FIX MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugas mengajar sebagai guru pasti pernah bahkan

sering dihadapkan pada berbagai permasalahan baik yang terjadi dalam proses
pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran tetapi masih dalam konteks
pendidikan di sekolah. Masalah pembelajaran misalnya; siswa tidak mau
memperhatikan pelajaran (minat belajar rendah atau motivasi belajar rendah),
siswa pasif, tidak berani bertanya, prestasi belajar yang rendah, dan sebagainya.
Sedangkan yang bersifat non-pembelajaran misalnya perkembangan personal
siswa tidak optimal, efektivitas hubungan guru dan siswa yang kurang baik dan
sebagainya. Selain permasalah di atas, sarana prasarana pendukung pembelajaran
yang tidak optimal, dibutuhkan inovasi dari para guru.
Permasalahan-permasalahan seperti itu dapat di kategorikan penyakit yang
kalau tidak segera disembuhkan akan berdampak sistemik pada proses alamiah
pada tubuh manusia. Oleh karena itu hal di atas menuntut segera diatasi agar tidak
berlarut-larut dan berdampak sistemik pada proses pembelajaran selanjutnya.
Peningkatan kualitas pembelajaran harus selalu diupayakan semaksimal mungkin

oleh semua komponen pelaku-pelaku pendidikan, terutama oleh guru yang
memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam pembelajaran.
Guru pada kesempatan ini harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan
masalah-masalah pembelajaran dan non-pembelajaran secara profesional dan
kolaboratif

lewat

meningkatkan

sebuah penelitian

kompetensi

guru

tindakan secara

untuk


menyelesaikan

terkendali. Upaya
masalah-masalah

pembelajaran akan berdampak positif ganda. Pertama, kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pembelajaran akan meningkat. Kedua, penyelesaian
masalah pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat
meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, sarana/prasarana, dan hasil belajar.
Ketiga, peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara pada peningkatan

1

kualitas lulusan. Sehingga guru harus mampu menguasai metode dan prosedur
dalam penelitian tindakan kelas.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas menimbulkan beberapa pertanyaan


sebagai berikut:
1) Apakah hakikat dari penelitian tindakan kelas?
2) Bagaimanakah desain model penelitian dalam penelitian tindakan kelas?
3) Siapakah yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas?
4) Bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas?
5) Bagaimana teknik analisis data data dalam penelitian tindakan kelas?
1.3

Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1) Memahami hakikat dari penelitian tindakan kelas
2) Memahami desain model penelitian dalam penelitian tindakan kelas
3) Mengetahui yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan
kelas
4) Mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan kelas
5) Mengetahui bagaimana teknik analisis data data dalam penelitian tindakan
kelas

2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Defenisi Penelitian Tindakan Kelas
Saat ini banyak muncul definisi tentang penelitian tindakan kelas dimana

satu dengan lainnya sangat mirip. Berikut ini adalah beberapa defenisi tentang
penelitian tindakan kelas menurut para ahli, yaitu:


Sanjaya (2013 :49) menyatakan bahwa PTK (penelitian tindakan kelas)
adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis
setiap pengaruh dari tindakan tersebut.




Uno, dkk (2009: 77) menyatakan bahwa PTK adalah salah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah.



Aqib, dkk (2009: 3) menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa
meningkat.



Darmadi (2015: 16) mengemukakan bahwa PTK adalah suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai
tindakan yang dilakukan oleh guru dosen sebagai peneliti, sejak awal
disusunnya suatu perancangan sampai pada akhir penilaian tindakan
nyata didalam kelas dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, guna
memperbaiki kondisi pembelajarannya.




Stephen Kemmis (dalam Hopkins, 2008:87) menyatakan bahwa action
research adalah suatu penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para
3

partisipan (misalnya : guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasisituasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas
atau

kebenaran,

(1)

praktik-praktik

sosial

pendidikan


yang

dilakukannya sendiri, (2) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan
(3) situasi-situasi (lembaga-lembaga) dimana praktik-praktik ini
dilakukan.


