STRATEGI PENINGKATAN PAD DALAM PELAKSANA

STRATEGI PENINGKATAN PAD DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
(Studi tentang Perusahaan Daerah Pasar untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota
Medan)

Ahmad Raja Nasution, M. Arif Nasution, Marlon Sihombing

Abstract: Strategy of Rise of Earnings of Original Income (PAD) in Execution of
Autonomy Area (Study About Local Company of Area Market to Improve PAD in
Medan City) is resulted from a research in Development Studies. There are differences by
substantive in arranging organization peripheral of area especially concerning local
company of Area Market Medan City as one of the BUMD. To make BUMD the
Governmental professional of Town Field also to conduct some strategies especially
strategy exploit strength and fill opportunity, strategy integrate all components at
environment of external, strategy operation of purchasing tariff and management, strategy
improve marketing by existing merchant, providing all requirement of visitor and
merchant, passing public facility (place await, park, cafe is including business of center)
for need of supporter of customer business activity during residing in market
environment. But, from side service of public also not yet expressed goals which have
been specified because there are some constraints among others is still difficult to
develop; build adequate traditional market facility. Problem of human resource, it’s of
orderliness, it’s of hygiene in traditional market which not yet. To overcome the

problems require to be conducted by completion and repair, so that can vie with shopping
centre side. Effort which is flange at improve the sanitation of company. Increasing of
Quality Human Resource and correction of organization. Require to be conducted by
inwrought coordination in handling of problem orderliness of merchant of K5 retailer and
problem orderliness of traffic lights around market, and in handling of market garbage
problem. Require to be done by collection intensification and diversified by effort, which
do not digress from rule. Searching the source of cheap fund for the purchasing of farm
and development of market to company outside party or through third party cooperation
Keywords: original income of the area, local autonomy, local company
PENDAHULUAN
Setelah reformasi, arus besar untuk mengelola daerah sendiri (otonomi daerah) makin
kuat. Untuk mengikuti keinginan masyarakat
dalam pengelolaan daerah, DPR bersama
pemerintah mengeluarkan perundang-undangan
baru berkaitan dengan desentralisasi. Implikasi
dari penerapan asas desentralisasi adalah
diselenggarakannya otonomi daerah.
Dalam Bab I UU No. 22/1999 disebutkan
bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada
daerah otonom dalam rangka Negara Kesatuan

RI. Sementara Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Lebih jauh diungkapkan oleh Yosef
Kaho bahwa untuk melihat apakah pemerintah
daerah memiliki kemampuan yang nyata dalam
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
adalah dengan menunjukkan kemampuan self
supporting dalam bidang keuangan (Davey,
1988).
Dalam operasionalisasinya, kemampuan
keuangan daerah dapat dilihat dari struktur
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah-nya.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan
salah satu sumber pembiayaan APBD, memiliki

Ahmad Raja Nasution adalah Staf Dispenda Pemerintah Kota Medan,
M. Arif Nasution & Marlon Sihombing adalah Dosen MSP SPs USU


1

Nasution, dkk., Strategi Peningkatan PAD…

peran yang cukup signifikan dalam menentukan
kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas
pemerintahan dan program-program pembangunan.
Namun, dalam implementasinya banyak
daerah yang memiliki struktur konstribusi PAD
relatif kecil terhadap total penerimaan daerah,
sebaliknya bagian penerimaan pembangunan dan
pendapatan terbesar justru berasal dari
pendapatan pemerintah atau instansi yang lebih
tinggi, hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan yang sangat besar dari pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat (Kompas, 11 Agustus
2000).
Kajian tentang PAD sendiri sebenarnya
bisa dijadikan unit analisis yang sangat menarik
dalam menggali sumber-sumber pendapatan
daerah berdasarkan core business daerah.

Selanjutnya, untuk daerah perkotaan
perolehan pada sektor modern seperti industri,
sektor perdagangan, sektor jasa-jasa serta sektor
transportasi, mempunyai upaya PAD yang lebih
tinggi dibanding daerah yang mempunyai
perekonomian yang sebagian besar didukung
oleh sektor pertanian. Penjelasan tersebut menegaskan bahwa kreatifitas daerah sangat menentukan untuk menggali potensi daerah berdasarkan
kondisi geografis daerah tersebut yang masuk
dalam kategori daerah perkotaan atau pedesaan.
Dalam pandangan Davey salah satu
sumber-sumber pendapatan regional yang sangat
potensial adalah berasal dari Badan Usaha
(enterprise). Banyak kasus Pemerintah Daerah
yang melibatkan diri dalam kegiatan yang dasarnya komersial, yang penyajian jasa publiknya
bukanlah merupakan motif utama. Namun, yang
harus menjadi perhatian adalah bahwa
enterprises merupakan satu alternatif untuk
meningkatkan pendapatan. Sehingga sumbersumber pendapatan daerah tidak hanya diharapkan dari pendapatan rutin seperti pajak, retribusi,
dan
lain

