaan terapi Rasional Emotif dalam menangani rasa tidak percaya diri yang dimiliki oleh seseorang anak akibat dari pola asuhyang otoriter di Jojoran Surabya ... 76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN
(10)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kelurahan Mojo ... 55 Tabel 4.1 Langkah – langkah konselor ... 71 Tabel 4.2 Hasil Proses Konseling ... 77
(11)
1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pola asuh orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan moral anak ketika dewasa. Sayangnya, banyak sekali orangtua yang tidak sadar dengan tindakan yang mereka lakukan kepada si kecil. Banyak dari para orangtua yang menerapkan pola asuh salah karena berpatokan pada pengalaman masa lalu yang pernah mereka rasakan.1Pola asuh orangtua, pada dasarnya ada 3 macam, yaitu pola asuh demokratis, otoriter dan permisif. Di antara ketiga itu, pola pengasuhan otoriterlah yang dampaknya sangat berisiko bagi anak. Karena pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang.2
Pola asuh otoriter cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi di masa kemudian hari, fokusnya lebih masa kini. Orang tua mengendalikan anak lebih karena kepentingan orang tua untuk memudahkan pengasuhan. Mereka menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang
1
Hurlock B Elizabeth, Psikologi perkembangan,(Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama),hal 205-233
2
http://psikologi-untar.blogspot.cp.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.htm l.diaksespada tanggal 20 maret, pukul 20:00.
(12)
ditentukan sepihak oleh orang tua. Orang tua sering tidak menyadari bahwa dikemudian hari anak-anaknya dengan pola pengasuhan otoriter mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih rumit, meskipun anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan tanggung jawab cukupan, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri.3
Perkembangan manusia dapat dilihat dari aspek fisik dan psikis, sosial dan spiritual, yang paling menentukan bagi keberhasilan kehidupannya, sangat ditentukan oleh lingkungan keluarga.Lingkungan keluarga yang kondusif menentukan perkembangan pribadi, penyesuaian diri, kemampuan bersosialisasi, kecerdasan, kreativitas, moral, juga peningkatan kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan dalam ukuran kemanusiaan. Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling awal dikenal dan dekat dengan anak, hal ini menjadikan keluarga sebagai peran utama dalam pendidikan dan proses pembentukan kepripribadian seorang anak. Karena pada dasarnya manusia itu memiliki potensi yang positif untuk berkembang,akan tetapi potensi itu bisa teraktualisasikan atau tidak, sangat ditentukan oleh peran keluarga.4
Sikap dalam hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak, dan pada dasarnya mempunyai efek yang besar
3
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.html Diakses pada tanggal 20 maret pukul 20:00.
4
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3969/A27.pdf?sequence=1&is Allowed=y, di akses tanggal 20 maret pukul 20:00
(13)
tidak hanya pada anak akan tetapi juga pada hubungan keluarga. Pengaruh ini bisa menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, tidak bergantung pada sikap satu anggota keluarga melainkan bergantung pada sikap semua anggota keluarga. Namun ketika anak sudah masuk kedalam fase remaja banyak hal atau pengalaman yang akan dialami oleh anak diluar keluarga, dia sudah bisa merasakan dunia luar, dan bisa berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.
Dan pada fase ini keluarga harus bekerja lebih ekstra untuk mengawasi perkembangan anak tersebut. Pada masa ini anak juga sudah mulai bisa menentukan pilihan dan keinginannya sendiri. Tidak harus bergantung dan menuruti keinginan keluarga. Biasanya hal seperti ini terjadi ketika pemilihan karir sekolah seorang anak, banyak orang tua yang menginginkan anaknya sekolah di A dan anaknya menginginkan sekolah di B, adapula ketikapemilihan jurusan biasanya keinginan anak kalah dengan keinginan orang tua, dan pada akhirnya kebanyakan anak yang kalah dengan keinginan orang tua.5
Seharusnya hal itu tidak perlu terjadi, keinginan seorang anak dalam keluarga tidak bisa ditentukan atau dipaksakan untuk memenuhi keinginan keluarga. Apabila anak dipaksa hasilnya akan berdampak buruk, berikut adalah dampak pengasuhan otoriter terhadap seorang anak. Harga Diri, kemungkinan besar yang terjadi pada anak adalah gagal mengakui individualitas mereka. Akhirnya anak-anak menderita rendah harga diri karena
5
Sofyan .S. Wilis,Problematika remaja dan pemecahanya (Bandung : Angkasa , 1994) hal 43.
(14)
menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid menentukan keberadaan mereka di tengah masyarakat. Kepercayaan diri, anak-anak dengan orangtua otoriter selalu mengambil keputusan sepihak tanpa komprom. Anak pun akangagal mengakui keinginan karena naluri mereka selalu dikendalikan. Mereka juga tidak percaya akan kemampuan diri mengambil keputusan penting. Kepatuhan, karena cenderung dibatasi individualitasnya, anak-anak akan selalu mengikuti perintah orangtua tanpa keraguan. Mereka tidak berani bereksperimen dalam menangani situasi.Bahkan tidak mampu berhadapan dengan situasi stres dan tidak bisa mengekspresikan diri.Menang sendiri, orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Bila mereka gagal melakukan sesuatu biasanya dikenakan hukuman.Anak-anak pun terbiasa untuk harus unggul dalam kegiatan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat. Kesepian, sementara orangtua sibuk merumuskan pedoman, anak-anak mulai merasa kesepian dan menarik diri. Kemudian menjadi pendiam dan menutup diri.Banyak kasus anak menjadi depresi karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang layak untuk didengar dan dilihat sebagai individu.6
Seharusnya hal seperti itu tidak perlu terjadi, Anak sudah bisa menentukan dan memilih pendidikan atau lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka sudah bisa menentukan mana yang sekiranya cocok atau tidak dengan dirinya, karena jika dipaksakan takutnya
6
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.html Di akses pada tanggal 20 maret 20:00.
(15)
mereka merasakan ketidak nyamanan terhadap pekerjaan tersebut atau sesuatu yang dilakukannya.
Pada saat ini karir bukan hanya segala macam yang berbentuk pekerjaan, baik pekerjaan yang digaji maupun tidak. Namun karir juga suatu proses pembelajaran, dalam dunia pendidikan dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup. Pada dasarnya istilah karir ini berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang dan merupakan suatu pekerjaan tunggal. Namun pada saat ini, dalam dunia kerja, istilah karir dipandang sebagai suatu proses belajar dan pengembangan diri yang berkesinambungan dan berkepanjangan.
Perkembangan karir seseorang dapat dilihat dari dia mulai pemilihan sekolah serta jurusan.Disini peran orang tua sangat penting untuk mengarahkan anak tersebut, bukan untuk menuruti kehendak nya. Sehingga anak tersebut bisa menjalani dengan baik apa yang dikerjakan sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa adanya paksaan. Dan akan berdampak baik pula terhadap kehidupan kedepannya.78
Dengan berkaitannya pada studi kasus penelitian saya, sebut saja namanya si A, karena dia tidak mau di publikasikan. Dia berusia 20tahun dan dia merasakan bagaimana keotoriteran orang tua dalam memilih karir pendidikannya.Sejak mulai dia masuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Walaupun dia sudah berusaha meyakinkan kepada orang tuanya untuk
7
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Melalui Praktek (Jakarta , PT Asdi Mahasatya, 2002) , hal 132-135
(16)
memilih sesuai keinginannya.Alhasil selama dia menjalani kehidupannya saat ini, selalu menganggap remeh setiap pekerjaan yang dia jalani, dia juga sulit untuk mengungkapkan pendapatnya dalam setiap situasi, dia selalu merasa tidak percaya diri dalam menjalani kehiduppnya, bahkan untuk menatap wajah orang yang mengajak dia bicara dia tidak berani, tidak sampai disitu saja si A juga tumbuh menjadi anak yang tertutup, baik pada keluarga ataupun orang lain. Dalam hidupnya dia tidak pernah menyapa para tetangga karena dia merasa takut tidak percaya diri, karena hidup yang dia jalani selama ini bukan keinginannya, melainkan keinginan orang tua dan keluarganya. Dan anehnya orang tua si A hanya melakukan pada si A saja, padahal si A anak terakhir dari dua bersaudara, kedua kakak si A dibiarkan memilih apa pun yang menjadi keinginan mereka.
