FORMULASI KEBIJAKAN PENDIRIAN LEMBAGA PERADILAN KHUSUS HUBUNGAN INDUSTRIAL DI KABUPATEN BEKASI POLICY FORMULATION OF INDUSTRIAL RELATIONSHIP SPECIFIC JUDICIAL INSTITUTIONS IN BEKASI REGENCY
FORMULASI KEBIJAKAN PENDIRIAN LEMBAGA PERADILAN KHUSUS HUBUNGAN INDUSTRIAL DI KABUPATEN BEKASI POLICY FORMULATION OF INDUSTRIAL RELATIONSHIP SPECIFIC JUDICIAL INSTITUTIONS IN BEKASI REGENCY
Waluyo Zulfikar 1 dan Irwan Saleh Indrapradja 2
1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nurtanio Bandung
2 Fakultas Hukum Universitas Pasundan izoel007@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this study is to create a set of policies to eclipse the problem of Industrial relations dispute in Bekasi Regency. That have regional income from industry. Bekasi Regency is the largest industrial area in Indonesia, that’s problem makes more complex characteristics problem of society in Bekasi Regency. The More industrial sector in Bekasi Regency give the impact of high industrial relations disputes problem in Bekasi Regency. That is indicated the continuous increase of disputes between workers and employers in the jurisdictional area of industrial relations Bekasi Regency. This research uses descriptive method with qualitative approach. It aims will develop a proper policy concept to overcome industrial relations problems that occurred in Bekasi Regency. The results of this study indicate that the high case of industrial relations in PHI Bandung, is dominated from the jurisdiction of Cikarang District. The Cikarang District Court should have industrial relationship specific judicial institutions in bekasi regency. This is for the creation of law enforcement that is fair, fast and cheap.
Keywords: PHI, Industrial Relationship; Bekasi Regency
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat rangkaian kebijakan untuk mengatasi permasalahaan perselisihan hubungan industrial yang sering terjadi di Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi merupakan Kabupaten yang pendapatan asli daerahnya banyak disokong oleh keberadaan industri. Kabupaten Bekasi merupakan daerah industri terbesar di Indonesia, hal ini yang menyebabkan semakin majemuknya karakteristik masyarakat yang ada di Kabupaten Bekasi. Dengan semakin besarnya sektor industri di Kabupaten Bekasi hal ini berdampak pula pada tingginya permasalhaan perselisihan hubungan industrial di Kabupaten Bekasi. Hal ini ditunjukan dengan terus meningkatnya permasalahan perselisihan antara buruh dengan pengusaha setiap tahunnya di wilayah hukum pengadilah hubungan industrial Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan metoda penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, hal ini ditujukan untuk dapat menyusun satu konsep kebijakan yang tepat untuk mengatasi permasalahaan hubungan industrial yang sering terjadi di Kabupaten Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingginya perkara hubungan industrial di PHI Bandung didominasi perkara yang berasal dari wilayah hukum Pengadilan Negeri Cikarang. Sudah sepatutnya Pengadilan Negeri Cikarang menyelenggarakan perkara peradilan hubungan industrial sendiri dengan pengadilan hubungan industrial yang berlokasi di wilayah admininistratif Kabupaten Bekasi. Hal ini demi terciptanya penegakan hukum yang adil, cepat dan murah.
Kata kunci: PHI, Hubungan Industrial; Kabupaten Bekasi
PENDAHULUAN
pembangunan nasional adalah sebagai tantangan kedepan didalam mewujudkan
Di era industrialisasi dan globalisasi, sistem hukum nasional yang mantap adalah masalah perselisihan hubungan industrial mewujudkan sistem hukum nasional yang menjadi semakin meningkat dan kompleks, menjamin tegaknya supremasi hukum dan sehingga diperlukan institusi dan mekanisme HAM berdasarkan keadilan dan kebenaran. penyelesaian
perselisihan
hubungan
industrial yang cepat, tepat, adil, dan murah. Oleh karena itu secara umum pembangunan Sejalan dengan hal tersebut hubungan
dan pembinaan hubungan industrial serta industrial yang harmonis, dinamis, dan
hubungan usaha dengan pekerjaan telah berkeadilan perlu diwujudkan secara optimal
memperoleh landasan konstitusional dalam sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan
tertib hukum di Indonesia. Permasalahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Hal
ketenagakerjaan atau yang dikenal dengan tersebut dilihat dari tantangan rencana
istilah perselisihan hubungan industrial yang
Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 55 Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 55
memandang perlunya perselisihan yang berhubungan dengan hak,
pengkhususan dalam menangani perkara kepentingan, PHK dan antar Serikat Pekerja/
sebagai akibat dari jenis perkara yang pada Serikat Buruh dalam satu perusahaan.
dasarnya memerlukan penanganan khusus, Perselisihan tersebut muncul disebabkan
lemahnya kapasitas hakim, penanganan karena ketidaksepakatan dalam hal-hal
lambat serta adanya hubungan kerja, perjanjian kerja, peraturan
perkara
yang
masyarakat terhadap perusahaan
ketidakpercayaan
proses di pengadilan umum. Pengkhususan bersama selama masa kerja.
pengadilan khusus itu sendiri yang diatur oleh masing-masing undang-undang yang
Pada dasarnya hukum memiliki tujuan ideal mengaturnya, setidaknya terletak pada yaitu terciptanya keadilan bagi masyarakat. proses penanganan perkara yang memiliki Secara yuridis penegakkan hukum termasuk hukum acaranya sendiri, dan adanya hakim dilakukan oleh lembaga yang memiliki
ad hoc. Harapannya melalui pembentukan kewenangan di bidang kehakiman. Menurut pengadilan khusus ini, proses peradilan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Bab IX dapat berjalan lebih cepat dan mudah, diatur mengenai kekuasaan kehakiman.
memberikan keadilan dan Pasal 24 (1) Undang-Undang Dasar Tahun
sekaligus
kembali 1945 menyatakan “kekuasaan kehakiman kepercayaan masyarakat terhadap institusi peradilan.
meningkatkan
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk Undang-undang terkait adalah Undang- menyelenggarakan
peradilan
guna
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun menegakkan hukum dan ke adilan”. Dengan 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- demikian menurut pasal ini penyelenggaraan Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun peradilan adalah untuk penegakan hukum 1986 Tentang Peradilan Umum, Undang- dan keadilan. Kemudian dalam pasal 24 (2) disebutkan Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun “Kekuasaan kehakiman
2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia dan badan peradilan yang berada di Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan bawahnya dalam lingkungan peradilan Lembaran Negara Republik Indonesia umum,
Nomor 3989), dan Undang-Undang Republik lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah mahkamah konstitusi”. Serta Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
dalam pasal 24 (3) “badan-badan lain yang Ketenagakerjaan (diundangkan 25 Maret 2003), kemudian Undang-Undang Republik
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang kehakiman diatur dalam undang-undan g”.