Dave Ebbut (dalam Hopkins, 2008:88) menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu studi yang sistematis dalam usaha
meningkatkan praktik-praktik atau latihan-latihan dalam bidang
pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang berdasarkan
tindakan nyata dan refleksi diri akibat dari tindakan tersebut. Orang
yang melakukan penelitian tindakan kelas adalah orang yang
menginginkan perubahan dari apa yang selama ini dilakukan,
dijalankannya dan ingin menjadi lebih baik secara sistem dan orangorang yang terlibat dalam sistem tersebut.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai definisi penelitian tindakan kelas

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yaitu : sebagai
penelitian yang dilaksanakan dikelas dan didasari pada refleksi diri yang bertujuan
memperbaiki kinerja, meningkatkan hasil belajar siswa, dan memperbaiki mutu

dalam proses pembelajaran oleh seorang guru.
2.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan (termasuk penelitian tindakan kelas) dilakukan dalam
suatu siklus (putaran). Setiap siklus terdiri dari sejumlah langkah yang harus
dikerjakan peneliti. Ada beberapa model rancangan yang dikemukakan para pakar.
Pada kesempatan ini dikemukakan tiga model di antaranya, yaitu (1) model Kurt
Lewin, (2) model Kemmis & Taggart, dan (3) model John Elliot.
2.2.1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai

model tindakan yang lain, khususnya penelitian tindakan kelas. Dikatakan
demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau

4

penelitian tindakan. Kurt lewin (dalam Uno, 2009:109) mengemukakan bahwa
ada empat kompenen pokok penelitian tindakan, yaitu:
1) Perencanaan (planning)

2) Tindakan (acting)
3) Pengamatan (observing)
4) Refleksi (reflecting)
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai sebuah siklus
yang dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar. 2.1 Desain Model Penelitian Tindakan Kurt Lewin
Pelaksanaan penelitian tindakan pada Model Kurt Lewin adalah proses
yang terjadi dalam satu lingkaran yang terus menerus. Perencanaan adalah proses
menentukan program perbaikan yang berangkat dari satu ide gagasan peneliti;
sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang
dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi
tentang berbagai kelemahan atau kekurangan tindakan yang telah dilakukan dan
refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan
program atau perencenaan baru.
2.2.2

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart
Model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan pengembangan dari konsep


dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, perbedaannya komponen acting

5

(tindakan)

dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.

Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu
kesatuan waktu. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk desainnya

Gambar 2.2

Desain

Model


Penelitian Tindakan

Kemmis

dan

McTaggart
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC
Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan
satu perangkat terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut
dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada desain
model ini dipandang sebagai suatu putaran kegiatan yang terdiri atas perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Pada gambar 2.2 di atas, tampak bahwa di dalam gambar tersebut terdiri
atas dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk
pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas
tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada
umumnya lebih dari satu siklus. Penelitian tindakan kelas yang dikembangkan
dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya berdasar pada model
Kemmis dan MC Taggart ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.
Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapan

6

berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan.
Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil
refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum
memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana
untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang
dinginkan benar-benar tercapai.
2.2.3

Desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Model Elliot
Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu

Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, penelitian tindakan kelas Model
John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di
dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara tiga
sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.
Maksud disusunnya secara terinci pada penelitian tindakan kelas Model John
Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam
pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula
olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa
langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau
materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan
biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan
diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun
model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu
seperti gambar 2.3 berikut ini.

7

Gambar 2.3

Desain Model Penelitian Tindakan Elliot

Model penelitian yang dikembangkan oleh Elliot adalah model yang
menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses
pembelajaran. Langkah pertama yang harus dilakukan menurut Elliot adalah
menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang dilanjutkan dengan
melakukan eksplorasi yakni studi untuk mempertajam gagasan atau ide. Manakala
peneliti sudah merasa cukup, selanjutnya melakukan rencana secara menyeluruh
dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melakukan tindakan pertama yang
selama pelaksanaannya dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari
monitorng dan eksplorasi peneliti dapat melakukan tindakan kedua atau kembali
merevisi rencana.
Berdasarkan beberapa desain para ahli mengenai model penelitian
tindakan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pola dasar dari modelmodel atau desain-desain penelitian tindakan tersebut meliputi empat tahapan:
Pertama, penyusunan rencana (planning); Kedua, melakukan tindakan (acting);
Ketiga, pengamatan (observing); dan Keempat, refleksi (reflecting). Tahapantahapan ini dapat diuraikan secara rinci yaitu :
Tahap 1 : Perencanaan tindakan (planning)
Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra

PTK,

rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang
ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci.

