Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah
Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
YOULANDA SARI 102500041
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, Ns, M.Kep, selaku ketua prodi D-III Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.kep, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Ibu Roxsana Devi Tumanggor S.Kep, Ns, M.Nurs (MntlHlth) selaku Dosen Penguji yang dengan sabar telah menguji dan membimbing penulis. 8. Bapak Iwan Rusdi , S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan program pendidikan D-III Keperawatan.
(4)
9. Staf Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan tempat, waktu dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
10. Kepada kedua orang tua, Ayahanda (Ponidi) dan Ibunda (Yanti S.Pd), kakak (Andin Sari), adik (Widia dan Aditya) yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan moril serta kasih sayang kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan Program Pendidikan D-III Keperawatan.
11.Teman-teman satu angkatan Stambuk 2010 Program Studi D-III Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terkhusus kepada Angga Fajar Anshari, Marisa N A, Nur Aini, Riris Noviana, Utami Ayuning Tyas yang telah banyak membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun. Penulis berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua.
Medan, Juli 2013 Penulis
(Youlanda Sari) Nim: 102500041
(5)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan………... i
Kata Pengantar……….. ii
Daftar Isi……….………….. iv
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang……….………….. 1
B. Tujuan………..………….. 2
C. Manfaat……….. 3
Bab II Pengelolaan kasus A. Konsep Dasar Halusinasi……….………. 4
1. Definisi………..………. 4
2. Etiologi………...……. 4
3. Tanda Dan Gejala……… 6
4. Jenis-Jenis Halusinasi……….……… 6
5. Tahapan Halusinasi………. 8
6. Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi……….... 10
7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi………. 11
B. Asuhan Keperawatan Kasus………..…… 15
A. Pengkajian……… 15
B. Analisa Data………. 24
C. Diagnosa Keperawatan………. 24
D. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional………. 25
E. Pelaksanaan Keperawatan……… 27
F. Evaluasi……… 29
Bab III Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan………..………. 30
B. Saran ………..….. 31
Daftar Pustaka………...…….. 32 Lampiran
(6)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut UU No.23 tahun 1992 kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut World Health Organitation atau WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No.23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sedangkan menurut Riset Kesehatan Jiwa (Riskesdas) tahun 2010 dinyatakan bahwa data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari yang ringan hingga berat. Berdasarkan data Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, jumlah pasien meningkat hingga 100% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2006-2007, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara hanya menerima 25-30 penderita perhari, dan pada awal 2008 mengalami peningkatan, 50 penderita perhari untuk menjalani rawat inap dan 70-80 penderita untuk rawat jalan dan skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi dengan gangguan jiwa lainnya (Rahmadani, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk memilih bidang keperawatan jiwa dalam rangka mrnyelesaikan tugas mata ajaran Karya Tulis
(7)
Ilmiah (KTI). Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah bagaimana mempersiapkan mahasiswa tingkat akhir untuk mampu menulis ilmiah dengan tema yang sederhana. Dengan harapan penulis mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan yang berfokus pada kebutuhan dasar terhadap individu di rumah sakit.
Pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di Ruangan Sibual-buali Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan selama 5 hari, dimulai dari tanggal 17 Juni sampai dengan 21 Juni 2013. Kegiatan pengambilan kasus diawali dengan pengarahan dari dosen mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan dan selanjutnya melakukan pengkajian laporan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kasus yang akan diambil.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 18 Juni terdapat 64 pasien yang dirawat di Ruangan Sibual-buali Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, 32 diantaranya (50%) dengan mayoritas diagnosa keperawatan Halusinasi. Sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya agar tercapai upaya kemampuan klien untuk mengontrol halusinasinya. Salah satu intervensi asuhan keperawatan jiwa yang dapat dilakukan dengan masalah halusinasi adalah dengan melakukan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Masalah Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
(8)
b. Perawat mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Masalah Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
c. Perawat mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Masalah Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
d. Perawat mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Masalah Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
e. Perawat mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan Masalah Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
C. Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien khususnya pada pasien dengan diagnosa keperawatan halusinasi.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Jiwa
Menjadi masukan bagi perawat khususnya agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
c. Bagi Praktek Keperawatan
Menjadi bahan bagi perawat untuk pemenuhan kebutuhan perawat terhadap klien, khususnya dengan asuhan keperawatan halusinasi pendengaran.
d. Bagi pendidikan keperawatan
Membekali mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah halusinasi.
