PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI (3)

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

\

Oleh :
MUHAMMAD FARIZ RAMADHAN (S1B1 17 187)

ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini yang berjudul “PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI “
dapat tersusun hingga selesai.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 10 Januari 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Sejarah lengkap pancasila tentang pemahaman memahami Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari....................................................................................3
2.2 Contoh kasus penerapan pancasila................................................................. .15
BAB III PENUTUP.............................................................................................23
3.2 Kesimpulan...................................................................................................23
3.3 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24

iii

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Di setiap bangsa seluruh dunia pasti memiliki satu ideologi sebagai dasar Negara
begitu juga Indonesia sebagai bangsa yang beradab juga memiliki satu ideologi
sebagai dasar negara yaitu, pancasila. penetapan pancasila sebagai dasar Negara
bukan berasal dari pemikiran seseorang seperti halnya ideologi-ideologi di negara

lain seperti sosialis dan liberalisme. pembentukan dan penetapan pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia sebenarnya adalah suatu proses panjang sejarah
bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila merupakan nilainilai yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sendiri yang berasal dari adat istiadat,
kebudayaan dan nilai religius bangsa Indonesia.
Sejarah pancasila dan kemardekaan indonesia penuh dengan perjuangan dan
kepedihan yang tak patut di lupakan. Bagaimana para pahlawan bersusah gigih demi
tanah air ini, hingga tergapaikan awal cita-cita para pahlawan yaitu kemardekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan di bacakann Proklamasi oleh I.R Soekarno.
Setelah itupun masih banyak masalah dan pembrontakan di negeri ini hingga adanya
orde baru pada masa Soeharto, yang dengan harapan mampu membawa Indonesia
lebih baik. Tapi kenyataannya sebaliknya,hukum di permainkan,penguasa dan raja
adalah mereka yang berwewenang, hingga tahun 1998, jatuhnya Soeharto dan awal
perubahan bagi indonesia “REVOLUSI”.17 tahun dari masa kelabu itu, dunia kini
penuh dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, tapi bohong bila sudah
ada keadilan karna kenyataannya ialah kekuasaan dikarnakan punahnya karekter.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
pokok-pokok masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

2


1) Bagaimana Sejarah lengkap pancasila tentang pemahaman memahami
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2) Bagaimana Contoh kasus penerapan pancasila secara Rasional
1.3 Tujuan
Berasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1) Untuk mengetahui Sejarah lengkap pancasila tentang pemahaman
memahami Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2) Untuk mengetahui Contoh kasus penerapan pancasila secara Rasional
1.2 Manfaat
Makalah ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1) Memberikan informasi tentang sejarah memahami Pancasila.
2) Mampu menerapkan atau mengimplementasikan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Sejarah Dalam Memahami Pancasila
Sesuai fakta sejarah, Pancasila tidak terlahir dengan seketika
pada tahun 1945, tetapi membutuhkan proses penemuan yang
lama, dengan dilandasi oleh perjuangan bangsa dan berasal dari
gagasan

dan

kepribadian

bangsa

Indonesia

sendiri.

Proses

konseptualisasi yang panjang ini ditandai dengan berdirinya
organisasi pergerakan kebangkitan nasional, partai politik, dan

sumpah

pemuda.

negara(Pancasila),

Dalam
muncul

usaha

merumuskan

usulan-usulan

pribadi

dasar
yang


dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia antara lain:
a) Muhammad

Yamin,

pada

tanggal

29

Mei 1945 berpidato mengemukakan usulannya tentang lima
dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,
Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Dia berpendapat bahwa ke-5 sila yang diutarakan tersebut
berasal

dari


sejarah,

agama, peradaban,

dan

hidup

ketatanegaraan yang tumbuh dan berkembang sejak lama
di Indonesia. Mohammad

Hatta dalam

memoarnya

meragukan pidato Yamin tersebut.
b) Soekarno,

pada


tanggal 1

Juni 1945

mengemukakan

PancaSila sebagai dasar negara dalam pidato spontannya
yang selanjutnya dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila".

4

Ir.

