Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Pasien Halusinasi Dalam Mengontrol Halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan.

(1)

Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi

Terhadap Kemampuan Kognitif Dan Psikomotor Pasien dalam

Mengontrol Halusinasi Di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

Skripsi

Oleh C a s t r o 091121028

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya lah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Tidak terhingga ucapan terima kasih aku ucapkan kepada kedua orang tua ku, untuk ibu yang sangat dan selalu aku sayangi yaitu ibu E. Siburian dan bapak yaitu KTM. Togatorop, S. Pd yang menjadi penyemangat dikala aku sudah merasa lelah dan kepada beliau proposal penelitian ini aku persembahkan. Semoga Tuhan Yesus memberikan ibu dan bapak yang terbaik disepanjang usia yang telah dan akan dilalui, terima kasih untuk cinta yang terus mengalir dari kalian kedua orang tua ku. Terima kasih juga untuk seluruh saudara dan keluarga, kalianlah motivator dalam hidup ku “aku berharap dapat membuat kalian bahagia.

Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada :

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Jenny M. Purba S.Kp, MNS selaku Pembimbing I Skripsi.

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembimbing II Skripsi. 4. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku Penguji Skripsi.


(4)

6. Ibu Lince Herawati, S.Pd, S.Kep, Ns selaku Kordinator Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara-Medan.

7. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Staf dan Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara-Medan yang telah membantu dalam penyusunan prosal penelitian ini.

9. Teman – teman seperjuangan di Program A dan B Fakultas Keperawatan USU 2009, terima kasih telah mengisi hari-hari perkuliahan dengan persahabatan yang indah.

10. Untuk seluruh Pasien dengan Gangguan Persepsi halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara-Medan yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini (terima kasih atas kerja samanya).

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Bidang Keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Januari 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Konsep Halusinasi ... 7

1.1 Pengertian Halusinasi ... 7

1.2 Etiologi ... 7

1.3 Rentang Respon Halusinasi ... 9

1.4 Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang ditampilkan 10 1.5 Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi ... 11


(6)

2. Standar Asuhan Keperawatan ... 12

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 20

1. Kerangka Konsep ... 20

2. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 21

3. Hipotesis... 22

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 23

1. Desain Penelitian ... 23

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling ... 23

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbangan Etik ... 25

5. Instrumen Penelitian ... 26

6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 27

7. Pengumpulan Data ... 27

8. Analisa Data ... 29

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 30

1. Hasil penelitian ... 30


(7)

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 37

1. Kesimpulan ... 37 2. Saran ... 38 Daftar Pustaka


(8)

Lampiran

1. Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian 2. Instrumen Penelitian

3. Panduan Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi dalam Mengontrol Halusinasi

4. Riwayat Hidup

5. Lembar Bukti Bimbingan

6. Surat Pengantar Izin Survei Awal dari Fakultas Keperawatan USU 7. Surat Izin melakukan Survei Awal dari RSJ. Daerah Provinsi

Sumatera Utara – Medan

8. Surat pengantar izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

9. Surat Izin melakukan penelitian dan telah selesai melakukan penelitian dari RSJ. Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 30

Tabel 1.2. Kemampuan kognitif dan psikomotor responden sebelum dilakukan asuhan keperawatan halusinasi ... 31

Tabel 1.3. Kemampuan kognitif dan psikomotor responden setelah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi ... 32

Tabel 1.4. Pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap Kemampuan kognitif dan psikomotor responden dalam mengontrol halusinasi ... 33


(10)

Judul : Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Pasien Halusinasi Dalam Mengontrol Halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan

Nama : Castro

Nim : 091121028

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010

Abstrak

Pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi adalah salah satu cara mengatasi halusinasi dengan meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien halusinasi dalam mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Expriemental Design jenis One Group Pretest-Posttest, dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner tentang kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi. Uji t dependen digunakan untuk melihat pengaruh kemampuan kognitif dan psikomotor responden dalam mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah diberikan standar asuhan keperawatan halusinasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan cara mengontrol halusinasi antara sebelum dan sesudah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi pada responden (nilai P = 0.000), Sehingga standar asuhan keperawatan halusinasi direkomendasikan dilakukan pada pasien halusinasi sebagai tindakan keperawatan generalis.

Kata kunci : Standar asuhan keperawatan halusinasi, kemampuan kognitif dan psikomotor


(11)

Judul : Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Pasien Halusinasi Dalam Mengontrol Halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan

Nama : Castro

Nim : 091121028

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010

Abstrak

Pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi adalah salah satu cara mengatasi halusinasi dengan meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien halusinasi dalam mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Expriemental Design jenis One Group Pretest-Posttest, dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner tentang kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi. Uji t dependen digunakan untuk melihat pengaruh kemampuan kognitif dan psikomotor responden dalam mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah diberikan standar asuhan keperawatan halusinasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan cara mengontrol halusinasi antara sebelum dan sesudah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi pada responden (nilai P = 0.000), Sehingga standar asuhan keperawatan halusinasi direkomendasikan dilakukan pada pasien halusinasi sebagai tindakan keperawatan generalis.

Kata kunci : Standar asuhan keperawatan halusinasi, kemampuan kognitif dan psikomotor


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Ronosulistyo (2008) menyebutkan, prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa di Indonesia. Persentase gangguan kesehatan jiwa itu akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya beban hidup masyarakat Indonesia.

Dari survei awal yang dilakukan, diketahui jumlah pasien penderita gangguan jiwa yang dirawat di Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 berkisar 14.306 jiwa, dari jumlah tersebut 1929 pasien dirawat inap, 12.377 pasien dirawat jalan, dan 1581 pasien yang dirawat inap mengalami halusinasi (Laporan Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2009).

Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu psikosis organik, dimana didapatkan kelainan pada otak dan psikosis fungsion


(13)

tidak terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau mengenali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa adalah yang merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Maramis, 2005).

Halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Varcarolis dalam Yosep, 2009). Halusinasi dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari rangsang yang nyata ada. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), 70% pasien mengalami jenis halusinasi audiotorik, 20% halusinasi visual, 10% halusinai pengecapan, taktil dan penciuman. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, 1998).

Menurut Thomas (1991) halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya mengalami halusinasi, gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan Manik Depresif dan Delirium (Purba, Eka, Mahnum, Hardiyah, 2009).

Akibat yang ditimbulkan oleh gangguan tersebut dapat berakibat fatal karena berisiko tinggi untuk merugikan dan merusak diri pasien sendiri, orang lain


(14)

disekitarnya dan juga lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995). Gangguan ini biasanya berdampak pada kemampuan kognitif dan psikomotor pasien. Terkait dengan tingginya prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi maka sangat dibutuhkan pemberian standar asuhan keperawatan yang tepat dan benar serta maksimal kepada masing-masing pasien gangguan persepsi: halusinasi untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang terjadi (Purba, Eka, Mahnum, Hardiyah, 2009).

Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi. Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih lanjut tentang gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien. Seperti, perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadi halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi (Yosep, 2009). Hal ini menunjukan bahwa pengaruh pelaksanaan standar Asuhan Keperawatan halusinasi akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan psikomotorik pasien dalam mengontrol halusinasinya.


(15)

Adapun yang menjadi gambaran umum terhadap kemampuan kognitif pasien gangguan persepsi halusinasi adalah pasien mampu mengenali halusinasinya, sedangkan pada kemampuan psikomotor pasien yaitu pasien dapat mengontrol halusinasinya dan pasien dapat mengikuti program pengobatan secara optimal.

Telah banyak penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berhubungan dengan gangguan persepsi halusinasi, tetapi penelitian tentang pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi belum pernah dilakukan (Wawancara dengan Bagian Diklat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2010)

Sebagaimana telah diketahui bahwa kebanyakan pasien gangguan jiwa mengalami halusinasi yang merupakan manifestasi dari ketidakmampuan pasien beradaptasi dalam kehidupan dan lingkungan, diakibatkan oleh terjadinya gangguan pada kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasinya. Sementara itu dari informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan Pihak Diklat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara (2010), bahwasanya Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara belum memiliki prosedur tetap (PROTAP) dan melaksanakan standar asuhan keperawatan halusinasi ini. Sehingga timbul keinginan peneliti untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara


(16)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi?

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi.

3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien.

b. Mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien sebelum dilakukan asuhan keperawatan halusinasi.

c. Mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien setelah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi.

d. Melihat pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi.


(17)

4. Manfaat Penelitian 4.1Praktek Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi.

4.2Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti dasar yang dipergunakan dalam wahana pembelajaran keperawatan jiwa, khususnya materi tentang pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi.

4.3Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasinya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Halusinasi 1.1Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.

1.2Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1.2.1 Faktor Predisposisi 1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut


(19)

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). 2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.


(20)

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor. 1.3. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.


(21)

Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Kadang pikiran terganggu Gangguan proses pikir/ delusi.

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Emosi berlebihan atau kurang Tidak mampu mengalami

Dengan pengalaman Emosi

Perilaku sesuai Perilaku yang tidak biasa Perilaku tidak terorganisir Hubungan Positif Menarik Diri Isolasi sosial

(Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Purba 2009).

1.4. Tahapan, Karakteristik, dan Perilaku yang ditampilkan

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU PASIEN

Tahap I

Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan.

a) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

b) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas. c) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan dikontrol)

a) Tersenyum, tertawa sendiri b) Menggerakkan bibir tanpa

suara

c) Pergerakan mata yang cepat d) Respon verbal yang lambat e) Diam dan berkonsentrasi.

Tahap II

Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati

a) Pengalaman sensori menakutkan

b) Mulai merasa kehilangan kontrol

c) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut d) Menarik diri dari orang lain e) Non Psikotik

a) Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

b) Rentang perhatian menyempit c) Konsentrasi dengan

pengalaman sensori d) Kehilangan kemampuan

membedakan halusinasi dan realita.

Tahap III

Mengontrol tingkat

a) Pasien menyerah dan menerima pengalaman

a) Perintah halusinasi ditaati b) Sulit berhubungan dengan


(22)

kecemasan berat

pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi

sensorinya.

b) Isi halusinasi menjadi antraktif

c) Kesepian bila sensori berakhir

d) Psikotik

orang lain

c) Rentang perhatian hanya beberapa detik/ menit d) Gejala sisa ansietas berat,

berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah Tahap IV

Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi oleh waham

a) Pengalaman sensori menjadi ancaman

b) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak diintervensi) c) Psikotik

a) Perilaku panik

b) Potensial tinggi untuk bunuh diri atau membunuh. c) Tindakan kekerasan, agitasi

menarik diri atau ketakutan d) Tidak mampu berespon

terhadap perintah yang kompleks

e) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

(Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).

1.5. Penatalaksanaan Medis pada Halusinasi

Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu :

1) Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-psikosis.


(23)

Adapun kelompok obat-obatan umum yang digunakan adalah :

KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)

Klopromazin (Thorazine) Flufenazine (Prolixine, Permiti) Mesoridazin (Serentil) Perfenazin (Trilafon) Proklorperazin (Compazine) Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril) Trifluoperazin (Stelazine) Trifluopromazine (Vesprin) 60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg 30-400 mg 12-64 mg 15-150 mg 40-1200 mg 150-800 mg 2-40 mg 60-150 mg Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan)

Tiotiksen (Navane)

75-600 mg 8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg

Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

2) Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)

3) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).

2. Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi

Tindakan Keperawatan pada pasien halusinasi dengan cara melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan halusinasi. Penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi yang dilakukan oleh Carolina (2008) dalam Wahyuni (2010) menunjukan bahwa dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dan juga menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Standar asuhan keperawatan meliputi proses:


(24)

2.1Pengkajian

a. Mengkaji Jenis Halusinasi

Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.

b. Mengkaji Isi Halusinasi

Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

c. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus


(25)

halusinasi dan menentukan jika pasien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada pasien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu. Bila mungkin pasien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi tersebut.

d. Mengkaji Respon Terhadap Halusinasi

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi pasien dapat dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh pasien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah pasien masih dapat mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

2.2Tindakan Keperawatan pada Pasien Halusinasi 2.2.1 Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya. b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal. 2.2.2 Tindakan Keperawatan

a. Membantu Pasien Mengenali Halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat melakukannya cara berdiskusi dengan pasien tentang ini halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.


(26)

b. Melatih Pasien Mengontrol Halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :

1) Melatih Pasien Menghardik Halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :

a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi b) Memperagakan cara menghardik

c) Meminta pasien memperagakan ulang

d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

2) Melatih Bercakap-cakap dengan Orang Lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.


(27)

Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

3) Melatih Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal

Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa membantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensi sebagai berikut :

a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi

b) Mendiskusikan aktivitas yang bisa dilakukan oleh pasien. c) Melatih pasien melakukan aktivitas

d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.


(28)

4) Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan.

Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

a) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program c) Jelaskan akibat bila putus obat

d) Jelaskan cara mendapatkanm obat/ berobat

e) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5B (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis). 2.3Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Perawat lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut :

2.3.1 Pasien Mempercayai Perawatnya sebagai terapis, ditandai dengan: a. Pasien mau menerima perawat sebagai perawatnya


(29)

b. Pasien mau menceritakan masalah yang dia hadapai kepada perawatnya, bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain.

c. Pasien mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang perawat tawarkan ditaati oleh pasien.

2.3.2 Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada obyeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi, ditandai dengan:

a Pasien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya.

b Pasien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya. c Pasien menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi.

d Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi

e Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang dialaminya

2.3.3 Pasien dapat Mengontrol Halusinasi, ditandai dengan:

a. Pasien mampu memperagakan empat cara mengontrol halusinasi b. Pasien menerapkan empat cara mengontrol halusinasi:

1)Menghardik halusinasi.

2)Berbicara dengan orang lain disekitarnya bila timbul halusinasi. 3)Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai

mau tidur pada malam hari selama tujuh hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri.

4)Mematuhi program pengobatan.


(30)

a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.

b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien dirumah. c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.

d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pasien.

e. Keluarga melaporkan keberhasilan merawat pasien (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009).


(31)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Halusinasi merupakan salah satu gangguan yang umum terjadi pada penderita gangguan jiwa. Pada pasien gangguan halusinasi gangguan yang sering muncul adalah gangguan pada kemampuan kognitif dan psikomotor pasien. Beberapa aspek yang paling utama dikaji untuk meningkatkan dan membantu proses penyembuhan pada pasien dengan gangguan halusinasi adalah kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien yaitu dengan cara pemberian Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi. Sebelum dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi, kemampuan kognitif dan psikomotor pasien di observasi terlebih dahulu begitu pula sesudah dilakukan pemberian standar asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Pada Pasien H l i i Kemampuan

Kognitif dan Psikomotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Sebelum Dilakukan Asuhan Keperawatan Halusinasi Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Setelah Dilakukan Asuhan Keperawatan Halusinasi Variabel Dependen Variabel Dependen


(32)

2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil

Pengukuran Skala Independen: Standar asuhan keperawatan halusinasi Merupakan tindakan pemberian bantuan untuk mengenal dan melatih responden di Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam mengontrol halusinasi yang terjadi Dependen: Kemampuan Kognitif dan Psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi di Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Kognitif : suatu

kemampuan responden di Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk mengenali halusinasi yang terjadi, yang meliputi:

- Responden di Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara mengenal isi halusinasi - Responden di

Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara mengetahui waktu terjadinya halusinasi - Situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul - Bagaimana perasaan

responden di Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara saat

Kuesioner sebanyak 4 (empat) pertanyaan subyektif secara lisan Skor Jawaban Responden Rasio


(33)

halusinasi muncul Psikomotor: suatu kemampuan responden di Ruangan Pusuk Buhit Rumah sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam mengontrol halusinasi yang terjadi meliputi: - Menghardik

halusinasi. - Bercakap-cakap

dengan orang lain. - Melakukan aktivitas

yang terjadwal. - Menggunakan obat

secara teratur.

Kuesioner sebanyak 15 (lima belas) pertanyaan subyektif secara lisan

Skor Jawaban Responden

Rasio

5. Hipotesis

Adapun hipotesa yang diajukan peneliti adalah:

Hipotesa Alternatif (Ha): Ada pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor responden dalam mengontrol halusinasi.


(34)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy expriemental design jenis One Group pretest-posttest yang hanya terdiri dari 1 kelompok. Sampel pada penelitian ini dievaluasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah dilakukan perlakuan sampel tersebut dievaluasi kembali (Hidayat, 2007).

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling 2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden penderita gangguan persepsi halusinasi yang sedang dirawat inap di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara-Medan dengan jumlah 45 pasien pada bulan Maret 2010 (Laporan Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2010).

