ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN

ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN, IHSG,
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH, DAN KURS TERHADAP
NAB REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA
Kenanga Rahmi Annisa
Manajemen Keuangan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Abstract
Reksadana syariah adalah alternatif investasi bagi para pemodal
kecil dan yang tidak memiliki keahlian menghitung risiko dari
investatsi yang dimiliki. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh dari Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), Kurs, dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap NAB reksadana syariah di Indonesia dengan
rentang waktu Januari 2015-Agustus 2017. Dengan IHK, IHSG, SBIS,
dan Kurs sebagai variabel bebas dan NAB reksadana syariah sebagai
variabel terikat. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi
klasik dan pengujian terhadap masing-masing variabel. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebasnya berpengaruh
terhadap variabel terikatnya. Variabel IHK dan SBIS tidak berpengaruh
terhadap NAB reksadana syariah tetapi variabel IHSG dan Kurs

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana
syariah.
Keywords: NAB reksadana syarih, IHK, IHSG, SBIS, Kurs

A. PENDAHULUAN
Kinerja pasar modal dapat dijadikan salah satu indikator kinerja ekonomi
secara keseluruhan dan menemukan apa yang terjadi dalam perekonomian. Pasar
modal adalah pasar yang mempertemukan mereka yang memerlukan dana jangka
panjang dan mereka yang dapat menyediakan dana tersebut. Bursa efek
merupakan satu bentuk kegiatan pasar modal (Rahmawati: 2009). Salah satu
produk dan instrumen pasar modal yang saat ini tengah berkembang pesat adalah
reksadana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan
bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Reksadana adalah suatu wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, memiliki keinginan

kuat untuk berinvestas, tetapi memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas
(Tandelin: 2010).

Menurut Fatwa DSN MUI No.20/DSN-MUI/IV/2001, reksadana syariah
sebagai reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariat islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai milik harta (Shahibul mall)
dengan manajer investasi sebagai wakil maupun antara manajer investasi sebagai
wakil shahib al-mall dengan pengguna investasi. Reksadana syariah merupakan
sebuah bentuk investasi yang mempunyai risiko walaupun di pasar modal
reksadana syariah adalah sekuritas yang mempunyai risiko yang paling rendah
(Natalina: 2015). Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi
masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Perkembangan
reksa dana syariah di Indonesia tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan grafik ditunjukkan bahwa pertumbuhan reksadana semakin
berkembang setiap tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah reksadana terdapat sekitar
58 reksadana syariah, kemudian pada tahun 2017 per-oktober 2017 terdapat
sekitar 172 reksadana syariah. Kemudian lihat Nilai Aktiva Bersihnya juga
mengalami peningkatan yang cukup tinggi, pada tahun 2017 Nilai Aktiva
Bersihnya senilai 22.369,64 miliar ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang kenaikan berfluktuasi. Melalui data
ini menunjukkan bahwa reksadana syariah cukup diminati oleh investor walaupun
jumlah ini masih sangat jauh dibandingkan dengan reksadana konvensional yang
pada tahun 2017 per-oktober sebanyak 1532 dengan NABnya sebesar 406.164,28
miliar.
Minat masyarakat untuk berinvestasi dalam produk syariah dikatakan cukup
tinggi. Karena sekarang masyarakat sangat tertarik dengan kebarokahan dari
investasi. Kinerja reksadana syariah tergolong bagus bahkan mengalahkan
reksadana konvensional. Selama ini produk reksadana syariah menarik karena

return lebih tinggi. Dimana sektor konsumen yang merupakan tulang punggung
saham-saham syariah perkembangannya bagus. Secara umum reksadana global
syariah memiliki potensi kinerja yang menarik sebagai diversifikasi investasi
terhadap saham syariah dalam negeri.
B. LANDASAN TEORI
a. Reksadana Syariah
Reksadana dikenal dengan beberapa istilah yakni unit trust, mutual fund,
atau investment fund. Ketiga istilah tersebut sama-sama memiliki pengertian
sebuah investasi kolektif diantara para investor dengan tujuan investasi yang
sama. Dana yang dikumpulkan oleh para investor tersebut dikelola oleh seorang

