Analisis Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kabupaten Nias

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Negara Republik Indonesia merupakan negara kesatuan yang menganut
azas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, atau yang lebih dikenal
dengan otonomi daerah. Otonomi berarti penyerahan urusan pemerintah kepada
pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi
pemerintahan yang bertujuan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam
pelayanan publik. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyerahan urusan
ini adalah antara lain menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang,
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah
dalam proses pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan tujuan nasional sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Dalam perkembangannya, pemberlakuan otonomi daerah ini diikuti
dengan upaya – upaya melalui beberapa perubahan sistem pemerintahan yang
selama ini dijalankan dan melalui kegiatan pembangunan, khusunya di daerah.

Hal ini didasari oleh munculnya berbagai tuntutan – tuntutan perubahan oleh
masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang mampu mendorong
peningkatan

ekonomi

masyarakat

sehingga

pembangunan

daerah

dapat

diwujudkan. Pelayanan Publik (Public Service) adalah suatu pelayanan atau

Universitas Sumatera Utara


pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas – fasilitas
umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik dalam
hal ini adalah suatu pemerintahan (Rohman dkk : 2008).Proses pelayanan dalam
suatu negara tidak dapat lahir secara instan, melainkan timbul berdasarkan adanya
pembagian tugas, wewenang dan fungsi baik itu sebagai penguasa atau
pemerintah, maupun masyarakat sebagai objek pembangunan yang diwujudkan
dalam suatu rumusan kebijakan. Pemerintah baik pusat dan daerah dituntut untuk
dapat mampu melaksanakan fungsi pelayanan secara maksimal serta lebih proaktif
dan cermat dalam mengantisipasi paradigma baru memasuki era globalisasi yang
menghasilkan kebijakan – kebijakanyang berorientasi terhadap kepentingan
masyarakat.
Dijelaskan dalam undang – undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah pasal 14 ayat 1 yaitu salah satu urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah kabupaten / kota yaitu memberikan pelayanan
kepada masyarakat baik itu pelayanan administrasi pemerintahan, pelayanan
kependudukan dan catatan sipil serta pelayanan dasar lainnya.Dengan
diterapkannya otonomi daerah, berarti segala fungsi – fungsi pemerintahan seperti
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan termasuk
didalamnya melaksanakan tugas pelayanan kepada seluruh masyarakat di
wilayahnya, telah diberikan kewenangannya kepada pemerintah daerah, dengan

harapan kualitas pelayanan publik dapat semakin meningkat karena dapat
memperpendek rantai birokrasi, dan juga pemerintah daerah dapat secara
responsif memberikan pelayanan kepada masyarakatnya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik oleh pemerintah sebagai
penentu kebijakan dengan memanfaatkan momentum penerapan otonomi daerah
telah dilakukan. Setidaknya terdapat beberapa inovasi pelayanan salah satunya
adalah kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan ( PATEN ) sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.
PATEN merupakan inovasi manajemen dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah menuju tata kelola pemerintahan yang baik, mendekatkan,
mempermudah,

dan

mempercepat


pelayanan

kepada

masyarakat

serta

memperhatikan kondisi geografis daerah sehinggap perlu mengoptimalkan peran
kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan simpul pelayanan bagi kantor
badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota serta menjadi perangkat daerah
terdepan dalam memberikan pelayanan publik. Penerapan PATEN di kecamatan
merupakan pendelegasian sebagian kewenangan pemerintah di bidang perizinan
dan non perizinan yang diatur melalui peraturan yang meliputi tugas secara
substantif, administratif, dan teknis.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 Tahun 2010, kecamatan
sebagai penyelenggara PATEN harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu :
1. Syarat

Substantif,


yaitu

adanya

pendelegasian

sebagaian

kewenangan bupati/walikota kepada camat yang ditetapkan melalui
Peraturan Bupati/Walikota;
2. Syarat Administratif, yaitu adanya standar pelayanan dan uraian
tugas personil kecamatan;
3. Syarat Teknis, meliputi sarana prasarana dan pelaksana teknis.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penerapan PATEN tersebut, seluruh proses pelayanan mulai dari
permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilaksanakan dalam satu tempat.
Dengan adanya kebijakan tersebut, pemerintah daerah utamanya pemerintah

