HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KUALITAS INTERAKSI SOSIAL TIM SEPAK BOLA | Hamidi | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 7992 16102 1 PB

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KUALITAS
INTERAKSI SOSIAL TIM SEPAK BOLA
Ahmad Hamidi
FPOK Universitas Pendidikan Indonesia
ahmadhamidi@upi.edu
Abstrak
Penelitian dilatari belakangi oleh pengamatan lapangan terhadap tim-tim sepakbola yang
menunjukkan bahwa terjadi interaksi sosial yang kurang baik pada beberapa tim. Diasumsikan bahwa
kurang diperhatikannya interaksi didalam tim dapat mengganggu pada kolektifitas tim. Tujuan utama
penelitian adalah mengemukakan hubungan antara konsep diri atlet dengan kualitas interaksi sosial
tim Sepak bola UPI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi
dalam penelitian ini adalah altet putra tim UKM sepak bola UPI yang aktif berlatih di tim UKM sepak
bola UPI berjumlah 79 orang, sedangkan sampelnya sebanyak 30 atlet, dan pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket, yang berisikan tentang konsep diri dan kualitas interaksi sosial.
Penelitian ini dapat penulis simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri
dengan kualitas interaksi sosial tim sepak bola. Atlet-atlet sebagian besar menunjukkan konsep diri
yang positif dan kualitas interaksi sosial yang tinggi. Akan tetapi, taraf hubungan antar variabel

sedang dengan determinasi antar variabel cukup kecil. Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi
interaksi sosial tim selain konsep diri yang dimiliki atlet.
Kata kunci: Konsep diri dan Interaksi social

PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan
social,
komunikasi
merupakan aspek penting dalam kehidupan sejak
dahulu kala hingga sekarang. Pemenuhan
kebutuhan, dan tentang kehidupan-kehidupan
yang lainnya akan tergantung pada komunikasi.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Wilbur
Schramm dalam Wijaya (2012:2) menjelaskan
“…tanpa komunikasi tidak mungkin terbentuk
suatu masyarakat.” Pendapat di atas menegaskan
bahwa komunikasi penting agar terhindar dari
sikap individual yang berlebihan sehingga tidak
bermasyarakat. Dalam suatu pembangunan,

masyarakat adalah yang paling utama. Itu artinya

komunikasi memiliki peranan penting dalam
pembangunan.
Pembangunan dalam bidang olahraga
sekarang ini terus digalakan oleh pemerintah
Indonesia. Pembangunan dalam sektor lain
terlihat sulit untuk dilakukan dan terlihat peluang
yang sangat terbuka dalam pembangunan di
sektor olahraga. Sektor olahraga dapat
mendukung pembangunan sektor lainnya, seperti
sektor ekonomi atau pengembangan sumber daya
manusia agar lebih berkualitas. Olahraga prestasi
adalah suatu bagian yang sangat penting dalam
pembangunan di sektor olahraga. Melalui prestasi
yang ditorehkan ditingkat internasional, dapat
menaikan pamor dan menjadi sasaran investasi
yang empuk.

157


Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168
Ahmad Hamidi

Prestasi olahraga tidak mungkin dicapai pandangan individu akan dimensi fisik,
secara instan melainkan harus melalui proses- karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan,
proses sistematis dan dalam jangka waktu yang kepandaian, dan kegagalan” (Cawagas dalam
relative lama agar prestasi yang dicapai dapat Ikhsanudin, 2010:2).
bertahan lebih lama. Prosesnya dimulai dari
Konsep diri akan menentukan interaksi sosial
penelusuran bakat anak; tentu saja anak yang dalam tim yang berujung pada pengelolaan
mempunyai kemauan tinggi untuk berprestasi dan konflik-konflik yang terjadi dan sebagai strategi
dilatih sesuai dengan tingkatan dan kemampuan
yang disiapkan oleh pelatih. Hal ini merupakan
anak masing-masing. Aspek-aspek yang harus
dilatih untuk mencapai prestasi maksimal adalah cakupan dari psikologi olahraga terutama pada
psikologi kepelatihan, dimana pelatih harus
kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental.
Dalam olahraga beregu, khususnya dalam mampu mengatasi dan mengantisipasi situasi
permainan sepak bola, sangat dibutuhkan tersebut. Oleh karena itu, topic permasalahan