Dan sikap orang tuanya lah yang menyebabkan si A merasa tidak percaya diri dalam setiap apa yang dilakukan atau dikerjakan.
Dari fenomena diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti dengan
judul “Terapi Rasional Emotif Untuk Menangani Rasa Tidak Percaya Diri Anak Akibat Pola Asuh Otoriter Di Jojoran Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses RET dalam menanganirasa tidak percaya diri anakakibat pola asuh otoriter?
2. Bagaimana hasil akhir dengan RET dalam menangani rasa tidak percaya diri anak akibat pola asuh otoriter?
(17)
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses terapi RET dalam menangani rasa tidak percaya diri anak akibat pola asuh otoriter.
2. Untuk mengatahui hasil akhir dengan terapi RET dalam menangani rasa tidak percaya diri anak akibat pola asuh otoriter.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya.
1. Secara Teoritis
Dapat menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Karir, khususnya dalam menangani perilaku anak yang memiliki rasa tidak percaya diri dengan mengunakan Terapi Rasional Emotif.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam menangani kasus yang sama dengan menggunakan dimensi-dimensi yang ada pada Terapi Rasional Emotif.
Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana menangani perilaku anak korban sikap orang tua yang otoriter yang sehingga memiliki rasa tidak percayadiri.
(18)
Definisi konsep diperlukan atas upaya agar tidak terjadi kesalahan dalam memakai konsep. Oleh sebab itu konsep-konsep yang tidak dimaksud yaitu dalam penelitian ini perlu adanya ruang lingkup dan batasan masalahnya, sehingga pembahasannya tidak akan melebar kemana-kemana.
Sesuai dengan judul yang peneliti tulis diatas, maka perlunya ada pembahasan konsep dari judul yang ada yaitu:“Terapi Rasional Emotif Untuk Menangani Rasa Tidak Percaya Diri Anak Akibat Pola Asuh Otoriter Di
Jojoran Surabaya”
Agar dapat memahami judul diatas, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat di dalam judul yang telah dituliskan. Isitilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:.
1. Pengertian RET
Manusia pada dasar dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.9Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali
9
Gerald corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterap, (Bandung:PT.Refika Aditama,2003), hal. 238.
(19)
dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan.
Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan yang penting dari teori ini adalah, suatu konsep yang menyatakan bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada self talk (omongan diri), atau internalisasi kata-kata atau kalimat-kalimat, yaitu individu menyatakan kepada diri sendiri tentang pikiran dan emosinya.Keadaan seperti ini dapat menimbulkan pikiran dan emosi yang bersifat negative. Menurut EllisRational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif yang mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Albert Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis sekaligus seorang Neo Freudian. Menurut Ellis bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.10
2. Sikap Otoriter Orang Tua
10
(20)
Otoriter sendiri adalah sebuah bentuk kekuasaan yang terpusat, salah satu kriteria orang tua otoriter adalah seberapa banyak kita mengekang anak dan tidak membiarkan mereka memiliki ruang geraknya sendiri. Orang tua yang otoriter tidak mengijinkan anak mempunyai pendapat sendiri, memiliki minat yang berbeda, atau melakukan sesuatu yang berbeda. Saya setuju dengan pendapat bahwa orang tua harus menjadi pemimpin anak-anaknya. Namun ini tidak berarti orang tua dapat memaksakan seluruh kehendaknya.Anak memerlukan ruang untuk bergerak, agar ia terlatih untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Orang tua sering menganggap bahwa dirinya sebagai seorang polisi, polisi yang selalu menghukum bila ada yang bersalah dan melanggarnya.
Orang tua seperti itu bertempramen yang tinggi pada zaman seperti ini seharusnya tidak perlu mendidik anaknya seperti itu. Memang tugas utama orang tua adalah mendidik anaknya agar menjadi anak yang dapat dibanggakan keluarga, namun bukan dengan cara harus menuruti semua keinginan orang tua. Sebagai anak juga berhak memiliki argument tentang apa yang dia inginkan. Jadi sebagai orang tua harusnya bisa mendukung keinginan anaknya dan mendampingi anaknya, selama itu tidak merugikan orang lain dan keluarga.11
3. Tidak Percaya Diri
11
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.htmldi akses pada tanggal 20 maret pukul 20.00
(21)
Sikap tidak percaya diri adalah keadaan dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lainterhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut,sehingga cenderung untuk menarik dirinya.Ketidak percaya diri seringkali menjadi satu masalah yang sangat merisaukan, baik bagi anak-anak, terutama bagi orang tuanya. Ketidakper caya diri ini jika dibiarkan tentunya akan menghambat perkembangan jiwa sang anak. Apalagi, anak akan menghadapi kehidupan yang membutuhkan kekuatan jiwa serta keterampilan pengembangan dirinya. Salah satu penyebab tombulnya rasa tidak percaya diri adalah akibat salah didik orang tua, ketika anak dari kecil dibiasakan untuk dididik secara keras atau di didik untuk minat yang tidak sesuai dengan keinginannya dan sering membatasi kegiatannya, itu menyebabkan anak untuk tidak bisa mengeksplor diri nya, sehingga menyebabkan anak memiliki rasa tidak percaya diri dalam dirinya. Sifat tersebut akan kebawa sampai anak dewasa. Sama halnya dengan klien ini, walupun usianya sudah berkepala dua dia memiliki rasa tidak percaya diri yang tinggi dalm kehidupannya, akibat pola asuh orang tua yang otoriter yang dia alami semasa kecil.12 F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sehingga data-data yang diperoleh adalah data yang berupa kata-kata atau tulisan untuk mengetahui serta memahami fenomena secara terinci, mendalam dan menyeluruh.Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi
12http://www.pengertian minder.com diakses pada tanggal
(22)
kasus.Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.
Adapun beberapa metode yang penulis gunakan utuk meneliti antara lain:
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara mendeskripsikan dalam bentu kata-kata atau bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.13
Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Metode kualitatif juga sering disebut penelitian naturalistik, karena dilakukan pada kondisi obyek yang naturalistik. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian untuk memaparkan apa yang terdapat atau apa yang terjadi dalam sebuah lapangan atau wilayah tertentu.14
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
13
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, hlm. 220 14
Suharsimi Arikunto, Prosudur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 12.
(23)
a. Subyek : Seorang remaja yang tinggal di Jojoran b. Tempat : Jojoran Surabaya Gg.3
3. Sumber Data dan Jenis Data a. Jenis data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun sumber data pada penelitian ini adalah:
1) Sumber Data primer
Data primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan atau sumber asli.sumber data yang langsung diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan pada waktu melakukan konseling dan konselor yang memberikan konseling.
2) Sumber Data sekunder
Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer.15Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga klien, kerabat klien, tetangga klien, dan teman klien. Dalam penelitian ini data diambil dari orangtua klien (mama wati dan ayah agus), teman
15
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif, (Surabaya; Universitas Airlangga, 2001), Hal. 128.
(24)
atau sahabat terdekat klien (metha, tyas), Tetangga klien (.tante sarah, dan bu mel).
