Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Klarifikasi Kasus Tertangkapnya Ketua PWNU Banten dalam Razia Penyakit Masyarakat Di Harian Radar Banten

(1)

ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PEMBERITAAN

KLARIFIKASI KASUS TERTANGKAPNYA KETUA PWNU

BANTEN DALAM RAZIA PENYAKIT MASYARAKAT DI

HARIAN RADAR BANTEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Arsitta Aghniya Mursalati NIM : 1110051100104

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 23 September 2014


(5)

i ABSTRAK

Arsitta Aghniya Mursalati

Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Klarifikasi Kasus

Tertangkapnya Ketua PWNU Banten dalam Razia Penyakit Masyarakat di Harian Radar Banten

Belakangan ini Banten menjadi sorotan media massa di Indonesia, seorang Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Banten yang juga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten terkena razia penyakit masyarakat di Jambi. Satu pihak menganggap hal tersebut biasa, karena beliau juga manusia. Namun di pihak lain menganggap hal tersebut tidak pantas karena beliau adalah ketua PWNU Banten.

Penelitian ini menganalisis pemberitaan yang berjudul “Ulama NU Minta

Klarifikasi Zainal” di harian Radar Banten. Dari persoalan tersebut, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana harian Radar Banten mewacanakan kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin dilihat dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial?. Dan Adakah tendency

tertentu di balik pemberitaan tertangkapnya Zainal Muttaqin sebagai pemimpin Islam?.

Peneliti menganalisis pewacanaan tersebut menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. Model analisis ini melihat wacana dengan mengkritisi pada elemen teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dalam pemberitaan, Zainal Muttaqin selaku ketua PWNU Banten melakukan tabayyun

terhadap kasus itu. Beliau meminta maaf kepada para Ulama Banten.

Penelitian ini meggunakan teori kecurigaan model Dennis K. Mumby. Menurutnya, prinsip penting pendekatan studi kritis adalah organisasi tidak dipandang sebagai tempat pembentukan makna yang netral. Tetapi juga tempat menghasilkan kembali makna dalam konteks pertarungan antara kelompok-kelompok kepentingan. Teori ini mempertanyakan mengenai struktur ideolgi, kekuasaan dan pengawasan secara mendalam pada organisasi.

Analisis ini juga menjawab rumusan masalah mengenai ada atau tidaknya

tendency di balik pembuatan berita tersebut. Kesimpulan mengenai hal tersebut didapat dengan melihat teks yang sudah dianalisis sebelumnya. Kemudian analisis teks tersebut disambungkan dengan hasil wawancara peneliti dengan wartawan dan redaktur pelaksana harian Radar Banten.

Dari kesimpulan singkat diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa model Teun A. van Dijk memiliki tiga elemen yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Menurut Mumby, organisasi merupakan tempat suatu pembentukan makna atau penghasilan makna. Kemudian hasil analisis tersebut disambungkan dengan teori yang digunakan peneliti.


(6)

ii Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat yang begitu besar sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan paa pengikutnya.

Syukur Alhamdulillah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul, “Analisis Wacana Kritis terhadap Pemberitaan Klarifikasi Kasus Tertangkapnya Ketua PWNU Banten dalam Razia Pennyakit Masyarakat di Harian Radar Banten.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar Strata 1 (S1), di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan sampai masa penyelesaian skripsi ini peneliti mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M. Ag. Serta pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, MA. Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag.


(7)

iii

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M. Si beserta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. yang membantu dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsinya.

3. Dosen pembimbing skripsi, Dr. H. Ilyas Ismail, M.A yang telah membimbing peneliti dalam segala hal, terutama dalam menyelesaikan skripsi, sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan lancer.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwa dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang telah diberikan kepada peneliti selama ini.

5. Segenap staf tata usaha beserta staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Harian Radar Banten khususnya Bapak Lutfi selaku redaktur pelaksana. Dan wartawan penulis berita “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal” yang telah banyak membantu peneliti, Bapak Gugun.

7. Kedua orang tua tercinta, Ibu Rahmanidar dan Bapak Iskandar yang telah banyak memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran dan harta mereka untuk membesarkan peneliti. Maaf kalau sampai saat ini mungkin belum menjadi yang diinginkan. Alhamdulillah akhirnya kaka sebentar lagi diwisuda. 8. Ibu Musliana, nenek dari peneliti yang sudah banyak membantu dan

mendengarkan keluh kesah dan memberi semangat selama ini kepada peneliti. Bayu Aditya yang meskipun sangat mengesalkan sebagai seorang om, tapi terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama ini. Terima kasih juga kepada aunty Rini Safitri.


(8)

iv

saat bosan. Semoga cepet selesai skripsinya. Untuk Dudayev, semoga cepat menjadi seorang hafidz al-Quran.

10.Teman-teman MAN 1 Tangerang, Gita, Tia, Vivi, Ulan, Neni, Amel dll yang sudah memberi semangat kepada peneliti agar segera lulus.

11.Teman-teman mahasiswa seperjuangan, Rosa, Fitri, Mega, Devi, Rani, Ririn, dan Voni yang telah memberi warna indah selama menjadi mahasiswa. Kepada Ufi, Nandri, Kaafah, Kenwal dan teman-teman J.Co lainnya.

12.Anggota KKN KITA 2014. Abang Azhar, Awa, Ima, Ahmad, Hilman, Huzaimi, Restu, Heni, Vivi, dan Ibnu. KKN tanpa kalian mungkin akan terasa membosankan.

13.Kepada semua yang telah mendoakan dan memberi semangat kepada peneliti. Kepada yang sudah menemani peneliti dan memberi semangat ketika berkeluh kesah. Maaf tidak bisa menyebutkan satu-satu, tapi ucapan terima kasih ini juga untuk kalian.

14.Kepada seluruh teman-teman Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, teman-teman Klise, Iranian Corner, teman-teman konsentrasi jurnalistik, dan semua teman-teman mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

v

Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan. Namun peneliti telah berusaha untuk semaksimal mungkin dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 September 2014


(10)

vi

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………... 5

C. Tujuan Penelitian……….… 6

D. Manfaat Penelitian……….….. 6

E. Metodologi Penelitian……….. 7

F. Sistematika Penulisan……….. 14

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori 1. Teori Kecurigaan………... 15

2. Analisis Wacana Kritis/Critical Discourse Analysis…… 17

B. Kerangka Konseptual dalam Berita 1. Berita………. 32

2. Klasifikasi Berita………... 33

3. Struktur Berita………... 34

4. Kriteria Umum Nilai Berita………... 34

BAB III GAMBARAN UMUM A. Harian Radar Banten 1. Sejarah dan Perkembangan………... 37

2. Visi dan Misi………. 41

3. Anak Perusahaan Radar Banten……… 42

4. Segmentasi Pembaca dan Perjalanan……… 42


(11)

vii

B. Pandangan Islam dalam Menanggapi Sebuah Pemberitaan….49 BAB 1V HASIL PENELITIAN

A. Temuan Data……… 54

B. Hasil Penelitian……… 65

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan……….. 70

B. Saran……… 71

DAFTAR PUSTAKA………... 72


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kerangka Analisis Teun A. van Dijk……… 20

Tabel 2. Struktur Teks………. 22

Tabel 3. Elemen Teks pada Wacana Teun A. van Dijk………... 23

Tabel 4. Skema Teun A. van Dijk pada Struktur Kognisi Sosial………..….. 29

Tabel 5. Analisis Elemen Struktur Makro……… ……….. 56

Tabel 6. Analisis Elemen Superstruktur……….…. 57

Tabel 7. Analisis Elemen Struktur Mikro (Semantik)………. 59

Tabel 8. Analisis Elemen Struktur Mikro (Sintaksis)……….. 61

Tabel 9. Analisis Elemen Struktur Mikro (Stilistik)………... 62

Tabel 10. Analisis Elemen Struktur Mikro (Retoris)……….. 64

Tabel 11. Hasil Analisis Peneliti……….… 65

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk……….. 19


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang diketahui, saat ini Banten menjadi sorotan media massa di Indonesia. Hal tersebut karena banyaknya kasus di Banten yang melibatkan para petinggi daerahnya, misalnya kasus korupsi. Tetapi tidak hanya kasus korupsi yang menjerat para petinggi di Banten. Pada Kamis, 27 Februari 2014, kepala Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan Daerah (DPPKD) Banten, Zainal Muttaqin, terkena razia penyakit masyarakat (pekat). Beliau dibawa Tim Opsnal Polda Jambi ke Mapolda Jambi.1

Zainal Muttaqin bukan hanya seorang ketua DPPKD Banten, tetapi beliau juga seorang ketua ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten. Pada Senin, 3 Maret 2014 dia juga sempat diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi saksi atas kasus korupsi Ratu Atut Chasiyah pada Pemilukada di Lebak, Banten.2

Oleh karena itu ketua PWNU Banten tersebut, beberapa kali menjadi pembahasan pada pemberitaan di harian Radar Banten. Adapun pemberitaan yang berjudul Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal yang menjadi perhatian

1 Kepala DPPKD Ba te Ikut Dia a ka , Radar Banten

, 1 Maret 2014, h.1.