Perselisihan Hubungan Pengadilan Khusus merupakan subsistem
Penyelesaian
Undang-undang Republik dari
Industrial,
Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang sendirinya
sistem peradilan
yang
dengan
Peraturan Perundang- kekuasaan kehakiman di bawah Mahkamah
Undang-Undang Republik Agung. Pembentukan pengadilan khusus ini
Undangan,
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang dimungkinkan sebagaimana diatur dalam
Daerah serta Undang- Pasal 27 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009
Pemerintahan
Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tentang
Tentang Rencana “Pengadilan Khusus hanya dapat dibentuk
Pembangunan Jangka Panjang Nasional dalam
salah satu
peradilan di bawah Mahkamah Agung”.
Undang-Undang Republik Dalam penjelasannya jenis pengadilan Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang khusus antara lain adalah: pengadilan anak,
Dilihat
dari
Bagian Kedelapan, pengadilan niaga, pengadilan hak asasi
Ketenagakerjaan
Penyelesaian Perselisihan manusia, pengadilan tindak pidana korupsi, Hubungan Industrial Paragraf 1 Perselisihan pengadilan
Industrial Pasal 136 (1) pengadilan perikanan yang berada di
Hubungan
perselisihan hubungan lingkungan
dilaksanakan oleh pengadilan pajak yang berada di lingkungan pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat peradilan tata usaha negara. pekerja/ serikat buruh secara musyawarah
industrial
wajib
Secara umum pembentukan pengadilan untuk mufakat, (2) Dalam hal penyelesaian khusus
tersebut dilatarbelakangi
oleh
secara
musyawarah untuk mufakat
56 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72 56 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72
banyak masalah seperti yang diungkapan buruh atau serikat pekerja/ serikat buruh
oleh para aktivis serikat buruh yang dalam menyelesaikan
Konferensi Praktisi Hukum Perburuhan 2008 industrial melalui prosedur penyelesaian
perselisihan
hubungan
yang dihelat Trade Union Right Centre perselisihan hubungan industrial yang diatur
(TURC) di kawasan Cipayung, Bogor pada dengan
2-5 Februari 2008. Misalnya, pengakuan sengketa ketenagakerjaan atau perselisihan
undang-undang.
Penyelesaian
Bambang Hermanto, Ketua DPC SBSI '92 hubungan industrial menjadi kompleks,
Berdasarkan pengalamannya sehingga untuk penyelesaiannya diperlukan
Medan.
beracara di PHI Medan, hanya tiga kasus institusi
yang berhasil dimenangkan. Sebanyak 12 penyelesaian perselisihan yang cepat, tepat,
yang mendukung
mekanisme
perkara lainnya selalu kandas karena adil dan murah. Yuridiksi Undang-Undang
masalah formal gugatan. Jika kandas Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004
ditingkat formalitas, maka kita ketahui khusus mengatur perundingan bipartit,
putusan hakim adalah gugatan tidak dapat arbitrase, konsiliasi, mediasi untuk masalah
diterima alias NO (Niet Ontvantkelijk sengketa ketenagakerjaan dan pengadilan
Verklaard). Beberapa permasalahan terkait hubungan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 pengadilan
Penyelesaian Perselisihan pengadilan negeri, berwenang memeriksa,
Hubungan Industrial (UU PPHI) tidak secara mengadili,
jelas dan lengkap mengatur mengenai waktu ketenagakerjaan
memutus
sengketa
penyelesaian perkara baik di tingkat PHI hubungan industrial.
atau
perselisihan
maupun MA. Buruh yang sudah tidak memiliki uang, harus berkali-kali mengikuti
Jiwa Undang-Undang
Perselisihan
persidangan di PHI. Jika tidak dikasasi, Hubungan Industrial No. 2 Tahun 2004 ini
di tingkat kasasi, adalah menjamin penyelesaian perselisihan eksekusinya sulit dilakukan. industrial menjadi adil, cepat, dan murah.
kalaupun
menang
Dengan berlakunya UU No. 2 Tahun 2004, Diberlakukannnya Undang-Undang Republik UU
Indonesia No. 2 tahun 2004 maka Undang- Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan
undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang UU No. 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Hubungan Kerja pada Perusahaaan Swasta
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 dinyatakan tidak berlaku lagi. Ini berarti UU
tentang Pemutusan Hubungan Kerja di No. 2 Tahun 2004 menghapus sistem
Perusahaan Swasta sudah tidak relevan penyelesaian perselisihan melalui P4P/D
hukum yang berlaku. (Panitia
dalam
sistem
Kemudian didalam pasal 59 (1) Undang- Perburuhan
Perselisihan
Perselisihan
Undang No. 2 tahun 2004 “Untuk pertama diputuskan karena sistem P4P/D dinilai
kali dengan undang-undang ini dibentuk sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan
Pengadilan Hubungan Industrial pada setiap masyarakat dan mekanisme penyelesaian
Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang perselisihan yang cepat, tepat, adil, dan
berada di setiap Ibukota Provinsi yang murah.
daerah hukumnya meliputi provinsi yang Berdasarkan laporan tahunan Mahkamah
bersangkutan”. Kemudian pada pasal 59 (2) Undang-undang tahun 2004 disebutkan
Agung Republik Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 1.417 perkara yang masuk ke
bahwa “Di Kabupaten/Kota terutama yang padat industri, dengan Keputusan Presiden
Pengadilan Hubungan
Industrial.
