STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT

STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
DI KELAS DENGAN JUMLAH PERANGKAT TIK TERBATAS1
Oleh: Carwoto2

LATAR BELAKANG
Hingga saat ini sudah banyak sekolah di Indonesia yang telah mengalokasikan dana untuk
pengadaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK), terutama komputer dan
internet untuk digunakan di sekolah tersebut. Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan
sebuah program pengadaan infrastruktur jaringan pendidikan nasional menggunakan jaringan
Internet, bernama Jardiknas. Dengan jumlah yang bervariasi, bisa sedikit atau banyak,
perangkat TIK juga sudah banyak dimiliki oleh sekolah dasar (SD) sebagai inventaris sekolah
atau dimiliki secara individu oleh guru-guru sekolah dasar.
Pengadaan perangkat TIK yang membutuhkan dana tidak sedikit tersebut tentu saja
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya, dan kualitas
pendidikan nasional pada umumnya. Permasalannya, apakah perangkat TIK tersebut sudah
dimanfaatkan secara tepat dan optimal untuk mendukung dan meningkatkan kualitas belajarmengajar di sekolah? Disinyalir sebagian besar guru belum memanfaatkan dengan baik
perangkat TIK yang ada di sekolah tersebut untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Bahkan
banyak diantaranya yang menggunakannya secara “salah kaprah”.
Pertanyaannya, bagaimanakah seharusnya perangkat TIK yang ada di sekolah
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar? Adakah model-model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memanfaatkan perangkat TIK? Juga,

bagaimanakah memaksimalkan pemanfaatan perangkat TIK untuk mengatasi keterbatasan
jumlahnya? Pada makalah ini, penulis mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas
didasarkan pada pengalaman penulis sebagai pendamping guru-guru sekolah dasar (SD) dalam
mengimplementasikan pembelajaran aktif berbasis TIK di dalam kelas.

1

Makalah disajikan pada Seminar Nasional PGSD dengan tema "Pembelajaran Berbasis ICT untuk Meningkatkan
Profesionalisme Pendidik di Sekolah Dasar" di Auditorium PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES tanggal 5 Juni
2010
2
Provincial ICT Coordinator projek Decentralized Basic Education (DBE) component 2: Teaching and Learning
di Jawa Tengah

1

PRINSIP PEMANFAATAN
Bagaimanakah seharusnya perangkat TIK di sekolah dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran? Informasi yang beredar menunjukkan banyak sekolah yang
menggunakan perangkat TIK di sekolah (seperti komputer dan internet) hanya untuk pelajaran

tentang TIK (komputer dan internet) itu sendiri. Misalnya, siswa diajari MS Office, belajar
membuat gambar dengan Paint, belajar membuat dan mengirim e-mail, berlatih melakukan
pencarian dan download di Internet, sebagaimana termaktub dalam kurikulum mata pelajaran
TIK di sekolah.
Sesungguhnya, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah secara umum,
sangat memungkinkan perangkat TIK dimanfaatkan pada semua mata pelajaran yang ada di
sekolah. Selain itu, sesuai dengan pendekatan pengajaran abad ke-21 [1], perangkat TIK juga
perlu digunakan dalam pembelajaran dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada siswa,
yang memiliki pendekatan yang berbeda dari segi isi, instruksi, lingkungan kelas, penilaian, dan
teknologi yang digunakan. Dengan kata lain, TIK tersebut tidak hanya sekedar digunakan oleh
guru untuk menyajikan slide presentasi, memutar video atau animasi materi pelajaran. Perlu
dirancang supaya perangkat TIK tersebut dimanfaatkan oleh siswa dalam pembelajaran secara
individual, kelompok, atau secara bersama oleh keseluruhan siswa di dalam kelas sehingga
menjadikan pembelajaran lebih berkualitas.
Untuk mencapai tujuan di atas, dalam pengembangan pembelajaran aktif menggunakan
TIK kita perlu memperhatikan prinsip penggunaan teknologi pembelajaran. Perangkat TIK
(komputer, internet, hanphone, radio, televisi, kamera, software aplikasi, dan video, dll.) perlu
dimanfaatkan secara terpadu dengan penggunaan media pembelajaran lain sebagai bagian dari
pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa. Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran harus tetap menekankan pada praktek-praktek pedagogis yang mempromosikan