sebagainya,
namun
kretifitas
berwirausaha sangat diperlukan.
Kota Medan yang merupakan salah satu
kota di Indonesia yang memiliki visi, juga memiliki berbagai kendala untuk memenuhi
berbagai program-program pembangunan yang
sudah direncanakan untuk mewujudkan visi tersebut.
Pengumpulan PAD (UPAD) Kota Medan
masih bervariasi dalam periode 1994/1995 s/d
1999/2000. Selama kurun waktu pengamatan tersebut, UPAD cenderung menurun. Hal ini terjadi

2

karena pertumbuhan PAD lebih kecil dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku.
Berdasarkan pasal 79 UU No. 22 Tahun
1999 dinyatakan bahwa sumber pendapatan
daerah terdiri dari: (1) Pendapatan Asli Daerah,
yaitu hasil pajak derah, hasil retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, (2)
dana perimbangan, (3) pinjaman dan (4) lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
Struktur APBD Kota Medan selama
periode 1996/1997–2002 cederung meningkat,
persentase sumbangan/bantuan juga lebih besar
daripada PAD Kota Medan sendiri. Hal ini
menegaskan bahwa sesungguhnya Kota Medan
masih memiliki ketergantungan di sektor pajak
dan retribusi.
Jika kita bandingkan dengan seluruh
kabupaten/kota yang ada di Indonesia maka
Pendapatan Asli Daerah merupakan kendala
utama bagi daerah dalam menyelenggarakan
tugas pelayanan dan pembangunan bagi
masyarakat. Menganalisis struktur penerimaan
Kota Medan, selain dari pajak dan retribusi, laba
BUMD termasuk sumber penerimaan yang dari
beberapa periode anggaran mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meskipun jumlah penerimaan dari sektor laba BUMD masih

relatif kecil, namun sektor ini memiliki peluang
yang cukup besar untuk ditingkatkan dalam
rangka membiayai pembangunan di Kota Medan.
Sekalipun perusahaan daerah diharapkan
menjadi penopang kas daerah, tapi dalam
kenyataannya daerah-daerah tetap dihadapkan
pada berbagai masalah dalam usahanya untuk
medayagunakan sektor ini sebagai sumber
pendapatannya.
Namun,
jika
dikelola
dengan
professional tentunya akan menghasilkan
tambahan yang cukup signifikan bagi penerimaan
daerah. Sehingga kasus-kasus yang melahirkan
fenomena lain yaitu adanya satu gejala di daerah
untuk meningkatkan PAD dengan iuran-iuran
tambahan di luar dari kebiasaan yang ada dapat
diminimalisir.

Pada
posisi
inilah
persoalan
kemandirian daerah diuji kelayakannya. Satu sisi
bahwa PAD merupakan sumber dana yang
menjadi handalan dari pemerintah daerah, dan
disisi lain terdapat dana bantuan/sumbangan dari
pemerintah pusat yang selalu tetap ada.

Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

Mencermati permasalahan di atas,
tentunya juga menyulitkan pemerintah dalam
menerapkan prinsip-prinsip otonomi daerah yang
membawa konsekuensi luasnya kewenangan
yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan,
terlebih dalam upaya meningkatan pelayanan
publik dan kesejahteraan masyarakat yang
merupakan esensi dari otonomi daerah itu sendiri.

Untuk kelancaran menggali sumbersumber pendapatan daerah maka diperlukan alternatif kebijakan yang tidak hanya berasal dari penerimaan yang relatif tetap seperti pajak, retribusi
dan lain sebagainya. Namun, juga harus
dibarengi dengan kreatifitas dari pemerintah
berupa kebijakan yang dapat menggali sumber
pendapatan lain dan tidak bertentangan dengan
partisipasi masyarakat.
Berdasarkan deskripsi latar belakang
permasalahan di atas, bahwa kualitas Kota Medan untuk menggali sumber-sumber pendapatan
untuk memenuhi pelayanan masyarakat memang
masih cukup selama kurun waktu enam tahun
pengamatan. Namun, untuk meningkatkan
kualitas pelayanan masyarakat menuju Medan
City sesuai dengan Visi Kota Medan, maka
diperlukan kreativitas yang berasal dari usahausaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Medan melalui Perusahaan Daerah. Sehingga
diperlukan program dan strategi dalam
meningkatkan peran Perusahaan Daerah sebagai
satu konstribusi untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah Kota Medan.
Fokus dalam penelitian ini adalah mengkaji strategi Pemerintah Kota Medan dalam

pengelolaan Perusahaan Daerah, melalui
Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar), serta melihat alternatif peluang untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan yang berasal dari laba
Perusahaan Daerah khususnya melalui Perusahaan Daerah Pasar.
Berdasarkan fokus utama diatas, maka
permasalahan yang akan diteliti adalah Faktorfator apa saja yang mempengaruhi pemerintah
Kota Medan dalam meningkatkan PAD melalui
Perusahaan Daerah Pasar, Bagaimana strategi
dan saran atau rekomendasi yang dilakukan
Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan
PAD dan untuk menangani persoalan PAD
melalui Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan menggunakan data
primer yang di ambil melalui observasi langsung
dan wawancara dengan sumber informasi terpilih
yang dinilai relevan dengan penelitian. Hasil
wawancara kemudian dicek kebenarannya
terhadap sumber data sekunder sebagai teknik

atau langkah triangulasi. Adapun data sekunder
diperoleh melalui penelaahan dokumen berbagai
peraturan daerah, laporan realisasi PAD Kota
Medan, buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian, makalah-makalah, tulisan ilmiah dan
berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan
kajian penelitian ini.
Penelitian yang mengambil lokasi di
Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara ini
menganalisis
dengan
cara
melakukan
interprestasi terhadap data, fakta dan informasi
yang telah dikumpulkan melalui pemahaman
intelektual dan pengalaman empiris.
Unit analisis adalah Perusahaan Daerah
Pasar Kota Medan, dengan informan penelitian
yaitu Walikota Medan, Sekretaris Kota Medan,
Kabag Perekonomian, Pemko Medan, Badan
Pengawas, Direksi dan Staf Perusahaan Daerah
Pasar Kota Medan.
PEMBAHASAN
Sesuai dengan kewenangannya, setiap
pemerintah daerah wajib menyelenggarakan
kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Berkaitan dengan
tugas dan kewenangannya, pemerintah daerah
dapat melakukan kegiatan atas dasar nirlaba, atau
atas dasar mencari laba. Semua kegiatan yang
dilakukan harus mengacu pada Visi dan Misi
Kota Medan, termasuk semua peraturan dan
perangkat daerah. Yang paling menentukan
setiap kegiatan adalah bersifat efisien dan efektif
dalam melakukan pelayanan publik dan atau
mencari profit.
Ada beberapa kegiatan yang bisa dikelola
secara komersial atau semi komersial, sehingga
kegiatan ini bisa swadana atau bahkan mencetak
laba. Kegiatan yang kedua ini umumnya
dilakukan dalam bentuk perusahaan, tepatnya
perusahaan daerah.
Perusahaan daerah adalah semua
perusahaan atau Badan Hukum yang didirikan
berdasarkan UU No. 5 Tahun 1962, yang

3

Nasution, dkk., Strategi Peningkatan PAD…

modalnya, baik seluruhnya ataupun sebagian,
merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Jika kita melihat perusahaan daerah yang
ada di Kota Medan, terdapat tiga perusahaan
daerah yang diatur dalam suatu peraturan daerah.
Perusahaan tersebut yaitu Perusahaan Daerah
Pasar, yang dalam tugas kesehariannya
menyelenggarakan pasar untuk para pedagangpedagang yang ada di Kota Medan dan sekitarnya
dan juga yang berasal dari luar Kota Medan.
Penyelenggaraan pasar-pasar tradisional itu
disediakan dalam rangka mendukung kegiatan
ekonomi rakyat sekaligus diusahakan untuk mencari tambahan profit bagi penerimaan daerah.
Kedua, Perusahaan Daerah Rumah Potong
Hewan, yang membantu dan mengawasi aktivitas
ekonomi rakyat dalam sektor penyediaan
makanan, mengontrol peredaran jenis makanan
yang berasal dari daging. Dan yang ketiga adalah
Perusahaan
Daerah
Pembangunan,
yaitu
meningkatkan
pelayanan
umum
kepada
masyarakat dalam bidang jasa konstruksi,
developer, pengelolaan sarana umum dan hiburan.
Dengan demikian, perusahaan yang ada
di Kota Medan pada prinsipnya melakukan pelayanan publik namun tidak memberatkan secara
teknis dalam penyelenggaraannya. Selain itu,
perusahaan daerah diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli daerah.
Memasuki Era Otonomi Daerah, sesuai
dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2000,
Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar) Kota Medan
sebagai Perusahaan Badan Hukum Milik
Pemerintah Daerah Kota Medan dibidang
pengelolaan pasar.
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan
sebelumnya adalah Dinas Pasar yang dialihkan
menjadi Perusahaan Daerah melalui Tim Likuidasi Penilaian Aset Dinas Pasar. Hasil
pekerjaan tim tersebut dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 1992 sebagai dasar
terbentuknya Perusahaan Daerah Pasar Kota
Medan sejak tanggal 7 Juni 1993.
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan
memiliki beberapa Landasan Yuridis dalam menjalankan operasionalisasinya. Landasan Yuridis
tersebut merupakan pedoman bagi Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan, sehingga seluruh
kebijakan perusahaan yang dikeluarkan tetap
berada dalam koridor peraturan, terutama untuk
menggali potensi sumber pendapatan yang baru.
Sebab, sebagai perusahaan dan BUMD,

4

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan cenderung
mencari laba yang sebesar-besarnya (provide
oriented), namun tetap memperhatikan aspek
sosial karena yang menjadi objek pengelolaan
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan tidak
hanya pasar itu sendiri, tetapi juga pedagang
yang menjalankan usahanya di pasar tersebut,
yang didominasi oleh pedangang ekonomi lemah
serta memiliki tingkat pendidikan rendah dan
pola pikir yang masih tergolong konvensional.
Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan
saat ini dihadapkan pada pelaksanaan Otonomi
Daerah dan juga Era Perdagangan Bebas yang
menyajikan berbagai tantangan dan serba
kompetitif. Apalagi melihat perkembangan
situasi politik nasional saat ini yang sangat
mempengaruhi perkembangan ekonomi/moneter
secara global, yang juga sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat lapisan bawah karena
meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok
sehari-hari.
Kondisi tersebut menuntut Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan harus benar-benar
melakukan persiapan, baik finansial maupun
kelembagaan,
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan perkembangan Sosial Ekonomi,
Sistem
Manajemen
Swastanisasi
yang
profesional, kualitas Sumber Daya Manusia yang
dapat bekerja dengan menerapkan sistem kerja
yang solid yaitu Koordinasi Integrasi dan
Sinkronisasi (KIS), dan sarana pasar yang mapan,
sehingga PD Pasar Kota Medan mampu berdiri
sebagai Perusahaan yang mandiri.
Sumber pemasukan Perusahaan Daerah
Pasar Kota Medan terdiri dari: kontribusi tempat
berjualan (kios/stand); kontribusi prasarana pasar
(pelataran), kontribusi perizinan, kontribusi
kebersihan pasar, royalti pengelola pihak ketiga
dan pendapatan lain-lain. Sistem penagihan
kontribusi tempat berjualan dengan sistem
bulanan dan harian.
Sedangkan tugas pokok dan fungsi
Perusahaan Daerah Pasar adalah suatu
Perusahaan Badan Hukum Milik Daerah
(BUMD) Pemerintah Kota Medan, yang
melaksanakan kegiatan dibidang pengelolaan
pasar.
Dalam operasionalisasinya, Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan juga berupaya
melaksanakan
pelayanan
dalam
bidang
perpasaran, membina pedagang pasar, turut serta
membantu menciptakan stabilitas harga serta
kelancaran distribusi barang di pasar, serta

Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

menggali potensi pasar berupa ekspansi objek
pengelolaan, intensifikasi pungutan dan diversifikasi usaha guna peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah tentunya harus
berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Medan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi
tertentu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, tentunya banyak factor-factor yang
menjadi kendala bagi Pemerintah Kota Medan
secara umum dan Perusahaan Daerah Pasar Kota
Medan.
Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Kota Medan, dapat berjalan dikarenakan
dukungan berbagai faktor sumber daya yang
mampu menggerakkan roda organisasi pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan. Otonomi Daerah membawa konsekuensi bagi daerah,
bahwa daerah harus mampu menggali dan
mengembangkan potensi ekonomi secara optimal
sebagai prioritas utama. Masalah kemampuan
keuangan daerah merupakan masalah utama bagi
banyak daerah-daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah, karena luasnya kewenangan
yang diemban oleh pemerintah daerah. Dan
perwujudannya sangat tergantung kepada
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah dengan sebaik-baiknya, ada beberapa
faktor/syarat yang perlu diperhatikan. Faktorfaktor tersebut adalah (Iglesias, 1976):
1. Sumber Daya. Termasuk manusia (seperti
program personnel) dan juga bukan manusia
(misalnya
pendanaan,
peralatan
dan
perlengkapan fisik, serta material lainnya).
2. Struktur. Mengetahui secara pasti peran dan
hubungan organisasi secara seimbang dalam
program yang relevan dan juga resep formal
atau informal melalui kesepakatan yang
dibuat.
3. Teknologi. Pada umumnya menunjukkan
pentingnya pengetahuan dan prilaku untuk
menjalankan organisasi dan secara lebih
khusus untuk kewajiban pengetahuan dan
pelatihan-pelatihan untuk pentingnya program tersebut.
4. Dukungan. Menunjukkan keseluruhan jarak
pasti atau peran dan prilaku potensial dari
individu atau kelompok-kelompok yang
cenderung mempromosikan pencapaian
tujuan organisasi secara pasti.

5. Kepemimpinan. Merupakan faktor dominan
dalam pengertian kemampuan untuk merubah
dan memodifikasi kritikan.
Adapun faktor-faktor yang menghambat
Pemerintah Kota Medan dalam meningkatkan
PAD melalui Perusahaan Daerah Pasar, antara
lain sebagai berikut:
a. Masalah Pembangunan (peremajaan) Pasar
dan Potensi
Antara lain Kurangnya dana yang
tersedia, potensi pasar yang kurang baik, potensi
pasar cukup strategis akan tetapi areal terbatas.
Peluang dan upaya untuk memecahkan
masalah-masalah diatas antara lain dengan
melakukan renovasi atau peremajaan dengan
dana sendiri, mencari dana dari luar atau
mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga.
Selain itu usaha perawatan dan rehabilitasi pasar
sesuai dengan dana yang tersedia dengan
pertimbangan skala prioritas teknis dan ekonomis
juga dapat dilakukan.
b. Masalah Keuangan dan Sumber Daya
Manusia
Pada umumnya realisasi penerimaan
belum bisa tercapai 100%, rata-rata pertahun
hanya dapat tercapai ±89%. Hal ini disebabkan
beberapa factor yang antara lain Tingkat huni
tempat usaha belum tercapai secara maksimum
karena faktor strategis yang sangat rendah,
adanya pusat-pusat perbelanjaan dengan eceran
dalam skala besar dan tumbuhnya pasar-pasar liar
serta pertumbuhan pedagang K5 yang cukup
tinggi dan kompleks disekitar pasar, metode
pencatatan dan pelaporan keuangan yang masih
manual, kualitas SDM belum memadai, kondisi
ekonomi yang semakin sulit, dan kurangnya
tingkat kesadaran pedagang untuk melakukan
pembayaran atas kewajibannya.
Adapun peluang dan upaya pemecahan
masalah di atas antara lain dengan meningkatkan
persaingan sehat ditingkat pelayanan dan harga
tempat usaha, melakukan perawatan dan
rehabilitasi pasar, serta meningkatkan pelayanan
kebersihan dan ketertiban pasar. Mengadakan
intensifikasi pungutan dan pengefektifan
penagihan
piutang.
Melakukan
upaya
diversifikasi usaha dengan bekerjasama dengan
pihak ketiga dengan memanfaatkan lokasi pasar
yang strategis tetapi kurang berfungsi. Meningkatkan potensi penerimaan royalti dengan melakukan evaluasi kerjasama dengan pihak ketiga.

5

Nasution, dkk., Strategi Peningkatan PAD…

Meningkatkan potensi penerimaan jasa dari
prasarana pasar dengan memfungsikan atau
mengadakan sarana yang memadai.
Meningkatkan
manajemen/organisasi
yang didukung dengan penyusunan uraian
jabatan (job description), analisis jabatan, analisis
beban kerja, kepada suatu lembaga manajemen.
Meningkatkan pemasaran tempat usaha (kios/stand) yang lokasinya kurang strategis. Melakukan penyempurnaan dalam sistem pencatatan
data keuangan. Menerapkan prinsip-prinsip daya
guna dan hasil guna dalam penggunaan dana
perusahaan, sehingga dapat mencapai rentabilitas, profit margin dan asset turn over yang
cukup baik. Meningkatkan pelayanan melalui
pembinaan dan penyuluhan pedagang, pendidikan dan pelatihan untuk bidang yang mempunyai kaitan langsung dengan pengelolaan
pasar.
c. Masalah Ketertiban
Secara khusus masalah penertiban pasar
adalah merupakan masalah yang rumit dan
kompleks, hal ini disebabkan beberapa factor
antara lain kondisi ekonomi dan sosial yang
semakin sulit menyebabkan kecenderungan mencari pekerjaan yang lebih mudah dan cepat
sehingga pedegang K5 tumbuh dengan demikian
cepat di sekitar pasar, sedangkan kondisi dan
daya tampung pasar masih rendah dibandingkan
pertumbuhan K5 tersebut. Adanya pungutanpungutan liar yang sebenarnya bertentangan
dengan ketentuan dan peraturan. Kondisi tempat
penampungan yang tidak tersedia
ataupun
kurang strategis sehingga minat pedagang K5
untuk pindah ke lokasi tersebut sangat kurang.
Penataan lokasi parkir yang kurang baik,
keterbatasan waktu dalam sosialisasi peraturan
serta kesadaran atau ketaatan terhadap peraturan
dan hukum yang masih rendah.
Upaya pemecahan masalah di bidang
penertiban khususnya di pasar-pasar yang rawan
pedagang K5, dapat dilakukan dengan beberapa
Pendekatan (Approach) yaitu pertama melalui
Pendekatan secara Persuasif yang sifatnya
sementara, tetapi dapat dilakukan lebih cepat dan
langsung, misalnya menertibkan pedagang K5
dari badan-badan jalan (protokol) sehingga
kemacetan lalu lintas kendaraan dapat dihindari.
Pendekatan kedua yang dapat dilakukan adalah
Pendekatan
secara
Konstruktif
yaitu
mengupayakan
penyediaan
lahan
atau
mengadakan perluasan pasar sehingga daya tam-

6

pung dapat disesuaikan dengan jumlah pedagang
K5 yang berada di sekitar pasar. Pendekatan
selanjutnya adalah secara Opportunity of
Differential, yaitu memberikan kesempatan
kepada pedagang K5 untuk menempati tempat
usaha pada tempat-tempat yang kurang strategis
dengan membedakan harga atau memberikan
diskon/dispensasi. Perlu juga diadakan koordinasi yang terpadu (corporate) dengan aparat-aparat
yang terkait, sehingga aparat-aparat tersebut
dapat diharapkan lebih proaktif didalam
melakukan tindakan penertiban, kebersihan dan
keamanan pasar.
d. Masalah Kebersihan
Pada umumnya kebersihan pasar dapat
dilaksanakan dengan baik dan dilakukan secara
rutin. Namun demikian, di beberapa pasar masih
terdapat tempat-tempat yang rawan sampah. Hal
ini disebabkan beberapa faktor antara lain Sarana
pengangkutan sampah dan TPS yang kurang
memadai serta pelayanan pengangkutan sampah
dari pihak mitra usaha yang tidak tepat waktu
ditambah adanya sampah kiriman dari penduduk
sekitar pasar yang sulit di pantau dan di hindari
menyebabkan sampah bertumpuk. Kondisi dan
posisi pasar yang tidak di dukung oleh
fasilitas/prasarana yang menguntungkan, serta
kurangnya kesadaran pedagang untuk membuang
sampah pada tempat yang telah disediakan.
Peluang dan upaya pemecahan masalah
kebersihan ini dapat dilakukan dengan cara
Melakukan koordinasi yang terpadu didalam hal
pelayanan pengangkutan sampah pasar dan batasbatas pembuangan sampah, pelayanan sampah
penduduk disekitar pasar, serta koordinasi kepada
instansi terkait (Dinas Pekerjaan Umum) untuk
memperbaiki jalan-jalan dan prasarana umum di
sekitar pasar. Melakukan perawatan/renovasi
pasar dan prasarana pasar sesuai dengan dana
yang tersedia dengan mempertimbangkan skala
prioritas. Memperbanyak tempat pembuangan
sampah dan mengefektifkan tenaga pekerja
kebersihan pasar secara berdaya guna dan
berhasil guna.
Adapun Strategi Pemerintah Kota Medan
untuk Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan
dalam Rangka Meningkatkan PAD Kota Medan
adalah sebagai berikut:
(1) Merubah Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun
1992 menjadi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Pasar
yang harus berorientasi pada dua hal yaitu

Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

melakukan pelayanan publik sekaligus
mendapatkan profit.
(2) Perusahaan Daerah Pasar dapat melakukan
networking sistem, yaitu menjalin bentukbentuk kerjasama dengan pihak ketiga
dengan memakai konsep BTO, BOT atau
KSO yang harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dengan persetujuan Badan
Pengawas. Sistem ini sangat memungkinkan
mencari alternatif investasi lokal, nasional
maupun internasional untuk membangun
pasar yang baik dan nyaman serta mampu
bersaing secara global.
(3) Finansial, dalam hal kebijakan keuangan
pembagian laba ke kas Pemerintah Kota
Medan yang semula 55% (dalam Peraturan
Daerah No. 15 Tahun 1992) menjadi 50%
(dalam Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2001),
di
mana
5%
dialokasikan
untuk
pengembangan perusahaan. Audit laporan
keuangan sudah diatur secara lebih detail
melalui akuntan publik meskipun Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan masih memakai
auditor dari BPKP.
Dalam pengelolaan pasar Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan masih perlu dilakukan
perbaikan dan penyempurnan, yang meliputi:
(1) Meningkatkan citra pengelolaan pasar baik
mengenai perawatan fisik bengunan, kebersihan, pelayanan dan sumber daya
manusia, sehingga dapat bersaing dengan
pihak pusat perbelanjaan dan pedagang
eceran.
(2) Melakukan upaya yang mengarah pada
penyehatan keuangan perusahaan dengan
berpedoman pada prinsip hasil guna dan daya
guna atas penggunaan dana.
(3) Peningkatan Kwalitas Sumber Daya Manusia
dan pembenahan organisasi terutama dalam
pembuatan Uraian Jabatan, Persyaratan
Jabatan dan Analisis Jabatan, sehingga
Sumber Daya Manusia dapat menjadi
pemasaran yang interaktif, responsif dan
empati dalam pelayanan kepada masyarakat
(pedagang). Dan juga perlu dipikirkan bentuk
rasionalisasi karyawan agar efektif dan
efisien.
(4) Perlu dilakukan koordinasi yang terpadu
dengan Pemerintah Daerah Kota Medan dalam
penanganan
masalah
ketertiban
pedagang K5 dan masalah ketertiban
lalulintas jalan disekitar pasar.

(5) Koordinasi yang terpadu dan sinkron juga
perlu dilakukan dengan pihak yang melayani
pengangkutan
sampah
pasar
(PD.
Kebersihan)
dan
kelurahan
dalam
penanganan masalah sampah pasar.
(6) Selain itu, perlu dilakukan intensifikasi pemungutan dan diversifikasi usaha, yang tidak
menyimpang dari ketentuan. Mencari sumber
dana yang murah untuk pembelian lahan dan
pembangunan pasar kepada pihak luar
perusahaan atau melalui kerjasama pihak
ketiga.
(7) Bantuan dana dari APBD Pemerintah Daerah
Kota Medan diperlukan untuk investasi pembangunan pasar.
(8) Perlu mengadakan standarisasi proses pelaksanaan jasa pasar di seluruh organisasi
(dinas) pasar diseluruh Indonesia, karena hal
ini merupakan suatu langkah kearah kontrol
kwalitas jasa pengelolaan pasar.
KESIMPULAN
Penerapan Otonomi Daerah memiliki
konsekuensi bagi penyelenggaraan pemerintahan
baik dari aspek administrarif, politik, termasuk
juga keuangan daerah. Situasi tersebut
mengharuskan pemerintah daerah malakukan
penyesuaian pada perangkat-perangkat daerah.
Dalam penelitian ini misalnya, Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan adalah satu dari
beberapa perangkat daerah yang ada di
Pemerintah Kota Medan yang mengatur pengelolaan pasar-pasar tradisioal serta memiliki fungsi
sosial dan bisnis. Dalam pengelolaannya, Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan juga banyak mengalami perubahan dalam struktur organisasi
serta pengaturan Keuangan dan Sumber Daya
Manusia sejak penerapan otonomi daerah
tersebut. Namun, dalam proses perjalanan
penyesuaian tersebut masih banyak terdapat
kendala-kendala yang cukup berarti untuk
mencapai target-target yang sudah ditetapkan
baik melalui renstra dan aturan main lainnya
yang sudah ditetapkan.
Dari hasil analisis data temuan atas
faktor-faktor yang mempengaruhi Pemerintah
Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah melalui Perusahaan Daerah Pasar
dan strategi peningkatan kerja Perusahaan Daerah
Pasar Kota Medan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi Pemerintah Kota Medan dalam
meningkatkan PAD melalui Perusahaan Daerah

7

Nasution, dkk., Strategi Peningkatan PAD…

Pasar adalah pertama, Masalah Pembangunan
(peremajaan) pasar berikut potensinya tidak
terlaksana dengan baik. Kedua, masalah keuangan dan Sumber Daya Manusia. Ketiga, masalah ketertiban, secara khusus masalah
penertiban pasar adalah merupakan masalah yang
rumit dan kompleks. Keempat, adalah masalah
kebersihan diantaranya menyangkut tentang sarana pengangkutan sampah dan TPS yang kurang
memadai.
Untuk mengatasi faktor-faktor tersebut,
Pemerintah Kota Medan melakukan strategi
dalam meningkatkan PAD melalui Perusahaan
Daerah Pasar. Diantara upaya tersebut adalah
pertama, merubah peraturan daerah yang
mengatur tentang Perusahaan Daerah Pasar Kota
Medan secara subtantif dalam peraturan yang
berlaku yaitu Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun
1992 dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2001. Perubahan tersebut membawa dampak
Positif bagi perkembangan Perusahaan Daerah
Pasar Kota Medan.
Strategi kedua adalah dengan menggunakan analisis SWOT yaitu memanfaatkan kekuatan dan mengisi peluang yaitu dengan cara-cara
menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, suplier
dalam
rangka
penyelenggaraan
kegiatan
pengembangan program ekonomi masyarakat
yang dilakukan oleh para pedagangdalam dunia
perdagangan dan industri yang memiliki
multiplier effect tinggi, baik bagi peningkatan
jumlah pedagang yang berjualan maupun bagi
sektor lainnya seperti transportasi dan produk
para pengrajin di daerah. Salah satu upaya
lainnya yang cukup strategis adalah strategi
pengendalian tarif pembelian dan pengelolaan
sehingga persaingan antar pasar-pasar modern
dan tradisional lainnya di Kota Medan dapat
berlangsung secara sehat dan fair, dan hal ini
dapat dilakukan melalui wadah para pedagang
yang dikoordinir oleh Perusahaan Daerah Pasar
Kota Medan sebagai institusi yang berkompeten.
Strategi ketiga adalah memanfaatkan
kekuatan dan mengatasi ancaman yaitu upaya
menyediakan semua kebutuhan pedagang dan
pengunjung, sesuai dengan posisi Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan sebagai institusi yang
menyediakan pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan secara
individual melalui fasilitas publik (tempat
tunggu, parkir, cafe, termasuk business centre)
bagi keperluan penunjang aktivitas bisnis
pelanggan selama berada di lingkungan pasar.

