PESAN DAKWAH NASIONALISME : ANALISIS WACANA TEUN VAN DIJK PADA NASKAH LUDRUK SAREP TAMBAK OSO.

(1)

PESAN DAKWAH NASIONALISME PADA KISAH LUDRUK SARIP TAMBAK OSO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenui Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

MUHAMMAD ROBBY BINNUR NIM. B01213012

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Muhammad Robby Binnur, NIM B01213012. KIPRAH DAKWAH SAREP

TAMBAK OSO. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Kiprah Dakwah dan Dakwah

Kiprah adalah sebuah kegiatan atau melakukan aktivitas. Sedangkan dakwah usaha untuk mengajak orang lain untuk menuju kebaiakan, dan mengajak manusia agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Maka ketika seorang berkiprah akan menghasilkan sesuatu dari sebuah kegiatan dan aktivitas tersebut. Dakwah tidak hanya melalui ceramah atau suatu pengajian tapi dakwah juga dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah keterampilan yang tentunya keterampilan tersebut dapat menghasilkan suatu yang bermanfaat, sebagai seorang da’i harus

mempunyai strategi yang baik agar dapat mencapai suatu yang maksimal.

Kiprah dakwah yang dilakukan seorang da’i haruslah sesuai dengan para mad’u yang dia hadapi. Tentunya harus menyampaikan sebuah materi yang lebih terarah yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Yang tentunya dengan metode dan media yang sangat sesuai dan mendukung atas kegiatan dakwahnya. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana kiprah dakwah Sarep Tambak Oso?

Materi, metode dan media apa saja yang disampaikan dalam kegiatan dakwahnya? Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dilakukan dengan mengembangkan teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai subjek yang akan diteliti dengan pendekatan kualitatif dengan cara observasi dan wawancara. Dalam kiprah dakwahnya Sarep Tambak Oso berusaha agar dalam kegiatan dakwahnya itu dapat merubah para mad’unya khususnya dalam masalah ibadah, hakekat dan akhlaknya agar lebih baik lagi oleh karena itu Sarep Tambak Oso selalu menyampaikan materi tentang ilmu Tauhid pengingatan kepada Allah Swt yang tentunya menyampaikan ibadah-ibadah setiap hari contohnya sholat, cinta kasih kepada sesame manusia dan sebagainya, ilmu tauhid menerangkan tentang keimana agar mad’unya lebih meyakini akan keesaan Allah SWT, dan ilmu akhlak yaitu membina masyarakat agar senantiasa berprilaku baik sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan tentunya melalui metode yang sesuai dan media yang mendukung atas penyampaian dakwahnya.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Kiprah Dakwah ... 15

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 16

1. Pengertian Dakwah ... 16

2. Unsur-unsur Dakwah ... 19

3. Bentuk-bentuk Dakwah ... 40

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 43

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 46

B. Subyek Penelitian ... 48


(8)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 52

F. Teknik Keabsahan Data ... 53

G. Tahap Penelitian ... 56

BAB IV : PERJALANAN SAREP TAMBAK OSO A. Kisah Sarep Tambak Oso ... 60

B. Nasionalisme Serep Tambak Oso ... 66

C. Aktifitas Dakwah Sarep Tambak Oso ... 67

D. Kiprah Dakwah Sarep Tambak Oso ... 68

E. Materi, Metode dan Media Dakwah... 70

1. Materi ... 70

2. Metode dan Media ... 74

F. Naskah Ludruk Sarep Tambak Oso ... 77

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Dimana ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala ruang lingkup kehidupannya, tidak memandang perbedaan ras, suku, warna kulit maupun kebangsaan. Hal ini dapat dilihat dalam historisitas Islam itu sendiri bahwa proses syiar Islam telah mampu menyatukan masyarakat semenanjung Arab hingga hampir seluruh penduduk dunia dengan latar belakang perbedaan historis maupun psikologis. Mayoritas umat manusia sebagai penduduk dunia mempunyai perbedaan latar belakang ruang dan waktu memiliki hubungan yang relevan antara ajaran Islam terhadap segala segi kehidupan manusia hingga saat ini. Sebagaimana misi ajaran Islam sendiri bersifat universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun ia berada. Sifat universal ajaran Islam ini tertuang dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya’ (21): 107

!$t

Β

u

ρ

š

o

Ψù=

y™

ö

‘r&

ωÎ

)

t

Ηô

qy‘

š

⎥⎫Ïϑ

n

=≈

ù=Ïj9

∩⊇⊃∠∪

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”1

      


(10)

2 

Perkembangan agama Islam ke seluruh penjuru dunia tiada lain melalui perjuangan dakwah. Peranan dakwah ini dapat berjalan dengan memfungsikan kekhalifahan manusia di muka bumi ini sebagai para pengemban misi mensosialisasikan nilai-nilai Islam kepada seluruh umat manusia dalam mewujudkan cita-cita rahmatan lil ‘alamin. Hal ini selaras dengan perintah berdakwah adalah kewajiban.

Sebagaimana tercantum dalam QS. Ali Imran (3): 104:

⎯ä3

tF

ø9

u

ρ

öΝä3ΨÏiΒ

×π¨Βé

&

t

βθã

ã

ô

‰t

ƒ

n

)

Î

ö

ø:

$#

t

βρã

ãΒù

't

ƒ

u

ρ

Å∃ρã

÷

èp

R

ù

Q

$$

Î

/

t

βöθ

y

γ÷Ζ

t

ƒ

u

ρ

Ç⎯

Ì

s

3Ψßϑø9

$#

4

y

7Í×

¯

s

9

'

ρé

&u

ρ

ãΝèδ

š

χθß

s

Î=ø

ßϑø9

$#

∩⊇⊃⊆∪

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”2

Perintah dakwah tersebut dilakukan dengan membawa risalah Islam yang terkandung nilai-nilai humanis bagi umat manusia yang bersifat universal, mampu mengikuti perkembangan zaman dalam bingkai perubahan sosial. Diantara hakikat dakwah Islam adalah merupakan manifestasi rahmatan lil ‘alamin, yaitu sebagai upaya menjadikan sumber konsep bagi manusia di dunia ini di dalam meniti kehidupannya. Pertama, upaya menerjemahkan nilai-nilai normatif Islam yang global menjadi konsep-konsep operasional disegala aspek kehidupan manusia. Kedua, upaya mewujudkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan aktual, baik pada individu, keluarga maupun masyarakat. Hal ini perlu dilakukan       


(11)

3 

melihat kondisi perkembangan peradaban manusia yang menyangkut segala lini kehidupan, yakni politik, sosial, ekonomi, budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berubah.

Substansi dakwah Islam dalam pengertiannya adalah kegiatan mengajak manusia kepada jalan Allah sebagai upaya mewujudkan nilai-nilai Islam dalam realitas kehidupan manusia, baik secara individu, keluarga maupun masyarakat. Upaya mewujudkan nilai-nilai Islam ini dilakukan melalui transformasi segala ajarannya yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah, baik secara normatif maupun praktis. Dalam praktiknya, penanaman nilai-nilai Islam dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan di berbagai bidang kehidupan manusia sebagai objek dakwah, terutama pada sisi sosio-kultural di masyarakat. Dimana pengertian ajaran Islam sendiri dalam paparannya, pengarahannya dan hukum syariatnya telah mengarahkan perhatiannya pada sisi manusiawi. Diantara dalam kajian ibadah banyak mengambil sisi manusiawi, seperti sholat dijadikan sebagai penolong, zakat harta benda dalam mengentaskan kemiskinan, puasa dalam mendidik kesabaran, maupun haji dilakukan sebagai pembelajaran umat manusia sebagai bentuk penghambaannya kepada Tuhannya.

