KESEMPURNAAN DALAM KESEDERHANAAN Perjala docx

KESEMPURNAAN DALAM KESEDERHANAAN
(Perjalanan SM-3T Kabupaten Alor)
Tahun 2012 merupakan tahun yang paling bersejarah bagiku, karena pada
tahun ini diisukan bumi akan kiamat, namun bukan isu kiamat yang membuat
tahun ini tahun yang bersejarah. Tahun ini sangat bersejarah karena pada tahun
2012 banyak sekali kejadian-kejadian yang sangat berkesan dan tak terlupakan
sehingga untuk menceritakannya pasti sangat panjang. Diawalai pada bulan
Februari 2012 merupakan titik tolak awal kehidupanku, karena pada bulan ini aku
menyelesaikan bangku kuliahku dengan sangat berkesan. Bangku kuliahku aku
selesaikan dengan waktu 3,5 thn bukan merupakan waktu yang lama untuk aku
menyelesaikan bangku kuliah dengan nilai memuaskan (paS-Pasan) seperti
kawan-kawanku yang lain, dan pada bulan itu pula aku mengikuti S1 KKT (S-1
Kependidikan dan Kewenangan Tambahan). Aku mendapatkan pengalaman
belajar dengan bidang ilmu yang berbeda yaitu Kimia yang dibiayai oleh
kementrian pendidikan nasional guna mengatasi berbagai permasalahan
pendidikan di daerah 3T.
Pada bulan juni, guna melanjutkan program kementrian yang telah aku
ikuti sebelumnya, aku mengikuti salah satu program lainnya yang memiliki tujuan
untuk mengatasi permasalahan pendidikan di daerah 3T yaitu program SM-3T
yang merupakan kelanjutan dari program sebelumnya yaitu S1 KKT. Program
SM-3T sangat menggiurkan, karena selain mendapatkan pengalaman hidup baru,

program ini juga ditunjang dengan biaya hidup di daerah 3T yang lumayan besar
dan PPG secara gratis, inilah yang membuat aku tertarik mengikuti program ini.
Pendaftaran program ini diawali dengan beberapa seleksi, dari seleksi
administrasi, test online dan wawancara. Aku lolos seleksi hanya sekali test yaitu
seleksi pada gelombang pertama, berbeda dengan teman-temanku yang lain
sampai mengikuti test gelombang pertama dan gelombang ke-2. Alangkah senang
hatiku, semua perjalanan hidupku dengan sedikit usaha keras aku lewati semua
tantangan dengan mulus.
Pada bulan September, aku bersama teman-teman yang lolos program SM3T mengikuti prakondisi selama kurang lebih 12 hari dimana mencakup kesiapan

akademik, mental, fisik, dan survival (ketahananmalangan). Namun sebelum
mengikuti prakondisi, untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi apabila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu tidak lolos SM-3T, aku telah
mengajukan beberapa lamaran pekerjaan, salah satunya perusahaan BUMN
ternama yaitu PT Bank Mandiri,Tbk pada bulan mei lalu. Namun sesuatu yang
tidak dipercaya sebelumnya, aku lolos semua seleksi yang diberikan oleh pihak
bank, dari test wawancara awal sampai test kesehatan. Test kesehatan dari Bank
Mandiri dilaksanakan pada saat prakondisi bidang pendidikan di Undiksha. Aku
mencari alasan untuk mendapatkan ijin dari panitia karena aku berpikir mengikuti
program SM-3T hanyalah cadangan apabila aku tidak mendapatkan pekerjaan di

