STUDI PERBANDINGAN INTERNATIONAL CRIMINAL TRIBUNAL FOR THE FORMER YUGOSLAVIA (ICTY), THE INTERNATIONAL CRIMINAL TRIBUNAL FOR RWANDA (ICTR) DAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC)
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
STUDI PERBANDINGAN INTERNATIONAL CRIMINAL TRIBUNAL
FOR THE FORMER YUGOSLAVIA (ICTY), THE INTERNATIONAL
CRIMINAL TRIBUNAL FOR RWANDA (ICTR) DAN INTERNATIONAL
CRIMINAL COURT (ICC)
Oleh
Desy Churul Aini
Abdul Muthalib Thahar
Desia Rakhma Banjarani
ABSTRAK: Proses pembentukan, pengaturan yurisdiksi dan struktur ICTY, ICTR dan ICC menunjukan: Pertama, dalam hal pembentukan ICTY, ICTR, dan ICC dilakukan melalui mekanisme yang berbeda. ICTY dan ICTR dibentuk berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, sedangkan ICC dibentuk melalui konferensi internasional. Kedua, pengaturan yurisdiksi ICTY, ICTR, dan ICC terdapat perbedaan dalam ruang lingkup yurisdiksi material, yurisdiksi teritorial, yurisdiksi personal, dan yurisdiksi temporal. Ketiga, dalam hal struktur organ menunjukan bahwa ICTY dan ICTR memiliki kesamaan identik yang terdiri dari chambers,
registry , dan office of prosecutors. Sementara struktur organ ICC berbeda dengan
ICTY dan ICTR, dimana struktur organ ICC terdiri dari presidency divisions, , dan office of prosecutors.
registry
Perbandingan Statuta ICTY, Statuta ICTR, dan Statuta Roma menunjukkan persamaan maupun perbedaan dalam beberapa aspek. Dalam hal persamaannya:
Pertama, penggunaan prosedur umum persidangan; Kedua, prosedur perlindungan
hukum saat proses persidangan berlangsung; Ketiga, secara substansi ketiga statuta tidak mengatur hukuman mati dalam pemidanaan terdakwa dan hanya menerapkan hukuman penjara seumur hidup. Dalam hal perbedaannya ketentuan yang termuat dalam Statuta ICTY, Statuta ICTR dan Statuta Roma meliputi beberapa aspek yaitu struktur organ, muatan prinsip umum hukum pidana, permohonan banding, peran Dewan Keamanan PBB, prosedur penyerahan kasus, kewajiban melakukan kerjasama, pendanaan dan prosedur amandemen.
Kata Kunci: ICC, ICTR, ICTY dan Perbandingan.
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
I. PENDAHULUAN
Persoalan HAM antar kelompok masyarakat yang mengancam perdamaian dan keamanan dunia pernah beberapa kali terjadi diberbagai belahan dunia, seperti yang
1
terjadi pada beberapa negara di wilayah Balkan yaitu Yugoslavia pada tahun 1991-
2
1995. Diawali saat wafatnya presiden Yugoslavia yaitu Josip Broz Tito pada tahun 1980, berbagai konflik dan diskriminasi etnis mulai tampak bahkan konflik tersebut berdampak pada perekonomian Yugoslavia yang berujung pada krisis ekonomi dan
3
politik. Semakin buruknya krisis ekonomi yang terjadi di Yugoslavia memunculkan keinginan bagi negara-negara bagian Yugoslavia untuk memisahkan diri, diawali oleh Slovenia pada tanggal 23 Desember 1990 menyatakan
4
kemerdekaannya kemudian, Kroasia, Slovenia, dan Bosnia. Namun saat Bosnia menyatakan kemerdekaannya terjadi penyerangan yang dilakukan Serbia. Penyerangan yang dilakukan oleh Serbia terhadap Bosnia bukan merupakan penyerangan biasa, melainkan pada penyerangan tersebut terjadi berbagai
5
6 pelanggaran HAM berat seperti Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Penyerangan Serbia pada Bosnia merenggut nyawa sekitar 100.000 orang dan
7
mengakibatkan lebih dari dua juta orang yang mengungsi. Terjadinya berbagai pelanggaran HAM berat tersebut menjadi perhatian Dewan Keamanan PBB sebagai organisasi penjaga perdamaian dan keamanan dunia. Sehingga sejak tahun 1991 hingga 1998 PBB mengeluarkan berbagai resolusi untuk menjaga perdamaian di
8
wilayah bekas Yugoslavia. Tahun 1993 melalui Resolusinya No. 827 Dewan 1 Keamanan PBB membentuk International Criminal Tribunal for The Former
Balkan merupakan suatu wilayah yang terletak di Eropa Tenggara dan meliputi luas sekitar 700.000 km persegi. Negara-negara yang merupakan bagian wilayah Balkan meliputi Albania, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Montenegro, Yunani, Republik Makedonia, Serbia, dan sebagian Turki.
3 diakses pada 29 Agustus 2016, jam 19:21 WIB diakses pada 17 Desember 2016, jam 4 17:19 WIB 5 diakses pada 20 Desember 2016, jam 20:12 WIB Kejahatan genosida merupakan kejahatan yang mencakup kejahatan terhadap kelompok- kelompok politik (political groups), karena dalam pandangan komite, kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok yang tidak dengan mudah diidentifikasi (non readily identifiable), termasuk kelompokkelompok politik yang akan menyebabkan gangguan internasional dalam masalah-masalah politik dalam negeri suatu negara. Doortje d Turangan, Tindakan KejahatanGenosida dalam Ketentuan Hukum Internasional dan Hukum Nasional , Karya Ilmiah, Universitas
6 Sam Ratulangi, 2011, hlm. 5 Kejahatan terhadap kemanusiaan berarti perbuatan pembunuhan, perbudakan, penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, penghamilan paksa, pemaksaansterilisasi, atau suatu bentuk kekerasan seksual lain yang cukup berat , deportasi, apertheid apabila
dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau sistematik yang ditujukan kepada suatu 7 kelompok penduduk sipildiakses
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
9 Yugoslavia (ICTY).
ICTY dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan pada Statuta ICTY yang menyatakan bahwa yurisdiksi material ICTY adalah pelanggaran berat terhadap the Geneva Convention of 1949, pelanggaran terhadap
10 hukum atau kebiasaan perang, Genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Adapun organ-organ yang terdapat dalam struktur kerja ICTY yaitu Registry (organ
11 administratif) , Chambers (Hakim) dan Prosecutors (Jaksa).