Selain itu, proses pengejawantahan ajaran Islam dilakukan tidak lepas dari memperhatikan kondisi kehidupan manusia sebagai sasaran dakwah itu sendiri, yakni bersifat adaptif. Sifat adaptif ini dilakukan dengan menyesuaikan kondisi objek dakwah ketika kegiatan dakwah berlangsung terhadap kebudayaan dan


(12)

4 

kepercayaan yang sudah berkembang lebih dulu di masyarakat. Sehingga aktivitas dakwah Islam akan berlangsung dengan baik apabila memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dalam interaksi yang dinamis antara subjek dan objek dakwah dalam masyarakat. Dalam prosesnya, tidak bisa mengabaikan struktur sosial dan kondisi sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Berangkat dari manusia sebagai makhluk kultural sangat erat hubungannya dengan kebiasaan, adat-istiadat atau tradisi yang dianutnya dalam suatu masyarakat tertentu.

Kegiatan dakwah yang bersifat transformatif maupun adaptif dapat dilihat kembali secara historis melihat kultur bangsa Arab yang heterogen. Setidaknya dalam sejarah Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW berlangsung sekitar kurang lebih 23 tahun. Hal itu dilakukan Nabi dalam menyampaikan ajaran Islam di Mekah sekitar selama 13 tahun dan setelah hijrah di Madinah sekitar selama 10 tahun. Meskipun dalam proses tersebut disambut dengan berbagai tantangan dan penolakan oleh masyarakat Arab pada saat itu tidak menggentarkan Nabi untuk mundur dari tugas syiar Islam. Dimana kondisi masyarakat Arab saat itu terdiri dari berbagai suku, agama, kepercayaan hingga perbedaan historis maupus psikologis. Tidak serta merta Nabi mengajarkan Islam langsung memaksakan ajarannya kepada umatnya dengan latar belakang yang berbeda. Diantaranya, turunnya ayat al-Qur’an ditandai dengan asbabun nuzul, mencari waktu dan media yang tepat dalam kondisi peperangan, selain mengadakan usaha diplomatis, dan menyatukan umat muslim, Yahudi, Nasrani


(13)

5 

serta umat lainnya dalam bingkai negara Madinah. Hal ini yang menjadi titik tolak dalam pergerakan dakwah untuk dapat memanfaat segala bidang kehidupan manusia itu sendiri, terutama peranan sosio-kultul dalam masyarakat. Hingga hari ini, dibuktikan dengan Islam telah sampai kepada umat manusia di seluruh dunia pada masa era globalisasi ini.

Dalam suatu waktu, ketika Nabi mengirimkan sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman ditanya sebelum keberangkatannya. Nabi memperhitungkan situasi sosial dengan segala problematukanya di negeri Yaman yang masih baru mengenal Islam. Oleh karenanya, persiapan dalam tantangan dakwah di wilayah baru sangat menunjang keberhasilan dakwah. Diantaranya Nabi mempertanyakan dengan dasar apa ia (Mu’adz bin Jabal) mengambil tindakan jika mendapatkan persoalan di medan dakwahnya, bahwa ia menjawab dengan al-Qur’an, as-Sunnah (transformatif) kemudian melalui ijtihad akal dan pikirannya (adaptif).

Islam hadir di bumi Nusantara ini penyebarannya melalui kegiatan dakwah sebagai upaya transformasi nilai-nilai ajarannya dilakukan dengan damai, baik melalui para pedagang muslim atau perkawinan dengan masyarakat pribumi serta peranan para ulama sebagai muballigh. Ajaran Islam mampu memikat para penduduk pribumi karena dengan mudah dipelajari dan diamalkan.Misalnya, konsep kejujuran dalam berdagang membawa pengaruh besar dalam bidang ekonomi, konsep cuci kaki (bersuci) ketika memasuki tempat ibadah mengajarkan kebersihan, dan dalam praktik-praktik yang lain. Selain itu, proses islamisasi di


(14)

6 

bumi Nusantara dapat dengan mudah diterima dengan melakukan adaptasi kultural masyarakat setempat. Misalnya, pemanfaatan gamelansebagai media dakwah oleh Sunan Bonang dan pertunjukan wayang kulit oleh Sunan Kalijaga di tanah Jawa. Hal itulah, yang mendukung persebaran ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat dan menancap kuat dalam benak masyarakat dengan sifatnya yang dinamis dengan kondisi masyarakat.

Keberadaan Islam di Nusantara dengan keanekaragaman kultural (budaya) dalam masyarakat telah banyak dijadikan sebagai media pendekatan dakwah. Keterkaitan dakwah Islam dengan kultur sangat erat karena ajaran Islam telah menjadi bagian budaya, sedangkan budaya diadopsi oleh Islam untuk diluruskan praktik pelaksanaannya berdasarkan hukum syariat Islam. Hal tersebut dapat ditemukan di berbagai wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke memiliki hubungan erat antara dakwah dan budaya. Sebagaimana penyebaran Islam melalui pendekatan budaya telah menjadi bukti Islam telah menjadi agama mayoritas yang dianut oleh penduduk negara Indonesia.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap perjalanan Kiprah dan Dakwah, khususnya di daerah Tambak Oso. Dalam hal ini, peneliti menemukan seorang tokoh yang sangat berpengaruh bagi tersebarnya Islam, di wilayah islam di daerah Sidoarjo. Tidak hanya sebagai pendakwah tetapi Sarep Tambak Oso berperan sebagai tokoh nasionalisme melawan penjajah Belanda. Banyak tokoh agama di jawa sering disebutkan


(15)

7 

berbagai nama juga gelar dan pondok pesantrennya dengan ratusan bahkan ribuan santri. Tetapi tak banyak seorang pendakwah yang menyamarkan dirinya sebagai seorang waro’ berbeda dengan Sarip Tambak Oso, nama seorang pemuda kampung yang tinggal di wilayah Timur yaitu sekitaran sungai di dusun Tambak Oso sekarang berada di sekitaran Tambak Sumur,Waru & Sedati Sidoarjo. Hal itu membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang kiprah dakwah dari Sarip Tambak Oso.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fenomena sosial dakwah diatas, maka penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam penelitian sebagai berikut:

Bagaimana Kiprah Dakwah Sarep Tambak Oso?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian di atas adalah:

Untuk mengetahui Kiprah Dakwah Sarep Tambak Oso.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teori: Untuk memperkaya wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan sehingga mampu berfikir dan bersikap dewasa dalam menghadapi problematika.


(16)

8 

2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan dakwah.

b. Dapat melatih kecakapan dalam mendengar dan mengembangkan daya berfikir sehingga dapat mengadakan pembahasan secara kronologis, sistematis, dan ilmiah

E. DEFINISI KONSEP

Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman makna dan kata dalam penelitian ini. Maka, peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Pengertian Kiprah

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia secara etimologi kiprah adalah kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha disebuah bidang.3 Sedangkan menurut WJS. Purwadarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata kiprah diartikan sebagai tindakan, aktivitas, kemampuan kerja, reaksi, cara pandang seseorang terhadap ideology atau institusinya.4

Kiprah tidak bisa lepas dari aktivitas. Pengertian aktivitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan kegiatan-kegiatan,

      

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

1995), cet ke-8 h. 17.


(17)

9 

kesibukan-kesibukan atau biasa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.5

Dari pemaparan di atas arti kiprah tidak jauh berbeda dengan aktivitas, akan tetapi perbedaannya adalah kiprah adalah melakukan kegiatan dengan semangat tinggi sedangkan aktivitas melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan manusia.

Sedangkan pengertian kiprah dalam dakwah yaitu melakukan kegiatan dakwah yang dilakukan seseorang yang mengandung seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mngubah sesuatu yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna. Itu semua dilakukan dengan semangat tinggi menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.

