Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

(1)

SKRIPSI

Oleh

Iren Setti Viroka Ginting 111121120

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 dengan Judul “Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012”.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. 3. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan

USU.

4. Bapak Ikhsannudin S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU.

5. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

6. Ibu Lufthiani S.Kep, Ns, M. Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan dalam penyesaian Skripsi ini.


(4)

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan. 9. Bapak dr. Chandra Syafei Sp.Og, selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis B. Ginting, SKM dan R. Pinem dan adikku Sentra dan Ginta serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan senantiasa memberikan doa yang tulus untuk penulis.

11. Mersi Gulo dan Ahmad Husein yang menjadi teman konsul Penulis.

12. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi Sore yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Menyadari Skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun tata bahasa, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2013 Penulis

Iren Setti Viroka Ginting NIM: 111121120


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 6

3. Pertanyaan Penelitian ... 6

4. Tujuan Penelitian ... 6

5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. Skizofrenia ... 8

2. Halusinasi ... 9

3. Proses Keperawatan Jiwa ... 13

4. Pelaksanaan Intervensi Keperawatan klien Halusinasi ... 20

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 22

1. Kerangka Konseptual ... 22

2. Defenisi Operasional ... 23

3. Hipotesa Penelitian ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ... 24

1. Desain Penelitian ... 24

2. Populasi Sampel dan Teknik Sampling ... 24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbangan Etik ... 26

5. Instrument Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reliabilitas... 26


(6)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

1. Hasil Penelitian ... 31

2. Karakteristik Responden ... 32

3. Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi ... 33

4. Pengendalian Diri Klien Halusinasi ... 34

5. Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi dengan Pengendalian diri Klien Halusinasi ... 34

6. Pembahasan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 44

1. Kesimpulan ... 44

2. Rekomendasi ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

Lampiran-lampiran ... 48

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 48

2. Instrumen Penelitian ... 49

3. Uji Reliabilitas... 54

4. Korelasi ... 59

5. Taksasi Dana ... 60

6. Jadwal Tentatif Penelitian ... 61

7. Riwayat Hidup ... 62


(7)

DAFTAR SKEMA

1. Skema 1 Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 ... 23


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Defenisi Operasional ... 24 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden... 31 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Intevensi Keperawatan Klien

Halusinasi ... 32 4. Distribusi Frekuensi Pengendalian Diri Klien Halusinasi... 33 5. Distribusi Frekuensi Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan


(9)

Nama : Iren Setti Viroka Ginting

NIM : 111121120

Judul : Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Abstrak

Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam menangani klien halusinasi yaitu menghardik halusinasi, berinteraksi dengan orang lain, melakukan aktivitas secara terjadwal dan menggunakan obat dengan teratur. Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan Skizofrenia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi. Desain penelitian deskriptif korelasi, jumlah sampel 35 orang, dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pelaksanaan intervensi keperawatan mayoritas sedang 14 orang (40%) dan pengendalian diri klien halusinasi sebagian besar mampu, 20 orang (57,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan intevensi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi didapat hasil p- value = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,939. Hubungan korelasi bersifat positif dan sangat kuat, artinya semakin baik pelaksanaan intervensi keperawatan maka semakin baik pengendalian diri klien halusinasi. Penelitian ini disarankan agar perawat lebih optimal melakukan intervensi keperawatan agar klien mengendalikan halusinasi dengan baik.

Kata Kunci : Pelaksanaan intervensi keperawatan, pengendalian diri, Halusinasi


(10)

Nama : Iren Setti Viroka Ginting

NIM : 111121120

Judul : Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Abstrak

Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam menangani klien halusinasi yaitu menghardik halusinasi, berinteraksi dengan orang lain, melakukan aktivitas secara terjadwal dan menggunakan obat dengan teratur. Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan Skizofrenia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi. Desain penelitian deskriptif korelasi, jumlah sampel 35 orang, dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pelaksanaan intervensi keperawatan mayoritas sedang 14 orang (40%) dan pengendalian diri klien halusinasi sebagian besar mampu, 20 orang (57,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan intevensi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi didapat hasil p- value = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,939. Hubungan korelasi bersifat positif dan sangat kuat, artinya semakin baik pelaksanaan intervensi keperawatan maka semakin baik pengendalian diri klien halusinasi. Penelitian ini disarankan agar perawat lebih optimal melakukan intervensi keperawatan agar klien mengendalikan halusinasi dengan baik.

Kata Kunci : Pelaksanaan intervensi keperawatan, pengendalian diri, Halusinasi


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, bukannya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Melihat definisi sehat di atas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melaksanakan aktifitas secara optimal (Arvianti, 2009 dalam WHO, 2001).

Menurut WHO jika 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa maka harus mendapat perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa. Masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang cukup serius. Menurut penelitian WHO menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia diperkirakan mencapai 264 dari 1000 jiwa penduduk yang mengalami gangguan jiwa (Azrul Azwar, 2010 dalam Yosep, 2009).

Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi. Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala- gejala yang khas (Kuniawan, 2012).


(12)

2

Salah satu gangguan jiwa Psikosa Fungsional yang terbanyak adalah Skizofrenia. Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi Skizofrenia secara umum berkisar antara 0,2% hingga 2,0% tergantung di daerah atau negara mana studi itu dilakukan. Di Indonesia sendiri, kasus klien dengan Skizofrenia 25 tahun yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan diperkirakan dalam 25 tahun mendatang akan mencapai 3/1000 penduduk (Hawari, 2001).

Data dari Schizophrenia Information & Treatment Introduction di Amerika penyakit Skizofrenia menimpa kurang lebih 1% dari jumlah penduduk. Lebih dari 2 juta orang Amerika menderita skizofrenia pada waktu tertentu, dan 100,000-200,000 tahun baru diagnosedevery peopleare. Separuh dari pasien gangguan jiwa yang dirawat di RS Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia (Pitoyo, 2012).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 237,6 juta. Dengan asumsi angka 1 % tersebut di atas maka jumlah penderita Skizofrenia di Indonesia pada tahun 2012 ini sekitar 2.377.600 orang. Angka yang fantastis dibanding jumlah daya tampung 32 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia sebanyak 8.047 tempat tidur. Daya tampung tetap, pasien gangguan jiwa meningkat (Pitoyo, 2012).

Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah: penderita skizofrenia. Gejala-gejala skizofrenia mengalami penurunan fungsi/ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat produktifitasnya dengan orang lain (Arif, 2006).


(13)

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Skizofrenia. Dari seluruh klien Skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren persepsi palsu (Praptoharsoyo, 2012).

Hasil survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara terdapat 141 orang penderita gangguan skizofenia dan gangguan waham, gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psiko aktif terdapat 5 orang, gangguan suasana perasaan 2 orang, retardasi mental 1 orang yang dirawat inap pada tahun 2011.