interaksi sosial yang baik untuk menciptakan yang diambil dalam penelitian ini yaitu, “apakah
suatu regu yang solid. Interaksi sosial merupakan terdapat hubungan yang significant antara konsep
suatu fondasi sebuah hubungan dalam tim, agar
diri dengan kualitas interaksi social atlet pada
tim ini dapat berjalan dengan baik. Menurut
Soekanto (2002), “interaksi sosial merupakan timUKM sepak bola UPI Bandung?
kunci semua kehidupan sosial.” Dengan tidak
adanya suatu komunikasi atau interaksi satu sama METODE
lain maka tidak akan terbentuk sebuah tim yang
Metode yang digunakan adalah “Metode
baik. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam
Deskriptif”
dengan tujuan untuk memperoleh
menentukan kerjasama sebagai sebuah tim, baik
di lapangan maupun di luar lapangan, atau jawaban mengenai konsep diri dan kualitas
bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas interkasi sosial dalam tim sepak bola yang sedang
interaksi sosial dalam tim yang baik, segala terjadi di masa sekarang secara aktual, kemudian
halangan dan rintangan yang dihadapi tim dapat
dilakuan analisis untuk mengetahui hubunugan
dilalui dengan baik tanpa adanya suatu konflik di

dalam tim yang menyebabkan perpecahan, antara konsep diri dengan kualitas interaksi sosial
tim dalam permainan sepakbola.
sehinggatujuan tim sulit untuk dicapai.
Populasi penelitian ini yaitu seluruh anggota
Perpecahan dalam tim ini menjadi momok
bagi semua tim sepak bola dari tingkat pemula UKM sepakbola UPI Bandung yag berjumlah 79
hingga tingkat profesional. Hal ini perlu dihindari orang, sedangkan sampel nya berjumlah 30
oleh setiap tim, tetapi realita di lapangan orang; pengambilan sampel mengunnakan teknik
seringkali terlihat bahwa kualitas interaksi kurang
proporsional randon sampling.
terbina dalam sebuah tim khususnya dalam tim
Tabel 1
sepak bola.
Diasumsikan bahwa interkasi sosial yang Distribusi sampling TIM UKM Sepakbola UPI
kurang dikarenakan banyak hal, salah satunya Angkatan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
adalah konsep diri yang ditunjukkan oleh
Populasi
14
18
15

16
16
79
setiap individu. Konsep diri merupakan faktor
Sampel
5
7
6
6
6
30
penting dalam berinteraksi karena dalam
bertingkah laku individu sedapat mungkin
disesuaikan dengan konsep dirinya. “Konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain” (Stuart & SuddendalamNisha,
2010:3).Selainitu,“konsep diri mencakup seluruh


158

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168
Ahmad Hamidi

Instrumen Penelitian
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Konsep Diri

KONSEP DIRI

VARIABE
L

SUBVARIABEL
AFEKTIF
(PERCEPTUA
L
COMPONENT)
KOGNITIF

(CONSEPTUA
L
COMPONENT)
PSIKOMOTOR
(ATTITUDINA
L
COMPONENT)

INDIKATOR
Kondisi fisik
Daya tahan tubuh
Persepsi tentang kesan
orang lain terhadap
penampilannya
Karakteristik yang khas

Kemampuan dan ketidak
mampuan
Latar belakang dan asal
usul keluarga

Kualitas penyesuaian
hidup
Perasaan diakui dan
ditolak oleh orang lain
JUMLAH

PERNYATAAN
+
5,6
2,8
7
1,3



4,28

9,10

4


12,13

25,26

4

11,15

14

3

19,16

17,18

4

20,29


24,27

4

23

21,22

3

14

15

29

4
3

Tabel 3
Insrumen Interaksi social
PERNYATAAN
SUBVARIABEL

RAK
SI
SOSI

V
A
RI
A
B
E
L

INKLUSI

INDIKATOR

Menjalin hubungan hangat
dengan orang lain

+

-

36,63

34,39



4

159

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

CONTROL

AFEKSI

Bersikap terbuka dan
menerima orang lain apa
adanya
Terlibat dalam aktivitas
kelompok
Mengajak teman sebaya
Memberi pengarahan kepada
teman
Menjadi pemimpin kelompok
Mendapat
petunjuk/pengarahan dari
orang lain
Memberi perhatian kepada
orang lain
Disayang / diperhatikan oleh
orang lain
Memberikan pujian atas
kelebihan yang dimiliki orang
lain
JUMLAH

45,61

37,48

4

35,57

38,62

4

40,68

41,50

4

42,65

43,67

4

44,59

33,66

4

31,32

30,47

4

49,56

51,58

4

46

52,64

3

53,60

54,55

4

19

20

39

Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan kategorisasi data; berdasarkan variable penelitian (konsep diri dan interaksi
social)
2. Menentukan normalitas dan homogenitas data
3. Menghitung korelasi antar variable penelitian dengan pendekatan statistic “pearson”
dengan rumus (Nurhasan, 2008,hal. 57)

Keterangan :
= Korelasi antara variabel X dan variabel Y
X1 = Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel X
Y1 = Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel Y
Tabel 4
PedomanuntukMemberikanInterprestasi
terhadapKoefisienKorelasi
Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

160

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 - 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00

SangatRendah
Rendah
Sedang
Tinggi
SangatTinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Profil Konsep Diri Atlet Sepak bola Putra
Tabel 5
Deskriptif Statistika Variabel Konsep Diri
Variable

Sample

Nilai Max

Nilai Min

Rata-rata

Std. Deviasi

Konsep Diri

30

128

83

111,5

9,24

(0,1031) < Lα (0.161), maka distribusi data
pada variabel konsep diri terdistribusi
normal.Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel
6.

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan
pada data variabel, dimana nilai Lo sebesar
0,1031 dan nilai Lα, dengan sampel 30 dan α =
0,05, yaitu sebesar 0,161. Oleh karena Lo

Tabel 6
Deskriptif Normalitas Data Variabel Konsep Diri
Sample
Lo


Varibel
Konsep Diri

30

Data
yang
diperoleh
selanjutnya
dikategorisasikan yang dibagi menjadi 2
kategori, yaitu konsep diri positif dan

Kategori
Positif
Negatif

0,1031

0,161

Keterangan
Normal

negatif.Pengkategorian data untuk melihat
konsep diri atlet sepak bola dapat dilihat pada
Tabel
7.

Tabel 7
Gambaran Konsep Diri Atlet Putra pada Tim Sepak bola
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
26
86,7
X 102,2
X 102,19
4
13,3
Jumlah
30
100

Berdasarkan gambaran tersebut, diperoleh
26 atlet atau 86,7 % dari 30 atlet memiliki
konsep diri positif dan 4 atlet atau 13,3 %
berkonsep diri negatif. Secara umum atlet putra

sepak bola UPI memiliki konsep diri positif.
Gamabran konsep diri atlet tiap indikator dapat
dilihat pada Tabel 8.

161

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

Tabel 8
Gambaran Konsep Diri Atlet Per Indikator
Indikator
Kategori
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Perceptual Component
Positif
29
96,67
X 33,3
Negatif
X 33,29
1
3,33
Conseptual Compoment Positif
27
90
X 23,3
Negatif
X 23,29
3
10
Attitudinal Component
Positif
27
90
X 34,4
Negatif
X 34,39
3
10
conceptual component digambarkan 90 % atau
Gambaran konsep diri atlet per indikator
27 atlet pada kategori positif dan 10 % atau 3
menunjukkan bahwa sebanyak 29 atlet atau
atlet pada kategori negatif. Untuk indikator
96,67 % atlet memiliki konsep diri positif pada
attitudinal component, sebanyak 90 % atau 27
indikator perceptual component dan 1 atlet atau
atlet pada kategori positif dan 10 % atau 3 atlet
3,33 % memiliki konsep diri negatif pada
pada kategori negatif.
indikator perceptual component. Pada indikator
2. Profil Kualitas Interaksi Sosial Tim UKM seakbola UPI Putra
Tabel 9
Deskriptif Statistika Variabel Interaksi Sosial
Variable

Sample

Nilai Max

Interaksi
30
177
Sosial
Data di atas, merupakan hasil dari analisis
yang dilakukan terhadap variabel interaksi
sosial diperoleh nilai minimum sebesar 106;
nilai maximum sebesar 177; rata-rata sebesar
150,4; dan standar deviasi sebesar 15,74. Dari
hasil tersebut selanjutnya dapat dibuat
kategorisasi data interaksi sosial yang terbagi
menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah.

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Nilai Min

Rata-rata

Std. Deviasi

106

150,4

15,74

Kategorisasi
ini
digunakan
untuk
mengetahui gambaran umum mengenai kualitas
interaksi sosial tim sepak bola Penghitungan
dilakukan dengan sistem kategorisasi jenjang,
yang bertujuan untuk menempatkan data ke
dalam kelompok-kelompok yang terpisah
secara berjenjang.Berikut adalah kategorisasi
data untuk variabel interaksi, dapat dilihat pada
Tabel 10.