(9)
BAB II
PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Halusinasi
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien (Purba dkk,2011).
Menurut Maramis (2005), halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu pengahayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal: persepsi palsu. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsangan apapun.
Berdasakan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (Dalami dkk, 2009).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi meliputi :
(10)
1. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan (Fitria, 2010).
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Beberapa komunikasi yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi diantaranya adalah komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup dan orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan konflik orang tua (Fitria, 2010). 3. Faktor sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan atau kerusuhan) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress (Purba dkk, 2011).
4. Faktor psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien (Purba dkk, 2011).
5. Faktor biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri (Purba dkk, 2011).
6. Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot (Purba dkk, 2011).
b. Faktor Presipitasi
Faktor prepitasi yaitu stimulus yang dipresepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
(11)
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi terjadinya pencetus halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria, 2010).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara sendiri, senyum sendiri dan tertawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat.
3. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain dan tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
4. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. 5. Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik.
6. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan orang lain dan ekspresi wajah tegang.
7. Mudah tersinggung, marah dan tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
8. Tremor, berkeringat, panik, curiga dan bermusuhan.
9. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan, ketakutan dan tidak dapat mengurus diri.
10.Disorientasi waktu, tempat dan orang.
4. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), halusinasi terdiri dari tujuh jenis, yaitu : a. Pendengaran
Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata/lingkungan. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
(12)
yang kadang membahayakan. Seperti mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya. Seperti melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu, atau monster.
c. Penghidu
Klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata. Seperti membaui bau darah, urine, feses, dan terkadang bau-bau tersebut menyenangkan klien.
d. Pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak. Seperti merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses.
e. Perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata. Seperti mengatakan ada serangga di permukaan kulit dan merasa seperti tersengat listrik.
f. Cenestetik
Klien merasakan badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya bergerak.
g. Viseral
(13)
5. Tahapan Halusinasi
Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang ditampilkan oleh klien yang mengalami gangguan halusinasi adalah sebagai berikut:
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum
Halusinasi merupakan suatu kesenangan.
Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas. Pikiran dan pengalaman
sensori masih ada dalam kontrol kesadarn (jika kecemasan di kontrol).
Tersenyum, tertawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara. Pergerakkan mata
yang cepat.
Respon verbal yang lambat.
Diam dan
berkonsentrasi. Tahap II Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati.
Pengalaman sensori menakutkan
Mulai merasa kehilangan kontrol. Merasa di lecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut.
Menarik diri dari orang lain.
Non Psikotik.
Peningkatan SSO,tanda-tanda ansietas
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian
menyempit.
Konsentrasi dengan pengalaman sensori. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
(14)
Tahap III
Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat di tolak lagi.
Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
Isi halusinasi menjadi antraktif.
Kesepian bila
pengalaman sensori berakhir.
Psikotik.
Perintah halusinasi di taati.
Sulit berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian
hanya beberapa detik/menit.
Gejala sisa ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah. Tahap IV Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan di pengaruhi oleh waham.
Pengalaman sensori menjadi ancaman.
Halusinasi dapat
berlangsung selama beberapa jam atau hari
(jika tidak diintervensi).
Psikotik.
Perilaku panik Potensial tinggi
untuk bunuh diri atau membunuh. Tindakan kekerasan
agitasi menarik diri atau ketakutan.
Tindakan mampu berespon terhadap perintah yang kompleks.