Sisa
dibentuk Pengadilan perkara tahun 2009 terdapat 452 perkara.
harus
segera
pada Pengadilan Sehingga jumlah perkara yang ditangani
Hubungan
Industrial
Negeri setempat”.
oleh PHI sebanyak 1.869 perkara. Dari
jumlah tersebut perkara yang berhasil Berdasarkan deskripsi di atas secara diselesaikan oleh Pengadilan Hubungan
eksplisit disebutkan bahwa fungsi peradilan Industrial
hubungan industrial ditujukan menegakkan Sebanyak 1.186 perkara selesai karena
melalui pengadilan. diputus dan 116 perkara selesai karena
keadilan
masalah atau dicabut. Sehingga sisa perkara yang pada
Penanggulangan
penyelesaian sengketa melalui pengadilan akhir Desember 2010 berjumlah 567 perkara
memiliki beberapa manfaat, yaitu: (30,34%). Namun dalam perjalannnya sejak
Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 57
1) Lembaga peradilan merumuskan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) yang norma-norma yang mempengaruhi
berdasarkan Undang-Undang atau
dibentuk
Nomor. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian sengketa-sengketa secara damai
mengawasi
penyelesaian
Hubungan Industrial, sejauh ini dianggap oleh pihak bersangkutan.
belum mampu mengatasi kekecewaan,
2) Lembaga-lembaga
terutama bagi buruh yang terlanggar hak-hak mengesahkan
peradilan
dan kepentingannya. PHI yang dibentuk tercapai
keputusan
yang
pada Januari 2006-2008 di semua provinsi, bersangkutan
masih menyulitkan buruh untuk mengikuti pelaksanaannya, dan tanpa itu
untuk
menjamin
standar dan aturan sistem peradilan kemungkinan salah satu pihak atau
perburuhan yang menggunakan hukum kedua-duanya tidak akan bersedia
acara perdata secara ketat. Prosedur yang memberi persetujuannya.
formal legalistik dan kaku, tidak sensitif
3) Lembaga peradilan memberikan terhadap persoalan dan kepentingan buruh. peluang bagi pihak-pihak yang
Akibatnya banyak persoalan tidak dapat bersengketa untuk meningkatkan
diselesaikan dengan tuntas berdasarkan biaya
keadilan substansif. Persoalan lain yang ada kemungkinan penyelesaian damai
persengketaan,
sehingga
pada PHI adalah rekuitmen hakim yang semakin diminati.
kurang transparan, juga tidak diimbangi
4) Lembaga pengadilan menyediakan dengan pengawasan yang memadai. Selain sarana yang memungkinkan pihak-
itu soal kesejahteraan hakim (hakim ad hoc) pihak yang bersengketa untuk lebih
dan sarana bagi penyelenggaraan PHI, memahami
kendala bagi memperkecil
penyelenggaraan PHI yang ideal. diantara mereka. Dengan demikian mereka lebih cenderung berdamai.
ketidakpastian
Berdasarkan deskripsi di atas beberapa pertimbangan dilakukannya kajian mengenai
5) Para pegawai lembaga peradilan bertindak sebagai perantara didalam
Pembangunan
Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten Bekasi adalah
penyelesaian persengketaan yang mendorong
penyelesaian
pertama, Kabupaten Bekasi merupakan daerah industri yang memiliki industri
perdamaian.
6) Lembaga peradilan menyelesaikan terbanyak dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya; kedua UU No. 2 Tahun
beberapa butir sengketa. Maka, pihak-pihak
yang
bersangkutan
2004 menghapus sistem penyelesaian perselisihan
melalui P4P/D (Panitia terdorong
untuk
menyelesaikan
butir-butir lainnya. Perselisihan Perselisihan Perburuhan Pusat/ Daerah). Hal ini diputuskan karena sistem
7) Lembaga peradilan secara otoritatif memutuskan perkara, dalam hal
P4P/D dinilai sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mekanisme
mencapai penyelesaiannya. penyelesaian perselisihan yang cepat, tepat, adil, dan murah; Ketiga, Pasal 59 (2)
Undang-undang tahun 2004 disebutkan Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi
menyangkut hubungan industrial dan kondisi bahwa “Di Kabupaten/ Kota terutama yang
objektif kabupaten bekasi sebagai daerah padat industri, dengan Keputusan Presiden harus
dibentuk Pengadilan industri. Berdasarkan data terakhir tahun
segera
2016 menurut pemerintah
Kabupaten
Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri setempat; Keempat, banyaknya
Bekasi, di Kabupaten Bekasi terdapat 4.729 masalah hubungan industrial di Kabupaten industri. Perkembangan industri yang pesat
di Kabupaten Bekasi telah membawa pada Bekasi dan mobilitas antara Bekasi ke kondisi yang kompleks, semakin banyak
Ibukota Provinsi cukup jauh sehingga memerluka alternatif solusi pembentukkan
ragam permasalahan yang terjadi di lapangan.
Pengadilan Hubungan Industrial yang berada di Kabupaten Bekasi.
Kabupaten bekasi sekitar permasalahan rendahnya tingkat pendidikan dari para
Karena itu kajian ini difokuskan mengenai Pembentukan
Pengadilan Hubungan pekerja industri, masalah gaji, kurangnya
perlindungan hukum
serta
masalah
Industrial di Kabupaten Bekasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan kesejahteraan dan outsourcing.
yang berlaku.
58 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72
KAJIAN TEORI
tidak memberikan
ANALISA KAJIAN
jaminan sosial tenaga kerja, dsb.
Secara umum definisi tentang Perselisihan Pekerja/buruh tidak mau bekerja Perburuhan
baik sesuai dengan “pertentangan
perjanjian atau Perjanjian Kerja perkumpulan majikan dengan serikat buruh
Bersama (PKB). atau gabungan serikat buruh berhubung tidak
adanya persesuaian
paham
mengenai
b. Perselisihan
Kepentingan
hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/ atau
(belangengeschillen) adalah:
dengan keadaan perburuhan”. (Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 22 Tahun 1957 tentang
“perselisihan yang timbul dalam hubungan Penyelesaian Perselisihan Perburuhan).
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan atau
Adapun berdasarkan Keputusan Menteri
syarat-syarat kerja yang Tenaga Kerja No. KEP-15 A./MEN/1994,
perubahan
ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau istilah
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja menjadi perselisihan hubungan industrial.
bersama”. (Pasal 1 angka 3 UU. No. 2 Tahun Perselisihan Hubungan Industrial adalah:
2004) Contohnya:
”perbedaan pendapat yang mengakibatkan • Pekerja meminta fasilitas istirahat pertentangan
yang memadai. gabungan pengusaha dengan pekerja/ buruh
menuntut kenaikan atau serikat pekerja/ serikat buruh karena
• Pekerja
tunjangan, dsb. adanya
perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan
c. Perselisihan Pemutusan Hubungan
antara serikat pekerja/ serikat buruh hanya
Kerja (PHK) adalah:
dalam 1 (satu) perusahaan”. (Pasal 1 angka “perselisihan yang timbul karena tidak adanya
22 UU. No. 13 Tahun 2003 tentang kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran Ketenagakerjaan, juncto Pasal 1 angka 1 UU.
hubungan kerja yang dilakukan oleh salah No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
satu pihak”. (Pasal 1 angka 4 UU. No. 2 Tahun Perselisihan Hubungan Industrial).