pembelajaran kolaboratif dan tingkat pemikiran yang lebih tinggi [2], dimana TIK digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan ini. Dengan demikian siswa belajar bagaimana menggunakan
teknologi melalui pembelajaran aktif dan mengaplikasikan ketrampilan berpikir kritis
menggunakan ICT, serta lebih terfokus pada pelatihan kelompok. Dengan kata lain, penekanan
yang lebih besar pada pembelajaran kolaboratif.
Sebagaimana kita semua tahu, dalam kegiatan pembelajaran guru bukanlah satu-satunya
sumber belajar [3], [4]. Berbagai sumber belajar juga perlu digunakan, misalnya sesama siswa
(peer), sumber belajar berbasis teks, juga lingkungan sekitar (masyarakat setempat, lingkungan
luar kelas, dsb). Dalam konteks inilah perangkat TIK dapat menjadi sumber belajar bagi siswa
dalam bentuk buku dan artikel elektronik, informasi yang tersimpan di komputer dan
handphone multifungsi, informasi dari radio dan televisi, Internet dengan seabrek informasi di
dalamnya dan dapat diunduh, atau software-software pendidikan.
2

Dalam pemanfaatan TIK di kelas, kita harus mengakui bahwa ketersediaan perangkat TIK
di dalam kelas seringkali jumlahnya masih sangat terbatas, selain juga harus mengakui bahwa
akses guru ke teknologi (TIK) kadang juga masih sangat terbatas. Oleh karena itu, dalam tahap
awal perencanaan implementasi, para guru perlu lebih fokus pada model kegiatan
pembelajaran menggunakan TIK, bukan pada penggunaan perangkat TIK itu sendiri.


MODEL PEMANFAATAN TIK YANG BERPUSAT PADA SISWA
Saat ini sedang digencarkan implementasi pembelajaran yang bersifat aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Tentu banyak cara untuk mewujudkan
pembelajaran semacam itu. Terkait dengan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, tulisan ini
menyajikan (memperkenalkan?) empat model pengelolaan kelas [5] dengan jumlah perangkat
TIK (terutama komputer) yang terbatas, misalnya sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4
komputer dengan jumlah siswa sekitar 40 anak.

Model Stasiun Pembelajaran
Pada model Stasiun Pembelajaran, siswa bekerja dalam tim dan berotasi untuk
menggunakan beberapa stasiun pembelajaran multi-fungsi, dimana salah satunya adalah
stasiun komputer. Di saat sekelompok siswa ada di dalam stasiun pembelajaran, mereka dapat
mengumpulkan apa yang dapat mereka peroleh dari seperangkat sumber daya tertentu. Setiap
stasiun fokus pada teknologi, ketrampilan, atau tipe sumber daya yang berbeda-beda.
Setiap stasiun pembelajaran terdiri atas 5 siswa dan harus ada perintah tertulis tentang
sebuah aktivitas atau tugas yang harus dipenuhi siswa. Hanya satu stasiun yang merupakan
stasiun komputer. Setelah satu periode waktu tertentu, siswa berotasi untuk pergi ke stasiun
lain dan ke satu stasiun yang terakhir. Di akhir aktivitas (misal setelah satu minggu, satu periode
kelas, atau satu jam pelajaran) seluruh siswa telah melalui seluruh stasiun tersebut.