2.2 Sampel

Untuk populasi kecil atau lebih besar dari 10.000, dapat menggunakan formula berikut:

N n =


(35)

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05) ( Notoatmodjo, 2005). Sehingga pada penelitian ini besar sampel:

45 n =

1+ 45 (0,052) 45

n =

1 + 0, 1125 45

n = = 40,49

1,1125 = 40 Responden 2.3 Tehnik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Probability sampling dengan purposive sampling, yaitu menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003), dimana yang menjadi kriteria sampel:

a. Pasien penderita gangguan persepsi halusinasi yang sedang dirawat inap di Ruangan rawat inap kelas III Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.


(36)

b. Pasien penderita halusinasi yang telah kooperatif terhadap petugas kesehatan di ruangan tempat responden dirawat inap.

c. Pasien dengan halusinasi murni tanpa disertai waham.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut dikarenakan di ruangan tersebut terdapat pasien halusinasi yang sesuai dengan kriteria sampel pada penelitian ini. Berdasarkan Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara (2009), 84 % responden yang dirawat inap mengalami halusinasi.

Penyusunan proposal sampai dengan laporan hasil penelitian dimulai dari Februari 2010 sampai dengan Januari2011.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara maka peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada Pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara-Medan.

Setelah izin didapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara-Medan maka peneliti melaksanakan penelitian dengan memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Peneliti akan menyertakan langsung lembar persetujuan penelitian


(37)

kepada calon responden, apabila calon responden dijadikan obyek penelitian, maka akan terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden tidak bersedia atau menolak untuk dijadikan obyek penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Data yang diperoleh dari responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan kerahasiaan informasi yang didapat dari penelitian dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

5. Instrumen Penelitian, dan Pengukuran Validitas - Reabilitas 5.1Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner berisikan pertanyaan subyektif secara lisan sebanyak 19 pertanyaan. Bagian pertama Instrumen Penelitian tentang pengumpulan data demografi pasien yang meliputi: inisial nama responden, nomor responden, jenis kelamin, dan pendidikan formal.

Bagian kedua berisi tentang pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi. Terdiri dari 4 pertanyaan untuk mengetahui kemampuan kognitif, dimana jika responden mampu menjawab 4 pertanyaan maka kemampuan kognitifnya baik, sedangkan jika responden mampu menjawab < 4 pertanyaan maka kemampuan kognitifnya tidak baik dan terdapat 15 tindakan pada lembaran observasi untuk mengetahui kemampuan psikomotor, dimana jika responden mampu melakukan 15 tindakan maka kemampuan psikomotornya baik, sedangkan jika responden mampu melakukan < 15 tindakan maka kemampuan psikomotornya tidak baik.


(38)

5.2Uji Validitas dan Reabilitias

Instrumen pada penelitian ini tidak dilakukan uji Validitas dan Realibilitas, karena Instrumen penelitian ini diambil dari Keliat dkk (2005).

6. Pengumpulan Data

Adapun tahapan pengumpulan data yang telah peneliti lakukan:

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan yang digunakan peneliti sebagai tempat penelitian.

b. Mengirimkan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan yang digunakan peneliti sebagai tempat penelitian.

c. Setelah mendapat izin pelaksanaan penelitian dari pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian dengan cara peneliti ikut berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari responden di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan selama 11 hari, adapun pengumpulan data yang telah dilakukan pada responden 1 - responden 40 adalah, pada hari pertama, peneliti memperkenalkan diri, melakukan pendekatan, menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta menanyakan kesediaan responden untuk mengikuti penelitian, bagi responden


(39)

yang bersedia diberikan informed consent (waktu yang dibutuhkan selama 45 menit untuk semua responden), pada hari kedua melakukan pra test (waktu 5 menit untuk setiap responden), pada hari ketiga pemberian intervensi pada responden 1-10 (waktu yang dibutuhkan 25 menit untuk setiap responden), pada hari keempat pemberian intervensi pada responden 11-20 (waktu yang dibutuhkan 25 menit untuk setiap responden), pada hari kelima pemberian intervensi pada responden 21-30 (waktu yang dibutuhkan 25 menit untuk setiap responden), pada hari keenam pemberian intervensi pada responden 31-40 (waktu yang dibutuhkan 25 menit untuk setiap responden), pada hari ketujuh post test pada responden 1-10 (waktu yang dibutuhkan 5 menit untuk setiap responden), pada hari kedelapan post test pada responden 11-20 (waktu yang dibutuhkan 5 menit untuk setiap responden), pada hari kesembilan post test pada responden 21-30 (waktu yang dibutuhkan 5 menit untuk setiap responden), pada hari kesepuluh post test pada responden 31-40 (waktu yang dibutuhkan 5 menit untuk setiap responden), dan pada hari kesebelas melakukan terminasi (waktu yang dibutuhkan 15 menit untuk semua responden.

d. Setelah peneliti mendapatkan data lalu mengumpulkannya, kemudian peneliti melakukan analisa dari data yang telah terkumpul.


(40)

e. Peneliti menggunakan data yang didapat dari Rekam Medik sebagai data pada latar belakang.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data, yang dimulai dari tahap persiapan yaitu mengecek kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa setiap pertanyaan pada kuesioner dan lembaran observasi telah dijawab oleh responden. Data yang diperoleh diidentifikasi dengan mentabulasikan data, selanjutnya data diolah dengan menggunakan tehnik komputerisasi.

7.1 Statistik Univariat

Mengetahui karakteristik responden dicari persentase dan frekuensi sedangkan untuk melihat kemampuan kognitif dan psikomotor dicari mean dan Standar Deviasi (SD).

7.2 Statistik Bivariat

Digunakan untuk melihat pengaruh kemampuan kognitif dan psikomotor responden dalam mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah diberikan standar asuhan keperawatan halusinasi dengan uji statistik sampel t-test yaitu dependent t test dengan α = 0.05. Hipotesis alternatif (Ha) diterima jika hasil perhitungan uji statistik (p) < α. Cara penyajian hasil penelitian ini dengan menggunakan tabel.


