PENERAPAN METODE DRILL GUNA MEMPERBAIKI HASIL BELAJAR IPA KELAS V SDN 018 BINJAI RENGAT BARAT Herliana BR Damanik SDN 018 Binjai Rengat Barat

  JMP Online Vol 2, No. 9, 922-937. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  IPA KELAS V SDN 018 BINJAI RENGAT BARAT Herliana BR Damanik SDN 018 Binjai Rengat Barat

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 06 September 2018 Penelitian dilaksanakan di SDN 018 Binjai Revisi pertama : 08 September 2018 Rengat Barat dengan menggunakan metode drill pada Diterima : 11 September 2018 mata pelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan dari Tersedia online : 27 September 2018 bulan Maret sampai bulan April. Penelitian ini dilakukan karena sering terjadinya kendala proses dalam pembelajaran yang dilakukan guru dalam merencanakan Kata Kunci : IPA, Metode Drill, dan melaksanakan proses pembelajaran. Ditambah lagi Hasil Belajar dengan pemikiran siswa bahwa mata pelajaran IPA sangat membosankan karena banyak memuat fakta dan konsep

  Email : herlianadamanik04@gmail.com sehingga siswa dituntut banyak menghafal. Karena itu penelitian mengambil metode drill dengan tujuan agar siswa dalam pembelajaran tertarik dengan materi yang disajikan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 018 Binjai Rengat Barat dengan jumlah siswa 26 orang.

  Prosedur penelitian berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan silabus, RPP, LKS, lembar observasi siswa dan alat penilaian kemampuan guru. Data awal siswa yang mencapai KKM 78 Dari 62 % pada siklus I menjadi 89 % pada siklus II dengan persentase kenaikan 27%..

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang dilalui oleh seseorang secara terprogram dalam bentuk pendidikan informal, formal, dan non formal. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran, kenyataannya saat ini pendidikan dan pembelajaran di sekolah dinilai kurang demokratis.

  Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan di SDN 018 Binjai Rengat Barat, diketahui bahwasanya dalam proses pembelajaran guru telah berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA, namun demikian hasilnya masih belum sesuai dengan harapan.

  a.

  Nilai IPA SDN 018 Binjai Rengat Barat kelas V semester genap tahun pelajaran 2015/2016 terdapat 9 dari 26 siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM dengan KKM 78 pada materi Bumi dan Alam Semesta.

  b.

  Kurang konsentrasi dalam belajar banyak diam, saat ditanya terkejut.

  c.

Minat dan motivasi belajar kurang, jarang mengerjakan PR, PR dikerjakan di kelas

  Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir secara kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan dengan baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas.

  Pembelajaran pada hakikatnya merupakan aktivitas yang sengaja dirancang untuk membantu individu agar memiliki kemampuan atau kompetensi yang diinginkan. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) yang menyatakan bahwa konsep dasar IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah : a.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  b.

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  c.

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempangaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

  d.

  Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  e.

  Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. f.

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTS

  Untuk mencapai tujuan tersebut, tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya. Guru mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Namun sebagai inti dari kegiatan pendidikan sekolah, proses belajar mengajar sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

  Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi seperti yang diharapkan. Setelah melalui proses belajar seseorang akan memiliki kemampuan atau kompetensi yang lebih baik daripada kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran yang efisien memiliki makna adanya aktivitas pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan waktu dan sumber daya yang relative sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan agar menjadi sebuah peristiwa yang menarik sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam menguasai IPA adalah hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar yang tinggi, yang mencapai ketuntasan belajar IPA. Siswa dikatakan tuntas apabila skor hasil belajar IPA siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam pene litian ini yaitu “Apakah metode drill dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 018 Binjai Rengat Barat semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 018 Binjai Rengat Barat dengan menerapkan metode drill.

  KAJIAN PUSTAKA Metode Drill

  Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli memberikan definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada intinya definisi-definisi tersebut sama. Diantaranya: a.

  Menurut Roestiyah (2012), metode drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

  b.

Menurut Abdul Majid (2013), suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengann cara latihan

  agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.

  Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas (2010), metode drill adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dari pendapat para ahli diatas dapat dikemukakan bahwa metode drill merupakan Metode latihan sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang telah nyata diterima. Selain itu metode juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempurnaan dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang dipelajari. Dengan melakukan secara praktis pengetahuan tersebut dapat disempurnakan dan dikembangkan. Dengan demikian metode latihan bukan hanya sekedar melaksanakan latihan secara membabi buta, bukan hanya asal mengulang, tetapi melaksanakan latihan dengan pengertian yang mempunyai tujuan tertentu.

  Tujuan Penggunaan Metode Drill

  Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa: a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olahraga.

  b.

  Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak.

  c.

  Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan-banjir; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain.

  Syarat-Syarat Metode Drill

  Dalam menjalankan metode drill, ada beberapa syarat yang harus ditempuh untuk hasil yang optimal. Antara lain: a.

  Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.

  1. Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.

  2. Tiap -tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.

  3. Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi.

  b.

  Latihan-latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.

  c.

  Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.

  d.

  Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.

  e.

  Latihan diberikan secara sistematis.

  f.

  Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.

  g.

  Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.

  Kelebihan Metode Drill a.

  f.

  Dalam latihan (drill) pertama yang diutamakan ketepatan kemudian kecepatan, kemudian kedua-duanya e.

  Drill memiliki daya tarik dan merangsang peserta didik untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh d.

  Drill hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan peserta didik c.

  Waktu yang digunakan dalam drill cukup tersedia b.

  Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode drill, antara lain: a.

  Prinsip-Prinsip Metode Drill

  Dalam pelajaran agama memerlukan ketelatenan/ketekunan serta kesabaran dari pendidik maupun dari peserta didik.

  h.

  Dalam pelaksanaannya metode ini memakan waktu/proses yang cukup banyak/lama.

  g.

  Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.

  Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

  Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya b.

  e.

  Dapat menghambat insiatif peserta didik, dimana insiatif dan minat peserta didik yang berbeda dengan petunjuk pendidik dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya.

  d.

  Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti) terutama pengajaran yang bersifat menghafal dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berpikir.

  c.

  Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis.

  Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan dalam kondisi belajar b.

  Kelemahan Metode Drill a.

  Pada pelajaran agama dengan metode drill (latihan siap) ini peserta didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat dalam pembelajaran.

  d.

  Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para peserta didik yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari c. Pendidik lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dana mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik disaat berlangsungnya pengajaran .

  Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial f.

  Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu siswa g.

  Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan

  Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Bloom, dkk dalam Arifin (2013:21) hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari kemampuan yang dimiliki seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar yang mengarah pada tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

  Tipe Hasil Belajar

  Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. 1) Ranah Kognitif Menurut Arifin (2013:21) ranah kognitif ini memiliki enam jenjang yaitu :

  a) Pengetahuan (knowledge) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

  b) Pemahaman (comprehension) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.

  c) Penerapan (application) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik utnuk menggunakan ide -ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori- teori dalam situasi baru dan konkret.

  d) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya.

  e) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.

  f)

Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep

  berdasarkan kriteria tertentu.

  Penelitian tindakan kelas ini lebih dominan terhadap pemahaman, karena pemahaman yaitu jejang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan dan mengekstrapolasi.

  Ranah Afektif

  Dimyati dan Mudjiono (2010:27) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku - perilaku yaitu: a)

  Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

  b) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

  c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

  d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

  e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

  Domian afektif ini lebih menekankan pada jenjang kemampuan kemauan menerima (receiving) serta kemampuan menilai (valuing). Ranah afektif mengambil salah satu sikap karakter yaitu rasa ingin tahu. Menurut Kemendiknas, 2010 rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Adapun Indikator rasa ingin tahu dibawah ini yaitu:

  1. Bertanya atau membaca sumber diluar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran.

  2. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.

  3. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru.

  4. Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi diluar yang dibahas di kelas.

  Ranah Psikomotor

  Menurut Usman (2011:36) ada 5 Ranah-ranah psikomotoris, yakni :

  a) Peniruan, terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai member respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf.

  b) Manipulasi, menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

  c) Ketetapan, pada ranah ini memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan- kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

  d) Artikulasi, menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan diantara gerakan yang berbeda.

  e) Pengalamiahan, menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluatkan energi fisik maupun psikis.

  Hakikat Pemelajaran IPA SD Hakikat IPA

  Sains berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu pada masalah- masalah kealaman (nature). Secara sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam.

  Menurut Trianto (2011:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

  Sementara itu, menurut (Trianto, 2011:137) mengatakan bahwa :

  IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sedangkan produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat member kemudahan bagi kehidupan.

  Menurut Trianto (2011:141) hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

  Menurut Samantowa (2011:20) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk, dan sikap.

  a.

  Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan pecobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

  b.

  Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

  c.

  Sikap, misalnya mencapai, menghargai, menanggapi, menerima dan sebagainya.

  Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

  Pembelajaran IPA di SD

  Menurut Cross (dalam Samatowa, 2011:8) mengatakan bahwa belajar IPA bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Sedangkan menurut Cullingford (dalam Samatowa, 2011:9) mengatakan bahwa pembelajaran IPA dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis.

  Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya sehingga anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampun untuk mengembangkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.

  IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas informasi yang berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus program pembelajaran IPA di SD hendaknya ditunjukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.

  Menurut Samatowa (2011:10) mengatakan bahwa aspek penting pembelajaran

  IPA adalah : a.

  Pentingnya pemahamami bahwa pada saat melalui kegiatan pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.

  b.

  Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA.

  c.

  Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran.

  d.

  Dalam pembelajaran IPA memberikan kesepakatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam m enjelaskan suatu masalah

  METODE PENELITIAN Setting Penelitian

  Pokok bahasan yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah materi Bumi dan alam semesta Sekitarnya pada kelas V SDN 018 Binjai Rengat Barat semester II tahun pembelajaran 2015/2016

  Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun pembelajaran 2015/2016 pada bulan Maret tahun 2016. Tempat penelitian adalah SDN 018 Binjai Rengat Barat.

  Subjek Penelitian

  Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas V yang berjumlah 29 siswa di SDN 018 Binjai Rengat Barat, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah metode drill.

  Prosedur Penelitian

  Adapun rancangan (desain) PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2), Pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) Pengamatan; (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.

  Untuk lebih jelasnya perhatikan siklus PTK Kemmis & Taggart yang dalam alur penelitianya sebagai berikut :

  

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

  Sumber : Kemmis & Taggart (2006) Gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan., maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat mengalami kemajuan.

  Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dengan catatan: Apabila siklus I berhasil sesuai kriteria yang diinginkan, maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi kalau siklus I tidak berhasil, maka dilakukan siklus II dengan cara menyederhanakan materi dan menambah media pembelajaran. Apabila pada siklus II belum terjadi peningkatan, maka siklus III harus dipersiapkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini:

  1. Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan guru dan siswa pada kompetensi menulis karangan narasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis. dalam observasi sistematis pengamat menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

  2. Dokumentasi Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dari seluruh dokumen yang adaMetode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati berupa catatan, buku, dan sebagainya. Data dokumentasi penelitian ini adalah foto-foto kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi guru dan siswa.

  3. Tes Pemberian tes ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari setiap siklus. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif yang mempertimbangkan cara menyusun kerangka karangan serta pengembangan paragraf karangan dengan penerapan kaidah tulis- menulis yang benar.

  Teknik Analisis Data 1.

  Ketuntasan Perorangan Seorang peserta didik dikatakan berhasil jika nilai yang diperoleh mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 78.

  Kelompok atau kelas dikatakan telah berhasil jika paling sedikit 75% dari jumlah seluruh peserta didik di kelas yang nilainya di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

  Jika 75% atau lebih dari jumlah peserta didik telah menguasai materi maka pembelajaran yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika kemampuan belajar peserta didik kurang dari 75% dari jumlah peserta didik maka pembelajaran yang dilaksanakan belum berhasil.

  Tahap-Tahap Penelitian 1.

  Tahap Persiapan Pada tahap ini, ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain : a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa b.

  Tentukan dengan jelas keterampilan secara spesifik dan berurutan c. Tentukan rangkaian gerakan atau langkah yang harus dikerjakan untuk d.

  Lakukan kegiatan pradrill sebelum menerapkan metode ini secara penuh 2. Tahap Pelaksanaan a.

  Langkah pembukaan Dalam langkah pembukaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh guru diantaranya mengemukakan tujuan yang harus dicapai, bentuk-bentuk latihan yang akan dilakukan.

  b.