Tidak mampu
berespons terhadap lebih dari satu orang.
(15)
6. Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi
Penatalaksanaan klien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu;
a. Psikofarmokologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan anti-psikosis. Adapun kelompok umum yang digunakan adalah:
KELAS KIMIA NAMA
GENERIK(DAGANG)
DOSIS HARIAN Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)
Klopromazin (Thorazine) Flupenazine (Prolixine, Permiti)
Mesoridazine (Serentil) Perfenazine (Trilafon) Proklorperazine (Compazine) Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril) Trifluperazin (Stelazine) Triflupromazine (Vesprin)
60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg
30-400 mg 12-64 mg 15-150 mg 40-1200 mg 150-800 mg 2-40 mg 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane)
75-600 mg 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Klorazil) 300-900 mg
(16)
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
b. Terapi kejang listrik/electro compulsive therapy (ECT) c. Terapi Ktivitas Kelompok (TAK).
7. Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Halusinasi a. Pengkajian
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu di kaji meliputi:
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress yang diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. 2. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi. prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi: isi halusinasi yang dialami oleh pasien, waktu dan frekuensi halusinasi, situasi pencetus halusinasi, dan respon pasien.
3. Fisik
Hal-hal yang perlu di kaji dalam pemeriksaan fisik meliputi: ADL, kebiasaan, riwayat kesehatan, riwayat skizofrenia dalam keluarga, dan fungsi sistem tubuh.
4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
(17)
5. Status intelektual
Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan kecap, isi pikir tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
6. Status sosial
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan (Purba dkk, 2011).
b. Analisa Data 1. Data Subjektif
a. Klien mengatakan mendengar sesuatu
b. Klien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Seperti: menyuruhnya untuk memukul ibunya, menyuruhnya untuk tidak tidur.
c. Mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap. 2. Data Objektif
a. Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri saat di kaji b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Disorientasi
d. Konsentrasi rendah
e. Pikiran cepat berubah-ubah f. Kekacauan alur fikir g. Marah-marah tanpa sebab
i. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
(18)
c. Rumusan Masalah
Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Care problem Halusinasi Causa Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah
d. Perencanaan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat melakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut adalah:
a. Menghardik halusinasi
b. Bercakap-cakap dengan orang lain c. Melakukan aktivitas yang terjadwal d. Menggunakan obat secara teratur
(19)
Strategi pertemuan pada pasien halusinasi
No. Kemampuan Pasien dan Keluarga
A Pasien
Strategi pertemuan 1
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi 2 Mengidentifikasi isi halusinasi 3 Mengidentifikasi waktu halusinasi 4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6 Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8 Menganjurkan pasien memasukkan cara menhgardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.
Strategi pertemuan 2
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Strategi pertemuan 3
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Strategi pertemuan 4
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
(20)
B. Asuhan Keperawatan Kasus
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ikut orang tua
Alamat : Jl.AM.Said No.55 Tanggal Masuk RS : 19 Mei 2013
No. Register : 05.24.92 Ruangan/Kamar : Sibual-buali Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013
Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid
II. KELUHAN UTAMA :
Klien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul ibunya dan yang menyuruh untuk tidak tidur di malam hari. Klien suka marah-marah tanpa sebab.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Klien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk memukul ibunya dan yang menyuruhnya untuk tidak tidur di malam hari.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
(21)
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat tetapi masih sering mendengar suara-suara
2. Bagaimana dilihat
Klien tampak lebih senang menyendiri dan suka termenung.
C. Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
D. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
± 5 tahun lalu klien pernah mengalami gangguan jiwa, tetapi kambuh lagi karena tidak teratur minum obat.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien pernah melakukan pengobatan di psikiater.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien tidak pernah di rawat di klinik kejiwaan.
D. Lama dirawat
Klien tidak pernah dirawat hanya menggunakan berobat jalan saja.
E. Alergi
(22)
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.
B. Saudara kandung
Klien adalah anak ke empat dari 6 bersaudara, dan Saudara kandung klien yaitu anak kedua ada yang memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.