8

Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana
pengajaran yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik atau instrumen
observasi/evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini.
Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul
pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih
dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan
hipotesis yang telah ditentukan.
Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang
telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari
segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.
Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang
berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan
kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam
refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya
sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori
pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
Tahap 3 : Pengamatan terhadap tindakan (Observing)
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data
yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana
yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang
dikumpulkan dengan alat bantu instrument pengamatan yang dikembangkan oleh
peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis
instrument

ukur

penelitian

guna

kepentingan

triangulasi

data.

Dalam

melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam
tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar).
Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan
menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu
dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang
dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi
terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan observasi sistematis.

9

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya (a) ada
perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus
ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama;
(d) pengamat memiliki ketrampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan
diberikan dengan segera. Adapun ketrampilan yang harus dimiliki pengamat
diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b)
adanya keterlibatan ketrampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktivitas
kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan
sistematis.

Tahap 4 : Refleksi terhadap tindakan (reflecting)
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat
dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari
eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini
dimungkinkan melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat
observasi. Keterlibatan kalaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat
lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala
pengalaman, pengetahuan dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan
dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan
pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang
mantap dan sahih. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam
menentukan suatu keberhasilan PTK.
Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu
masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan
selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang
menyesatkan dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK.
Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh ketajaman dan
keragaman instrument observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data.
Observasi yang hanya menggunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data
yang miskin. Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan

10

kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan
siklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam
artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.
Demikian, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk
suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara
bersinambungan seperti sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab
oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai
dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklussiklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan
kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari
masalah tersebut.
2.3

Subjek Penelitian Tindakan Kelas
Pada penelitian tindakan kelas umumnya tidak menggunakan populasi,

sampel, dan teknik sampling, tetapi menggunakan subyek penelitian. Dalam
Penelitian Tindakan Kelas, sampel yang diambil untuk melakukan penelitian tidak
harus representative. Hal ini dikarenakan sampel Penelitian Tindakan Kelas
adalah semua siswa yang ada didalam kelas penelitian. Jadi dalam Penelitian
Tindakan Kelas kita tidak mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan
metode penentuan sampel, karena semua populasi hanya ada didalam kelas
penelitian. Dimana dari keterangan tersebut disesuaikan dengan tujuan dari
Penelitian Tindakan Kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik
pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Dengan melaksanakan tahaptahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya
sendiri, bukan kelas orang lain, maka yang menjadi objek penelitian dalam PTK
adalah kelas itu saja.
2.4

Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas, langkah pertama yang dilakukan adalah

mengumpulkan data. Prinsip pengumpulan data dalam PTK tidak jauh berbeda
dengan

penelitian

formal.