Tingginya angka penderita gangguan jiwa yang mengalami halusinasi merupakan masalah serius bagi dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia. Penderita halusinasi jika tidak ditangani denga n baik akan berakibat buruk bagi klien sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan. Tidak jarang ditemukan penderita yang melakukan tindak kekerasan karena halusinasinya (Yahya, 2009).

Gangguan jiwa skizofrenia cenderung berlanjut menahun dan kronis, karena terapi obat psikofarma diberikan dalam jangka waktu relatif lama. Terapi kejiwaan pada penderita skizofrenia dapat diberikan apabila sudah mencapai tahapan dapat menilai realitas.


(14)

4

Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Saling percaya sangat penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk memperoleh rasa aman dan nyaman untuk menceritakan pengalaman halusinasinya sehingga informasi tentang halusinasinya dapat komprehensif. Untuk itu perawat harus memulai memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak asuhan keperawatan, memperlihatkan sikap sabar, penerimaan yang tulus dan aktif mendengar. Hindari menyalahkan atau respon tertawa saat klien menceritakan pengalaman aneh yang menggelikan (Yosep, 2009).

Berdasarkan penelitian Castro (2010), Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Pasien Halusinasi Dalam Mengontrol Halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan bahwa ada perbedaan cara mengontrol halusinasi antara sebelum dan sesudah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi. Penelitian Sulastri (2010), Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di RSKD. Dadi Makassar menyatakan penerapan asuhan keperawatan memberikan hasil yang bermakna terhadap peningkatan kemampuan klien mengontrol halusinasi.

Penelitian Arum, dkk (2004) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi menunjukkan kemampuan komunikasi yang lebih baik daripada kelompok kontrol.


(15)

Penelitian Ledy (2010) tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi yang menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengontrol halusinasi pasien.

Penelitian Carolina (2008) tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi dan menurunkan intensitas tanda dan gejala halusinasi sehingga dapat menurunkan efek lanjut dari halusinasi yang dialami.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 bahwa, pelaksanaan intervensi keperawatan sudah dilakukan tetapi masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan oleh masih adanya klien yang belum dapat mengendalikan halusinasi dengan baik.

Berdasarkan fenomena- fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Kemampuan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012”.


(16)

6

2. Rumusan Masalah

Masih kurangnya pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

3. Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemamp uan pengendalian diri klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pelaksanaan intervensi keperawatan klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

b. Untuk mengetahui kemampuan pengendalian diri klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

c. Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan dengan kemampuan pengendalian diri klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara


(17)

5. Manfaat Penelitian

5.1 Praktek Keperawatan

Penelitian ini menambah pengetahuan perawat dalam pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi

5.2Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini menjadi bukti dasar yang dipergunakan dalam wahana pembelajaran keperawatan jiwa, khususnya materi tentang pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi

5.3Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Skizofrenia

Menurut Hawari (2001) skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya faktor genetika ini bisa diabaikan. Gejala skizofrenia bahkan bisa tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung seseorang bersikap anti-sosial maka penyakit skizofrenia menemukan lahan suburnya. Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang disebut psikosis. Pasien psikotik tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan realitas (Arif, 2006).

Penyebab skizofrenia belum diketahui, namun dari penelitian didapat kesan bahwa beberapa daerah di otak mempunyai peranan, misalnya sistem limbik, korteks di frontal, serebelum dan ganglia basalis. Pemeriksaan pencitraan otak pada penderita yang masih hidup dan pemeriksaan neuropatologi pada yang mati memberi kesan bahwa sistem limbik mempunyai peranan penting dalam proses patologi skizofrenia (Lumbantobing, 2007).

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan- lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan- lahan ini bisa menjadi skizofrenia acute. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat


(19)

dan kuat yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi) dan kegagalan berpikir (Yosep, 2009).

2. Halusinasi

2.1Pengertian Halusinasi

Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari luar yang terjadi pada semua sistem penginderaan dan hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara nyata (Dalami dkk, 2009)

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah dimana tidak terdapat stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi dapat berwujud penginderaan kelima indera yang keliru, tetapi yang paling sering adalah halusinasi dengar (auditory) dan halusinasi pengelihatan (visual) seperti merasa mendengar suara-suara yang mengajaknya bicara padahal tidak ada atau melihat sesuatu yang pada kenyataan tidak ada (Arif, 2006).

Halusinasi yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya, penderita mendengar suara-suara/bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari bisikan itu (Hawari, 2001). Pasie n merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal stimulus suara tidak ada. Melihat bayangan orang atau sesuatu padahal tidak ada. Membaui bauan tertentu padahal tidak ada. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada (Yosep, 2009).


(20)

10

2.2Klasifikasi Halusinasi

Menurut Erlinafsiah (2010) pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :

1. Halusinasi Pendengaran: ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang, biasanya klien mendengar suara-suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2. Halusinasi Penglihatan: ditandai dengan adanya stimulus pengelihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometric, gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks. Pengelihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3. Halusinasi Penghidung: ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.

4. Halusinasi Peraba: ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi Pengecap: ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

6. Halusinasi Sinestetik: ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukkan urine.


(21)

2.3 Tahapan Halusinasi

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 tahap dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda (Dalami, 2009), yaitu:

1. Tahap 1: Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

2. Tahap 2: Pengalaman sensori menakutkan. Klien mulai kehilangan kontrol dan menarik diri dari orang lain. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), konsentrasi dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk me mbedakan halusinasi dengan realita.

3. Tahap 3: Klien menyerah dan menerima pengalaman halusinasinya (sensori) tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

4. Tahap 4: Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku panik, tidak mampu berespon terhadap lingkungan, potensial untuk bunuh diri, tindak kekerasan, agitasi atau katanonik.


(22)

12

2.4 Faktor-faktor Penyebab Halusinasi 1. Faktor Predisposisi

1. Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gangguan yang mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri

2. Psikologis

Keluarga pengasuh yang tidak mendukung (broken home, overprotektif,

dictator dan lainnya) serta lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah: penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang kehidupan klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita: dimana terjadi kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan terisolasi yang disertai stress .

2. Faktor presipitasi

Sikap persepsi: merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan


(23)

dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Dari data-data tersebut faktor presipitasi dikelompokan sebagai berikut:

1. Stressor biologis

Yaitu yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi. Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan melakukan secara selektif menanggapi rangsangan.

2. Stress Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

(Erlinafsiah, 2010)

3. Proses Keperawatan Jiwa

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian dari integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Setiadi, 2008).

