PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN R (2)

MATA KULIAH PANCASILA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI

KELOMPOK 7

: 1. SELJU ERMUSI (1510411028)
2. SYAHRIAL IDHAM (1310411065)
3. IQBAL SETIADI (1410411086)

FISIP – ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
T.A 2015/2016

A. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah senantiasa memberika nikmat sehat dan nikmat iman
sehingga dapat menyelesaikan tugas laporan analisis ini dengan baik. Tugas ini saya buat
semata-mata untuk memenuhi nilai mata kluiah pancaila dan untuk memberikan ilmu kepada
saya pribadi dan juga menambah wawasan serta memberi solusi terhadap kasus yang
dibicarakan didalam laporan analisis ini.
Berdasarkan topiknya pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI, disini saya
menganalisa tentang penyimpangan UUD 1945 pasal 7 dan meninjaunya dengan pancasila

dalam konteks ketatanegaraan RI.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena merupankan pengalaman pertama
membuat makalah seperti ini dan menganalisa suatu kasus. Dengan senang hati saya siap
menerima kritik dan saran dari Ibu dosen untuk kesempurnaan makalah ini.

B. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..............................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................2
LANDASAN TEORI ..................................................................................3
KASUS .......................................................................................................10
HASIL ANALISIS .....................................................................................11
POWER POINT .........................................................................................15

C. LANDASAN TEORI
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI SUMBER HUKUM DASAR NEGARA
INDONESIA
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem
peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek ketatanegaraan Republik Indonesia
adalah pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan

sosial, dan lainnya diatur didalam undang-undang dasar negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan
popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini
Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan
Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Seluruh
peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila.
MAKNA ISI PEMBUKAAN UUD 1945
Alinea Pertama :
Isi

: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu

maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.
Makna :
– Keteguhan Bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan penjajah dalam
segala bentuk
– Pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan manghapus penjajahan di atas
dunia

– Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri keadilan

– Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa Indonesia untuk berdiri
sendiri
Alinea Kedua :
Isi

: Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat

yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merddeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur
Makna :
– Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan hasil perjuangan pergerakan
melawan penjajah
– Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan
– Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan mewujudkan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
– Memuat cita-cita Negara Indonesia, yaitu: Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur

Alinea ketiga :
Isi

: Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh

keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Makna :
– Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa
– Keinginan yang didambakan oleh segenap Bangsa Indonesia terhadap suatu kehidupan
yang berkesinambungan antara kehidupan material dan spiritual, dan kehidupan di dunia
maupun akhirat.
– Adanya Pengukuhan pernyataan Proklamasi

Alinea Keempat :
Isi

: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang


melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social,
maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia, yang berbentuk Undang dasar, dalam suatu susnan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh Rakyat Indonesia
Makna :
– Terkandung fungsi dan sekaligus tujuan Negara Indonesia, Yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
– Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang disusun dalam Suatu UUD 1945
– Sistem pemerintahan Negara, yaitu berdasarkan kedaulatan Rakyat (demokrasi)
– Dasar Negara : Pancasila
KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI STAATSFUNDAMENTALNORM
DAN KEDUDUKANNYA DALAM TATA TERTIB HUKUM INDONESIA

UUD sebagai hukum dasar tertulis mempunyai dasar-dasar pokok yang bersifat tidak tertulis
dan terpisah dari UUD, dan dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pembukaan UUD 1945
berkedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental.
Pokok kaidah Negara yang fundamental menurut ilmu hukum tatanegara memiliki beberapa
unsur mutlak antara lain :

a.Dari segi terjadinya Ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu
pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara, untuk menjadikan hal-hal
tertentu sebagai dasar-dasar Negara yang dibentuk.
b.Dari segi isinya : Dari segi isinya pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok
Negara sebagai berikut :
- Dasar tujuan Negara
- Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar Negara
- Bentuk Negara
- Dasar filsafat Negara Pokok kaidah Negara yang fundamental menurut ilmu hukum
mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, terlekap pada kelangsungan hidup
Negara dan berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi maka secara hukum tidak dapat
diubah, karena mengubah pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran Negara
Republik Indonesia (Notonagoro, 1974 : 45)
Pada saat pemerintahan melakukan amandemen terhadap UUD 1945, satu-satunya unsur