Jadi ketika seorang berkiprah artinya melakukan segala kegiatan atau ikut berpartisipasi maka akan timbul suatu aktivitas dalam kegiatan tersebut untuk menghasilkan satu tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara kiprah dengan aktivitas.

      

 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet ke-3 h. 17. 


(18)

10 

2. Pengertian Dakwah

Dalam memberikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara terminologi dari berbagai pendapat dan juga secara etimologi. Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah berasal dari kata bahasa Arab, yang berarti panggilan, ajakan atau rayuan. Dalam ilmu tata bahasa Arab kata dakwah berbentuk sebagai isim mashdar‟. Kata ini berasal dari fi‟il (kata kerja) da‟a yad‟u artinya memanggil, mengajak atau menyeru.6

Menurut pengertian bahasa, dakwah berarti seruan atau ajakan kepada sesuatu.7 Dakwah itu ialah menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah agar menerima dan menjadikan Diinul Islam sebagai dasar dan pedoman hidupnya.8 Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikologi Dakwah yaitu arti bahasanya

dakwah adalah menyeru, mengajak, memanggil, mengundang, mendo’akan yang terkandung di dalamnya arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.9

      

6 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), cet. Ke-1. h. 17. 7 H. Aqib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Pustaka Panji Mas,1984), cet. Ke-2, h. 53. 8 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), h. 28. 9 Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), cet. Ke-1, h. 29. 


(19)

11 

Menurut A. Suriani dalam bukunya Manajemen Dakwah dalam Kehidupan Pluralis Indonesia: ada tiga kata yang digunakan dalam

Al-Qur’an mengan dung artidakwah, yaitu dakwah, tabligh dan nida.

Sedangkan secara terminologis, kata dakwah mempunyai definisi-definisi yang variatif seperti yang disampaikan para ahli sebagai berikuta: menurut Toha Yahya Oemar dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah

yang di kutip H. Hasanuddin dalam bukunya Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan mengemukakan pengertian dakwah dari

dua segi :

a. Dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisikan cara cara dan tuntunan bagaimana seharusnnya dakwah dapat menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu.

b. Dakwah menurut ajaran agama Islam ialah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai perintah Allah, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di akhirat.10

Dalam memberikan pengertian dakwah dari segi istilah ada juga yang memberikan definisi secara singkat, sebagaimana pendapat Husnul Aqib Suminto, menurut pengertian isyilah, maka dakwah berarti seruan atau

      

10H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabya: Usaha Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 34.


(20)

12 

ajakan kepada Islam.11 Dengan demikian pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia dalam masyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa (Syu‟ur), berfikir (Fikrah), bersikap (Mauqif), dan bertindak (Suluk) manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Manhaj).12

H. M. Arifin seorang pakar pendidikan, dalam bukunya “Psikologi Dakwah juga berpartisipasi untuk memberikan pengertian tentang

dakwah sebagai berikut:

Dakwah mengandung pengertian sebagai kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terkadap ajaran agama sebagai message yang disampaikankan kepadanya dengan tanpa adanya unsure-unsur paksaan.13

H. M. Arifin menginginkan kepada setiap pelaksana dakwah agar hal-hal yang berkaitan dengan masalah dakwah dilakukan secara sadar dan

      

11 H. Aqib Suminto, Problematika Dakwah, h. 53.

12 Ibnu Hilmi Areal (ED), Dakwah Manhaj, (Jakarta: Tahjim Press, 1993), cet. Ke-1, hh. 13-14. 13Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1997), cet. Ke-1 h. 9.


(21)

13 

berencana tanpa adanya unsur-unsur paksaan dan juga tidak hanya dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya unsur-unsur paksaan dan juga tidak hanya dilaksanakan dengan metode ceramah saja namun juga dengan tulisan dan tingkah laku yang kita kenal dengan istilah bilkalam dan bilhal, seperti dikatakan HSM Nasaruddin latif “setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiah”.14

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk memperoleh deskripsi yang jelas perihal isi skripsi ini, maka dibawah ini penulis paparkan secara singkat mengenai:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini penulis uraikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep; Kiprah dan Dakwah Sarep Tambak Oso.

BAB II: KERANGKA TEORITIK

Pada bab ini penelitian berisikan tentang kajian kepustakaan konseptual yang meliputi pengertian Kiprah dan Dakwah

      


(22)

14 

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini penelitian berisikan tentang metode penelitian yang menjelaskan tentang jenis penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data.

BAB IV: PERJALANAN SARIP TMBAK OSO

Pada bab ini menguraikan tentang deskripsi umum tentang subyek penelitian, deskripsi hasil penelitian, penyajian data, analisis data, dan pembahasan. Deskripsi obyek penelitian menjelaskan tentang sasaran penelitian, seperti profil Sarip Tambak Oso, perjuangan dakwah dan Nasionalismenya. Kemudian penyajian data, yaitu paparan mengenai data dan fakta subyek penelitian yang terkait dengan rumusan masalah.

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan dan ditutup dengana saran, yakni usulan bagi kemungkinan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan.


(23)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Kiprah Dakwah

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia secara etimologi kiprah adalah kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha di sebuah bidang.1 Sedangkan menurut WJS. Purwadarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata kiprah diartikan sebagai tindakan, aktifitas, kemampuan kerja, reaksi, cara pandang seseorang terhadap ideology atau institusinya.2 Kiprah tidak bisa lepas dari aktivitas. Pengertian aktivitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan kegiatan-kegiatan, kesibukan-kesibukan atau biasa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.3

Dari pemaparan di atas arti kiprah tidak jauh berbeda dengan aktivitas, akan tetapi perbedaannya adalah kiprah adalah melakukan kegiatan dengan semangat tinggi sedangkan aktivitas melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan manusia. Sedangkan pengertian kiprah dalam dakwah yaitu melakukan kegiatan dakwah yang dilakukan

      

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1995), cet ke-8, h. 17.

2 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 735.

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,


(24)

16 

seseorang yang mengandung seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mngubah sesuatu yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna. Itu semua dilakukan dengan semangat tinggi menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Jadi ketika seorang berkiprah artinya melakukan segala kegiatan atau ikut berpartisipasi maka akan timbul suatu aktivitas dalam kegiatan tersebut untuk menghasilkan satu tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara kiprah dengan aktivitas.

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Dalam memberikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara terminologi dari berbagai pendapat dan juga secara etimologi. Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah berasal dari kata bahasa Arab, yang berarti panggilan, ajakan atau rayuan. Dalam ilmu tata bahasa Arab kata dakwah berbentuk sebagai isim mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a yad’u artinya memanggil, mengajak atau menyeru.4 Menurut pengertian bahasa, dakwah berarti seruan atau ajakan kepada sesuatu.5 Dakwah itu ialah menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah agar menerima dan menjadikan Diinul Islam sebagai dasar

      

4 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 17. 5 H. Aqib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Pustaka Panji Mas,1984), cet. Ke-2, h. 53.


(25)

17 

dan pedoman hidupnya.6 Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikologi

Dakwah yaitu arti bahasanya dakwah adalah menyeru, mengajak, memanggil,

mengundang, mendo‟akan yang terkandung di dalamnya arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.7

Menurut A. Suriani dalam bukunya Manajemen Dakwah dalam KehidupanPluralis Indonesia: ada tiga kata yang digunakan dalam Al-Qur’an

mengan dung arti dakwah, yaitu dakwah, tabligh dan nida. Sedangkan secara terminologis, kata dakwah mempunyai definisi-definisi yang variatif seperti yang disampaikan para ahli sebagai berikuta: menurut Toha Yahya Oemar dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah yang di kutip H. Hasanuddin

dalam bukunya Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan

mengemukakan pengertian dakwah dari dua segi :

a. Dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara dan tuntunan bagaimana seharusnnya dakwah dapat menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu.

b. Dakwah menurut ajaran agama Islam ialah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai perintah Allah, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di akhirat.8 Dalam

      

6 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), h. 28. 7 Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), cet. Ke-1, h. 29.

8 H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabya: Usaha Nasional,


(26)

18 

memberikan pengertian dakwah dari segi istilah ada juga yang memberikan definisi secara singkat, sebagaimana pendapat Husnul Aqib Suminto, menurut pengertian isyilah, maka dakwah berarti seruan atau ajakan kepada Islam.9 Dengan demikian pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia dalam masyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa (Syu‟ur), berfikir (Fikrah), bersikap (Mauqif), dan bertindak (Suluk) manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Manhaj).10 H. M. Arifin seorang pakar pendidikan, dalam bukunya Psikologi Dakwah” juga berpartisipasi untuk memberikan pengertian

tentang dakwah sebagai berikut: Dakwah mengandung pengertian sebagai kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terkadap ajaran agama sebagai message yang disampaikankan kepadanya dengan tanpa adanya

      

9 H. Aqib Suminto, Problematika Dakwah…, h. 53.


(27)

19 

unsure-unsur paksaan.11 H. M. Arifin menginginkan kepada setiap pelaksana dakwah agar hal-hal yang berkaitan dengan masalah dakwah dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya unsur-unsur paksaan dan juga tidak hanya dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya unsur-unsur paksaan dan juga tidak hanya dilaksanakan dengan metode ceramah saja namun juga dengan tulisan dan tingkah laku yang kita kenal dengan istilah bilkalam dan bilhal, seperti dikatakan HSM Nasaruddin latif “setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiah”.12

2. Unsur-unsur Dakwah a. Da’i

Da’i berasal dari Bahasa Arab yang artinya adalah orang yang berdakwah. Da’i sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjadi pemberi peringatan pada ajaranajaran agama. Criteria seorang da’i adalah:

1) Memiliki kualifikasi akademi tentang Islam. 2) Memiliki monsistensi antara amal dan ilmu. 3) Santun dan lapang dada.

4) Pemberi.

      

 Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1997), cet. Ke-1

h. 9 


(28)

20 

5) Tidak mengharapkan pemberian orang lain. 6) Qana’ah dan kaya hati.

7) Mampu berkomunikasi.

8) Memiliki ilmu Bantu yang relevan.

9) Memiliki rasa percaya diri dan rendah hati. 10)Tidak kikir ilmu.

11)Anggun. 12)Selera tinggi. 13)Sabar.

14)Memiliki nilai lebih, seperti wara’ dan keterampilan.13

Para da’i dan da’iyah memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap perkembangan dakwah. Menjadi seorang da’i tidaklah mudah. Da’i harus memiliki bekal dan persiapan. Memahami secara mendalam ilmu, makna-makna serta hokumhukumnya terkandung dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Bentuk pemahaman ini adalah pertama, paham terhadap

aqidah Islam dengan baik dan benar, berpegang teguh pada dalil Al-Qur’an, As-sunnah dan Ijma’ Ulama Ahlussunnah wa Jam’ah. Kedua,

pemahaman terhadap tujuan hidup dan posisinya di antara manusia.

Ketiga, pemahaman terhadap ketergantungan hidup untuk akhirat dengan

tidak menunggalkan urusan dunia.14

      

13 Akhmad Mubarrok, MA, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pusaka Firdaus, 1999), cet. Ke-2, h. 153.


(29)

21 

Da’i juga hendaknya harus mengetahui situasi Negara kota yang dituju, sejarah kota, sistem pemerintahan, kepercayaan tradisi dan keadaan sosial ekonomi daerah tersebut agar pembicaraan dan pembuatannya berhasil dan berfaedah. Selain itu, da’i juga hendaknya menguasai bahasa Arab dan bahasa daerah yang dituju serta bisa menggabungkan pengetahuan lam dengan pengetahuan modern dan mampu memilih judul atau tema guna menghindari kesalah fahaman hokum dan aqidah. Dengan memahami kondisi fisik dan psikis masyarakat daerah yang dituju, da’i akan dengan mudah masuk kehati masyarakat dan mengajarkan ajaran Islam yang murni. Dakwah tidak akan bisa dilepas dari ruhnya yakni dengan kerinduan dan kasih sayang yang tulus antara sesama aktivis dakwah maupun jalinan ruhnya antara da’i dan mad’unya. Sebagai da’i ataupun da’iyah hendaknya memahami 4 prinsip dasar dalam berdakwah. Hal ini dijadikan tolak ukur dalam menetapkan langkah-langkah yang akan diambil dalam berdakwah. empat prinsip dasar itu adalah:

1) Dakwah harus ditujukan pertama kalinyapada kerabat-karabat yang dekat sebab merekalah yang paling berhak memperoleh dakwah. Keimanan mereka akan menjadi benteng kekuatan bagi da’i ketika orang lain memusuhinya. Hal ini juga terbukti pada zaman Jahiliyah.


(30)

22 

2) Sikap tawadhu pada pada orang-orang mukmin agar memperkokoh keimanannya dan mempertahankan keikhlasan mereka.

3) Tidak perduli terhadap pengingkaran dan maksiat yang dilakukan oleh orang musyrik setelah mereka diberi peringatan. Cukuplah berpaling dari apa-apa yang mereka kerjakan.

4) Dengan kontiunitas untuk melakukan dakwah tanpa perduli terhadap ancamanancaman yang dihadapinya serta bertawakal kepada Allah dengan jalan menyerahkan segala urusan pada-Nya.15

Untuk melaksanakan 4 prinsip dasar tersebut, seorang da’i hendaknya memiliki sifat Amanah (terpercaya), Shidiq (jujur dan benar), Ikhlas (kasih

sayang), Rifq dan Hilm (penyantun), Sabar, Hirsh (perhatian yang besar),

dan Istiqomah (terusmenerus).

b. Sasaran Dakwah

Dakwah tidak lepas dari sasaran dakwah, yakni mad’u. Sasaran dakwah adalah sekelompok manusia yang sangat membutuhkan da’i untuk membimbing mereka mengenai ajaran –ajaran agama. Beberapa sasaran dakwah adalah:

1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginak di kota-kota besar.

      


(31)

23 

2) Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3) Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi social kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. 4) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat

dari segi okupasional atau profesi, berupa golongan petani, pedagang, seminar buruh.

5) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 6) Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi

tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan wanita dan pria. 7) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat yang dilihat dari

segi kelamin berupa golongan wanita dan pria.

8) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan lain-lain.16 Dengan demikian maka sasaran dakwah ini bisa didekati dengan mengagungkan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan pergolongannya.

      

16 H. M. Arifin, M. Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet.


(32)

24 

c. Materi Dakwah

Materi Dakwah (Maddah Ad-Dakwah) adalah seluruh ajaran islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedang pengembangannya mencakup kultur islam yang bersumber dari kedua sumber islam tersebut. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada umat adalah pesan-pesan yang berisi ajaran islam. Al-Qur’an adalah pesan dakwah yang berisi peringatan dan berita gembira.

Materi yang begitu luas dan kompleks ini tentu saja memerlukan pilihan yang cermat disamping perlunya memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat dan harus diadakan prioritas-prioritas, sebab demikian banyak materi, itu tidak mungkin semuanya dapat diserap atau dikerjakan sekaligus. Allah SWT berfirman dalam QS Al-asr (103): 3:

ω

Î

)

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

ã

Ζ

t

Β#

u

(

è

=

Ï

ϑ

t

ã

u

ρ

Ï

M≈

y

s

Î

=≈

¢

Á9

$

#

(

#

ö

θ

|

¹#

u

θ

s

?

u

ρ

Èd

,

y

s

ø

9

$

$

Î

/

(

#

ö

θ

|

¹#

u

θ

s

?

u

ρ

Î

ö

9

¢

Á9

$

$

Î

/

∩⊂∪

Artinya kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.17

Materi yang disampaikan oleh seorang da’i harus cocok dengan bidang keahliannya, juga harus cocok dengan metode dan media serta objek dakwahnya. dalam hal ini yang menjadi maddah (materi) dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.