Sukarno

Indonesia,

merumuskan

dasar


negara: Kebangsaan

Internasionalisme,-atau

peri-kemanusiaan,

Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, KeTuhanan
yang

maha

esa

Dari

banyak

usulan-usulan


yang

mengemuka, Ir. Soekarno berhasil mensintesiskan dasar
falsafah dari banyak gagasan dan pendapat yang disebut
Pancasila pada 1 Juni 1945. Rumusan dasar Negara ini
kemudian didadar kembali oleh panitia yang dibentuk
BPUPKI(Badan

Penyelidik

Usaha-usaha

Persiapan

Kemerdekaan Indonesia) dan dimasukkan ke Piagam Jakarta.
Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila secara
sah

menjadi

dasar

Negara

yang

mengikat.

Sebelum

disahkan, terdapat bagian yang di ubah” Ke-Tuhanan, dengan
kewajiban

menjalankan

syariat

Islam

bagi

pemeluk-

pemeluknya" diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas, baik yang disampaikan
dalam pidato Ir. Soekarno ataupun rumusan Panitia Sembilan yang termuat dalam
Piagam Jakarta adalah sejarah dalam proses penyusunan dasar negara. Rumusan
tersebut semuanya otentik sampai akhirnya disepakati rumusan sebagaimana terdapat
pada alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945.
Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan Pancasila,
yaitu rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal 1 Juni 1945
dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam Jakarta
tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945
yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

5

Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945, 22
Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai satu
kesatuan dalam proses kelahiran falsafah negara Pancasila.
Arti Lambang Pancasila
Burung Garuda merupakan lambang negara Indonesia sejak negara ini berdiri.
Akan tetapi tidak semua orang tahu tentang arti dan makna garuda pancasila sebagai
lambang negara. Sebagai bangsa Indonesia paling tidak kita tahu dan mengerti arti
lambang negara kita sediri sebagai sikap penghargaan terhadap perjuangan para
pendiri bangsa dan kelak dapat menceritakan kepada anak cucu kita sebagai generasi
penerus bangsa.


Burung Garuda Pancasila dalam cerita kuno tentang para dewa adalah kendaraan
Dewa Vishnu yang besar dan kuat.



Warna Burung Garuda adalah kuning emas yang menggambarkan sifat agung
dan jaya.



Garuda adalah seekor burung gagah dengan paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
menggambarkan kekuatan dan tenaga pembangunan



Jumlah

bulu

burung

garuda

pancasila

memiliki

melambangkan

hari

kemerdekaan Indonesia , 17 Agustus 1945


Bulu masing-masing sayah berjumlah 17 helai



Bulu Ekor berjumlah 8 helai



Bulu Leher berjumlah 45 helai
Di bagian dada burung garuda terdapat perisai yang dalam kebudayaan serta

peradaban bangsa Indonesia merupakan senjata untuk berjuang, bertahan, dan
berlindung untuk meraih tujuan. Perisai Garuda bergambar lima simbol yang
memiliki arti masing-masing :


Bintang, sila ke-1 Pancasila, melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa

6



Rantai Baja, sila ke-2, melambangkan Kemanusiaan yang adil dan beradab



Pohon beringin, sila ke-3, melambangkan Persatuan Indonesia



Kepala banteng, sila ke-4, melambangkan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan



Padi dan kapas, sila ke-5, melambangkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia

Garis hitam tebal di tengah perisai melambangkan garis katulistiwa yang
melukiskan lokasi Indonesia berada di garis katulistiwa, Warna dasar perisai adalah
merah putih seperti warna bendera Indonesia.

Filsafat Pancasila
Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada hakekatnya
dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian Pancasila sebagai
pandangan hidup dan sebagai Dasar Negara. Secara etimologis kata ”filsafat“
berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang berarti “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos” (pilia,
cinta) & “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga
bermakna “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat
juga bermakna cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata
tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya
manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa
menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban

7

manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula
dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan bijaksana memberikan
kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena
itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran.
Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof
dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu,
filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya
(merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut
filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalamdalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau
setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian
dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi,
2003:16) menyatakan, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat,
memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri, yang
membedakannya dengan sistem filsafat lain.
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (Ganeswara,
2007:7) menyatakan bahwa hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab
manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya hakekat
manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk
individu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan, bahwa yang berkeTuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmah

kebijaksanaan

permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial adalah manusia.