  Langkah pelaksanaan 1.

  Memulai latihan dengan hal-hal yang sederhana dulu 2. Ciptakan suasana yang menyenangkan/menyejukkan 3. Yakinkan bahwa semua siswa tertarik untuk ikut 4. Berikan kesempatan \kepada siswa untuk terus berlatih c.

Langkah mengakhiri

  Apabila latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan motivasi untuk siswa terus melakukan latihan secara berkesinambungan sehingga latihan yang diberikan dapat semakin melekat, terampil dan terbiasa.

  3. Penutup a.

  Melaksanakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan oleh siswa.

  b.

  Memberikan latihan penenangan.

  Pengertian yang dibutuhkan untuk keberhasilan suatu drill adalah:  Pengertian terhadap latihan itu sendiri  Pengertian terhadap nilai dan hubungan latihan itu dengan keseluruhan rangka pengajaran.

  Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode drill ini, ada dua fase: 1. Fase intregatif, di mana presepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan.

  2. Fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dikembangkan.

  Dalam fase ini, diperlukan ketelitian dapat dikembangkan menurut praktek yang berulangkali. Jadi, variasi praktek di sini ditujuan untuk mendalami arti bukan ketangkasan sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efensiensi, bukan ntuk mendalami arti.

  Dalam pelaksanaannya, metode drill terkadang mengalami beberapa hambatan, terutama yang terkait dengan kesiapan guru dan pengkondisian kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dalam menggunakan metode drill, antara lain:

  1. Drill hanyalah untuk bahan atau perbuatan yang bersifat otomatis.

  2. Latihan harus memiliki arti dalam tingkah laku yang lebih luas, yakni: a.

  Sebelum melaksanakan latihan, siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan tersebut.

  b.

  Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupannya kelak.

  c.

  Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.

  3. Latihan-latihan tersebut pertama-tama harus ditekankan pada diagnosa: a.

  Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.

  b.

  Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul respon yang benar akhirnya harus dikenal siswa.

  c.

  Siswa memerlukan waktu untuk variasi latihan, perkembangan arti dan control.

  d.

  Pertama harus bersifat ketetapan, yang kemudian kecepatan, dan akhirnya kedua- duanya harus dimiliki siswa.

  e.

  Masa latihan, harus relatif singkat dan sering dilakukan latihan-latihan lanjutan.

  f.

  Kondisi latihan harus menarik minat siswa, dan dalam suasana menyenangkan.

  g.

  Proses yang bersifat fundamental harus didahulukan dari latihan yang sifatnya sekunder.

  4. Proses latihan juga harus memperhatikan perbedaan kemampuan individual.

  Agar pemakaian metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  1. Sebelum pelajaran dimulai, hendaknya diawali terlebih dahulu dengan pemberian pengertian dasar.

  2. Metode ini hanya dipakai untuk bahan pelajaran/ kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis.

  3. Diusahakan hendaknya masa latihan sesingkat mungkin, agar tidak membosankan.

  4. Maksud diadakannya latihan ulang harus mempunyai tujuan yang lebih luas.

  5. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode drill di kelas V semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi bumi dan alam semesta di SDN 007 Sekip Hulu Rengat. Penelitian tindakan kelas ini meliputi dua siklus. Siklus I terdiri dari 2x pertemuan dan siklus II terdiri dari 2x pertemuan. Dalam satu siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut data ketercapaian KKM Pra Siklus pada tabel 1 berikut ini.

  

Tabel 1. Ketercapaian KKM Prasiklus

  Jumlah siswa Presentase

  Jumlah siswa No KKM

  Ketercapaian Jumlah siswa yang belum mencapai

  KKM mencapai KKM KKM 1.

  78

  13 16 44 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016)

  Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat pada ketercapaian KKM sebelum tindakan, bahwa hanya 13 siswa yang dapat melampaui KKM dan 16 siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM. Sehingga dapat dikatakan hanya 44% ketercapaian KKM pada siswa.

  Siklus 1

  Dari hasil nilai tes akhir pada siklus 1 yang telah menerapkan metode drill ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa karena jumlah ketercapaian siswa pada siklus ini meningkat dibandingkan ketercapaian prasiklus, Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  

Tabel 2. Ketercapaian KKM pada Siklus I

  Jumlah siswa Presentase

  Jumlah siswa No KKM

  Ketercapaian Jumlah siswa yang belum mencapai

  KKM mencapai KKM KKM 1.