2Ade Jahra . Zai al Mutta i Diperiksa KPK, artikel diakses pada Maret dari


(14)

peneliti untuk menelitinya. Karena pada pemberitaan itu, wartawan seperti punya maksud tersendiri dibalik penulisan beritanya.

Isi berita tersebut ialah mengenai pertemuan di kantor Pengurus Wilayah NU Banten untuk melakukan tabayyun terhadap kasus yang menimpa Zainnal Muttaqin. Sekertaris PWNU Banten Endad Musaddad menjelaskan, berdasarkan klarifikasi, Zainal datang ke Jambi dalam rangka tugas DPPKD Banten Rabu (26/2). Endad memberikan klarifikasi bahwa sebelum Zainal Muttaqin pulang ke Banten, ia diajak teman lamanya untuk mencari hiburan di Jambi.

Zainal Muttaqin dan rombongan akhirnya memilih tempat karaoke untuk tempat hiburannya. Namun, kebetulan sampai di ruangan karaoke, ada operasi pekat yang digelar Polda Jambi. Dalam pemberitaan, Endad mengakui, Zainal memang sekedar mencari hiburan seraya diajak teman lama

di Jambi, tetapi ada pandangan kurang baik dari masyarakat. “Apalagi di pundak beliau sebagai ketua PWNU serta kepala DPPKD Banten,” ujarnya.3

Tidak hanya warga Banten saja yang merasa malu atas tindakan tersebut. Akan tetapi, sebagian pengikut Nahdlatul Ulama (NU) merasa kecewa atas tindakannya tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan para pengikut harian

Radar Banten di facebook. Pada Rabu, 5 Maret 2014, harian Radar Banten

melakukan pengumpulan pendapat masyarakat atas kasus Zainal tersebut di

3 Ula a NU Mi ta Klarifikasi Zai al,


(15)

3

facebook Radar Banten. Banyak pesan positif dan negatif yang dilontarkan para pengikut Radar Banten di fans page facebooknya.

Akan tetapi, tidak sedikit hujatan yang dilontarkan di sana. Hal tersebut karena mereka yang memiliki pandangan negatif, merasa bahwa pemimpin yang seharusnya memiliki akhlak yang baik malah melakukan perbuatan tercela tersebut. Perbuatan yang dilakukannya bukan menjadi suri tauladan yang baik, justru malah menjadi hujatan bagi para pengikutnya.

Zainal Muttaqin adalah pejabat Banten yang memiliki kekuasaan sebagai Kepala DPPKD Banten sekaligus Ketua PWNU Banten. Hal tersebut menjadi nilai negatif yang sangat menonjol di mata masyarakat. Hujatan dan celaan para pengikutnya menimbulkan kepercayaan dan asumsi bahwa dia tidak mungkin lagi menjadi ketua dari PWNU Banten.

Media massa tidak hanya hanya sebagai alat untuk menyebarkan informasi di seluruh bagian bumi, tetapi juga alat untuk menyusun agenda, serta memberitahu kita apa yang penting untuk dihadiri. Dalam bukunya, Stephen W. Littlejohn menjelaskan tentang pendapat yang dikemukakan oleh George Gerbner mengenai media massa. George Gerbner menyimpulkan pentingnya media massa sebagai berikut:

“Kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan masalah, memberikan referensi umum, dan memindahkan perhatian dan kekuasaan”.4

4 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,

Teori Komunikasi. Penerjemah Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 405.


(16)

Oleh karena itu, media massa khususnya surat kabar harian Radar Banten

dirasa memiliki peran penting dalam mengkonstruksi berita tersebut. Analisis wacana kritis yang digunakan oleh peneliti dirasa cocok dalam penelitian ini. Karena bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk, subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. 5

Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa. Namun pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas/fakta yang diliput oleh wartawan, dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka oleh media massa.

Dengan demikian dapat pula dikatakan secara sederhana bahwa dalam suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana/keadaan, orang, dan benda bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan upaya untuk mengkonstruksi realitas.6

Untuk itu, peneliti merasa bahwa kasus tersebut sangatlah menarik. Alasan peneliti memilih harian Radar Banten karena Zainal Muttaqin sendiri merupakan orang terpandang di Banten yang memimpin PWNU Banten dan kepala DPPKD Banten.

5

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), h.6.

6


(17)

5

Oleh karena itu, dari permasalahan yang ada, peneliti mengangkat judul,

“ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PEMBERITAAN

KLARIFIKASI KASUS TERTANGKAPNYA KETUA PWNU

BANTEN DALAM RAZIA PENYAKIT MASYARAKAT DI HARIAN

RADAR BANTEN. Dan pada akhirnya dapat menjawab kecurigaan terhadap berita yang dimuat di harian Radar Banten.

B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian

Batasan Masalah Penelitian

Merujuk pada latarbelakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti membatasi penelitian ini pada pemberitaan klarifikasi terhadap kasus tertangkapnya pemimpin Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten dan Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan (DPPKD) Banten, Zainal Muttaqin. Dia tertangkap oleh kepolisian saat digelarnya razia penyakit masyarakat (pekat) di sebuah tempat hiburan malam di Jambi.

Penelitian ini mencoba melihat bagaimana konstruksi berita yang dibuat oleh wartawan harian Radar Banten edisi 5 Maret 2014. Pada pemberitaan edisi ini, penulis memberitakan klarifikasi yang dilakukan Zainal Muttaqin selaku ketua PWNU Banten kepada para ulama di Banten. Penelitian ini menganalisis elemen-elemen penyajian berita yang berjudul, “Ulama NU

Minta Klarifikasi Zainal” terhadap kasus tertangkapnya ketua PWNU Banten dalam razia pekat di Jambi, dilihat dari elemen wacana Teun A. van Dijk


(18)

Rumusan Masalah Penelitian

Dari batasan penelitian yang ada di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana harian Radar Banten mewacanakan kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin dilihat dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial?.

2. Adakah tendency tertentu di balik pemberitaan tertangkapnya Zainal Muttaqin sebagai pemimpin Islam?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pewacanaan berita kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin dilihat dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. 2. Dan untuk mengetahui ada atau tidaknya tendency tertentu dibalik

pemberitaan tersebut.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada perkembangan ilmu komunikasi terutama komunikasi massa yang terkait


(19)

7

dengan model analisis wacana kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA) atas media massa khususnya model Teun A. van Dijk.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk para praktisi komunikasi khususnya dunia kewartaan dan mahasiswa. Khususnya mahasiswa Jurnalistik dan kepada pembaca pada umumnya. Serta diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh peneliti dan pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang konstektual bahasa yang digunakan dalam mengemas pemberitaan

E.Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan sendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Kaum kritis memandang bahwa adanya kekuatan-kekuatan yang berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses komunikasi.

Pandangan ini percaya bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media.7 Dalam teori kritis, pertanyaan yang pertama kali harus diajukan adalah mengenai objektivitas itu sendiri. Semua kategori sepert nilai berita dan objektif harus

7


(20)

selalu dipertanyakan, karena bisa menjadi alat kelompok dominan yang ada dalam masyarakat.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif. Karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif. Yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan. Kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.8

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis wacana kritis /

Critical Discourse Analysis (CDA) dengan model Teun A. van Dijk. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan gejala-gejala sosial yang terjadi dalam kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin menurut kacamata penulis berita (wartawan).

Kritik Teun A. van Dijk memiliki tiga struktur pewacanaan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Kritik ini juga memiliki tiga elemen teks terhadap kritik pewacanaan yang ada, yaitu struktur makro, superstruktur, dan

8


(21)

9

struktur mikro. Analisis Wacana Kritis (AWK) memandang bahwa adanya kontrol dalam pewacanaan terhadap suatu berita.

Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata-mata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis. Tetapi bahasa yang dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan yang menghubungkan dengan konteks.9

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kantor harian Radar Banten, Serang, Banten. Kantor harian Radar Banten beralamat di Jl. Kolonel Tb. Suwandi, Lingkar Selatan, Serang, Banten. Waktu penelitian dilakukan pada 19 Juni 2014 sampai 7 Agustus 2014. Wawancara juga dilakukan di rumah wartawan

penulis berita “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal”, Bapak Gugun di daerah Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah harian Radar Banten. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah berita klarifikasi kasus tertangkapnya ketua PWNU Banten, Zainal Muttaqin yang diberitakan oleh harian Radar Banten

pada edisi 5 Maret 2014. Objek penelitian dianalisis dengan cara membahas unsur-unsur yang terdapat pada berita tersebut. Unsur-unsur tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis model Teun A. van Dijk..