Dalam

penelitian

tindakan

kelas

umumnya

dikumpulkan dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut

11

digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, baik perubahan kinerja
siswa, kinerja guru, dan perubahan suasana kelas. Contoh data kuantitatif adalah
angka hasil belajar siswa. Contoh data kualitatif adalah kalimat-kalimat yang
menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya (kognitif),
antusiasnya, kepercayaan diri, dan motivasinya. Data kuantitatif dapat dianalisis
dengan deskriptif persentase, sedangkan data kualitatif dapat dianalisis secara
kualitatif.
Data yang baik adalah data yang valid dan reliable. Data yang demikian
diperoleh dari instrument sebagai alat pengumpul data yang juga valid dan
reliable. Instrument yang valid adalah instrument yang mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sementara itu, intrumen yang reliable adalah instrument yang
konsisten (ajeg, tepat, dan akurat) untuk mengukur yang seharusnya diukur. Untuk
mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrument yang valid dan
reliable. Instrumen yang valid adalah instrument yang mampu dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam rangka memperoleh data yang akurat dan objektif dalam PTK, guru
(peneliti) juga perlu melakukan triangualisi, yaitu menggunakan berbagai sumber
untuk meningkatkan mutu data dengan cara cek silang. Dalam kaitan ini student
feedback (umpan balik dari siswa) dapat dijadikan sarana untuk pengumpulan
data, asalkan siswa diberdayakan sebagai partisifan aktif. Ada beberapa macam
tringualis antara lain: (1) theoretical triangualation atau triangulasi teori, yakni
menggunakan teori dalam upaya menelaah sesuatu; (2) data triangulation atau
triangulasi data, yakni mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat, dan
jenis; (3) source triangulation atau triangulasi sumber, yakni mengambil data dari
berbagai sumber; (4) method triangulation atau triangulasi metode, yakni
menggunakan berbagai metode pengumpulan data; (5) instrumental triangulation
atau triangulasi instrument, yakni dengan menggunaka berbagai jenis alat atau
instrument; (6) analytic triangulation atau triangulasi analitik, yakni menggunakan
berbagai metode atau cara analisis.
Suatu hal yang perlu diingat bahwa dalam PTK guru atau peneliti (bila
berkolaborasi bersama tim) yang merancang penelitian, dan dia sendiri yang

12

melaksanakan tindakan, dan dia sendiri juga yang melakukan pengumpulan data
termasuk menganalisis hasil data yang diperoleh. Oleh karena itu, guru (peneliti)
PTK harus sadar betul bahwa manipulasi data sangat tidak diperbolehkan
(dilarang). Sebab, bila dilakukan manipulasi data sehingga hasil penelitiannya
bias, guru peneliti tidak akan dapat memperbaiki masalah pembelajaran dikelas
Sanjaya (86: 2009) menyatakan bahwa ada beberapa teknik alat
pengumpulan data , yaitu dengan cara :
2.4.1

Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi
tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam penelitian tindakan kelas,
observasi merupakan alat pemantau dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari tindakan setiap siklus. Dalam PTK observasi bisa dilakukan untuk memantau
guru dan untuk memantau siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru, observasi
digunakan untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan
masalah dalam PTK itu sendiri. Dari hasil pengamatan itu dapat ditemukan
berbagai kelemahan sehingga dapat ditindaklanjuti untuk diperbaiki pada siklus
berikutnya,
Berhubangan dengan kegiatan siswa, observasi dapat dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa sebagai pengaruh
tindakan yang dilakukan guru. Misalnya mencatat perilaku siswa dalam kegiatan
diskusi, atau mencatat perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika. Disamping itu, observasi juga dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi atau data tentang keadaan atau kondisi tertentu, seperti kondisi ruangan
kelas, kondisi sekolah dan lain sebagainya, maka menggunakan observasi
merupakan teknik yang tepat, sebab peneliti dapat melihat secara langsung objek
yang ingin diteliti tanpa melalui perantara yang mungkin bisa melebih-lebihkan
atau mengurangi data yang sebenarnya.
Dalam PTK, observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Hal ini disebabkan observasi sebagai proses pengamatan
langsung, merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan

13

pembelajaran baik perilaku guru maupun perilaku siswa. Agar observasi dapat
mengumpulkan informasi yang akurat, guru atau observer (peneliti) perlu
mewaspadai dalam penggunaannya karena terdapat beberapa kelemahan, yakni:
1)

Banyak hal atau gejala tingkah laku yang tidak memungkinkan dapat
diungkap dengan observasi, terutama hal-hal yang bersifat pribadi dan
bersifat rahasia.

2)

Bagi observant (yang diobservasi) yang mengetahui bahwa dirinya sedang
diobservasi (diamati) mungkin sekali melakukan kegiatan yang dibuatbuat atau tidak sewajarnya.