4. Tahap-tahap penelitian a. Tahap Pra Lapangan
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Dalam tahap penyusunan rancangan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mencari dan menelaan fenomena yang dianggap sangat penting untuk diteliti, selanjutnya untuk mempelajari literatur serta penelitian yang lain dan relevan dengan model bimbingan konseling Islam pada anak kurang percaya diri. Kemudian merumuskan latar belakang, tujuan, dan merumuskan masalah serta menyiapkan rancangan yang diperlukan untuk penelitian yang akan dilaksanakan.
2) Memilih lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti.Yaitu di Jojoran Surabaya gg.3.
3) Mengurus Perizinan
Dalam hal ini peneliti menyiapkan berkas-berkas perizinan yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang berwenang untuk memberikan izin untuk melakukan penelitian tersebut. Kemudian melaksanakan penelitian dan melakukan langkah-langkah selanjutnya yang sesuai dengan kaidah ilmiah.
(25)
4) Menjajaki dan memilih lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang sekitar, situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan16.
5) Memilih dan memanfaakan informan
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.Karena itulah informan harus benar-benar orang yang mempunyai pengetahuan atau informasi tentang hal-hal yang dalam penelitian ini berkaitan dengan penelitian ini.
6) Menyiapkan perlengkapan
Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan lain-lain.
7) Persoalan etika penelitian
Persoalan etika penelitian timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.Dalam hal ini peneliti harus bisa
16
(26)
beradaptasi dengan lingkungan dengan baik, serta dapat menaati norma-norma yang berlaku dimasyarakat tersebut.17
8) Tahap Kegiatan Lapangan
Setelah pekerjaan pra lapangan dianggap cukup, maka peneliti bersiap-siap untuk masuk ke lokasi penelitian dengan membawa perbekalan yang disiapkan sebelumnya. Agar bisa masuk ke lokasi penelitian dengan mulus, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan, yakni:
a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri (1) Memasuki lapangan
(2) Berperan serta dalam mengumpulkan data (3) Tahap analisa data
(4) Tahap Persiapan Lapangan b) Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.
c) Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini meliputi berbagai tugas
17
(27)
yang saling berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Yang dimaksud dengan pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Dimana teknik ini untuk mempermudah dalam memperoleh data, sehubungan dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan.
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut: a. Interview (wawancara)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai.Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat memberikan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri.
Dalam wawancara ini dilakukan secara efektif, yakni dalam waktu yang sesingkat-singkatnya informasi sebanyak-banyaknya dan
(28)
menggunakan bahasa yang jelas agar data yang diperoleh obyektif dan dapat dipercaya.18
b. Observasi
Obserasi adalah, pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala tertentu untuk kemudian dilakukan pencatatan.Pada dasarnya teknik observasi di gunakan untuk menyakinkan pengamat tentang sifat anak tempramental tersebut, yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Bagi pelaksana atau petugas atau disebut sebagai observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap proses konseling agar dapat membuat contoh cara mengatasi sifat temprametalpada anak, sehingga menjadi sukses.19
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah yang berbentuk nyata dan diperoleh berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan proses dokumentasi. Tanpa adanya dokumentasi, data tersebut tidak akan menjadi sebuah dokumen yang real. Dan menurut para ahli, dokumentasi adalah proses yang dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan hingga pengelolaan data yang menghasilkan kumpulan dokumen. Dokumentasi itu sendiri tujuannya adalah untuk
18
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal 186 19
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek(Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal. 63.
(29)
memperoleh dokumen yang dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang membuktikan adanya suatu kegiatan yang didokumentasikan.
Dalam penelitian ini, dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya dari monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya: catatan harian, sejarah kehidupan, biografi dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya: foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berupa karya misalnya: karya seni yang berupa gambar, patung dan lain-lain.20 6. Teknik Analisa Data
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasaran wawancara yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan berdasarkan wawancara tersebut. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik trianggulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.21
Teknik analisa data ini setelah proses pengumpulan data yang telah diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu, analisis data yang digunakan adalah deskriptif-komparatif yaitu setelah semua data-data terkumpul, diteliti dan diolah maka langkah selanjutnya adalah
20
http://www.duniapelajar.com/2014/07/16/pengertian-dokumentasi-menurut-para-ahli/ 21
(30)
menganalisis data tersebut. Analisa dilakukan untuk mengetahui tentang tingkah laku anak yaitu dengan membandingkan proses bimbingan konseling Islam dengan pola bimbingan orang tua secara teoritik dan bimbingan konseling Islam dengan tingkah laku anak yang ada di lapangan. Selanjutnya untuk mengetahui tentang hasil penelitian yaitu dengan cara membandingkan hasil akhir dari pelaksanaan dan tingkah laku anak22.
7. Teknik Pemeriksa Keabsaan Data
Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliabel.Untuk itu dalam kegiatan penelitian kualitatif pun dilakukan upaya validasi data.Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas data yang diperoleh.Adapun untuk reliabilitas, dapat dilakukan dengan pengamatan sistematis, berulang, dan dalam situasi yang berbeda.Ada 3 tekhnik agar data dapat memenuhi criteria validitas dan reabilitas, yaitu:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Dalam hal ini keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.Keikutertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif
22
(31)
berorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati. Disamping itu membangun kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan waktu yang cukup lama.
Perpanjangan keikut-sertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, 2) Membatasi kekeliruan (biases) peneliti,
3) Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.
Seperti yang diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan bermaksud
(32)
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.23
Ketekunan pengamatan disini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan pelaksanaan bimbingan konseling karir yang dilakukan oleh konselor kepada orang tua yang mempunyai sifat otoriter terhadap anaknya. Pengamatan yang tekun dan teliti dilakukan untuk mengetahui model bimbingan konseling yang diterapkan pada klien tersebut, dan alasan bimbingan konseling yang diterapkan yang diterapkan kepada klien tersebut.
c. Melakukan Trianggulasi
Trianggulasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian.Tujuan trianggulasi ialah untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang. Ada empat macam Trianggulasi yaitu24:
1) Data Triangulation
23
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 329-330 24
(33)
Yaitu trianggulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber tentang data yang sama. Seperti dari tetangga sekitar dan saudara-saudara nya.
2) Investigator Triangulation
Investigator triangulation adalah pengujian data yang dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa peneliti dalam mengumpulkan data yang semacam.
3) Theory Triangulation
Theory triangulation yaitu analisis data dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda.
4) Methodological triangulation
Methodological triangulation yaitu pengujian data dengan jalan membandingkan data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda tentang data yang semacam.
Dalam hal ini, peneliti dapat mengecek hasil temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Oleh sebab itu peneliti melakukan triangulasi dengan cara mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan agar kepercayaan data dapat dilakukan.25
G. Sistematika Pembahasan
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuan,Kual,dan RnD. Bandung: alfabeta, CV. Desember 2010, hal. 9.
(34)
Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab. BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, difinisi konsep, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Tinjaun pustaka pada bab ini membahas tentang pengertian Terapi Rasional Emotif, prinsip pembelajaran Terapi Rasional Emotif, tujuan pembelajaran Terapi Rasional Emotif, manfaat teori Rasional Emotif.
BAB III : Penyajian data berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang meliputi: deskripsi konselor, deskripsi klien dan deskripsi masalah. Proses pelaksanaan serta hasil proses bimbingan dan dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani pola pikir remaja yang memiliki sifat tidak percaya diri.
BAB IV : Analisis data Pada bab ini akan memaparkan mengenai analisis data yang meliputi terapi rasional emotif yang di terapkan pada orang tua otoriter dan anak yang menjadi korbannya dan proses pelaksanaanya.
BAB V : Penutup pada bab ini merupakan pembahasan yang terakhir dari penelitian ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
(35)
26
TERAPI RASIONAL EMOTIF TERAPI, PERCAYA DIRI, DAN POLA ASUH OTORITER
A. Kajian Teori
1. Terapi Rasionall Emotif Terapi a. Pengertian Rational Emotif Terapi
Manusia pada dasar dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.
Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.
Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan caraberpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.1
1
Gerald corey, Teori dan Praktek konseling dan psikoterapy (Bandung: PT. Refika Aditama,2003), hal. 238.
(36)
Albert Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis sekaligus seorang Neo Freudian. Menurut Ellis berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Menurut pakar terapi RET Albert Ellis, berfikir dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan untuk itu prakter keduanya merupakan hal yang sama. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran.
Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan, yaitu suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsic. Pikaran-pikiran seorang dapat menjadi emosi seorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapt menjadi pikiran seseorang, dan emosi.Artinya pikiran itu mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.Pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran.
Menurut Ellis manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secera biologis dan didorong oleh naluri-naluri.Ia melihat individu sebagai unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri sendiri.
Orang-orang memiliki kesanggupan untuk mengonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan mereindokterinasi diri dengan keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan, dan nilai-nilai yang berbeda. Sebagai akibatnya, mereka akan bertingkah laku
(37)
berpikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubah, mereka bukan korban-korban pengondisian masa lampau yang pasif.
Teori ini menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neourotik atau psikotik, kita harus menghentikan penyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut.
Pandangan yang penting dari teori ini adalah, suatu konsep yang menyatakan bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada self talk (omongan diri), atau internalisasi kata-kata atau kalimat-kalimat, yaitu individu menyatakan kepada diri sendiri tentang pikiran dan emosinya.Keadaan seperti ini dapat menimbulkan pikiran dan emosi yang bersifat negative. Adanya orang-orang yang seperti itu menurut Ellis karena (1) terlalu bodoh untuk berfikir secara jelas, (2) orang cerdas, tetapi tidak tahu berfikir secara jelas dalam kaitannya dengan keadaan emosi, dan (3) orang cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlaluneurotic untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuan secara memadai.
Dan pada intinya RET menurur Ellis adalah Terapi Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Albert Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis sekaligus seorang Neo Freudian. Menurut Ellis bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
(38)
logis klien berikut perilaku irrasionalnya. Dalam hal ini dimodifikasi aspek kognisinya agar dapat berfikir rasional dan logis sehingga menimbulkan perilaku yang sesuai dengan system nalai yang diharapkan, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya. Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal adalah:
a) Home Work Assigments (pemberian tugas rumah). Dalam teknik ini, klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Teknik ini sebenarnya dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap bertanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien, serta mengurangi ketergantungan kepada konselor atau terapis.
b) Assertive. Teknik ini digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui; role playing (bermain peran), rehearsal (latihan), dan social modeling (meniru model-model sosial). Maksud utama teknik Assertive Training adalah untuk:
1) Mendorong kemampuan klien mengekspresikan seluruh hal yang berhubungan dengan emosinya
2) Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain
3) Mendorong kepercayaan pada kemampuan diri sendiri dan Meningkatkan kemampuan untuk memilih perilaku-perilaku assertive yang cocok untuk dirinya sendiri.
(39)
a) Assertif Training, yaitu melatih, mendorong, membiasakan klien secara terus-menerus untk menyesuaikan diri dengan pola perilaku tertentu yang diinginkan. Latiahan ini bermaksud untuk mendisiplinkan klien.
b) Sosiodrama, yaitu mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang meneka klien (perasaan-perasaan negative) melalui suatu suasana yang didramatisir sedemikian rupa sehingga klien secara bebas mengungkapkan perasaan dirinya secara lisan, tulisan, atau gerakan-gerakan dramatis.
c) Self modeling, yakni meminta klien untuk berjanji atau melakukan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
d) Imitasi, yaitu klien diminta untuk mengimitasi secara terus- menerus suatu perilaku tertentu dalam menghadapi perilakunya sendiri yang negative.
3). Tehnik behavioristik, meliputi:
a. Reinforcement, yakni mendorong klien untuk berperilaku klien untuk berperilaku yang rasional dan logis dengan jalan memberikan reward dan punishment.
b. Social modeling, yaitu dalam rangka membentuk perilaku-perilaku yang baru. Hal ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model social yang diharapkan dengan jalan mengimitasi, mengobservasi dan menyesuaikan diri dengan social model yang ditentukan.
c. Live model, yaitu untuk mengambarkan perilaku-perilaku tertentu khususnya situasi-situasi interpersonal dalam bentuk percakapan social, interaksi dengan masyarakat dalam memecahkan masalah.
(40)
b. Tujuan Terapi Rasional Emotif
Berdasarkan pandangan dan asumsi tentang hakekat manusia dan kepribadiannya serta konsep-konsep teoritik dari Terapi Rasional Emotif, tujuan utama konseling rasional-emotif adalah sebagai berikut:
1) Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualization-nya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2) Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti: rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Sebagai konseling dari cara berfikir keyakinan yang keliru berusaha menghilangkan dengan jalan melatih dan mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
c. Karakteristik Terapi Rasional Emotif
1) Aktif-direktif: bahwa dalam hubungan konseling, terapis/ konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. 2) Kognitif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek
kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3) Emotif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk juga harus melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
(41)
terjadinya perubahan perilaku dalam diri klien.
5) Kondisional: bahwa hubungan dalam RET dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.
d. Tugas praktisi RET
a) Mengajak, mendorong klien untuk menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan emosional dan prilaku.
b) Menentang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional. c) Menunjukan kepada klien azas ilogis dalam berpikirnya
d) Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan irasional klien. e) Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan irasional ini adalah “in-operative” dan
bahwa hal ini pasti senantiasa mengarahkan klien pada gangguan-gangguan behavioral dan emosional.
f) Menggunakan absurdity dan humor untuk menantang irasional pemikiran klien.
g) Menjelaskan kepada klien bagaimana ide-ide yang irasional ini dapat ditempatkan kembali atau disubstitusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empiric melatarbelakangi kehidupannya.
h) Mengajar klien bagaimana mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, objektif dan logis dalam berpikir dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dan menghayati sendiri bahwa ide-ide irasional dan deduksi-deduksi hanya akan membantu perkembangan perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
(42)
1) Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klienuntuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil sertanilai yang klien anut.
2) Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkanpemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsungmampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
3) Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yangkomprehensif dan eklektik. 4) Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi sendiri
tanpa intervensi langsung dari terapis. f. Kekurangan dari RET
1) Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalamproses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
2) Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antaraklien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasicepat terapis.
3) Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenangterapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benarmenantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
4) Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.2 2. Percaya Diri
a. Pengertian Percaya Diri
Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan
2
http://rasa-stroberi.blogspot.com/2012/06/pengertian-bimbingan-karier-bk-sekolah.html, di akses pada tamggal 3 Mei.
(43)
lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya.
Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang induvidu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti induvidu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan induvidu terseburt dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.3
Percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai tujuan dalam hidupnya. Pengertian Kepercayaan Diri, dalam bahasa gaulnya adalah pede, yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini.Ada orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan hidupnya.
Mungkin soal krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lian-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede/percaya diri dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa percaya diri (self confidence) merupakan adanya sikap individu yakin akan kemampuannya sendiri untuk bertingkah
3
http://ooowh.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-percaya-diri-cara-membangun.html diakses pada tanggal 3 Mei
(44)
tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai cirri-ciri: toleransi, tidak memerlukan dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau mengerjakan tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan prestasi yang kuat.4
b. Istilah-istilah Percaya Diri
Ada beberapa istilah yang terkait dengan persolan percaya diri, diantaranya adalah sebagia berikut:
1) Self concept menunjukkan bagaimana anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana anda melihat potret diri anda secara keseluruhan, bagaimana anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
2) Self esteem menunjukkan sejauh mana anda punya perasaan positif terhadap diri anda, sejauh mana anda punya sesuatu yang anda rasakan bernilai atau berharga dari diri anda, sejauh mana anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri anda.