2004) Menurut UU. No. 13 Tahun 2003 Pasal 2 UU. No. 2 Tahun 2004 tentang
permohonan PHK bisa dilakukan oleh Penyelesaian
Pengusaha dan bisa juga oleh Pekerja. Industrial menegaskan: Jenis Perselisihan
Hubungan Industrial meliputi: a. Perselisihan • Pengusaha bisa melakukan PHK dengan hak;
c. beberapa alasan, yaitu: pekerja memasuki Perselisihan pemutusan hubungan kerja; d.
b. Perselisihan
kepentingan;
pekerja melakukan Perselisihan antar serikat pekerja/ serikat
usia
pensiun,
kesalahan, pekerja meninggal dunia, buruh hanya dalam satu perusahaan;
pekerja tersangkut tindak pidana dan sebagaimana jenis perselisihan hubungan
karena penutupan perusahan. industrial tersebut dijabarkan sebagai berikut:
• Pekerja mengajukan PHK terhadap Pengusaha adalah apabila pengusaha
melakukan kesalahan berat terhadap
a. Perselisihan Hak (rechtsgeschillen)
pekerja, sebagaimana diatur dalam Pasal
169 UU. No. 13 Tahun 2003, yaitu: “perselisihan yang timbul karena tidak
adalah:
pengusaha terhadap dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
penganiayaan
pekerja, tidak membayar upah tepat waktu pelaksanaan
selama tiga bulan berturut-turut, dsb. ketentuan peraturan perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
d. Perselisihan Antar Serikat Pekerja/
perjanjian kerja bersama“. (Pasal 1 angka 2
Serikat Buruh adalah:
UU. No. 2 Tahun 2004) “perselisihan antara serikat pekerja/serikat Contohnya:
buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh •
Pengusaha tidak membayar gaji lain hanya dalam satu perusahaan, karena sesuai dengan perjanjian, tidak
tidak adanya persesuaian paham mengenai membayar tunjangan hari raya
keanggotaan,
pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat pekerjaan”. (Pasal 1
Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 59 Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 59
yang dilaksanakan oleh tim ahli sebagaimana pekerja/serikat
diperlihtkan pada Gambar 1. sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang
pekerja/buruh. (Pasal 5 UU. No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh).
METODE
Penelitian tentang formulasi kebijakan Dalam konteks penyelenggaraan hubungan
e. Hak-Hak Normatif Pekerja
peradilan khusus hubungan industrial ini menggunakan metode deskriptif dengan
industrial, berkenaan
dengan
hak –hak
normatif pekerja yang harus dipenuhi para pendekatan penelitian bersifat kualitatif. Metode
dipandang sebagai pelaku usaha yaitu sebagai berikut: pencarian fakta dengan interpretasi yang
deskriptif
1. Hak bersifat ekonomis:
tepat dalam mempelajari masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku
Merupakan hak pekerja/buruh yang diterima dalam masyarakat dan juga situasi tertentu, dan dinyatakan dalam bentuk upah (uang) termasuk tentang hubungan, kegiatan- sebagai imbalan dari pengusaha yang
sikap-sikap, pandangan- ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian
kegiatan,
proses-proses yang kerja,
pandangan
serta
berlangsung dan pengaruh- perundang-undangan. pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 1998).
2. Hak bersifat politis:
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan peneliti secara terlibat di lokasi
melalui pengamatan bagi serikat pekerja/serikat buruh mewakili
Hak kebebasan berserikat dan berkumpul
penelitian
sekaligus juga peneliti pekerja/buruh dalam kelembagaan hubungan bertindak sebagai “instrument penelitian” industrial,
(observation),
yang akan memahami karakteristik lapangan adanya Pegurus Unit Kerja (PUK), Lembaga
seperti ditingkat
perusahaan
dengan kehidupan Kerja sama Bipartit (LKS. Bipartit), Lembaga
yang
berintegrasi
masyarakat yang diteliti. Dengan demikian Kerja
tujuan pemilihan pendekatan kualitatif ini Pengupahan.
Sama Tripartit,
dan
Dewan
adalah untuk memahami bagaimana proses
3. Hak bersifat medis:
dan mengungkapkan makna dari setiap fenomena menurut persepsi masyarakat dan
Hak untuk mendapat Jaminan Pemeliharaan pemerintah, dengan dukungan teoritis yang Kesehatan (JPK) yang wajib diberikan oleh
ada dibangun kerangka pikir, dan proposisi. pengusaha.
Pendekatan penelitian kualitatif memerlukan
field work (Garna, 1999). Karena itu, penulis Suatu perlindungan bagi pekerja/buruh dalam
4. Hak bersifat sosial:
menggambarkan dan bentuk santunan berupa uang sebagai
berusaha
mengungkapkan suatu masalah, keadaan, pengganti sebagian dari penghasilan yang
sebagaimana adanya atau hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
peristiwa
mengenai urgensi akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
mengungkap
fakta
pembangunan peradilan khusus hubungan oleh pekerja/buruh berupa kecelakaan kerja,
industrial di wilayah hukum Kabupaten sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal
Bekasi. Sebagai metode penelitian kualitatif dunia.
yang
bersifat
empiris, peneliti
dokumentasi ragam Sebagaimana telah disampaikan pada bagian
mengumpulkan
peristiwa; rekaman setiap ucapan, kata dan sebelumnya, bahwa yang menjadi tujuan
gestures dari objek kajian, tingkah laku yang dilaksanakannya Kegiatan PENYUSUNAN
spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta KAJIAN
berbagai imaji visual yang ada dalam HUBUNGAN INDUSTRIAL adalah untuk
AKADEMIS
PENGADILAN
masyarakat. Karena itu, penelitian seperti ini menyusun kajian akademis pembentukan
memperlakukan data sebagai sesuatu yang lembaga pengadilan hubungan industrial. Dan
intrinsik, walaupun diharapkan mampu melahirkan rekomendasi
bermakna
secara
adakalanya datanya bersifat “lunak”, tidak akademis
sempurna, imaterial, kadangkala kabur; dan penyelesaian
sebagai seorang peneliti kualitatif, tidak akan industrial yang ada di wilayah Kabupaten
permasalahan
hubungan
pernah mampu mengungkapkan semuanya Bekasi. Untuk memudahkan proses analisa
secara sempurna.