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus


(24)

14

kehidupan dengan respon bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, komunitas). Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahank an perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia (Suliswati dkk, 2005).

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi (Deswani, 2009).

Proses keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain.

3.1 Pengkajian

Pengkajian pada dasarnya adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Pengkajian dimulai dari klien masuk ke rumah sakit dan diteruskan sampai klien pulang. Pengkajian saat klien masuk merupakan data dasar untuk mengidentifikasi masalah klien, sedangkan pengkajian selanjutnya merupakan monitor dari status kesehatan klien yang berfungsi untuk mengidentifikasi masalah dan komplikasi yang timbul (Deswani, 2009).


(25)

3.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan pemberi pelayanan lain (Deswani, 2009).

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak diri lingkungan. Klien kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan.

3.3 Intervensi

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilaksanakan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009). Tujuan asuhan keperawatan klien halusinasi adalah klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami oleh klien. Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengenal halusinasinya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya 5. Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinasi


(26)

16

3.4 Implementasi

Implementasi adalah melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan. Melakukan intervensi keperawatan berarti mempersiapkan dan melakukan intervensi, memonitor respon, dan membuat perubahan-perubahan penting. Pada tahap ini melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan (Deswani, 2009).

Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.

Tindakan keperawatan:

1. Membantu klien mengenali halusinasi

Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.

2. Melatih pasien mengontrol halusinasi

Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut meliputi:


(27)

1) Menghardik Halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasinya atau tidak memperdulikan halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

1. menjelaskan cara menghardik halusinasi 2. memperagakan cara menghardik halusinasi 3. meminta pasien memperagakan ulang

4. memantau penerapan ini, menguatkan perilaku pasien 2) Melatih bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.

3) Melatih klien beraktivitas secara terjadwal

Libatkan pasien dalam terapi modalitas, untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan membimbing klien membuat jadwal teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Klien beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.


(28)

18

1. menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi

2. mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien 3. melatih pasien melakukan aktivitas

4. menyusun jadwal aktivitas sehari- hari sesuai dengan aktivitas yang sudah dilatih

5. memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan pada pasien yang positif

4) Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering kali mengalami putus obat sehingga klien mengalami kekambuhan.

Tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan obat: 1. jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa 2. jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program 3. jelaskan akibat putus obat

4. jelaskan cara berobat

5. jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)


(29)

3. Pemberian psikofarmakologi

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia biasanya diatasi dengan obat-obatan anti psikotik antara lain: golongan butirofenon: haloperidol, haldol, serenace, ludomer.

Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya diberi obat per oral 3 x 1,5 mg atau 3 x 5 mg. Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/ largactile/ promactile. Biasanya diberi per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1 x 100 mg pada malam hari saja.

4. Memantau efek samping obat

Perawat perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-obat psikotik seperti: mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali. Untuk mengatasi ini biasanya dokter memberikan obat anti parkinsonisme yaitu Trihexyphenidile 3 x 2 mg. Apabila terjadi gejala-gejala yang dialami oleh klien tidak berkurang maka perlu diteliti apakah obat betul-betul diminum atau tidak. Untuk itu keluarga juga perlu dijelaskan tentang pentingnya melakukan observasi dan pengawasan minum obat klien.

5. Melibatkan keluarga dalam tindakan

Keluarga adalah support system terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan klien. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mandiri dan atuh mengikuti program pengobatan. Salah satu tugas perawat


(30)

20

adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien gangguan jiwa di rumah. Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi:

1. pengertian halusinasi

2. jenis halusinasi yang dialami oleh klien 3. tanda dan gejala halusinasi

4. proses terjadinya halusinasi 5. cara merawat pasien halusinasi 6. cara berkomunikasi

7. pengaruh pengobatan dan tata cara pemberian obat 8. pemberian aktivitas kepada pasien

9. sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau 10.pengaruh stigma masyarakat terhadap kesembuhan klien

(Yosep, 2009)

4. Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi SP I : Menghardik halusinasi

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi 7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi


(31)

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP II : Berinteraksi dengan orang lain

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III : Beraktivitas secara teratur dengan menyusun jadwal kegiatan aktifitas sehari- hari (AKS)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV : Menggunakan obat

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


(32)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Fokus penelitian adalah faktor- faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi. Adapun faktor-faktor yang diteliti adalah variabel independen yakni pelaksanaan intervensi keperawatan dan variabel dependen yakni pengendalian diri klien halusinasi.

Penelitian ini didasarkan oleh konsep Yosep (2009), yang mencakup pelaksanan intervensi keperawatan mulai dari SP I-IV yaitu menghardik halusinasi, berinteraksi dengan orang lain, beraktivitas secara teratur dan menggunakan obat secara teratur tehadap pengendalian diri klien halusinasi.

Skema 1 : Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Pelaksanaan Intervensi keperawatan klien Halusinasi

1. SP I (menghadik Halusinasi) 2. SP II (berinteraksi dengan orang

lain)

3. SP III (beraktivitas secara teratur) 4. SP IV (menggunakan obat)

Pengendalian diri klien Halusinasi


(33)

2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pelaksanaan Intervensi Keperawatan klien Halusinasi Proses pelaksanaan intervensi

keperawatan seperti melatih klien

menghardik halusinasi, melatih klien berinteraksi dengan orang lain, membantu menyusun jadwal aktivitas sehari- hari, mengajarkan penggunaan obat yang baik Kuesioner sebanyak 20 pertanyaan Kurang = 20-40 Sedang = 41-60 Baik = 61-80

Ordinal

2 Pengendalian diri klien halusinasi

Kemampuan untuk mengontrol/ mengendalikan perasaan atau gejolak dan tindakan yang berasal dari dalam diri sendiri Kuesioner sebanyak 4 pertanyaan Tidak Mampu = 0-4 Mampu = 5-8 Ordinal

Tabel 1 : Defenisi Operasional Variabel Penelitian

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pelaksanaan intervensi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi (Ha).


(34)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif hubungan/korelasi yaitu penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif mengacu pada kecendrungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain, melibatkan minimal dua variabel. Penelitian ini mengkaji hubungan korelasi antara pelaksanaan intervensi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 2.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 141 orang. Data tersebut diambil oleh peneliti dari rekam medis pasien mulai dari bulan januari-desember tahun 2011.

2.2Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 35 orang.


