BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Halusinasi 2.1.1 Definisi Halusinasi - Hubungan Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi pada Pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan yang salah, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dihayalkan sebagai hal yang nyata (Sylvia D.Elvira & Gitayanti Hadisukanto (ed,).2013).
Menurut buku ajar psikiatri (B.K.Puri,dkk.2012), halusinasi merupakan persepsi sensoris yang salah tanpa adanya rangsangan eksternal yang sesungguhnya. Keadaan ini dianggap terletak di ruang objektif, dan memiliki kualitas realistik yang sama dengan persepsi normal. Dan juga tidak dipengaruhi manipulasi sadar dan hanya menunjukkan gangguan psikotik bila disertai juga oleh gangguan uji realitas. Halusinasi harus dibedakan dengan ilusi. Dimana ilusi adalah persepsi yang salah mengenai rangsang eksternal yang nyata. Sama seperti waham, halusinasi juga bisa sesuai mood atau tidak sesuai mood.
2.1.2 Jenis-jenis Halusinasi
Halusinasi ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis, namun halusinasi yang paling banyak adalah halusinasi auditorik, yaitu sekitar 70%. Lalu diikuti dengan halusinasi visual, sekitar 20%. Sisa 10% nya adalah halusinasi lain. Menurut Sylvia D.Elvira & Gitayanti Hadisukanto (ed,) halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Halusinasi hipnagogik Persepsi sensoris keliru yang terjadi ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
2. Halusinasi hipnapompik Persepsi sensoris keliru yang terjadi ketika seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
3. Halusinasi auditorik
Persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri.
4. Halusinasi visual Persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk jelas (orang) atau pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali terjadi pada gangguan medis umum.
5. Halusinasi penciuman Persepsi penghidu yang keliru yang seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
6. Halusinasi pengecapan Persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
7. Halusinasi taktil Persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap di bawah kulit).
8. Halusinasi somatik Sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubuhnya, lebih sering menyangkut orang dalam (juga dikenal sebagai cenethesic
hallucination ).
Disamping jenis halusinasi di atas, B.K.Puri,dkk (2012) menambahkan beberapa jenis halusinasi lain, yaitu:
1. Halusinasi liliput Persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil (micropsia).
2. Autoskopi (Phantom Mirror Image) Pasien melihat dirinya dan tahu bahwa itu adalah dirinya.
3. Ekstrakampina Halusinasi yang terjadi di luar lapak sensoris pasien.
4. Fenomena berurutan (trailing phenomenon)
Objek yang bergerak terlihat sebagai serangkai gambar terpisah dan tidak berkesinambuingan, ini biasanya akibat menggunakan halusinogen.
2.1.3 Tingkatan Halusinasi
Halusinasi juga mempunyai beberapa tingkatan keparahan. Menurut Dessy dalam Maramis (2011) refarat ada 5 tahap insight pasien terhadap halusinasinya:
1. Dahulu didapatkan halusinasi dan sekarang tidak pernah ada lagi.
Pasien mengalami kesadaran menyeluruh terhadap halusinasinya.
2. Pernah mengalami halusinasi pada waktu lampau, tetapi tidak pada saat sekarang dan pasien memersepsi dan memercayai hal itu sebagai suatu kenyataan yang benar.
3. Halusinasi dialami baru-baru ini tetapi pasien menolak untuk membicarakannya. Tampaknya pasien menyadari kontradiksi antara persepsi psikotik dengan realitas.
4. Pasien membicarakan halusinasinya, tetapi tidak mengikuti dengan perilaku tentang halusinasinya.
5. Pasien melaksanakan halusinasinya sebagau bentuk respons dan perintah.”
Menurut Stuart (2013) dalam bukunya, tahap tingkatan intensitas halusinasi dapat dilihat dari tabel di bawah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahap Tingkatan Intensitas HalusinasiTingkat Karakteristik Observasi tingkah laku pasien Tingkat 1: Menghibur Mengalami emosi yang kuat
- Tersenyum atau tertawa sendiri tingkat kecemasan sedang seperti rasa cemas, rasa bersalah,
- Menggerakkan bibir tanpa suara kesepian, rasa takut, dan
- Pergerakan mata yang cepat (Rapid Halusinasi pada umumnya mencoba untuk memfokuskan
Eye Movement ) menyenangkan diri pada hal-hal yang menghibur
- Respon verbal lambat seolah-olah untuk menghilangkan sedang asyik pada sesuatu kecemasan. Pikiran dan
- Tampak diam dan berkonsentrasi pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan dikontrol). Non psikosis.