C. Penyakit keturunan yang ada
Keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga yang meninggal adalah ayah klien.
F. Penyebab meninggal
Ayah klien meninggal karena terjatuh dari kereta.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan ia sering menyendiri karena merasa tidak berguna karena tidak bekerja sehingga tidak bisa membantu ibunya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri
(23)
- Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah berkumpul dengan keluarganya.
- Harga diri
Klien mengatakan dirinya sudah tidak berguna dan berarti lagi karena telah gagal meraih cita-citanya.
- Peran diri
Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah dan sebagai anak.
- Identitas
Klien merupakan seorang laki-laki tamatan SD.
C. Keadaan emosional :
Keadaan emosional klien tampak labil namun klien kooperatif.
D. Hubungan sosial : - Orang yang berarti
Menurut klien orang yang paling berarti adalah orang tuanya terutama ibunya.
- Hubungan dengan keluarga
Menurut klien hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis. - Hubungan dengan orang lain
Selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi dengan orang lain kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Karena kurangnya sosialisasi antara klien dengan teman-teman diruangan, menyebabkan klien hanya memiliki teman yang terbatas.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
(24)
- Kegiatan ibadah
Klien jarang mengikuti kegiatan ibadah kebaktian selama klien dirawat dirumah sakit jiwa.
VII. STATUS MENTAL a. Tingkat Kesadaran
Klien sadar penuh (compos mentis), tidak mengalami disorientasi maupun bingung.
b. Penampilan
Klien berpakain rapi dan sesuai, kuku tidak terlalu panjang. c. Pembicaraan
Selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara agak lambat, menjawab pertanyaan dengan singkat.
d. Alam Perasaan
Klien tampak lesu dan tidak bersemangat. e. Afek
Afek klien datar, klien sulit untuk merespon stimulus yang diberikan. f. Interaksi Selama Wawancara
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan kontak mata mudah beralih kearah yang tak menentu.
g. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang wujudnya tidak bisa dilihat oleh orang lain. Klien mengatakan sering di ajak berbicara oleh seorang wanita. Klien mengatakan suara tersebut cukup mengganggu dan muncul jika klien akan tidur. Klien biasanya tidak melakukan apapun jika suara tersebut di dengarnya.
h. Proses Pikir
Klien mampu nmenjawab pertanyaan yang di ajukan perawat. i. Isi Pikir
(25)
j. Waham
Saat dilakukan wawancara klien tampak curiga dengan keadaan sekitar, terlihat dari mata klien yg suka melihat kesegala arah.
k. Memori
Klien memiliki daya ingat yang masih bagus.
VIII.PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Compos mentis (CM)
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 370 c
- Tekanan darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 20x/i
C. Pemeriksaan Head to toe 1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala bersih. Penyebaran rambut merata dan tidak berbau.
2. Wajah
Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit terlihat putih pucat.
3. Mata
Klien memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan dengan konjungtiva dan sclera normal.
4. Hidung
Posisi hidung klien simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung normal, klien tidak memakai alat bantu hidung.
5. Telinga
Bentuk telinga klien lengkap dan tidak ada kelainan, tetapi klien sering mendengar suara-suara yang orang lain tidak mendengarnya.
(26)
6. Mulut dan Faring
Keadaan bibir klien simetris, dan tidak ada kelainan, klien mampu membedakan rasa asin dan manis.
7. Leher
Posisi trachea klien simetris dan normal, suara klien normal dan tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfa.
8. Integument
Kulit klien terlihat bersih, akral klien hangat dan turgor kembali normal.
(27)
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : nafsu makan klien baik - Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri pada ulu hati
- Alergi : tidak memiliki riwayat alergi - Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa): Klien makan tampak memisahkan diri
- Waktu pemberian makan : pagi,siang,sore
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk - Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah): Klien tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : terlihat bersih - Kebersihan gigi dan mulut : terlihat kotor
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tidak terlihat panjang
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi,makan,eliminasi, ganti pakaian, dilakukan secara mandiri,sebahagian, atau total:
Klien melakukan aktivitas mandi, makan, ganti pakaian harus diarahkan terlebih dahulu.