(35)

2.3Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel secara random atau acak dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel secara acak yang digunakan adalah dengan teknik undian yaitu dengan cara mengundi anggota populasi. Peneliti akan menulis nomor 1 sampai 141 pada kertas. Kertas tersebut digulung kecil-kecil, kemudian kertas kecil akan diambil secara acak sebanyak 35 yaitu sebesar jumlah sampel yang dibutuhkan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah klien Skizofrenia Paranoid di ruangan rawat inap, sudah pernah mendapat SP I – SP IV, bersedia menjadi responden dan kooperatif.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara karena yang merupakan rumah sakit jiwa terbesar di Sumatera Utara. Rumah Sakit Jiwa ini juga memiliki populasi yang banyak dan sebagai rumah sakit jiwa rujukan yang ada di Sumatera Utara sekaligus menjadi rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa yang akan praktek keperawatan jiwa. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara menampung banyak pasien gangguan jiwa seperti skizofrenia termasuk didalamnya halusinasi, waham, retardasi mental, penyalahgunaan obat terlarang dan gangguan jiwa lainnya. Penelitian ini dilakukan di ruangan Kamboja atas saran dari pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara karena


(36)

26

jumlah pasien di ruangan Kamboja lebih dari sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli- Agustus tahun 2012.

4. Pertimbangan Etik

Prosedur penelitian yang telah dilakukan yaitu: mendapat izin penelitian, kemudian dilakukan dengan pengumpulan data, menganalisa data dan menyajikan data penelitian yang hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian. Responden bersedia diteliti maka lebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. Kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan data yang diajukan dengan hanya diberi inisial nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reliabilitas 5.1Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner) yang pertanyaannya dibuat sendiri oleh peneliti yang disesuaikan dengan tinjauan pustaka. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kuesioner data demografi, kuesioner pelaksanaan intervensi keperawatan dan kuesioner pengendalian diri klien halusinasi. Kuesioner data demografi meliputi nomor responden, ruangan, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, lama rawat, lama menderita penyakit dan obat-obatan yang didapat. Pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dilakukan dengan wawancara menggunakan 20


(37)

pernyataan. Pengendalian diri klien halusinasi dilakukan dengan wawancara dibantu dengan menggunakan 4 pernyataan.

Berdasarkan konsep Wahyuni (2007), dengan mencari rentang nilai yaitu dengan mengurangi nilai maksimum dengan nilai minimum. Jumlah kelas dan intervel kelas dicari dengan Rumus Sturgess. Kuesioner pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi menggunakan skala likert dan pilihan jawaban dengan rentang skala 1-4, yaitu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = selalu, maka nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden adalah 14 dan nilai tertinggi 56, maka pelaksanaan intervensi keperawatan dimasukkan kedalam kategori baik bila skor berada diantara nilai 61-80, sedang 41-60, sedangkan untuk kategori kurang bila skor berada diantara nilai 20-40.

Kuesioner pengendalian diri klien halusinasi menggunakan skala Gutman jika menjawab ya diberi skor 2, jika menjawab tidak diberi skor 1. Nilai terendah yang mungkin diperleh adalah 4, sedangkan nilai tertinggi adalah 8. Pengendalian diri klien halusinasi dikatakan mampu jika berada diantara nilai 5-8, dan dikatakan tidak mampu jika nilai 0-4.

5.2Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi selanjutnya dikonsultasikan kepada yang kompeten (Setiadi, 2007). Uji validitas dikonsultasikan kepada Dosen Keperawatan Jiwa di


(38)

28

Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan valid.

5.3Pengukuran Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataannya maka berapa kalipun diambil tetap sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan dengan menggunakan rumus

Cronbach Alpha pada pernyataan pelaksanaan intervensi keperawatan klien

halusinasi dan pernyataan pengendalian diri klien halusinasi (Arikunto, 2006). Hasil reliabilitas penelitian telah dilakukan di Ruangan Mawar pada 10 orang responden dan diperoleh hasil koefisien sebesar 0,810.

6. Proses Pengumpulan Data

Prosedur awal yang dilakukan peneliti adalah mengajukan permohonan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian izin penelitian yang diperoleh dikirim ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada responden. Sebelum melakukan wawancara peneliti


(39)

memberikan snack ringan kepada klien yang ada di ruangan Kamboja. Peneliti memperkenalkan diri kepada klien kemudian menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, kemudian peneliti menanyakan identitas klien, klien bersedia menjadi responden dan kooperatif kemudian peneliti mengajukan 20 pernyataan mengenai pelaksanaan inervensi keperawatan klien halusinasi dan 4 pernyataan untuk mengobservasi kemampuan pengendalian diri klien halusinasi. Peneliti melakukan wawancara dengan menanyakan langsung kepada klien, kemudian memberikan tanda checklist pada lembar kuesioner sesuai dengan jawaban klien.

7. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diolah dengan menggunakan komputer dengan langkah- langkah sebagai berikut: Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Coding atau pengkodean yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). Tabulasi yaitu jawaban yang telah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan kedalam tabel. Analisa data, yaitu menganalisa data yang dilakukan dengan program analisa statistik

Data demografi dan pernyataan pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi diinterpretasikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik bivariat. Statistik bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi.


(40)

30

Data yang dianalisa merupakan data kategorikal dengan skala pengukuran ordinal yaitu data yang disusun atas dasar jenjang atau atribut tertentu. Pada peneltian ini peneliti tidak hanya mengkategorikan pada persamaan tapi bisa menyatakan lebih besar dari atau lebih kecil dari.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis inferensial atau uji signifikansi yaitu dengan menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan variabel dependen dengan variabel independen. Koefisien korelasi pearson disimbolkan dengan r. Koefisien r akan berkisar 0 sampai 1. Besaran koefisien menunjukkan kekuatan hubungan, yaitu bila r = 0, berarti tidak ada hubungan linier. Bila r = 1 berarti hubungan linier sempurna. Semakin mendekati angka 1 berarti semakin kuat hubungannya, dan mendekati angka 0 semakin lemah hubungannya (Wahyuni, 2011).

Hasil dari uji statistik tersebut akan diperoleh 2 kemungkinan yaitu signifikan/bermakna yaitu adanya hubungan antara variabel pada taraf signifikan tertentu seperti 1% (0,01) atau 5% (0,05) dan tidak signifikan/tidak bermakna artinya tidak ada hubungan dari variabel yang diteliti.

Kemungkinan hasil yang pertama ada hubungan, hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Sebaliknya kemungkinan hasil yang kedua tidak ada hubungan, Ho diterima sedangkan Ha ditolak. Tujuan dari analisis uji tersebut adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan pelaksanaan intervensi klien halusinasi terhadap kemampuan pengendalian diri klien halusinasi.


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik responden dan hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 dengan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 35 responden.

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan (100%), berdasarkan umur mayoritas berumur 26-32 tahun sebanyak 14 orang (40%), berdasarkan agama mayoritas protestan sebanyak 16 responden (45,7%), berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 15 responden (42,9%), berdasarkan lama rawat sebagian besar <1 tahun sebanyak 26 responden (74,3%), berdasarkan lama menderita penyakit sebagian besar <1 tahun sebanyak 26 responden (74,3%) dan karakteristik responden berdasarkan obat-obatan yang didapat adalah seluruh responden menggunakan obat tipikal sebanyak 35 responden (100%). Hasil karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 2.