Selain pada Yugoslavia pelanggaran HAM berat juga terjadi di Rwanda. Konflik diawali pada tahun 1994 saat Presiden Rwanda Juvenal Habyarimana tewas
12
tertembak di pesawat terbang. Sejak saat itu mulai terjadi berbagai pembunuhan masal yang dilakukan oleh etnis mayoritas di Rwanda yaitu suku Hutu terhadap Etnis minoritas di Rwanda yaitu suku Tutsi. Pembunuhan masal ini yang terjadi selama 100 hari pada bulan April-Juli 1994. Lebih dari 800.000 warga sipil suku Tutsi dan moderat suku Hutu tewas dalam peristiwa tersebut, selain itu 2.000.000
13 warga Rwanda melarikan diri selama setelah genosida tersebut berlangsung.
Adanya genosida sebagai bentuk pelanggaran HAM berat di Rwanda yang telah melanggar hukum internasional membuat PBB sebagai lembaga yang menjaga perdamaian dan keamanan dunia harus bertindak untuk menghentikan pelanggaran tersebut. Langkah PBB untuk menghentikan konflik di Rwanda yaitu dengan mengeluarkan berbagai resolusi. Tahun 1994 Dewan Keamanan PBB kembali membentuk resolusi Nomor 955 yang memutuskan dibentuknya suatu pengadilan internasional untuk Rwanda atau The International Criminal Tribunal For Rwanda (ICTR) serta terbentuknya Statuta ICTR sebagai sumber hukum pengadilan
14 tersebut.
ICTR dibuka sejak tahun 1995 dan terletak di Arusha, Tanzania, dan memiliki kantor di Kigali, Rwanda. Sedangkan Majelis Banding terletak di Den Haag,
15
16 Belanda. Penegakan hukum ICTR berdasarkan pada Statuta ICTR. Statuta
ICTR menyatakan bahwa ICTR memiliki yurisdiksi material untuk mengadili 9 kejahatan-kejahatan internasional yang mencakup genosida, kejahatan terhadap
M. Cherif Bassiouni, The Commission of Experts Established Pursuant to Security Council Resolution 780: Investigating Violations of International Humanitarian Law in The Former
Yugolsavia, dalam Roger S. Clark dan Madeleine Sann, The Prosecution of International Crimes,
Transaction Publishers, New Jersey, 1996, hlm. 64. 10 Machteld Boot, Nullum Crimen Sine Lege and The Subject Matter Jurisdiction of The International Criminal Court, Genocide, Crimes Against Humanity, War Crimes, Intersentia, 11 Leiden, 2001, hlm. 237-242. 12 diakses pada 19 Oktober 106, jam 13 14:16 WIBdiakses pada 19 Oktober 2016,
14 jam 14:42 WIB diakses pada 29 Agustus 2016, jam 19:25 WIB.Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 kemanusiaan, kejahatan perang yang berwujud pelanggaran terhadap pasal-pasal
17 Konvensi Jenewa 1949 dan terhadap Protokol Tambahan II. Adapun organ-organ
yang terdapat dalam struktur kerja ICTR sama halnya dengan ICTR yaitu Registry
18 (organ administratif) , Chambers (Hakim) dan Prosecutors (Jaksa).
Keberhasilan dari kinerja ICTY dan ICTR dalam mengadili pelaku kejahatan internasional menimbulkan keyakinan masyarakat dunia tentang pentingnya keberadaan pengadilan pidana. Namun dikarenakan ICTY dan ICTR yang merupakan suatu pengadilan yang bersifat sementara atau ad hoc semakin menandakan bahwa dunia membutuhkan adanya pengadilan pidana internasional yang bersifat permanen. Sehingga pada tahun 1995 Majelis Umum PBB membentuk panitia yang bertugas utuk merancang Statuta Roma yaitu UN
Preparatory Committee on the Establishment of International Criminal Court
19
(PrepCom). Hasil kerja Prepcom pada akhirnya dibicarakan pada konferensi yang
diadakan oleh PBB pada tanggal 15 Juni hingga 17 Juli 1998 di Roma yang dihadiri oleh 160 negara di dunia untuk membentuk suatu pengadilan pidana internasional yang bersifat permanen dan independen, yaitu International Criminal Court (ICC)
20 atau Mahkamah Pidana Internasional dan Statuta Roma.
Statuta Roma 1998 terdiri atas 128 pasal, sedangkan yurisdiksi ICC meliputi kejahatan paling serius yang menjadi perhatian internasional, hal ini diperjelas dalam Pasal 5 bahwa yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional hanya terbatas
21
22
pada kejahatan agresi , kejahatan perang , kejahatan genosida, dan kejahatan
23
terhadap kemanusiaan. Adapun struktur organ yang terdapat pada ICC berbeda dengan organ pada pengadilan ad hoc ICTY dan ICTR dimana pada ICC terdapat lebih banyak organ yaitu Presidency (Lembaga Kepresidenan), Divisions (Divisi- divisi), Office of the Prosecutor (Kantor Penuntut Umum), Registry
24 (Kepaniteraan).