  78

  18 11 62 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016)

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I terdapat peningkatan ketercapaian KKM dari pembelajaran prasiklus yang ketercapaian hanya 44%, dan pada siklus I naik menjadi 62% atau 18 orang siswa yang mencapai KKM.Tapi ketercapain KKM belum mencapai 75% dari ketercapaian yang diharapkan, maka peneliti menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian siklus II.

  Dengan adanya peningkatan pada siklus 1 tersebut diharapkan bisa menjunjung pengetahuan siswa untuk lebih baik lagi pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran dan hasil catatan lapangan dapat diambil kesimpulan pada siklus 1, dapat diperoleh beberapa hal antara lain :

  1. Masih ada siswa yang belum bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti, karena malas dan kemauanya untuk belajar rendah.

  2. Masih ada siswa yang belum terbiasa dan bingung dengan pembelajaran yang diberikan oleh peneliti.

  3. Hasil pembelajaran skor tes akhir siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan, tetapi belum maksimal.

  4. Kegiatan pembelajaran menunjukkan penggunaan waktu yang kurang sesuai rencana.

  5. Aktivitas siswa menunjukkan tingkat keberhasilan pada kriteria baik, sehingga masih perlu pengulangan siklus untuk aktivitas siswa selanjutnya.

  6. Ada beberapa hal yang kurang tepat dilakukan oleh peneliti, sehingga hasil yang dicapai belum maksimal.

  Masalah-masalah yang timbul disebabkan oleh faktor-faktor antara lain : 1. Siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru.

  2. Masih banyak siswa yang gaduh dan bermain-main dengan temanya.

  3. Pembelajaran terpusat pada siswa yang sudah bisa.

  Ditinjau dari hasil refleksi dan faktor penyebabnya, maka sangat perlu diakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi guna memperbaiki tindakan pada siklus

  II, tindakan yang dilakukan oleh peneliti antara lain : 1.

  Memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa yang bertanya agar tidak enggan untuk bertanya.

  2. Memberikan semangat kepada siswa agar lebih rajin belajar.

  3. Meminta siswa untuk memperhatikan dan memahami saat peneliti menjelaskan materi.

  4. Peneliti mengulang-ulang materi yang telah dipelajari, sehingga siswa mendapatkan pemahaman yang maksimal.

  5. Peneliti meminta bantuan kepada observer untuk mengawasi siswa agar selalu memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti.

  Berdasarkan hasil pengamatan kepada siswa, menunjukkan masih kurangnya pemahaman siswa dalam kegiatan belajar menggunakan metode drill.

  Siklus 2

  Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I yang mengalami peningkatan namun masih belum dikatakan berhasil, maka penelitian dilanjutkan ke Siklus II. Dari hasil nilai tes akhir pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman pada siswa, dan meningkatkan ketercapaian KKM hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

  

Tabel 3. Ketercapaian KKM pada Siklus II

  Jumlah siswa Presentase

  Jumlah siswa No KKM

  Ketercapaian Jumlah siswa yang belum mencapai

  KKM mencapai KKM KKM 1.

  78

  26 3 89 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016)

  Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus

  II terdapat peningkatan ketercapaian KKM dari pembelajaran siklus I yang ketercapaian hanya 62%, dan pada siklus II naik menjadi 89% atau 26 orang siswa yang mencapai KKM.Hal ini telah mencapai jumlah KKM yang diharapkan yaitu 75% dari total siswa dikelas, maka peneliti memutuskan menyeesaikan penelitian di siklus

  II. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran dan hasil catatan lapangan dapat diambil kesimpulan pada siklus 1I, dapat diperoleh beberapa hal antara lain:

  1. Menunjukkan kriteria yang sudah baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  2. Hasil pembelajaran skor tes akhir siklus II menunjukkan adanya peningkatan.

  3. Kegiatan pembelajaran menunjukkan penggunaan waktu yang sudah sesuai rencana.

  4. Aktivitas siswa menunjukkan tingkat keberhasilan pada kriteria baik.

  5. Penggunaan metode drill dalam pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.

  Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II tidak diperlukan pengulangan siklus karena secara umum kegiatan pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rencana. Siswa sudah dapat memahami dan mengerti materi pelajaran IPA yang sudah disampaikan secara baik.