(42)

32

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Ruangan Kamboja di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 (n = 35)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin Perempuan Umur 26-32 33-39 40-46 47-53 54-60 61-68 35 14 8 7 4 1 1 100 40 22,9 20 11,4 2,9 2,9 Agama Protestan Katolik Islam Budha Pendidikan SD SMP SMA D3 SI Lama Rawat <1 Tahun 1-3 Tahun 3-5Tahun > 5 Tahun

Lama Menderita Penyakit <1 Tahun

1-3 Tahun 3-6Tahun > 5 Tahun

Obat-obatan yang didapat Tipikal 16 3 14 2 6 7 15 2 5 26 4 2 3 26 4 2 3 35 45,7 8,6 40 5,7 17,1 20 42,9 5,7 14,3 74,3 11,4 5,7 8,6 74,3 11,4 5,7 8,6 100


(43)

3. Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi mayoritas dikatakan sedang sebanyak 14 responden (40%), pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dikatakan baik sebanyak 10 responden (28,6%), dan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dikatakan kurang sebanyak 11 responden (31,4%).

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Intevensi Keperawatan Klien Halusinasi di Ruangan Kamboja di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

4. Pengendalian Diri Klien Halusinasi

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pengendalian diri klien halusinasi sebagian besar dikatakan mampu sebanyak 20 responden (57,1%), dan pengendalian diri klien halusinasi dikatakan tidak mampu sebanyak 15 responden (42,9%).

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Ruangan Kamboja di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi

Frekuensi Persentase

Baik 10 28,6

Sedang 14 40

Kurang 11 31,4

Total 35 100%

Pengendalian Diri Klien Halusinasi Frekuensi Persentase

Mampu 20 57,1

Tidak Mampu 15 42,9


(44)

34

5. Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi dengan

Pengendalian Diri Klien Halusinasi

Uji korelasi Pearson yang dilakukan secara komputerisasi memberikan hasil p-value = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,939. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dengan pengendalian diri klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara karena jika nilai p < 0,05 maka ada hubungan antara dua variabel tersebut. Hal ini menyatakan bahwa semakin baik pelaksanaan intervensi keperawatan maka semakin baik pengendalian diri klien halusinasi.

Hasil

Korelasi

Pelaksanaan Intervensi Keperawatan

Pengendalian Diri

Pelaksanaan Intervensi Keperawatan

Koefisien korelasi Sig. (2-arah) N

1

35

0,939 ,000

35

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Ruangan Kamboja di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012


(45)

6. Pembahasan

6.1 Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi

Pelaksanaan intervensi keperawatan meliputi strategi pelaksanaan I-IV yaitu melatih klien menghardik halusinasi, melatih bercakap-cakap dengan orang lain, melatih klien melakukan aktivitas sehari-hari, melatih klien menggunakan obat. Hasil penelitian tentang pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi menyatakan bahwa pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi mayoritas kategori sedang yaitu sebanyak 14 responden (40%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan intervensi klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sudah dilaksanakan, tetapi belum maksimal karena masih didapat pelaksanaan intervensi klien halusinasi yang kategori kurang sebanyak 11 responden (31,9%).

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilaksanakan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009). Tujuan asuhan keperawatan klien halusinasi adalah klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami oleh klien.

Pelaksanaan intervensi keperawatan termasuk kategori sedang karena tindakan keperawatan sudah dilakukan pada klien halusinasi. Salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan adalah terapi aktivitas kelompok halusinasi. Klien halusinasi mengikuti terapi aktivitas kelompok halusinasi yang dibimbing oleh perawat yang bertugas di ruangan atau mahasiswa yang sedang dinas di ruangan tersebut. Sebagian dari klien halusinasi memberikan respon yang baik terhadap terapi aktivitas kelompok yang dilakukan. Namun masih ada klien halusinasi yang belum mengikuti terapi aktivitas kelompok karena masih merasa asing dengan lingkungan yang baru, ada juga yang sudah merasa bosan karena sudah sering mendapatkan terapi aktivitas kelompok halusinasi


(46)

36

Kegiatan harian klien halusinasi juga belum terjadwal dengan baik mulai dari bangun pagi sampai tidur pada malam hari. Kegiatan harian yang dilakukan klien halusinasi diantaranya adalah bangun tidur, mandi, makan, berinteraksi dengan teman atau perawat, merapikan tempat tidur, membersihkan ruangan, mencuci pakaian dan tidur. Hal tersebut dilakukan klien halusinasi yang sudah memberikan respon yang baik terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Klien halusinasi yang belum dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena ketidakpedulian, masih merasa asing dengan lingkungan rumah sakit karena mayoritas klien halusinasi lama rawat > 1tahun.

Pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dilakukan agar klien halusinasi mampu mengendalikan halusinasinya dengan cara menghardik halusinasinya, dapat dilakukan dengan melakukan penyangkalan terhadap suara/bisikan yang didengar seperti “saya tidak mau dengar”. Bercakap-cakap dengan teman atau perawat dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien halusinasi, saat terdengar suara/bisikan dengan bercakap-cakap dapat membuat pikiran terfokus pada topik yang dibicarakan sehingga tidak terdengar lagi suara/bisikan yang tidak ada sumbernya.

Pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari membuat klien halusinasi sibuk dengan aktivitas seperti, menyapu lantai, mencuci kain, merapikan tempat tidur. Aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian klien halusinasi terhadap halusinasinya seperti suara/bisikan. Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien tidak mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi.

Penggunaan obat pada klien halusinasi membantu dalam proses penyembuhan klien halusinasi terhadap halusinasinya. Penggunaan obat sesuai dengan prinsip 5B (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis). Penggunaan obat yang teratur


(47)

dapat mengurangi angka kekambuhan. Obat juga memberikan efek samping pada klien halusinasi seperti tremor, kaku otot dan mengantuk.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ledy (2010) tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi yang menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengontrol halusinasi pasien.