Gambar 1. Skema pembagian stasiun pembelajaran [5]

3

Model Navigator
Kerja Model Navigator dapat dilaksanakan dengan baik apabila kita menggabungkan
individu-individu yang memiliki tingkat ketrampilan yang berbeda-beda dalam menggunakan
satu komputer. Salah satu cara memahami aktivitas ini adalah dengan mengandaikannya
dengan perjalanan dengan sebuah mobil. Anda tahu tujuan Anda dan beberapa orang di dalam
mobil akan membantu Anda mencapai tujuan. Misalnya, ada satu pengemudi yang
menjalankan mobilnya, lalu ada seorang navigator yang memberikan arah atau seorang
penumpang yang memberikan informasi lain.
Dalam Model Navigator, cara komputer bekerja diibaratkan sama dengan cara kerja
sebuah mobil. Misalkan ada sebuah tim dari 4 siswa yang harus menyusun presentasi Power
Point mengenai pulau-pulau terbesar di Indonesia. Setelah kelompok ini melakukan
brainstorming dan ide-ide utama yang ditemukan itu telah ditulis di atas kertas, barulah meraka
bekerja dengan komputer dengan peran masing.

Navigator: Memberi arahan pada
Pengemudi, tidak mengoperasikan

mouse dan keyboard
Wisatawan:
Mengamati dan
mencatan hasil
pengamatan

Pengemudi:
Mengoperasikan
mouse dan keyboard

Penumpang:
Berkontribusi
terhadap isi/materi
Gambar 2. Deskripsi pembagian peran dalam Model Navigator

4

Model Kelompok Kolaboratif
Setiap tim kecil bertanggung jawab untuk memberikan peran kerja dan kontribusi untuk
terciptanya sebuah produk kreasi bagi seluruh kelas. Setiap tim tidak melakukan hal yang sama

di saat yang sama, namun melakukan sesuatu yang berbeda untuk ikut berperan dalam
terciptanya sebuah produk yang disusun oleh seluruh tim (tim besar) – pada prinsipnya, yang
dilakukan adalah pembagian kerja.
Contoh di bawah ini menunjukkan cara bagaimana menciptakan sebuah leaflet
(newsletter). Setiap rantai dalam jaringan kerja ini adalah topik tugas untuk setiap tim kecil.
Peran siswa juga dapat (tetapi tidak harus) dirotasi di antara tim (sehingga setiap siswa
mendapatkan kesempatan untuk menulis, mengambil foto, edit, menggunakan komputer, dsb).

Seluruh kelompok (kelas) membuat leaflet
mengenai topik khusus (misalnya, air bersih di
lingkungan kita). Siswa dibagi ke dalam kelompok
(di bawah ini) dan setiap kelompok kecil ini harus
melakukan tugas-tugas tertentu yang dapat
memberi kontribusi terhadap terciptanya leaflet
ini.

Tim Leaflet

Tim Editor:
Tim Penulis:

Tim-tim ini
(harus lebih
dari 1 tim)
menulis isi
leaflet –
ketersediaan
air bersih,
masalah curah
hujan, air
minum, dsb.

Tim Fotografi:
Tim Artistik:
membuat
diagram,
grafik, karya
seni lain untuk
menjelaskan
tulisan secara
visual


Mengambil foto air
bersih, air kotor,
persiapan air minum,
pengambilan air dari
sumber air, dsb.

Tim ini
mengedit isi
tulisan.
Mereka
mungkin akan
mengirimkan
haasil editing
ke tim lain
(selain Tim
Penulis) untuk
revisi lebih
lanjut


Tim Layout Komputer:
Mereka mengumpulkan
produk dari setiap tim dan
menyusunnya di komputer,
menciptakan hasil akhir
dari leaflet yang siap
dipublikasikan

Gambar 3. Distribusi tugas dalam tim pada Model Kelompok Kolaboratif [5]

5

Model Ahli
Pada Model Ahli, peserta dibagi dalam tim yang terdiri atas 3 – 6 siswa. Guru menunjuk
satu ‘ahli’ (misalnya siswa yang paling menguasai program komputer tertentu) yang akan
membantu seluruh tim untuk menggunakan komputer. Setiap tim bertanggung jawab untuk
mencari data dan mengumpulkan materi untuk topik tertentu yang berhubungan dengan
masalah yang sedang didiskusikan oleh seluruh anggota kelas. Misalnya, guru menugaskan
siswa untuk membuat koran sekolah dengan menggunakan MS Publisher yang akan fokus pada
masalah air bersih di lingkungan kita.