Tabel 10
Gambaran Interaksi Sosial Atlet Putra pada Tim Sepak bola
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
X < 91
0
0
91 X 143
7
23,33
X > 143
23
76,67
Jumlah
30
100

162

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

Berdasarkan perhitungan kategorisasi data
tersebut, dapat dilihat bahwa tidak ada atlet dari
tim Sepak bola UPI yang memiliki kualitas
interaksi sosial tim yang rendah, 23,33 % yang
berjumlah 7 atlet berada pada kualitas sedang,
dan 76,67 % yang berjumlah 23 atlet pada

kualitas tinggi. Berdasarkan data tersebut,
gambaran secara umum kualitas interaksi sosial
tim yang dimiliki atlet berada pada tingkat
tinggi yang ditunjukkan dengan 76,67 % atlet
memiliki kualitas interaksi sosial tim tinggi.

Tabel 11
Gambaran Kualitas Interaksi Sosial Atlet Per Indikator
Indikator
Kategori
Interval
Frekuensi
%
Inklusi
Tinggi
X >69,99
3
10
Sedang
54,67 X 69,99
24
80
Rendah
X < 54,67
3
10
Control
Tinggi
X >49,42
3
10
Sedang
40,64 X 49,42
23
76,67
Rendah
X < 40,64
4
13,33
Afeksi
Tinggi
X > 47,95
3
10
Sedang
38,11 X 47,95
23
76,67
Rendah
X < 38,11
4
13,33
23 atlet atau 76,67 % berkualitas sedang, dang
Data di atas, menunjukkan gambaran
4 atlet atau 13,33 % berkualitas rendah.
kualitas interaksi sosial per indikator, sebanyak
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan
10 % atau 3 atlet yang memiliki kualitas tinggi,
pada data variabel, dimana nilai Lo sebesar
80 % atau 24 atlet berkualitas sedang, dan 10 %
0,1438 dan nilai Lα, dengan sampel 30 dan α =
atau 3 atlet berkualitas rendah untuk indikator
0,05, yaitu sebesar 0,161. Oleh karena Lo
inklusi. Pada indikator kontrol dan afeksi
(0,1438) < Lα (0.161), maka distribusi data
sebanyak 3 atlet atau 10 % berkualitas tinggi,
pada variabel konsep diri terdistribusi normal.
Tabel 12
Deskriptif Normalitas Data Variabel Kualitas Interaksi Sosial Tim
Variabel
Sample
Lo

Keterangan
Interaksi social
30
0,1438
0,161
Normal
3. Hubungan Antara Konsep Diridengan
Kualitas Interaksi Sosial Tim Sepak bola
UPI
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara konsep diri dengan kualitas interaksi
sosial tim Sepak Bola UPI. Uji korelasi pada
penelitiann ini menggunakan pendekatan
statistika dari Pearson.Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, diperoleh koefisien korelasi

sebesar
0,52.
Koefisien
korelasi
ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sedang antara konsep diri atlet dengan kualitas
interaksi sosial tim sepakbola UPI.
Setelah dilakukan uji korelasi, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji signifikansi.
Dari hasil perhitungan, didapat nilai
thitungsebesar 3,2213 dan nilai ttabel sebesar
2,048. Kriteria pengujian signifikansi korelasi

163

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

adalah: jika

, maka

antara konsep diri atlet dengan kualitas
interaksi sosial tim sepakbola UPI. Determinasi
pada hubungan konsep diri dan kualitas
interaksi sosial tim sebesar 27,07%.

H0 diterima atau korelasinya tidak signifikan.
Penghitungan
didapatkan
, maka H0

ditolak atau terdapat hubungan yang signifikan
Tabel 13
Koefisien Korelasi dan Determinasi Data
Koefisien Korelasi
Determinasi
thitung
ttabel
0,52

27,07

3,221

Berdasarkan pengolahan dan analisis data dari
penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai
hubungan antara konsep diri atlet dengan kualitas
interaksi sosial tim, maka diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara konsep
diri atlet dengan kualitas interaksi sosial tim
dalam permainan sepakbola. Untuk menguatkan
hasil temuan tersebut, penulis mengambil
pendapat Stuart dan Sudden, bahwa,“faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan
konsep diri adalah teori perkembangan,
significant other (orang yang terpenting atau
yang terdekat), dan self perception (persepsi diri
sendiri)”. Dari teori di atas terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi konsep diri atlet, salah
satumya adalah significant other yang bersinergi
dengan interaksi sosial. Interaksi sosial tidak
boleh begitu saja dilupakan dalam perkembangan
konsep diri. Interaksi sosial akan memberikan
other perception pada atlet, dan interaksi sosial di
dalam tim merupakan suatu keharusan atau
kebutuhan atlet untuk mencapai tujuan, baik
tujuan individu maupun tujuan dari tim itu
sendiri. Menurut Raimy (1948) dalam Burns
mengatakan bahwa “Apa-apa yang diyakini
seseorang mengenai dirinya merupakan sebuah
faktor di dalam memahami secara sosial terhadap
orang-orang lain.” Atlet yang memiliki konsep
diri positif dapat menerima orang lain
disekitarnya, terutama yang berhubungan
langsung dengannya. Fey (1954) dalam Burns,

2,048

Keterangan

Korelasi sedang dan
signifikan

berpendapat bahwa “laki-laki yang penerimaan
dirinya tinggi (konsep diri positif) lebih
menerima tehadap orang lain, memperkirakan
popularitas mereka sendiri lebih tinggi
dibandingkan laki-laki yang penerimaan dirinya
kurang.”
Menurut Shaw dalam Dian (2011:2),
menegaskan bahwa interaksi sosial adalah “suatu
pertukaran antarpribadi yang masing-masing
orang menunjukkan perilakunya satu sama lain
dalam kehadiran mereka,dan masing-masing
perilaku mempengaruhi satu sama lain.” Konsep
diri yang merupakan bagian dari kepribadian
yang berpengaruh pada kualitas interaksi sosial
dalam tim. Atlet akan berperilaku susuai
kepribadian yang dimilikinya, maka atlet harus
dapat menyesuaikan kepribadian yang di
dalamnya terdapat konsep diri, keadaan tim dan
atlet yang lainya dengan begitu terdapat
sinkronisasi setiap individu. Menurut Ahmadi
(2009:49), “Hubungan itu berkisar kepada usaha
dalam menyesuaikan diri dan penyesuaian diri ini
dapat dengan cara yang disebut autoplastis, yaitu
seseorang harus menyesuaikan diri dnegan
lingkungannya.” Penerimaan diri sendiri yang
baik akan menjadikan individu lebih menikmati
akan penerimaan lingkungan. Burns (1993)
mengatakan bahwa “Orang yang menerima
dirinya sendiri memandang dunia ini sebagai
sebuah tempat yang lebih menyenangkan
dibandingkan dengan orang yang menolak

164

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168
Ahmad Hamidi

dirinya sendiri dan kurang defensif terhadap
orang-orang lain dan mengenai dirinya sendiri
dikarenakan sikapnya itu.”Singgih (dalam
Husdarta, 2010:96) mengemukakan bahwa,
“Kepaduan tim merupakan kekuatan yang sangat
diperlukan agar dapat menampilkan permainan
sebaik-baiknya.”Menjadi sebuah kesatuan dalam
tim, melalui proses interaksi yang baik, menjadi
kekuatan tersendiri dalam mencapai prestasi
maksimal.
Anshel (1990:298) mengemukakan, bahwa
“Coaches should be aware of the need of most
athletes to belong-to affiliate with other team
members.”Dari
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pelatih harus dapat
mengendalikan interaksi yang terjadi antar
individu dalam tim agar menjadi suatu kesatuan.
Hal tersebut dapat dikendalikan dengan keikut
sertaan individu dalam membangun interaksi
sosial yang baik, sehingga menjadi sebuah tim
yang dinamis. “The procces of making friends
and developing into a cohesive, supportive group
is the best understood as a procces of group
dynamics” (Anshel, 1990:298). Tim yang
dinamis akan meningkat kan kohesi di dalam tim
sendiri dan menciptakan suasana yang pelatih
dan atlet inginkan, keadaan dimana seluruh
anggota tim merasa nyaman. Hal di atas di
namakan pembentukan iklim tim atau
constructive
climate.
Menurut
Anshel
(1990:294), constructive climate adalah “when
the atmosphere is relaxed and nontreatenig,
athletes feel more comfortable in engaging in
direct, honest communications with their coach
and teammates.”
Dalam suatu tim yang dinamis, masingmasing anggota tim menyadari peran yang harus
di jalankan. Peran menurut Goerge (2010:123)
adalah “harapan bersama yang menyangkut
fungsi-fungsi di tengah masyarakat.” Fungsifungsi dalam sebuah tim disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki, dan harus disadari
sendiri oleh pelaku. Dengan disadari kempauan