  Pembahasan

  Pada siklus I dilihat dari data awal pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) ketuntasan 62%. Dari hasil kategori ini tergolong belum memuaskan sehingga diperlukan usaha agar nilai siswa meningkat pada siklus I, salah satu upaya adalah menggunakan penerapan metode drilldalam kegiatan pembelajaran ilmu pengetahuan alam.

  Maka dari itu pembelajaran ilmu pengetahuan alam pada materi tumbuhan hijau lebih efektif menggunakan penerapan metode drill, dimana kegiatan belajar yang dilakukan guru tidak hanya bersifat pada aktivitas guru semata, melainkan seperangkat aktivitas yang memungkinkan peserta didik aktif di dalamnya.

  Pada perbaikan pembelajaran menggunakan penerapan metode drillilmu pengetahuan alam dalam kegiatan pembelajaran ini siswa mengalami peningkatan. Pada siklus ini siswa belum terbiasa menggunakan metode drillilmu pengetahuan alam. Siswa juga tampak sulit dalam membedakan tumbuhan hijau sehingga dalam mengerjakan latihan tidak seluruh siswa dapat menjawab dengan sempurna. Adapun perbaikan yang harus diberikan adalah diharapkan siswa untuk lebih teliti dalam mengalisa soal-soal dan persediaan media yang harus mencukupi.

  Siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 89 %. Meningkatnya prestasi belajar siswa pada siklus II ini karena siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan menggunakan metode drillilmu pengetahuan alam. Selain itu meningkatnya prestasi belajar siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa serta peranan guru memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu guru dituntut mempunyai keluwesan dan kemampuan.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan data hasil penelitian pada pembelajaran siklus I dan siklus II dengan penggunaan metode drill yang menunjukkan ketuntasan belajar IPA siswa secara klasikal meningkat. Dari 62% pada siklus I menjadi 89% pada siklus II dengan persentase kenaikan 27%. Bahwa dengan penerapan metode drill dapat memperbaiki proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 018 Binjai Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pada materi Bumi dan Alam semesta.

  Saran

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai tindak lanjut terkait penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

  1. Metode drill bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA pada materi lain.

  2. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang aspek-aspek lain dalam pembelajaran dan dapat mengaplikasikan pada materi yang berbeda.

  3. Menyiapkan alat bantu media pembelajaran yang relevan dan menarik yang sesuai dengan materi pelajaran.

  DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Depdiknas. 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta : Depdiknas Dimyati, Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Roestiyah N.K.2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

  Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Samantowa, Usman 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen yang terkait

PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK XI IBB SMAN2 SIDOARJO PADA MATERI PERSEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN MELALUI PETAINLEK Soegiarto SMA Negeri 2 Sidoarjo

0 0 9

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK ROUND ROBIN PADA SISWA KELAS VIB SD NEGERI 004 TELUK BINJAI Yusniar SD Negeri 004 Teluk Binjai

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PROGRAM JTV PADA MATERI SPLDV PADA KELAS VIII-3 SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA Fitrawati SMPN 5 Penajam Paser Utara

0 0 11

PENERAPAN PERMAINAN BONEKA MAGNET DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBAHASA PADA ANAK TUNA GRAHITA DI KELAS B TK NEGERI PEMBINA 3 KUALA TUNGKAL Siti Aisyah TK Negeri Pembina 3 Kuala Tungkal

0 0 13

PENGARUH METODE TAKE AND GIVE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK Marsya Naqiya Azzahra

0 2 9

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Bambang Winarto SMK Negeri 3 Probolinggo

0 1 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS III SDN 013 TALANG SEI LIMAU Suliyem SDN 013 Talang Sei Limau

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V MENGGUNAKAN METODE TUTORIAL TEMAN SEBAYA DI SDN 022 TITIAN TINGGI KECAMATAN RENGAT BARAT Sri Martini SDN 022 Titian Tinggi Kecamatan Rengat Barat

0 0 13

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CTL DI SDN 018 BINJAI RENGAT BARAT 20172018 Sri Kayati SDN 018 Binjai Rengat Barat

0 0 13