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:
Klien hanya beberapa kali saja mengikuti kegiatan ibadah selama dirawat di RSJ.
IV. Pola Eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
(28)
- Riwayat perdarahan : tidak memiliki riwayat perdarahan - BAB terakhir : siang hari
- Diare : tidak mengalami diare
- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif 2. BAK
- Pola BAK : 1-3 x sehari
- Kateter urine : tidak memakai kateter urine
- Nyeri/rasa terbakar/ : tidak ada nyeri atau kesulitan BAK kesulitan BAK
- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik
V. Mekanisme koping
Saat ada masalah klien hanya memendam masalah nya sendiri tanpa menceritakannya kepada siapa pun.
(29)
Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Ds: Klien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruh nya untuk melakukan sesuatu. Seperti:
menyuruhnya untuk memukul ibunya, menyuruhnya untuk tidak
tidur.
Do : - Bicara atau tertawa sendiri -Marah-marah tanpa sebab -Disorientasi
-Konsentrasi rendah
Halusinasi Pendengaran
2. Ds: Klien mengatakan ia lebih senang menyendiri karena ia tidak berguna tidak ada kerjaan.
Do : - Tampak memisahkan diri -Hanya berbicara dengan
orang yang dianggapnya lembut
-Lebih banyak melamun -Terlihat lesu
Harga Diri Rendah
3. Ds : Klien mengatakan sering marah-marah dan memukul ibunya.
Do : -Tangan mengepal - Postur tubuh kaku
Perilaku Kekerasan
Masalah Keperawatan
1. Halusinasi pendengaran 2. Harga Diri Rendah 3. Perilaku Kekerasan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1. Halusinasi Pendengaran
(30)
Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari/
Tanggal
No.Dx Perencanaan Keperawatan
19 Juni 2013
1. Halusinasi Pendengaran
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tujuan keperawatan: klien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
Kriteria hasil:
- Klien menunjukkan tanda_tanda percaya pada perawat
- Ekspresi wajah bersahabat. - Menunjukkan rasa senang - Ada kontak mata
Rencana tindakan Rasional 1.Strategi Pertemuan 1
- Identifikasi jenis halusinasi
- Identifikasi isi halusinasi
- Identifikasi waktu halusinasi
- Identifikasi
frekuensi halusinasi - Identtifikasi situasi
yang menimbulkan isi halusinasi
- Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
- Ajarkan pasien menghardik
halusinasi nya
- Anjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.
2.Strategi pertemuan 2 - Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
- Latih pasien
Tingkah laku klien terkait halusinasi nya menunjukkan isi, waktu, frekuensi, serta situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi. Memantau kemajuan serta efektivitas pilihan yang dipilih dan
(31)
mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. - Anjurkan pasien
memasukkam dalam jadwal kegiatan harian pasien.
3.Strategi pertemuan 3 - Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
- Latih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan di rumah
sakit.
- Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
4.Strategi pertemuan 4 - Evaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
- Berikan pendidikan kesehatn tentang penggunaan obat secara teratur.
- Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
di latih bersama dengan klien.. Membantu klien dalam membangun hubungan social. Membantu klien dalam melakukan kegiatan. Memudahkan pemahaman dalam menyukseskan program pengobatan yang optimal bagi klien.
(32)
Pelaksanaan Keperawatan Hari/
Tanggal No.
Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Rabu/19
Juni 2013
1. 1.Strategi Pertemuan 1
- Mengidentifikasi jenis
halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu
halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
- Mengidenttifikasi situasi yang menimbulkan isi halusinasi - Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi nya
- Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.
