PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA

ILMU ALAMIAH DASAR

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA DI EROPA DAN
DUNIA ISLAM
Disusun

o
l
e
h

Ahmad Zaman Huri
Pembimbing : Febrina Arfi, S.Si., M.Si.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2016

A.


Pendahuluan

Manusia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti halnya hewan
dan tumbuhan, itu disebabkan karena ciri khas yang hanya ada pada manusia saja, yaitu “akal”.
Dengan akal, manusia bisaberfikir akan hal yang baik atau buruk dan menyadari bahwa segala
yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa, maka muncullah dalam diri
manusia itu kesadaran untuk tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Ini disebut dengan naluri
beragama.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, satu-satunya makhluk yang dibekali akal
fikiran oleh Allah SWT yang kemudian diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa
yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini
mendorong manusia untuk menjelaskan gejala-gejala alam serta berusaha memecahkan masalah
yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan yang
terkumpul semakin banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya
pikirnya. Hal ini tidak hanya meliputi tentang kebutuhan praktis hidupnya sehari-hari tetapi juga
berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan dan seni.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala
alam yang ada, lalu semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil
pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan sehingga manusia
sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat menciptakan beberapa benda

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut
lebih dipermudah dengan adanya tukar-menukar informasi mengenai pengetahuan dan
pengalaman yang mereka miliki masing-masing.
Perkembangan pengetahuan pada manusia ini juga didukung oleh adanya sifat manusia
yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas, dan sifat yang ingin lebih baik. Mereka
selalu berusaha mengerti dan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Sejalan dengan
perkembangan pengetahuan tersebut rasa keindahan manusia juga ikut berkembang. Dengan
selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda
dari pada makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan.

B.

Perkembangan Pola Pikir Manusia di Eropa

Perkembangan pola piker manusia di Eropa ini mulai pada masa abad permulaan ke-14.
Di Eropa mulai berkembang dalam ilmu pengetahuan sejak zaman itu dan sampai sekarang
Eropa masih menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan bagi umat manusia umumnya.
Permulaan perkembangan itu dipelopori oleh Roger Bacon (1214-1240) yang menganjurkan agar
pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan juga penelitian.1
Tokoh-tokoh lain yang juga berperan sebagai pelopor di Eropa yaitu Copernicus, Tico

Beoche, Kepper, dan Galileo. Mereka juga mengembangkan pengetahuan yang didasarkan
pengalaman. Perkembangan menjadi sangat pesat setelah di tulisnya buku “Novum Organum”
oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam
mengembangkan pengetahuan dengan menguraikan metode yaitu semua itu di dasarkan pada :
1. Pengamatan dan pengalaman
2. Pengumpulan data yang secara sistematis
3. Analisis, ada 3 jenis pembagian dari metode ini :
a.

Langsung

b.

Perbandingan

c.

Matematis

Sejarah keilmuan di Eropa lebih berkembang mulai abad 14 dan 15 melalui ekspedisiekspedisi besar, seperti vasco de Gama ke India Timur, dan Christopher Colombus ke India

Barat, dan mesin cetak ditemukan oleh Johann Gutenberg. Para tokoh filsafat seperti Francis
Bacon, Descartes, Lavoiser, Muller, Darwin, Koch, Pasteur, Galileo, Kepler dan kawan-kawan
mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan
filsafat dapat mengubah dunia.2

1
2

Mawardi
Ibid

Di abad pertengahan, banyak orang Yahudi yang mempelajari karangannya kemudian
menyalinnya ke dalam bahasa ibrani yang salinannya masih tersimpan di perpustakaanperpustakaan Eropa hingga sasat ini.
C.

Perkembangan Pola pikir Manusia Dalam Dunia Islam

Perkembangan pemikiran Islam telah tumbuh jauh sejak abad ke-2 H atau abad ke-8 M.
Sejak masa Nabi Muhammad SAW, benih-benih pertumbuhan pemikiran Islam telah ada hingga
pada masa Khulafah Ar-Rasyidin. Adapun pemikiran filsafat Islam baru dikenal pada abad ke-3

H, yaitu dengan munculnya Al-Kindi (260 H), yang dianggap sebagai filusuf Islam pertama.3
Sejarah peradaban Islam mengenal empat disiplin keilmuan, yaitu kalam, fiqih, tasawuf
dan falsafah. Ilmu kalam dalam pembahasannya diarahkan pada segi ketuhanan berserta
eksisten-Nya. Ilmu fiqih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum sehingga tekanan
orientasinya mengenai hal-hal yang dzahiriah. Ilmu tasawuf membidangi segi-segi penghayatan
dan pengamalan keagamaan yang bersifat pribadi, mengenai hal-hal batiniah. Adapun filsafat
membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang kehidupan dan lingkungan
secara luas.4
Kemajuan yang pesat dalam hal pemikiran, memunculkan konflik baru, dimana adanya
gejala penekanan yang berlebihan dalam salah satu bidang disiplin ilmu. Muncul klaim-klaim
kebeneran di kalangan pengikut disiplin ilmu tertentu. Bahkan, menurut Al-Ghazali, mereka
mengklaim disiplin ilmunya sebagai ilmu yang hukumnya fardhu/wajib untuk dipelajari umat
Islam. Penekanan tersebut menyebabkan berkurangnya pandangan tentang ketentuan dan
keutuhan kebenaran.
Pemikiran ilmiah manusia terus berkembang. Banyak orang Arab yang mempelajari
filsafat sekaligus ilmu alam, misalnya kedokteran, kimia, fisika dan matematika. Salah satunya
Al Harits bin Kaldah yang belajar ilmu kedokteran di Jundisabur, Persia. Ia adalah dokter yang
menjadi rujukan kesehatan Nabi saat Sa’ad bi Abi Waqqash sakit. Dari perguruan Jundisabur
tersebut, telah lahir sejumlah pemikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes, Ptolomeus,
3