9


(22)

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.10 Peneliti mengobservasi penelitian dengan cara memahami berita mengenai klarifikasi kasus tertangkapnya Ketua PWNU Banten yang juga menjabat Kepala DPPKD Banten pada edisi 5 Maret 2014, Zainal Muttaqin dalam razia pekat yang dimuat di harian Radar Banten.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee).11 Ketika seorang peneliti melakukan wawancara mendalam berarti peneliti mengharapkan memperoleh informasi dari informan yang tidak dapat terungkap dari pertanyaan kuesioner.12 Wawancara dilakukan dengan wartawan yang menulis kasus Zainal Muttaqin di harian Radar Banten, Bapak Gugun. Wawancara juga dilakukan dengan redaktur pelaksana harian Radar Banten, Bapak Lutfi.

c. Dokumentasi

10 Imam Gunawan,

Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.143.

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.186.

12


(23)

11

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber seperti dokumen dan rekaman.13 Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan berita-berita yang berkaitan dengan kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin yang diberitakan oleh harian Radar Banten.

7.Teknik Analisis Data

Karena penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis (AWK) model Teun A. van Dijk, maka teknik analisis data dilakukan dengan cara menganalisis tiga struktur yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang terdapat pada berita tersebut. Dimana pada struktur teks, terdapat tiga elemen di dalam sebuah analisis. Tiga elemen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Struktur makro. Merupakan dimensi teks, yaitu makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks. Elemennya adalah tematik

2. Superstruktur. Yaitu kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Elemennya adalah skematik.

3. Struktur mikro. Struktur mikro merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Elemennya adalah semantik, sintaksis, stalistik, dan retoris.14

Sedangkan pada struktur kognisi sosial, peneliti menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang ditulis. Pada struktur analisis sosial, peneliti menganalisis bagaimana wacana

13 Imam Gunawan,

Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h.176.

14


(24)

yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan.

8. Tinjauan Pustaka

Acuan yang digunakan peneliti dalam penulisan peneitian ini adalah buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi beserta rekannya yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

Tinjauan pustaka diambil dari beberapa penelitian yang menggunakan analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA). Penelitian pertama adalah penelitian skripsi yang dibuat oleh Yessika Ayurisna, yang lulus dari Program Studi Inggris Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2009.

Judul skripsinya adalah “REPRESENTASI MASKULINITAS DARI SEGI FISIK DAN MENTAL DALAM MAJALAH MEN’S HEALTH USA: SEBUAH TINJAUAN ANALISIS WACANA KRITIS.

Skripsi ini menggunakan analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA) model Norman Fairclough. Meskipun model yang digunakan berbeda, namun skripsi ini terdapat rangkuman yang cukup kaya atas pengetahuannya terhadap paradigma kritis. Peneliti juga menulis perbandingan model analisis Fairclough dengan model analisis Teun Van Dijk.

Tinjauan pustaka kedua adalah skripsi yang dibuat oleh Tia Agnes Astuti, Konsentrasi Jurnalistik yang lulus dan menjadi sarjana dari UIN Syarif


(25)

13

Hidayatullah, Jakarta, yang lulus pada tahun 2011 dengan judul, “ANALISIS

WACANA VAN DIJK TERHADAP BERITA “SEBUAH KEGILAAN DI SIMPANG KRAFT” DI MAJALAH PANTAU”.

Penelitian ini juga menggunakan analisis wacana kritis/CDA dengan model Teun A. van Dijk. Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis karena sulit menemukan penelitian yang menganalisis kasus dengan menggunakan model analisis wacana kritis, salah satunya model Teun A. van Dijk. Itulah sebabnya penulis mengabil tinjauan pustaka milik peneliti tersebut meskipun masalahnya berbeda.

Skripsi ini memiliki pandangan bahwa dalam pemilihan kata atau leksikon, penulis majalah tersebut menggunakan kata-kata yang berkonotasi negatif terhadap pihak militer Indonesia maupun orang Jawa. Seperti penggunaan kata: militer Indonesia, rezim Soeharto, pemerintahan di Jakarta, dan sebagainya.

Penelitian ini juga melihat skripsi yang ditulis oleh Adjri Septiani Sudrajat, Jurusan Jurnalistik Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. dengan judul: “ANALISIS WACANA TEUN A. VAN DIJK

PADA PEMBERITAAN “DODOL DOLLY, MAS…” DI RUBRIK

TERAJU HARIAN UMUM REPUBLIKA”. Peneliti melihat skripsi ini sebagai salah satu pedoman dalam penelitian ini. Tidak hanya melihat bagaimana mengambil kesimpulan masalah dengan kacamata Teun A. van Dijk , tetapi juga melihat bagaimana sistematika yang dibuat oleh penulis.


(26)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, serta Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori dan Kerangka Konseptual. Membahas tentang teori analisis waacana kritis/CDA, membahas tentang teori kecurigaan, serta membahas tentang definisi berita dan struktur dari sebuah berita.

BAB III Gambaran Umum. Membahas Sejarah Perusahaan serta Visi dan Misi. Pada bab ini juga menjelaskan bagaimana Islam menyikapi pemberitaan yang datang dengan mencari tahu kebenarannya.

BAB IV Hasil Penelitian. Membahas tentang analisis klarifikasi kasus tertangkapnya Ketua PWNU sekaligus Kepala DPPKD Banten dengan teori yang digunakan oleh peneliti.


(27)

15 BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Landasan Teori 1. Teori Kecurigaan

Tradisi kritis lebih menekankan pada suatu hubungan kekuasaan dan ideolgi yang muncul sebagai akibat interaksi dalam organisasi. Di luar tradisi kritis, arus utama penelitian atau riset mengenai komunikasi organisasi pada umumnya lebih banyak menyoroti fungsi dan struktur organisasi dengan mengutamakan kepentingan pihak manajemen dan/atau pemilik.

Dalam pembahasan mengenai komunikasi organisasi, Dennis Mumby mengawalinya dengan menjelaskan mengenai makna. Ia mengatakan:

“Salah satu prinsip penting pendekatan studi kritis adalah bahwa organisasi tidak saja dipandang sebagai tempat pembentukan makna yang netral, tetapi juga tempat untuk menghasilkan dan menghasilkan kembali makna dalam konteks pertarungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang bersaing dan pertarungan dari berbagai sistem representasi.”1

Mumby menyebut gagasannya “wacana kecurigaan” (discourse of suspicion). Yaitu suatu pengamatan dan sikap yang mempertanyakan mengenai struktur ideolgi, kekuasaan dan pengawasan secara mendalam pada organisasi. Ia menggunakan istilah wacana kecurigaan untuk menjelaskan bagaimana makna dan perilaku yang terlihat dipermukaan telah mengaburkan atau membuat tidak jelas keberadaan konflik struktural dan adanya hambatan mendalam yang membatasi atau menghambat kemungkinan terwujudnya

1


(28)

suatu masyarakat demokratis. Dengan kata lain, wacana kecurigaan mempertanyakan atau mencurigai berbagai aturan yang tampak normal atau biasa dalam organisasi, dan berupaya memahami struktur yang ada. Khususnya aspek hubungan kekuasaan dalam pekerjaan.2

Menurut Mumby, hegemoni dalam komunikasi organisasi melibatkan

“hubungan dominasi dimana kelompok-kelompok yang terpinggirkan atau dinilai kurang penting secara aktif setuju dan mendukung system kepercayaan dan struktur hubungan kekuasaan yang tidak mendukung atau bahkan mungkin bertentangan, dengan kepentingan mereka yang terpinggirkan itu.”3 Hegemoni diperkuat melalui berbagai cerita atau seperangkat pengertian yang mendukung dan mempromosikan kepentingan satu kelompok terhadap kelompok lainnya.

Hegemoni jarang merupakan gerakan kekuasaan yang dilakukan secara kasar tetapi sebaliknya hegemoni berlaku melalui seperangkat aturan dimana para pihak berkepentingan memberikan kontribusi terhadap munculnya dominasi. Kekuasaan dibangun dalam organisasi karena adanya dominasi satu ideologi terhadap ideologi lainnya yang terjadi melalui berbagai ritual, cerita, dan hal-hal semacam itu, dan Mumby menunjukkan bagaimana budaya suatu organisasi melibatkan suatu proses politik di dalamnya. Melalui penyampaian cerita (storytelling), misalnya, penuturan cerita membentuk jenis teks tertentu yang menciptakan dan menghidupkan ideologi.