17 18 Pasal 2, 3, 4, Statuta ICTR 19 diakses pada 1 Februari 2017, jam 19:08 WIB Arie Siswanto, Yurisdiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional, Bogor: Ghalia 20 Indonesia, 2005, hlm.8 21 diakses pada 29 Agustus 2016, jam 19:43 WIB
Kejahatan Agresi adalah penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu negara yang menyerang
keadulatan, integritas territorial atau kemerdekaan politik negara lain, atau cara-cara lain yang bertentangan dengan Piagam PBB. Thalis Noor, Agresi dan Kejahatan Terhadap Perdamaian, 22 Supremasi Hukum, Jurnal Supremasi Hukum, Vol. 3, No. 1, Juni 2014, hlm. 39 Kejahatan Perang adalah suatu perbuatan terdiri dari perbuatan pembunuhan yang dilakukan dengan sadar; penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, termasuk percobaan biologis; secara sadar menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau kesehatan; perusakan meluas dan perampasan hak-milik, yang tidak dibenarkan oleh kebutuhan militer dan dilakukan secara tidak sah dan tanpa alasan. Pasal 8 Statuta RomaJurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Pentingnya keberadaan pengadilan internasional ICTY, ICTR dan ICC dalam menangani kejahatan internasional dikarenakan pengadilan nasional tidak dapat diandalkan untuk merespon kejahatan internasional secara patut. Hal tersebut dapat terjadi ketika pengadilan nasional mengalami kerusakan struktur dan sistem. Kerusakan struktur dan sistem pengadilan nasional dapat terjadi pasca suatu negara dilanda konflik yang serius seperti yang terjadi pada saat konflik di Yugoslavia dan
25 Rwanda. Situasi seperti ini disebut sebagai ketidakmampuan (unability) suatu
pengadilan nasional dalam mengadili pelaku kejahatan internasional. Pentingnya keberadaan dua pengadilan pidana ad hoc dengan kedua statutanya yang dibentuk melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB dan ICC yang dibentuk dengan Statuta Roma 1998 untuk mengadili orang-orang yang melakukan kejahatan internasional mendorong penulis untuk menulis tentang “Studi Perbandingan International
Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia (ICTY), The International Criminal
Tribunal For Rwanda (ICTR) dan International Criminal Court(ICC)”.
II.PEMBAHASAN A. Pembentukan, yurisdiksi, dan struktur ICTY, ICTR dan ICC 1. International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia (ICTY)
International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia atau ICTY merupakan
pengadilan internasional yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB sebagai respon adanya konflik dan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di negara bekas Yugoslavia. Konflik diawali pada tahun 1980 saat presiden Yugoslavia Josip Broz Tito wafat terjadi berbagai konflik dan diskriminasi etnis di Yugoslavia, bahkan konflik tersebut berdampak pada perekonomian Yugoslavia yang berujung pada
26
krisis ekonomi dan politik. Semakin buruknya krisis ekonomi yang terjadi di Yugoslavia memunculkan keinginan bagi negara-negara bagian Yugoslavia untuk memisahkan diri, hal tersebut diawali oleh Slovenia lalu Kroasia dan kemudian
27 Bosnia. Namun saat Bosnia menyatakan kemerdekaannya terjadi penyerangan
yang dilakukan Serbia. Penyerangan yang dilakukan oleh Serbia terhadap Bosnia bukan merupakan penyerangan biasa, melainkan pada penyerangan tersebut terjadi berbagai pelanggaran HAM berat seperti Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Penyerangan ini merenggut nyawa sekitar 100.000 orang dan mengakibatkan lebih dari dua juta orang yang mengungsi. Terjadinya pelanggaran HAM berat tersebut 25 menjadi perhatian Dewan Keamanan PBB karena mengancam keamanan dan 26 Arie Siswanto, Hukum Pidana Internasional, Yogyakarta: ANDI, 2015, hlm. 298
diakses pada 17 Desember 2016, jam
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 perdamaian dunia. Sehingga sejak tahun 1991 hingga 1998 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan berbagai resolusi untuk menjaga perdamaian di wilayah
28 Yugoslavia. Tahun 1993 PBB mendirikan suatu pengadilan internasional untuk
menuntut individu yang bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi di Yugoslavia yaitu International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia atau
ICTY. Pada proses pembentukan ICTY Dewan Keamanan PBB mengeluarkan berbagai resolusi sejak tahun 1991. Berikut beberapa resolusi PBB dalam upaya pembentukan ICTY: a.
Resolusi Nomor 713 tahun 1991: Resolusi ini berisi tentang embargo senjata di Yugoslavia yaitu terhadap semua pengiriman senjata dan peralatan militer.
b.
Resolusi Nomor 771 tahun 1992: berisi tentang kecaman PBB atas pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di wilayah bekas Yugoslavia.
c.
Resolusi Nomor 780 tahun 1992: berisi bahwa Dewan Keamanan telah membentuk suatu komisi ahli untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada negara bekas Yugoslavia.
d.
Resolusi Nomor 808 tahun 1993: Resolusi ini berisi tentang upaya Dewan Keamanan PBB untuk mendirikan International Tribunal (bekas Yugoslavia).
e.
Resolusi Nomor 827 tahun 1993: Resolusi ini menyebutkan bahwa Dewan Keamanan PBB telah membentuk International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia (ICTY).
Dengan demikian, ICTY dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan No. 827 Tahun 1993, dengan tujuan untuk menghukum para pelaku kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi sejak 1 Januari 1991 di wilayah bekas Negara Yugoslavia. Pembentukan ICTY oleh Dewan Keamanan
29 PBB ini didasarkan pada Chapter VII Piagam PBB. Sedangkan tonggak kerja
ICTY berdasarkan pada Statuta ICTY yang disahkan pada tanggal 25 Mei 1993
30
oleh PBB. Sementara itu, aspek-aspek yang berkaitan dengan yurisdiksi ICTY termuat dalam statuta ICTY adalah sebagai berikut.
a.