3)

Apabila yang diamati mengenai gejala-gejala tingkah laku, maka sangat
sulit bagi observant untuk bertindak objektif.
Disamping itu, ditinjau dari observer itu sendiri, observasi juga memiliki

kelemahan diantaranya:
1)

Bisa jadi observer terpengaruh oleh kesan-kesan umum yang tampak dari
perilaku yang diobservasi sehingga hasil observasi tidak objektif lagi.

2)

Kemungkinan observer merasa ragu untuk memberikan penilaian.
Misalkan observer merasa nilai yang diberikan terlalu tinggi yang dapat
menguntungkan siswa yang bersangkutan atau mungkin merasa terlalu
rendah

yang akan merugikan siswa yang diobservasi. Kelemahan ini

memang sulit untuk dihindari. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
terlebih dahulu observer menentukan kriteria yang jelas dalam setiap
kategori penilaian.
3)

Kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi dari observer. Artinya,
observer tidak bisa membedakan fenomena yang satu dengan fenomena
yang lain. Misalnya observer menganggap bahwa siswa yang sering
mengemukakan pendapat dianggap memiliki kemampuan penguasaan
materi pelajaran. Padahal siswa yang sering mengeluarkan pendapat belum
tentu memiliki penguasaan materi pelajaran yang bagus.
Untuk mengatasi beberapa kelemahan di atas, ada sejumlah prinsip
penggunaan observasi sebagai alat pemantau dalam PTK, seperti yang
dikemukakan Hopkins (dalam Sanjaya 2009:88) yaitu:

14

1)

Direncakan bersama
Berbeda dengan penelitian formal, dalam PTK, observasi direncanakan
bersama antara observer (pengamat), yakni guru, teman sejawat atau mitra
dari LPTK dengan orang yang diobservasi yakni guru sebagai subjek
penelitian. Hal ini disebabkan dalam PTK, observasi dilakukan sebagai
alat untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai tindakan yang
dilakukan guru sebagai bahan masukan dalam kegiatan refleksi. Dalam
pelaksanaannya, guru (yang diobservasi) dengan mitra atau teman sejawat
(yang mengobservasi) perlu menetapkan kesepakatan khususnya tentang
berbagai kriteria yang diperlukan. Kesepakatan ini diperlukan untuk
menghindari berbagai kelemahan observasi itu sendiri.

2)

Difokuskan pada hal yang spesifik
Apa yang diamati oleh observer difokuskan pada hal-hal tertentu secara
spesifik sesuai kebutuhan tindakan dalam proses perbaikan. Oleh sebab
itu, apa yang harus diamati oleh observer difokuskan pada hal-hal tertentu
secara spesifik sesuai kebutuhan tindakan dalam proses perbaika. Dengan
demikian observer dan observant perlu merencanakan instrumen observasi
yang dianggap cocok atau sesuai dengan masalah yang akan diamati.
Permasalahan yang terfokus akan mengurangi berbagai kelemahan
observasi.

3)

Membuat kriteria yang jelas
Kesepakatan antara guru dan observer tentang kriteria keberhasilan suatu
tindakan, akan membantu guru dalam melakukan tindakan sesuai dengan
topik masalah.

4)

Keterampilan observasi
Seorang observer perlu memiliki keterampilan mengobservasi diantaranya:
pertama harus dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan
dan menginterpretasikan suatu peristiwa. Kemampuan ini diperlukan
sebab kadang-kadang observer terpengaruh oleh hanya satu tindakan yang
dilakukan guru atau siswa. Misalnya observer mengiterpretasikan si “A”
bagus dalam mengembangkan ide atau gagasan hanya karena dia satu-