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik responden, kemampuan kognitif dan psikomotor responden sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli sampai dengan 17 Juli 2010 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, dengan jumlah responden 40 orang.

1.1.Karakteristik Responden

Tabel 1.1. : Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Usia (Tahun)

21-31 32-42 43-64

14 22 4

35 55 10

Total 40 100

Pendidikan SD

SLTP SLTA

13 15 12

32.5 37.5 30


(42)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan usia, dijumpai paling banyak pada kelompok usia 32-42 tahun yaitu 14 orang (35%), dan paling sedikit pada kelompok usia 43-64 tahun yaitu 4 orang (10%).

Berdasarkan tingkat pendidikan responden, dapat dilihat bahwa pendidikan responden terbanyak pada tingkat SLTP sebanyak 15 orang (37.5%), responden dengan pendidikan SD sebanayak 13 orang (32.5%), sedangkan responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 12 orang (30%).

1.2.Kemampuan Kognitif dan Psikomotor responden sebelum dilakukan asuhan keperawatan halusinasi di ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

Tabel 1.2. : Kemampuan Kognitif dan Psikomotor responden sebelum dilakukan asuhan keperawatan halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan (n = 40).

Variabel Mean

Standar Devasi (SD)

95% Confidence Interval (CI) for

mean Mini

mum Maksi mum Lower Bround Upper Bround Kemampuan Kognitif dan Psikomotor pasien sebelum dilakukan asuhan keperawatan halusinasi

4.25 0.927 3.95 4.22 3 6

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kemampuan koginitif dan psikomotor responden adalah rata-rata 4.25 ( 95% CI 3.95 - 4.22), SD (0.927), nilai minimum 3 dan nilai maksimum 6.


(43)

1.3.Kemampuan Kognitif dan Psikomotor responden setelah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi di ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

Tabel 1.3. : Kemampuan Kognitif dan Psikomotor responden setelah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan (n = 40).

Variabel Mean

Standar Devasi (SD)

95% Confidence Interval (CI) for

mean Mini

mum

Maksi mum Lower

Bround

Upper Bround Kemampuan

Kognitif dan Psikomotor pasien setelah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi

17.15 2.327 16.41 17.89 8 19

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kemampuan koginitif dan psikomotor responden adalah rata-rata 17.5 ( 95% CI 16.41 – 17.89), SD (2.327), nilai minimum 8 dan nilai maksimum 19.


(44)

1.4.Pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Tabel 1.4. : Pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan (n = 40).

Variabel Mean

Standar Deviasi (SD)

Perbedaan

Mean P Value

Kemampuan Kognitif dan Psikomotor pasien sebelum dilakukan asuhan keperawatan halusinasi

4.25 0.927

-12.900 0.000 Kemampuan Kognitif dan

Psikomotor pasien setelah dilakukan asuhan keperawatan halusinasi

17.15 2.327

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kemampuan kognitif dan psikimotor pasien dalam mengontrol halusinasi sebelum dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi: mean (4.25) dan SD (0.927), sedangkan kemampuan kognitif dan psikimotor pasien dalam mengontrol halusinasi setelah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi: mean (17.15) dan SD (2.327), sehingga perbedaan Mean -12.900 dan berdasarkan uji statistik diperoleh nilai P = 0.000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh signifikan intervensi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor responden dalam mengontrol halusinasi.


(45)

2. Pembahasan

Dalam penelitian ini karakteristik 40 responden dari usia 21 tahun - 64 tahun didapati mayoritas responden berusia 32 tahun - 42 tahun yaitu sebanyak 22 responden (55%), dan tingkat pendidikan responden mayoritas SLTP sebanyak 15 responden (37.5%). Namun dalam penelitian ini karakteristik responden tidak diteliti pengaruhnya terhadap variabel penelitian, sehingga tidak dapat dijabarkan apakah karakteristik dari responden ini ada pengaruhnya dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata pelaksanaan cara mengontrol halusinasi antara sebelum dan sesudah intervensi pada responden, dapat dilihat kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi sebelum dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi: mean (4.25) dan SD (0.927), sedangkan kemampuan kognitif dan psikimotor pasien dalam mengontrol halusinasi setelah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi: mean (17.15) dan SD (2.327), sehingga perbedaan Mean -12.900.

Dari hasil uji statistik dengan uji t dependen diperoleh nilai P (0.000) sedangakan nilai level of significance α (0.05), sehingga p < α, maka dapat disimpulkan Hipotesa alternatif (Ha) diterima yang berarti bahwa ada pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor pasien halusinasi dalam mengontrol halusinasi.


(46)

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep dan penelitian sebelumnya yang dilakukan Carolina (2008) dalam Wahyuni (2010) juga menunjukan bahwa dengan penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi dapat meningkatkan kemampuan psikomotor dan kognitif pasien dalam mengontrol halusinasinya dan juga menurunkan tanda dan gejala halusinasi, dimana kemampuan kognitif atau pengetahuan yang harus dimiliki pasien secara generalis adalah pasien mampu menghardik halusinasinya, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas dan patuh minum obat. Asuhan keperawatan pada pasien halusinasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya. Menurut Varcarolis (1990) kemampuan yang harus dimiliki pasien meliputi tiga aspek yaitu Kognitif, psikomotor dan juga afektif. Kemampuan Kognitif merupakan pengetahuan pasien tentang cara-cara mengontrol halusinasi, sedangkan kemampuan psikomotor merupakan kemampuan pasien dalam melaksanakan cara-cara mengontrol halusinasi.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh wahyuni (2010), dimana penelitiannya dilakukan dengan desain penelitian Quasi eksperimental, dengan jumlah sampel sebanyak 56 responden. Hasil penelitiannya menunjukan adanya perbedaan peningkatan pelaksanaan cara mengontrol halusinasi yang bermakna antara kelompok yang mendapat dan tidak mendapat Cognitif Behaviour Therapy (P value < 0.05).