Yurisdiksi material: Pelanggaran berat terhadap the Geneva Convention of
1949 , pelanggaran terhadap hukum atau kebiasaan perang, Genosida dan
31 kejahatan terhadap kemanusiaan.
32 b.
Yurisdiksi temporal: Kejahatan yang dilakukan sejak 1 Januari 1991.
28 29 diakses pada 15 Desember 2016, jam 17:43 WIB Made Darma Weda, Pengecualian Asas Legalitas dalam Hukum Pidana, Jurnal Hukum dan Peradilan , Vol. 2 No. 2, Juli 2013, Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, Jakarta, hlm. 30 209-210. diakses pada 28 February 2017, jam 10: 33 WIB
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 c.
Yurisdiksi teritorial: Selain itu sebagaimana termuat dalam pasal 8 Statuta
ICTY yurisdiksi teritorial atau wilayah kewenangan ICTY mencakup wilayah
33 bekas Yugoslavia.
d.
Yurisdiksi personal: Untuk yurisdiksi personal, ICTY berwenang mengadili
34 individu.
Pada proses hukumnya ICTY mempekerjakan sekitar 1.200 staff dan terbagi menjadi 3 (tiga) komponen organisasi yaitu Chambers, terdiri dari hakim-hakim yang bekerja di pengadilan tingkat pertama dan pengadilan banding. Registry, merupakan organisasi yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan administrasi dari ICTY; Office of the Prosecutor (OTP), bertanggung jawab untuk melaksanakan
35 investigasi terhadap kejahatan, mengumpullkan bukti, dan menuntut tersangka.
2. International Criminal Tribunal for The For Rwanda (ICTR)
International Criminal Tribunal for The For Rwanda atau ICTR merupakan
pengadilan internasional yang di dirikan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai bentuk respon adanya konflik dan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di
36
negara Rwanda. Konflik diawali pada tahun 1994 saat Presiden Rwanda Juvenal
37 Habyarimana tewas tertembak di pesawat terbang. Sejak saat itu mulai terjadi
berbagai pembunuhan masal yang dilakukan oleh etnis mayoritas di Rwanda yaitu suku Hutu terhadap Etnis minoritas di Rwanda yaitu suku Tutsi. Pembunuhan masal ini yang terjadi selama 100 hari pada bulan April-Juli 1994. Lebih dari 800.000 warga sipil suku Tutsi dan moderat suku Hutu tewas dalam peristiwa tersebut, selain itu 2.000.000 warga Rwanda melarikan diri selama setelah genosida tersebut
38 berlangsung.
Adanya genosida sebagai bentuk pelanggaran HAM berat di Rwanda yang juga melanggar hukum internasional membuat PBB sebagai lembaga yang menjaga perdamaian dan keamanan dunia harus bertindak untuk menghentikan pelanggaran HAM tersebut. Selain itu PBB juga mengeluarkan beberapa resolusi dalam rangka menghentikan konflik yang terjadi di Rwanda yang menghasilkan beberapa lembaga dan juga perjanjian. Salah satu lembaga yang dibentuk oleh PBB adalah pengadilan internasional yang mengadili pelaku kejahatan internasional di Rwanda yaitu International Criminal Tribunal for The For Rwanda atau ICTR sebagai 33 respon utama Dewan Keamanan PBB terhadap semakin buruknya pelanggaran 34 Pasal 8 Statuta ICTY 35 Arie Siswanto, Hukum Pidana Internasional, Loc.,Cit. 36 diakses pada 19 Oktober 2016, jam 37 11:39 WIB
diakses pada 19 Oktober 106, jam
14:16 WIB
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
39 HAM di Rwanda. Pada proses pembentukan ICTR, PBB mengeluarkan beberapa
resolusi lainnya sebelum membentuk ICTR. Resolusi-resolusi tersebut yaitu sebagai berikut: a.
Resolusi Nomor 812 tahun 1993: Dalam resolusi berisi tentang terbentuknya
Arusha Accord. Arusha Accord merupakan perjanjian perdamaian di Rwanda
yang ditandatangani pada bulan Agustus 1993, namun perjanjian tersebut
40 gagal.
b.
Resolusi Nomor 846 tahun 1993: Dalam resolusi berisi tentang terbentuknya UNOMUR, yaitu merupakan lembaga penjaga perdamaian yang didirikan untuk mengawasi perbatasan antara Uganda dan Rwanda dan untuk memastikan bahwa tidak ada bantuan militer yang diberikan kepada Rwanda. UNOMUR
41 secara resmi ditutup pada 21 September 1994.
c.
Resolusi Nomor 872 tahun 1993: Dalam resolusi berisi tentang terbentuknya UNAMIR, yaitu lembaga penjaga perdamaian yang dibentuk PBB untuk membantu pelaksanaan Perjanjian Arusha. UNAMIR secara resmi ditutup pada
42 8 Maret 1996.
d.