Tingkat 2: Menyalahkan Pengalaman sensoris terasa
- Timbul gejala kecemasan seperti tingkat kecemasan berat memuakkan dan menakutkan.
peningkatan denyut jantung, tekanan Penderita mulai kehilangan darah, dan frekuensi napas Halusinasi pada umumnya kontrol dan mencoba
- Rentang perhatian menyempit menjijikkan atau menjauhkan diri dari sumber
- Terlalu konsentrasi pada memuakkan persepsi. Penderita akan pengalaman sensoris sehingga tidak mencoba untuk menjauhi orang bisa lagi membedakan halusinasi lain karena malu akan dengan kenyataan pengalaman sensoris tersebut. Masih memungkinkan untuk mengembalikan pasien ke realitas. Psikosis ringan.
Tingkat 3: Mengontrol Penderita menyerah untuk
- Mengikuti dan tidak melawan tingkat kecemasan berat melawan pengalaman sensoris.
perintah dari halusinasi Isi dari halusinasi menjadi
- Sulit berhubungan dengan orang lain Pengalaman sensoris menarik. Penderita mungkin
- Rentang perhatian hanya beberapa menjadi sangat kuat dan menderita kesepian setelah detik atau menit tidak tertahankan pengalaman sensoris selesis.
- Gejala kecemasan berat berupa Psikosis.
tremor, keringat berlebihan, dan tidak mampu mengikut perintah Tingkat 4: Menguasai Pengalaman sensoris dapat
- Perilaku panik tingkat kecemasan panik mengancam jika tidak diikuti.
- Tinggi kemungkinan untuk bunuh Bisa berlangsung selama diri atau membunuh Halusinasi pada umumnya beberapa jam sampai beberapa
- Aktivitas fisik yang berhubungan diatur dan dipengaruhi oleh hari jika tidak diintervensi.
dengan halusinasi yang dialami, waham Psikosis berat. seperti menarik diri, agitasi, dan katatonia
- Tidak mampu mengikuti perintah yang kompleks
- Tidak mampu merespons pada lebih dari 1 orang
Sumber: Stuart, 2013
2.2 NARKOBA
2.2.1 Definisi NARKOBA
Istilah NARKOBA sesuai Surat Edaran BNN No. SE/ 03/IV/2002 merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba adalah zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya, dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (JHS.Tanjung, 2013). WHO sendiri memberikan definisi tentang narkotika sebagai berikut: “Narkotika merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air, atau oksigen).”
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.Bahan-bahan adiktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus (JHS.Tanjung, 2013).
Selain itu, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, penempatan pemakai narkoba ke dalam panti terapi dan rehabilitasi hanya dapat dilakukan jika terdakwa saat ditangkap dalam kondisi tertangkap tangan beserta barang bukti pemakaian, adanya surat uji laboratorium positif menggunakan narkoba berdasarkan permintaan penyidik, surat keterangan dari dokter jiwa / psikiater pemerintah yang ditunjuk oleh hakim, dan tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap narkoba.
Menurut Parrot (2007), terdapat juga interaksi antara satu jenis narkoba dengan jenis narkoba lainnya. Salah satu contohnya adalah interaksi antara
cannabis dengan ecstasy dimana salah satunya bisa memberikan efek proteksi
terhadap jenis narkoba yang satunya lagi.2.2.2 Golongan Narkotika
Menurut Julianan Lisa FR & Nengah Sutrisna (2013), narkotika dibagi atas 3 golongan yaitu:
1. Narkotika Golongan I Narkotika yang digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, contohnya adalah ganja, heroin, kokain, dan opium.
Gambar 2.1 Visualisasi Narkotika Golongan I Sumber: BNN, 2012.2. Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya morfin, pentanin, petidin, dan turunannya.
Gambar 2.2Visualisasi Narkotika Golongan II Sumber: BNN, 2012.
3. Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk mengakibatkan ketergantungan. Contohnya kodein dan turunannya, metadon, nattrexon, dan sebagainya.