kecamatan yang merupakan penyelenggara pemerintahan yang secara langsung
bersentuhan dengan masyarakat dituntut untuk memiliki kriteria – kriteria khusus
dalam menjalankan fungsinya, misalnya dalam bidang administratif dengan
adanya standar pelayanan adminsitratif dan uraian tugas personil.
Pelayanan Administrasi terpadu Kecamatan sangat penting diterapkan di
daerah karena :
a. Jangkauan pelayanan kepada masyarakat menjadi semakin dekat,
sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
secara cepat dan mudah.
b. Memperkuat optimalisasi tugas pokok dan fungsi kecamatan sebagai
simpul pelayanan.
c. Memperkuat eksistensi badan/kantor/dinas pelayanan terpadu satu
pintu dalam mendukung ikim investasi.
Dengan penerapan program PATEN tersebut, diharapkan kualitas
pelayanan publik kepada masayarakat dapat mengalami peningkatan karena dalam
penerpannya dapat melibatkan seluruh pihak, baik pemerintah daerah, kecamatan,
dan juga masyarakat. Dengan sistem ini, ketika warga masyarakat datang ke
kantor kecamatan untuk melakukan pengurusan pelayanan administrasi, tidak
perlu lagi mendatangi setiap petugas yang berkepentingan seperti kepala seksi,
sekretaris kecamatan, dan camat seperti yang selama ini terjadi. Warga cukup

menyerahkan berkas ke petugas loket/meja pelayanan, duduk menunggu sejenak

Universitas Sumatera Utara

kemudian dipanggil untuk menerima dokumen yang sudah selesai. Setelah itu
melakukan pembayaran (bila ada) yang akan dicatat secara transparan. Warga
tidak lagi terbeban dengan pertanyaan apakah uang yang dibayarkan akan sampai
kepada kas daerah atau hilang di perjalanan, karena semuanya tercatat dan
dilaporkan. Selain itu, persayaratan untuk memperoleh pelayanan, besarnya biaya
dan waktu untuk memproses pun ada ketentuannya dan diumumkan kepada
masyarakat atau melalui papan informasi, sehingga masyarakat dapat secara jelas
mengetahui semua informasi mengenai pelayanan tersebut.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, maka seluruh
kabupaten/kota di Indonesia diwajibkan untuk melaksanakan kebijakan PATEN di
tingkat pemerintahan kecamatan. Namun hingga saat ini masih banyak pemerintah
daerah yang masih menerapkan kebijakan tersebut. Beberapa kendala yang umum
ditemui dalam penerapan kebijakan tersebut seperti halnya yang dikemukakan
oleh Sofyan Arifin Hasibuan dalam penelitiannya tentang Analisis
Persiapan Kebijakan “PATEN” Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di

Kota Padangsidimpuan. Hasibuan ( 2015 ) menemukan bahwa secara empiris,
penyelenggaraan PATEN di Kota Padangsidimpuan masih menemui berbagai
permasalahan meliputi koordinasi antara kecamatan dan Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu, belum terlaksana dengan baik, serta kualitas dan kuantitas
aparatur kecamatan dalam penyelenggaraan PATEN masih belum memadai.
Kabupaten Nias merupakan salah satu Provinsi Sumatera Utara yang dibentuk
berdasarkan Undang – Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten – Kabupaten Dalam Lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Daerah Propinsi Sumatera Utara. Penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten
Nias secara umum dipandang masih belum baik. Berbagai permasalahan dan
keluhan baik dari masyarakat maupun dari aparat pemerintah khususnya di
kecamatan menunjukkan rendahnya kualitas penyelenggraan pelayanan publik di
Kabupaten Nias. Hal ini dapat dilihat dari penetapan 122 Kabupaten tertinggal
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Di dalam Peraturan Presiden tersebut,
Kabupaten Nias termasuk sebagai daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala

nasional. Selain itu banyaknya pengaduan yang diajukan oleh masyarakat kepada
oknum aparat pemerintahan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Ketidakpuasan ini sebenarnya wajar terjadi, bagaimana tidak penyelenggaraan
pelayanan cenderung bersifat prosedural, lamban, tidak produktif, berbiaya tinggi,
dan melalaikan kepentingan publik. Selain itu, kebijakan pelayanan publik di
Kabupaten Nias dianggap tidak berorientasi pada kepentingan masyarakat
setempat dan kondisi wilayah di Kabupaten Nias.
Hingga saat ini masih banyak kendala – kendala yang menjadi penghambat
terwujudnya pelayanan yang berkualitas. Faktor sumber daya manusia, sarana dan
prasarana

serta

kondisi

geografis

merupakan

faktor


utama

buruknya

penyelenggaraan pelayanan di Kabupaten Nias. Kabupaten Nias secara
administratif terdiri dari 10 Kecamatan dan 170 Desa. Sedangkan secara geografis
60 % wilayah kecamatan di Kabapaten Nias berada di daerah pegunungan dan
pedesaan serta ada beberapa kecamatan yang masih terisolir.