4

Paryono, Joko, dkk
Mawardi

dan lain lain yang telah berhasi meletakkan dasar dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri,
ilmu falak, ilmu kedokteran, kimia, fisika dan Matematika.5
D.

Proses Perkembangan Pola Pikir Di Dunia Islam

Dalam perkembangan pola pikir di dunia Islam, terdapat masa dimana para
ilmuwan dan masyarakat umumnya yang sebelumnya hanya belajar dan menunggu
hal yang baru juga ada ilmuwan yang turun untuk menerjemahkan beberapa bukubuku

ilmu

dari

karangan-karangan


sebelumnya.

Ini

disebut

dengan

zaman

penerjemahan.
Zaman Penerjemahan ini dimulai ketika Khalifah Abbasiyah. Khalifah Al-Mansyur
dianggap berjasa karena telah membawa Ibn Bakhtyashu, seorang tabib yang berkecimpung
dalam kegiatan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, ke kota Baghdad. AlMansyur juga meminta bantuan kepada Ibnu Batriq, salah satu dari para penerjemah yang
menjadi pionir dalam penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, dan terkenal
karena penerjemahannya terhadap banyak karya Galen dan Hippocrate s. Al Mansyur berhasil
membangun kota Baghdad yang kemudian menjadi mercusuar di Timur dan menjadi jantung
peradaban Islam dalam waktu kurun yang sangat panjang. Kota Baghdad yang ia dirikan mampu
menjadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan.6

Kaum Muslimin mengenal banyak macam ilmu pengetahuan sejak zaman pertengahan
kerajaan Bani Umayyah, diawali dengan diterjemahkannya ilmu kedokteran oleh Warwan bin Al
Hakam (64-65 H) dan kemudian dilanjutkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pada
zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia menginginkan buku-buku pengetahuan
yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, dikeluarkan dari perpustakaan uhntuk dipelajari dan
dikembangkan oleh para muslimin. Sejak saat itulah berbagai cabang ilmu pengetahuan sedikitsedikit mulai diserap oleh dunia Islam. Dan pada puncaknya pada

zaman Kekhalifahan

Abbasiyah, penerjemahan dari buku-buku Yunani Sangat gencar dilakukan karena

para

Khalifahnya pun turut membantu dan mendukung upaya tersebut sehingga dapat menghasilkan

5
6

Paryono, Joko, dkk
Herabudin


gerakan penerjemahan paling besar dalam sejarah, sampai-sampai zaman tersebut dikenal
dengan Zaman Penerjemahan.
Gerakan penerjemahan berlangsung terus sejak abad ke 3 Hijriyah. Beberapa jenis buku
diterjemahkan lebih dari satu kali. Jika terjemahan pertama dinilai kurang baik karena lebih
bersifat harfiah dan kurang mengutamakn makna, maka buku yang telah diterjemahkan itu
diulang kembali penerjemahannya. Dengan cara itu, maka sebagian besar pusaka pemikiran
asing selesai diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan sempurna.
Masa penerjemahan ( The age of Translation) yang berlangsung hampir 150 tahun (750900 M), merupakan masa bagi berlangsungnya kreatifitas murni dan pengaruh intelektual
muslim. Dan secara garis besar ada dua periode penerjemah pada masa Abbasiyah.7
Banyak buku-buku ilmiah yang muncul pada masa dulu membuat para ilmuan maupun
masyarakat merasa tertarik untuk mempelajarinya semua. Pembahasan dalam buku-buku tersebut
juga terdapat perbdaan pembahasan yang bisa dipilih langsung oleh para peminat bidang di masa
itu. Diantara buku buku ilmiah adalah tentang aritmatik dan ilmu geometri. Orang arab menaruh
perhatian pada buku yang mereka sebut dengan Al Ushul karangan Euclide, ahli ilmu geometri
yang hiudup pada abad ke 3 sebelum masehi. Di kota Iskandariyah di zaman Ptolomeus I, ia
menulis sebuah buku yang dibagi kedalam 13 makalah. 6 makalah pertama mengenai geometri,
makalah ke-7 hingga ke-10 mengenai aritmatika. Buku yang ditulisnya itu tetap menjadi
pegangan bagi opera ahli matematika dikalangan perguruan di Iskandariyah. Dan ketika datang
zaman Islam, buku tersebut diterjemahkan dan diuraikan lebih dalam oleh para filsuf muslim.