Resolusi Nomor 935 tahun 1994: Pada resolusi berisi tentang terbentuknya panel ahli untuk menganalisis terjadinya genosida dan pelanggaran HAM di Rwanda e. Resolusi Nomor 955 tahun 1994: Terbentuknya ICTR dan Statuta ICTR
Dengan demikian, ICTR terbentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 955 tahun 1994 sebagai upaya PBB untuk menuntut pertanggungjawaban individu terhadap kejahatan internasional yang terjadi di Rwanda. ICTR dibuka sejak tahun 1995 dan terletak di Arusha, Tanzania, dan memiliki kantor di Kigali,
43 Rwanda. Sedangkan Majelis Banding ICTR terletak di Den Haag, Belanda.
Tonggak kerja ICTR dan penegakan hukum pada ICTR berdasarkan pada Statuta
44
45 ICTR. Berdasarkan statuta, ICTR memiliki yurisdiksi sebagai berikut: a.
Yurisdiksi material: ICTR memiliki yurisdiksi untuk mengadili kejahatan- kejahatan internasional yang mencakup genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang yang berwujud pelanggaran terhadap pasal-
46 39 pasal konvensi-konvensi jenewa 1949 dan terhadap protokol tambahan II. 40 legal.un.org/avl/ha/ictr/ictr.html, diakses pada 20 Oktober 2016, jam 17:01 WIB
diakses pada 15 Desember 2016, jam 19:34 41 WIB diakses pada 28 42 Februari 2017, jam 14:46 WIB
diakses pada 28 Februari 2017, 43 jam 14:55 WIB 44 diakses pada 20 Oktober 2016, jam 17:15 WIB Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 b.
Yurisdiksi temporal: ICTR memiliki kewenangan untuk mengadili kejahatan- kejahatan yang dicakup dalam Statuta yang terjadi tanggal 1 Januari 1994
47 sampai dengan 31 Desember 1994.
c.
Yurisdiksi teritorial: Yurisdiksi ICTR meliputi wilayah Rwanda dan juga menjangkau wilayah di negara-negara tetangga Rwanda sepanjang kejahatan
48 internasional dilakukan oleh warga negara Rwanda.
d.
Yurisdiksi personal: ICTR memiliki kompetensi untuk mengadili individu
49 warga negara Rwanda.
Pada ICTR terdapat tiga organ fungsional utama yaitu Chambers, Prosecutors, dan
50 Registry . Terdapat dua jenis Chambers di dalam ICTR, yaitu Trial Chambers dan
Appeals Chamber . Saat ini dalam struktur ICTR terdapat 3 Trial Chambers yang
memiliki fungsi utama memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang diajukan kepadanya oleh Prosecutors. Sedangkan Appeals Chamber memiliki fungsi memeriksa permohonan banding atas putusan Trial Chamber. Secara keseluruhan, ada 16 orang hakim yang berada dalam struktur Chambers, yang berasal dari negara-negara yang berbeda. Hakim-hakim tersebut dipilih oleh Majelis Umum
51 PBB berdasarkan usulan Dewan Keamanan.
3. International Criminal Court (ICC)
Mahkamah Pidana Internasional (atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai
International Criminal Court atau ICC) adalah pengadilan tetap dan independen
pertama yang mampu melakukan penyelidikan dan mengadili setiap orang yang
melakukan pelanggaran terberat terhadap hukum humaniter internasional, seperti
52 kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan, pembunuhan dan tindakan agresi.
Terbentuknya ICC tidak terlepas dari keberhasilan pengadilan internasional ad hoc
ICTY dan ICTR. Dengan adanya pengadilan internasioal yang bersifat ad hoc atau
sementara menandakan masyarakat dunia membutuhkan adanya pengadilan
internasional yang bersifat permanen dan independen untuk menegakkan keadilan. Atas desakan dari beberapa negara, ILC (International Law Comission) menyusun dan menyelesaikan draft pembentukan mahkamah kejahatan internasional permanen. Selanjutnya, Majelis Umum PBB membentuk suatu komisi ad hoc
53
khusus untuk membicarakan draft yang disusun oleh ILC. Sehingga pada tahun 47 1995 dibentuklah UN Preparatory Committee on the Establishment of International 48 Pasal 1 ICTR 49 Ibid 50 Pasal 1 dan 5 ICTR 51 diakses pada 2 Maret 2017, jam 11:12 52 Ibid.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional, “Mengenal ICC (Mahkamah
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
54 Criminal Court (PrepCom) dengan mandat untuk merancang Statuta Roma.
Setelah mengadakan serangkaian pertemuan hasil kerja Prepcom tentang pembentukan ICC dan Statuta Roma pada akhirnya dibicarakan pada suatu konferensi internasional yang diadakan oleh PBB pada tanggal 15 Juni hingga 17 Juli 1998 di Roma yang dihadiri oleh 160 negara di dunia dan 200 LSM. Setelah
melakukan perundingan intensif selama lima minggu, 120 negara memilih
55
mendukung mengadopsi Statuta Roma ICC, dan 21 negara abstain . Statuta Roma
1998 terdiri atas 128 pasal, berdasarkan statuta yurisdiksi ICC terdiri dari sebagai berikut: a.
Yurisdiksi material: Mahkamah Pidana Internasional hanya terbatas pada kejahatan agresi, kejahatan perang, kejahatan genosida, dan kejahatan terhadap
56 kemanusiaan.
b.
Yurisdiksi temporal: Statuta Roma 1998 menentukan bahwa pada prinsipnya
ICC berwenang mengadili kejahatan internasional yang terjadi setelah Statuta Roma 1998 berlaku efektif yaitu pada 1 Juli 2002 saat 60 negara telah
57 meratifikasi Statuta Roma.
c.
Yurisdiksi personal: ICC dapat mengadili individu di atas umur18 tahun pada
58 saat kejahatan dilakukan.
d.