Bali. Alhasil kesemua test yang diberikan pihak Bank aku lewati dengan mulus
tanpa halangan, namun belum aku ketahui apakah aku lolos atau tidaknya.
Sembari menunggu pemanggilan aku melanjutkan semua prakondisi dan pada
akhirnya tiba saatnya keberangkatan, akupun mempersiapkan semua peralatan
yang aku mesti bawa sambil berharap adanya panggilan dari Bank Mandiri.
Pada bulan Oktober, saat keberangkatan program SM-3T ke daerah
sasaran, dimana daerah sasaran tempat aku bertugas sesuai dengan pilihanku pada
saat test wawancara yaitu Kabupaten Alor. Entah apa yang ada di pikiranku pada
saat itu aku memilih di Kabupaten Alor, padahal aku tidak memiliki bayangan
sedikitpun tentang kabupaten tersebut, hanya pernah mendengar tapi tidak tahu
keadaan sebenarnya didaerah itu. Dua hari sebelum keberangkatan ke daerah
sasaran tepat pada tanggal 20 Oktober, aku mendapatkan panggilan dari pihak
Bank Mandiri untuk mengikuti wawancara terakhir pada hari senin tgl 22 Oktober
yang merupakan jadwal aku berangkat ke daerah sasaran. Pada saat ini pikiranku
sangat bimbang, aku berkonsultasi pada semua pihak, dari orang tua, keluarga dan
salah satu dosenku. Orang tua dan keluargaku menyerahkan semua keputusan
padaku, aku tambah bimbang dan bingung, karena apabila aku salah pilih maka
aku akan menyesali kehidupanku. Akhirnya pikiranku tertuju pada salah satu
dosen biologi yang dekat denganku yaitu bapak IGAN, aku berkonsultasi cukup
lama, namun beliau menyarankan aku untuk mengikuti program SM-3T.

Sebenarnya hatiku mengatakan lain, tapi aku pertimbangkan lagi dan aku memilih
melanjutkan mengikuti program SM-3T dan tidak mengikuti panggilan

wawancara di Bank Mandiri. Hal ini dikarenakan belum ada kepastian diterima
atau tidaknya aku di Bank Mandiri, wawancara terakhir ini menentukan diterima
atau tidaknya aku, apabila aku tidak diterima dan program SM-3T sudah
berangkat maka aku akan menjadi orang goblok dan juga apabila aku bekerja di
Bank, tidak sesuai dengan bidang keahlianku dan kedepan aku berpikir ilmu yang
aku punya tidak akan berkembang dan aku bulatkan tekadku untuk mengikuti
SM-3T yang membawa misi mulia “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Pada tanggal 22 Oktober, aku meninggalkan pulau tercinta yaitu pulau
Bali bersama 48 peserta SM-3T untuk Kabupaten Alor. Aku melupakan semua
tentang Bank Mandiri dan fokus untuk melaksanakan tugas yang mulia ini. Tepat
pada hari ini pula aku harus meninggalkan semua orang-orang terdekatku,
orangtua, kakak dan seorang perempuan yang telah menemaniku saat suka dan
duka kehidupanku. Air mata mengalir membasahi pipinya, rasa sedih tidak bisa ia
hapuskan seperti menghapus air matanya, dan aku berbisik di telinganya “aku
pergi hanya sementara nanti aku akan kemBali untuk membuatmu bahagia”
dengan ucapanku itu dia tersenyum walau air mata tetap menetes dan akupun
pergi menuju bandara bersama 48 rekan yang bertugas di Kabupaten Alor.

Sebelum sampai ke tempat tujuan penugasan yaitu Kabupaten Alor aku
bersama rekan-rekan yang lain transit satu malam di Kupang untuk menunggu
keberangkatan esoknya menuju Kabupaten Alor. Ternyata keadaan daerah NTT
(Kupang) sangat berbeda dengan di Bali, harga barang-barang yang lebih tinggi
dan sengatan cahaya matahari juga sangat tinggi (pantas orang-orang hitam
semua). Sampai di Alor aku bersama teman-teman diserahterimakan di kantor
dinas pendidikan, Alor juga jauh berbeda dengan di Bali, di Bali semua
perkantoran bersih nan hijau tapi di Alor kantor tampak berbatu karang membuat
otak tidak tenang, pantas saja kalo orang Alor tingkat emosinya sangat tinggi.
Setelah serah terima di dinas, diadakan juga ramah tamah bersama bupati Alor,
acara yang dibuat lumayan meriahlah untuk menyambut kami yang sebagai guru
kotrak. Acara yang direncanakan jam 15.00 malah mulai pukul 19.00, orang asli
bilang jam di Alor adalah jam karet. Jam karet maksudnya adalah jam bisa ditarik
lebih panjang lagi, itu berarti orang Alor tidak tepat dengan waktu dan paling
tidak bisa tepat dengan janji yang telah dibuat (hehehehehe).

Sebelum menuju tempat tugas, aku tidak melepaskan kesempatan untuk
berkeliling, dan menyaksikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
yang umumnya beragama Kristen. Salah satunya ialah paduan suara di salah satu
gereja terbesar di Alor, yaitu gereja pola. Aku bertemu dengan seorang polisi Bali

yang awalnya sangat baik, tapi lama kelamaan tingkahnya tidak baik. Orangorang bilang dia sudah kena pengaruh orang-orang pribumi yang tidak bisa
dipercaya seratus persen. Tapi tidak semua orang-orang pribumi tidak bisa
dipercaya, yah paling tidak satu berbanding seribu yang seperti itu. Dia yang
awalnya baik, karena sama-sama orang Bali yang memiliki rasa persaudaraan
tinggi, tapi dia telah membohongi saya dan menghilangkan kepercayaannya
kepada saya. Uang saya dia pinjam yang jani dikemBalikan pada bulan desember,
sampai sekarang dia tidak pernah membicarakan hal tersebut, itu yang membuat
saya merasa dia tidaklah keluarga saya. Jadi sedikit saran dan sekaligus
pemberitahuan bahwa orang pribumi disini tidaklah bisa dipercaya, semuanya
hanya omong banyak tapi kenyataannya nol kabuak (nol besar).
Pada hari kamisnya, aku bersama temanku dua orang menuju tempat tugas
dengan menggunakan mobil pengangkut air, betapa mirisnya nasibku bersama
rekanku, tapi demi mencerdaskan kehidupan bangsa aku tetap harus berjuang
walaupun hiruk-pikuk diBali merupakan daya tarik dunia tapi bukan dalam dunia
pendidikan. Sesampai di tempat tugas yaitu desa otvai yang berada di pegunungan
nuh atinah, aku merapat di kediaman bapak Jacob S.Maro sebagai orang tua
asuhku. Walaupun bapak Jacob memiliki tampang yang seram, kulit hitam,
rambut kriting, mata membelalak tapi hatinya sangat baik. Begitu juga istrinya
mama rahel, cantik dan baik. Ternyata dalam kehidupan ini Tuhan sudah
merencanakan bahwa “Orang yang baik hanya untuk orang baik”. Maksudnya

ialah apabila baik dalam kehidupan baik untuk diri sendiri maupun dengan orang
lain pastilah suatu saat nanti kita mendapatkan orang yang baik, tempat yang baik
dan suasana yang baik.
Kedua orang tua asuh kami sangat baik, kami dijamu dengan baik dan
tetap untuk penyambutan pertama orang Alor menyambut dengan sirih dan
pinang. Walaupun aku tidak terbiasa, tapi aku mengusahakan untuk menghargai
adat dan istiadat yang berlaku di daerah ini. Adat merupakan sesuatu yang penting

yang dapat mengikat semua tingkah laku sosial masyarakat, dan harus dihormati
dan dijaga keajegannya. Setelah penerimaan oleh keluarga asuh, ketua komite dan
beberapa dewan guru, baik guru SD, SMP, dan SMAN AWAALAH aku dan dua
rekanku menuju sekolah tempat kami bertugas. Awal kedatanganku aku
menyangka listrik sudah masuk di kampung ini karena tiang-tiang listrik telah
berdiri dengan tegaknya, namun ternyata belum dialiri listrik. Dalam perjalanan
menuju sekolah yang ± 2 km dari kediaman rumah tempat aku beristirahat, aku
hanya melihat tiang berjajar namun tiada guna. Hanya janji-janji manis
pemerintah yang masyarakat percaya setengah mati, masyarakat di Alor tidak
semua terjamah dengan informasi, sehingga sedikit saja isu berkembang di Alor
masyarakat percaya sekali. Televise, Koran tidak dapat ditemukan setiap hari
karena listrik, sinyal belum terjangkau dampai di perkampungan. Sehingga tidak

menyalahkan pengetahuan orang-orang pribumi sangatlah dangkal dan hanya tau
seputaran pulau Alor, sehingga mereka merasa hebat dan merasa daerahnya paling
hebat.
Sesampai disekolah akupun terkejut, apa yang aku lihat, sekolah yang
lumayan megah, dan berkeramik. Setelah aku tanya ternyata sekolah ini hanya
status meminjam di SMPN AWAALAH. Untuk SMA gedung ternyata belum ada
yang ada hanya papan yang terpancang di lahan tanah kososng yang berbatu.
Permerintah hanya memiliki keinginan yang besar untuk membangun pendidikan
Alor, tapi action yang tidak sesuai dengan harapan inilah yang disebut dengan
masalah (kesenjangan antara harapan dan kenyataan). Kalau pemerintah daerah
ingin mengembangkan kemajuan pendidikan seharusnya itu diikuti dengan
pembangunan sarana dengan prasarana. Sekolah ada tapi sarana dan sarana
penunjang pendidikan tidak ada sama dengan pemerintah hanya omong kosong
atau orang Alor bilang baku akal. Ternyata gedung dan sarana belum ada sama
sekali, kalau begini bagaimana kita bisa memajukan pendidikan Indonesia?????
Tidak bisalah. Pendidikan itu harus ada beberapa sector pendukung guna
memajukannya, bukan hanya opini yang tidak ada apa-apanya.
Setelah hari berganti hari, KBM berlangsung dan akupun mendapatkan
tugas untuk mengisi kelas X untuk mengajar mata pelajaran Biologi dan kimia
bersama guru Biologi lain. Inilah yang aku sesalkan, kemarin hari kepala sekolah


yang tidak mendampingi aku menuju tempat tugas pernah berkata ”kita sudah ada
guru biologi kenapa yang didatangkan guru biologi”. Beliau berkata begitu
kepadaku, betapa hati ini tidak sakit. Walaupun hati ada sakit, tetapi tekadku
sudah kuat untuk berjuang setengah mati untuk memajukan pendidikan di
kabupaten yang masih tertinggal ini karena cintaku pada anak-anak yang berjuang
keras untuk mendapatkan pendidikan walaupun dengan usaha yang keras. KBM
berlangsung pada siang hari setelah KBM SMP usai, ini sangat berat KBM
berlangsung dari pukul 13.30-18.00. ini bukan kerja yang mudah untuk dapat
mencerdaskan anak bangsa. Untuk jam-jam ini merupakan jam-jam mengantuk
untuk memulihkan tenaga setelah beraktifitas pada pagi harinya “power map”.
Apalagi pada pagi harinya siswa pergi untuk mencari kemiri di kebun membantu
orang tua untuk menyambung hidup selain membayar biaya sekolahnya. Walau
sering terjadi keterlambatan pada siswa aku tetap memberikan toleransi asalkan
masih bisa dipertanggung jawabkan.
Apabila sepulang dari sekolah, banyak masyarakat yang menyapa dan
mengajakku mampir di kediamannya. Ditempatku bertugas banyak orang yang
baik, sesekali untuk menghilangkan rasa dingin aku menghampiri salah satu
rumah warga dekat sekolah. Aku dijamu dengan baik, kopi dan ubi itu wajib ada
di meja, untuk menghilangkan rasa lelah seusai mengajar dan rasa dingin di sore

hari ini sangat tepat. Hampir semua warga sangat segan dengan profesiku sebagai
guru, guru diBali hanyalah seorang petugas yang berada si sekolah. Tetapi di
kampung tempatku bertugas guru adalah tugas mulia seorang manusi yang
memberikan pengajaran pada anak-anak dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Masyarakat

beranggapan

bahwa

seorang

gurulah

yang

mampu

untuk


memberitahukan bahwa sebuah batu ialah batu, bukan orang lain.
Hari berganti hari beberapa lama setelah melaksanakan tugas di SMAN
AWAALAH, semua pada akhirnya sudah kelihatan belangnya. Guru yang
awalnya rajin bersamaku untuk mendidik dan mengajar anak-anak bangsa ini
yang mendapatkan pendidikan hanya dalam kulitnya saja pada akhirnya malas dan
jarang untuk mendidik. Sesekali guru PNS menuntut berat kepada anak-anak.
Padahal semua guru bahwa semua anak-anak disekolah berada dalam tingkat
ekonomi di bawah tetapi guru menuntut untuk dapat mengikuti ulangan harian