60 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72
Ketenagakerjaan 2. UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep.92/ MEN/VI/2004
Hubungan Industrial
Mediator
Perselisihan Hubungan Industrial
PHI
Terciptanya Hubungan Industrial yang Harmonis di Wilayah Kabupaten Bekasi
Gambar 1. Kerangka Analisa Kajian Sumber: Hasil Kajian Peneliti 2016
Penelitian kualitatif ini juga menggunakan peristiwa, situasi ataupun pengalaman- pendekatan interpretatif-kritis pada dimensi
pengalaman. Oleh sebab itu, fokus penelitian masalah-masalah
ini adalah mengeksplorasi bagaimana orang khususnya dalam konteks sosial, ekonomi
kemasyarakatan,
serta pengalamannya secara individual dan politis.
kelompok-kelompok dalam masyarakat dapat mengungkap maknanya
maupun
Penelitian ini memfokuskan pada upaya
secara bersama.
mengungkap makna
subjektif dengan
deskripsi data dan informasi yang spesifik. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif, Peneliti juga berusaha menjangkau berbagai
karena yang ditekankan dalam penelitian ini aspek yang membentuk suatu obyek amatan
formulasi kebijakan yang sulit ditangkap melalui pengukuran
adalah
pada
pembangunan lembaga peradilah hubungan yang presisif. Langkah-langkah penelitian
industrial di wilayah hukum Kabupaten kualitatif ini bersifat non-linear, karena lebih
Bekasi, untuk kemudian memahami makna memberikan ruang bagi peneliti untuk
dari proses formulasi kebijakan. Dalam menempuh langkah non-linear, kadangkala
formulasi kebijakan melakukan upaya “kembali” pada langkah-
konteks
analisa
pendirian lembaga peradilan hubungan langkah penelitian yang sudah ditempuh
industrial di Kabupaten Bekasi ini peneliti dalam menjalani proses penelitian ketika
perlu menjalin interaksi secara intens berhadapan dengan informan yang lainnya.
dengan
realitas
yang diteliti. Dalam
ini, peneliti lebih Pendekatan penelitian kualitatif seperti mengutamakan penggunaan logika induktif dikemukakan
mana kategorisasi dilahirkan dari mengungkap fenomena sosial yang nyata perjumpaan peneliti dengan informan di dialami secara substantif. Artinya penting lapangan atau data-data yang ditemukan. untuk memahami suatu masalah yang wujud Sehingga penelitian kualitatif ini bericirikan dalam
informasi yang berupa ikatan konteks yang perbedaan yang ada di dalamnya. Penelitian
menjelaskan fenomena tentang seperti
dapat
ini lebih dimaksudkan
untuk
lembaga peradilan menggambarkan
hubungan industrial di Kabupaten Bekasi.
Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 61
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) masalah upah dan tunjangan pekerja; 2) masalah PHK, Jam kerja dan permasalahan
Kabupaten Bekasi merupakan Kabupaten administrasi serta permasalahan lainnya. dengan jumlah industri/ perusahaan terbesar Sebagaimana data yang ada pada dokumen di wilayah Provinsi Jawa Barat, berdasarkan
ini menunjukan bahwa upaya data yang ada menunjukan bahwa jumlah penanganan permasalahan unjuk rasa / Perusahaan di Kabupaten Bekasi sampai mogok kerja oleh Disnaker Kab. Bekasi dengan tahun 2015 tercatat berjumlah 4.729
kajian
melalui Bipartit rata-rata dengan beragam bentuk usahanya (2328
diselesaikan
Selain bipartit upaya berbentuk
sebesar
penyelesaian permasalahan melalui ajuran persekutuan
dan mediasi sama besarnya yaitu rata-rata perorangan, 55 Koprasi, 3 firma dan 6 bentuk 22% masalah unjuk rasa dapat diselesaikan usaha lainnya). Berdasarkan data yang ada,
dan mediasi, menunjukan bahwa industri pengolahan
melalui
ajuran
perusahaan biasa menempati sektor industri unggulan yang terjadi. Sesuai Undang-Undang (UU) No. ada diwilayah Kabupaten Bekasi, dengan 2/2004 tentang Penyelesaian Perselisihan banyaknya angkatan kerja yang bekerja
Perselisihan/konflik
Industrial, konflik antar pada
Hubungan
karyawan dapat menunjukan bahwa begitu strategisnya
sektor industri
dengan metode melalui sektor industri yang ada di wilayah mediasi, konsiliasi, arbitrase. Kabupaten Bekasi.
diselesaikan
Sebagaimana data yang ada pada pada Berdasarkan
dokumen kajian ini, menunjukan bahwa Kabupaten
PHK mendominasi kontribusi tertinggi bagi Provinsi Jawa Barat.
permasalahan
perselisihan hubungan Sebagaima data yang ada pada tahun 2015 industrial yang ada di Kabupaten Bekasi PDRB ADH tertinggi Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya. Kemudian perselisihan bersumber dari Kabupaten Bekasi yaitu kepentingan sebesar dan perselisihan hak. sebesar 134.548.286.01 atau sebesar Selain tingginya tingkat permasalahan 13,6% PDRB Jawa Barat bersumber dari
permasalahan
hubungan industrial di Kabupaten Bekasi. Capaian hasil yang Kabupaten Bekasi, Sebagaimana data yang diperoleh Kabupaten Bekasi dikarenakan ada pada dokumen kajian ini, menunjukan Kabupaten
perselisihan
bahwa permasalahan hubungan industrial industri dan agribisnis sebagai sektor tertinggi ada di wilayah Kabupaten Bekasi. unggulan
Hal ini dikarenakan Kabupaten Bekasi penggerak perekonomian. sebagai daerah industrial dan memiliki
Keberhasilan Kabupaten Bekasi menjadi jumlah industri tertinggi di jawa bawat. penyokong PDRB ADH tertinggi Provinsi
Tentunya karakteristik daerah yang padat Jawa Barat bukan tanpa masalah, dengan
memberikan multiplier effect banyak dan tingginya pertumbuhan industri
industri
terhadap tingginya jumlah permasalahan yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi
hubungan industrial yang ada di wilayah berdampak pada tingginya permasalahan
Kabupaten Bekasi. Kondisi tersebut, bukan sosial dan ketenagakerjaan yang ada di
hanya terjadi pada tahapan Peradilan wilayah Kabupaten Bekasi. Hal ini sebagai
Hubungan Industrial saja, sebagaimana data akibat dari banyaknya jumlah industri dan
yang ada pada dokumen kajian ini juga tenaga kerja yang bekerja pada sektor
menunjukan bahwa setiap tahunnya ada industri di Kabupaten Bekasi. Konsep
banyak putusan PHI-PN Bandung yang pekerja / buruh adalah defenisi sebagaimana
masuk pada proses Kasasi di Mahkamah tertuang dalam ketentuan Pasal 1 angka 3
Agung, hal ini pada dasarnya menunjukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
ketidakpuasan tergugat dan penggugat tentang
sebagai akibat dari sejumlah putusan yang menyatakan: “Pekerja / buruh adalah setiap
Ketenagakerjaan,
yang
PHI-PN Bandung. orang yang bekerja dengan menerima upah
dikeluarkan
oleh
Sebagaimana data tahun terakhir yang ada, atau imbalan dalam bentuk lain.”