Universitas Sumatera Utara

Kondisi tersebut tentunya sangat berpengaruh pada penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Nias. Bagaimana tidak, masyarakat
yang hendak mengurus dokumen – dokumen perizinan seperti halnya IMB ( izin
mendirikan bangunan ), harus melakukannya di Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu yang berlokasi di Kota Gunungsitoli. Bukan hanya itu, hampir 80 %
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Nias masih berada di wilayah Kota
Gunungsitoli.Belum


lagi

penyelenggaraan

pelayanan

cenderung

bersifat

prosedural, lamban, tidak produktif, berbiaya tinggi, dan melalaikan kepentingan
masyarakat. Selama ini, penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan
di Kabupaten Nias masih dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
awalnya dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Nias Nomor 5 Tahun 2007
dengan nomenklatur SKPD yakni Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP).
Setelah diberlakukan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 seluruh bentuk
urusan pelayanan perinzinan di Kabupaten Nias ditangani oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT) dan sampai saat ini SKPD ini telah menyelenggarakan
pelayanan dan pemrosesan berbagai

perizinan maupun non perizinan seperti

pengurusan Izin Mendirikan Bangunan, Surat Izin Tempat Usaha, Surat Izin
Usaha Perdagangan, dan izin lainnya.
Salah satu penyebabnya adalah pemekaran wilayah Kabupaten Nias
menjadi 4 (empat) daerah otonom baru, sehingga banyak SKPD yang selama ini
berlokasi di Kota Gunungsitoli belum dipindahkan ke ibukota Kabupaten Nias
yang baru yaitu Kecamatan Gido karena kendala administrasi dan teknis.
Akibatnya, segala urusan pelayanan masih dilakukan di kantor – kantor SKPD,
apalagi kedudukan kecamatan hanya bersifat rekomendasi atas urusan – urusan

Universitas Sumatera Utara

pelayanan publik. Kondisi tersebut tentunya merugikan masyarakat sebagai
pemilik hak atas pelayanan dari pemerintah dan tentunya membuat kualitas dari
pelayanan semakin rendah.
Keadaan ini tentunya tidak akan terjadi apabila pemerintah daerah dapat
mengoptimalkan kedudukan kecamatan melalui program PATEN, mengingat
kecamatan merupakan unit kerja yang paling dekat dengan masyarakat.Belum
diterapkannya kebijakan PATEN di Kabupaten Nias tentunya merupakan sebuah
tanda tanya. Apalagi melihat kualitas penyelenggaraan pelayanan di Kabupaten
Nias yang masih sangat rendah, kebijakan PATEN dipandang mampu
memperbaiki penyelenggaraan pelayanan di Kabupaten Nias.
Dengan adanya kebijakan PATEN yang merupakan sebuah inovasi dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan di Kabupaten Nias. Dengan harapan dapat memperoleh gambaran
secara jelas tentang pelaksanaan kebijakan PATEN sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 4 Tahun 2010 di Kabupaten Nias.

1.2Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Mengapakebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di

2.

Kabupaten Nias belum dapat terlaksana ?
Apa sajaimplikasi yang terjadi jikakebijakan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) tidakdilaksanakandi Kabupaten Nias ?

Universitas Sumatera Utara

1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui mengapakebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) di Kabupaten Nias belum dapat terlaksana.
2. Untuk mengetahui implikasi yang terjadi jika kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) tidak dilaksanakan di
Kabupaten Nias.

1.4Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini, manfaat yang diharapkan mampu untuk dihasilkan antara
lain :
1.

Secara teoritis
khasanah

hasil penelitian ini dapat bermanfaat manambah

kepustakaan

pembangunan

aparatur

studi
birokrasi

pembangunan,
pemerintahan

khususnya
dan

pada

manajemen

pembangunan pemerintahan daerah di tingkat kecamatan.
2.

Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan tentang penerapan
kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di

3.

Kabupaten Nias.
Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan
kajian kebijakan publik dan studi pembangunan pemerintahan di tingkat
kecamatan.

Universitas Sumatera Utara