6.2 Pengendalian Diri Klien Halusinasi

Pengendalian diri klien halusinasi meliputi kemampuan meminta teman atau perawat menyapa saat sedang berhalusinasi, kemampuan bercakap-cakap dengan teman atau orang lain untuk mencegah halusinasi, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari mulai bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu dan kemampuan menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis),

Adapun hasil penelitian sebagian besar klien halusinasi yang dikategorikan mampu mengendalikan diri terhadap halusinasi sebanyak 20 responden (57,1%). Hal ini menunjukkan klien halusinasi sudah mampu meminta teman atau perawat untuk menyapa klien saat terjadi halusinasi. Klien halusinasi juga sudah mampu melakukan kegiatan bercakap-cakap sehingga dapat mengendalikan halusinasi yang dialaminya. Aktivitas sehari-hari yang dijadwalkan sudah dilakukan klien halusinasi untuk mengendalikan halusinasinya. Penggunaan obat secara teratur sudah dilakukan klien halusinasi dalam mengendalikan halusinasinya serta untuk mencegah kekambuhan.

Klien halusinasi mampu mengendalikan halusinasinya dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Klien halusinasi mampu makan dengan baik, merapikan tempat tidur dengan mandiri atau dengan bantuan perawat, mampu membersihkan ruangan


(48)

bersama-38

sama, mengambil makan bersama-sama, mencuci pakaian sendiri bahkan pakaian teman yang ada di ruangan tersebut. Klien halusinasi juga menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis). Klien halusinasi mampu menyebutkan jenis obat yang dimakannya, efek samping dari obat tersebut akibat putus obat yang terjadi kekambuhan.

Namun sebagian klien halusinasi 15 responden (42,9%) belum mampu mengendalikan diri dengan baik karena, masih belum beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit karena lama rawat klien halusinasi mayoritas > 1 tahun, klien halusinasi juga masih merasa canggung mengikuti kegiatan yang dilakukan di rumah sakit atau melakukan aktivitas yang sudah dijadwalkan sehari-hari. Klien masih ada yang tidak mau merapikan tempat tidur, tidak mau berinteraksi dengan teman atau perawat dan untuk kebersihan diri juga masih kurang.

Klien halusinasi yang sudah mampu mengendalikan halusinasi sudah memiliki cara dalam mengahadapi halusinasinya. Ketika halusinasi muncul, klien halusinasi berusaha menghardik dengan mengatakan “saya tidak dengar”, ada juga klien yang langsung bercakap-cakap dengan perawat atau dengan teman satu ruangan, klien halusinasi juga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaia n, menyapu lantai agar perhatiannya tidak pada halusinasinya. Klien yang mampu mengendalikan halusinasi memiliki komunikasi yang baik terhadap teman dan perawat yang ada di ruangan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Sulastri (2010), menyatakan penerapan asuhan keperawatan memberikan hasil yang bermakna terhadap peningkatan kemampuan klien mengontrol halusinasi dan penelitian Arum, dkk (2004) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi menunjukkan kemampuan komunikasi yang lebih baik daripada kelompok kontrol.


(49)

6.3 Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien

Halusinasi

Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya hubungan, sehingga Ho ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dengan pengendalian diri klien halusinasi di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2012. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi meliputi, melatih klien menghardik halusinasi, melatih bercakap-cakap dengan orang lain, melatih klien melakukan aktivitas sehari-hari, melatih klien menggunakan obat telah dilakukan kepada klien halusinasi.

Hasil dari penelitian mengenai hubungan pelaksanaan intervensi klien halusinasi dengan kemampuan mengendalikan diri klien halusinasi adalah adanya hubungan antara pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dengan pengendalian diri klien halusinasi dengan nilai r = 0,939 artinya hubungan sangat kuat dan berkolerasi positif, artinya semakin baik pelaksanaan intervensi keperawatan yang diberikan maka semakin mampu klien halusinasi dalam mengendalikan halusinasi.

Pelaksanaan intervensi keperawatan sangat kuat hubungannya dengan kemampuan pengendalian diri klien halusinasi ditandai dengan klien halusinasi merespon dengan baik dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara terjadwal, seperti bangun tidur, makan, bercakap-cakap dengan teman, membersihkan ruangan, merapikan tempat tidur. Klien yang teratur melakukan aktivitas dengan baik secara teratur sudah mampu mengendalikan diri dengan baik dan memiliki cara yang baik apabila halusinasi tersebut muncul. Kegiatan tersebut dapat mengalihkan perhatian dan menyibukkan diri klien halusinasi. Penggunakan obat secara teratur dan sesuai dengan dosis juga dilakukan perawat dengan baik.


(50)

40

Implementasi adalah melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan. Melakukan intervensi keperawatan berarti mempersiapkan dan melakukan intervensi, memonitor respon, dan membuat perubahan-perubahan penting. Pada tahap ini melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan (Deswani, 2009).

Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami. Tindakan keperawatan, membantu klien mengenali halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi, melatih bercakap-cakap dengan orang lain, melatih klien beraktivitas secara terjadwal, melatih pasien menggunakan obat secara teratur (Yosep, 2009).

Pelaksanaan intervensi keperawatan yang sering dilakukan terhadap klien halusinasi dengan melatih klien halusinasi mulai dari SP I - SP IV membuat klien halusinasi mampu mengendalikan halusinasi ketika halusinasi muncul. Selain itu dengan seringnya dilakukan latihan atau terapi aktivitas kelompok klien halusinasi mendapatkan banyak informasi yang berguna dari perawat atau mahasiswa yang sedang dinas di ruangan. Informasi yang didapat klien halusinasi berupa cara-cara menghardik halusinasi dan bagaimana mengendalikan halusinasi tersebut.

Kemampuan sosialisasi klien halusinasi juga semakin baik karena bertemu dengan orang-orang baru dan teman-teman yang baru. Klien halusinasi bersosialisasi saat diadakan terapi aktivitas kelompok dengan berkenalan dengan perawat, mahasiswa yang dinas dan teman yang berbeda ruangan. Klien halusinasi juga melakukan kegiatan atau


(51)

permainan secara bersama-sama saat terapi aktivitas kelompok berlangsung dan dengan diadakannya kegiatan tersebut menambah teman baru, pengalaman baru bagi klien halusinasi.

Kemampuan klien halusinasi mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul didukung dengan kemampuan komunikasi yang baik dengan teman- teman dan perawat yang ada di ruangan. Frekuensi interaksi yang sering dilakukan dengan orang lain dan melakukan aktivitas secara terjadwal membuat klien halusinasi merasa lebih baik dan mendorong teman-teman yang belum dapat mengendalikan halusinasinya agar dapat mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul dengan memberikan contoh cara menghardik halusinasi, mengajak klien yang belum mampu mengendalikan halusinasinya melakukan aktivitas sehari-hari dengan teratur dan bercakap-cakap dengan klien tersebut.

Hasil ini juga menguatkan penelitian sebelumnya Castro (2010) bahwa ada perbedaan cara mengontrol halusinasi antara sebelum dan sesudah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi dan penelitian Carolina (2008) tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi dan menurunkan intensitas tanda dan gejala halusinasi sehingga dapat menurunkan efek lanjut dari halusinasi yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan merupakan panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilaksanakan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).