Yurisdiksi teritorial: Berdasarkan Statuta Roma ICC dapat menjalankan kewenangannya atas siapapun (baik warga dari negara pihak Statuta Roma 1998 ataupun bukan warga) sepanjang kejahatan dilakukan di wilayah Negara Pihak Statuta Roma 1998 dan ICC juga dapat menjalankan kewenangannya terhadap kejahatan internasional di wilayah negara manapun (baik wilayah Negara Pihak Statuta Roma 1998 ataupun bukan negara pihak) sepajang pelakunya adalah warga dari Negara Pihak. Selain itu, ICC juga memiliki kewenangan mengadili suatu peristiwa kejahatan internasioal pada negara bukan negara pihak dan tersangka pelakunya juga tidak berasal dari negara pihak namun dengan rujukan dari Dewan Keamanan PBB sebagaimana yang termuat dalam Pasal 13 Statuta
59 Roma 1998.
Adapun struktur organ yang terdapat pada ICC berbeda dengan organ pada pengadilan ad hoc ICTY dan ICTR dimana pada ICC terdapat lebih banyak organ yaitu Presidency (Lembaga Kepresidenan), Divisions (divisi-divisi), Office of the
60 Prosecutor (Kantor Penuntut Umum), dan Registry (kepaniteraan).
a) Presidency: Menurut Statuta Roma 1998 pada dasarnya ICC memiliki 18 54 hakim. Lembaga Kepresidenan ini mengurusi semua hal yang berkaitan dengan 55 Ibid. 56 diakses pada 29 Agustus 2016, jam 19:43 WIB 57 Pasal 5 Statuta Roma 58 Arie Siswanto, Hukum Pidana Internasional, Op.,Cit, hlm. 340
Pasal 25 dan 26 Statuta Roma
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 pelaksanaan fungsi ICC, kecuali fungsi penuntutan yang berada di tangan
61 Prosecutor .
b) Divisions: Secara struktural, hakim-hakim yang ada dalam ICC diorganisasikan ke dalam tiga divisi judisial yaitu Pre-Trial Divisions, Trial Division dan
62 Appeals Divisions .
c) Office of the Prosecutor: Fungsi utama organ ini adalah melakukan penyelidikan atas dugaan terjadinya kejahatan internasional dan melakukan penuntutan terhadap pelakunya. Prosecutor dipilih oleh Majelis negara-negara
63 pihak untuk masa jabatan 9 tahun.
Berdasarkan atas uraian yang telah dijelaskan pada proses pembentukan ICTY,
ICTR dan ICC, ketiga pengadilan tersebut memiliki yurisdiksi yang berbeda yakni pada yurisdiksi material, yurisdiksi personal, yurisdiksi temporal, dan yurisdiksi teritorial. Berdasarkan hal tersebut maka perbedaan yurisdiksi ICTY, ICTR dan
ICC dapat dimuat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Perbandingan yurisdiksi ICTY, ICTR, dan ICC
Yurisdiksi
ICTY
ICTR
ICC Yurisdiksi Pelanggaran Genosida, kejahatan Kejahatan agresi,
berat terhadap kemanusiaan, kejahatan perang,
Material
terhadap the kejahatan perang yang kejahatan genosida,
Geneva berwujud pelanggaran dan kejahatan terhadap Convention terhadap pasal-pasal kemanusiaan. of 1949 , konvensi-konvensi
pelanggaran jenewa 1949 dan terhadap terhadap protokol hukum atau tambahan II. kebiasaan perang, Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Yurisdiksi Individu Individu Individu dengan usia
Personaldiatas 18 tahun. Sejak 1 Tanggal 1 Januari 1994 Setelah Statuta Roma
Yurisdiksi
Temporal Januari 1991 sampai dengan 31 1998 berlaku efektif
61 Desember 1994. yaitu pada 1 Juli 2002 Pasal 38 ayat (1) Statuta Roma 1998.Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 dan saat suatu negara telah menjadi pihak dari Statuta Roma setelah Statuta Roma berlaku efektif.
Yurisdiksi Wilayah Wilayah Rwanda dan Kejahatan
Teritorial bekas juga menjangkau Internasional yang
Yugoslavia. wilayah di negara- terjadi di wilayah negara tetangga Negara Pihak Statuta Rwanda sepanjang Roma, Kejahatan kejahatan internasional Internasional yang yang dicakup ICTR di dilakukan warga wilayah negara tetangga negara pihak Statuta itu dilakukan oleh Roma, dan wilayah warga negara Rwanda. atas rujukan Dewan
Keamanan PBB.
B. Persamaan dan perbedaan Statuta ICTY, Statuta ICTR, dan Statuta Roma 1. Perbandingan Statuta ICTY dan Statuta ICTR
Statuta merupakan salah satu bentuk dari instrumen hukum internasional, biasanya statuta digunakan sebagai instrumen dari perjanjian yang akan membentuk dan
1
melandasi suatu organisasi internasional. Sama halnya dengan definisi dari statuta, Statuta ICTY dan Statuta ICTR merupakan perjanjian yang melandasi terbentuknya pengadilan internasional ICTY dan ICTR. Meskipun kedua statuta ini dibentuk saat waktu yang berbeda, namun pada dasarnya substansi pada Statuta ICTY dan Statuta
ICTR memiliki kesamaan meskipun terdapat sedikit perbedaan. Seperti pada jumlah pasal, dalam Statuta ICTY memuat 34 pasal sedangkan dalam Statuta ICTR memuat 32 pasal. Secara umum seluruh proses baik pembuktian, dakwaan, persidangan, maupun banding antara ICTY dan ICTR memiliki proses yang sama sebagaimana yang termuat dalam ketentuan pasal Statuta ICTY dan Statuta ICTR. Namun meskipun terdapat banyak kesamaan pada kedua statuta ini, terdapat pula beberapa perbedaan antara Statuta ICTY dan Statuta ICTR. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Tabel 1 antara ICTY dan ICTR terdapat perbedaan pada yurisdiksi temporal, yurisdiksi teritorial, dan yurisdiksi material dan kesamaan pada yurisdiksi personal.
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Namun dalam pasal-pasal Statuta ICTY maupun Statuta ICTR terdapat beberapa perbedaan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.
Baik dalam Statuta ICTY maupun Statuta ICTR terdapat yurisdiksi material tentang Konvensi Jenewa 1949 namun dalam Statuta ICTR pengaturan tentang kejahatan perang hanya termuat dalam satu pasal yakni Pasal 4 yurisdiksi material ICTR yang mencakup pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa 1949 tetapi juga mencakup Protokol Tambahan II 1949.