yang dimiliki, peran yang diemban akan
berfungsi dengan baik. Dalam hal ini pelatih
harus dapat berdiskusi dengan baik tentang peran
dan kemampuan yang dimiliki setiap atlet.Pelatih
dapat mengontrol bagaimana peran dari setiap
atlet,
sehingga
dapat
meminimalisir
permasalahan-permasalahan
yang
muncul.
Permasalahan yang umum terjadi dalam sebuah
tim adalah terjadi kesalahpahaman di antara
masing-masing atlet, suatu hal yang dapat
merusak interaksi dan iklim dalam tim.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antar varibel
dengan tingkat korelasi sedang dan determinasi
data kecil, kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya perhatian pelatih dan atlet pada aspek
sosial, terutama pada konsep diri dan interaksi
sosial tim. Pelatih ataupun atlet lebih terfokus
pada aspek fisik, teknik, dan taktik.Oleh karena
itu, atlet dan pelatih sendiri harus menyadari
pentingnya aspek psikologi di dalam tim,
khususnya pada konsep diri atlet dan interaksi
sosial di dalam tim. Hal ini dimaksudkan untuk
dapat mencegah dan menangani efek-efek yang
ditimbulkan dari permasalahan pada aspek
psikologi. Penangan dan pencegahan dapat
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan psikologi,
dapat berupa pembentukan kepribadian atau
permainan
kerjasama
dalam
kegiatan
outbondyang dapat meningkatkan kohesi
kelompok (perasaan bersama dalam kelompok).
Dalam pembinaan konsep diri atlet, pelatih,
dan pembina harus dapat mempertahankan dan
menjadikan konsep diri menuju kearah positif.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan menemukan dan mengenali hal-hal
negatif dan positif pada atlet, memberikan arahan
untuk dapat terbuka menerima pandangan orang
lain mengenai diri sendiri, dan berusaha untuk
menghargai setiap usaha atau hasil karya sendiri.
Lingkungan yang nyaman dan menyenangkan
dapat mengarahkan konsep diri atlet kearah
positif.

165

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157168
Ahmad Hamidi

KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang
dalampenelitianini, dapatdisimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara konsep
diri atlet dengan kualitasi nteraksi sosialtim.
Hubungan tersebut berada pada taraf koefisien
korelasi sedang.

DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. (2014). Syarat dan Faktor Terjadinya Interaksi Sosial dalam Sosiologi. Tersedia
di: http://www.anneahira.com. [Januari 2014]
Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Al-Maqassary, Ardi.(2014). Aspek-AspekKonsepDiri.Tersedia di: www.psikologymania.com.
[Desember 2014]
Al-Maqassary, Ardi.(2014). Aspek-AspekKonsepDiri.Tersedia di: www.psikologymania.com.
[Desember 2014]
Anshel, M. (1990).Sport Psychology: From Theory to Practice. Arizona: GoursuchScarisbrick.
Boeree, Goerge.(2010). PsikologiSosial. Jogjakarta: Prisma Sophie.
Burns, R . (1993). Konsep Diri: Teori, Pengakuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta:
Arcan.
Husdarta, J. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta Bandung.
Ikhsanudin.(2010). PerkembanganKonsepDiri. Tersedia di: http://www.ikhsanu.blogspot.com.
[Januari 2013]
Lestari, A. (2011). Hubungan Interaksi Sosial Berdasarkan Teori Schutz Dengan Prestasi
Belajar Siswa.SkripsiSarjanapada FIP UPIBandung: tidakditerbitkan.
Lestari, F.(2009). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Motivasi Kerja Pegawai Ngeri
Sipil.SkripsiSarjanapada FIP UPIBandung: tidakditerbitkan.
Londong,
Dedy.
(2011).
DasarPenentuanJumlah
http://www.dedylondong.blogspot.com. [Januari 2013]

Sample.