Gambar 2.3Visualisasi Beberapa Narkotika Golongan III
Sumber: BNN, 2012.Adapun dari begitu banyak jenis narkotika, menurut JHS.Tanjung, (2013) ada beberapa jenis yang paling sering disalahgunakan, antara lain:
1. Ganja
Dikenal juga dengan nama Cannabis, Mariyuana, Gelek,Cimeng, Hasish, Buddha Stick, Grass, Rumput, dan Sayur di jalanan. Bentuknya berupa tanaman yang dikeringkan. Bentuk daunnya memanjang, dan pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip. Jumlah helai daun ganja selalu lancip, yaitu 5,7, atau 9 helai. Warna daun ganja adalah hijau tua segar dan berubah coklat jika sudah lama dibiarkan karena terkena udara dan panas.
Penggunaan narkotika adalah dengan cara dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok.
Efek dari penggunaan narkotika adalah: a.
Denyut jantung semaking cepat, temperatur bada menurun, mata merah b.
Nafsu makan bertambah c. Santai, tenang, dan melayang-layang d. Pikiran selalu rindu pada ganja e. Daya tahan menghadapi problema jadi lemah f. Malas dan apatis g.
Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja h.
Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral tergangu i.
Kanker paru-paru. Karena pengaruh kadar tar pada ganja 2. Cocain
Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di Kolombia di Amerika Latin. Bentuknya berupa bubuk, daun coca, buah coca, dan cocain kristal. Warnanya biasanya berwarna putih. Penggunaannya adalah dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot atau dibakar bersama tembakau
Efek dari penggunaan cocain adalah: a.
Tidak bergairah bekerja b.
Tidak bisa tidur c. Halusinasi d.
Tidak nafsu makan e. Berbuat dan berpikir tanpa tujuan f. Merasa gelisah dan cemas berlebihan g.
Pada tingkat overdosis atau takaran yang berlebihan dapat menyebabkan kematian, karena serangan dan ganggguan pada pernapasan dan serangan jantung 3. Morfin dan Heroin
Nama lainnya adalah Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep, Bedak, dan Putih. Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman Papaver Somniferum. Dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan morfin. Kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan heroin yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.
Bentuk dari mofrin dan heroin ini berupa serbuk. Biasanya berwarna putih, abu-abu, kecoklatan, hingga coklat tua. Penggunaan morfin dan heroin adalah dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar di atas kertas timah pembungkus rokok (sniffing) atau dengan menyuntikkannya langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.
Efek dari penggunaan morfin dan heroin adalah: a.
Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan dungu, jalan mengambang b.
Rasa sakit seluruh badan c. Badan gemetar, jantung berdebar-debar d.
Susah tidur dan nafu makan berkurang e. Mata berair dan hidung selalu ingusan f. Problem pada kesehatan seperti AIDS, Tetanus, Hepatitis dan C, problem jantung, dan gangguan siklus menstruasi.
4. Katinone
Merupakan tanaman Khat (Chata Edulis) yang bukan asli tanaman Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh turis luar negeri. Tanaman ini berasal dari negara Timur Tengah yaitu Yaman yang dibawa pada tahun 1997.
Tanaman ini juga dikenal dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis yaitu Khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain, tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusar saraf manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan.
Tanaman Khat mengandung zat narkotikan Chatinone yang termasuk Narkotika Golongan I pada nomor urut 35 lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.
2.2.3 Golongan Psikotropika
Berdasarkan Julianan Lisa FR & Nengah Sutrisna (2013), psikotropika dibagi atas 4 golongan yaitu:
1. Psikotropika Golongan I Psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma keteragantungan. Contohnya MDMA/Ekstasi, LSD, dan STP.
2. Psikotropika Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya amfetamin, metilfenidat, datau ritalin.
3. Psikotropika Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya lumibal, buprenorsina, pentobarbital, dan flunitrazepam.
4. Psikotropika Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dana tau untuk tujuan ilmu pengetahuan seta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya nitrazepam dan diazepam. Menurut JHS.Tanjung, (2013), jenis psikotropika yang paling sering disalahgunakan adalah:
1. Ekstasi
Dikenal dengan nama Inex, I, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug,
Essence, Clarity, Butterfly, Black Heart . Bentuknya biasanya berpa
tablet dan kapsul dengan beragam macam warna.Efek dari penggunaan ekstasi adalah: a.
Timbul rasa gembira secara berlebihan b. Merasa cemas c. Hiperaktif d. Rasa percaya diri meningkat e. Keringat dan gemetaran f. Susah tidur g.