2 Namun berbeda dengan
Statuta ICTR, dalam Statuta ICTY ketentuan mengenai kejahatan perang termuat dalam dua pasal berbeda yaitu pada Pasal 2 tentang pelanggaran berat Konvensi Jenewa 1949 dan Pasal 3 tentang pelanggaran hukum dan kebiasaan perang.
b.
Kualifikasi dan pemilihan hakim dalam Statuta ICTR diatur dalam Pasal 12, sedangkan pada Statuta ICTY kualifikasi dan pemilihan hakim diatur lebih terperinci dan terpisah pada sub pasal yaitu pada Pasal 13, Pasal 13bis, Pasal 13ter, dan Pasal 13quarter.
c.
Selain itu perbedaan lainnya terdapat pada pengaturan tentang hak istimewa dan kekebalan. Pada Statuta ICTR pengaturan tentang hak istimewa dan kekebalan tidak diatur dalam satu pasal melainkan diatur dalam Pasal 28 tentang bantuan dan kerjasama pengadilan. Namun dalam Statuta ICTY pengaturan tentang hak istimewa dan kekebalan diatur dalam satu pasal terpisah yakni dalam Pasal 30.
d.
Adapun perbedaan lainnya tentang kedudukan dari masing-masing pengadilan.
Dalam Statuta ICTR tidak termuat secara tertulis tentang kedudukan ICTR, namun kedudukan ICTR termuat dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 977 tahun 1995 yaitu di Arusha, Tanzania. Sedangkan kedudukan ICTY termuat secara tertulis dalam Statuta ICTY yaitu pada Pasal 31 yang menyebutkan bahwa kedudukan ICTY di Den Haag, Belanda.
2. Perbandingan Statuta ICTY, Statuta ICTR, dan Statuta Roma
Berdasarkan perbandingan Statuta ICTY dan Statuta ICTR sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, antara kedua statuta tidak terlalu tampak banyak perbedaan yang signifikan. Bahkan dapat dikatakan ketentuan sistem peradilan pada ICTY dan
ICTR yang termuat dalam kedua statutanya adalah sama. Namun hal berbeda terjadi jika Statuta ICTY dan ICTR dibandingkan dengan Statuta Roma. Berdasarkan jumlah pasal pada Statuta ICTY dan ICTR tidak jauh berbeda yaitu 34 dan 32 pasal sedangkan pada Statuta Roma terdiri dari 128 pasal dan 13 bagian.
3
2 Protokol Tambahan II merupakan bagian dari Hukum Jenewa pada Hukum Humaniter Internasional yang dimaksudkan untuk menyempurnakan kinerja dari empat Konvensi Jenewa.
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 Berdasarkan 13 bagian yang terdapat dalam Statuta Roma, pada dasarnya terdapat kesamaan dengan yang termuat dalam Statuta ICTY maupun Statuta ICTR. Persamaan tersebut terletak pada prosedur umum persidangan, dimana pada ICC
4
prosedur rinci persidangan ditetapkan oleh Statuta Roma dan RPE, sedangkan pada penentuan prosedur perlindungan hukum saat proses persidangan mengacu pada kandungan dari Bill of Rights Amerika Serikat. Sama halnya dengan Statuta Roma yang menerapkan prosedur tersebut, Statuta ICTY dan Statuta ICTR juga
5
menerapkan prosedur yang sama saat persidangan berlangsung. Selain itu pada pengadilan internasional ICTY dan ICTR maupun ICC memiliki kesamaan untuk tidak menerapkan adanya hukuman mati dan hanya menerapkan hukuman penjara
6 seumur hidup.
Namun bila diamati lebih jauh ketentuan dalam Statuta Roma dan Statuta ICTY dan
ICTR sangat berbeda. Hal tersebut didasari pada sifat dan proses pembentukan
ICTY, ICTR dan ICC. Sebagaimana diketahui pengadilan internasional ICTY dan
ICTR merupakan pengadilan yang bersifat ad hoc atau sementara yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB dikarenakan adanya konflik berkepanjangan yang melanggar hak asasi manusia. Sedangkan ICC merupakan pengadilan internasional yang bersifat permanen dan dibentuk oleh konfrensi negara-negara di dunia. Dengan demikian, hal tersebut yang mendasari perbedaan ICTY, ICTR, dan ICC. Namun karena sifat dan proses pembentukannya yang sama, menjadikan ICTY dan
ICTR memiliki berbagai kesamaan, namun ICTY dan ICTR memiliki berbagai perbedaan dengan ICC. Perbedaan tersebut meliputi berbagai aspek, seperti yang telah disebutkan diatas secara yurisdiksi tentu ketiga pengadilan ICTY, ICTR, dan
ICC memiliki masing-masing kedaulatan yang berbeda baik itu yurisdiksi material, yurisdiksi personal, yurisdiksi temporal dan yurisdiksi teritorial. Namun terdapat perbedaan lainnya antara Statuta ICTY, ICTR dan Statuta Roma yang dapat ditinjau melalui beberapa aspek sebagaimana yang termuat dalam Tabel 2 yaitu sebagai berikut: Tabel 2. Perbandingan ketentuan dalam Statuta ICTY, Statuta ICTR dan Statuta Roma
Statuta ICTY Statuta ICTR Statuta Roma Struktur organ Chambers, Chambers, Presidency
Registry , dan Registry , dan Divisions , Office Office of the Office of the of the Prosecutor 4 Prosecutors. Prosecutors. dan Registry. 5 Statuta Roma Bagian 6 Pasal 62-76
Coalition for the International Criminal Court, Fact Sheet The International Criminal Court and
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
1
2 Prinsip umum Non bis in idem Non bis in idem Nullum crimen hukum pidana sine lege, nulla poena sine lege, ratione personae
non-retroaktif, tanggung jawab pidana perorangan, tidak relevannya jabatan resmi, tidak dimasukkannya jurisdiksi atas orang-orang di bawah delapan belas tahun, tanggung jawab komandan dan atasan lainnya, tidak dapat- diterapkannya ketentuan pembatasan, unsur mental, alasan penghapusan tanggung jawab pidana, kekeliruan fakta atau kekeliruan penerapan hukum, dan perintah atasan dan ketentuan
3 hukum.