Keliat dkk, (2005) menambahkan bahwa secara generalis kemampuan kognitif atau pengetahuan yang diharapkan pada pasien halusinasi adalah pasien mampu mengenal halusinasi dan juga mengenal 4 cara mengontrol halusinasi


(47)

yaitu menghardik halusinasi, berbicara dengan orang lain disekitarnya bila timbul halusinasi, menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur pada malam hari selama tujuh hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri, dan mematuhi program pengobatan.

Kenyataannya penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi pada pasien-pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan masih belum optimal, hal ini dapat dilihat bahwa kebanyakan pasien halusinasi yang dirawat inap masih tampak dibiarkan sendirian larut dalam halusinasinya, dimana pasien lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berdiam diri dan termenung di dalam kamarnya, dibandingkan diberikan standar asuhan keperawatan halusinasi.


(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

1.1. Karakteristik pasien usia 21 tahun - 64 tahun didapati mayoritas responden berusia 32 tahun - 42 tahun yaitu sebanyak 22 responden (55%) dengan tingkat pendidikan responden mayoritas SLTP sebanyak 15 responden (37.5%). Namun dalam penelitian ini karakteristik responden tidak diteliti pengaruhnya terhadap variabel penelitian, sehingga tidak dapat dijabarkan apakah karakteristik dari responden ini ada pengaruhnya dalam penelitian ini.

1.2. Kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi sebelum dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi: mean (4.25) dan SD (0.927), sedangkan kemampuan kognitif dan psikimotor pasien dalam mengontrol halusinasi setelah dilakukan standar asuhan keperawatan halusinasi: mean (17.15) dan SD (2.327), sehingga perbedaan Mean -12.900 dan berdasarkan uji statistik diperoleh nilai P = 0.000.

1.3. Ada pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien halusinasi dalam


(49)

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu sebagai berikut:

2.1.Aplikasi keperawatan

2.1.1 Rumah Sakit hendaknya membuat dan menjadikan standar asuhan keperawatan halusinasi menjadi prosedur tetap yang wajib diberikan pada setiap pasien halusinasi untuk mencapai pemulihan kesehatan jiwa yang optimal.

2.1.2 Perlu adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya seperti psikiater dan juga psikolog klinis dalam pemberian standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap pasien halusinasi.

2.2.Istitusi pendidikan keperawatan

2.2.1 Pihak pendidikan tinggi keperawatan hendaknya menjadikan standar asuhan keperawatan halusinasi sebagai salah satu kompetensi yang harus dikuasai sebagai mahasiswa untuk praktek di institusi pelayanan kesehatan jiwa.

2.2.2 Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu referensi tentang pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor dalam mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.


(50)

2.3.Penelitian berikutnya

2.3.1 Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam mengontrol halusinasi.

2.3.2 Perlu modifikasi jumlah dan tehnik pengambilan sampel agar terjamin kualitas data untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

2.3.3 Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan mempertimbangkan karakteristik pasien dan juga intervensi generalis keperawatan jiwa (tindakan keperawatan jiwa yang menjadi kompetensi oleh seorang perawat dengan latar belakang pendidikan Strata 1 dan Profesi) yang benar-benar optimal.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Candra, Budiman. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidayat, A. Aziz Alimul (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2., Jakarta: Salemba Medika

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kaplan, Harld I & Sadock, Benyamin J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Modika.

Keliat & Akemat (2005). Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.

Keliat, dkk (2005). Community Mental Healt Nursing. Tidak dipublikasikan Keliat, Budi Anna. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9., Surabaya: Airlangga University Press.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodoogi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi., Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Purba, J. M, Sri Eka, Mahnum, L. N dan Hardiyah. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU press.

Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Ronosulistyo. (2008). Penderita gangguan jiwa di Indonesia. April 11, 2010. http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=491


(52)

Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 8. St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (1995). Principles and practice of Physiciatric nursing. St. Lois: Mosby Year Book, Inc.S.

Tim Penyusun. (2009). Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Sarjana Keperawatan. Medan: Pemerintah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas sumatera Utara

Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Vorcarolis (1990). Foundations of psychiatric mental health nursing. United States of America: Saunders Company

Wahyuni, Sri Eka (2010). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy Terhadap Halusinasi Pasien Di Rumah Sakit Jiwa Pempropsu Medan. Tidak dipulikasikan

Yosep, Iyus, S.kp, M. Si. (2009). Keperawatan Jiwa, edisi revisi., Bandung: PT. Refika Aditama.


(53)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara-Medan

Oleh : Castro

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara-Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi saudara dalam memberikan jawaban atas segala pertanyaan pada lembaran evaluasi, sesuai dengan pendapat saudara tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudara. Informasi yang diberikan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat suka rela dan bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara.

Terima kasih atas pertisipasi saudara untuk penelitian ini. Tanggal : No. Kode Responden : Tandan tangan : (Diisi oleh peneliti


(54)

Lampiran 2

Instrumen Penelitian

A. Data Demografi

1. Inisial Nama Responden : 2. No Responden : 3. Usia Responden :

4. Pendidikan Formal : SD SLTP


(55)

B. Lembaran Kuesioner Kemampuan Kognitif dan Lembaran Observasi Psikomotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi.