dalam

8

Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakekat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus
(Kaelan, 2007:15) terdapat tiga persoalan mendasar dalam epistemologi yaitu :


tentang sumber pengetahuan manusia;



tentang teori kebenaran pengetahuan manusia ;dan



tentang watak pengetahuan manusia.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa Pancasila

digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta dirumuskan secara
bersama-sama oleh “The Founding Fathers” kita. Jadi bangsa Indonesia merupakan
Kausa Materialis-nya Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki susunan yang
bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari silasilanya. Susunan sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis piramidal.
Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologinya yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila adalah suatu paham filsafat (philosophical way of thinking) oleh
karena itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan dapat diterima oleh
akal sehat. Dalam pengertian tersebut, Pancasila disebut juga sebagai way of life,
weltanschaung, pegangan hidup, petunjuk hidup, dan sebagainya. Dalam hal ini
Pancasila adalah sebagai petunjuk arah kegiatan di segala bidang kehidupan,
sehingga seluruh tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia harus dijiwai dan
merupakan pancaran dari sila-sila Pancasila yang merupakan satu kesatuan yang
utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Sebagai pandangan hidup
yang

merupakan

penjelmaan

falsafah

hidup

bangsa,

Pancasila

dalam

9

pelaksanaannya sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama,
norma-norma kesusilaan, normanorma sopan santun, serta norma-norma hukum
yang berlaku.
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan secara
yuridis konstitusional (menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu setiap orang
tidak boleh atau tidak bebas memberikan pengertian/penafsiran manurut
pendapatnya sendiri. Pancasila dalam pengertian ini sering disebut pula sebagai
dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau ideologi negara (staatsidee).
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945
adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka.
Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan
cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan
didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang
menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18
Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI,
Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung
unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan
negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan
persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturanperaturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-peraturan organik yang
menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara

10

sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka
semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR,
Undang-undang,

Peraturan

Pemerintah

sebagai

pengganti

Undang-undang,

Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah
pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi
dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang

dari

jiwa

Pancasila.

Bahkan

dalam Ketetapan

MPRS

No.

XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber
hukum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi,
hakim, ilmu pengetahuan hukum). Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan
antara jalan yang ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh
negara dan pemerintah Indonesia Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa
Indonesia berdiri di atas fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila
dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah
air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan
bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsabangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan
mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik Indonesia
secara kekal dan abadi.
Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian
Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.

11

Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh
kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan
suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala
bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,
Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap
hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu
atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing,
namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri.
Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita
memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap
sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :
a) Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku di negara kita.
b) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta
memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c) Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak
yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa
Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia
dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas
dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di
dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
d) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam
wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

12

tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung
tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian
dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu,
melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah
diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila
hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan
UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai
arti bagi kehidupan bangsa kita. Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan
nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun
kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin
Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini
terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa kini,
pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila,
maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD
1945, yaitu :


Ketuhanan Yang Maha Esa.



Kemanusiaan yang adil dan beradab.



Persatuan Indonesia.



Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan /
perwakilan.

13



Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita

gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila
itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan
sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu
tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan
sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari
sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu.
Kata “oida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengetahui, melihat, bentuk.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasangagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia
tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau
gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang
melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.Pada dasarnya ideologi terbagi dua
bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup merupakan
suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem
pemikiran terbuka. Ideologi Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan citacitanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka diciptakan oleh
Negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena

14

itu, Ideologi terbuka merupakan milik semua masyarakat dalam menemukan
‘dirinya’ dan ‘kepribadiannya’ dalam Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila
besifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat.Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan
yang dimiliki oleh ideologi Pancasila menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman
dalam tatanan sosial, namun sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar
Pancasila dapat dirubah /diganti dengan nilai dasar yang lain. Sebab jika nialai dasar
tersebut dirubah berarti meniadakan Pancasila bahkan membubarkan Negara RI.
Yang dimaksud dengan ideologi Pancasila yang bersifat terbuka adalah nilai-nilai
dasar dari Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan bangsa Indonesia dan
tuntutan perkembangan zaman.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural Pancasila
memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
o