      


(33)

25 

Keseluruhan materi dakwah pada hakikatnya bersumber dari dua sumber, yaitu Qur’an dan Hadis. Menurut Hasby Shiddiqiy, Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah. Sedangkan Al-hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir), dan sebagainya.

Secara khusus Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan sebutan Al-Qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya. Maka jika mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, maka dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca Al-Qur’an.

Hadis atau Al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru lawan dari al-qadim (lama) artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru memelukagama islam). Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. secara umum fungsi hadis adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-Qur’an yang sangat dalam dan global


(34)

26 

atau li al-bayan (menjelaskan). Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai bentuk penjelasan.

Agama islam adalah agama yang mengatur ajaran kitab Allah yakni al-Qur’an dan Al-Hadits Rasulullah SAW. Dimana keduanya merupakan sumber utama ajaan islam . Oleh karenanya materi dakwah islam tidaklah dapat dilepaskan dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak berstandar kepada keduanya (Al-Qur’an dan Al-Hadis) maka selruh aktivitas dakwah sia-sia dan dilarang oleh syariat islam.

Secara umum, Materi Dakwah dikasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu:

1. Masalah Aqidah

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek akidah ini yang akan membentuk karakter ber-taqarrub (medekatkan diri pada Allah) seorang hamba dengan haq (benar). Sebab, jika seorang hamba tidak memiliki

pengetahuan tentang akidah yang benar, dikhawatirkan jalan menuju Allah bisa salah atau bahasa lumrahnya, bisa sesat. Oleh sebab itu, bagi seorang da’i, materi akidah ini harus diutamakan dalam berdakwah.


(35)

27 

Aspek aqidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah adalah masalah aqidah atau keimanan.

Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah Islam disebut Tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Dalam Islam, Aqidah merupakan I’tiqad Bathiniyyah yang mencakup masalah-masalah yang erat kaitannya dengan rukun Iman. Allah SWT berfirman dalam Qs. An-Nisaa’(4) :36:

*

(

ß

ç

6

ô

ã

$

#

u

ρ

©

!

$

#

Ÿ

ω

u

ρ

(

ä

.

Î

ô

³

è

@

Ï

μ

Î

/

$

\

ø

x

©

(

È

ø

t

$

Î

!

θ

u

ø

9

$

$

Î

/

u

ρ

$

Y

Ζ≈

|

¡

ô

m

Î

)

É

Î

/

u

ρ

4

n

1

ö

à

)

ø

9

$

#

4

y

ϑ≈

t

G

u

Š

ø

9

$

#

u

ρ

È

⎦⎫

Å

3≈

|

¡

y

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

Í

‘$

p

g

ø

:

$

#

u

ρ

Ï

Œ

4

n

1

ö

à

)

ø

9

$

#

Í

‘$

p

g

ø

:

$

#

u

ρ

É

=

ã

Ψ

à

f

ø

9

$

#

É

=

Ï

m$

¢

Á9

$

#

u

ρ

É

=

/

Ζ

y

f

ø

9

$

$

Î

/

È

ø

$

#

u

ρ

È

≅‹

Î

6

¡

¡9

$

#

$

t

Β

u

ρ

ô

M

s

3

n

=

t

Β

ö

Ν

ä

3

ã

Ζ≈

y

ϑ

÷

ƒ

r

&

3

¨

β

Î

)

©

!

$

#

Ÿ

ω

=

Ï

t

ä

t

Β

t

β%

Ÿ

2

Z

ω$

t

F

ø

ƒ

è

Χ

#

·

‘θ

ã

s

ù

∩⊂∉∪

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”18

Sebab aqidah (keimanan) ini diturunkan lebih dahulu sebelum diturunkannya perintah dan ajaran Islam tentang ibadah, syariat dan muamalat. Sirah Nabawiyah mengajarkan bahwa materi pertama yang

      


(36)

28 

menjadi landasan utama ajaran Islam adalah masalah yang berkaitan dengan pembinaan akidah.

Aqidah Islam juga menuntut hanya Rasul Muhammad saw sebagai satu-satunya panutan di antara semua makhluk yang ada. Tidak boleh mengikuti selain Rasulullah Muhammad, dan tidak diterima selain dari beliau. Beliaulah yang telah menyampaikan syari’at Rabbnya. Tidak diperkenankan mengambil syari’at selain dari beliau (siapapun orangnya), atau dari agama dan ideologi selain Islam, atau dari para pakar hukum. Seorang muslim wajib mengikuti dan mengambil hukum hanya dari Rasul SAW.

Aqidah dalam Islam adalah bersifat I’tiqadi Batiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah keyakinan atau aqidah ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad, SAW: “Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikatnya, Kitab-kitabnya, Para Rasulnya, hari akhir, dan adanya takdir baik dan buruk (yang diciptakan oleh-Nya” (HR. Muslim dari

Umar)

Ciri-ciri yang membedakan antara aqidah dengan kepercayaan lain adalah:


(37)

29 

b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam.

c) Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan

Orang yang memiliki iman yang benar (hakiki) akan cenderung untuk berbuat baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena perbuatan jahat akan berkonsekuensi pada hal-hal buruk. Iman inilah yang berkaitan dengan dakwah islam dimana amar ma’ruf nahi mungkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama dari

suatu proses dakwah. 2. Masalah Syariat

Secara etimologi kata syari’ah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara’a yang berarti jalan. . Secara terminologis, Muhammad Ali al-Sayis mengartikan syari’ahdengan jalan “yang lurus”. Kemudian pengertian ini dijabarkan menjadi: “Hukum Syara’ mengenai perbuatan manusia yang dihasilkan dari dalil-dalil terperinci”. Syekh Mahmud Syaltut mengartikan syari’ah sebagai hukum- hukum dan tata aturan yang disyariahkan oleh Allah bagi hamba-Nya untuk diikuti.

Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan


(38)

30 

akhirat. Syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT.

Materi dakwah yang bersifat Syari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan moral. Materi dakwah in dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat persoalan pembaruan. Sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.

Hukum atau syari’ah seperti wajib, haram, sunah, makruh dan mubah. Hukum-hukum tersebut tidak saja diterangkan klasifikasinya, melainkan juga hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya. Seorang da’i jangan hanya menyampaikan suatu hukum masalah, bahkan juga harus mampu memberi motivasi dan solusi untuk melaksanakan hukum itu. Semisal, jangan hanya menyampaikan bahwa menjadi PSK hukumnya haram, bahkan juga harus bisa memberi motivasi dengan baik dan bijak, serta memberi solusi yang jitu agar si PSK berhenti dari perbuatannya itu. Semisal, jika si PSK melakukan itu karena masalah ekonomi maka si da’i harus memberi peluang pekerjaan.


(39)

31 

3. Masalah Akhlak

Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan secara terminology, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi’at atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Sabda Rasulullah: sesungguhnya aku diutus dipermuka bumi ini untuk menyempurnakan Akhlak.

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya, Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran yang bersumber dari Allah SWT.


(40)

32 

Pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Akhlak merupakan ekspresi mulia bagi seseorang, lebih-lebih bagi para da’i.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi sifat Allah SWT, pasti dinilai baik oleh manusia sehingga harus dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.

4. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Statement ini dapat dipahami dengan alasan :

a. Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis mencakup proporsi terbesar sumber hukum dengan urusan muamalah. Dalam Al-Qur’an Allah.SWT berirman: Qs-Ali-Imran (3): 130:

$

y

γ

ƒ

r

'

¯

t

ƒ

š

⎥⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

ã

Ψ

t

Β#

u

Ÿ

ω

(

è

=

à

2

ù

'

s

?

(

#

#

θ

t

/

Ìh

9

$

#

$

Z

≈

y

è

ô

Ê

r

&

Z

π

x

y

è≈

Ÿ

Ò

Β

(

(

à

)

¨

?

$

#

u

ρ

©

!

$

#

ö

Ν

ä

3

ª

=

y

è

s

9

t

βθ

ß

s

Î

=

ø

è

?

∩⊇⊂⊃∪


(41)

33 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”19

b. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan.

c. melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjarn lebih besar dari pada ibadah sunnah.

Seorang da’i harus menunjukkan sikap yang baik dalam kehidupan berinteraksi. Sebenarnya, dalam hal inilah yang lebih utama dan penting dalam berdakwah. Lebih besar pengaruhnya jika berdakwah melalui sikap dalam bergaul. Dan juga, ibadah seseorang yang baik akan dinilai dari pola interaksi dalam kehidupan sosial.

Berkaitan dengan materi dakwah ini Barmawy Umari menjelaskan bahwa materi dakwah ada sepuluh bagian, yaitu:

a. Aqidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian aqidah Islamiah yang berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala perinciannya.

b. Akhlak, yaitu menerangkan akhlakul karimah (akhlak yang

mulia) dan akhlakul mazmumah (akhlak yang tercela) dengan

segala dasarnya, hasilnya dan akibatnya, kemudian diikuti dengan contoh-contoh yang telah berlaku dalam sejarah.

      


(42)

34 

c. Ahkam, yaitu menjelaskan aneka ragam hukum yang meliputi soal-soal ibadah, muamalat, ahwalus syakhsiah yang wajib diamalkan oleh setiap muslim dan masalah lainnya.

d. Ukhuwah, yaitu menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki Islam antar penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap golongan lain (non) muslim.

e. Sosial, yaitu yang mengemukakan bagaimana solidaritas menurut hukum agama, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Haditshadits Nabi.

f. Kebudayaan, yaitu memupuk bentuk-bentuk kebudayaan yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi sesuai dengan ruang dan waktu.

g. Kemasyarakatan, yaitu menguraikan kontruksi masyarakat yang penuh ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.

h. Amar Ma’ruf, yaitu mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh Sa’adatuddaraini (Kebahagiaan dunia akhirat). i. Nahi Munkar, yaitu melarang manusia dari perbuatan jahat agar

terhindar dari mala petaka yang akan datang.20

      


(43)

35 

Pada hakikatnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

a. Masalah keimanan (Aqidah) b. Masalah Keislaman (Syariah)

c. Masalah Budi Pekerti (Akhlakul karimah) d. Metode Dakwah

Secara etimologi, kata metode berasal dari dua kata, yaitu meta yang

berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian,

arti metode ialah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.21 Metode dakwah dapat diaktualisasikan melalui dakwah yang disampaikan dengan hikmah, mauizzah hasanah dan mujadalah dengan cara yang baik dan tidak menggunakan paksaan ataupun kekerasan. Selain itu juga dengan melalui Tarbiyah Islamiyah yang asasnya adalah minhaj al-qur‟an dan metode rasul yaitu dengan menanamkan akhlak yang mulia, nilai-nilai kehidupan yang kokoh dan pemahaman Islam yang benar. Serta mendirikan bangunan Islami sebagai tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam. 22

      

 M. Munir, dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 6 


(44)

36 

Cara-cara berdakwah ditegaskan dalam al-qur’an, surat An-nahl ayat 125, yaitu:

ä

í

÷

Š

$

#

4

n

<

Î

)

È

≅‹

Î

6

y

y

7

În

/

u

Ï

π

y

ϑ

õ

3

Ï

t

ø

:

$

$

Î

/

Ï

π

s

à

Ï

ã

ö

θ

y

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

Ï

π

u

Ζ

|

¡

p

t

ø

:

$

#

(

Ο

ß

γ

ø

9

Ï

‰≈

y

_

u

ρ

©

É

L

©

9

$

$

Î

/

}

Ï

δ

ß

|

¡

ô

m

r

&

4

¨

β

Î

)

y

7

/

u

u

θ

è

δ

Þ

Ο

n

=

ô

ã

r

&

y

ϑ

Î

/

¨

|

Ê

t

ã

Ï

&

Î

#

Î

6

y

(

u

θ

è

δ

u

ρ

Þ

Ο

n

=

ô

ã

r

&

t

⎦⎪

Ï

t

G

ô

γ

ß

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

∩⊇⊄∈∪

Artinya. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.23

Berdasarkan ayat di atas, terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan metode dakwah, yaitu:

a) Dakwah bil hikmah, yaitu dakwah dengan perkataan yang jelas, tegas,

benar, serta dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Metode ini cocok untuk mereka yang mempunyai daya nalar yang tinggi dan memiliki kemampuan lebih dalam menangkap makna yang disampaikan dan bersikap kritis.

b) Dakwah bil mau’izhah hasanah, yaitu dakwah dengan tutur kata yang

membawa kepada kebaikan melalui penyampaian kabar gembira, peringatan, kisah-kisah terdahulu, dan berbagai perumpamaan.

      


(45)

37 

c) Dakwah bil mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran

dengan cara yang baik dengan argumentasi yang kuat, tanpa menyinggung perasaan. Metode ini cocok bagi kaum intelektual yang menyukai hal-hal yang bersifat rasional.24

Metode dakwah sangat diperlukan dalam proses dakwah guna keberhasilan dan perkembangan dakwah Islam. Tanpa metode dakwah yang tepat dan sesuai dengan kontekstualitasnya, sulit rasanya perkembangan dakwah akan berhasil dengan baik. Berdakwah pada era modern, yang sasarannya semakin kompleks dan heterogen menuntut pelaksanaan dakwah secara metodologis agar dapat sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman.

e. Alat atau Media Dakwah

Arti media bila dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media merupakan

jamak dari pada kata “median” tersebut. Pengertian media secara istilah

berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.25 Media yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efesien. Jabatan dan sebagainya. Jadi media dakwah adalah perantara atau penghubung yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan

pesan-      

24 Fakhruddin Ar-Razi, Mafatih Al-Ghaib, yang di akses dari http://www.altafsir.com 25 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam…, h. 165. 


(46)

38 

pesan dakwah pada mad’u. Dalam kamus istilah komnikasi, media berarti

sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya atau keduanya. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat Bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Adapun bentuknya dan jenisnya berupa ragam.26

Ada dua macam media dilihat dari segi sifatnya, yaitu:

a) Media tradisional, yaitu berbagai macam benda seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan didepan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan dan sebagainya.

b) Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti: surat kabar, radio, televisi dan sebagainya.27

Fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Pada dasarnya media dakwah terbagi pada media cetak dan media elektronik. Media cetak dicontohkan seperti surat kabar, buku dan majalah. Sementara media elektronik dicontohkan dengan radio, televisi, dan internet.

      

26 Ghozali B C. TT, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227.

27 Adi Sasono, Solusi Islam atas problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah, (Jakarta:


(47)

39 

f. Tujuan Dakwah

Adapun mengenai tujuan dakwah, Toto Tasmara sebagai pakar komunikasi pernah menyampaikan, tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan, baik secara individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut.28

Sementara itu, menurut Shiddiq Amin dalam Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi menjelaskan bahwa tujuan

dakwah ialah memahami, mengimani, menilai antara hak dan batil, mengamalkan, dan mengajarkan ajaran Islam.29 Pokok tujuan dakwah adalah memenuhi perintah Allah dengan melaksanakan perintah-Nya, untuk mengajarkan manusia berbuat baik, dan melarang berbuat keji dan munkar, sebagaimana tercantum di dalam surat Ali-Imran ayat 110:

ö

Ν

ç

ä

.

u

ö

y

z

>

π

¨

Β

é

&

ô

M

y

_

Ì

÷

z

é

&

Ä

¨$

¨

Ψ=

Ï

9

t

βρ

â

ß

Δ

ù

'

s

?