1. Lembaran Kuesioner Kemampuan Kognitif Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi

No Sesi Aspek yang dinilai

Pre test Post test

Menyebutkan Menyebutkan

1 Kemampuan mengenal halusinasi

Pasien dapat menyebutkan :

 Isi halusinasi

 Waktu terjadi

halusinasi

 Situasi terjadi halusinasi

 Perasaan saat

halusinasi

Mampu Tidak mampu

Mampu Tidak mampu


(56)

2. Lembaran Observasi Psikomotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi.

No Sesi Aspek yang dinilai

Pre test Post test Dilakukan Dilakukan 1 Kemampuan

menghardik halusinasi Pasien dapat:  Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi  Menyebutkan efektivitas cara  Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan cara menghardik  Memperagakan menghardik halusinasi

Ya Tidak Ya Tidak

2 Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan Pasien dapat:  Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan.  Memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan.  Menyusun jadwal kegiatan harian.  Menyebutkan dua cara mengontrol halusinasi.

Ya Tidak Ya Tidak

3 Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi Pasien dapat:  Menyebutkan orang yang biasa diajak bercakap-cakap.

 Memperagakan percakapan


(57)

 Menyusun jadwal percakapan

 Menyebutkan

tiga cara mengontrol dan

mencegah halusinasi. 4 Kemampuan

patuh minum obat untuk mencegah

halusinasi

Pasien dapat menyebutkan:

 Lima benar cara minum obat.

 Keuntungan minum obat.

 Akibat tidak

minum obat.

Ya Tidak Ya Tidak


(58)

Lampiran 3

PANDUAN PELAKSANAAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI DALAM MENGONTROL HALUSINASI

1.1. Tujuan

1.1.1. Tujuan Umum

Setelah diberikan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi, pasien dapat meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi secara bertahap sesuai dengan prosedur yang disampaikan di sesi 1, sesi 2, sesi 3, sesi 4, dan sesi 5.

1.1.2. Tujuan Khusus

a. Pasien mampu mengenal halusinasi

b. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.

c. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan. d. Pasien mampu mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. e. Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. 1.2. Setting

a. Perawat/peneliti dan pasien duduk bersama dalam lingkaran. b. Ruangan nyaman dan tenang.

1.3. Tempat

Ruangan sinabung dan cempaka di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

1.4. Media


(59)

b. Jadwal kegiatan pasien. c. Pulpen

d. Beberapa contoh obat. 1.5. Metode

a. Diskusi dan tanya jawab.

b. Berpelaksanaan peran/simulasi dan latihan. 1.6. Perilaku yang diharapkan.

a. Setiap responden/pasien kooperatif dengan perawat.

b. Responden/pasien melakukan arahan yang diberikan dengan benar. c. Responden/pasien mematuhi aturan.

1.7. Langkah kegiatan

1.7.1. Sesi pertama: Mengenal Halusinasi (waktu 45 menit) 1. Persiapan

a) Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi.

b) Membuat kontrak dengan pasien.

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi (waktu 10 menit).

a) Salam terapeutik

1. Salam dari perawat/peneliti kepada pasien.

2. Perkenalkan nama dan panggilan perawat/peneliti (pakai papan nama). 3. Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan nama). b) Evaluasi/ validasi


(60)

Menanyakan perasaan pasien saat ini.

c) Kontrak

1. Perawat/peneliti menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar.

2. Perawat/peneliti menjelaskan aturan pelaksanaan berikut:

• Jika ada pasien yang ingin meninggalkan pasien/responden, harus minta izin kepada perawat/peneliti.

• Lama kegiatan 45 menit.

• Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja (waktu 20 menit)

a) Menjelaskan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu isinya, situasi terjadinya, dan perasaan pasien pada saat terjadi.

b) Meminta pasien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari pasien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.

c) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.

d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasian dari suara yang biasa didengar.


(61)

4. Tahap terminasi (waktu 15 menit) a) Evaluasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi.

2. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/responden. b) Tindak lanjut

Meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi halusinasi.

c) Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

2. Menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi selanjutnya.

1.7.2. Sesi kedua: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik (waktu 40 menit)

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah mengikuti sesi 1. b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi (waktu 10 menit) a) Salam terapeutik

1. Salam dari perawat/peneliti kepada pasien. 2. Pasien dan perawat/peneliti pakai papan nama.


(62)

b) Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.

2. Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi, dan perasaan.

c) Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol halusinasi.

2. Menjelaskan aturan pelaksanaan (sama seperti pada sesi 1) 3. Tahap kerja (waktu 20 menit)

a) Meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran.

b) Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita.

c) Menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.

d) Memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu ”Pergi jangan ganggu saya”, ”Saya mau bercakap-cakap dengan...”.

e) Meminta masing-masing pasien memperagakan cara menghardik halusinasi dimulai dari pasien sebelah kiri perawat/peneliti, berurutan searah jarum jam sampai semua responden/pasien mendapat giliran.

f) Memberikan pujian dan mengajak semua pasien bertepuk tangan saat setiap pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.


(63)

4. Tahap terminasi (waktu 10 menit) a) Evaluasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi.

2. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/responden. b) Tindak lanjut

1. Menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika halusinasi muncul.

2. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian pasien.

c) Kontrak yang akan datang

1. Membuat kesepakatan dengan pasien untuk pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi yang berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.

2. Membuat kesepakatan waktu dan tempat pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi berikutnya.

1.7.3. Sesi ketiga: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kagiatan (waktu 40 menit)

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 2. b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.


(64)

2. Orientasi (waktu 10 menit) a) Salam terapeutik

1. Salam dari perawat/peneliti kepada pasien. 2. Pasien dan perawat/peneliti pakai papan nama. b) Evaluasi/validasi

1. Menanyakan kepada pasien saat ini.

2. Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.