Dimensi idealis. bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut mengandung
idealisme, bukan angan-angan yang memberi hambatan tentang masa
depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengalamannya dalam
praktek kehidupan bersama mereka sehari-hari dengan berbagai
dimensinya

o

Dimensi Fleksibilitas. Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang
memungkinkan Merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru
yang relevan tentang dirinya,tanpa menghilangkan hakikat (jati diri)
yang terkandung dalam nilai dasar.

o

Dimensi realitas. adalah suatu Ideologi harus mampu mencerminkan
realitas yang hidup & berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam ideologi secara reel berakar dan hidup dalam

15

masyarakat/bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya. Oleh karena itu,
selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga
harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan
Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka,
maka sifat Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem
ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga
bukan merupakan Ideologi “pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi
belaka tanpa adanya aspek idealisme. Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka
hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal dan tetap. Adapun penjabaran
dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang
senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi
masyarakat.

2.2 Contoh Kasus Penerapan Pancasila
Pancasila yang harus dihayati dan diamalkan adalah Pancasila yang sila-silanya
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila itu adalah sebagai
berikut.
A. SILA KE- 1 : “Ketuhanan Yang Maha Esa ”
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan
semua mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa
dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa
zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat
Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh
siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya.

16

Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau
kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran,
melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang
dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
Contoh kasus :
Positif
Jakarta, CNN Indonesia - Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal, jadi dua simbol
agama, Islam dan Katolik di Indonesia. Kedua tempat tersebut terletak saling
berseberangan, Gereja Katedral di Jalan Katedral nomor 7B dan Masjid Isiqlal di
Jalam Taman Wijaya Kusuma, keduanya di pusat Jakarta,memiliki sejarah
toleransi beragama yang panjang. Salah satu bentuk kecil dari toleransi
beragama yang muncul dari kehadiran Katedral dan Istiqlal adalah soal berbagi
lahan parkir. Seperti diketahui, akhir pekan ini umat Katolik, dan Kristen
tentunya, sedang merayakan hari besar yang mereka namakan Paskah.

Analisis :
Menurut saya prilaku ini mencerminkan sikap seperti sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana setiap individu pasti memiliki kepercayaan
dan keyakinannya masing-masing. Seperti yang ditunjukan oleh contoh diatas,
dimana Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral merupakan dua tempat ibadah
yang berebeda. Letak kedua tempat ibadah ini saling berhadapan, meskipun
demikian mereka memiliki sikap toleransi dan peduli satu sama lain. Seperti saat
hari raya Idul Fitri atau hari besar lainnya, bila lahan parkir di daerah Masjid
Istiqlal penuh mereka para pengunjung dapat menitipkan kendaraannya di
Gereja Katedral, begitu pula sebaliknya
Negatif

17

Bekasi

(ANTARA) –

Kasus

penistaan

internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang

agama

Islam

diduga

melalui
milik

situs

Yayasan

Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus memantau
perkembangannya. Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH Iskandar Ghazali di
Bekasi, Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah ditangani bagian kejahatan
teknologi informasi Polda Metro Jaya, sementara dua orang yang dicurigai, F
dan J telah telah ditangani aparat Polres Metro Bekasi. Penistaan yang dilakukan
oleh oknum tersebut berupa pelecehan terhadap kitab suci Al Quran dan Nabi
Muhammad SAW, katanya.
B. SILA KE-2 : “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ”
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusi, yaitu makhluk yang paling
sempurna dari makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
yang membedakan manusia dengan yang lainya adalah manusia dibekali akal
dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia
menjadi makhluk yan paling sempurna dari semua makhluk ciptaan-Nya.
Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
ukuran atau norma-norma yang obyektif dan tidak subyektif sehingga tidak
sewenang-wenang . Kata beradab berasal dari kata adab, yang memiliki arti
budaya. Jadi adab mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan
tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma-norma
social dan kesusilaan atau norma yang ada di masyarakat.
Contoh Kasus :
“Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (PILKADA)”
Untuk mendalami terkait kasus pemerkosaan yang diduga dilakukan Gatot
Brajamusti, Polda Metro Jaya akan memeriksa DNA mantan ketua umum Parfi
tersebut. "Nanti minggu depan penyidik mau ke NTB. Agendanya untuk periksa
DNA gatot. Kita terus lengkapi pemberkasan," kata Kabid Humas Polda Metro
Jaya Kombes Pol Awi Setiyono kepada wartawan, Minggu (2/10).