Å

∃ρ

ã

÷

è

y

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

š

χ

ö

θ

y

γ

÷

Ψ

s

?

u

ρ

Ç

t

ã

Ì

x

ß

ϑ

ø

9

$

#

t

βθ

ã

Ζ

Ï

Β

÷

σ

è

?

u

ρ

«

!

$

$

Î

/

3

ö

θ

s

9

u

ρ

š

t

Β#

u

ã

÷

δ

r

&

É

=≈

t

G

Å

6

ø

9

$

#

t

β%

s

3

s

9

#

Z

ö

y

z

Ν

ß

γ

©

9

4

ã

Ν

ß

γ

÷

Ζ

Ïi

Β

š

χθ

ã

Ψ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

ã

Ν

è

δ

ç

s

Y

ò

2

r

&

u

ρ

t

βθ

à

)

Å

¡≈

x

ø

9

$

#

∩⊇⊇⊃∪

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih       

 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: GMP, 1987), h. 7 

 Shiddiq Amin, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung:


(48)

40 

baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.30

Dakwah juga bertujuan untuk memanggil kepada syariat dan memecahkan persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjama’ah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara, dan berantar Negara, dakwah juga bertujuan memanggil kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas ini yang berisikan manusia berbagai jenis dan bermacam kepercayaan, yakni fungsi sebagai Syuhada, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah SWT.31 Dengan tujuan yang jelas, dakwah mudah dikemas sesuai dengan keahlian atau teknologi yang berkembang. Dengan demikian, tujuan dakwah hendaknya menjadi titik ukur terbesar dari setiap kegiatan dakwah.

3. Bentuk-bentuk Dakwah

Berdasarkan bentuk-bentuk penyampaiannya metode dakwah dapat dikelompokkan dalam tiga katagori yitu :

a) Dakwah Bil-Lisan, yaitu dakwah dilakukan dengan menggunakan lisan. b) Dakwah Bil-Qalam, yaitu dakwah dengan menggunakan tulis menulis

berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur bulletin dan sebagainya.

      

30 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989), h. 94. 31 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: GIP, 1999), cet. Ke-1, h. 70. 


(49)

41 

c) Dakwah Bil-Haal, yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah.32 Sedangkan Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar strategi dakwah menyatakan bentuk-bentuk dakwah adalah:

a) Dakwah Bil-Lisan

Metode dakwah Bil-Lisan adalah merupakan salah satu cara di dalam penyampaian pesan-pesan dakwah dengan menggunakan lisan atau dikenal juga dengan istilah metode ceramah. Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh cirri karakteristik bicara oleh seorang da‟i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, sambutan, mengajar dan lain sebagainya. Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang dipergunakan oleh da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha nenyampaikan risalah-Nya. Dengan demikian untuk dakwah Bil-Lisan merupakan ilmu yang membicarakan tentang cara-cara berbicara di depan massa (orang banyak), dengan tutr kata yang baik agar mampu mempengaruhi para pendengar untuk mengikuti paham ajaran yang dipeluknya. Oleh karena itu antara metode ceramah dengan bentuk

      

32 Rafi udin dan Maman Abdul Dzaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah. (Bandung: Pustaka Setia, 1997),


(50)

42 

dakwah Bil-Lisan tidak ada perbedaan yang prinsifil namun hanyalah berbeda istilah belaka (sinonim).33

b) Dakwah Bil Qalam

Suatu cara atau retorika di dalam penyampaian isi dakwah dengan cara melalui qalam (tulisan). Dalam hal ini dapat dicontohkan melalui media cetak (surat kabar dan majalah). Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih memerlukan suatu adaptasi terhadap kemajuan ini, artinya dakwah dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan ragam mad‟u. atau dengan bahasa lain dakwah yang demkian merupakan Dakwah yang komunikatif.34

c) Dakwah Bil Haal

Dakwah Bil-Haal adalah suatu istilah yang terdiri dari dua kata yang digabungkan yaitu kata dakwah dan kata hal (ﻝ ﺎﺣ ) yang berarti berubah, haal (ﻝ ﺎﺣ ) berarti hal ikhwal. Haal (ﻝ ﺎﺣ ) bisa juga berarti perpindahan, gerakan (gerak), berarti menunjukkan keadaan.35 Kata Bil-Haal berarti menunjukkan suatu keadaan atau tindakan, sedangkan dakwah secara umum mengandung arti suatu usaha untuk merubah dan memperbaiki

      

 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam…, hh. 104-105 

 Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership (Bandung: Di Ponegoro, 1972),

hh. 47-48.

35 Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penterjemah Al-Qur’an,


(51)

43 

keadaan yang kurang baik kearah yang lebih baik dalam kaitan ini dakwah Bil-haal sebagai uraian dalam upaya dakwah dengan menggunakan metode praktis dalam menjalankan dan memperaktekan ajaran agama itu sendiri. Secara umum pengertian dakwah Bil-Haal adalah segala gerak amal perbuatan dalam berinteraksi terhadap sesama manusia, alam dan lingkungannya, baik perbuatan itu berupa ibadah, akhlak maupun muamalah yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam untuk mencapai keridhoan Allah. Pengertian dakwah Bil-Haal secara luas adalah seluruh kegiatan dakwah di dalam bentuk perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan suatu lingkungan masyarakat.36 Bil Haal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah Bil-Haal dapat dilakukan misalnya, dengan tindakan nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara kongkrit oleh masyarakat, seperti pembangunan rumah sakit atau fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kemaslahatan umat.37

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Mengingat banyaknya Kiprah Dakwah oleh sejumlah tokoh, maka peneliti menemukan sebanyak lima penelitian terdahulu yang relevan.

      

36 Husein As Segaf, Pembangunan nasional Dakwah Bil Haal, (Mimbar Ulama No. XV/ 159), h. 66.


(52)

44 

Adapun penelitian terdahulu itu :

1. Kiprah Dakwah Ustadz Ahmad Ghozali melalu Majlis Ta’lim Miftaahussa’adah di Kelurahan Setu Tangerang Selatan Oleh Hasanudin Nim : 102051025593 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun dalam penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada mad’uhnya yaitu masyarakat setempat sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu fokus kepada majlis dan penelitian saya lebih kepada dakwah bil hal.

2. Pemikiran dan Kiprah K.H. Mahrus Amin Oleh Pahlevy Nim : 105051001984 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun persamaan dengan penelitian terdahulu adalah fokus kepada dakwah bil hal sedangkan perbedaannya penelitian terdahulu fokus kepada para santri dan penelitian saya kepada masyarakat pada umumnya.

3. Kiprah Dakwah Beben Supendi Mulyana Oleh Adi Sucipto Rahman Nim: 108051000011 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan dakwah bil hal sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunakan music dan penelitian saya secara komunikasi.


(53)

45 

4. Kiprah Dakwah Dr.Kh.Ahmad Dimyathi Badruzzaman, Ma Oleh Indira Prajnahita Nim : 0110055572 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan dakwah bil hal sedangkan perbedaannya penelitian terdahulu fokus kepada santri dan penelitian saya kepada masyarakat .