3) Self efficacy menunjukkan sejauh mana anda punya keyakinan atas kapasitas yang anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
4) Self confidence menunjukkan sejauh mana anda punya keyakinan terhadap penilaian anda atas kemampuan anda dan sejauh mana anda bisa merasakan adanya
4
(45)
dan self-efficacy.
5) Self-ideal terdiri dari semua harapan, impian, visi dan idaman anda. Orang yang memiliki self-ideal yang baik akan membentuk kepercayaan diri yang baik pula. Orang yang tahu siapa diri mereka dan apa yang dia yakini serta konsisten dengan nilai ideal yang dianut.
6) Self-image merupakan bagian yang menunjukkan bagaimana anda melihat diri anda dan pendapat anda tentang diri anda. Pada bagian ini anda melihat ke dalam diri anda dan menentukan bagaimana anda sebaiknya bertingkah laku. Self-image akan mempengaruhi berbagai emosi, perilaku, sikap dan bagaimana interaksi anda dengan orang lain. Untuk memiliki kepercayaan diri yang baik, anda harus menciptakan self-image yang baik pula.
Berdsarkan kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri itu adalah efek dari bagaimana kita merasa, meyakini, dan mengetahui. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negative terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya penegtahuan yang kurang akurat terhadapkepastian yang dimiliknya. Dan berikut adalah cirri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri rendah:
a) Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh.
b) Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan. c) Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah.
(46)
optimal).
e) Canggung dalam menghadapi orang.
f) Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan.
g) Sering memiliki harapan yang tidak realistis h) Terlalu perfeksionis
i) Terlalu sensitif.
Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Berbagai studi dan pengalaman telah menjelaskan bahwa kepercayaan diri seseorang terkait dengan dua hal yang paling mendasar dalam praktek hidup kita.Pertama, kepercayaan diri terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih sesuatu (prestasi atau performansi).
c. Penyebab tidak percaya diri
Ketidak percayaan diri seringkali menjadi satu masalah yag sangat merisukan, baik anak-anak, terutama bagi orangtuanya. Ketidak percayaan diri ini jika dibiarkan tentunya akan menghambat perkembangan jiwa seorng anak. Apalagi, anak aakan
(47)
pengembngan.
Salah satu penyebab timbulnya tidak percaya diri adalah akibat salah didik orang tua, ketik anak dari kecil dibisakan untuk di didik secara keras atau di didik untuk minat yang tidak sesuai dengan keinginannya.
d. Membangun Percaya Diri
Dalam kehidupan sehari-sehari, pergaulan merupakan syarat seseorang bisa diterima orang lain. Tidak mungkin kita bisa berbisnis, bernegosiasi, dan melakukan sesuatu tertentu tanpa kontak langsung.Sikap kita dalam bergaul menunjukkan kepribadian.
Percaya diri merupakan syarat utama agar kita bisa diperhatikan.Kepercayaan diri dan kepribadian yang kuat bisa menunjang seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang di sekitarnya. Sayangnya tidak semua orang secara lahiriah mempunyai kemampuan itu. Hanya orang yang mempunyai kepercayaan diri dan kepribadian kuat akan lebih diterima oleh semua orang dan terkesan berkharisma. Semua orang berpotensi mempunyai kharisma,dan bisa di pelajari untuk kehidupan sehari-hari.
Berikut ini adalah teknik-teknik dan cara untuk pribadi yang percaya diri:
1) Cintailah dirimu, Ketika seseorang merasa harga dirinya rendah, tentu hal itu akan berpengaruh terhadap emosinya. Seseorang yang rendah diri, akan selalu merasa tidak puas terhadap dirinya sendiri, tidak menerima apa yang ada dalam dirinya sendiri, tidak merasa nyaman dan bahagia dengan dirinya. Hal ini akan menyebabkan rasa marah dan benci terhadap dirinya sendiri, tidak menghormati dirinya dan kadang-kadang secara tidak sadar menghukum diri sendiri. Sifat-sifat
(48)
baru dalam hidupnya. Hal ini akan membuat seseorang sering menyalahkan diri sendiri dan merasa tertekan. Kita harus sadar manusia tidak ada yang sempurna, ketika hal itu terjadi hindari menghukum diri sendiri.
2) Hadapi dunia nyata, Keberanian dalam mengambil risiko ini penting, sebab daripada menyerah pada rasa takut alangkah lebih baik belajar mengambil risiko yang masuk akal. Hadapilah dunia ini berdasakan pemahaman diri yang objektif atau membaca diri sendiri, anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah, ataupun mengatasi resikonya. Jika anda ingin mengembangkan diri sendiri, pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko.
3) Tunjukkan apa yang bisa anda banggakan, Kebanyakan dari kita merasa bahwa kita memiliki kemampuan lebih dari apa yang kita perlihatkan, tetapi tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengubah keadaan. Hanya keyakinan saja yang bisa mengerahkan kekuatan atau kelebihan besar yang dimiliki setiap orang. Tanpa keyakinan, kekuatan atau kelebihan ini tetap terpendam karena tidak pernah terpanggil. Ingatlah jika ilmu adalah sebuah kelebihan atau keunggulan, maka berbanggalah anda dengan ilmu.
4) Jadilah diri sendiri dan mandiri, Dalam hidup ini kita pasti membutuhkan orang lain. Bercermin pada orang lain yang memiliki kelebihan juga merupakan anjuran untuk bisa meneladaninya. Tetapi, bukan berarti kita menjadi sama persis dan
(49)
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, menjadi manusia mandiri adalah manusia yang memiliki harga diri.
5) Jangan kalah sama ejekan orang, jangan perdulikan segala ejekan yang kemarin, sekarang, dan suatu saat yang akan datang menghampirimu. Semua itu bukanlah halangan yang berarti bagi perkembangan hidup anda yang sebenarnya. Jadikan itu sebuah pijakan agar anda bisa semakin meningkatkan diri atau mengupdate potensi diri menjadi semakin lebih baik lagi. Ingatlah bahwa pohon yang berada pada lingkungan cuaca yang lebih ganas memiliki akar yang lebih menghujam dibanding pohon yang berada pada lingkungan cuaca yang biasa-biasa saja.
6) Masuki lingkungan orang yang percaya diri, Rasa percaya diri merupakan sifat menular. Artinya jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki cara pandang yang positif, bersemangat, optimis, dan sebagainya, maka kita memiliki kecendrungan meniru sifat tersebut. Karena itu carilah lingkungan yang bisa memotivasi kita untuk menjadi sukses. Kita harus mulai senang bergaul dengan orang-orang yang kemampuan untuk bangkit. Bergaul dengan orang yang percaya diri akan berbeda di bandingkan dengan orang-orang yang gagal.
7) Banyak senyum, senyuman merupakan komunikasi non verbal yang menunjukkan kita sebagai orang yang baik dan ramah. Orang yang sering tersenyum dan selalu tertawa betapa kita lihat air mukanya terlihat begitu cerah, cara berjalannya penuh semangat, memiliki banyak teman, dan pada akhirnya banyak mengikuti berbagai aktivitas hingga terkenal di kalangan teman-temannya. Senyuman adalah obat yang ampuh sekali untuk kekurangan rasa kepercayaan diri. Cobalah tersenyum justru
(50)
sendirinya akan mengurangi rasa ketakutan. Karena sesungguhnya rasa takut dan segan adalah buah dari rasa kurang percaya diri.
8) Buang perasangka buruk, angan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran tersebut akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan kamu.
Untuk memerangi negatif thinking, selalulah berpikir yang optimis dan gunakan self affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri
seperti ”saya pasti bisa!”.