18

Selain soal pemerkosaan, polisi juga masih menyelidiki seputar kasus
kepemilikan senjata api milik Gatot. Sejauh ini aparat kesulitan untuk melacak
asal usul senjata api tersebut. "Kita masih kesulitan asal senpinya, tapi terkait
proses penyidikan Gatot tentang kepemilikan senpi dan ratusan amunisi, tentu
tidak ada masalah," lanjutnya. rencananya polisi akan memanggil dua orang
yang terlibat dalam penggarapan film DPO untuk memastikan asal usul pistol
milik tersangka. Kasus yang terkait dalam sila ke 2.
Positif
dalam kasus ini pihak keamanan Negara menegakkan keadlan agi para korban,
untuk mengusut tuntas kasus ini ,dan memberikan hukuman bagi pelaku jika
terbukti bersalah.
Negatif
dalam kasus ini terlah melanggar sila ke 2 , kemanusiaan yang adil dan
BERADAP ,di ambil dari kata Beradap pelaku dari kasus ini tidak mempunyai
adap yang bagus. Merusak masa depan korbanya dengan cara memperkosa
korbannya ini tidak sangat patut untuk di tiru, karena bisa merusak generasi
masadepan bangsa Indonesia.
usaha keamanan Negara “polisi” sangat bagus karena pihak kepolisian
menegakkan ke adilan bagikorban , dengan mengusut tuntas kasus ini dan untuk
memberikan sangsi kepada pelaku kejahatn yang tidak memiliki adap ,karena
dia merusak masdepan korbannya.
C. SILA KE-3 : “ Persatuan Indonesia ”
Persatuan Indonesia merupakan sila ke-3 dalam Pancasila. Sudah kita
ketahui pula bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural dimana
terdapat banyak sekali kebudayaan, suku, dan ras di dalamnya. Semua
perbedaan tersebut hanya bisa bergabung mengunakan Persatuan. Makna “
Persatuan Indonesia “dibentuk dalam proses sejarah yang cukup panjang
sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki suatu persamaan nasib, satu

19

kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas kerokhanian
Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah, dan susunan negara.

Contoh Kasus :
“Bahasa Indonesia Sebagai alat Pemersatu Bangsa”
Fungsi dari bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah sebagai
pemersatu suku-suku bangsa di Republik Indonesia yang beraneka ragam.
Setiap suku bangsa yang begitu menjunjung nilai adat dan bahasa daerahnya
masing-masing disatukan dan disamakan derajatnya dalam sebuah bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan memandang akan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, maka setiap suku bangsa di
Indonesia bersedia menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Selain itu, fungsi dari bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa ibu yang dapat
digunakan sebagai alat komunikasi bagi yang yang tidak bisa bahasa daerah.
Seiring perkembangan zaman, sebagian besar warga negara Indonesia
melakukan transmigrasi atau pindah dari daerah dia berasal ke daerah lain di
Indonesia, sehingga di sinilah peran dan fungsi bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi antar suku bangsa yang berbeda, agar mereka tetap dapat saling
berinteraksi. Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia itu
selain sebagai bahasa persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa
Nasional dan sebagai budaya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, maksudnya sudah jelas karena fungsi dari bahasa Indonesia itu
sendiri adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang
ada di Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia
itu selain sebagai bahasa persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa
Nasional dan sebagai budaya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, maksudnya sudah jelas karena fungsi dari bahasa Indonesia itu
sendiri adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang
ada di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa
Nasional, maksudnya bahasa Indonesia itu adalah bahasa yang sudah

20

diresmikan menjadi bahasa bagi seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan
bahasa Indonesia sebagai budaya maksudnya, bahasa Indonesia itu
merupakan bagian dari budaya Indonesia dan merupakan ciri khas atau
pembeda dari bangsa yang lain.
D. SILA KE-4 : “ Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan dan Perwakilan”.
Artinya masyarakat Indonesia sebagai warga negara mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari
perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan
kepentingan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang
dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah.