dalam sistematika UUD 1945 yang tidak diamandemen adalah Pembukaan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mungkin dapat dianggap sebagai Preambule yang lengkap, karena
memenuhi unsur-unsur politik, religius, moral dan mengandung ideology Negara ( State
Ideology ) Pancasila.
DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945
Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 setelah ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus
1945,dalam pelaksanaannya UUD 1945 mengalami masa berlaku dalam dua kurun
waktu yaitu :
- Kurun pertama sejak tanggal 18 agustus 1945 sampai dengan tanggal 27
desember 1949.
- Kurun waktu kedua sejak tanggal 5 Juli 1959 ( Dekrit Presiden ) sampai sekarang
dan ini terbagi lagi menjadi ketiga masa yaitu orde lama, orde baru, dan masa
reformasi.
Pada pelaksanaan UUD 1945 mengalami beberapa perubahan sebagai akibat tuntutan
kebutuhan dan dinamika politik yang terjadi waktu itu, namun ternyata UUD 1945
tidak tergantikan, dan masih sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia sampai saat
ini.

Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Lama
Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyebut suatu periode

pemerintahan yang ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan
UUD 1945. Kegagalan konstituante dalam merumuskan undang – undang dasar baru
dan ketidakmampuan menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945, telah
mendoronng Presiden soekarno pada tanggal 5 juli mengeluarkan “Dekrit Presiden”.
Tindak lanjut dari dekrit presiden tanggal 5 juli 1959 adalah pembentukn cabinet baru
yang diberi nama Kabinet Karya. Dalam prakteknya (atau masa Orde Lama), lembaga
– lembaga Negara yang ada belum dibentuk berdasarkan UUD 1945sehingga sifatnya
masih sementara. Dalam masa ini, Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan
pemegang kekuasaan legislative (bersama – sama dengan DPRGR) telah
menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 terus berlangsung. Ketetapan MPRS No. III/MPRS/1963
tentang pengangkatan presiden seumur hidup jelas bertentangan dengan UUD 1945.
pendek kata, periode pemerintahan antara tahun 1959-1965 ditandai oleh berbagai
penyelewengan wewenang dan penyimpangan tarhadap pancasila dan UUD 1945
sehingga disebut sebagai masa orde lama. Hampir semua kebijaksanaan yang
dikeluarkan pemerintah sangat menguntungkan PKI.
Penyimpangan pemerintah Orde Baru ( 1966 – 1998 )
bentuk-bentuk penyimpangan konstitusi pada masa Orde Baru meliputi, antara lain :
1. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan Presiden, sehingga pemerintahan dijalankan
secara otoriter.

2. Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya
melayani keinginan pemerintah (Presiden).
3. Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis; pemilu hanya menjadi sarana untuk
mengukuhkan kekuasaan Presiden, sehingga presiden terus menenrus dipilih kembali.
4. Terjadi monopoli penafsiran Pancasila; Pancasila ditafsirkan sesuai keinginan
pemerintah untuk membenarkan tindakan-tindakannya.
5. Pembatasan hak-hak politik rakyat, seperti hak berserikat, berkumpul dan
berpendapat.
6. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga kekuasaan
kehakiman tidak merdeka.

7. Pembentukan lembaga-lembaga yang tidak terdapat dalam konstitusi, yaitu
Kopkamtib yang kemudian menjadi Bakorstanas.
8. Terjadi Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang luar biasa parahnya sehingga
merusak segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis multidimensi.
REALISASI HAM DALAM NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Bentuk konkret realisasi hak asasi manusia dalam konsep hidup berdasarkan Pancasila, yakni:
a. Hak asasi manusia bersumber langsung pada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena manusia
mendapat bebas untuk beribadah menurut agama dan keyakinan masing-masing dan
dilindungi negara.