2

Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 448-454.

3 Dennis K Mumby,

The problem of Hegemony: Rereading Gramsci for Organizational Communication Studies, Western Journal of Communication, 1997, h.61 .


(29)

17

Hegemoni biasanya dipandang sebagai pengaruh negatif dalam tradisi kritis, tetapi Mumby mengatakan bahwa orang melupakan keterlibatan pertentangan dan transformasi (perubahan) dalam hegemoni. Maksudnya adalah bahwa hegemoni dapat memberikan cara berbeda dalam memahami berbagai konflik kepentingan yang terjadi dalam organisasi. Pengnalan gagasan perlawanan akan mengalihkan perhatian dari struktur dominasiyang bersifat mengawasi kepada cara-cara produktif yang ditentang anggota organisasi, dengan demikian mengatur kembali struktur pertarungan.4

2. Analisis Wacana Kritis/Critical Discourse Analysis (CDA)

Salah satu tokoh yang menyumbangkan pikirannya terhadap filsafat kritis adalah Jurgen Habermas. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis mereflesikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penidasan dan emansipasi.

Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab atas keadaan sosial yang nyata. Jurgen Habermas adalah pewaris dan pembaharu Teori Kritis. Dalam

pemikiran Habermas, teori kritis dirumuskan sebagai sebuah “filsafat empiris sejarah dengan maksud praktis.”5

4

Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 451-453.

5 Ajat Sudrajat, JURGEN HABERMA“: TEORI KRITI“ DENGAN PARADIGMA KOMUNIKA“I ,


(30)

Dalam analisis wacana kritis, pada akhirnya bahasa merupakan alat sebagai penyambung suatu maksud tertentu. Analisis wacana kritis menghubungkan bahasa dengan konteks. Maksud dari konteks tersebut merupakan alat yang digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.

Salah satu kekuatan dari analisis wacana kritis (AWK) adalah kemampuannya untuk melihat dan membongkar politik ideologi di dalam media. Hal tersebut penting karena dalam wacana yang bersifat kritis diyakini bahwa teks adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan ideologi tertentu.6 Pendekatan kritis lebih melihat realitas yang teramati (virtual reality). Dalam hal ini, realitas media yang merupakan realitas “semu” yang

terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik.7

Roger Fowler dkk., Theo van Leeuwen, Sara Millis, Teun A. van Dijk, dan Norman Fairclough adalah orang-orang yang menyumbangkan pemikiran terhadap kritis. Mereka memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam menganalisis suatu permasalahan secara kritis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis Teun A. van Dijk. Model ini menganalisis dengan cara melihat aspek teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

6

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 7-8.

7 Ibnu Hamad,

Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h. 38.


(31)

19

Gambar 1

Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk8

Van Dijk mengemukakan bahwa wacana itu sebenarnya dalah bangun teoritis yang abstrak (the abstract theoretical construct).9 Dengan begitu, wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan fisik bahasa ialah teks.10 Dalam analisis wacana van Dijk suatu teks dianalisis melihat struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

Analisis pada elemen teks dilakukan dengan cara metode critical linguistics. Selanjutnya pada elemen kognisi sosial, analisis dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Dan ketika menganalisis pada elemen konteks sosial/analisis sosial menggunakan metode studi pustaka, penelusuran sejarah.

8 Eriyanto,

Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), h.225.

9

Teun A. van Dijk, Text and context, (London: Longman, 1977), h.3.

10Be y H. Hoed, Wa a a, Teks, da Kali at dala Li erty P. “iho i g et al., ed. ,

Bahasawan Cendikia, (Jakarta: FSUI dan Intermasa, 1994), h.129.

Konteks

Kognisi Sosial Teks


(32)

Tabel 1

Kerangka Analisis Teun A. van Dijk11

STRUKTUR METODE

Teks

Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.

Critical linguistics

Kognisi Sosial

Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis.

Wawancara mendalam Analisis Sosial

Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.

Studi pustaka, penelusuran sejarah

a. Teks

Struktur teks dalam analisis wacana kritis model van Dijk terdapat tiga struktur yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.

Ketiga, struktur makro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,

11


(33)

21

paraphrase, dan gambar.12 Tetapi dalam penelitian ini tidak memasukkan unsur gambar di dalam analisisnya.

Landasan teori dari penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data sesuai aturan struktur yang terdapat dalam konsep analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam teknik analisis data, terdapat juga tiga elemen dalam struktur teks untuk membantu menganalisis kasus ini, diantaranya:

1. Struktur makro. Merupakan dimensi teks, yaitu makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks. Elemennya adalah tematik

2. Superstruktur. Yaitu kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Elemennya adalah skematik.

3. Struktur mikro. Struktur mikro merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Elemennya adalah semantik, sintaksis, stalistik, dan retoris.13

Tabel 2 Struktur Teks14

12

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 226.

13 Eriyanto,

Analisis Wacana, h.226-227.

14


(34)

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai

oleh suatu teks.

Struktur makro pada model analisis wacana kritis Teun A. van Dijk yaitu, tematik. Maksud tematik di sini adalah melihat tema yang terdapat di dalam sebuah wacana secara keseluruhan. Pada bagian superstruktur melihat pada urutan skema berita kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin di sebuah hiburan malam yang dikemas oleh harian Radar Banten.

Tabel 3

Elemen Teks pada Wacana Teun A. van Dijk15

STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN

15

Eriyanto, Analisis Wacana, h.228-229.

TEMATIK Tema/topik yang

dikedepankan dalam suatu berita.


(35)

23

Struktur Makro Topik

Superstruktur Skema

Struktur Mikro Latar, Detil, Maksud,

Pra-anggapan, Nominalisasi

Struktur Mikro Bentuk kalimat,

Koherensi, Kata Ganti

Struktur Mikro Leksikon

Struktur Mikro Grafis, Metafora,

Ekspresi

Unsur semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris merupakan unsur yang terdapat pada struktur mikro. Struktur ini membahas tentang bagaimana pemilihan kata, kalimat, dan gaya bahasa digunakan dalam pemberitaan

Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal. 1. Tematik

SKEMATIK

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh SEMANTIK

Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan

memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.

SINTAKSIS Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.

STILISTIK

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.

RETORIS

Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan.


(36)

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik di sini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan. Tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam berita. Elemen lain dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan dalam pemberitaan. Peristiwa yang sama bisa saja dipahami secara berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik suatu pemberitaan.

2. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alaur Dari pendahuluan sampai akhir. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetikmempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni, judul dan lead. Judul dan lead umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya.

Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunyai dua subkategori. Pertama, berupa situasi, yakni proses atau jalannya peristiwa. Dan yang kedua adalah komentar yang dihasilkan di dalam teks.


(37)

25

Latar merupakan bagian dari berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.

Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Detil yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.16

4. Sintaksis (Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti)

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Tidak hanya persoalan teknis semata, tetapi juga menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Bagaimana kedua fakta tersebut digabungkan dalam sebuah kalimat agar koheren? Kedua kalimat tersebut

16


(38)

menjadi kalimat yang mengandung unsur sebab akibat, karena dalam kalimat tersebut terdapat kata penghubung.

Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Dalam mengungkapkan

sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “Saya” atau “kami” yang

menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata.

5. Stilistik

Elemen yang merupakan bagian dari stilistik adalah elemen leksikon. Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata

“meninggal”, misalnya, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal,

terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya.

Diantara beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara pilihan yang tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas.17

6. Retoris (Grafis, Metafora, dan Ekspresi)

Elemen grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat

17


(39)

27

bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar.

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.18

Model analisis yang dipakai Van Dijk sering juga disebut sebagai

“kognisi sosial.” Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu hasil praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.19

Pandangan Van Dijk dalam analisis wacana kritisnya adalah bahasa hanyalah suatu jembatan yang dihubungkan dengan konteks. Bahasa dalam analisis wacana kritis tidak bisa hanya dipandang sebagai sebuah teks semata. Karena didalamnya ada suatu tujuan tertentu dalam bahasa tersebut. Teks dalam sebuah wacana juga hanyalah sebuah hasil dari praktik produksi dalam menyajikan suatu berita.

18 Eriyanto,

Analisis Wacana, h.259.

19


(40)

b. Kognisi Sosial

Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam hal ini, van Dijk menawarkan suatu analisis yang disebut kognisi sosial. Dalam kerangka analisis van Dijk, perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial: kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut.