Tersedia

di:

Masyhuri-Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian – pendekatan praktis dan aplikatif.
Malang: PT. Refika Aditama.
Mujayanah.(2009).
InteraksiSosialdanKelompokSosial.
Tersedia
http://www.mujayanahalulum-mujayanah.blogspot.com. [Desember 2012]

di:

166

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

Nasir, M. (1988). Metode Penelitian. Bandung: Galia Indonesia.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pamuji.
(2009).
Syarat
Terjadinya
Interaksi
di:http://mrpams212.wordpress.com. [November 2012]

Sosial.

Tersedia

Pramawaty, Nisha. (2010). Konsep Diri. Tersedia di: http://nishapramawaty.wordpress.com.
[Desember 2012]
Putra,
Dian.
(2011).
InteraksiSosial.
http://www.dianptraflojaborneo.wordpress.com. [Januari 2013]
Rahadi,
Aristo.
(2008).
Konsep
Diri
Dalam
http://aristorahadi.wordpress.com. [Januari 2013]

Tersedia

Pendidikan.

Tersedia

di:
di:

Saifuddin, A. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Surbaya: PT. Refika Aditama.
Sarwono, S W. dkk. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Satria.(2011). Aspek-Aspek Konsep Diri.Tersedia di: http://id.shvoong.com. [Januari 2013]
Seokanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Simanjuntak, Hakim. (2012).Pengertiandan Hal PendukungKonsep Diri. Tersedia di:
http://www.hakimsimanjuntak.blogspot.com. [Januari 2013]
Subliyanto.
(2010).
Populasi
dan
Teknik
http://subliyanto.blogspot.com. [Januari 2013]

Sampling.

Tersedia

di:

Suharsimi, A. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Sujana, N. (2004). Tuntunan Penyusuna Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Surakhmad, W. (1992). Pengantar Penelitian, Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito.
Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sutiyono.(2012).
Memahami
Tim
Kerja.
http://www.sutiyonokudus.wordpress.com. [Januari 2013]

Tersedia

di:

Velyn, L. (2011). Konsep Diri. Tersedia di: http://chachacillas.blogspot.com. [Januari 2013]
Wijaya,

Budi.

(2012).

KomunikasiMenurut

Para

Ahli.

Tersedia

di:
167

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 157-168
Ahmad Hamidi

http://www.budiwijayaberjaya.blogspot.com. [Januari 2013]
.(2010). Mengenali Konsep Diri Sejak Dini. Tersdia di: http://www.gudangmateri.com/.
[Januari 2013]
. (2011). Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial. Tersedia di: http://belajarpsikologi.com. [Januari
2013]
. (2012). Interaksi Sosial. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013]
______.
(2010).Fundamental
Interpersonal
Relationship
di:http://communicationdomain.wordpress.com. [Januari 2013]

Orientation.

Tersedia

______. (2011). Pengertian Konsep Diri Menurut Para Ahli. Tersedia di: http://www.gexcess.com. [Januari 2013]
______. (2012). Empati. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013]
______. (2012). Interaksi Sosial. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013]
______.
(2012).
KonsepDiriPositifdanKonsepDiriNegatif.
http://www.duniapsikologi.com. [Januari 2013]

Tersedia

di:

______. (2012). Konsep Diri. Tersedia di: http://www.bimbingankonselingkita.blogspot.com.
[Januari 2013]
______. (2012). Pengertian Konsep Diri
http://www.diwarta.com. [Januari 2013]

Menurut

Beberapa

Ahli.

Tersedia

di:

______. (2013). Interaksi Sosial. Tersedia di: http://id.wikipedia.org. [Januari 2013]

168

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Interaksi Sosial Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM PUBLIC SPEAKING Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Kepercayaan Diri Dalam Public Speaking.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Interaksi Sosial Pada Remaja.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KUALITAS INTERAKSI SOSIAL TIM BOLA BASKET.

0 2 40

HUBUNGAN METODE REWARD DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA | Mardiana | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8003 16152 2 PB

3 8 3

PERBANDINGAN METODE INTERVAL DAN METODE REPITISI TERHADAP KELINCAHAN ATLET SEPAK BOLA | Agus | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8000 16148 2 PB

0 0 5

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR SEPAK SILA DENGAN BOLA MODIFIKASI DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW | Budiman | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 7993 16135 2 PB

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PENJAS DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA | Rohmah | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 7982 15944 2 PB

0 0 6

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET | Antoni | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4945 15861 2 PB

0 2 5

HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI | maulana | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4315 15834 2 PB

0 3 7