b. Tuhan menciptakan manusia yang dibekali dengan kemampuan dan hak asasi serta
kewajiban-kewajiban asasi untuk dapat hidup dan menjaga kelangsungan hidupnya serta
mencapai tujuan hidupnya secara beradab.
c. Tuhan menghendaki manusia hidup dalam kebersamaan, Tidak mungkin manusia hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu manusia harus mampu bersatu dan menjaga
hubungan harmonisasi dengan sesamanya.
d. Hak berpendapat dan menyampaikan keinginan setiap insan dikelola secara perwakilan dan
setiap keputusan adalah hasil dari musyawarah untuk mufakat.
e. Manusia berhak mendapat keadilan yang sama tanpa pandang bulu, untuk mendapat
kesejahteraan dan kemakmuran hidup.Oleh sebab itu hak asasi manusia wajib diletakkan
dalam kerangka kebersamaan hidup. Inilah konsep berdasarkan Pancasila.
ISI PASAL 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
ISI PASAL 8
Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis masa waktunya.

ISI PASAL 9
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama

atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut :
Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :
"Demi Allah, saja bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia)
dengan sebaik-baiknja dan seadil-adilnja, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang
dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti
kepada Nusa dan Bangsa."
Janji Presiden (Wakil Presiden) :
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi
kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknja dan seadil-adilnja,
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala
undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya
serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."
Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilian Rakyat tidak dapat
mengadakan Sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sugguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.

D. KASUS

E. HASIL ANALISIS KASUS
Kasus 1 :
1). Kerangka Pikir
Paragraf 1 : Maraknya black campaign menyerang kandidat pilpres
Paragraf 2 : Tabloid obor rakyat menyudutkan Jokowi
Paragraf 3 : Paragraf 4 : Paragraf 5 : Kasus obor rakyat ditangani oleh kepolisian
Paragraf 6 : Paragraf 7 : Paragraf 8 : Paragraf 9 : Paragraf 10 : 2). Rumusan masalah
 Pertanyaan
Bagaimana black campaign menyerang jokowi ?
 Pernyataan
Sebuah media massa manfaatkan situasi kampanye untuk menyerang
kandidat pilpres.
3). Analisis Kasus
Pada pasal 7 yang berunyi “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan” dari pasal tersebut maka terjadi penyimpangan pada berita yang ada di
laporan ini. Pada masa pemilihan presiden berbagai upaya dilakukan oleh kandidat pilpres
agar bisa menarik perhatian masyarakat sehingga masyarakat memilih kandidat tersebut.

Salah satu kasus yang ada di sebuah berita ini menunjukkan bahwa ada oknum yang
memanfaatkan situasi pemilihan presiden untuk menjatuhkan salah satu kandidat pilpres. Hal
ini menandakan bahwa kurangnya sikap sportifitas diantara para tim sukses atau pihak mana
pun untuk mencapai keinginan mereka. Di dalam berita ini dikatakan bahwa ada suatu media
massa yaitu tabloid obor rakyat menyerang kandidat pilpres yang bernama Joko Widodo. Hal
ini dinamakan black campaign yang artinya kampanye hitam, kampenye hitam ini merupakan
sikap menjatuhkan lawan sehingga membuat masyarakat terpengaruh akan berit tersebut.
Tabloid obor rakyat ini sangat berani membeberkan berita tidak benar tentang Joko
Widodo yang merupakan kandidat pilpres. Berita yang diterbitkan oleh tabloid obor itu pun
sangat menyudutkan Joko widodo dan membuatnya sangat tidak nyaman bahkan tidak terima
atas pemberitaan yang tidak benar tersebut. Pemberitan tersebut membuat Jokowi geram dan
membuat polisi turun tangan untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabloid obor rakyat ini sepertinya tidak memperhatikan unsur SARA, karena isu-isu
yang di munculkan di tabloidnya itu mengandung unsur SARA, unsur SARA ini sangat
sensitif di Indonesia, tak hanya di Indonesia tapi juga belahan dunia. Sebagai media massa
yang professional semestinya mereka tahu mana saja berita yang sekiranya akan
menimbulkan gejolak yang membara di masyarkat atau suatu golongan. Apalagi dalam situasi
akan pemilihan umum yang membuat terjadi kecacatan kampanye.
Pihak kepolisian turun tangan dalam menyikapi kasus ini, polisi mengusut munculnya
isu-isu itu dan mencari akar permasalahannya sehingga pemilihan umum nanti berjalan
dengan lancar. Tentunya pengusutan ini akan berjalan lancar dngan berkoordinasi dengan
beberapa saksi dan deman pers.
Sebagai warga negara yang baik kasus ini tidak layak terjadi karena hal ini akan
membuat nama calon-calon pemimpin bangsa tercoreng atau buruk . untuk mengunggulkan
capres yang kita pilih tidak harus menjatuhkan lawannya, pergunakan cara yang jauh lebih
baik dan cerdas. Karena mereka itu calon pemegang kekuasaan tertinggi di indonesia
sungguh tidak pantas kiranya diperlakukan seperti itu. sikap black campaign ini tidak sesuai
dengan pancasila dalam konteks ketatanegaraan , negara yang taat hukum, nilai dan norma.
Dan pihak bewenang seharusnya membuat sanksi yang membuat pihak-pihak tidak
bertanggung jawab itu merasa jera.

Kasus 2 :
Inti kasus :
1 : Sebanyak 1.918 anak di Nusa Tenggara Timur (NTT) menderita gizi buruk
selama Januari - Mei 2015.
2 : Kepala Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan NTT, Isbandrio,
kepada wartawan di Kupang, Rabu, (24/6), mengatakan, penderita gizi
buruk dialami keluarga miskin yang tinggal di wilayah terpencil yang sulit
dijangkau. "Kasus ini terjadi diduga karena pemahaman ibu terhadap gizi
masih rendah.
3 : Kekurangan gizi itu membuat anak mudah terserang berbagai penyakit,
seperti diare yang menimbulkan kematian.
4 : Buruknya infrastruktur dan sulitnya akses transportasi membuat penderita

gizi

buruk tidak terkontrol oleh petugas kesehatan.
Analisis :
Seharusnya pemerintah lebih perduli dengan kesejahteraan warganya, walaupun Nusa
Tenggara Timur itu berada sangat jauh dengan pusat pemerintahan di Indonesia, tapi tidak
menjadi alasan untuk pemerintah tidak memperhatikan warga negaranya, bukan menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah saja namun sangat di butuhkan peran dari pemerintah
pusat. Namun kepala seksi perbaikan gizi masyarakat dinas kesehatan NTT, Isbandrio,
mengatakan bahwa penderita gizi buruk dialami oleh keluarga yang tinggak di daerah
tepencil dan sulit dijangkau, dan dia juga mengatakan bahwa

kasus ini terjadi karena

pemahaman ibu tentang gizi masih rendah dan di perparah dengan kemarau panjang, tetapi
menurut saya salah jika beliau mengatakan seperti itu karna ya sudah tanggung jawab
pemerintah untuk melakukan penyuluhan tentang gizi kepada masyarakatnya. Apalagi sampai
ada balita yang meninggal, dan peran pemerintah daerah harus terus membangun
infrastruktur untuk mempermudah akses masuk ke wilayah yang terkena gizi buruk.
Pemerintah juga harus membuat otonomi khusus untuk membantu supaya daerah
NTT tidak mengalamai permasalaha yang sama terus menerus dari tahun ke tahun karna
sudah di atur juga dalam nilai pancasila,sila ke 5 pemerintah harus memberikan keadilan
untuk setiap warga negaranya dan sudah jelas juga di atur dalam UUD bahwa fakir miskin di
dan rakyat terlantar di pelihara oleh negara dan negara harus bisa memberikan kesejahteraan
untuk warga negaranya.

Solusi :
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemerintah pusat harus membangun
infrastruktur supaya penyaluran bahan makanan bisa di salurkan dengan baik dan cepat.
Kemudian dari dinas kesehatan khususnya yang menangani bidang perbaikan gizi harus mau
dan turun langsung untuk melihat sebarapa buruk kondisi yang terjadi di lapangan. Serta
dinas kesehatan harus dengan cepat memberikan pengetahuan kepada kaum ibu tentang gizi
yang baik dan seimbang sehingga jumlah penderita gizi buruk bisa di tekan atau lebih baik
jika gizi itu tidak terjadi lagi.

POWER POINT