(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 dapat hasil sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi mayoritas kategori sedang sebanyak 14 orang (40%). Ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan telah dilaksanakan terhadap klien halusinasi.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengendalian diri klien halusinasi mayoritas kategori mampu sebanyak 20 orang (57,1%). Ini menunjukkan bahwa klien halusinasi sudah mampu mengendalikan diri terhadap halusinasi.

3. Hasil uji korelasi melalui analisa Pearson didapat hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dengan pengendalian diri klien halusinasi di Ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 dengan p-value = 0,000 dan r = 0,939.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan penelitian yaitu semakin baik pelaksanaan intervensi keperawatan maka pengendalian diri klien halusinasi semakin baik.


(53)

2. Rekomendasi

Setelah penelitian dilakukan ada beberapa saran peneliti terhadap pelaksanaan intervensi keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi yaitu :

1. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara lebih meningkatkan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi terhadap klien halusinasi agar klien halusinasi dapat mengendalikan halusinasi dengan baik dan membuat jadwal kegiatan harian klien halusinasi yang baik

2. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan agar materi pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dapat dibahas lebih baik sehingga dalam pelaksanaan langsung kepada klien halusinasi lebih optimal

3. Keluarga klien

Bagi keluarga klien halusinasi lebih memberikan perhatian pada klien halusinasi agar kien termotivasi untuk melakukan hal yang positif agar dapat mengendalikan halusinasi dengan baik

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan dan melanjutkan penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil lebih sempurna dan meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap pengendalian diri klien halusinasi dengan menggunakan desain peneltian yang berbeda.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, (2009). Halusinasi. Diambil tanggal 1 Mei 2012 dari http://ebdosama.blogspot.com/2009/03/halusinasi.html

Arif, I.S., (2006). Skizofrenia. Cetakan Pertama. Bandung: Refika Aditama.

Arum, P, dkk., (2004). Pengaruh Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Komunikasi

Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Diambil tanggal 12

November 2012 dari publikasiilmiah.ums.ac.id

Arvianti, K., (2009). Hubungan Pengetahuan-Literatur. Diambil tanggal 28 April 2012 dari http://lontar.ui.ac.id

Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Carolina., (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi. Diambil tanggal 12 November 2012 dari http://lontar.ui.ac.id

Castro., (2010). Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif Dan Psikomotor Pasien dalam Mengontrol Halusinasi. Diambil tanggal 12 November 2012 dari repository.usu.ac.id Dalami, E.dkk., (2009). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Cetakan Pertama,

Jakarta: Trans Info Media.

Deswani., (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika. Erlinafsiah., (2010). Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Cetakan Pertama,

Jakarta: Trans Info Media.

Hawari, D., (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Edisi 1, Jakarta: Gaya Baru.

Hidayat, A.A.A., (2007). Metode Penelitiaan Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jilid I, Jakarta: Salemba Medika.

Kurniawan, A., (2012). Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan. Diambil tanggal 28 April 2012 dari http://akuer12.blogspot.com/2012/03/tahap-tahap-gangguan-kejiwaan.html


(55)

Ledy., (2010). Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Pasien

Mengontrol Halusinasi di RSJ Daerah Provsu Medan. Diambil tanggal 12

November 2012 dari repository.usu.ac.id

Lumbantobing, S.M., (2007). Skizofrenia. Jakarta: FKUI.

Notoatmodjo, S., (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan I, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, H., (2001). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, H., (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Medika.

Praptoharsoyo, (2012). Halusinasi atau Visualisasi. Diambil tanggal 30 April 2012 dari http://www.ibhcenter.org/id

Pitoyo, A.Z., (2012). Jiwa yang Terbelah. Diambil tanggal 28 April 2012 dari http://www.emedicinehealth.com

Rudainto, A., (2011) Bergerak Karena Ingin Lebih Baik. Diambil tanggal 30 April 2012 dari http://ariprudianto.wordpress.com

Setiadi., (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Setiadi., (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Cetakan pertama,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulastri., (2008). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi. Diambil tanggal 12 November 2012 dari http://www.4skripsi.com

Suliswati, dkk., (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan I, Jakarta: EGC.

Wahyuni, A.S., (2011). Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication. Yahya, A.S., (2009). Halusinasi. Diambil tanggal 6 Mei 2012 dari

http://ahmadsalehyahya.blogspot.com


(56)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI KLIEN HALUSINASI

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012

Oleh : Iren Setti Viroka Ginting

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan intervensi keperawatan klien halusinasi dengan pengendalian diri klien halusinasi di RSJD PROVSU 2012. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi saudara dalam memberikan jawaban atas segala pertanyaan yang diajukan peneliti, sesuai dengan pendapat saudara tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Informasi yang diberikan hanya di pergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembagan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada saksi apa pun. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara. Terima kasih atas partisipasi saudara untuk penelitian ini.

Medan, 2012


(57)

Lampiran 2

KUESIONER

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI KLIEN HALUSINASI

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012

A. Data Demografi

No. Responden :

Ruangan :

Umur : Tahun

Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda :

Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan

Agama : Protestan Budha

Katolik Hindu

Islam

Pendidikan : SD D3

SMP SI

SMA Lain - lain

Lama Rawat : < 1 tahun 3-5 tahun

1-3 tahun > 5 tahun Lama Menderita Penyakit: < 1 tahun 3-5 tahun 1-3 tahun > 5 tahun Obat-obatan yang didapat: Tipikal Atipikal


(58)

B. Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi

Jawablah dengan memberikan tanda checklist (v) pada kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban yang tersedia. Untuk tiap pernyataan berisi jawaban tidak pernah (TP), kadang-kadang (KK), sering (SR), selalu (SL).

a. Membantu klien mengenali halusinasi

No Pernya taan TP KK SR SL

1 Perawat mendiskusikan dengan anda tentang isi halusinasi anda seperti mendengar suara-suara atau melihat cahaya

2 Perawat menanyakan kepada anda kapan waktu terjadinya halusinasi misalnya; pagi, siang, sore, malam 3 Perawat menanyakan berapa kali

anda mengalami halusinasi misalnya, selalu, sering atau kadang-kadang

4 Perawat menanyakan bagaimana perasaan anda jika sedang berhalusinasi seperti; perasaan marah, takut, sedih atau senang 5 Perawat menanyakan pada saat

situasi bagaimana anda mengalami halusinasi seperti; ketika sendirian atau bersama orang lain


(59)

b. Melatih klien menghardik halusinasi

No Pernyataan TP KK SR SL

6 Perawat menjelaskan dan memperagakan cara untuk menghardik halusinasi seperti, mengatakan pada diri sendiri, “saya tidak mau dengar”