9) Belajar nutuk lebih komunikatif, berkomunikasi adalah hal yang pentingyang harus kita lakukan kapan dan dimana saja. Banyak cara mberkomunikasi yang dipilih untuk dilakukan masin-masing orang. Salah satunya adalah berkomunikasi dengan cara asertif. Selain itu, komunikasi asertif digunakan sebagai feedback yang efektif. Tujuan cara berkomunikasi asertif adalah menerima hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri maupunterhadap orang lain.
10) Berhentilah mengeluh, Hidup ini terasa indah namun, mengapa masih begitu sering kita menemukan orang yang merasakan hidup ini, penuh kesulitan, dan masalah, sehingga tiada lagi keindahan dan bumi pun terasa sempit menghimpit. Rahasianya ternyata terletak pada ketidakmampuan berpikir positif dalam menyikapi aneka
(51)
mereka sendiri”.
11) Praktek berbicara terus terang, Dalam setiap kesempatan jadilah sebagai pemecah kekakuan, orang pertama yang memberikan komentar. Ketakutan mengeluarkan pendapat apa adanya banyak disebabkan oleh kekhawatiran dalam hati. Ketakutan berbicara sesuai apa yang ada dalam fikiran hanya akan semakin mengubur keberanian mengeluarkan pendapat yang seterusnya merasa semakin tidak memadai semakin inferior. Dan setiap gagal berbicara, kita mengambil satu dosis lagi dari racun kepercayaan menjadi semakin kurang percaya diri. Sebaliknya semakin banyak berbicara, semakin besar menambah kepercayaan diri anda dan semakin mudah untuk berbicara terus terang pada kesempatan berikutnya.
1) Pola Asuh Otoriter a. Pengertian Otoriter
Otoriter sendiri adalah sebuah bentuk kekuasaan yang terpusat, salah satu kriteria orang tua otoriter adalah seberapa banyak kita mengekang anak dan tidak membiarkan mereka memiliki ruang geraknya sendiri. Orang tua yang otoriter tidak mengijinkan anak mempunyai pendapat sendiri, memiliki minat yang berbeda, atau melakukan sesuatu yang berbeda. Saya setuju dengan pendapat bahwa orang tua harus menjadi pemimpin anak-anaknya.Namun ini tidak berarti orang tua dapat memaksakan seluruh kehendaknya. Anak memerlukan ruang untuk bergerak, agar ia terlatih untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
Orang tua sering menganggap bahwa dirinya sebagai seorang polisi, polisi yang selalu menghukum bila ada yang bersalah dan melanggarnya.6
5
(52)
seharusnya tidak perlu mendidik anaknya seperti itu. Memang tugas utama orang tua adalah mendidik anaknya agar menjadi anak yang dapat dibanggakan keluarga, namun bukan dengan cara harus menuruti semua keinginan orang tua. Sebagai anak juga berhak memiliki argument tentang apa yang dia inginkan. Jadi sebagai orang tua harusnya bisa mendukung keinginan anaknya dan mendampingi anaknya, selama itu tidak merugikan orang lain dan keluarga.7
b. Pengaruh Orang Tua Otoriter Terhadap Remaja
Orang tua mempunyai peranan yang sangat besar sekali terhadap perkembangan diri seseorang remaja. Hal ini disebabkan karena orang tua memiliki banyak waktu untuk mengenal perilaku anaknya dan orang tua yang paling dekat dengan remaja. Hampir sebagian besar waktu remaja bersama dengan orang tua, sebab waktu di sekolah sebatas jam belajar, selain itu waktunya banyak dihabiskan di rumah bersama orang tuanya.
Sikap orang tua terhadap remaja akan sangat mempengaruhi bagaimana seorang remaja itu bersikap dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Orang tua yang bersikap otoriter menyukai hal-hal yang jelas dan tidak ambiguous.Jadi setiap hukuman atau disiplin tidak dicairkan dengan kelembutan, penerimaan, dan alasan. Tingkah laku orang tua ini dapat menciptakan suatu konsep diri yang menekankan bagi anak tunagrahita, bahwa dia sangat kurang dapat diterima, berperilaku dan
6
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.html di akses pada tanggal 3 Mei.
7
(53)
orang-orang lainnya.
Respon-respon anak yang orang tuanya bersikap otoriter adalah lebih ontens dibandingkan dengan respon-respon dari anak yang orang tuanya tidak otoriter. Karena rasa frustasi dari konsep dirinya yang sedang berkembang, bingung, dan umumnya berorientasi negatif ditambahkan kepada tingkat doronganyang biasa. Remaja seperti itu biasanya mengembangkan pengharapan terhadap hukuman yang digeneralisasikan secara meluas dalam situasi yang baru.
Akibatnya pada diri remaja akan timbul suaru kecemasan dan kegelisahan. Jika dibiarkan berlarut tentu akan mempengaruhi hasil belajar, daya konsentrasi, dan emosi yang mungkin dapat mengarah pada penyerangan. Perilaku yang akan muncul dapat menjadikan remaja egois, mengurung diri, introvert dalam pergaulan, dan memiliki percaya diri yang rendah.
Hal semacam ini jika terjadi pada remaja tunagarahita maka akan membuat ia tidak mampu berkembang, mandiri tanpa adanya campur tangan orang lain. Dengan demikian dalam memperlakukan remaja tunagrahita perlu diperhatikan karakteristik individu dan dengan pendekatan yang benar-benar dirasakan sesuai dengan keinginan kedua belah pihak.
Standar-standar tinggi yang tidak realistis dari orang tua yang tidak dapat dipenuhi ditambah dengan hukuman yang sangat menyulitkan pada pertahanan diri. Bagi orang tua yang memiliki remaja tunagrahita perlu membatasi diri dan berusaha untuk memahami keadaan remaja sehingga remaja memahami bahwa orang tuanya
8
(54)
berusaha menjauhkan sikap angker, tidak bersahabat, berperasaan dingin yang pada akhirnya membuat remaja tunagrahita merasa bahwa dia masih diperhatikanoleh orang tua. Setiap hukuman yang diberikn diharapkan akan membangun pengertian bahwa "orang tua menghukum adalah demi kebaikannya" tidak menghukum dengan membabi buta tanpa memperdulikan hak anak-anak tunagrahita untuk membela diri atau memberikan alasan yang mungkin masih dapat diterima.
Jadi seorang remaja dari lingkungan otoriter akan mempunyai prasangka terhadap dirinya sendiri, introvert, lemah dan banyak bergantung pada orang lain. Perasaan-perasaan diri ini kemungkinan besar dipindahkan kepada orang lain sehingga tingkat-tingkat yang rendah dari perasaan harga diri bagi orang lain. Sebuah struktur keluarga yang otoriter dapat membuat timbulnya perasaan tidak aman, infirioritas, perasaan-perasaan seperti tidak berharga, karena otoritasnya sebagai remaja dipadamkan oleh kekuasaan otoriter orant tua.
Perasaan-perasaan tertekan seperti diatas akan membuat suatu efek ketik mampuan konsep diri seorang remaja tunagrahita tidak mungkin akan terwujud. Remaja yang bersal dari orang tua otoriter mempunyai pengalaman-pengalaman yang lebih banyak bersama orang tua. Dimana ia selalu mengalah atau berusaha menyesuaikan diri dengan menekan semua kemauannya.
Ia akan tumbuh sebagai remaja yang tidak memiliki kepercayaan diri dan mudah terombang ambing dalam suatu situasi yang semestinya dia harus berbuat dan memutuskan dengan bijaksana. Atau sikap tersebut akan berbalik menjadi orang penyerang, tidak mudah mempercayai orang lain, dan tidak berani berpendapat. Semua
(55)
berakibat merugikannya upaya kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat seperti layaknya masyarakat normal.
c. Ciri-ciri pola asuh orang tua yang otoriter
Orang tua berperan besar terhadap perkembangan anak.Hal ini karena sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama orangtua.Sikap orangtua akan memengaruhi bagaimana seorang anak bersikap ketika dewasa, termasuk sikap otoriter. Pola asuh otoriter akan membuat anak tertekan, tidak berkembang, dan tidak percaya diri.