15

satunya siswa ketika diskusi berlangsung. Kedua, dapat menciptakan iklim
yang sejuk dan tidak menegangkan. Baik guru ataupun siswa memiliki
kecenderungan untuk berperilaku yang tidak wajar manakala merasa
dirinya sedang diobservasi. Perilaku tersebut sangat wajar dan manusiawi.
Oleh sebab itu sebaiknya observer menempatkan diri sebagai orang yang
tidak sedang melakukan penilaian kinerja guru, akan tetapi sebagai orang
yang memantau yang akan memberikan masukan untuk perbaikan proses
pembelajaran; Ketiga, menguasai berbagai teknik menggunakan instrumen
observasi. Terdapat berbagai alat observasi yang dapat dijadikan instrumen
untuk pemantauan, misalnya check list dan skala penilaian. Agar hasil
observasi benar-benar akurat, maka observer perlu memahami setiap
instrumen yang digunakan.
5)

Balikan (feedback)
Agar observasi bermanfaat sebagai balikan untuk memperbaiki proses
pembelajaran, maka sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a)

Hasil observasi didiskusikan segera setelah selesai kegiatan
pembelajaran, artinya segala sesuatu yang ditemukan oleh observer
jangan ditunda, akan tetapi harus dibicarakan dan diungkapkan
setelah kegiatan berakhir, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh
oleh peristiwa lain, sehingga observer mengubah interpretasinya
sehingga keputusan yang telah dibuatnya tidak objektif lagi.

b)

Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam atau
dicatat dengan cermat melalui instrumen observasi. Hal ini
berkaitan dengan objektivitas observer untuk mengungkapkan data
atau fakta apa adanya.

c)

Data diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang telah disusun
atau disepakati bersama sebelumnya. Artinya sebelum observasi
dilakukan perlu dicapai kesepakatan tentang berbagai kriteria yang
selanjutnya kriteria tersebut dijadikan pedoman yang benar.

d)

Guru sebagai pelaku tindakan dan observasi diberikan kesempatan
pertama untuk menafsirkan data.

16

e)

Diskusi mengacu kepada perbaikan strategi pembelajaran sesuai
dengan apa yang telah dipelajari. Oleh karena PTK diarahkan
untuk perbaikan proses pembelajaran, maka arah diskusi juga tidak
terlepas dari adanya upaya perbaikan itu sendiri. Hindari diskusi
yang hanya mencari kelemahan guru dalam mengajar.

Sedangkan jenis-jenis observasi berdasarkan persiapan dan pelaksanaannya
adalah:
Observasi sistematis (observasi dengan persiapan sebelum pelaksanaan,



terkait aspek yang diamati, waktu dan alat observasi).
Observasi insidental (observasi yang dilakukan tanpa perencanaan).



Hubungan antara observer dan observant dapat dibedakan menjadi:
Observasi partisipatif (observasi yang melibatkan keikutsertaan observer



dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan observant)
Observasi Nonparstisipatif (observasi yang tidak melibatkan observer



dalam kegiatan observasi), sehingga observer murni bertindak sebagai
pengamat
Instrumen observasi yang sering digunakan dalam PTK adalah :
a) Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisi tentang
daftar semua aspek yang akan diobservasi, observer hanya perlu
memberikan tanda ada atau tidak dengan tanda cek (√) tentang aspek
observasi. Check list dibagi menjadi Check list individual dan Check list
kelompok. Contoh Check list kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut
Tabel 4.1 Contoh Instrumen Tabel Check List kelompok dari Observasi
No

Nama

1
2
3
4
...

Irfan
Pandu
Dika
Mansyur
Chaca

1


2

3










Pertanyaan ke
4 5
6 7



√ √
√ √ √

√ √

17

Jumlah
8



9





10




5
3
6
7
6

b) Anecdotal record atau catatan anekdot adalah alat observasi untuk
mencatat kejadian kejadian yang luar biasa sehingga dianggap penting.
Contoh :
Hari ini, Selasa 14 Februari 2012, Ana yang biasanya tidak pernah mau
menjawab pertanyaan, tiba-tiba dapat menjawab 9 dari 10 pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru. Dan jawaban yang diberikan adalah benar.
Mungkinkah ini menunjukkan munculnya sikap percaya diri setelah
pemberian motivasi oleh guru?
c) Rating scale atau skala penilaian adalah daftar cek yang hampir sama
dengan check list, namun aspek yang diobservasi dijabarkan kedalam
bentuk skala atau kriteria tertentu. Macam-macam Rating scale adalah:


Skala penilaian kategori adalah kriteria penilaian yang dijabarkan
kedalam bentuk kualitatif seperti selalu, kadang-kadang atau tidak
pernah.