7 Perawat meminta anda memperagakan kembali cara menghardik halusinasi yang telah dilatih

8 Perawat menjelaskan kepada anda cara menghardik halusinasi dengan meminta teman atau perawat menyapa saat terjadi halusinasi

c. Melatih Klien Bercakap-cakap

No Pernyataan TP KK SR SL

9 Perawat menjelaskan kepada anda bercakap-cakap dengan orang lain merupakan salah satu teknik menghardik halusinasi

10 Perawat melatih dan memantau anda bercakap-cakap denga n orang lain untuk menghardik halusinasi


(60)

d. Melatih klien melakukan aktivitas sehari- hari

No Pernyataan TP KK SR SL

11 Perawat menjelaskan kepada anda pentingnya melakukan aktivitas sehari- hari untuk mengatasi halusinasi

12 Perawat mendiskusikan dengan anda aktivitas yang biasa anda lakukan sehari- hari seperti; makan, mandi, tidur, merapikan tempat tidur

13 Perawat membantu menyusun jadwal kegiatan sehari-hari anda mulai dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu 14 Perawat melatih anda dalam

melakukan aktivitas sehari- hari seperti; merapikan tempat tidur, mandi, makan

15 Perawat memantau anda dalam melakukan aktivitas yang terjadwal setiap hari

e. Melatih klien menggunakan obat

No Pernyataan TP KK SR SL

16 Perawat menjelaskan pentingnya penggunaan obat kepada anda untuk mencegah kekambuhan


(61)

17 Perawat menjelaskan kepada anda cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis

18 Perawat menjelaskan efek samping obat kepada anda seperti;

mengantuk, tremor, kaku otot 19 Perawat menjelaskan kepada anda

akibat putus obat akan menyebabkan kekambuhan 20 Perawat menyarankan anda untuk

melakukan kontrol ulang saat berobat

C. Pengendalian diri klien Halusinasi

Jawablah dengan memberikan tanda checklist (v) pada kolom yang tersedia

No Pernyataan Ya Tidak

1 Menghardik halusinasi dengan mengatakan pada diri sendiri, “saya tidak mau dengar”

2 Bercakap-cakap dengan teman atau orang lain untuk mencegah terjadinya halusinasi

3 Melakukan aktivitas sehari- hari mulai dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam

seminggu

4 Menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)


(62)

Lampiran 3

Reliability

[DataSet1] D:\Iren S V Ginting\skripsi iren\iren\reliabel\pelaksanaan intervensi.sav Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 10 100,0

a. Listwise deletion based on all varia bles in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,810 20

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Pernyataan 1 48,8000 47,511 ,519 ,793

Pernyataan 2 48,5000 46,722 ,767 ,783

Pernyataan 3 48,6000 56,044 -,194 ,827

Pernyataan 4 48,3000 48,678 ,551 ,794

Pernyataan 5 48,5000 46,722 ,617 ,788

Pernyataan 6 48,7000 51,122 ,248 ,809

Pernyataan 7 48,4000 54,933 -,085 ,824

Pernyataan 8 48,5000 48,500 ,570 ,793

Pernyataan 9 47,8000 50,844 ,300 ,806

Pernyataan 10 48,2000 46,622 ,644 ,786

Pernyataan 11 48,0000 48,000 ,476 ,796

Pernyataan 12 48,4000 53,156 ,086 ,816

Pernyataan 13 48,3000 47,122 ,580 ,790


(63)

Pernyataan 16 48,5000 49,389 ,475 ,797

Pernyataan 17 48,4000 52,489 ,152 ,813

Pernyataan 18 48,6000 45,822 ,609 ,787

Pernyataan 19 48,0000 46,222 ,775 ,781

Pernyataan 20 48,3000 46,011 ,580 ,789

Reliability

[DataSet1] D:\Iren S V Ginting\skripsi iren\iren\reliabel\pengendalian diri.sav Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 10 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,745 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

pernyataan1 4,9000 ,989 ,954 ,404

pernyataan2 4,8000 1,289 ,606 ,647

pernyataan3 4,6000 1,822 ,234 ,823


(64)

Lampiran 4

Correlations

[DataSet3] D:\Iren S V Ginting\skripsi oka\iren\pearson\viroka.sav

Correlations

pelaksanaan intervensi keperawatan

pengendalian diri pelaksanaan intervensi

keperawatan

Pearson Correlation 1 ,939**

Sig. (1-tailed) ,000

N 35 35

pengendalian diri Pearson Correlation ,939** 1 Sig. (1-tailed) ,000

N 35 35


(65)

Lampiran 5

TAKSASI DANA

Keterangan dana yang akan digunakan untuk keperluan pembiayaan kegiatan penelitian mulai dari proposal sampai skripsi

1. Proposal

a. Biaya pengetikan dan print proposal-skripsi Rp. 400.000 b. Pencarian literatur internet Rp. 150.000 c. Fotocopy sumber literatur Rp. 100.000 d. Fotocopy proposal-skripsi Rp. 400.000 2. Pengumpulan data

a. Izin survey awal Rp. 150.000

b. Transpotasi Rp. 300.000

c. Fotocopy kuesioner Rp. 100.000

3. Analisa data dan penyusunan laporan

a. Jilid proposal-skripsi Rp. 400.000

b. Biaya tak terduga Rp. 200.000


(66)

Lampiran 6

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

Nama : Iren Setti Viroka Ginting

NIM : 111121120

Judul : Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Klien Halusinasi Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Dosen Pembimbing : Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns. M.Kep

No Kegiatan

2012 2013

Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb 1. Pengajuan Judul

2. Survey Awal

3. Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari BAB I – IV 4. Sidang Proposal

5. Penelitian

6. Bimbingan Skripsi dari BAB V-VI


(67)

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Iren Setti Viroka Ginting Tempat/Tanggal Lahir : Tigabinanga/17 Agustus 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Bandar Selamat, Sidikalang

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996-2002 : SD HKBP Sidikalang 2. Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 1 Sidikalang 3. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 1 Sidikalang

4. Tahun 2008-2011 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Prodi D-III Jurusan Keperawatan


(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(1)

(2)

59


(3)

(4)

61


(5)

(6)

63


Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 79 189

Hubungan Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi pada Pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

5 61 70

Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

4 57 40

Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Klien Halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

0 35 105

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DI RUANG ARJUNA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH KLATEN.

1 2 11

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 83

Hubungan Pemakaian Narkoba dengan Timbulnya Halusinasi pada Pasien di BLUD Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

HUBUNGAN PEMAKAIAN NARKOBA DENGAN TIMBULNYA HALUSINASI PADA PASIEN DI BLUD RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 14

Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia - Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 14