menunjukan kasasi paling tinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sejumlah 139 perkara. Hal
Secara umum adanya
ini pada dasarnya bukan merupakan data hubungan industrial di Kabupaten Bekasi
perselisihan
bahwa kajian ini sebagaimana dikemukakan pada sub bab
baku,
mengingat
berlangsung pada tahun 2016 dan dilakukan sebelumnya mayoritas terjadi karena:
62 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72 62 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72
hari Seni n, Rabu dan Jum’at. sementara dan masih memungkinkan jumlah perkara untuk terus bertambah.
Perhitungan rasio kemampuan hakim dan jumlah perkara setiap tahunnya yang ada di
Sejalan dengan kebutuhan buruh yang ada lingkungan PHI-PN Bandung menunjukan di wilayah Kabupaten Bekasi, pada saat ini
satu kondisi dimana kekurangan waktu penyelesaian hubungan industrial secara
bekerja majelis hakim yang ada di normatif
lingkungan PHI-PN Bandung terjadi pada perubahan,
telah mengalami
banyak
selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Hal ini diundangkannya Undang-undang Nomor 2
berpotensi mempengaruhi kualitas putusan Tahun
mengingat jumlah Perselisihan
permasalahan hubungan industrial yang ada PPHI). Berdasarkan UU ini telah ada
di lingkungan PHI-PN Bandung yang setiap peradilan
tahunnya terus bertambah baik dari jumlah penyelesaian
masalah dan jumlah perkara industrial,
yaitu Pengadilan Hubungan hubungan industrial yang masuk di PHI-PN Industrial (PHI). Dalam perkembangannya,
Badung.
pengadilan hubungan industrial Pengadilan
menghitung kemampuan Negeri Bandung menjadi tempat bagi para
Untuk
dapat
buruh dan pengusaha yang ada di wilayah kelembagaan PHI – PN Bandung, dalam hal
ini sebagai mana telah disampaikan pada Kabupaten Bekasi untuk mendapatkan
keadilan dalam rangka
penyelesaian
sub bab sebelumnya, perlu kiranya dalam kajian ini untuk menghitung bobot rasio
permasalahan hubungan industrial yang ada di lingkungan perusahaanya.
beban hakim dalam penanganan perkara yang ada di lingkungan PHI - PN Bandung.
Namun dalam perjalanannya,
Sebagaimana telah disampaikan pada sub perkara
jumlah
bab sebelumnya, komposisi jumlah majelis Kabupaten Bekasi yang diperkarakan di
yang berasal
dari
wilayah
yang ada di lingkungan PHI-PN Bandung pengadilan hubungan industrial Bandung
terdiri dari 4 majelis, namun sebagaimana semaikin tinggi. Sebagaimana data temuan
data inventarisir sarana dan prasarana, dari
ruang sidang PHI - PN Bandung hanya kelembagaan PHI – PN Bandung untuk
hasil kajian
ini,
kemampuan
memiliki 3 ruang sidang untuk melaksanakan menangani perkara perselisihan hubungan
perkara hubungan industrial
proses
peradilan
industrial yang ada di wilayah hukum mestinya. Metoda perhitungan rasio waktu
tidak berjalan
sebagaimana
pengadilan hubungan industrial pengadilan untuk mengukur kemampuan bekerja hakim
negeri Bandung. Dikarenakan keterbatasan pengadilan hubungan industrial Bandung
jumlah sarana dan prasararana ruang sidang dalam menangani perkara tidak dapat
tersebut, komposisi majelis hakim yang digunakan. Hal ini dikarenakan komposisi
berjumlah 4 majelis tidak dapat menjadi jumlah majelis hakim PHI-PN Bandung yang
variable perhitungan beban kerja hakim PHI- tidak sebanding dengan jumlah ruangan
PN Bandung.
persidangan yang menjadi sarana prasarana Apa yang terjadi di lingkungan pengadilan dalam melaksanakan perkara hubungan
industrial di lingkungan PHI – PN Bandung. hubungan industrial pengadilan negeri
pada dasarnya Pada akhirnya rasio waktu bekerja hakim
Bandung
tersebut,
berpengaruh terhadap kualitas putusan dan dalam kajian ini dihitung berdasarkan
prosedur beracara yang harus dilakukan pengukuran kemampuan ruangan majelis
dalam pelaksanaan penanganan perkara hakim
hubungan industrial yang ada di lingkungan persidangan. Hasil analisa menunjukan
untuk melaksanakan
kegiatan
PHI – PN Bandung. Sebagaimana data yang bahwa kemampuan PHI-PN Bandung dalam
ada, permasalahan hubungan industrial penanganan perkara yang ada di wilayah
yang ada di Kabupaten Bekasi memiliki hukum PHI – PN Bandung dalam 1 tahun
peran yang sangat besar terhadap beban adalah 3744 jam atau setara dengan 187
perkara yang ada di lingkungan PHI-PN perkara/tahunnya. Hal ini dikarenakan
Bandung.
keterbatasan ruangan sidang dan dalam Sebagaimana data hasil analisa dalam satu minggu PHI-PN Bandung hanya kajian ini juga menunjukan bahwa terdapat
kecenderungan permohonan pengusaha
Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 63 Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 63
selambat-lambatnya terhitung 30 hari kerja industrial lebih banyak dikabulkan oleh
sejak tanggal penerimaan permohonan Mahkamah Agung dibandingkan dengan
kasasi.