Skala penilaian numerikal adalah kriteria penilaian dengan
alternatif penilaian yang menggunakan nomor, seperti : 0, 1, 2.



Skala penilaian berbentuk grafis adalah kriteria penilaian dengan
alternatif gejala dalam bentuk grafis vertikal maupun horizontal.

2.4.2

Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media tertentu.
Keuntungan dari wawancara adalah :
a)

Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh.

b)

Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih luas.

c)

Wawancara memungkinkan pewawancara mendapatkan penjelasan tentang
pertanyaan yang kurang dipahami.
Untuk menghindari kelemahan akibat pengaruh suasana dan proses

wawancara, diperlukan kemampuan pewawancara untuk menciptakan suasana
yang menyenangkan, bebas dan terbuka dengan alat tertentu. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pewawancara adalah :
18

1)

Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, memperhatikan, menjadi
pendengar yang baik, dan tidak berperan terlalu aktif untuk menunjukkan
bahwa anda mengharapkan pendapat yang terbaik.

2)

Bersikaplah netral, dengan memperlihatkan sikap terheran-heran atau tidak
menyetujui terhadap suatu pernyataan.

3)

Bersikaplah tenang dan tidak terburu-buru mengambil sikap.

4)

Yakinkanlah orang yang diwawancarai bahwa pendapatnya penting dan
wawancara bukanlah suatu tes atau ujian.

5)

Perhatikan bahasa wawancara, ingat garis besar tujuan wawancara dan
ulangi pertanyaan jika jawaban anak terlalu umum.

Jenis-jenis wawancara adalah :
Berdasarkan pelaksanaanya wawancara dibagi menjadi :
1)

Wawancara Insidental (wawancara tidak formal) adalah Jenis wawancara
yang dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.

2)

Wawancara terencana (wawancara formal) adalah Jenis wawancara yang
dilaksanakan secara terencana dengan baik mengenai waktu pelaksanaan,
tempat dan topik yang akan dibicarakan.

Berdasarkan bentuk pertanyaan dan jawaban dibagi menjadi :
1)

Close question adalah bentuk pertanyaan yang tertutup, dimana siswa
hanya cukup menjawab ya atau tidak.

2)

Pertanyaan terbuka adalah wawancara yang memberikan kesempatan
siswa-i untuk menjawab pertanyaan sendiri.

2.4.3

Catatan harian (Field note)
Catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang

terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan ini berguna
untuk mengetahui perkembangan siswa-i dalam proses pembelajaran. Macammacam catatan harian dalam PTK adalah :
a)

Catatan harian guru adalah catatan tentang berbagai temuan guru selama
proses tindakan dilakukan. Seperti : catatan tentang respon siswa-i
terhadap perlakuan yang diberikan guru.

19

b)

Catatan harian siswa adalah catatan tentang tanggapan siswa-i terhadap
tindakan yang dilakukan guru.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun catatan harian adalah:
a)

Catatan harian ditulis ketika proses tindakan berlangsung untuk menjaga
obyektivitas fakta yang ditemukan.

b)

Hal yang ditulis adalah yang bersentuhan langsung dengan fokus masalah.

c)

Catatan ditulis dengan singkatdan padat sesuai dengan fokus dan sasaran
penelitian.

2.4.4

Tes
Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan data untuk mengukur

kemampuan siswa-i dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi. Kriteria
instrumen tes adalah hendaknya memiliki tingkat validitas (dapat mengukur apa
yang hendak diukur) dan memiliki tingkat reabilitas (tes dapat memberikan
informasi yang konsisten).
Jenis-jenis tes berdasarkan jumlah pesertanya adalah :
1)

Tes kelompok adalah : tes yang dilakukan terhadap beberapa siswa-i
secara bersamaan.

2)

Tes individual adalah : tes yang diberikan kepada siswa-i untuk
perorangan.