Contoh Kasus :
Positif
“Pemilihan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah (Pilkada)”
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara
langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan
Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu,
sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama
yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI
Jakarta 2007.Pada tahun 2011, terbit

undang-undang baru mengenai

21

penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011.
Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.
Negatif
“Skandal Proyek Hambalang”
Dimana dalam proyek Hambalang senilai Rp 1,2 trilun telah masuk ke saku
Deddy dan pejabat lain yang mengutak-ngatik dana negara itu. Berikut isi surat
“kecurangan” antara Kemenpora dengan PT. Adhi Karya : “Kepada YthCalon
Penyedia Jasa Pemborongdi Tempat Diberitahukan dengan hormat bahwa
kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan
Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Kementerian
Pemuda dan Olahraga tahun anggaran 2010 adalah sebesar Rp 262.784.897.000
(Dua ratus enam puluh dua milyar tujuh ratus delapan puluh juta depalan ratus
sembilan puluh tujuh ribu rupiah). Sampai dengan saat ini, anggaran masih
dalam proses pengajuan pelaksanaan kontrak tahun jamak (multiyears) dengan
total nilai kegiatan direncanakan sebesar Rp1.200.000.000.000 (Satu triliun dua
ratus milyar rupiah)” Bilamana pengajuan tersebut tidak mendapatkan
persetujuan maka anggaran kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan Pusat
Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang, Bogor,
Jawa Barat kembali ke anggaran semula dan pihak penyedia barang/jasa
pemborongan tidak akan menuntut ganti rugi kepada pengguna barang/jasa
dalam bentuk apapun. Kebusukkan ini terus menuai komentar dari pelaku itu
sendiri, mereka saling manyangkal, melempar masalah ini ke pejabat lain, dan
seterusnya. Sementara itu, Indonesia tidak hanya terdiri atas Jakarta, Bandung,
dan kota-kota besar lainnya dimana kemiskinan masih bisa ditemukkan. Mari
kita lihat wilayah lain seperti Sumatra. Sulawesi, Maluku, dan kepulauan lain
dimana kemiskinan sangat mudah ditemukan. Bahkan di daerah sangat pelosok
pun tidak memiliki sarana transportasi yang semestinya.

22

E. SILA KE-5 : “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ”
Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil pada semua
orang. Contoh sikap yang mencerminkan sikap tersebut seperti berusaha
menolong orang lain sesuai kemampuan, menghargai hasil karya orang lain,
tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita, menjunjung tinggi nilai
kekeluargaan, menghormati hak dan kewajiban orang lain. .
Contoh Kasus :
Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Palu, Sulawesi
Tengah, AAL, diajukan ke meja hijau karena dituduh mencuri sandal polisi
Briptu Ahmad Rusdi Harahap. Saat ini proses hukum sedang berjalan
pengadilan dan jaksa mengancam hukuman 5 tahun penjara. Kisah ini
bermula pada November 2010 ketika AAL bersama temannya lewat di Jalan
Zebra di depan kost Briptu Ahmad Rusdi. Melihat ada sandal jepit, ia
kemudian mengambilnya. Suatu waktu pada Mei 2011, Polisi itu kemudian
memanggil AAL dan temannya. Menurut Briptu Ahmad, kawan-kawannya
juga kehilangan sandal. AAL dan temannya pun diinterogasi sampai
kemudian AAL mengembalikan sandal itu. AAL sempat dianiaya saat
diintrogerasi. Atas penganiayaan ini, Polda Sulteng telah menghukum polisi
penyaniaya AAL, Rabu (28/12). Briptu Ahmad Rusdi dikenai sanksi tahanan
7 hari dan Briptu Simson J Sipayang dihukum 21 hari. Dari beberapa
peristiwa tersebut masih menunjukan bahwa masih minimnya kesadaran
akan keadilan sosial pada diri masing masing rakyat Indonesia.

23

BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik
Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara yang secara meluas

akan berkembang menjadi

pengalaman

kenegaraan

Pancasila

oleh

setiap

lembaga

dan

lembaga

kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat
nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus
dikembalikan pada tercapai nya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung
pokok negara. Dasar - dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas
pertahanan dan keamanan negara.
Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus mengimplementasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Dan akhirnya agar benarbenar negara meletakan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum
dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
3.3 Saran
Uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah
negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan
mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa
tanggung jawab.
4.3

24

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga,
http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-ataupengertian- pancasila/
http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-

kehidupan-

berbangsa/
http://jeffany-jefanny.blogspot.com/2012/04/pancasila-implementasinya.html
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm