PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUS

Entrance Jurnal Pendidikan Vol. 1 No.1, September - Oktober 2017, 246 – 262

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN DESAIN PENILAIAN
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU MATA PELAJARAN IPS
DI SMP BINAAN KOTA SURAKARTA
Drs. Nur Rokhmat, M. Pd., Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota Surakarta
ABSTRACT

Informasi Artikel:
Artikel diterima: 2 Agustus 2017
Diterima setelah revisi: 12 Agustus 2017
Disetujui untuk diunggah: 20 Agustus 2017

©2017, Entrance Jurnal Pendidikan

The research is aimed: 1) to describe the
implementation of academic supervision using
group methods; 2) to improve teacher’s
competence in designing learning assessment for
IPS teachers of junior secondary school. The
study was conducted in the second semester of

the academic year 2014/2015. The subjects of
the study were the IPS teachers of the Junior
High School. The research concludes that: 1) The
steps of academic supervision using group
method to improve teacher’s competence in
designing learning assessment are as follows: (a)
socializing academic supervision activity; (b)
developing an Academic Supervision Plan (RKA);
(c) discussing the schedule of supervisory
activities; (d) submitting material of supervision
activities; e) revising the instrument of the
assessment; and 2) Academic supervision using
group method is effective to improve teacher's
competence in designing learning assessment for
IPS teachers of junior high schoo. It is indicated
by the increasing quality of learning assessment
instruments on each cycle performed.
Keywords:

www.jurnalcenter.com


Academic
supervision,
Group
method, assessment instrument
design.

(UN) sehingga guru tidak perlu lagi
merancang desain penilaian berupa soal
untuk evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang dilakukan.
Perkembangan kebijakan pemerintah terhadap pendidikan nasional yang
menyatakan bahwa Ujian Nasional (UN)
bukan menjadi satu-satunya penentu
kelulusan siswa dan akan berfungsi
sebagai alat pemetaan mutu pendidikan,
merupakan titik awal dari pengembalian
esensi evaluasi pendidikan dasar yang

PENDAHULUAN
Keberhasilan pembelajaran sangat

tergantung pada tiga unsur pokok proses pembelajaran, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian. Dari ketiga
unsur pokok tersebut, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran memperoleh
porsi perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan evaluasi. Terlebih-lebih
lagi selama beberapa tahun terakhir
penentuan keberhasilan siswa dalam
belajar dilakukan melalui Ujian Nasional

246

247
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

sebenarnya. Penentuan kelulusan siswa
yang dikembalikan ke Ujian Akhir Sekolah semakin memperkuat posisi guru
sebagai manager of learning dalam
terminologi Brown & Norberg (1965),
yaitu Guru berperan sebagai manager
yang harus menguasai bahan ajar dan

dapat mengembangkan materi pelajaran,
merencanakan dan mempersiapkan pelajaran, mengawasi dan merencanakan dan
mengembangkan tes untuk evaluasi hasil
belajar (Purwanto, 2004).
Sebagai manager of learning, guru
dituntut mampu mengendalikan proses
pembelajaran sedemikian rupa sehingga
pencapaian hasil pembelajaran bisa maksimal. Salah satu kemampuan guru yang
menentukan adalah kemampuan membuat soal-soal tes. Karena kemampuan
inilah yang akhirnya akan merefleksikan
keberhasilan guru dalam mengajar, yaitu
tingkat pencapaian prestasi siswa atau
nilai siswa. Menurut Mardapi (2008)
kemampuan-kemampuan khusus yang
dimiliki oleh seorang guru agar bisa
membuat soal yang baik adalah: (1) menguasai materi pelajaran yang diujikan,
(2) mampu membahasakan gagasan, (3)
memahami karakteristik individu yang
diuji, dan (4) menguasai teknik penulisan
soal.

Perancangan desain penilaian harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar penilaian yang mencakup: validitas,
reliabilitas, menyeluruh, berkesinambungan, obyektif, dan mendidik. Penilaian terencana, dan menerapkan kriteria
pasti.
Kenyataan di lapangan yang terjadi
pada guru-guru SMP binaan di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Surakarta menunjukkan
bahwa kompetensi merancang desain

penilaian pembelajaran melalui penyusunan soal-soal test, masih kurang optimal. Berdasarkan hasil analisis dokumen rancangan desain penilaian berupa
tes yang disusun guru, diketahui bahwa
kualitas soal masih belum sesuai standard. Masih ditemukan banyak kelemahan dalam hasil analisis soal-soal tes, khususnya soal berbentuk uraian. Masih banyak soal-soal berbentuk uraian yang
tidak mempunyai kriteria pembobotan
nilai, atau 59.46% dari 37 rancangan desain penilaian yang dikaji.
Kelemahan lain yang ditemui adalah
bahwa dalam pembuatan soal adalah,
sebagian besar guru, atau 56.76% dari
37 guru IPS tidak membuat kisi-kisi
terlebih dahulu sebelum membuat soal.
Guru yang menyusun kisi-kisi soal baru

43.23%. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa guru belum melakukan
langkah-langkah pembuatan tes terencana.
Kelemahan yang paling dominan
yang ditemukan adalah bahwa soal tes
cenderung hanya mengukur aspek pengetahuan dan pemahaman, dan belum
merambah pada aspek aplikasi, analisis,
sintesis bahkan evaluasi. Sedangkan pengukuran kemampuan belajar, dimulai
dari aplikasi sampai evaluasi sangat menentukan bobot dan obyektifitas penilaian. Hasil kuesioner terbuka yang dilakukan juga menunjukkan bahwa dari 37
guru IPS hanya 7 orang (18.92%) yang
mengatakan membuat soal baru, 16
orang guru (43.24%) menggunakan soal
tahun sebelumnya, dan 14 orang guru
(37.84%) melakukan kombinasi antara
soal baru dengan soal tahun sebelumnya.
Dari hasil identifikasi tersebut,
tampak bahwa kompetensi guru dalam
merancang desain penilaian pembela-

248
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262


jaran masih kurang optimal. Guna
mengatasi hal ini perlu tindakan pembinaan secara terstruktur dalam kegiatan
MGMP melalui supervisi akademik.
MGMP merupakan kegiatan yang paling
efektif untuk melakukan pemantauan,
pembinaan, pengembangan, monitoring
dan evaluasi kompetensi guru mata
pelajaran di jenjang pendidikan dasar
tingkat SMP.
Pembinaan terstruktur menggunakan teknik One Input Many Output dan Do
Talk Record yang dilakukan pengawas
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain
penilaian pembelajaran. Dengan meningkatnya kompetensi tersebut, maka soal
ujian yang disusun oleh guru akan semakin berkualitas dan mampu mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Merujuk pada latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pelaksanaan
supervisi akademik metode kelompok
untuk meningkatkan kompetensi guru

dalam merancang desain penilaian pembelajaran? 2) Apakah supervisi akademik
metode kelompok dapat meningkatkan
kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran bagi guru
mata pelajaran IPS di SMP binaan tahun
pelajaran 2014/2015?
Mengacu pada perumusan masalah
di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk: 1) mendeskripsikan pelaksanaan
supervisi akademik metode kelompok
untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam merancang desain penilaian pembelajaran; 2) meningkatkan kompetensi
guru dalam merancang desain penilaian
pembelajaran bagi guru mata pelajaran
IPS di SMP binaan tahun pelajaran

2014/2015 melalui supervisi akademik
metode kelompok.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoretis maupun secara praktis sebagai
berikut: 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru

tentang perancangan desain penilaian
pembelajaran sehingga membantu guru
mengaktualisasikan potensi dalam upaya
meningkatkan pelaksanaan pembelajaran, khususnya dalam merancang desain
penilaian pembelajaran seoptimal mungkin; 2) Hasil penelitian ini bermanfaat
bagi pengawas sekolah untuk meningkatkan kompetensi pengawas dalam mengatasi masalah akademik di sekolah
yang menjadi binaannya, serta memberikan informasi tentang pelaksanaan
supervisi akademik metode kelompok
guna meningkatkan kompetensi guru
merancang desain penilaian pembelajaran; dan 3) Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Dinas Pendidikan untuk
dijadikan masukan tentang pelaksanaan
supervisi akademik metode kelompok
guna meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran

LANDASAN TEORI
Pengertian Supervisi Akademik
Konsep supervisi modern yang dirumuskan oleh Wiles (1967) adalah
Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation (Glickman, Gordon & Gordon,
2007). Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi pembelajaran

yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar meng-

249
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

ajar (goal, material, technique, method,
teacher, student, and environment).
Situasi belajar inilah yang seharusnya
diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian
layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, Inspeksi lebih
menekankan kepada kekuasaan dan
bersifat otoriter, sedangkan supervisi
lebih menekankan kepada persahabatan
yang dilandasi oleh pemberian pelayanan
dan kerjasama yang lebih baik diantara
guru-guru, karena bersifat demokratis.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkanudng
dalam perkataan itu (semantik).
Kemdiknas (2009) merumuskan supervisi sebagai berikut: Pembinaan yang

diberikan kepada seluruh staf sekolah
agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik .
Dengan demikian, supervisi ditujukan
kepada penciptaan atau pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu
diperhatikan, yaitu: a) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar; dan b) Hal-hal
yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Aspek utama supervisi adalah guru,
dengan demikian maka layanan dan
aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar.
Untuk itu guru harus memiliki kemampuan personal, kemampuan profesional

dan kemampuan sosial (Kemdiknas,
2009).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan
sebagai berikut serangkaian usaha
pemberian bantuan kepada guru dalam
bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses
dan hasil belajar mengajar . Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut
lebih menekankan pada pembinaan guru,
maka tersebut pula Pembinaan profesional guru yakni pembinaan yang lebih
diarahkan pada upaya memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan profesional
guru.
Secara umum kegiatan supervisi
dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk
seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas
pembelajaran. Pada penelitian ini, pembahasan lebih kepada supervisi akademik karena berkaitan dengan penyusunan perangkat perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Tujuan supervisi akademik menurut
Glickman dan Sergiovanni adalah sebagai
berikut: a) Membantu guru mengembangkan kompetensinya; b) Mengembangkan kurikulum; dan c) Mengembangkan kelompok kerja guru dan
membimbing penelitian tindakan kelas
(Glickman & Sergiovanni, dalam Purwanto, 2004). Sedangkan prinsip-prinsip
supervisi akademik menurut Kemdiknas,
(2009) antara lain sebagai berikut: 1)
Praktis, artinya mudah di-kerjakan
sesuai kondisi sekolah; 2) Sis-tematis,

250
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

artinya
dikembangkan
sesuai
perencanaan program supervisi yang
matang dan tujuan pembelajaran; 3) Objektif, artinya masukan sesuai aspekaspek instrument; 4) Realistis, artinya
berdasarkan kenyataan sebenarnya; 5)
Antisipatif, artinya mampu menghadapi
masalah-masalah yang mungkin akan
terjadi; 6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi
guru dalam mengembangkan pembelajaran; 7) Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan
guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Merujuk pada materi Supervisi Akademik pada pelatihan penguatan kemampuan Kepala sekolah oleh Direktorat
jenderal peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan kementrian pendidikan nasional tahun 2010, supervisi
akademik terbagi ke dalam dua model,
yaitu: 1) Model supervisi tradisional,
yang terdiri dari: a) Supervisi langsung
kepada guru yang sedang mengajar; dan
b)Supervisi akademik tidak langsung
antara lain: tes dadakan, diskusi kasus,
dan metode angket; 2) Model supervisi
masa kini (kontemporer) atau supervisi
klinis karena dilaksanakan dengan
pendekatan klinis.
Pengertian penilaian Pembelajaran
Penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrument tes atau non tes
(Mardapi, 2008). Sedangkan pengertian
penilaian belajar dan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan keputusan
nilai keberhasilan belajar dan pembela-

jaran secara kualitatif (Kemdiknas,
2010).
Penilaian menurut Groundlund
(1971) mengungkapkan bahwa penilaian
merupakan deskripsi kualitatif dari tingkah laku siswa baik yang didasarkan
pada hasil pengukuran (tes) maupun bukan hasil pengukuran (nontes: catatan
anekdot, observasi, wawancara dll)
(Mardapi, 2008). Penilaian digunakan
dalam konteks yang lebih sempit dari
pada evaluasi dan biasanya dilaksanakan
secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai
suatu objek, seperti baik-buruk, efektiftidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan
semacamnya sesuai dengan kriteria atau
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Arikunto (2010) penilaian
adalah suatu usaha yang dilakukan
dalam pengambilan keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik-buruk →
bersifat kualitatif. Berdasarkan pengertian ini, penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan
nilai kuantitatif (berupa angka). Penilai-

251
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

an (assessment) merupakan istilah yang
umum dan mencakup semua metode
yang biasa dipakai untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa dengan cara
menilai unjuk kerja individu peserta
didik atau kelompok (Jutmini, dkk.,
2008).
Berdasarkan pengertian tersebut,
penilaian secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatu proses dimana kita
mempertimbangkan sesuatu barang atau
gejala dengan mempergunakan patokanpatokan (baik-tidak baik, memadai-tidak
memadai, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat dan seterusnya) tertentu.
Dengan perkataan lain kita mengadakan
value judgment. Pertimbangan-pertimbangan yang dimaksud bukan saja mencakup pertimbangan-pertimbangan yang
berbentuk atau bertolak dari informasi
kuantitatif.
Tujuannya adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Penilaian di sini
tidak hanya sekedar mencari jawaban
terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi
lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh
suatu proses atau hasil yang diperoleh
seseorang atau suatu program.
Pengertian Instrumen Penilaian
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrument atau alat evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang
telah dilakukan terhadap anak didik. Instrumen evaluasi itu dapat digolongkan
menjadi dua yakni, tes dengan nontes
(Arikunto, 2010) yang lebih lanjut akan
dipaparkan dibawah ini.
Tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada siswa untuk mendapat jawaban

dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Tes pada umumnya digunakan untuk
menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Arikunto, 2010).
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian
(subjektif) dan tes objektif. Tes uraian
terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas,
dan uraian terstruktur. Sedangkan tes
objektif terdiri dari beberapa bentuk,
yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan
ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
Penilaian dengan instrumen Non-tes
adalah proses penilaian dengan menggunakan alat-alat seperti kuesioner dan
wawancara, skala, obsevasi, dan studi
kasus (Arikunto, 2010). Penilaian non –
tes dengan Kuesioner dan wawancara
digunakan untuk mendapatkan informasi
dari siswa dengan melakukan tanyajawab sepihak (Arikunto, 2010).
Penilaian dengan Skala adalah untuk
menilai sikap , nilai, minat dan perhatian,
yang disusun dalam bentuk pernyataan
dan hasilnya dalam bentuk rentang nilai
dengan criteria tertentu. Skala terdiri
dari skala penilaian dan skala sikap
(Arikunto, 2010).
Penilaian observasi digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Arikunto, 2010). Ada tiga jenis
observasi, yakni: observasi langsung,
observasi tidak langsung, dan observasi
partisipasi.

252
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

Penilaian dengan studi kasus pada
dasarnya mempelajari secara intensif
seorang individu yang dipandang mengalami kasus tertentu, dengnan penekanan mengapa individu melalukan apa
yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya
biasa diperoleh berbagai sumber seperti
orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan
juga dari dirinya (Sudjana, 2009).
Pengertian Tes
Tes berasal dari bahasa latin testum
suatu pengertian dalam bahasa Prancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Suryabrata
(2010) mendefinisikan tes sebagai Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dan atau perintah-perintah yang harus
dijalankan yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaanpertanyaan atau melakukan perintahperintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan
dengan standart atau testee lainnya ..
Pengertian tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan
petunjuk yang ditujukan kepada test
untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya skor
dalam bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standart yang telah
ditentukan untuk ditarik kesimpulan
yang bersifat kualitatif.
Prosedur Pengembangan Soal Tes
Prosedur pengembangan soal tes,
menurut BSNP (2006), terdiri dari 4
tahapan utama sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan penilaian; 2) Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD); 3) Menentukan
jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes
atau mempergunakan keduanya. Untuk
penggunaan tes diperlukan penentuan
materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar; 4) Menyusun kisi-kisi tes
dan menulis butir soal beserta pedoman
penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisan soal.
Tahapan-tahapan dalam pengembangan soal tes tersebut di atas dapat
disajikan ke dalam diagram berikut:

Gambar 1 Diagram Prosedur
Pengembangan Tes
(Sumber: BSNP, 2006)

Pengukuran Kualitas Soal Tes
Kualitas soal tes dapat dikaji dari
tiga kaidah yang harus dipenuhi dalam
penyusunan soal. Ketiga kaidah penyusunan soal tersebut meliputi materi,
konstruksi, dan bahasa (BSNP, 2006).
Dengan penilaian terhadap ketiga ter-

253
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

sebut maka kualitas soal yang disusun
oleh guru dapat dinilai.
Kerangka Berpikir
Penyusunan desain penilaian pembelajaran, yaitu berupa penyusunan instrumen tes/ ujian merupakan hal yang
sering mendapat proporsi perhatian lebih kecil dibandingkan dengan aspek
pembelajaran lain seperti perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini berdampak pada kurang
optimalnya kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran/ soal tes.
Hasil penilaian terhadap instrumen
tes yang disusun guru mata pelajaran IPS
pada jenjang pendidikan SMP di Kota
Surakarta menunjukkan adanya berbagai
kelemahan dalam penyusunan instrumen
tersebut. Banyaknya kelemahan yang
ditemui tersebut merefleksikan bahwa
guru belum sepenuhnya memahami prosedur pengembangan instrumen penilaian pembelajaran secara baik dan benar, yang ditunjukkan dengan belum terpenuhinya kaidah-kaidah pengembangan
soal tes secara memadai baik pada aspek
materi, konstruksi, maupun bahasa.
Guna mengoptimalkan kemampuan
guru dalam mengembangkan instrumen
penilaian pembelajaran, diperlukan suatu pembinaan terstruktur oleh Pengawas
sekolah yang dilakukan melalui kegiatan
supervisi. Melalui kegiatan supervisi tersebut, guru diberi arahan, bimbingan,
dan pelatihan dalam mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran berdasarkan kaidah-kaidah pengembangan soal yang baik dan benar.
Pembinaan terstruktur yang dilakukan pengawas melalui kegiatan MGMP
pada gilirannya dapat meningkatkan ke-

mampuan guru dalam mengembangkan
instrumen penilaian pembelajaran. Peningkatan kemampuan tersebut akan dapat dilihat dari adanya peningkatan
kulitas pengembangan instrumen penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.
Kerangka pikir tersebut di atas
selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir dan
landasan teori tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Supervisi akademik metode
kelompok dapat meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran bagi guru mata pelajaran IPS di SMP binaan tahun pelajaran
2014/2015

254
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
binaan di lingkungan Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta.
Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: a) Merupakan tempat peneliti melaksanakan tugas, sehingga mempermudah
peneliti dalam melakukan penelitian; dan
b) kualitas instrumen soal ujian yang
disusun guru IPS kurang memenuhi harapan; dan c) kemampuan guru dalam
menyusun soal ujian kurang optimal
sehingga memerlukan peningkatan melalui supervisi akademik.
Waktu penelitian dilaksanakan
pada semester II tahun pelajaran 2014/
2015 selama tiga bulan mulai Pebruari –
April 2015.
Subjek penelitian ini adalah 30 (tiga
puluh) guru IPS di 10 SMP binaan di
lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olah Raga Kota Surakarta, yaitu 4
SMP Negeri dan 6 SMP swasta. Subjek
penelitian tersebut dapat disajikan ke
dalam tabel berikut ini.
Tabel 1
Subjek Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Sekolah
SMP Negeri 1 Ska
SMP Negeri 7 Ska.
SMP Negeri 18 Ska
SMP Negeri 25 Ska
SMP Al Islam 1 Ska
SMP Muh. 2 Ska.
SMP Muh. 6 Ska
SMP Muh. 10 Ska
SMP Islam Al Abidin Ska.
SMP Murni Ska.
Jumlah

Jml
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30

Mengacu pada model penelitian tindakan yang digunakan, alur pikir dalam
penelitian diawali dari diagnosis masalah

dan faktor penyebab masalah dalam
penyusunan desain penilaian pembelajaran berupa penyusunan soal ujian.
Langkah tersebut dilanjutkan dengan
memilih tindakan yang sesuai dengan
permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan, penetapan
desain penelitian dan prosedur pengumpulan data, analisis data, dan refleksi.
Prosedur analisisnya menggunakan
model alur yang intinya mengidentifikasi
perkembangan dan perkembangan dan
perubahan subjek setelah subjek sampel
diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan
pembelajaran tindakan dalam kurun
waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.
Indikator kinerja yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Guru dianggap sudah mempunyai kompetensi penyusunan desain
penilaian pembelajaran berupa soal ujian
dengan kategori Baik (B) apabila sudah
memperoleh skor dengan ketercapaian
antara 80.00 – < 90.00; 2) Tindakan
supervisi dianggap berhasil apabila nilai
rata-rata kualitas instrumen soal ujian
yang disusun guru sudah mencapai
kategori baik, yaitu dengan skor antara
80.00 – < 90.00; dan 3) Tindakan supervisi dianggap berhasil apabila jumlah
guru dengan kompetensi merancang desain penilaian pembelajaran berupa soal
ujian dengan kategori Baik (B) dan Amat
Baik (A) sudah mencapai > 75.00.
Jenis penelitian dengan strategi yang
dianggap terbaik untuk diterapkan adalah penelitian tindakan. Model dan strategi tindakan dalam penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan McTaggart
(Wiriaatmadja, 2006) dengan dua siklus
tindakan.

255
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

Setiap siklus tindakan terdiri dari
empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: 1) Perencanaan atau planning; 2) Tindakan atau
acting; 3) Pengamatan atau observing;
dan 4) Refleksi atau reflecting (Wiriaatmadja, 2006). Keempat tahapan dalam
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut.

Gambar 3. Skema Model Penelitian
Tindakan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Deksripsi kondisi awal membahas
tentang hasil identifikasi kompetensi
guru dalam penyusunan desain penilaian
pembelajaran sebelum dilakukan tindakan supervisi akademik metode kelompok. Kompetensi guru mata pelajaran IPS
dalam penyusunan desain penilaian
pembelajaran berupa soal tes/ujian pada kondisi awal diperoleh dari penilaian
soal yang sudah disusun oleh guru IPS
yang mengajar kelas VIII dan kelas IX
dengan jumlah sebanyak 30 guru mata
pelajaran IPS.

Penilaian kualitas soal tes/ujian
dilakukan terhadap 3 aspek kaidah penyusunan soal, yaitu: 1) materi/
substansi, yang terdiri dari 4 indikator;
2) konstruksi soal, yang terdiri dari 9
indikator; dan 3) penggunaan bahasa
dalam penulisan, yang terdiri dari 4
indikator. Dengan demikian, maka indikator penilaian kualitas penyusunan soal
tes/ujian terdiri dari 17 indikator.
Skoring diberikan dengan rentang antara
1 – 5, sehingga skor yang diperoleh
adalah dengan rentang antara 17 – 85.
Hasil skoring selanjutnya dikonversi ke
dalam bentuk nilai dengan rumus:
(Jumlah Skor/ 85) X 100.
Hasil konversi nilai yang diperoleh
selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 4
kategori kualitas instrumen tes. Keempat
kategori tersebut terdiri dari kategori: a)
Amat Baik, dengan rentang nilai > 90.00;
b) Baik, dengan rentang nilai antara
80.00 – < 90.00; c) Cukup Baik, dengan
rentang nilai antara 70.00 – < 80.00; dan
d) Ku-rang Baik, dengan rentang nilai <
70.00.
Hasil penilaian terhadap instrumen
penilaian pembelajaran yang disusun
oleh guru mata pelajaran IPS di SMP
binaan pada tahap pra siklus tindakan
dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 2
Hasil Penilaian Tahap Pra Siklus
Tindakan
No.
Kategori
1.
Sangat Baik
2.
Baik
3.
Cukup Baik
4.
Kurang Baik
Jumlah
Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah

Jumlah
%
2
6.67
3
10.00
6
20.00
19
63.33
30
100.00
67.57
92.94
56.47

256
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

Berdasarkan hasil penilaian terhadap dokumen instrumen penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS di
SMP binaan pada tahap pra siklus tindakan, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 92.94, nilai
terendah diperoleh 56.47, dan nilai ratarata diperoleh sebesar 67.57. Mengingat
nilai rata-rata yang diperoleh tersebut <
70.00, maka kemampuan dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran
da-pat dikategorikan ke dalam kategori
Ku-rang Baik.
Data kemampuan guru dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran
berupa penyusunan soal ujian/tes pada
tahap pra tindakan dapat disajikan ke
dalam diagram berikut ini.

Gambar 4. Diagram Hasil Penilaian Tahap
Pra Siklus Tindakan

Kelemahan yang ditemui pada hasil
desain penilaian pembelajaran berupa
soal tes/ ujian yang disusun guru pada
tahap pra siklus tindakan adalah pada
aspek konstruksi soal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian pada aspek
ter-sebut baru mencapai 64.00.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Perencanaan dilakukan dengan
merujuk pada hasil identifikasi awal

kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran berupa
penyusunan soal tes/ujian. Langkahlangkah yang dilakukan oleh Pengawas
pada tahap ini adalah sebagai berikut:
(1) Pengawas menyusun Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) untuk melakukan pembinaan terstruktur guna meningkatkan kompetensi guru menyusun
desain penilaian pembelajaran; (2) Pengawas mempersiapkan materi supervisi; (3) Pengawas mempersiapkan
instrumen observasi; (4) Pengawas
melakukan koordinasi dengan ketua
MGMP IPS di sekolah binaan untuk
menetapkan jadwal kegiatan supervisi;
dan (5) Pengawas berkoordinasi dengan
kolaboran untuk menetapkan peran sebagai pengamat dan aspek-aspek yang
harus diamati.
Pelaksanaan kegiatan supervisi
aka-demik metode kelompok tindakan
Siklus I dilakukan selama minggu ke-1
dan ke-2 bulan Maret 2015. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
adalah sebagai berikut: (1) Pengawas
bersama-sama guru mata pelajaran IPS
membahas hasil analisis soal tes/ujian
yang disusun guru sebelum dilaksanakan
kegiatan supervisi. Pada kegiatan ini pengawas memaparkan kelemahan-kelemahan yang ada pada soal ujian/tes yang
sudah disusun sebelumnya; (2) Pengawas menyampaikan materi supervisi
berupa prosedur pengembangan instrumen penilaian pem-belajaran berupa
penyusunan soal. Pada tahap ini disampaikan pula kaidah-kaidah yang harus
dipenuhi dalam penilaian kualitas soal;
(3) Pada akhir pertemuan, pengawas
meminta guru untuk memperbaiki soalsoal yang sudah dinilai untuk dikumpulkan satu minggu kemudian.

257
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

Observasi dilakukan terhadap dokumen instrumen penilaian pembelajaran yang sudah disusun guru pada akhir
tindakan Siklus I. Hasil penilaian menunjukkan bahwa kualitas instrumen penilaian yang disusun guru mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap dokumen instrumen penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian yang
disusun oleh guru mata pelajaran IPS di
SMP binaan pada tindakan Siklus I, dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 97.65, nilai terendah diperoleh sebesar 58.82, dan
nilai rata-rata diperoleh sebesar 75.10.
Mengi-ngat nilai rata-rata yang diperoleh
ter-sebut terletak di antara rentang
70.00 – < 80.00, maka kemampuan
dalam penyu-sunan desain penilaian
pembelajaran da-pat dikategorikan ke
dalam kategori Cu-kup Baik.
Hasil penilaian terhadap 30 instrumen penilaian pembelajaran berupa
soal tes/ujian yang disusun oleh guru
mata pelajaran IPS di SMP binaan pada
tindakan Siklus I dapat disajikan sebagai
berikut.
Tabel 3
Hasil Penilaian Tindakan Siklus I
No.
Kategori
1.
Sangat Baik
2.
Baik
3.
Cukup Baik
4.
Kurang Baik
Jumlah
Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah

Jumlah
%
5
16.67
6
20.00
8
26.67
11
36.67
30
100.00
75.10
97.65
58.82

Kelemahan yang ditemui pada hasil
desain penilaian pembelajaran berupa
soal tes/ ujian yang disusun guru pada

tindakan Siklus I adalah pada aspek
konstruksi soal. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil penilaian bahwa kemampuan rata-rata guru pada aspek tersebut
merupakan rata-rata terendah dibandingkan dengan nilai pada aspek-aspek
lain, yaitu dengan rata-rata sebesar
70.30.
Data kemampuan guru dalam
penyusunan desain penilaian pembelajaran berupa penyusunan soal ujian/tes
pada tindakan Siklus I dapat disajikan ke
dalam diagram berikut ini.

Gambar 5. Diagram Hasil Penilaian
Tindakan Siklus I

Berdasarkan
hasil-hasil
yang
diper-oleh pada tindakan Siklus I,
selanjutnya dapat diperoleh refleksi hasil
tindakan sebagai berikut: (1) Supervisi
akademik metode kelompok pada
tindakan Siklus I berhasil meningkatkan
kemampuan guru dalam merancang
desain penilaian pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas instrumen penilaian pembelajaran
berupa kualitas soal dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya: (a) Nilai
rata-rata kualitas desain penilaian
pembelajaran yang disusun pada
tindakan Siklus I mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, yaitu dari sebesar 67.57 pada tahap
pra siklus tindakan meningkat menjadi

258
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

sebesar 75.10 pada tindakan Siklus I; dan
(b) Banyaknya guru dengan kemampuan
menyusun desain penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian dengan kualitas
Baik dan Amat Baik mengalami
peningkatan dari sebesar 16.67% pada
tahap pra siklus tindakan menjadi
sebesar 36.67%; (2) Peningkatan yang
diperoleh pada tindakan Siklus I belum
optimal. Hal ini karena indikator tercapainya jumlah guru dengan kemampuan
menyusun desain penilaian pembelajaran berupa penyu-sunan soal dengan
kategori Baik dan Amat baik > 75.00%
dari jumlah guru belum terpenuhi. Untuk
itu diperlukan perbaikan pada supervisi
tindakan siklus berikutnya.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Perencanaan tindakan Siklus II dilakukan dengan merujuk pada refleksi
hasil tindakan yang diperoleh pada tindakan Siklus I. Kegiatan yang dilakukan
pengawas pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut ini: (1) Pengawas menyusun Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) perbaikan untuk melakukan
pembinaan terstruktur guna meningkatkan kompetensi guru menyusun desain
penilaian pembelajaran; (2) Pengawas
mempersiapkan materi supervisi; (3)
Pengawas mempersiapkan instrumen
observasi; (4) Pengawas melakukan koordinasi dengan ketua MGMP IPS di sekolah binaan untuk menetapkan jadwal
kegiatan supervisi; dan (5) Pengawas
berkoordinasi dengan kolaboran untuk
menetapkan peran sebagai pengamat
dan aspek-aspek yang harus diamati.
Pelaksanaan kegiatan supervisi
akademik metode kelompok tindakan Siklus II dilakukan selama minggu ke-1
dan ke-2 bulan April 2015. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap pelaksanaan
adalah sebagai berikut: (1) Pengawas
bersama-sama guru mata pelajaran IPS
membahas hasil analisis soal tes/ujian
yang disusun guru pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan ini pengawas memaparkan kelemahan kelemahan yang
ada pada soal ujian/tes yang sudah disusun sebelumnya; (2) Pengawas menyampaikan materi supervisi berupa prosedur
pengembangan instrumen penilaian
pembelajaran berupa penyu-sunan soal.
Pada tahap ini disampaikan pula kaidahkaidah yang harus dipenuhi dalam penilaian kualitas soal; dan (3) Pada akhir
pertemuan, pengawas meminta guru
untuk memperbaiki soal-soal yang sudah
dinilai untuk dikumpulkan satu minggu
kemudian.
Observasi dilakukan terhadap dokumen instrumen penilaian pembelajaran yang sudah disusun guru pada akhir
tindakan Siklus I. Hasil penilaian menunjukkan bahwa kualitas instrumen penilaian yang disusun guru mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
Hasil penilaian terhadap 30 instrumen penilaian pembelajaran berupa
soal tes/ujian yang disusun oleh guru
mata pelajaran IPS di SMP binaan pada
tindakan Siklus I dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4
Hasil Penilaian Tindakan Siklus II
No.
Kategori
1.
Sangat Baik
2.
Baik
3.
Cukup Baik
4.
Kurang Baik
Jumlah
Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah

Jumlah
%
10
33.33
13
43.33
7
23.33
0
0.00
30
100.00
84.75
100.00
70.59

259
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

Data kemampuan guru dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran
berupa penyusunan soal ujian/tes pada
tindakan Siklus II dapat disajikan ke
dalam diagram berikut ini.

Gambar 6. Diagram Hasil Penilaian
Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian terhadap dokumen instrumen penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian yang disusun oleh guru mata pelajaran IPS di
SMP binaan pada tindakan Siklus I, dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 100.00, nilai terendah diperoleh sebesar 70.59, dan
nilai rata-rata diperoleh sebesar 84.75.
Mengi-ngat nilai rata-rata yang diperoleh
ter-sebut terletak di antara rentang
80.00 – < 90.00, maka kemampuan
dalam penyu-sunan desain penilaian
pembelajaran da-pat dikategorikan ke
dalam kategori Baik.
Kelemahan yang ditemui pada hasil
desain penilaian pembelajaran berupa
so-al tes/ ujian yang disusun guru pada
tin-dakan Siklus II adalah pada aspek
kon-struksi soal. Hal ini ditunjukkan
dengan
hasil
penilaian
bahwa
kemampuan rata-rata guru pada aspek
tersebut merupakan rata-rata terendah
dibandingkan dengan nilai pada aspekaspek lain, yaitu dengan rata-rata
sebesar 80.37.

Berdasarkan
hasil-hasil
yang
diperoleh pada tindakan Siklus II,
selanjutnya dapat dirumuskan refleksi
hasil tindakan sebagai berikut: (1)
Supervisi akademik metode kelompok
pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran. Hal
ini ditunjukkan dengan meningkatnya
kualitas instrumen penilaian pembelajaran berupa kualitas soal dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya: (a) Nilai
rata-rata kualitas desain penilaian
pembelajaran yang disusun pada tindakan Siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, yaitu dari sebesar 75.10 pada tindakan Siklus I meningkat menjadi
sebesar 84.75 pada tindakan Siklus II;
dan (b) Banyaknya guru dengan
kemampuan menyusun desain penilaian
pembelajaran berupa soal tes/ujian
dengan kualitas Baik dan Amat Baik
mengalami peningkatan dari sebesar
36.67% pada tahap tindakan Siklus I
menjadi sebesar 76.67% pada tindakan
Siklus II; serta (2) Hal-hal yang belum
tercapai pada tindakan Siklus I berupa
terpenuhinya indikator jumlah guru
dengan kemampuan menyusun de-sain
penilaian pembelajaran berupa penyusunan soal dengan kategori Baik dan
Amat baik > 75.00% dari jumlah guru
sudah terpenuhi pada tindakan Siklus I.
Atas dasar hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa supervisi akademik
metode kelompok berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun
desain penilaian pembelajaran.
Pembahasan
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa Supervisi akademik metode

260
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

kelompok dapat meningkatkan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran bagi guru mata pelajaran IPS di SMP binaan tahun pelajaran
/
terbukti kebenarannya. Hal
ini ditunjukkan dengan dengan meningkatnya kualitas instrumen penilaian
pembelajaran berupa kualitas soal pada
setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Pada tahap pra siklus tindakan, kompetensi guru dalam menyusun desain penilaian pembelajaran belum optimal. Hal
ini dilihat dari nilai tertinggi adalah
92.94, nilai terendah 56.47, dan nilai
rata-rata 67.57. Nilai rata-rata ini masih
< 70.00, maka kemampuan dalam
penyusunan desain penilaian pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam kategori Kurang Baik.
Berpijak dari kondisi tersebut,
pengawas sekolah berupaya melakukan
pembinaan terstruktur melalui supervisi
akademik metode kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran. Upaya perningkatan kompetensi guru
dalam penyusunan desain penilaian
pembelajaran pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan kualitas soal yang
disusun guru. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kualitas desain penilaian pembelajaran yang disusun pada tindakan Siklus I mengalami
peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, yaitu dari 67.57 pada
tahap pra siklus tindakan meningkat
menjadi 75.10 pada tindakan Siklus I.
Peningkatan yang diperoleh pada
tindakan Siklus I dipandang belum optimal karena belum memenuhi indikator >
75.00% dari jumlah guru, atau baru mencapai 36.67%. Berangkat dari kondisi
tersebut maka pengawas melakukan per-

baikan dalam pembinaan terstruktur
yang dilakukan.
Perbaikan tindakan supervisi pada
tindakan Siklus II berhasil meningkatkan
kompetensi guru dalam penyusunan desain penilaian pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas
instrumen penilaian yang disusun guru
mengalami peningkatan dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya, yaitu ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata hasil penilaian kualitas soal.
Nilai rata-rata kualitas desain penilaian pembelajaran yang disusun pada
tindakan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, yaitu dari 75.10 pada tindakan Siklus I menjadi 84.75 pada tindakan Siklus II. Ditinjau dari kuantitas,
jumlah guru dengan kemampuan menyusun desain penilaian pembelajaran berupa soal tes/ujian dengan kualitas Baik
dan Amat Baik mengalami peningkatan
dari 36.67% pada tahap tindakan Siklus I
menjadi 76.67% pada tindakan Siklus II.
Jumlah guru dengan kompetensi
menyusun desain penilaian pembelajaran kategori Baik dan Amat Baik mengalami peningkatan dari 16.67% pada
tahap pra tindakan menjadi 36.67% pada
tindakan Siklus I, kemudian meningkat
menjadi 76.67% pada tindakan Siklus II.
Peningkatan kompetensi guru dalam
penyusunan desain penilaian pembelajaran dari tahap pra siklus tindakan
hingga akhir tindakan Siklus II dapat
disajikan ke dalam tabel berikut ini.