Para siswa dibagi dalam tim yang terdiri atas 6 orang dimana masing-masing tim akan
fokus pada masalah-masalah khusus yang berkenaan dengan air – tim ilmu air, tim geografi
(dimana perairan dapat ditemukan), tim bahasa (mewawancarai para lanjut usia di masyarakat
tentang perubahan iklim), dsb. Dalam setiap tim, siswa berbagi peran – mengumpulkan data,
mewawancarai tetangga mereka, mengambil foto atau mencari foto perairan-perairan, dsb.

Gambar 4. Deskripsi pembagian tugas pada Model Ahli [5]

6

Saat seluruh tim telah menyelesaikan setiap bagian dari artikel mereka, mereka menuju
ke stasiun komputer dimana siswa ‘ahli’ yang ditunjuk oleh guru ini akan membantu seluruh
siswa menulis di MS Publisher. Siswa yang ahli ini mengenalkan teman-teman mereka dengan
program tersebut sehingga mereka memahami fungsi-fungsi yang dimiliki oleh program, dan
membantu siswa yang lain tanpa melakukannya secara langsung untuk mereka. Siswa yang ahli
ini juga bekerja dengan setiap tim dan dapat melakukan penyuntingan (editing) akhir. Siswa ahli
mungkin adalah satu-satunya dalam kelas, atau setiap tim juga dapat memiliki siswa ahlinya
sendiri.

BEBERAPA STRATEGI UNTUK KELAS DENGAN SATU KOMPUTER
Berapa jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah tempat kita bekerja? Jawaban atas
pertanyaan di atas bisa sangat beragam. Ada sekolah yang memiliki komputer sampai 40 unit
atau lebih, ada yang jumlahnya kurang dari itu, atau mungkin jumlahnya hanya satu di sekolah
dan sudah digunakan untuk keperluan administrasi sekolah. Di mana komputer milik sekolah
ditempatkan? Apakah dikumpulkan di dalam sebuah ruang laboratorium komputer, atau
didistribusikan di dalam ruang-ruang kelas yang ada? Apakah kita sendiri sebagai guru memilki
komputer (laptop) yang bisa dibawa dan digunakan untuk kegiatan pembelajaran di dalam
kelas?
Apabila sebagai seorang guru kita bisa menghadirkan sebuah komputer di dalam kelas
(tidak perduli dari mana pun asal komputer tersebut), maka kita dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran bagi anak didik dengan memanfaatkan secara maksimal sebuah perangkat
komputer tersebut. Berikut ini adalah beberapa strategi memanfaatkan satu unit komputer saja
di dalam kelas, mungkin ditambah satu unit projektor [5].

Demonstrasi/Aktivitas yang Dipimpin oleh Guru: Menggunakan komputer sebagai
papan tulis multimedia.
Dalam skenario ini – yang paling biasa digunakan para guru – guru berdiri seiring dengan
komputer dan proyektor ‘memimpin’ kelas untuk memahami langkah-langkah, prosedur,
demonstrasi. Proses ini pada prinsipnya menggunakan komputer sebagai papan tulis beresolusi
tinggi. Jika sebagai guru kita masih terbiasa dengan cara ini, bersegeralah meninggalkan strategi
ini karena strategi ini justru mendukung dan memperkuat cara mengajar tradisional yaitu
dengan model instruksi ‘berdiri dan mengajar.’ Secara bertahap, kita bisa memulainya dengan
menunjuk siswa untuk mengoperasikan komputer sehingga guru dapat bersirkulasi di antara
siswa.