Dalam pandangan van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur teks wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Karena setap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, prasangka atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.20

Dalam memahami dan mengerti sebuah peristiwa dalam berita, Critical Discourse Analysis (CDA) model Teun A. van Dijk ditentukan pada skema apa berita tersebut dibuat. Skema tersebut dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang didalamnya mencakup bagaimana kita memandang

20


(41)

29

manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Di bawah ini merupakan skema/model yang digunakan dalam analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk:

Tabel 4

Skema Teun A. van Dijk pada Struktur Kognisi Sosial21 Skema Person (Person Schemas)

Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.

Skema Diri (Self Schemas)

Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.

Skema Peran (Role Scemas)

Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Pandangan mengenai peran yang harus dijalankan seseorang dalam masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh juga dalam pemberitaan.

Skema Peristiwa (Event Schemas)

Suatu peristiwa sering sekali lalu lalang dihadapan kita, jadi skema ini merupakan skema yang paling banyak digunakan oleh wartawan.

21


(42)

Teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan strategi tertentu. Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan, dan transformasi. Saat itulah keputusan dan strategi terjadi dan berlangsung dalam mental kognisi seseorang.

Keputusan untuk menghilangkan informasi didsarkan pada evaluasi wartawan bahwa informasi itu tidak relevan dalam membentuk pengertian pada suatu teks, dan konstruksi dari suatu peristiwa. Dengan kata lain, semua teks ditransformasikan ke dalam model yang telah dibuat dan disusun. Kenapa seleksi, penghilangan, dan penyimpulan dengan cara tertentu dilakukan? Karena pemahaman dan kognisi mental wartawan ketika melihat dan meliput peristiwa tersebut seperti itu.22

c. Analisis Sosial

Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskurs dan legitimasi. Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poi nada dua poin yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces).23

 Praktik Kekuasaan

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain.

22 Eriyanto,

Analisis Wacana, h.270.

23


(43)

31

Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami van Dijk, juga berbentuk persuasif: tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan.

 Akses Mempengaruhi Wacana

Analisis wacana van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses. Bagaimana akses diantara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelomopok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak.

Baik struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial (analisis sosial) adalah bagian yang integral dalam kerangka van Dijk. Kalau suatu teks mempunyai ideologi tertentu atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka itu berarti menandakan dua hal. Pertama, teks tersebut merefleksikan struktur model mental wartawan ketika memandang suatu peristiwa atau persoalan. Kedua, teks tersebut merefleksikan pandangan secara umum, skema kognisi masyarakat atas suatu persoalan.

B. Kerangka Konseptual


(44)

Paul De Messenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Dean M. Lyle Spencer dalam News Writing menyatakan, berita adalah suatu kenyatan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, intrpretasi yang sangat menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak. Doug Newsom dan James WA Wollert dalam Media Writing News for the Mass Media (1985:11) mengemukakan, dalam definisi sederhana. Berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.24

Kesimpulannya, bahwa berita ialah informasi yang menarik dan penting yang dibutuhkan oleh masyrakat luas yang menjadi perhatian para pembaca, pendengar, atau penontonnya. Infomasi tersebut bisa merupakan suatu peristiwa, opini, atau interpretasi terhadap suatu kejadian.

2. Klasifikasi Berita

Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu, berita langsung (straight news) dan berita tidak langsung (feature news). Straight news merupakan suatu peristiwa yang diberitakan secara langsung oleh media

24 Drs. Haris Sumadiria,

Jurnalistik Indnesia: Menulis Berita dan Feature, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 64.


(45)

33

massa. Contohnya peristiwa kebakaran, pidato presiden, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis produk dari berita langsung adalah sebagai berikut:25

Matter of fact news, hanya mengemukakan fakta utama yang terlibat dalam peristiwa itu saja.

Action news, hanya mengemukakan perbuatan, tindakan (kejadian) yang terlibat dalam peristiwa itu saja. Dengan kata lain, mengisahkan jalannya peristiwa itu.

Quote news, hanya mengemukakan kutipan dari apa yang diucapkan oleh para tokoh yang terlibat dalam peristiwanya.

Sedangkan feature news menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia menjelaskan pengertian feature sebagai suatu ulasan, tinjauan, atau komentar mengenai masalah atau peristiwa yang sedang hangat diberitakan oleh pers atau diperbincngkan oleh khalayak. Dengan demikian, feature dapat diartikan sebagai artikel atau berita yang khusus dan istimewa atau ditonjolkan untuk bisa menarik perhatian dan dinikmati pembaca (surat kabar, majalah), pendengar (radio), atau penonton (televisi), sehingga mereka mau menikmatinya dengan membaca, mendengarkan, atau menonton siaran (berita atau artikel) yang disajikan.26

3. Struktur Berita

25

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, ( Bandung: Nuansa, 2010), h.104-105.

26 Kustadi Suhandang,

Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, h. 109.


(46)

Terdapat tiga bagian yang merupakan struktur dari sebuah berita, diantaranya headline (judul berita), lead (teras berita), dan body (kelengkapan atau kejelasan).27 Pada hakikatnya headline merupakan intisari berita. Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya.

Lead merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Pada bagian body, kita jumpai semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang disuguhkan oleh lead. Rincian keterangan atau penjelasan dimaksud adalah ha-hal yang belum terungkapkan pada lead-nya.

4. Kriteria Umum Nilai Berita

Kriteria umum nilai berit (news value) merupakan acuan yang dapat digunakan untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980:6-17) menunjuk kepada Sembilan hal .

Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (humanity) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya juga termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa.28 Kesembilan hal tersebut ditambah dua lainnya, maka berikut inilah kriteria umum nilai berita:

27

Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, h.115-130.

28


(47)

35

1. Keluarbiasaan (unusualness) 2. Kebaruan (newness)

3. Akibat (impact) 4. Aktual (timelines) 5. Kedekatan (proximity) 6. Informasi (information) 7. Konflik (conflict)

8. Orang penting (prominence)

9. Ketertarikan manusiawi (human interest) 10.Kejutan (Surprising)

11.Seks (sex)

Pada penelitian ini, nilai berita yang dijadikan patokan oleh harian Radar Banten adalah orang penting. Karena Zainal Muttaqin adalah seorang ketua DPPKD Banten dan ketua PWNU Banten. Dimana segala tingkah laku beliau sangat menarik perhatian publik.

News is about people. Berita adalah tentang orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (namesmakes news).

Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan dilakukan bintang film, bintang sinetron, artis penyanyi, penari, pesinden, pembawa acara, pejabat,


(48)

dan bahkan para koruptor sekalipun selalu dikutip pers. Ucapan mereka dibuat judul mencolok, dan kadang-kadang asosiatif, konotatif, imajinatif.29

29


(49)

37 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Harian Radar Banten

1. Sejarah dan Perkembangan

Harian Radar Banten (selanjutnya disebut Radar Banten) merupakan satu dari tiga harian lokal yang terbit di Provinsi Banten. Terbit pertama kali pada tanggal 2 Juni 2000 dengan nama Harian Banten yang dikelola oleh PT Wahana Semesta Banten dan berada di bawah naungan Jawa Pos Group.

Munculnya koran lokal seperti Radar Banten, adalah sebuah keniscayaan sejarah, seiring dibukanya kran kebebasan pers di Indonesia pasca runtuhnya Rezim Orde Baru, yang ditandai dengan disahkannya UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999. Fenomena munculnya koran-koran lokal, ini juga dilandasi oleh semangat Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.

Karena itu, pasca kebebasan pers ini, tak heran koran-koran lokal pun bermunculan di hampir seantero negeri, terutama dipelopori oleh industri-industri media yang telah eksis dan establish di dunia persuratkabaran tanah air. Sebut saja dengan Jawa Pos. Koran terbesar di Jawa Timur ini menjadi “raja” media dengan menerbitkan puluhan koran lokal di berbagai daerah di Indonesia.1

1


(50)

semangat yang menggelora dari masyarakat Banten untuk memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat dan menjadi provinsi sendiri. Apalagi, saat itu

Harian Banten tampil sebagai satu-satunya koran yang terbit di Kota Serang (cikal bakal ibukota Provinsi Banten kala itu). Sedangkan satu koran lagi,

Radar Tangerang (juga berada di bawah manajemen Jawa Pos Group), sekalipun berada di wilayah Banten, namun terbit, komposisi berita dan peredarannya lebih terkonsentrasi di kawasan Tangerang.

Karena itu, menjadi sebuah keniscayaan jika Harian Banten pada masa-masa awal terbitnya banyak mengangkat berita-berita seputar perjuangan pembentukan Provinsi Banten. Berbagai peristiwa penting perjuangan masyarakat Banten hingga terealisasinya provinsi ke-30 ini berhasil direkam oleh para wartawan Harian Banten dan menjadi liputan-liputan menarik serta ditunggu masyarakat. Maka, tak heran bila nama Harian Banten langsung melekat di hati masyarakat Banten, sehingga kemudian manajemen mengambil motto Harian Banten sebagai “Koran Kebanggaan Warga

Banten”.