Bukan hanya tentang angka, namun juga banyak buku-buku ilmiah yang ada tentang hal lainnya,
seperti ilmu kedokteran, ilmu falak, dan lain-lain.
Ibnu Sina, ilmuwan kesehatan islam itu juga banyak membuat karangan dalam
mengartikan masalah pola pikir atau proses perkembangan pemikiran dari setiap individu dengan
menjelaskan maksud dari arti “hikmah”. Tampak jelas bahwa Ibnu Sina mengikuti jejak
Aristoteles dan para ahli urai filsafat Aristoteles dari perguruan Iskandariyah sebelum membagi
bagi ilmu, Akan tetapi Ibnu Sina berbeda pendapat secara esensial dengan Aristoteles dalam ilmu
semantik. Aristoteles memasukkan pengetahuan turunnya wahyu Ilahi sebagai salah satu cabang
7

Ibid

dari ilmu Ilahiyat atau matafisiska, sedangkan Ibnu Sina memasukkannya kedalam ilmu
keagamaan, bukan ilmu filsafat.8
Selain Ibnu Sina, Khawarizmi lebih tegas lagi dalam menetukan pembagian jenis ilmu
pengetahuan, ia memisahkan ilmu keagamaan dari ilmu keduniaan dan filsafat yang disebutnya
dengan ilmu pengetahuan ‘Ajam. Demikian pula sikap Al Farabi dalam bukunya yang berjudul
Ishlahul ‘Ulum. Ibnu Khaldun juga mengikuti jejak tersebut dalam buku Muqaddimahnya dan
membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian besar,: ‘ilmu ‘Aqli, hikmah dan fisafat dan ilmu
naqly, ilmu syariat dan agama.9

Diantara berbagai aliran filsafat yang ada, Aristoteles adalah filosof yang karyanya paling
banyak diterjemahkan dan paling banyak pengaruhnya terhadap pemikiran Islam yang filsafatnya
terkenal dengan sebutan Massya’iyyah di kalangan orang Arab. Massyaiyyah berasal dari dua
kata Ma sya ya artinya berjalan, karena Aristoteles selalu mengajar murid muridnya sambil
berjalan-jalan.10
Buku Aristoteles tentang semantik ada enam buah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

AL Muqawwalat atau Catgegorias
Al Ibarah atau Parearmenias
Al Qiyas atau Anatolica I
Al Burham atau Anatolica II
Al Jadal atau Thopica
Al Aqwalul Mughallithah atau Sovestica

Orang orang Arab mengenal buku buku Aristoteles dengan judul aslinya, judul tersebut
masih tetap hingga zaman kita dewasa ini. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh pemikiran
orang orang Yunani terhadap pemikiran Arab. Ini tidak mengherankan karena orang orang Arab
dalam kedudukannya sebagai mediator antara Timur dan Barat telah mengambil dari mana saja
dan telah menerjemahkan berbagai jenis peradaban.
E.

8

Abdullah Aly
Ibid
10
Hari Purnama
9

Penutup

Perkembangan ilmu pengetahuan yang berawal dari zaman purba hingga pemikiran
ilmiah zaman modern yang serba canggih ini telah menjadikan manusia memperoleh kejayaan.
Perkembangan pola pikir manusia di Barat sejak renaisans hingga hari ini, agama Kristen dan
juga dalam beberapa hal agama Yahudi di Barat, setelah terlibat dalam pertempuran terusmenerus melawan berbagai ideologi, filsafat, lembaga dan praktek yang bersifat sekuler dan
yang menentang otoritas agama dan kenyataan hal itu sangat valid serta terlegitimasi.Saat ini
peran agama di Barat sangat berbeda dibandingkan perannya dalam dunia Islam. Seluruh
masyarakat Barat mengklaim dirinya sekuler dan memberlakukan hukum bukan dari agama
tetapi dari pemungutan suara setidaknya di negara-negara demokrasi.
Peradaban islam yang menyebar sangat luas dari Atlantik ke Pasifik dan mencakup
banyak kelompok etnis termasuk Arab, Persia, Indo-Pakistan, Malaysia Cina, Afrika, dan lainlain. Tidak dapat dipungkiri, kemajuan Islam pada saat dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan
dari peran penerjemahan yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim. Penerjemahan telah
terbukti

menjadi

sesuatu

yang memainkan

peranan

utama. Aktivitas

penerjemahan

memungkinkan suatu kebudayaan dapat mempelajari kebudayaan lainnya dan hasil yang
diperoleh melalui penerjemahan ini lebih menakjubkan dari pada kemenangan dan penguasaan
wilayah-wilayah lain. Sebagaimana proses penerjemahan telah membawa Islam ke puncak
kepemimpinan budaya dan peradaban, maka proses penerjemahan itu pula yang telah
membangunkan eropa dari tidur panjangnya dan membawa dunia barat meraih kemajuannya,
yaitu ditandai dengan masa renaissance.

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah. dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Herabudin. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Paryono, Joko. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, Pustaka Setia, 1998.
Purnama, Hari. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.