fund manager [ CITATION Abd17 \l 1057 ]. Reksadana syariah adalah reksadana
yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepaa syariah islam, yang
tidak mungkin menginvestasikan dananya ke produk yang bertentangan dengan
syariat islam.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan total nilai investasi dan kas yang
dipegang (uninvested) dikurangi dengan biaya-biaya hutang dari kegiatan
operasional yang harus dibayarkan. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya
nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya,
menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan
atau saham. Nilai Aktiva Bersih (NAB) dapat diformulasikan sebagai berikut:
NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t
LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sertifikat Bank Indoneis Syariah (SBIS) merupakan surat beharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (Bank Indonesia). Instrumen Sertifikat Bank

Indonesia Syariah ini juga akan mempercepat pertumbuhan bank syariah. Bank
Indonesia menerbitkan SBI Syariah untuk mengantisipasi kenaikan transaksi di
perbankan syariah. Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu
perjanjian atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu
(‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dalam suatu
pekerjaan.
c. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks harga saham gabungan atau IHSG adalah indeks harga saham yang
dipantau oleh BEJ (Bursa Efek Jakarta) dan mencerminkan harga saham berbagai
perusahaan dilihat dari sistem perdagangan lelang. Peningkatan atau penurunan
harga saham yang direfleksikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
bukan hanya mencerminkan perkembangan perusaahaan atau industri suatu
negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih
fundamental dari suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa dilihat
dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut.
Jika IHSG rata-rata mengalami peningkatan, maka menggambarkan kondisi
perekonomian Indonesia sedang membaik. Sedangkan penurunan nilai IHSG
menggambarkan kondisi perekonomian sedang memburuk, meskipun terkadang
teori tersebut tidak selalu pasti atau sama. (Basyariah, 2014).

d.Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau biasa disebut juga Consumer Price
Index (CPI) merupakan perbandingan antara harga dengan suatu paket komoditas
dari suatu kelompok barang atau jasa (market basket) pada suatu periode waktu
terhadap harganya pada periode waktu yang telah ditentukan (tahun dasar). Indeks
Harga Konsumen dapat digunakan sebagai alat ukur tingkat inflasi suatu negara
dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah dan kontrak lainnya.
Ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan bersifat
tidak menentu, maka risiko investasi dalam aset-aset keuangan akan meningkat
(Murhadi: 2013). Kenaikan inflasi yang diukur dengan tingkat Indeks Harga
Konsumen akan mempengaruhi daya beli konsumen berupa penurunan
kemampuan daya beli dalam berinvestasi. Jika investasi mengalami penurunan,
maka Nilai Aktiva Bersih tersebut akan mengalami penurunan juga.
e. Kurs
Kurs (Exchange Rate) merupakan sebuah perjanjian yang dikenal sebagai
nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara
dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Hubungan nilai diantara satu
kesatuan mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam negeri.Nilai tukar mata
uang sendiri selalu berubah-ubah setiap harinya, bahkan di dalam satu hari dapat
terjadi beberapa kali perubahan nilai kurs. Perubahan kurs dapat berupa depresiasi

(melemah) dan apresiasi (menguat).
Kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara
ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi
mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga
valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah
dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di

negara yang bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih
murah.

C. METODOLOGI
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan
adalah data sekunder berupa data deret waktu bulanan (time series) dari bulan
Januari 2015 sampai agustus 2017. Untuk data Indeks Harga Konsumen (IHK)
dari Badan Pusat Statistik (BPS), IHSG dari Yahoo Finance, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah dan Kurs Tengah dari Bank Inonesia. Dan data reksadana
syariah dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini ialah berupa dokumentasi, publikasi,

dimana data-data diperoleh dari situs resmi yang dipublikasikan oleh Yahoo
Finance, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Di
dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas, yaitu:
a. Indeks Harga Konsumen
b. IHSG
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
d. Kurs
b.Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan reksadana syariah di
Indonesia dilihat dari Nilai Aktiva Bersihnya.
c. Perumusan Model
Dalam analisa ini digunakan rumus regresi berganda
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Keterangan:
Y
= NAB Reksadana Syariah

a
= Kostanta
b1-b4 = Koefisien Regresi
X1
= IHK
X2
= IHSG
X3
= SBIS

X4

= Kurs

D. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisis data adalah bagian dari proses pengujian setelah tahap pemilihan
dan pengumpulan data.. Metode analisis ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan software aplikasi statistik yaitu SPSS (Statistical Package Of Sosial
Science). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai

hubungan antara variabel independen dan dependen, dan juga menggunakan uji
asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai
sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data
tersebut berdistribusi normal ataukah tidak (Hidayat: 2013). Cara yang bisa
digunakan untuk menguji normalitas secara analitis yaitu melalui rumus
Kolmogorov-Smirnov. Syarat dari suatu data dapat dikatakan terdistribusi normal
adalah apabila nilai Assymp. Sig. lebih besar dari alpha (5%). Hasil uji normalitas
dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N
32
a,b
Normal Parameters
Mean

.0000000
Std.
1328.238675
Deviation
80
Most Extreme
Absolute
.077
Positive
.068
Differences
Negative
-.077
Test Statistic
.077
Asymp. Sig. (2-tailed)
.200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel diatas hasil pengujian statistik Kolmogorov-Smirnov pada
tabel diatas dapat dilihat bahwa niali Assymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,200 dan ini
lebih besar dari tingkat alpha (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa data pada
penelitian terdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk
mengetahui adakah korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan
perubahan waktu. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Run-test. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai Assymp. Sig. yaitu harus lebih besar dari alpha
(5%), maka kesimpulannya pada data tidak terjadi autokorelasi. Hasil dari uji
autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
a
Test Value
37.03036
Cases < Test Value
16
Cases >= Test Value
16
Total Cases
32
Number of Runs
13
Z
-1.258
Asymp. Sig. (2.208
tailed)
a. Median
Berdasarkan dari hasil pengujian autokorelasi menggunakan Run test
menunjukkan bahwa nilai Assymp. Sig. yang diperoleh sebesar 0,208 dan
menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di atas nilai alpha (5%). Maka dapat
disimpulkan bahwa pada data tidak terjadi autokorelasi.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk memastikan apakah di
dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel
bebas.Caranya dapat dengan melihat jika nilai Tolerance >= 0,10 atau nilai VIF
(Variance inflation Factor) < =10), maka tidak ada multikolinearitas.

Model
1 (Constant)
IHK

Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
T
10309.095
8532.917
1.208
26.710
65.789
.121
.406

Sig.
.237
.688

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.344

2.906

IHSG
-.579
SBIS
.675
KURS
-.756
a. Dependent Variable: abs_res1

.662
.378
.723

-.330
.324
-.332

-.874
1.785
-1.047

.390
.086
.305

.216
.934
.306

Berdasarkan dari tabel diatas uji multikolinearitas yang telah dilakukan
dapat dilihat bahwa nilai Tolerance semua variabel > 0.10 dan nilai VIF semua
variabel < 10. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi
multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear. Dalam
pengujian ini menggunakan keputusan yang diambil jika t-hitung < t-tabel
dengan tingkat signifikansi di atas 5% maka model dikatakan bebas dari
heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel
berikut :
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
1
(Constant)
10309.095
8532.917
1.208
.237
IHK
26.710
65.789
.121
.406
.688
IHSG
-.579
.662
-.330
-.874
.390
SBIS
.675
.378
.324
1.785
.086
KURS
-.756
.723
-.332
-1.047
.305
a. Dependent Variable: abs_res1
Hasil dari pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi semua variabel independen berada di atas nilai alpha (5%). Hal ini
menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas mampu
secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Kriteria
dari uji F adalah nilai F-hitung > F-tabel atau nilai probabilitas
signifikansinya