Berikut ini adalah cirri-ciri orang tua yang otoriter: 1) Tidak mau bersusah payah
Orangtua otoriter tidak ingin membuang-buang energi untuk menjelaskan mengapa sesuatu tidak boleh dilakukan. Mereka tidak peduli pada perasaan anak dan tidak mau berdiskusi. Sebaliknya, ketika anak melanggar aturan, mereka cenderung menyalahkan anak padahal mereka sendiri tidak pernah memberi tahu mana perilaku yang baik.
2) Terlalu mengendalikan anak
Daripada mengajarkan anak untuk mengendalikan diri, orangtua otoriter bertindak mengendalikan hidup anak.Fokus anak adalah mematuhi aturan dan hanya disediakan sedikit ruang untuk mengembangkan kreativitas.
3) Memberikan hukuman fisik
Memukul adalah hukuman yang digunakan oleh orangtua otoriter.Orangtua jenis ini biasanya menggunakan bentuk-bentuk hukuman fisik sebagai konsekuensi untuk perilaku.
(56)
Anak-anak dilarang bersuara atau mengutarakan pendapat.Perintah orangtua adalah mutlak dan tidak bisa dibantah.
5) Menolak member penghargaan
Kebanyakan orangtua otoriter tidak percaya, hadiah atau pujian bermanfaat agar anak berperilaku baik.Mereka berpikir seharusnya anak memang bersikap baik tanpa harus diberi penghargaan.
6) Suka membentak
Orangtua otoriter lebih suka berteriak atau membentak daripada bermain dengan anak mereka.Mereka ingin anak-anak berperilaku baik namun mereka tidak peduli pada kegiatan anak.
a) Sikap otoriter harus dikendalikan
Bagi seorang yang dilahirkan dengan karakter otoriter, tidak dapat dielakkan lagi bahwa karakter ini harus diperkaya dengan pemahaman potensi dampak yang dapat ditimbulkan oleh tingkah polahnya. Beberapa hal yang harus dikendalikan antara lain; hindari untuk mengucapkan kata-kata tidak senonoh yang bagi sebagian besar orang merupakan pembunuhan karakter alias character assassination, seimbangkan antara kalimat tuduhan yang menjatuhkan dengan kalimat memuji yang bisa memicu tumbuhnya kreativitas.
Inilah beberapa cara untuk mengatasi orang tua yang otoriter: a) Jangan membantah
Jangan membantah kata katanya, kata- kata orang tua kita.Bahasa jawanya sih
(57)
mengatakan yang tidak tidak. Karena pasti mereka kan marah dan menganggap kita menentang mereka.
b) Jangan berbohong
Sekali berbohong, maka akan di cap berbohong. Andaikata kalian sudah berbohong kepada orang tua terutama ibu. Pasti selanjutnya mereka tak akan percaya kepada kalian 50%. Atau malah tak percaya sama sekali kepada kalian. Bagi yang sudah berbohong, janganlah melanjutkan kebohongan.Jadilah anak yang jujur dan biarlah walaupun kita tak di percaya.Bagi yang belum bohonh jangan berbohong. Karena akibatnya akan fatal bagi diri kita.
c) Tunjukkan bukti, bukan hanya ucapan saja
Jika kita memiliki cita cita,dan ayah dan ibu kita sebagai orang tua merasa cita citanya tidak menjanjikan masa depan atautak sesuai keinginan mereka. Mereka pasti tidak setuju. Walaupun kita mengiming imingkan apa pun, mereka pasti tak percaya. Orang tua butuh bukti nyata.Bukan hanya kata kata.Karena mereka sudah memiliki banyak pengalaman.Sehingga tak percaya dengan isapan jempol alias omong doang.Dan ini sudah saya buktikan sendiri.Harus ada bukti nyatanya.
d) Turuti kemauan mereka
Turuti mau mereka apa. Asalkan baik untuk kita kenapa tidak?Andaikan tak sesuai dengan prinsip kita, di coba dulu saja mengenai kemauan mereka. Kecuali kalau kemauan mereka bertentangan dengan norma agama. Jangan di turuti.Turuti dulu kemauan mereka, setelah ada akibatnya saat kamu turuti, tunjukkan kepada mereka. e) Jangan menyimbung perasaan mereka
(58)
rakyat. Kalau sampai kita berkata yang bisa menyinggung perasaan mereka, maka yang terjadi pasti mereka akan marah besar. Menghukum kita dan mungkin melakukan hal yang tak kita senangi.
Lebih baik kita diam sebagai anak dari pada kita berkata yang hanya akan membuat mereka jengkel. Berkata saja yang seperlunya agar tak mengeluarkan kata kata yang jelek.
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
1) Treatment siswa minder melalui pendekatan rational emotive terapi (studi kasus di SMP Siman Jaya Sekaran-Lamongan)
Oleh : Nur Aisyah Nim : D03207024
Dalam skripsi ini peneliti menjelaskan permasalah siswa di SMP Siman Jaya yang minder atau tidak percaya diri dengan teman sebayanya, mereka susah bicara baik dalam kelas ataupunluar kelas.
2) Bimbingan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif untuk menangani depresi seorang anak yang tidak menerima ayah tirinya di tlasih tulangan Sidoarjo.
(59)
Nim : B03211032
Dalam skripsi ini peneliti menjelaskan permasalahan klien yang dulunya periang, sopan, sekarang menjadi anak yang pendiam karena dia tidak suka dengan ayah tirinya yang sangat berbeda dengan ayahnya dulu kalo dia mintak apa-apa selalu di turuti karena dia termasuk anak golongan menengah ke atas.
3) Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani Setres (Studi Kasus Remaja Yang Setres di Desa Kalangsemanding kec. Perak kab.Jombang) Nama : Umi Heni Humaidah
Nim : B03211035
Dalam sekripsi ini peneliti menjelaskan tentang remaja yang mengalami setres karna orang tua yang memaksakan kehendaknya, sehingga menyebabkan anak tidak nyaman dan merasa tertekan karena tidak sesuai dengan kehendaknya.
(60)
51
PENYAJIAN DATA
A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Yang dimaksud dengan gambaran umum objek penelitian adalah gambaran yang mendiskripsikan situasi dan kondisi dari keberadaan Jl.Jojoran Gg 3 Surabaya yang sangat erat hubungannya denganpenelitian yang dilakukan.