Sakit kepala, mual muntah 2. Shabu-Shabu
Dikenal dengan nama Kristal, Ubas, SS, Mecin. Bentuknya berupa kristal sesuai namanya. Warnanya biasanya putih. Digunakan dengan cara dibakar menggunakan aluminium foild dan asapnya dihirup melalui hidung. Dibakar dengan menggunakan botol kaca khusus (bong) dan disuntikkan.
Efek dari penggunaan Shabu-Shabu adalah: a.
Badan merasa lebih kuat dan energik b.
Hiperaktif c. Rasa percaya diri meningkat d.
Rasa ingin diperhatikan orang lain e. Nafsu makan berkurang f. Susah tidur g.
Jantung berdebar-debar h. Tekanan darah meningkat i.
Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan j. Jika pemakaian dihentikan (putus zat), maka akan timbul gejala lelah, merasa tidak berdaya, kehilangan semangat hidup, merasa cemas, dan susah tidur.
2.2.4 Jenis-Jenis Bahan Adiktif
Terdapat juga beberapa jenis bahan adiktif. Namun, menurut JHS.Tanjung, (2013), bahan adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah: 1.
Inhalen Zat yang terdapat pada lem dan pengencer zat (thinner).
Penggunaannya dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak, seperti tercekik. Efeknya bisa mengakibatkan hilang ingatan, tidak dapat berpikir, mudah berdarah dan memar, dan penyakit lainnya.
2. Alkohol Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasim baik melalui perlauan sebelumnya, menambah bahan lain, atau mencampur konsentrat dengan ethanol ataupun dengan proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol. Efek sampingnya dapat menyebabkan depresi pada sistem saraf pusat, pingsan, kejang- kejang, edema otak, ketagihan, gastritis, dan melemahkan jantung.
3. Tembakau / Rokok Zat ini pengaruhnya dapat dilihat apabila digunakan dalam jumlah besar atau jangka waktu yang lama. Zat tembakau sendiri merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Sebenarnya hal yang paling mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Nikotin adalah salah satu dari 4.000 zat kimia pada tembakau. Rokok mengandung 43 zat kimia beracun termasuk tar dan karbon monoksida. 2 tetes nikotin murni dapat membunuh orang dewasa secara instan.
4. Obat Penenang Termasuk obat tidur, pil kopolo, Valium, Lexotan, dan lain-lain.
Bentuknya beragam, bisa berupa tablet, kapsul, dan serbuk. Efeknya bisa memperlambat respons fisik, dan dapat mengakibatkan pengguna tertidur jika digunakan dalam dosis tinggi yang kemudian akan menimbulkan perasaan cemas, sensitif, dan marah. Penggunaan campuran dengan alkohol juga dapat berakibat kematian. Dan gejala putus zat juga bisa berakibat halusinasi dan bingung.
5. Zat yang mudah menguap Contohnya adalah lem aibon, thinner, bensin, dan spiritus. Efeknya bisa memperlambat kerja otak dan sistem saraf pusat, menimbulkan perasaan senang, penurunan kesadaran, problem kesehatan terutama merusak otak, dan juga bisa menimbulkan kematian akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung.
6. Zat yang menimbulkan halusinasi Yang termasuk adalah jamur, kecubung, kotoran kerbau, dan kotoran sapi. Bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna. Halusinasi yang ditimbulkan ini bisa mengakibatkan kecelakaan.
Tabel 2.2Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Narkotika Jenis Efek Heroin
- Menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan dungu, jalan mengambang, dan rasa senang berlebihan.
- Gejala putus zat tidak mengancam secara fisik, melainkan psikis, yaitu rasa tidak nyaman pada perut, kram otot, nyeri tulang, gejala seperti flu.
- Problem kesehatan, yaitu bengkak pada daerah yang disuntik, tetanus, HIV/AIDS, hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru, serta sulit buang air besar. Pada wanita mengganggu siklus menstruasi.
- Menurunkan keterampilan motorik, bingung, kehilangan konsentrasi, penurunan motivasi, meningkatkan nafsu makan, rasa senang yang berlebihan.
- Komplikasi kesehatan pada daerah pernafasan, sistem peredaran darah dan kanker.
Ganja
Sumber: BNN, 2009
Tabel 2.3Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Psikotropika Jenis Efek Obat Penenang
- Bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental, dan emosi.
Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur, kemudian akan menimbulkan perasaan cemas, sensitif, dan marah.
- Penggunaan campuran dengan alkohol akan berdampak mematikan.
• Gejala putus zat bersifat lama dan serius.
- Peningkatan detak jantung dan tekanan darah, rasa senang yang
berlebihan, hilangnya rasa percaya diri.
- Setelah efek di aas, biasanya akan terjadi perasaan lelah, cemas, dan depresi yang dapat berlangsung beberapa hari.
- Kematian dilaporkan terjadi karena tidak seimbangnya cairan tubuh, baik karena dehidrasi ataupun terlalu banyak cairan.
- Menimbulkan kerusakan otak yang permanen.
Ecstasy
- Menimbulkan perasaan melayang sementara yang berangsur- angsur membangkitkan kegelisahan luar biasa.
- Aktivitas tubuh dipercepat berlebihan, penggunaan yang lama akan merusak tubuh, bahkan kematian karena over dosis.
Methamphetamine
Sumber: BNN, 2009
Tabel 2.4Efek dan Tanda-Tanda Penggunaan Bahan Adiktif Lainnya Jenis Efek Alkohol
- Memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung, dan mengganggu penalaran dan penilaian.
- Menimbulkan perilaku kekerasan, meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
- Gejala putus zat mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi, dan bahkan kematian.
- Memperlambat kerja otak dan sistem saraf pusat.
- Menimbulkan perasaan senang yang berlebihan, pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, dan pelo.
- Problem kesehatan terutama merusak otak, liver, ginjal, dan paru- paru.
- Kematian timbul akibat terhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung.
Bahan yang mudah menguap (Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin, Spiritus)
- Bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna.
- Perasaan sejahtera, perubahan pada proses berpikir, hilang orientasi dan depresi.
- Karena halusinasi, bisa menimbulkan kecelakaan.
Zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, kotoran kerbau/sapi, kecubung)
Sumber: BNN, 2009
2.2.5 Dampak dan Pengaruh Narkoba
Berdasarkan Julianan Lisa FR & Nengah Sutrisna (2013), secara umum terdapat 3 pengaruh narkoba yaitu:
1. Depresan a.
Menekan atau memperlambat fungsi sistem pusat sehingga mengurangi aktivitas fungsi tubuh.
b.
Dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, memberi rasa bahagia, bahkan bisa membuat tertidur dan tidak sadarkan diri.
2. Stimulan a.
Merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan kegairahan dan kesadaran. b.
Dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan.
3. Halusinogen a.
Mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah persaaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan salah atau halusinasi.
Keluhan umum bagi kesehatan badan adalah: 1.
Terganggunya fungsi otak 2. Daya ingat menurun 3. Sulit berkonsentrasi 4. Suka berkhayal 5. Intoksikasi 6. Overdosis 7. Gejala putus zat 8. Gangguan perilaku
Keluhan khusus bagi kesehatan badan: 1.
Berat badan turun drastis 2. Mata terlihat cekung dan merah 3. Muka pucat 4. Bibir kehitam-hitaman 5. Buang air besar dan kecil kurang lancar 6. Sakit perut tiba-tiba 7. Batuk dan pilek berkepanjangan 8. Sering menugap 9. Mengeluarkan keringat berlebihan 10.
Mengalami nyeri kepala Dampak tidak langsung penyalahgunaan Narkoba: 1.
Banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2. Dikucilkan dalam masyarakat.
3. Keluarga akan malu besar.
4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi.
5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
2.2.6 Faktor Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba ada beberapa faktor yaitu: 1.
Lingkungan sosial a.
Motif ingin tahu Di masa remaja seseorang lazim mempunyai rasa ingin tahu setelah itu ingin mencobanya.
b.
Adanya kesempatan Karena orang tua sibuk dengan kegiatannya masing- masing, mungkin juga karena kurangnya rasa kasih sayang dari keluarga ataupun akibat dari broken home.
c.
Sarana dan prasarana Karena orang tua berlebihan memberi fasilitas dan uang yang berlebihan, merupakan sebuah pemicu untuk menyalahgunakan uang tersebut untuk membeli narkotika untuk memuaskan rasa keingintahuan mereka.