3. Menanyakan pengalaman pasien menerapkan cara menghardik halusinasi.

c) Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan melakukan kegiatan.

2. Menjelaskan aturan pelaksanaan (sama seperti sesi sebelumnya) 3. Tahap kerja (waktu 20 menit)

a) Menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari. Memberi penjelasan bahwa dengan melakukan kagiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.

b) Meminta tiap pasien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan setiap sehari-hari, dan tulis di whiteboard.

c) Membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Perawat/peneliti menulis formulir yang sama whiteboard.

d) Membimbing satu persatu pasien untuk membuat jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Pasien menggunakan formulir yang


(65)

telah disediakan terlebih dahulu, perawat/peneliti menggunakan whiteboard.

e) Melatih pasien memperagakan kagiatan yang telah disusun.

f) Pujian dengan tepuk tangan bersama kepada pasien yang sudah selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.

4. Tahap terminasi (waktu 10 menit) a) Evaluasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan memperagakannya.

2. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/responden. b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

c) Kontrak yang akan datang

1. Membuat kesepakatan dengan pasien untuk pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi berikutnya, yaitu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.


(66)

1.7.4. Sesi keempat: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap (waktu 40 menit)

1. Persiapan

1. Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 3. 2. Perawat/peneliti membuat kontrak dengan pasien.

3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi (waktu 10 menit)

1. Salam terapeutik

1. Salam dari perawat/peneliti kepada pasien. 2. Pasien dan perawat/peneliti pakai papan nama. 2. Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.

2. Menanyakan pengalaman pasien setelah menerapkan dua cara yang telah dipelajari (menghardik dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang terarah) untuk mencegah halusinasi.

3. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

2. Menjelaskan aturan pelaksanaan (sama dengan sesi sebelumnya). 3. Tahap kerja (waktu 20 menit)

a) Menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi.


(67)

b) Meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa diajak bercakap-cakap.

c) Meminta tiap pasien menyebutkan pokok pembicaraan yng biasa dan bisa dilakukan.

d) Memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster, tentang kapan saya boleh pulang”.

e) Meminta pasien untuk memperagakan percakapan dengan orang disebelahnya.

f) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.

g) Mengulangi tahap kerja pada point e s/d f sampai semua pasien mendapat giliran.

4. Tahap terminasi (waktu 10 menit) a) Evaluasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi.

2. Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih. 3. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/responden. b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap.


(68)

c) Kontrak yang akan datang

1. Membuat kesepakatan dengan pasien untuk pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

2. Menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan.

1.7.5. Sesi kelima: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat (waktu 40 menit)

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak pada pasien yang telah mengikuti sesi 4. b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi (waktu 10 menit) a) Salam terapeutik

1. Salam dari perawat/peneliti kepada pasien.

2. Perawat/peneliti dan pasien memakai papan nama. b) Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.

2. Menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap).

c) Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.


(69)

3. Tahap kerja (waktu 20 menit)

a) Menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang, memperlambat kambuh.

b) Menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh. c) Meminta pasien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya. Buat daftar di whiteboard.

d) Menjelaskan lima benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis minum obat.

e) Meminta pasien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.

f) Berikan pujian pada pasien yang benar.

g) Mendiskusikan perasaan pasien sebelum minum obat (catat di whiteboard).

h) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).

i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu mencegah halusinasi/ kambuh.

j) Meminta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.


(70)

4. Tahap terminasi (waktu 10 menit) a) Evaluasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi.

2. Menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari. 3. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/responden.

b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien untuk menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.

c) Kontrak yang akan datang

1. Mengakhiri sesi pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi untuk mengontrol halusinasi.

2. Membuat kesepakatan baru untuk Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi yang lain sesuai indikasi pasien.


(71)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP

Nama : Castro

Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Dalam/ 13 Maret 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Desa Sialang Palas, Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak, Riau

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 035 Lubuk Dalam Tahun 1993-1999

2. SLTP Negeri 1 Kerinci Kanan Tahun 1999-2002

3. SMA Negeri 1 Siak Tahun 2002-2005


(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

Lampiran 10

MASTER TABEL No

Responden Usia Responden (Tahun) Pendidikan Responden Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Responden Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Responden Pra test Post test 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 30 36 21 37 41 52 31 33 24 32 37 35 34 39 38 48 40 30 55 SD SD SLTA SLTP SLTP SD SLTP SD SD SD SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SD SD SD 4 4 3 5 3 5 4 4 3 4 4 5 5 5 5 6 4 4 3 8 10 15 15 15 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 17 17 17 17


(80)

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 29 40 35 36 39 30 38 38 37 27 30 45 28 28 30 36 35 36 28 32 27 SD SLTP SLTP SLTP SLTP SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SLTP SLTP SD SLTA SD SLTP SLTP SLTP SLTP SD 3 3 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 4 5 4 4 4 17 17 17 18 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19


(1)

Lampiran 6


(2)

(3)

Lampiran 8


(4)

(5)

Lampiran 10

MASTER TABEL No

Responden Usia Responden

(Tahun) Pendidikan Responden Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Responden Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Responden

Pra test Post test

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 30 36 21 37 41 52 31 33 24 32 37 35 34 39 38 48 40 30 55 SD SD SLTA SLTP SLTP SD SLTP SD SD SD SLTA SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SD SD SD 4 4 3 5 3 5 4 4 3 4 4 5 5 5 5 6 4 4 3 8 10 15 15 15 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 17 17 17 17


(6)

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 38 38 37 27 30 45 28 28 30 36 35 36 28 32 27 SLTP SLTA SLTA SLTA SLTA SLTP SLTP SD SLTA SD SLTP SLTP SLTP SLTP SD 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 4 5 4 4 4 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19