8

Menyelenggarakan pula jasa pelayanan seperti
front office atau customer service
yang
memberikan informasi bagi pelanggan yang
membutuhkan.
Strategi keempat adalah mengatasi
kelemahan dan mengisi peluang dengan cara
membuka kesempatan kerjasama dengan pihak
ketiga atau stakeholder lainnya dalam bidang
pemasaran atau pemakaian jasa kios/stand
dilakukan secara terpadu. Bentuk kerjasama ini
terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan
event peningkatan kualitas produk atau barang
dagangan dan pesta budaya yang diselenggarakan
oleh pihak pemerintah daerah maupun oleh
sponsor manapun.
Yang terakhir dilakukan adalah strategi
mengatasi kelemahan dan menghadapi ancaman
dengan
cara-cara
strategi
memberikan
keleluasaan staf atau karyawan dalam berinovasi
atau mengembangkan kreativitas dalam rangka
peningkatan kinerja pelayanan pasar secara
keseluruhan, terutama yang berkaitan langsung
dengan pelayanan kepada para pelanggan
(pedagang dan pengunjung), karena karyawan
inilah yang lebih mampu mengenal apa yang
dibutuhkan oleh pelanggan sebagai konsekuensi
interaksi timbal balik antara karyawan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan dengan pelanggannya. Kreatifitas inipun termasuk dalam hal
penataan kios/stand maupun peralatan pasar
lainnya demi peningkatan kepuasan pelanggan
secara optimal.

SARAN
Dalam pengelolaan pasar PD. Pasar Kota Medan
masih perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan, yang meliputi:
1. Meningkatkan citra pengelolaan pasar baik
mengenai perawatan fisik bengunan, kebersihan, pelayanan dan sumber daya manusia,
sehingga dapat bersaing dengan pihak pusat
perbelanjaan dan pedagang eceran.
2. Melakukan upaya yang mengarah pada
penyehatan keuangan perusahaan dengan
berpedoman pada prinsip hasil guna dan daya
guna atas penggunaan dana.
3. Peningkatan Kualitas sumber daya manusia
dan pembenaan organisasi terutama dalam
pembuatan uraian jabatan, persyaratan
jabatan dan analisis jabatan, sehingga sumber
daya manusia dapat menjadi pemasaran yang

Jurnal Studi Pembangunan, Oktober 2005, Volume 1, Nomor 1

interaktif, responsif dan empati dalam
pelayanan masyarakat (pedagang).
4. Perlu dilakukan koordinasi yang terpadu dengan Pemerintah Daerah Kota Medan dalam
penanganan masalah ketertiban pedagang K5
dan masalah ketertiban lalulintas jalan disekitar pasar.
5. Perlu dilakukan koordinasi yang terpadu dan
singkron dengan pihak yang melayani pengangkutan sampah pasar (PD Kebersihan) dan
kelurahan dalam penanganan masalah
sampah pasar.
6. Perlu dilakukan intensifikasi pemungutan dan
diversifikasi usaha, yang tidak menyimpang
dari ketentuan.

7. Mencari sumber dana yang murah untuk
pembelian lahan dan pembangunan pasar
kepada pihak luar perusahaan atau melalui
kerjasama pihak ketiga.
8. Perlu bantuan dana dari APBD Pemerintah
Daerah Kota Medan untuk investasi
pembangunan pasar.
9. Perlu mengadakan standarisasi proses
pelaksanaan jasa pasar di seluruh organisasi
(dinas) pasar di seluruh Indonesia, karena hal
ini merupakan suatu langkah kearah kontrol
kualitas jasa pengelolaan pasar.

9

Nasution, dkk., Strategi Peningkatan PAD…

DAFTAR PUSTAKA

Davey, KJ. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah di Indonesia, Terjemahan Amanullah. Jakarta, UIPress.
Iglesias, Gabriel, U. 1976. Implementation: The Problem of Achieving Result. Manila, EROPA.
UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Harian Kompas, Kamis, 11 Agustus 2000.

10