7

Komputer sebagai Stasiun Input Tunggal untuk Kerja Perorangan: Gunakan komputer
‘stasiun input’ sebagai bagian dari kelompok atau sebuah proyek kelas yang lebih
besar.
Dalam skenario ini, seluruh kelas mengerjakan tugas (menulis, menjawab pertanyaan,
menyelesaikan soal matematika, dsb.). Komputer dinyalakan dan diletakkan di tempat strategis
di kelas (mis. di tengah kelas). Siswa akan bergiliran menuju komputer. Siswa dapat
menggunakan komputer secara perorangan atau secara berpasangan. Strategi ini
memungkinkan guru untuk melanjutkan aktivitas saat siswa menggunakan komputer tanpa
terganggu.

Komputer sebagai Stasiun Penelitian Kelompok
Ini mirip dengan strategi nomor dua di atas, namun penggunaannya secara kelompok,
bukan perorangan, yang menggunakan stasiun kerja komputer. Bukan pula untuk memasukkan
(input) informasi tetapi untuk mengumpulkan informasi. Strategi ini mengasumsikan bahwa
siswa-siswa bekerja dalam kelompok. Komputer disiapkan dan dengan berkelompok siswa
mengakses informasi atau memeriksa hasil kerja mereka dengan menggunakan komputer.

Komputer sebagai Stasiun Pembelajaran Kooperatif: Aktivitas Pembelajaran
Terdistribusi
Salah satu cara terbaik untuk mengelola kelas dengan satu komputer adalah dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbasis pada proyek (project-based learning
approach) dimana siswa-siswa dapat mengerjakan sebuah ‘proyek’ – sebuah skema tugas atau
prosedur dimana siswa dapat menciptakan sebuah produk akhir.
Pengerjaan proyek ini diatur dalam ‘stasiun’ – atau area-area dimana kelompok-kelompok
siswa mengerjakan bagian-bagian tertentu dari sebuah produk final. Misalnya, satu stasiun
dapat menjadi ‘stasiun penelitian’ dimana siswa dapat memperoleh informasi tercetak untuk
penyusunan buku. Stasiun kedua adalah ‘stasiun penulisan’ dimana siswa dapat menggunakan
komputer untuk menulis artikel-artikel mereka. Stasiun ketiga dapat dijadikan ‘stasiun editing’
dimana siswa menyerahkan buku mereka untuk memeriksa buku mereka. Kelas-kelas yang
lebih besar dapat menetapkan sebuah proyek yang lebih kompleks dengan stasiun-stasiun yang
lebih banyak. Kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa berotasi menggunakan ‘stasiunstasiun pembelajaran’ ini untuk mengumpulkan data dan informasi tentang proyek mereka.

8

Aktivitas Lima-Menit: Menggunakan komputer untuk aktivitas seluruh kelas atau
kelompok-kelompok kecil dalam kelas selama ‘5 menit’.
Di awal sesi, bagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4 siswa. Guru
mengarahkan proses belajar (memberi instruksi) dan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk menemukan sebuah kata, membuat prediksi, dan membuat perubahan. Manfaat
yang dapat diperoleh dari aktivitas ini adalah aktivitas ini cepat, interaktif karena melibatkan
para siswa dalam aktivitas. Selain itu, tidak membutuhkan penggunaan komputer secara
intensif - hanya ‘mencicipi’ prosesnya saja.