261
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

Tabel 5
Peningkatan Kualitas Penyusunan
Instrumen Tes dari Tahap Pra Siklus
Tindakan - Tindakan Siklus II

Peningkatan kompetensi guru dalam
penyusunan desain penilaian pembelajaran dari tahap pra siklus tindakan
hingga akhir tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

19

13
11
10
8
6

5
2

6

7

3
0

Amat Baik

Baik
Awal

Cukup Baik
Siklus I

Kurang Baik

Siklus II

Gambar 4 Diagram Peningkatan
Kualitas Penyusunan Instrumen Tes/
Ujian dari Tahap Pra Siklus Tindakan
hingga Tindakan Siklus II.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan hasil tindakan, penelitian
ini menghasilkan simpulan sebagai
berikut:
Langkah-langkah pelaksanaan supervisi akademik metode kelompok untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam
merancang desain penilaian pembela-

jaran adalah sebagai berikut: a) Pengawas mensosialisasikan kegiatan supervisi akademik metode kelompok
untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam merancang desain penilaian
pembelajaran bagi guru mata pelajaran
IPS di SMP binaan; b) Pengawas menyusun Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) untuk meningkatkan kemampuan kompetensi guru dalam merancang desain penilaian pembelajaran;
c) Pengawas bersama-sama dengan ketua MGMP membahas jadwal kegiatan
pelaksanaan supervisi yang hendak dilakukan; d) Pengawas menyampaikan
materi dalam kegiatan supervisi metode
kelompok dalam ke-giatan MGMP; e)
Pengawas menyampaikan materi tentang
prosedur pengem-bangan instrumen penilaian pembelajaran dan kaidah-kaidah
yang harus dipenuhi dalam pengembangan tersebut; f) Pada setiap akhir
pertemuan pengawas meminta guru
untuk melakukan revisi atas instrumen
penilaian pembelajaran yang sudah
disusun, yaitu soal ujian/tes agar sesuai
dengan kaidah-kaidah kualitas soal ujian
yang baik dan benar; g) Pengawas
memberikan pelatihan pada indikator
yang masih menjadi kelemahan guru.
Supervisi akademik metode kelompok dapat meningkatkan kompetensi
guru dalam merancang desain penilaian
pembelajaran bagi guru mata pelajaran
IPS di SMP binaan tahun pelajaran
2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan
dengan meningkatnya kualitas instrumen penilaian pembelajaran berupa kualitas soal pada setiap siklus tindakan
yang dilakukan. Nilai rata-rata kualitas
desain penilaian pembelajaran yang disusun pada tahap pra-siklus tindakan
adalah 67.57 menjadi 75.10 pada

262
Drs. Nur Rokhmat, M.Pd. / Entrance Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.1 September - Oktober 2017, 246 - 262

tindakan Siklus I, dan kemudian menjadi
84.75 pada tindakan Siklus II.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka selanjutnya dapat dirumuskan saran sebagai berikut: 1) Bagi
Pengawas Satuan Pendidikan, disarankan agar lebih giat melakukan pembinaan secara terstruktur bagi guru guna
peningkatan kompetensi mereka; karena
Supervisi yang disertai dengan simulasi
mempercepat peningkatan kemampuan
kepala sekolah dalam penyusunan instrumen penilaian pembelajaran, untuk
itu disarankan kepada para pengawas
satuan pendidikan untuk mempertimbangkan dilakukannya simulasi dalam kegiatan supervisi yang dilakukan;
2) Bagi Guru disarankan untuk lebih disiplin dalam mematuhi prosedur pengembangan instrumen penilaian pembelajaran sehingga kualitas penyusunan
soal yang dilakukan akan semakin optimal; 3) Bagi Dinas Terkait disarankan
untuk dapat memfasilitasi kegiatan peningkatan kemampuan dalam penyusunan soal ujian/tes. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian
Tindakan: untuk Guru, Kepala
Sekolah & Pengawas. Yogyakarta:
Aditya Media.
BSNP.2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Jakarta:
Badan
Standarisasi Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Supervisi Akademik
dalam peningkatan profesionalisme guru. Direktorat Tenaga

Kependidikan
Depdiknas.

Ditjen

PMPTK

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and RossGordon, J.M. 2007. Supervision and
Instructional
Leadership
A
Development Approach. Seventh
Edition. Boston: Pearson.
Jutmini, S. dkk. 2008. Panduan Evaluasi
Pembelajaran
[Online].
10.
Tersedia:
http://lpp.uns.ac.id/download/PA
NDUAN%20EVALUASI%20PEMBE
LAJARAN.pdf [11 Okteber 2010].
Kemdiknas. 2009. Dimensi Kompetensi
Supervisi Manajerial.
Jakarta:
Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Departemen
Pendidikan Nasional
Kemdiknas. 2009. Metode dan Teknik
Supervisi.
Jakarta:
Direktorat
Tenaga
Kependidikan,
Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan instrumen tes dan non
tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press
Purwanto Ngalim. 2006. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

.