Untuk mempercepat penerimaan masyarakat, pada masa-masa awal terbitnya, Harian Banten banyak menyebar spanduk promosi yang bernada propagandis dan provokatif yang dikemas dalam bahasa setempat. Untuk wilayah Serang dan Kota Cilegon yang notabene masyarakatnya berbahasa Jawa-Banten, ditampilkan spanduk yang berbunyi “Aje Ngaku Wong Banten Lamun Ore Mace Harian Banten”. sedangkan di wilayah Kabupaten


(51)

39 Pandeglang dan Lebak yang notabene masyarakatnya berbahasa Sunda, tampil dengan spanduk berbunyi “Ulah Ngaku Urang Banten Lamun Teu Maca Harian Banten”. Sedangkan di wilayah Tangerang yang masyarakatnya heterogen tampil dengan spanduk “Jangan Ngaku Orang Banten Kalau Tidak

Membaca Harian Banten.”

Kemunculan spanduk-spanduk tersebut, tentu saja mendapat beragam reaksi dari masyarakat. Mulai yang memberikan pujian hingga yang mempertanyakannya karena bahasanya dianggap terlalu vulgar. Bahkan, seorang tokoh agama di Kota Serang sempat menelepon redaksi Harian Banten. Ia mempertanyakan mengapa Harian Banten membuat spanduk demikian. Kata dia, sebagai masyarakat yang berkultur religius, yang dibaca pertama kali adalah al-Qur‟an bukan koran. Jadi, mestinya kalimatnya diganti menjadi “Aje Ngaku Wong Banten Lamun Ore Mace Al-Qur’an”. Reaksi masyarakat atas kemunculan spanduk-spanduk tersebut, terbukti mempercepat penetrasi Harian Banten, dengan oplah pada masa-masa awal terbitnya mencapai angka 5.000 eksemplar. 2

Pada Mei 2003 Harian Banten berpindah kantor dari yang semula di Jalan Ahmad Yani No. 104 Serang, ke Jalan Letnan Jidun No. 7 Kapendean, Serang dan seiring dengan tumbuh pesatnya perkembangan perusahaan sekarang Radar Banten sudah memiliki gedung sendiri yang bernama Graha Pena Radar Banten yang beralamat di Jl. Kolonel Tb. Suwandi Lingkar

2


(52)

manajemen, terhitung sejak 1 November 2003, Harian Banten dengan semboyan “Kebanggaan Warga Banten” resmi berubah menjadi Radar Banten dengan semboyan baru pula, “Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggaan Banten”. Perubahan ini dilandasi oleh pertimbangan, antara lain:

1. Sebagai strategi manajemen untuk mereposisi Harian Banten di masyarakat.

2. Mengkuti tradisi nama, di mana koran anak-anak perusahaan Jawa Pos Group umumnya diawali dengan nama Radar.

3. Dari segi bisnis, nama Radar lebih „menjual‟ ketimbang nama Harian

terutama di mata para biro iklan di Jakarta.

Perubahan dari Harian Banten menjadi Radar Banten terbukti membawa angin segar. Radar Banten tampil sebagai market leader dengan oplah yang kini mencapai 70 ribuan eksemplar setiap harinya (data terakhir Bagian Pemasaran). Begitu juga pendapatan iklannya, yang rata-rata per bulan mencapai angka di atas Rp 500 juta.

Bahkan, pada periode pasca perubahan nama, Radar Banten sempat membukukan angka pendapatan iklan lebih dari Rp 800 juta dalam satu bulan (data Bagian Iklan). Untuk ukuran koran lokal, pendapatan iklan sebanyak itu merupakan angka cukup fantastis. Kebijakan lain yang ditempuh oleh manajemen adalah perubahan perwajahan koran dan mempertegas pemberlakuan larangan bagi para wartawan untuk menerima uang atau barang


(53)

41 berharga lainnya dari narasumber (dimuat di halaman depan Radar Banten).3 2. Visi dan Misi Radar Banten

Visi Radar Banten

Radar Banten dalam operasional aktivitasnya didasarkan pada visi berikut:

Visi Sosial.

Tampil menjadi koran lokal yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial-kemasyarakatan, serta mendorong dinamisasi dan percepatan pembangunan di Provinsi Banten.

Visi Bisnis.

Radar Banten sebagai koran yang probisnis. Radar Banten harusmenjadi media paling efektif bagi para pebisnis di Banten maupun luar Banten dalam mengenalkan produk-produknya di masyarakat. Dengan visi ini pula Radar Banten mendorong terwujudnya masyarakat yang berjiwa entrepreneur

(wirausaha).

Misi Radar Banten

Radar Banten dilahirkan untuk berkiprah dan berperanserta dalam pembangunan bangsa dan negara, khususnya di Provinsi Banten. Untuk

3


(54)

dan Kebanggaan Banten, dengan penjabaran sebagai berikuti:

Aspirasi. Sebagai penyebar informasi, Radar Banten harus tampil menjadi koran terpercaya dan berguna bagi masyarakat, menjadi media penghubung yang baik bagi semua pihak, baik pemerintah dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, serta pihak-pihak lain.

Suara Hati. Segala isi pemberitaan Radar Banten, harus mencerminkan suara hati masyarakat Banten. Karena itu, wartawan dan karyawannya dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kondisi sosial masyarakat, dan harus merasa sebagai bagian dari masyarakat Banten.

Kebanggaan Banten. Radar Banten sebagai salah satu koran lokal di Banten harus tampil menjadi koran kebanggaan warga Banten, dengan penyajian beritanya yang akurat, tepat, dan terpercaya, serta menaati kode etik jurnalistik dan sesuai dengan Undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers.

3. Perusahaan-perusahaan di Bawah Naungan Radar Banten Radar Banten mempunyai enam anak perusahaan diantaranya:

 Harian Tangerang Ekspress  Harian Banten Raya


(55)

43

Baraya TV

 Radar Banten Arena

 Radar Banten Promosi4

4. Segmentasi Pembaca dan Perjalanan Harian Radar Banten

a. Persebaran Wilayah & Segmentasi Pembaca

Perkembangan oplah koran dari hari ke hari mengalami kenaikan, dan berdasarkan data dari Bagian Pemasaran, saat ini oplah Radar Banten berada dalam kisaran angka 40 ribu eksemplar, dengan persebaran wilayah dan segmentasi pembaca sebagai berikut:

- Persebaran Wilayah:

1. Kota Cilegon 30%

2. Kota Tangerang 10%

3. Kabupaten Serang 31%

4. Kabupaten Pandeglang 12%

5. Kabupaten Lebak 8%

6. Kabupaten Tangerang 9%

- Segmentasi Pembaca:

1. Jenis Kelamin: Pria 78%

Wanita 22%

2. Usia Pembaca: 15-19 tahun 7%

4

Wawancara Pribadi dengan Wartawan Harian Radar Banten, Gugun, Tangerang, 23 Agustus 2014 pkl 15.16 WIB.


(56)

25-29 tahun 17% 30-34 tahun 19% 35-39 tahun 18% 40-49 tahun 9% > 50 tahun 7% 3. Pendidikan Pembaca: Universitas 14%

Akademisi 18% Tamatan SLTA 43% Tamatan SLTP 17% Lain-lain 8% 4. Pekerjaan Pembaca: Pelajar/mahasiswa 9% Profesional 33% Karyawan biasa 11%

Usahawan 35%

Ibu Rumah Tangga 5%

Lain-lain 7%

- Pembelanjaan/Pengeluaran Per Bulan Pembaca Rp 1.500.000,- - ke atas 20%

Rp 1.000.000,- - Rp 1.500.000,- 19% Rp 700.000,- - Rp 1.000.000,- 23% Rp 500.000,- - Rp 700.000,- 11%


(57)

45 Rp 350.000,- - Rp 500.000,- 10%

Rp 200.000,- - Rp 350.000,- 13% Di bawah - Rp 200.000,- 4%

b. Format & Bentuk Fisik

Sejak awal terbit pada 2 Juni 2000, Harian Banten (selanjutnya disebut

Radar Banten) tampil dengan ukuran tujuh kolom (Junior Broadsheet, 35 x 58 Cm), mengikuti induknya, Jawa Pos. Dalam dunia persuratkabaran, ukuran tujuh kolom ini disebut American Style, karena berkiblat pada bentuk koran yang terbit di Amerika Serikat.