Jenis tes berdasarkan cara pelaksanaannya adalah :
1)

Tes tulis

2)

tes esai (uraian)

3)

Tes lisan

4)

tes obyektif (tes benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan atau
melengkapi)

5)
2.5

Tes perbuatan atau peragaan.
Teknik Analisis Data Penelitian Tindakan Kelas
Analisis data terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam pelaksanaan

penelitian tindakan dapat dilakukan sepanjang proses penelitian karena penelitian
tindakan adalah penelitian yang bersifat dialektik, yaitu: perencanaan, tindakan

20

yang diserta dengan pengumpulan data, dilanjutkan dengan analisis dan
interpretasi data, perencanaan baru, tindakan dan pengumpulan data, analisis dan
interpretasi data lagi dan seterusnya.
Namun, perlu diingat bahwa meskipun analisis data dan interpretasi data
dapat dilakukan dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan, tetapi perlu
dihindari analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penarikan kesimpulan yang dilakukan secara tergesa-gesa.
Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan sangat berbeda
dengan analisis data pada jenis penelitian lainnya. Analisis data dalam penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, uji
perbedaan, uji korelasi, dsb. Sedangkan, pada penelitian tindakan dengan
pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat naratif-kualitatif
atau dengan kata lain menguraikan atau menjelaskan secara jelas hasil temuan
yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan.
Data kuantitatif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana,
seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari hasil
angket, dan seterusnya. Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara
lain dengan cara:


Menghitung jumlah,



Menghitung rata-rata (rerata),



Menghitung nilai persentase,



Membuat grafik,

Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik, misalnya:


Mengitung nilai beda terkecil



Menghitung nilai korelasi antar variabel

21

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan


Penelitian Tindakan Kelas yaitu : sebagai penelitian yang dilaksanakan
dikelas dan didasari pada refleksi diri yang bertujuan memperbaiki kinerja,
meningkatkan hasil belajar siswa, dan memperbaiki mutu dalam proses
pembelajaran oleh seorang guru.



Berdasarkan beberapa desain para ahli mengenai model penelitian
tindakan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pola dasar dari
model-model atau desain-desain penelitian tindakan tersebut meliputi
empat tahapan: Pertama, penyusunan rencana (planning); Kedua,
melakukan tindakan (acting); Ketiga, pengamatan (observing); dan
Keempat, refleksi (reflecting).



Pada penelitian tindakan kelas umumnya tidak menggunakan populasi,
sampel, dan teknik sampling, tetapi menggunakan subyek penelitian.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas, sampel yang diambil untuk melakukan
penelitian tidak harus representative. Hal ini dikarenakan sampel
Penelitian Tindakan Kelas adalah semua siswa yang ada didalam kelas
penelitian.



ada beberapa teknik alat pengumpulan data , yaitu dengan cara :
22



1) Observasi
2) Wawancara
3) Catatan harian (Field note)
4) Tes
Data kuantitatif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana,
seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari
hasil angket, dan seterusnya. Data kuantitatif dapat dianalisis secara
deskriptif, antara lain dengan cara:
1) Menghitung jumlah,
2) Menghitung rata-rata (rerata),
3) Menghitung nilai persentase,
4) Membuat grafik,
Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik, misalnya:
1) Mengitung nilai beda terkecil
2) Menghitung nilai korelasi antar variabel

23

DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, Hamid. 2015. Desain dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Bandung: Alfabeta
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Depok: PT Rajagrafindo
Persada.
Hopkins, David. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas A Teacher’s
Guide to Classroom. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Pendidikan Jenis, Metoode, dan Prosedur.
Jakarta:PT Fajar Indahpratama Mandiri.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metoode, dan Prosedur.
Jakarta:PT Fajar Indahpratama Mandiri.
Uno, H., Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: MQS Publishing
Wiriatmaja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

24

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

SOAL LATIHAN UTS IPA KELAS 1 SEMESTER 1 GANJIL 2016 KUMPULANSOALULANGAN

5 199 1

MAKALAH BANJIR BANDANG

0 2 7

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PONCOWARNO KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

10 138 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62