PENUTUP
Sebagai pertanyaan penutup, seandainya jumlah perangkat TIK tersedia sesuai
permintaan, apakah kita lebih memilih menyediaan satu perangkat TIK untuk setiap anak atau
hanya menyediakan beberapa unit saja di dalam kelas? Dengan berbagai alasan, terkadang kita
lebih memilih menggunakan perangkat yang lebih sedikit dibanding jumlah siswa di dalam
kelas. Penggunaan satu komputer untuk satu anak, misalnya, seringkali tidak menjadikan
pembelajaran lebih efektif – meskipun untuk pelajaran komputer itu sendiri.
Tidak semua pelajaran membutuhkan TIK. Meskipun ada banyak peluang
menggunakannya dalam berbagai aktivitas pembelajaran di kelas, para guru harus
mempertimbangkan tujuan pembelajaran sebelum memutuskan untuk menggunakan TIK.
Apabila TIK dapat memperkaya, memperluas atau memfasilitasi pembelajaran, maka TIK
memang harus dipakai. Namun apabila tidak, maka lebih baik tidak menggunakan TIK. Bahasan
mengenai hal tersebut dapat ditemukan lebih lanjut di pustaka [6] dan [7].
Hal-hal penting dalam menangani kelas dengan perangkat TIK berjumlah terbatas,
diantaranya: gunakan kelompok-kelompok belajar kooperatif daripada menempatkan siswa
satu per satu untuk menggunakan komputer; mintalah bantuan masyarakat: gunakan siswa
yang sudah terlatih, relawan, orang tua siswa untuk membantu guru dan para siswa belajar
menggunakan dan mengelola komputer; tunjuk ‘ahli yang trampil’ dari antara para siswa di
kelas, rencanakan aktivitas pembelajaran secara seksama (Ingat, kita tidak hanya menugaskan
siswa untuk menggunakan komputer – tetapi anda harus memiliki tujuan pembelajaran khusus
sehingga siswa dapat menggunakan komputer secara bijak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan); gunakan format/template (yang ada di Word, PowerPoint); cetak clipart/huruf dari
program-program yang akan digunakan oleh siswa; bagi proyek menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil sehingga siswa dapat bekerja di seksi-seksi/stasiun-stasiun yang berbeda; dan,
buatlah tim yang terdiri atas para guru untuk saling meminjamkan dan mengelompokkan
komputer-kelompok yang ada.
9

PUSTAKA
[1]. Institute of Computer Technology (ICT), Program Pengajaran Intel Getting Started, Intel
Education, 2007.
[2]. Adams, S. and M. Burns, Menghubungkan Pembelajaran Siswa dan Teknologi, Southwest
Education Development Laboratory (SEDL), Austin (USA).
[3]. Belcher, J.W., “Improving Student Understanding with Technology Enhanched Active
learning (TEAL), The MIT Faculty Newsletter vol. XVI No.2, October/november 2003, pp. 1,
8-11.
[4]. Dory, Y.J., et. al., “Technology for Active Learning”, Materials Today, December 2003, pp.
44-49.
[5]. DBE2-USAID, Manajemen Kelas Komputer Terbatas: Strategi dan Model Integrasi ICT ke
dalam Kelas, modul pelatihan tidak diterbitkan.
[6]. Koumi, J. , Designing Video and Multimedia for Open and Flexible Learning, Routledge,
New York, 2006.
[7]. Mendes, A.J., I. Pereira., and R. Costa (ed.), Computers and Education: Towards
Educational Change and Innovation, Springer-Verlag, London, 2008.

TENTANG PENULIS
Carwoto, lahir di Batang Jawa Tengah. Saat ini bekerja sebagai konsultan pendidikan
di Education Development Center, Inc. pada projek Decentarlized Basic Education
(DBE) 2: Teaching and Learning sebagai ICT Coordinator provinsi Jawa Tengah.
Semenjak bergabung di DBE 2 sejak 2008 hingga saat ini telah terlibat menangani program
pengembangan pembelajaran aktif dengan TIK, menjadi fasilitator perancangan e-learning bagi
perguruan tinggi mitra, mentor kursus online pendampingan berbasis sekolah, serta terlibat
dalam projek pengembangan dan pemanfaatan jaringan internet gugus (ClusterNet).
Sebelum bergabung di projek DBE 2, penulis adalah dosen Teknik Informatika. Terkait dengan
profesinya, penulis telah memperoleh sertifikat sebagai Instruktur di Cisco Networking
Academy Program (CNAP), sertifikat Master Teacher Intel Teach GS dari Intel Education,
sertifikat Pemrograman Komputer dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Telematika, serta
sertifikat sebagai Asesor KKPI dari PPPGT Malang.
Akun kontak:
email: carwoto@edc.org, blog: carwoto.wordpress.com, YM/Skype/facebook: carwoto
HP: 0811 272 2341

10