5. Kiprah Dakwah Kh. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab Dipondok Pesantren Az- Zainiyyah Sukabumi Oleh Runi Amaliyah Nim : 0110086390 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun persamaan dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan dakwah bil hal sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu fokus kepada santri dan penelitian saya kepada masyarakat


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Guna mengungkap realita sosial yang ada dalam memaknai sebuah fenomena kiprah dakwah Sarep Tambak Oso, sebagaimana seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya harus menggunakan jenis metode penelitian.

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari Bahasa

Inggris reseach. Research sendiri berasal dari kata re yang berarti “kembali” dan to

search artinya “mencari” dengan demikian maka reseach berarti “mencari kembali”.1

Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah dalam mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti penelitian harus

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.2

A. Pendekan dan Jenis Penelitian

Guna mengungkap realita sosial yang ada dalam usaha untuk menganalisis kiprah dakwah Sarep Tambak Oso, perlu kiranya menggunakan metodologi yang tepat. Metodologi penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-lahkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

      

1 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h.1


(55)

47

dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

selanjutnya dicari cara pemecahannya3.

Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Maksudnya adalah data-data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, dokumen, gambar, dan bukan angka-angka.4

Deskriptif, yaitu metode penelitian yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), proses yang sedang berlangsung, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang yang

dapat diamati.5

Alasan Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kriprah dakwah

Sarep Tambak Oso.

2. Berusaha menampilkan secara utuh yang membutuhkan kecermatan dalam

pengamatan dan pemaparan sehingga dapat difahami secara menyeluruh hasil dari penelitian.

       3 Ibid, h. 1

4 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003) h. 11 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D Cet 20, h. 4


(1)

84 

dadi penghalangku…. Gawe nggagahi tambakne

mbakyuku…..!! Kosok baline…., Koen sak iki dadi jagoan kesohor sing ora onok tandinganne Di….!!”

Paidi : “Inggih Juragan….!!”

Sarip : “Jarene sopo aku wis mati….!!” Paidi + Paman : “Saaaariip…….!! Isik urip……?!”

Sarip : “Yooo…..!! Aku isik urip….!! Ndelok kelakuanmu sing koyok ngono Man….!! Dadi wong serakah…., tego mentolo karo wong cilik….!! Wis gak onok ampun maneh…..!! Rasakno iki……!!”

Paman Sarip : “Aaaaaaaaaakkkkh…….!!” Paidi : “Juragan……….!!”

Sarip : “Sak iki…., kari aku karo koen Di…..!! Ayok diterusno tarung maneh…..!! Mboh sing mati aku opo koen sak iki sing mati…..!!”

Paidi : “Jangkriiik……!! Koen durung kapok’ae Rip…..!! Tak kepruk endasmu pecah dadi sak walang-walang….!!” Sarip : “Ayo maju’o Di….!! Tak suduk wethengmu mbrodol

Ususmu….!!”

Paidi + Sarip : “Hiaaaaaaaatttt…….!!”

---

Paidi : “Panceni koen bener-bener jagoan Rip…!! Sak iki cobak tampanono aji-ajiku Rip……!! Aji Glodok Geni……!!”

Sarip : “Iyo…. tak tampani karo Aji-ajiku Di….Aji Tapak Saketi…..!!”

Paidi + Sarip : “Hiaaaaaaattt…….!!” Backgraund : DUAAAAAAAR…….!!”

Sarip : “Paman…..Paidi podho wis mati…. Dadi antek-antek’ke bongso Londo pancene kudhu digawe bongko… Kari

bongso kompeni londo sing durung tak basmi…. Abot- abote mbelo bongso-negoro…. Tak rewangi awan bengi ora wedi mati…. Aku Sarip Tambak Oso…… Wong Londo kabeh kudhu minggat tekok Tanah Jawa ….!!”

 


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian skripsi yang sudah penulis bahas maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingat kembali hal – hal yang penting dan sekaligus sebagai inti sari daripada skripsi ini:

1. Asal - usul tersebut tersebut dapat kita pelajari sekaligus mengambil hikmah darinya bahwa masih sangat banyak kisah kisah yang menarik bahkan sangat Nusantara terlebih Masuarakat Jawa khususnya di wilayah Jawa Timur. Karena kisah Kisah seperti Sarep Tambak Oso ini adalah merupakan budaya sekaligus menjadi suri tauladan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dari Kisah Sarep Tambak Oso kita dapat mempelajari kesopan santunannya kepada orang tua akhlaq kepada sesame dan membaur mencintai seluruh manusia tanpa memandang ras suku bangsa dan agama maupun warna kulit. Karena Sarep Tambak Oso mencermikan sifat Rasulullah SAW sendiri sebagai manusia Rahmatan Lil Alamin.

2. Ditegaskan dalam ludruk juga yang merupakan sumber reverensi penulis juga yaitu Pesan lokal dan pesan Islam dalam cerita “ Sarep Tambak Oso” secara garis besar terbagi atas empat. Pertama, perjuangan. Kedua, kebesaran hati. Ketiga, akhlaq. Keempat, ajaran moral agama. Dalam cerita “Sarep Tambak


(3)

86 

Oso”, mengisahkan seorang pemuda yang rela berjuang membela rakyat dari penjjajah Belanda yang terjadi di daerah desa Tambak Oso, Sidoarjo. Hal yang bisa dipetik menumbuhkan jiwa nasionalisme sedini mungkin kepada anak muda. Kedua yaitu tentang peran Ibu Sarep Tambak Oso sendiri, secara garis besar terdapat pesan lokal dan pesan Islam pada Ibu Sarep Tambak Oso terbagi empat hal. Pertama, kesabaran. Kedua, qona’ah. Ketiga, keberanian. Keempat, kegigihan. Bisa dibayangkan bagaimana saat Sarep Tambak Oso meninggal dunia tetapi seketika itu pula ibunya memanggil namanya dan langsung kembali bangkit dan hidup kembali.

B. Saran-Saran

1. Alang indahnya Indonesia ini, jika kisah kisah teladan para pahlawan lebih diperhatikan kembali, para pahlawan yang berada dibelakang layar seperti Mbah Sahlan Krian, Mbah Ud Pagerwejo, Sarep Tambak Oso dll.

2. Kepada masyarakat Jawa Timur harus merasa bertanggung jawab terhadap sejarah yang terkubur begitu saja, demi menemukan jati diri Jawa Timur yang sesungguhnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Saleh Abdul Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1997). Sasono Adi, Solusi Islam atas problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998).

Mubarok Akhmad, MA, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pusaka Firdaus, 1999). Syukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983). Barmawy Umar, Azas-azas Ilmu Dakwah (Solo: CV. Ramadhani, 1987).

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1995).

Ghozali B C. TT, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992).

Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981). Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership (Bandung: Di

Ponegoro, 1972)

H. Aqib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Pustaka Panji Mas,1984).

H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabya: Usaha Nasional, 1982).

Husein As Segaf, Pembangunan nasional Dakwah Bil Haal, (Mimbar Ulama No. XV/ 159).


(5)

87   

H. M. Arifin, M. Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).

Ibnu Hilmi Areal (ED), Dakwah Manhaj, (Jakarta: Tahjim Press, 1993). Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993).

Jum’ah Amin Abdul Ajis, Fiqih Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000).

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003).

Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penterjemah Al-Qur’an, 1973).

M. Munir, dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006). M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: GIP, 1999).

Rafi udin dan Maman Abdul Dzaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah. (Bandung: Pustaka Setia, 1997).

Shiddiq Amin, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000).

Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D Cet 20 (Bandung: Alfabeta, 2014).

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: GMP, 1987).


(6)

88   

WJS Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976).

Wawancara:

Wawancara dengan Kh Agoes Ali Masyhuri di kediamannya 16 Desember 2016

Internet:

Fakhruddin Ar-Razi, Mafatih Al-Ghaib, yang di akses dari http://www.altafsir.com Blog punakawan Suroboyo. Selasa, 24 Juni 2014