Permohonan Permohonan Permohonan Permohonan
banding dapat banding dapat banding dapat
banding
diajukan jika diajukan jika diajukan jika terjadinya terjadinya terjadinya kesalahan fakta kesalahan fakta kesalahan
1 Pasal 10 Statuta ICTY
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 dan kesalahan hukum.
Jaksa memulai penyelidikan suatu kasus atas dasar informasi dan sumber manapun, termasuk pemerintah, organ PBB, LSM dan organisasi baik NGO maupun IGOs.
4 Pasal 25 Statuta ICTY 5 Pasal 24 Statuta ICTR 6 Pasal 81 Statuta Roma 7 Resolusi No. 827 thn 1993 8 Resolusi No. 955 thn 1994 9 Pasal 16 Statuta Roma 10 Pasal 18 Statuta ICTY
Diatur secara luas dalam satu bagian
Tidak diatur secara luas, hanya Tidak diatur secara luas, hanya
12 Kewajiban melakukan kerjasama
penyelidikan atas rujukan dari negara pihak Statuta Roma, Dewan Keamanan PB atau jaksa dapat menyelediki kasus tersebut atas inisiatifnya sendiri.
11 Jaksa memulai
penyelidikan suatu kasus atas dasar informasi dan sumber manapun, termasuk pemerintah, organ PBB, LSM dan organisasi baik NGO maupun IGOs.
9 Prosedur penyerahan kasus
4
dapat melaporkan kasus kepada ICC dan menunda menyelidiki suatu kasus untuk jangka waktu 12 bulan.
8 Dewan Keamanan
Keamanan memiliki beberapa peran seperti menentukan yurisdiksi, bertindak sebagai alat untuk mengamankan negara-negara agar dapat bekerjasama, dan memilih hakim sementara maupun hakim permanen.
Dewan Keamanan memiliki beberapa peran seperti menentukan yurisdiksi, bertindak sebagai alat untuk mengamankan negara-negara agar dapat bekerjasama, dan memilih hakim sementara maupun hakim permanen.
6 Peran Dewan Keamanan PBB
prosedur, fakta dan kesalahan hukum.
5
dan kesalahan hukum.
7 Dewan
10 Jaksa memulai
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 dalam satu pasal.
dalam satu pasal.
14
yaitu dari Pasal 86 hingga Pasal 102.
Pendanaan Perserikatan
15 Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Bangsa-Bangsa
16 Negara-negara
Pihak yang telah meratifikasi Statuta Roma.
17 Prosedur amandemen
Berdasarkan pada voting yang dilakukan Dewan Keamanan PBB.
voting yang dilakukan Dewan Keamanan PBB.
13
berlakunya Statuta Roma.
20 III. PENUTUP
18 Berdasarkan pada
1. Proses pembentukan ICTY, ICTR, dan ICC dilakukan melalui mekanisme yang berbeda. ICTY dan ICTR dibentuk berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, sedangkan ICC dibentuk melalui konferensi internasional 2. Pengaturan yurisdiksi ICTY, ICTR, dan ICC terdapat perbedaan dalam ruang lingkup yurisdiksi material, yurisdiksi teritorial, yurisdiksi personal, dan yurisdiksi temporal. Sedangkan dalam hal struktur organ menunjukan bahwa
ICTY dan ICTR memiliki kesamaan identik yang terdiri dari chambers,
registry , dan office of prosecutors. Sementara struktur organ ICC berbeda
dengan ICTY dan ICTR, dimana struktur organ ICC terdiri dari presidency divisions, registry , dan office of prosecutors.
3. Perbandingan Statuta ICTY, Statuta ICTR, dan Statuta Roma menunjukan persamaan maupun perbedaan dalam beberapa aspek. Dalam hal persamaannya:
Pertama, penggunaan prosedur umum persidangan; Kedua, prosedur
perlindungan hukum saat proses persidangan berlangsung; Ketiga, secara substansi ketiga statuta tidak mengatur hukuman mati dalam pemidanaan terdakwa dan hanya menerapkan hukuman penjara seumur hidup. Dalam hal perbedaannya ketentuan yang termuat Statuta ICTY, Statuta ICTR dan Statuta Roma Perbedaan meliputi beberapa aspek yaitu struktur organ, muatan prinsip umum hukum pidana, permohonan banding, peran Dewan Keamanan PBB, 13 Pasal 29 Statuta ICTY 14 Pasal 28 Statuta ICTR 15 Pasal 32 Statuta ICTY 16 Pasal 30 Statuta ICTR 17 Bagian 12, Pasal 113-118 Statuta Roma 18 Coalition for the International Criminal Court, Op., Cit, hlm 3
Dari pembahasan dan penguraian fakta-fakta yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
19 Setelah tujuh tahun
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 prosedur penyerahan kasus, kewajiban melakukan kerjasama, pendanaan dan prosedur amandemen.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Adolf, Huala. 2014. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar Grafika
Coalition for the International Criminal Court, Fact Sheet The International
Criminal Court and Ad Hoc International Criminal Tribunals , Den
Haag: ICC, 2005 Donald E. Miller and Lorna Touryan Miller. 2004. Orphans of the Rwanda Genocide . University of Southern California, Los Angeles.