permohonan yang diajukan buruh, sehingga putusan PHI akan dianulir oleh pengusaha
Selain berkenaan dengan faktor internal kelembagaan peradilan hubungan industrial,
melalu kasasi yang akan berdampak pada berubahnya putusan hakim. Namun masih
pada
prinsipnya
permasalahan yang
dengan faktor eksternal terdapat kemungkinan permohonan kasasi
berkenaan
dan peninjauan kembali yang diajukan kelembagaan peradilan hubungan industrial juga
mempengaruhi proses pengusaha
Mahkamah Agung, dengan menguatkan
persidangan
dalam konteks mencari keadilan bari buruh yang berselisih dengan
putusan PHI sebelumnnya. perusahaanya. Faktor external tersebut
adalah kemacetan Bekasi Bandung, beban peninjauan kembali yang diajukan oleh
Banyaknya Permohonan
kasasi
dan
biaya yang harus dikeluarkan oleh buruh pengusaha yang ditolak Mahkamah Agung
selama proses persidangan baik untuk menimbulkan bacaan awal bahwa upaya
transport dan biaya lainnya. Sebagaimana hukum kasasi dan peninjauan kembali
diketahui, letak Kabupaten Bekasi dengan dipergunakan
berjauhan, hal ini mengulurngulur waktu dalam penyelesaian
berdampak pula menjadi faktor external yang kasus PHI, yang tentu menyengsarakan
mempengaruhi proses peradilan. kalangan buruh. Bila demikian, maka
Sebagaimana yang telah diungkapkan pada kesimpulan yang dapat ditarik, bahwa upaya
hukum tingkat kasasi dan peninjauan
sub
bab
sebelumnya, beragam
hubungan industrial di kembali menjadi hal yang dilematis bagi
permasalahan
buruh, seperti pedang yang bermata dua. wilayah Kabupaten Bekasi ketika masuk pada
peradilan, khususnya Ketika gugatan buruh dikalahkan pada
ranah
tingkat PHI dengan alasan yang tidak jelas, pengadilan hubungan industrial Bandung, berdampak pada tidak terpenuhinya tujuan
maka menjadi tidak ada ruang bagi buruh untuk menganulir putusan PHI yang jauh dari
pengadilan hubungan industrial Bandung. Dimana proses hukum
kelembagaan
rasa keadilan. Di sisi lain, putusan majelis hakim pada tingkat PHI yang baik dan
yang cepat, adil dan murah tidak akan terbukti mengingat beragam faktor yang
mendekati rasa keadilan, dengan mudah dianulir
oleh pengusaha
dengan
mempengaruhi proses peradilan hubungan industrial baik secara internal maupun
mengajukan upaya hukum kasasi dan peninjauan kembali sehingga hak-hak buruh
external.
menjadi pemicu untuk
yang terlanggar akan melalui jalan panjang
dilaksanakanya kajian ini, dimana untuk hubungan industrial bagian dari kekuasaan
mendeskripsikan kemungkinan diadakannya kehakiman yang fungsinya menjalankan
peradilan hubungan industrial di wilayah proses peradilan, maka asas peradilan cepat
Kabupaten Bekasi. Sebagaimana data yang berlaku juga dalam Pengadilan Hubungan
ada berdasarkan hasil kajian ini, baik data Industrial. Asas peradilan cepat ini diukur
primer maupun data sekunder menunjukan dengan berapa lama perkara diputus.
kondisi dimana beban kerja hakim karir dan Berdasarkan UU PPHI, Majelis Hakim wajib
hakim adhock yang ada di pengadilan memberikan
hubungan industrial Bandung telah melebihi perselisihan
putusan
penyelesaian
kapasitas kemampun lembaga peradilan lambatnya 50 hari kerja terhitung sejak
tersebut untuk menangani perkara yang ada sidang pertama. Kemudian jika salah satu
di wilayah hukum pengadilan hubungan pihak tidak puas dengan putusan Majelis
industrial Bandung.
Hakim PHI, maka dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung dalam waktu
Berdasarkan temuan hasil kajian ini pada selambat-lambatnya 14 hari kerja terhitung:
kemudian setelah bagi pihak yang hadir, sejak putusan
perkembangannya
Keputusan Presiden dibacakan oleh sidang majelis hakim; bagi
dikeluarkannya
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 pihak yang tidak hadir, sejak tanggal
tentang Pembentukan Pengadilan Negeri menerima pemberitahuan putusan. Majelis
Blangpidie, Meureudu, Suka Makmue, Sei Rampah, Sibuhuan, Pulau Punjung, Teluk
64 | CR Journal | Vol. 03 No. 01 Juni 2017 | 55-72
Kuantan, Pangkalan Balai, Muko-Muko,
Tarumajaya, Tambelang, Gedong Tataan, Koba, Mentok, Banjar,
Babelan,
Sukatani, Sukakarya, Cikarang, Kuala Kurun, Nanga Bulik, Pulang
Sukawangi,
Pebayuran, Cabangbungin, dan Kecamatan Pisau, Paringin, Penajam, Melonguane,
Muara Gembong
Lasusua, Wangi-Wangi, Belopa, Dobo, Namlea,
Pengadilan Negeri
Kaimana.
Pengadilan Negeri Cikarang tidak hanya berfungsi sebagai peradilan umum yang
Dengan demikian Secara otomatis daerah hukum Kabupaten Bekasi lepas dari
menangani perkara perdata dan pidana, tetapi juga memiliki pengadilan khusus yang
Pengadilan Negeri Kota Bekasi yang disebut Pengadilan Negeri Bekasi. Pengadilan
berpeluang dibentuk di lingkungan peradilan umum.
tersebut dimungkinkan Negeri Kabupaten Bekasi akan terbentuk
Hal
dengan nama Pengadilan Negeri Cikarang. berdasarkan Pasal 15 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman: Pengadilan
Secara eksplisit disebutkan di dalam pasal 3 khusus hanya dapat dibentuk dalam salah (14) Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun
satu lingkungan peradilan. Pada Pengadilan 2016
Negeri Cikarang dimungkinkan dibentuk Pengadilan Negeri Cikarang, maka wilayah
bahwa “dengan
terbentuknya
yaitu Pengadilan Kabupaten Bekasi dikeluarkan dari daerah
pengadilan
khusus
Hubungan Industrial. Setiap pengadilan hukum
khusus ini memiliki kompetensi absolut dan Mengenai masalah perkara pidana maupun
relatif untuk mengadili perkara berdasarkan perdata yang ditangani pengadilan negeri,
yang membentuknya. maka Perkara pidana dan perkara perdata
Undang-Undang
pengadilan-pengadilan yang
Wilayah
hukum
khusus pada Pengadilan Negeri Cikarang Pengadilan Negeri Ciakarang yang pada
termasuk lingkup
kewenangan
adalah Wilayah Administratif Kabupaten saat
Indonesia Nomor 14 tahun 2016 tentang Pembentukan
Pengadilan
Negeri
Pengadilan Khusus merupakan sebuah pengadilan khusus yang bersifat ad hoc di
sebagaimana dimaksud ditetapkan, telah diperiksa
tetapi belum
diputus
oleh
bawah lingkungan peradilan umum pada Mahkamah Agung. Nomenklatur pengadilan
Pengadilan Negeri Bekasi tetap diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri Bekasi.