siswa harus mengumpulkan catatan dan uang seribu rupiah untuk mendapatkan
satu lembar soal. Kalau untuk mengumpulkan catatan itu merupakan salah satu
metode pendidikan tapi untuk mengumpulkan uang seribu??? Itu bukan tindakan
seorang guru. Sesekali anak-anak mendapatkan hadiah apabila bertanya baik-baik
dan melupakan sebuah catatan, itu bukan pendidikan jaman sekarang. Cara seperti
itu tidak ubahnya kita pada jaman jepang dimana sudah berbeda pada periode ini.
Dimana pendidikan saat ini seorang guru itu bertugas memanusiakan manusia
bukan memperlakukan anak-anak seperti binatang. Selain melakukan pemukulan
guru PNS di tempatku bertugas juga jarang hadir, guru PNS ini melebih
mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan pendidikan. Apakah
semua guru yang PNS taraf hidup yang baik seperti ini?? Itu menjadi tanda Tanya

besar dalam benakku. Kalau semua begitu wajarlah Kabupaten Alor merupakan
daerah yang tertinggal.
Hari berganti hari aku melawati banyak aktivitas yang aku lakukan untuk
membantu keluarga yang telah sedia mengasuhku dan dua rekanku selama satu
tahun. Dari mencari kayu bakar, mencari kemiri di kebun yang dekat tapi
kenyataannya sangat jauh, berkebun dan memecah kemiri. Aktivitasku sepulang
sekolah hanya itu saja sampai siang berganti pagi kemBali selain beristirahat.
Listrik, air dan signal jaringan yang tidak ada terkadang membuatku berkecil hati,
tapi dengan ketiadaaan listrik dan jaringan banyak sekali hikmah yang aku
dapatkan karena waktuku aku habiskan untuk berpikir dan merenungkan semua
perjalanan hidupku. Adapaun sesuatu yang sangat berharga yang ku petik, dalam
kegelapan malam dan heningnya malam aku bisa mengerti bahwa dalam
kesengsaraan suatu kehidupan pastilah ada setitik harapan yang diberikan oleh
tuhan yang mestinya kita bersama dapat syukuri, terkadang manusia telah
mendapatkan sedikit rejeki dalam hidupnya tidak dapat mensyukuri dan bahkan
selalu meminta yang lebih besar. Begitulah dalam kegelapan malam kita dapat
melihat setitik cahaya dan api yang dapat menghangatkan tubuh dan pikiran
manusia. Walau juga terkadang dalam kegelapan, tanpa air dan tanpa dapat
berhubungan dengan sanak saudara, pacar nan jauh disana aku merasa bosan dan
merasa putus asa tapi ini semua tidak menyurutkan semua semangatku untuk tetap

memberikan pendidikan yang selayanknya pada anak-anak bangsa ini walaupun
dengan segala keterbatasan.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan tidak terasa sudah menginjak pada
bulan januari 2013, tepat selesainya pembangunan sekolah darurat yang
menggunakan lahan SMPN AWAALAH semua siswa kelas X akhirnya dapat
bersekolah di pagi hari. Untuk bisa bersekolah pagi, membutuhkan banyak sekali
perjuangan baik dari dewan guru, komite dan semua siswa. Semua komite dan
orang tua siswa bekerja tanpa pamrih untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya
di pagi hari yang bertujuan agar konsentrasi anak-anak tidak terganggu akibat jam
tidur siang, jam bermain dan jam membantu orang tuanya terbagi. Walaupun
dapat bersekolah pagi, itu tidaklah maksimal untuk memfokuskan konsentrasi
siswa, bagaimana tidak gedung sekolah yang dipergunakan untuk proses KBM
hanyalah gedung darurat dari bambu, yang seringkali bubuk jatuh dari atas dan
dari dinding gedung yang kesemuanya terbuat dari bambu. Tidak ubahnya lagi
bangku dan kursi mereka, hanya terbuat dari belahan batang kemiri yang tidak
rata yang membuat duduk dan tulispun tidak nyaman. Tapi dengan kehadiran guru
SM-3T semangat siswa untuk bersekolah juga sangat tinggi walau siswa banyak
yang bilang sekolah di gubug derita tapi dengan adanya bapak dan ibu guru SM3T kita sebagai siswa jadi semangat, karena cara guru SM-3T mengajar berbeda
dengan guru disini. Guru disini lebih banyak melakukan CBSA = Catat Buku
Sampai Habis, dan memberikan buku kepada ketua kelas dan menyuruh siswa
mencatat dan guru pergi bercerita di ruang guru. Sedangkan guru SM-3T
mengajar dengan metode yang menarik dan selalu membuat siswa senang dan
semangat untuk belajar itulah sedikit ungkapan dari siswa di SMAN AWAALAH.
Pada bulan februari, hal yang mengejutkan diterima oleh sebagian besar
peserta SM-3T, begitu juga aku. Aku mendapatkan surat dari kepala dinas
mengenai rapat kepindahan peserta SM-3T yang direncanakan pindah ke sekolah
yang menyelenggarakan Ujian Nasional. Disini sudah terlihat sangat jelas bahwa
kepemerintahan sangat semena-mena terhadap bawahannya, memindahkan tanpa
prosedur sama sekali. Dalam rapat bersama dinas pendidikan, pemimpin rapat
terlihat sangat arogan merokok di hadapan guru-guru dan bicara tidak ada sopan
santu sama sekali. Kamipun yang belum tahu apa-apa dipaksa untuk

menandatangani fakta integritas apabila anak didik disekolah yang akan kami
pindahkan ada yang tidak lulus. Kami menolak dengan tegas, karena apabila ingin
memaksimalkan pembelajaran persiapan Ujian Nasional sebaiknya pas pertama
penempatan kami sudah direncanakan sedemikian rupi. Ternyata dinas tidak
memiliki persiapan apapun dan sembarangan dalam meletakkan kepindahan guru,
yang awalnya akan dipindahkan disekolah terdekat aku dipindahkan ke SMP
SATAP SERANGLANG itu ada di Alor Timur jauh sekali dengan tempat awal di
Alor Barat Laut.
Mendengar kepindahanku, kepala sekolah nampaknya biasa-biasa saja
sesuai dengan statementnya pada awal pertemuan yang menyatakan secara tidak
langsung tidak memerlukanku, begitu juga guru-guru yang malah mengolokolokku. Inilah yang membuatku sebenarnya tidak betah di sekolah, tapi pas anakanak sekolah tahu kepindahanku, betapa tidak terharunya aku. Anak-anak kelas X 1
menangis tersedu-sedu dan berteriak supaya aku tidak pindah ke sekolah lain.
Anak-anak menyatakan tidak menginginkan kepindahanku kepada semua guru,
tapi guru tidak ada tanggapan sama sekali. Aku cuman bisa menghibur mereka
dengan menyatakan bapak akan kemBali apabila ujian nasional smp usai,
kemudian aku Tanya kenapa kalian menangis sedangkan guru biologi dan kimia
sudah ada guru yang mengajar. Anak-anak menyatakan kalau selain guru SM-3T
kami tidak suka di ajar, guru-guru pribumi mengajar tidak jelas dan sering
membuat anak-anak tidak mengerti. Melihat keadaan ini, aku berjuang agar aku
tidak dipindahkan, bersama bapak Jacob orang tua asuhku aku menghadap kepala
dinas dan mengatakan supaya aku tidak dipindahkan. Bapak asuhku juga tidak
menyetujui

kepindahanku

sehingga

beliau

berjuang

mati-matian

memepertahankanku. Mungkin juga karena kuasa tuhan dan akhirnya aku tidak
jadi dipindahkan dan tetap mengajar di SMAN AWAALAH. Sesuai dengan
mottoku “kalau kita mau pasti bisa” kalau kita sebagai manusia apabila kita
menginginkan sesuatu kemudian kita berusaha dengan semaksimal mungin
niscaya apa yang kita inginkan akan tercapai, karena dalam kehidupan tiada yang
tidak mungkin.
Memasuki bulan maret, merupakan bulan yang paling mendebarkan
selama aku berada di Kabupaten Alor. Banyak sekali kejadian yang tidak pernah

terpikirkan aku temui yaitu di tempat salah satu rekanku yang bertugas di Lella
terdapat perang antar suku dan rekanku tersebut ada di dalamnya. Pagi-pagi sekali
aku bersama rekan yang berada di secretariat mendapatkan telepon yang tidak
kami harapkan, salah satu rekan dilella menelpon dengan tergesa-tegas dan
menyarankan kami untuk melapor ke Polres bahwa di tempat tugasnya sedang
terjadi perang besar. Kami yang berada di secretariat sontak kaget dan langsung
melaporkan ke polres Alor, namun apa yang terjadi petugas tidak mempercayai
kami dan kami bersikeras untuk meyakinkan petugas sekaligus rekan kami yang
di sana. Tidak hanya pihak keamanan yang kami cari, di pihak kesehatan juga
kami melapor agar mengirimkan tenaga medisnya ke lella karena disana ada
beberapa korban. Saking paniknya kami, smpai-sampai kami melupakan semua
hal hanya berharap dan berdoa agar rekan kami yang bertugas di lella tetap
selamat dan segera dapat bergabung bersama kami di secretariat SM-3T Undiksha
di Kenarilang.
Kejadian menarik lainnya tepat pada hari raya nyepi, walaupun
masyarakat di Alor tidak merayakan hari raya nyepi dengan melaksanakan tapa
brata penyepian tapi aku dan rekanku selaku umat beragama hindu kami
melaksanakan tapa brata penyepian di secretariat. Hitung-hitung untuk
menghilangkan daosa dan semua cuntaka yang ada pada diriku dan rekan-rekan
lain. Pada malam hari, dimana kami tidak menyalakan lampu dan suasana sunyi di
secretariat, kami dengar dengan jelas suara Bruuung,,,… braaaaaang dari rumah
sebelah secretariat. Sontak kami naik ke lantai dua secretariat untuk berusaha
mencari sumber suara, apa yang baik, terjadi saling lempar dan perusakan rumah
warga yang berada di sebelah sekretariatku. Semua orang yang berada
disekretariat memiliki rasa ingin tahu yang besar, aku dan rekan-rekan lainnya
keluar dan berusaha bersembunyi sambil menyaksikan perang antar warga
tersebut. Sampai-sampai satu kompi samapta dari polres Alor turun untuk
meredakan konflik tersebut. Konflik ini berhenti saat polisi menembakkan
tembakan peringatan sampai enam kali. Setelah kami cari tahu ternyata penyebab
konflik ini hanyalah persoalan sepele, ini merupakan kejadian yang biasa terjadi
di Alor semua harus diselesaikan dengan otot bukan otak.

Salah satu kejadian yang paling membuatku dilemma adalah adanya
telepon dari pihak bank mandiri yang memintaku untuk ikut bergabung disana.
Aku hanya bisa terheran saja, karena number handphoneku saudah aku ganti saat
sebelum keberangkatan dan nomorku yang lama aku sudah buang. Tepat setelah
hari raya galungan berakhir saat aku bersama rekan-rekan menikmati dispen hari
raya aku ditelpon oleh personalia bank mandiri bagian MKA (Mikro Analisi
Kredit) yang bernama bapak Nyoman Sukarma. Bapak nyoman memintaku untuk
menjadi staf MKA, dan sudah menawarkan gajih dan penempatan untukku. Gajih
yang ditawarkan ialah Rp.2.350.000 untuk training selama 3 bulan, dan apabila
aku bisa melewati test lagi maka akan di promosikan sehingga gaji yang didapat
juga naik menjadi 3juta rupiah. Ini benar-benar membuat diriku dilemma, tawaran
ini sangat-sangat menggiurkan karena aku rasa mengikuti program SM-3T gajih
yang aku dapat lebih kecil dan juga keberlanjutannya juga belum jelas. Aku
meminta pertimbangan dengan semua rekan-rekan dan orang tuaku, mereka
semua