Filosofinya adalah bahwa saat ini dunia semakin ramai dan padat. Karena itu, dibutuhkan koran dengan format yang lebih kecil dan mudah dibawa maupun dibaca di mana pun dan kapan pun. Trend, tersebut agaknya memang terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Koran menjadi mudah dibawa ke mana pun dan tidak mengganggu orang lain sewaktu dibaca. Belakangan perubahan format koran ini juga diikuti oleh Kompas dan hampir seluruh koran lainnya. Bahkan, Koran Tempo kini tampil dengan format yang lebih kecil lagi (format tabloid).

Radar Banten juga tampil sebagai koran berwarna (sebanyak empat halaman, yakni halaman 1, 12, 13, dan 24), dengan berita-berita tuntas dalam satu halaman, kecuali halaman satu (halaman utama) yang bersambung ke halaman 9. Penggunaan sistem berita tuntas ini dimaksudkan untuk


(58)

mencari sambungan. Pemuatan berita disesuaikan dengan garis lipatan koran, sehingga saat dibaca dengan posisi melipat pun, pembaca tidak kesulitan membacanya. 5

Bentuk fisik lain yang menjadi ciri khas Radar Banten adalah menyeimbangkan pemuatan berita dengan foto berita pada masing-masing halaman. Dalam satu halaman, rata-rata foto yang termuat mencapai tiga buah. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak jenuh dengan tampilan Radar Banten, sekaligus mengikuti perkembangan jurnalistik yang amat dinamis. Dalam dunia jurnaslitik dikenal bahwa foto adalah juga bentuk lain dari berita.

Setiap hari Radar Banten terbit dengan 24 halaman, kecuali edisi Minggu sebanyak 20 halaman. Sedangkan kebijaksanaan penyajian halaman, kecuali halaman satu, berbeda-beda sesuai dengan pokok permasalahan yang telah digariskan oleh redaksi.

Sementara itu, berita-berita yang tersaji dalam Radar Banten tidak semuanya merupakan hasil kerja lapangan wartawannya. Khususnya berita-berita dan foto nasional, olahraga dan internasional, banyak memanfaatkan jasa pelayanan kantor berita serta jaringan Jawa Pos News Network atau yang lebih dikenal dengan istilah JPNN, serta kantor berita luar negeri seperti AFP dan Reuteurs.

5


(59)

47 5. Struktur Organisasi6

Penerbit: PT Wahana Semesta Banten Anggota SPS Nomor 412/2000/10/A/2007

Pendiri : H. Mahtum Mastum (Alm)

Komisaris Utama : HM. Alwi Hamu

Komisaris : Lukman Setiawan

Komisaris : Dwi Nurmawan

Direktur Utama : Priyo Susilo

Direktur : H. Suparno WK

General Manager/ Penanggung Jawab : Mashudi

Pemimpin Umum : Priyo Susilo

Pemimpin Redaksi : Mashudi

Pemimpin Perusahaan : Diana Yuliantini Manager Pemasaran : Rahmat Hidayat

Manager Iklan : S. Iskandar

Redaktur Pelaksana : Ahmad Lutfi

Koordinator Liputan : Delfion Saputra

Sekretaris Redaksi : Merizka Achmad

Alamat Redaksi dan Tata Usaha

Jl. Kolonel Tb. Suwandi, Lingkar Selatan, Serang. Telp. Redaksi/Pemasaran/Iklan: (0254) 214771, Faks (0254) 201340.

6


(60)

Harian Radar Banten memiliki tiga biro penyaluran berita dari tiap-tiap daerah. Ketiga biro tersebut berada di Cilegon, Tangerang, dan Jakarta. Sebelum berita dicetak, ketiga biro tersebut memberikan hasil beritanya ke Harian Radar Banten Pusat yang berada di jalan Kolonel Tb. Suwandi, Lingkar Selatan, Serang, Banten.

Biro Cilegon

Alamat: Festival Kios Bonakarta Blok B No.3 Jl. SA. Tirtayasa No. 49 Telp. (0254) 374 348 Fax. (0254) 374 349.

Biro Tangerang

Jl. Kelapa Gading Selatan Blok CRL-2 No 31, Gading Serpong Tangerang. Telp/Fax (021) 54214245.

Biro Jakarta

Kompleks Widuri A3, Jl. Palmerah Barat no. 353 Kebayoran Lama, Jakarta -12250 - Telp. (021) 5333321, 5330976, Fax. (021) 532 2629.


(61)

49 Tarif Iklan : Iklan Umum Display (BW): Rp 37.500/mm kolom, Sosial/keluarga: Rp 21.500/mm kolom, Full Colour Rp 55.000/mm kolom, BW Rp 75.000/mmk, FC hal 1 Rp. 110.000/mmk, Advertorial BW Rp 21.500/mmk, Advertorial FC Rp. 37.500/mmk, Cilik Rp 25.000/baris min 3 baris maks 7 baris.

B. Pandangan Islam dalam Menanggapi Sebuah Pemberitaan

Berita merupakan laporan suatu peristiwa yang disiarkan atau dipublikasikan melalui media massa. Para pendengar, pembaca, dan penonton, belum tentu mereka tahu tentang kebenaran suatu berita, tentang apa maksud yang sebenarnya ingin disampaikan oleh seseorang atau media terhadap suatu peristiwa. Oleh karena itu, sangat penting mencari kebenaran pemberitaan yang beredar agar tidak menimbulkan fitnah.

Dalam Islam, wajib hukumnya mencari tahu tentang kebenaran suatu pemberitaan agar nantinya tidak terjerumus ke dalam lubang kesesatan. Upaya mencari kebenaran atau fakta dilakukan agar tidak munculnya fitnah yang dapat merugikan orang lain. Hal ini dijelaskan dalam Quran surat al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang seseorang yang fasik kepadamu membawa berita, maka tangguhkanlah (hingga kamu mengetahui


(62)

(kehancuran) sehingga kamu menyesal terhadap apa yang kamu lakukan.” Surat yang disampaikan diatas sangat jelas telah mengingatkan kita, bahwa sangat wajib mencari kebenaran suatu berita dan menangguhkannya sampai jelasnya suatu peristiwa tersebut terjadi. Apabila melanggarnya, maka kita masuk dalam kebodohan yang nantinya akan mebawa pada lubang kehancuran. Nauzubillahiminzalik.

Wartawan memiliki pekerjaan dimana seseorang tersebut mencari dan mempublikasikan pemberitaan yang ia dapat melalui media massa. Sebagai wartawan harus bisa mempertahankan, tidak menutup-nutupi dan mengurangi isi dari berita atau informasi yang ia dapat. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak teradinya salah paham atau bahkan fitnah terhadap berita yang ia siarkan.

Dalam pendahuluan sebuah kajian yang ditulis di muslimdaily.net

dijelaskan bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapi dan menerima pemberitaan yang ada. Situs ini juga menjelaskan isi dari surat al-Hujurat yang mengajarkan umat muslim untuk menyikapi pemberitaan yang beredar. Surat al-Hujurat secara keseluruhan membimbing kehidupan bermasyarakat yang Islami. Surat ini mengajarkan bagaimana bersikap yang benar terhadap Rasulullah, bagaimana bersikap yang baik terhadap sesama mukmin, dan juga mengajarkan kewajiban dan tanggung jawab terhadap masyarakat Islam. Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan untuk menjaga dan memelihara


(63)

51 keutuhan masyarakat Islam, dijauhkan dari intrik-intrik musuh, maupun kecerobohan internal umat Islam yang membahayakan masyarakat Islam.

Tak bisa dielakkan, kehidupan manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah, baik pribadi maupun sosial. Tidak ada kehidupan tanpa masalah, justru dengan berbagai masalah itulah manusia hidup. Demikian juga yang dihadapi oleh kaum muslimin dan masyarakat Islam. Berbagai masalah muncul di hadapan mereka untuk dihadapi dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dalam menyelesaikan masalah ini, ada satu faktor kunci yang menjadi dasar pijakan, yaitu informasi. Bagaimana pun, seseorang mengambil keputusan berdasarkan kepada pengetahuan, dan pengetahuan bergantung kepada informasi yang sampai kepadanya. Jika informasi itu akurat, maka akan bisa diambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, jika informasi itu tidak akurat akan mengakibatkan munculnya keputusan yang tidak tepat. Dan giliran selanjutnya, muncul kedhaliman di tengah masyarakat.7

Mengenai berita yang perlu dikonfirmasi adalah berita penting, ditunjukkan dengan dibunakannya kata naba’ untuk menyebut berita, bukan kata khabar. M. Quraish Shihab dalam bukunya Secercah Cahaya Ilahi halaman 262 membedakan makna dua kata itu. “Katanaba’ menunjukkan

7

Budi Prasetyo, “Selektif Menerima Informasi (Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6), artikel diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://muslimdaily.net/opini/wawasan-islam/selektif-menerima-informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html.