2. Kepribadian a.
Rendah diri Perasaan rendah diri di dalam pergaulan di masyarakat atapupun di lingkungan sekolah, kerja, dan sebagainya, mereka mengatasi masalah tersebut dengan cara menyalahgunakan narkotik, psikotropika, maupun minuman keras yang dilakukan untuk menutupi kekurangan mereka tersebut.
b.
Emosional dan mental Pada masa-masa ini biasanya mereka ingin lepas dari segala aturan-aturan dari orang tua mereka. Dan akhirnya sebagai tempat pelarian yaitu dengan menggunakan narkotik, psikotropika, dan minuman keras lainnya. Lemahnya mental seseorang akan lebih mudah dipengaruhi oleh perbuatan- perbuatan negatif yang akhirnya menjurus ke arah penggunaan narkotik, psikotropika, dan minuman keras lainnya.
2.2.7 Ciri-ciri Pengguna Narkoba
Tanda-tanda berikut dapat ditemukan pada pengguna narkoba: 1.
Mata merah 2. Mulut kering 3. Bibir berwarna kecoklatan 4. Perilaku tidak wajar 5. Bicara kacau 6. Daya ingat menurut 7. Tampak murung dan menyendiri 8. Wajah pucat dan kuyu 9. Terdapat bau aneh di kamar pengguna 10.
Mata berair dan tangan gemetar 11. Napas tersengal dan susah tidur 12. Badan lesu dan selalu gelisah 13. Anak menjadi mudah tersinggung, marah, dan suka menantang orang tua
14. Prestasi belajar menurun 15.
Melakukan perilaku menyimpang seperti mencuri, mabuk-mabukan, dan pergaulan seks bebas
2.2.8 Karakteristik Demografik Pengguna Narkoba yang Mengalami
Gangguan JiwaNarkoba dapat memengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial. Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan bila pasien mengurangi atau menghentikan penggunaan narkoba yang biasa digunakan, akan mengalami gejala putus zat, seperti nyeri dan sulit tidur. Selain itu pasien juga mengalami efek toleransi terhadap zat yaitu suatu keadaan bila pasien ingin memperoleh efek zat seperti semula. Ia memelukan jumlah (dosis) yang semakin lama semakin banyak. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila pasien sudah berhenti menggunakan narkoba dalam waktu singkat atau lama akan mengalami kerinduan yang kuat sekali untuk menggunakannya kembali. Pasien akan mencari-cari dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan narkoba tersebut, walau tidak sedang mengalami gejala putus zat atau sedang di bawah tekanan seseorang (Budi, dkk, 2002).
Apabila telah timbul gangguan kejiwaan maka pengobatannya harus melibatkan dokter kejiwaan. Gangguan jiwa diklasifikasikan dalam bentuk penggolongan diagnosis. Di Indonesia, penggolongan diagnosis gangguan jiwa ini disebut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang saat ini telah pada edisi III. PPDGJ III disusun berdasarkan klasifikasi menurut
International Classification of Diseases (ICD) 10. PPDGJ menglasifikasikan
gangguan jiwa dalam kode numerik F00 sampai dengan F99 (Budi, dkk, 2002).Berdasarkan PPDGJ III, klasifikasi gangguan jiwa akibat penggunaan zat psikoaktif terdapat pada F10 sampai dengan F19, yang terdiri atas: F10: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol F11: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioid F12: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabioid F13: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedatif atau hipnotik F14: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain F15: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulan lain, termasuk kafein
F16: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenik F17: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau F18: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap F19: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya Menurut Budi, dkk, (2002) gangguan pengguna narkoba yang paling sering ditemukan di Puskesmas adalah penggunaan alkohol, diikuti dengan penggunaan opioid dan penggunaan tembakau.
Berdasarkan data dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba Barekskrim Polri (2013), jumlah tersangka kasus narkoba dengan jenis kelamin laki-laki tahun 2012 sebanyak 32.206 orang dan jumlah tersangka dengan jenis kelamin perempuan adalah 3.247 orang.
Sedangkan jumlah tersangka kasus narkoba berdasarkan kelompok umur pada tahun 2012 berdasarkan data dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba Barekskrim Polri (2013) dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 2.5Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012 No. Kelompok Umur Tersangka Jumlah Tersangka Tahun 2012 1. <16 tahun 132 2. 16-19 tahun 2.103 3. 20-24 tahun 5.460 4. 25-29 tahun 10.307 5. >30 tahun 17.451 JUMLAH 35.453
Sumber: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Maret 2013