2.Strategi pertemuan 2
-Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
-Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
-Menganjurkan pasien
memasukkam dalam jadwal kegiatan harian pasien
3.Strategi pertemuan 3
-Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
-Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
S: Klien mengatakan sering mengikuti perintah yang di suruh suara-suara palsu tersebut.
O: Bicara seadanya, bicara lambat, sering tersenyum, & tertawa sendiri. A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan.
S: Klien mampu menyebutkan cara mengontrol
halusinasi.
O: Bicara lambat, sering tersenyum
dan tertawa sendiri.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan.
S:Klien menyebutkan cara ke tiga mengontrol
(33)
kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit.
-Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
4.Strategi pertemuan 4
-Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
-Memberikan pendidikan
kesehatn tentang penggunaan obat secara teratur
-Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
O: Ekspresi tenang A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan.
S: Klien mengatakan sudah mampu mengontrol
halusinasi.
O: Klien tampak tenang.
A: Masalah teratasi P: Intervensi di
(34)
Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk klien halusinasi.
1. Klien mau menerima perawat sebagai terapis di tandai dengan :
a. Klien menerima perawat sebagai perawatnya.
b. Klien mau menceritakan masalah yang dihadapinya kepada
perawat.
c. Klien mau bekerja sama dengan perawat ,setiap program yang
perawat tawarkan di laksanakan oleh klien.
2. Klien menyadari bahwa yang dialamainya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi ditandai dengan :
a. Klien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya.
b. Klien menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang
dialaminya.
c. Klien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi.
d. Klien menjelaskan perasaanya ketika mengalami halusinasi.
e. Klien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi
halusinasinya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi di tandai dengan :
A. Klien mampu memperagakan 4 cara mengontrol halusinasinya B. Klien menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
1) Menghardik halusinasi.
2) Bercakap dengan orang lain disekitarnya jika halusinasinya timbul.
3) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri.
(35)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
1. Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan.
2. Faktor Predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
3. Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terjadi pada klien dengan gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Bentuk halusinasi ini dapat berupa suara-suara dan gambaran-gambaran. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang paling mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respon lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. 4. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien, hal utama
yang dilakukan adalah: selalu menerapkan tekhnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.
(36)
B.Saran
Setelah membahas dan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah Halusinasi Pendengaran, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Pihak RS. Jiwa Provsu
Diharapkan kepada pihak RS. Jiwa Provsu dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah tertulis dalam rencana harian berdasarkan standard asuhan keperawatan yang ada, harus tetap memperhatikan kebutuhan dasar klien, dan selalu melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) di setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Pihak Institut Pendidikan
Diharapkan kepada pihak Institut Pendidikan agar dapat menyediakan dan menambah referensi terbaru, terutama tentang buku-buku untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah Halusinasi Pendengaran.
3. Pihak Keluarga
Diharapkan kepada pihak keluarga agar selalu menemani dan mendamping klien untuk memberikan dukungan dan membantu dalam proses penyembuhan klien.
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Dalami dkk, (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Fitria Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Hawari Dadang, (2001). Pendekatan Holistik pada Gangguan JIwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purba dkk, (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Rahmadani Dewi, (2012). Skripsi: Pengelolaan Pelayanan dan Pelayanan Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan di Ruang Sipiso-pisao Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.
(38)
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.Dx Hari/tangg
al
Pukul Tindakan keperawatan
1.Halusinasi Pendengaran
Rabu / 19 Juni 2013
Kamis/ 20 Juni 2013
10:10-11:20 Wib
11:10-12:15 Wib
1.Strategi Pertemuan 1 - Mengidentifikasi jenis
halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
- Mengidenttifikasi situasi yang menimbulkan isi halusinasi
- Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi - Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi nya - Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien mengatakan sering mengikuti perintah yang di suruh suar-suara palsu tersebut.
O: Bicara seadanya, bicara lambat. Sering tersenyum dan tertawa sendiri.
(39)
Jumat/ 21 Juni 2013
10:00-10:50 Wib
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi di lanjutkan.