(64)

Qur‟an memberi petunjuk bahwa berita yang perlu diperhatikan dan diselidiki adalah berita yang sifatnya penting. Adapun isu-isu ringan, omong kosong, dan berita yang tidak bermanfaat tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu didengarkan karena hanya akan menyita waktu dan energi.”

Dalam soal mentabayyun berita yang berasal dari orang yang berkarakter meragukan ini ada teladan yang indah dari ahli hadis. Mereka telah mentradisikan tabayyun ini di dalam meriwayatkan hadis. Mereka menolak setiap hadis yang berasal dari pribadi yang tidak dikenal identitasnya (majhul hal), atau pribadi yang diragukan intgritasnya (dla’if). Sebaliknya, mereka mengharuskan penerimaan berita itu jika berasal dari seorang yang berkepribadian kuat (tsiqah). Untuk itulah kadang-kadang mereka harus melakukan perjalanan berhari-hari untuk mengecek apakah sebuah hadis yang diterimanya itu benar-benar berasal dari sumber yang valid atau tidak.8

Apabila suatu berita tidak benar faktanya, maka hal tersebut merupakan dosa yang termasuk dalam kategori fitnah. Fitnah sangat merugikan orang lain dan membahayakan orang yang menyebarkan berita tersebut. Sebagai muslim, kita harus bisa menjaga lidah kita karena lidah merupakan pedang yang mungkin saja dapat menyakiti hari orang lain.

Paling tidak, ada dua hal yang perlu kita lakukan ketika kita menerima

8

Budi Prasetyo,”Selektif Menerima Informasi (Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6),” artikel diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://muslimdaily.net/opini/wawasan-islam/selektif-menerima-informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html.


(65)

53 informasi. Pertama, menyelidiki konten beritanya: apakah benar, logis, masuk akal, atau sudah tampak kebohongannya. Kedua, menyelidiki pembawa beritanya, sumber awal informasinya: apakah jelas sumbernya, bisa dipercaya, kredibel, tak dikenal, atau diragukan kejujurannya. Untuk mengambil keputusan tepat terkait informasi yang kita terima. Upaya

tabayyun, klarifikasi, filtering, crosscheck, penyelidikan atas informasi itu sangat penting dilakukan. Penyebaran informasi sensitif yang duduk perkaranya belum jelas bisa berbahaya atau merugikan. Maka, berhati-haitilah dengan berbagai informasi yang kita terima, agar kita tidak menyesal menanggung akibatnya.9

9

Hasbiansyah, “Selektif menerima informasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2014 dari http://www.unisba.ac.id/index.php?con=main&cat=hikmah&id=1


(66)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Data

Pada bab ini, peneliti mengaitkan data-data dari masalah yang diperoleh dengan teori analisis yang digunakan peneliti. Karena peneliti menggunakan analisis model kritis Teun A. Van Dijk, maka data-data tersebut dianalisis dengan melihat wacana dilihat dari elemen teks, kognisi sosial, dan konteks sosial dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam bab ini juga berisi tentang adakah kebenaran tentang kecurigaan yang dirasa oleh peneliti dalam kasus ini. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan pandangan paradigma kritis dengan teori kecurigaan milik Dennis Mumby.

Analisis dalam teori kecurigaan milik Mumby adalah terkadang orang atau khalayak atau masyarakat lupa akan pertentangan dan transformasi (perubahan) dalam proses mereproduksi makna. Dimana kelompok hegemoni memarjinalkan sesuatu untuk tidak diberitahu kepada khalayak. Maksud dari hegemoni ini adalah kelompok terpinggir atau kurang penting, yaitu media untuk mendukung kelompok penting, pemerintahan yang memiliki kekuasaan untuk mendukung proses tabayyun benar terjadi.

Sedangkan analisis pada elemen teks, peneliti menjabarkan peristiwa ini melalui struktu makro, superstruktur, dan struktur mikro. Berikut adalah analisis yang dilakukan peneliti:


(1)

mengenai kasus yang menimpanya. Saat itu dia pun mengakuinya. Mengakui bahwa dia berada di tempat karaoke malam itu. Dan beliau ke Jambi hanya dalam rangka tugas kedinasan. “Tetapi tidak benar, apabila ada tanggapan bahwa Saya menggunakan narkoba atau cari pelampiasan di sana,” ujuarnya kepada Saya. Kemudian Saya pun mengambil foto Pak Zainal di rumahnya. Dengan mengatakan, apabila nanti berita yang dibuat tidak berkenan untuk Bapak, silahkan Bapak datangi Radar Banten.

5. Pada saat tabayyun/ klarifikasi pada hari Sabtu (1/3), apakah Bapak turun langsung ke lapangan untuk mengikuti proses tabayyun tersebut?

Ya, Saya datang langsung ke kantor PWNU Banten, yang saat itu juga terjadi demonstrasi oleh para mahasiswa UNTIRTA. Hingga akhirnya pukul tiga sore, dilakukanlah tabayyun tersebut. Tabayyun tersebut dilakukan untuk mengklarifikasi terkait kasus Pak Zainal Muttaqin. Tetapi para masa (para mahasiswa dan pengurus MUI Banten) menolak apabila Pak Zainal Muttaqin tetap menjabat sebagai ketua PWNU di Banten. Pak Zainal Muttaqin menganggap demonstrasi tersebut karena, “ketua MUI Banten, sebenarnya ingin menguasai jabatan ketua PWNU Banten. Pa dahal ia tidak becus untuk menjadi ketua PWNU Banten.” Dan Pak Zainal sendiri menganggap demonstrasi tersebut tidak pernah terjadi. Pada saat tabayyun pertama, Pak Zainal tidak menghadiri proses tersebut. Barulah ketika tabayyun kedua dilakukan dengan menghadiri Pak Zainal Muttaqin untuk dilakukannya klarifikasi. Pak Zainal Muttaqin juga meminta maaf kepada seluruh ulama di Banten.


(2)

6. Apakah Bapak nenghubungi ketua NU Pandeglang, KIAI Asror yang menjabat sebagai Wakil Rois Suriah NU Banten?

Ya, pada saat itu Saya juga menghubungi ketua NU Pandeglang, yaitu KIAI Asror. Tim Rois Suriah juga tidak terima terhadap pemberitaan yang dibuat oleh Radar Banten.

7. Apakah Bapak juga menghubungi dan mendatangi Zainal Muttaqien untuk meminta klarifikasi seperti yang diberitakan?

Ya, Saya datang sendiri untuk mengklarifikasi kepada Pak Zainal sendiri secara langsung. Saya mendatangi rumah Pak Zainal Muttaqin dan juga berbicara langsung melalui telepon.

8. Bagaimana pengalaman Bapak dalam membuat dan mempublikasikan berita mengenai Zainal Muttaqien?

Selang sehari setelah Saya mengkonfirmasi Pak Zainal, Radar Banten menerbitkan tulisan Saya. Tulisan tersebut dengan angle, “ketua DPPKD Banten karaoke di tempat hiburan malam di Jambi.” Sehari setelah berita tersebut dipublikasikan, Pak Zainal keberatan terhadap berita yang dimuat di harian Radar Banten. Hari itu Pak Zainal menelpon Saya. Dan dia berkata, “Saya akan somasi ke pihak kepolisian atas nama Gugun. Dan yang harus taubat itu Pak Gugun, bukan Saya yang harus taubat. Saya akan melaknat Gugun. Yang harus taubat itu wartawan Radar Banten karena Saya tidak terima dengan pemberitaan yang kamu buat.” Saya pun selalu menahan diri terhadap hal-hal yang terjadi antara Saya dan Pak Zainal.


(3)

9. Angle seperti apa yang biasanya Bapak gunakan dalam membuat sebuah berita?

Berita yang Saya buat, selalu mengambil angle keras. Artinya, Saya lebih mengambil pemberitaan tentang pengkritikan terhadap pemerintahan. Karena menurut Saya pemerintahan tidak ada yang baik, belum mampu menjalankan pemerintahan dengan baik. Membuat judul pun harus yang menarik, misalnya “Anggota PU molor”. Ketika Saya di Radar Banten diwajibkan membawa empat berita dalam sehari. Dan narasumber harus orang yang bersangkutan, tidak hanya opini masyarakat sekitar.


(4)

LAMPIRAN

Pak Lutfi saat diwawancarai di harian Radar Banten, Serang, Banten pada 7 Agustus 2014.

Pak Lutfi adalah redaktur pelaksana harian Radar Banten. Beliaulah yang menentukan dan mengedit berita mana yang layak untuk


(5)

Pak Gugun beserta istri saat ditemui di rumahnya, Cileduk, Kota Tangerang pada 23 Agustus 2014.


(6)