khusus diperkenankan oleh Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Sedangkan perkara pidana dan perdata yang
termasuk lingkup
kewenangan
Kehakiman dengan pengaturan pengadilan khusus adalah pengadilan yang mempunyai
Pengadilan Negeri Cikarang yang pada saat keputusan Presiden ini ditetapkan, telah
kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tertentu yang hanya
diajukan tetapi belum diperiksa oleh Pengadilan Negeri Bekasi, dilimpahkan
dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan badan peradilan yang berada di bawah
kepada Pengadilan Negeri Cikarang. Mahkamah Agung yang diatur dalam
Pengadilan Negeri Cikarang merupakan
undang-undang.
salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum. Tugas pokok
Pengadilan Hubungan Industrial adalah Pengadilan khusus yang dibentuk di
Pengadilan Negeri Cikarang adalah untuk
peradilan umum yang Mengadili, dan menyelesaikan perkara yang
lingkungan
diajukan kepadanya sesuai dengan Undang- berwenang mengadili dan menyelesaikan Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
perselisihan
hubungan industrial berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun
Kekuasaan Kehakiman.
Pada
saat
terbentuknya, Pengadilan Negeri Cikarang 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Secara historis masuk dalam wilayah hukum Pengadilan Pengadilan Hubungan Industrial di seluruh Tinggi Jawa Barat, dengan luas wilayah
127.388 Ha yang terdiri dari 23 Kecamatan, wilayah nusantara dibentuk pada bulan
5 Kelurahan dan 182 desa. Wilayah hukum Januari 2006 pada Pengadilan-Pengadilan Negeri yang ada disetiap Ibukota Provinsi di
ke 23 Kecamatan pada pengadilan negeri Cikarang, yaitu Kecamatan: Kecamatan
wilayah
Indonesia. Pembentukan
Hubungan Industrial yang Setu, Serang
Pengadilan
Baru, Cikarang Pusat, Cikarang Selatan, Cibarusah, Bojongmangu,
seharusnya dilakukan pada awal tahun 2005 tapi
berdasarkan Keputusan Cikarang Timur, Kedung Waringin, Cikarang
ditunda
Utara, Karangbahagia, Cibitung, Cikarang Presiden No. 1 Tahun 2005 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-
Barat, Tambun Selatan, Tambun Utara,
Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 65 Formulasi Kebijakan Pendirian Lembaga Peradilan Khusus Hubungan Industrial Di Kabupaten Bekasi | 65
perselisihan hubungan oleh pemerintah dan institusi lain yang
permasalahan
industrial, diantaranya yaitu: terkait.
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. Beroperasinya
2000 tentang Serikat Industrial memiliki perubahan yang cukup
Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara mendasar,
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor Penyelesaian
Tambahan Lembaran Negara industrial yang selama ini berada di bawah
Republik Indonesia Nomor 3989); lingkup wilayah eksekutif, kini menjadi
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. bagian dari sistem peradilan di bawah
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kekuasaan yudikatif; dan 2) Hukum acara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Pengadilan Hubungan Industrial mengikuti
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan hukum acara perdata yang berlaku pada
Lembaran Negara Republik Indonesia Pengadilan dalam lingkungan peradilan
Nomor 4279);
umum, kecuali ditentukan lain dalam
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tentang
tentang Peradilan Umum (Lembaran Penyelesaian
Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Industrial.
Perselisihan
Hubungan
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3327) Pengadilan
telah diubah dengan membawa
sebagaimana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 organisasi Pengadilan Negeri, yaitu dengan tentang Perubahan Atas Undang-Undang diperkenalkannya
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Pengadilan
Umum (Lembaran Negara Republik dipimpin oleh seorang Panitera Muda dan Indonesia Tahun 2004 Nomor 34, dibantu oleh beberapa orang Panitera Tambahan Lembaran Negara Republik Pengganti.
Indonesia Nomor 4379); Industrial berada sejajar dengan Panitera
Republik Indonesia Muda Pidana, Perdata dan Hukum yang ada
4. Undang-Undang
2 Tahun 2004 Tentang di
Nomor
Pengadilan Negeri.
Selain
itu
Penyelesaian Perselisihan Hubungan sebagaimana
Industrial (Lembaran Negara Republik pengadilan khusus lainnya yaitu Pengadilan
Tahun 2004 Nomor 6, Niaga dan Pengadilan Tindak Pidana Tambahan Lembaran Negara Republik Korupsi, Pengadilan Hubungan Industrial Indonesia Nomor 4356); juga memiliki Hakim Ad Hoc untuk menjadi
Indonesia
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 bagian dari Majelis yang memeriksa perkara.
Rencana Pembangunan Hakim Ad Hoc diajukan oleh Ketua Jangka Panjang Nasional 2005-2025 Mahkamah Agung dari nama-nama yang (Lembaran Negara Republik Indonesia diajukan oleh Menteri Tenaga Kerja atas usul Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Serikat
tentang
Pekerja/Serikat
Buruh
dan
Lembaran Negara Republik Indonesia Organisasi
Hakim Ad Hoc tersebut ditetapkan oleh
6. Undang-Undang Republik Indonesia Keputusan Presiden (pasal 3 Peraturan Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Pemerintah No 41 Tahun 2004). Selain itu Penataan Ruang (Lembaran Negara yang
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor Perselisihan
diatur dalam
68, Tambahan Lembaran Negara Pengadilan Hubungan Industrial adalah Republik Indonesia Nomor 4725); pengadilan
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Perselisihan Hubungan Industrial, pihak- tentang Mahkamah Agung (Lembaran pihak yang berperkara dengan nilai gugatan Negara Republik Indonesia Tahun 1985 dibawah Rp150.000.000, - (seratus lima
yang
memperkarakan
73, Tambahan Lembaran puluh juta rupiah) tidak dikenakan biaya Negara Republik Indonesia Nomor perkara termasuk biaya eksekusi.
Nomor
sebagaimana telah diubah Regulasi