2.Strategi pertemuan 2 -Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien -Melatih pasien
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
-Menganjurkan pasien memasukkam dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien mampu menyebutkan cara mengontrol halusinasi. O: Bicara lambat. Sering
tersenyum dan tertawa sendiri,
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi di lanjutkan.
3.Strategi pertemuan 3 -Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien -Melatih pasien
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit
(40)
Jumat/21 Juni 2013
13:10-14:05 Wib
-Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien menyebutkan cara ke 3 mengontrol halusinasi. O: Ekspresi tenang
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi di lanjutkan.
4.Strategi pertemuan 4 -Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien -Memberikan pendidikan
kesehatn tentang
penggunaan obat secara teratur
-Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien mengatakan sudah mampu mengontrol halusinasi O: Klien tampak tenang.
A: Masalah teratasi. P: Intervensi di hentikan.
(1)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
1. Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan.
2. Faktor Predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
3. Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terjadi pada klien
dengan gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Bentuk halusinasi ini dapat berupa suara-suara dan gambaran-gambaran. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang paling mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respon lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
4. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien, hal utama
yang dilakukan adalah: selalu menerapkan tekhnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.
(2)
B.Saran
Setelah membahas dan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah Halusinasi Pendengaran, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Pihak RS. Jiwa Provsu
Diharapkan kepada pihak RS. Jiwa Provsu dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah tertulis dalam rencana harian berdasarkan standard asuhan keperawatan yang ada, harus tetap memperhatikan kebutuhan dasar klien, dan selalu melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) di setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Pihak Institut Pendidikan
Diharapkan kepada pihak Institut Pendidikan agar dapat menyediakan dan menambah referensi terbaru, terutama tentang buku-buku untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah Halusinasi Pendengaran.
3. Pihak Keluarga
Diharapkan kepada pihak keluarga agar selalu menemani dan mendamping klien untuk memberikan dukungan dan membantu dalam proses penyembuhan klien.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Dalami dkk, (2005). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Fitria Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Hawari Dadang, (2001). Pendekatan Holistik pada Gangguan JIwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purba dkk, (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Rahmadani Dewi, (2012). Skripsi: Pengelolaan Pelayanan dan Pelayanan Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan di Ruang Sipiso-pisao Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.
(4)
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.Dx Hari/tangg
al
Pukul Tindakan keperawatan
1.Halusinasi Pendengaran
Rabu / 19 Juni 2013
Kamis/ 20 Juni 2013
10:10-11:20 Wib
11:10-12:15 Wib
1.Strategi Pertemuan 1
- Mengidentifikasi jenis
halusinasi
- Mengidentifikasi isi
halusinasi
- Mengidentifikasi waktu
halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
- Mengidenttifikasi situasi
yang menimbulkan isi halusinasi
- Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi nya
- Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien mengatakan sering mengikuti perintah yang di suruh suar-suara palsu tersebut.
O: Bicara seadanya, bicara lambat. Sering tersenyum dan tertawa sendiri.
(5)
Jumat/ 21 Juni 2013
10:00-10:50 Wib
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi di lanjutkan.
2.Strategi pertemuan 2
-Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
-Melatih pasien
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
-Menganjurkan pasien
memasukkam dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien mampu menyebutkan cara mengontrol halusinasi. O: Bicara lambat. Sering
tersenyum dan tertawa sendiri,
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi di lanjutkan.
3.Strategi pertemuan 3
-Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
-Melatih pasien
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit
(6)
Jumat/21 Juni 2013
13:10-14:05 Wib
-Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien menyebutkan cara ke 3 mengontrol halusinasi. O: Ekspresi tenang
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi di lanjutkan.
4.Strategi pertemuan 4
-Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
-Memberikan pendidikan
kesehatn tentang
penggunaan obat secara teratur
-Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
S: Klien mengatakan sudah mampu mengontrol halusinasi O: Klien tampak tenang.
A: Masalah teratasi. P: Intervensi di hentikan.