1. Gambaran Umun Lokasi Penelitian a) Kondisi Geografis
Jojoran Surabaya adalah salah satu nama jalan yang berada di Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya. Dari kondisi geografisnya letak Jojoran Gg.III sangat setrategis dan menguntungkan, karena letaknya yang dekat dengan Kelurahan, Kecamatan, dan sarana prasana lainnya, maka akan memungkinkan terjadinya suatu kelancaran dalam bidang administrasi masyrakat. Kelurahan Mojo pun terbagi atas 13 RW dan 116 RT, berikut adalah pembagiannya:
Tabel 3.1 Kelurahan Mojo
No RW Nama Jalan/Gang
1 1 Mojo Arum 2 2 Kali Kareng 3 3 Kedung Pengkol 4 4 Mojo Planglulor
5 5 Mojo
6 6 Kedung Tarukan Baru 7 7 Karan gmenjangan
(61)
10 10 Kali Dami
11 11 Manyar Kerrtoarjo 12 12 Jojoran Gang 13 13 Jojoran Perintis
Adapun jarak antara Ibu Kota 8km, Kecamatan 5 km, dan Kelurahan 3 km. sarana dan prasarana yang ada di Jojoran Surabaya seperti berikut pasar swalayan, pertokoan (kios perorangan, toko, koprasi, warung serba ada, foto copy, rental computer), prasarana kesehatan (dekat dengan Rs Dr.Soetomo), prasarana pendidikan informal (kursus computer, bahasa Ingris, dan les umum).
b) Kondisi Kebudayaan
Berbicara tentang masalah budaya dan sikap hidup masyarakat Jojoran dari hasil pengamatan yang telah penulis himpun, memberikan jawaban bahwa kebdayaan tradisional yang ada di jojoran masih tetap terpelihara meskipun ada juga budaya yang telah bergeser kepada kepunahan. Adapun budaya yang masih terjaga adalah:
1) System Keamanan
Penduduk Jojoran berupaya menciptakan keamanan lingkungan, mereka membentuk suatu undang-undang yang harus ditaati oleh penduduk Jojoran sendiri ataupun prndatang. Diantaranya adalah jam kunjung bagi tamu. Jam kunjung bagi tamu dibatasi sampai jam 11 malam. Bagi pendatang yang ingin bermalam, diharuskan untuk lapor pada ketua RT.
(1)
(2)
67 BAB V PENUTUP A.KESIMPULAN
Berdasarkan pokok-pokok bahasan yang telah peneliti sajikan dalam penelitian ini dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Dampak yang dialami seorang anak dari sikap otoroter orang tua: a) Tidak percaya diri
b) Susah untuk terbuka dengan orang-orang sekitar c) Males dalem menjalani hidup
2. Proses pelaksanaanterapi dengan mengikuti langkah-langkah yang ada dalam proses Konseling. Langkah konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, disini konselor mengumpulkan data dari klien angsung yang berfungsi untuk mengenal kasus serta gejala-gejala yang nempak pada diri klien.
Sedangakan langakh kedua diagnose dengan menetapakan masalah yaitu rasa tidak percaya diri akibat sikap orang tau yang otoriter sehingga membuat dia susah untuk terbuka. Langkak berikutnya adalah prognosa dengan menetapkan jenis bantuan yaitu memberikan konseling dengan terapi Rasional Emotif.
Kemudian konselor memberikan treatmen atau terapi dengan teknik kognitif Home Workyaitu dengan cara melakukan konseling secara langsung, dan melakukan konseling secara sederhana, untuk merubah pemikiran klien yang irasional. Dengan tehnik Home Work
(3)
Assigments (pemberian tugas rumah). Dalam teknik ini, klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Teknik ini sebenarnya dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap bertanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien, serta mengurangi ketergantungan kepada konselor atau terapis. Terakhir follow up sekaligus mengevaluasi tindakan konseli dengan melihat perubahan-perubahan yang ada pada klien. Yang didapat berdasarkan pernyataan dan wawancara terhadap klien.
3. Hasil pelaksanaan terapi Rasional emotif dalam menangani kasus seorang anak yang memiliki rasa tidak percaya diri akibat pola asuh otoriter dikategorikan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan perubahan yang ditunukkan oleh klien, yaitu: klien kini sudah merasa muali nyaman dengan kehidupan yang dulu pemikirannya adalah bukan hidup yang dia pilih, sekarng klien sudah merasa percaya diri, sudah mulai berani melihat atau menatap siapapun yang mngajak dia bicara. Klien pun sudah mulai terbuka dengan orang-orang sekitar, sudah mulai mau menyapa tetangga –tetangga dekat rumah, yang dulunya tidak pernah dia lakukan. B.Saran
Dalam penelitian ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu peneliti membutuhkan saran, agar tercapai
(4)
kesempurnaan dalam penelitian ini.Kesempurnaan hanya milik Allah salah dan lupa adalah milik peneliti.
1) Bagi para remaja yang merasa memiliki rasa tidak percaya diri dan tertutup tidak mau menyapa. Ayoalah hlangkan rasa itu kalian masih mudah masa depan kalian masih panjang, jika kalian tetap seperti itu kalian tidak akan bisa berkembang, sedangkan hidup ini masih terus berjalan.
2) Bagi pembaca pada umumnya tidak ada satu orang pun di dunia ini tidak mengalami masalah, untuk itu dalam menghadapi masalah dengan segala bentuk permasalahan usahkan agar tidak selalu melihat atau bercermin ke masa lalu jika itu hanya menambah rasa sakit. Dan janganlah menjadi kan masalah sebagai beban hidup yang harus disimpan sendiri, cobalah untuk sedikit terbuka dengan orang disekitar yang menurut anda bisa menyimpan rahasia atau orang yang sanggup untuk membantu anda. 3) Bagi konselor dapat tetap memantau serta memberi motivasi agar klien
lebih semangat. Dan apabila menghadapi kasus seperti penelitian ini hendaknya diperlukan waktu yang lebih lama, tidak cukup satu bulan untuk melakukan proseskonseling, agar hasil yang didapat atau tingkat keberhasilan lebih efektif. Bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.1
1
http://ooowh.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-percaya-diri-cara-membangun.html diakses pada tanggal 3 Mei
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif, Surabaya; Universitas Airlangga, 2001
Data administrasi dan HasilObservasi di kelurahan Mojo JojorankecamatanGubeng Surabaya
Gerald corey, Teori dan Praktek konseling dan psikoterapy,
Bandung;PT.Refika Aditama,2003
Hurlock B Elizabeth, Psikologi perkembangan, Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: RinekaCipta, 2004
Pihasnawati, Psikologi konseling, Yogyakarta:TERAS,2008
Mohamad surya, psikologi konseling, Bandung: CV.Pustaka bani Quraisy SiiradjShahudi, PengantarBimbinganKonseling, Surabaya:PTRevkaPetra
Media,2012
Sofyan . s . Wilis , Problematika remaja dan pemecahanya, Bandung: Angkasa,1994
Sugiyono,MetodePenelitian KuantitatifKualitatifdan R&D,Bandung:alfabeta, CV. Desember 2010
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Melalui Praktek, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002
Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Jakarta: CAPS, 2014 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, 2010
Hasil wawan cara dengan klien pada tanggal 03 April 2016
Hasil wawancara dan observasi dengan klien pada hari Senin tanggal 04 April 2016 pukul 14.20-15.30 WIB, lampirantabel 1.
(6)
http://psikologi-untar.blogspot.cp.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.html. di akses pada tanggal 20 maret, pukul 20;00.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3969/A27.pdf?se
quence=1&isAllowed=y, di akses tanggal 20 maret pukul 20;00
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.html
http://rasa-stroberi.blogspot.com/2012/06/pengertian-bimbingan-karier-bk-sekolah.html, diakses pada tanggal 3 Mei.
http://rasa-stroberi.blogspot.com/2012/06/pengertian-bimbingan-karier-bk-sekolah.html, diakses pada tanggal 3 Mei.
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.htmldiakses pada tanggal 3 Mei.
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.htmldiakses pada tanggal 3 Mei.
http://rasa-stroberi.blogspot.com/2012/06/pengertian-bimbingan-karier-bk-sekolah.html, diakses pada tanggal 3 Mei.
http://www.duniapelajar.com/2014/07/16/pengertian-dokumentasi-menurut-para-ahli/
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.htmldiakses pada tanggal 3 Mei.
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.html. Di akses pada tanggal 20 maret 20:00.
http://rasa-stroberi.blogspot.com/2012/06/pengertian-bimbingan-karier-bk-sekolah.html, diakses pada tanggal 22 maret, pukul 21,00.
http://psikologi-untar.blogspot.co.id/2014/11/dampak-pengasuhan-orangtua-otoriter.htmldi akses pada tanggal 20 maret pukul 20.00
http://www.pengertian minder.com diakses pada tanggal 21 mAaret pukul