mengemBalikannya

padaku. Akupun berpikir

berjuta

kali

lipat

menyanggupi dan melepaskan anak-anak bangsa atau tetap bersama anak bangsa
sampai tugas usai.
Setelah aku berpikir panjang aku putuskan jalan yang terbaik menurut
diriku, menurut orang lain dan menurut tuhan juga. Setelah memandang jauh ke
blakang memperhatikan anak-anak didikku yang ingin sekali mendapatkan
pendidikan dengan baik, guru yang baik, dan metode pembelajaran yang baik
apabila aku tinggalkan meraka, mereka pastilah berkecil hati dan sedih sehingga
dapat membuat semangat anak-anak menurun. Aku dengan tanpa ragu menelfon
bapak nyoman sukarma aku menyatakan” bapak mohon maaf bukannya saya
menolak tawaran yang menggiurkan ini dari bapak, tapi saya rasa pendidikan di
kota kenari ini lebih penting dari pada saya memikirkan jabatan dan uang
mungkin suatu saat nanti bila tugas saya mendidik anak-anak disini usai dan
semua program pemerintah usai barangkali saya akan mencoba berusaha untuk
bersaing melamar di perusahaan bapak, dan saya ucapkan terima kasih”. Itulah
yang saya sampaikan kepada pihak mandiri dan beliaupun mengerti, dan
mengatakan saya

“jalankanlah tugas mulia itu, bentuklah anak-anak bangsa

menjadi anak-anak yang cerdas”. Keputusanku sudah bulat dan aku melupakan

jauh-jauh keinginanku untuk bergabung di perusahaan BUMN, dan mengikuti
program pemerintah. Mudah-mudahan jalan yang aku pilih benar, sekarang aku
memperjuangkan pendidikan anak bangsa semoga suatu saat nanti apa yang aku
lakukan bersama rekan-rekanku dapat diperjuangkan juga di pemerintahan untuk
menjadi guru (PNS) karena tidak semua orang dapat mengabdi dengan baik demi
negaranya. Apalagi sudah rasia umum untuk menjadi PNS guru semua sarjana
harus merogoh kocek dalam-dalam sampai ratusan juta itu tidak sedikit. Semoga
pemerintah memperhatikanku dan semua rekan-rekan dan apabila tidak mungkin
aku hanya bisa menyesal-menyesal dan menyesali hidupku karena melepaskan
pekerjaanku di Bank ternama.
Hari berganti hari, siang berganti malam, aku beraktifitas sebagaimana
guru di daerah 3T, musim kering yang melanda membuaku harus mandi
secukupnya dengan air seadanya tanpa mementingkan kesehatan lagi yang penting
aku dapat memberikan yang terbaik demi anak bangsa yang akan menjadi tulang
punggung bangsa untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran dan itu semua tidak
menyurutkan semangatku dari awal kedatangan sampai akhir. Untuk melupakan
semua beban di hati dan pikiran apalagi tidak bertemu dengan orang terkasih, aku
melakukan aktifitas sesuai yang dilakukan masyarakat kesehariannya. Aku
membeli babi dan aku pelihara sendiri, mencari kayu bakar, menanam jagung
bersama keluarga asuh, pergi ke kebun yang membutuhkan waktu setengah hari
untuk sampai disana, melakukan aktifitas rumah dan membantu semua kebutuhan
masyarakat desa otvai dan alila selatan sampai tugas ini berakhir, tidak ada
penyesalan dalam hati karena hanya dalam kesederhanaan kesempurnaan dapat
kita rasakan.
“Aku tinggal di daerah yang asing dan jauh dari daerahku, tapi aku
merasa ada ikatan dengan daerah ini, sebuah ikatan yang lebih erat daripada
daerahku dan aku akan berjuang semampuku untuk mencerdaskan dan
membangun daerah ini. Aku telah membiasakan dengan gaya hidup masyarakat
disini, ini menciptakan ketenangan dalam pikiranku sebuah gaya hidup tanpa
kemewahan, dan keserakahan, dalam kehidupanku aku tidak pernah senyaman
ini, semua orang baik padaku bahkan ketika aku meremehkan daerahnya aku
merasa bingung karena aku harus kemBali meninggalkan daerah ini untuk
mencapai cita-citaku dan semua harapanku”
( Adi K -Alor, 2012)