PERSPEKTIF Badan Layanan Umum DAERAH BLU

Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PERSPEKTIF BLU DAERAH: PENDIDIKAN

Dr. Gatot Subroto
Peneliti Madya IV-C

Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
4 November 2015
g

a

t

o

t

AMANAT KONSTITUSIONAL

 Pendidikan merupakan hak konstitusional setiap warga
negara

 Setiap warga negara memiliki hak konstitusional yang sama
untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat
 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa diskriminasi
 Pemerintah wajib membiayai pendidikan dasar bagi
seluruh warga negara
g

a

t

o


t

BLUD

SEKOLAH
NEGERI

SEKOLAH
NEGERI
BLUD

?
g

a

t

o


t

KEMDIKBUD

PEMERINTAH

KEMRISTEK
DIKTI
KEMENAG

PENGELOLA
DAN
PENYELENGGA
RA
PENDIDIKAN

KEM.LAIN
PEMERINTAH
PROVINSI


PEMERINTAH
KABUPATEN/
KOTA

MASYARAKAT

g

a

t

o

t

LATARBELAKANG
Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah
adanya pergeseran dari pengganggaran tradisional
menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis

kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi
berorientasi pada input, tetapi pada output. Perubahan ini
penting dalam rangka proses pembelajaran untuk
menggunakan sumber daya pemerintah yang makin
terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana
yang makin tinggi.


Sumber: http://pkblu.perbendaharaan.go.id/ (Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat
Pembinaan PK BLU )

g

a

t

o

t


Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan
praktik yang telah dianut luas oleh pemerintahan modern di
berbagai negara. Pendekatan penganggaran yang demikian
sangat diperlukan bagi satuan kerja instansi pemerintah yang
memberikan pelayanan kepada publik.
Salah satu alternatif untuk mendorong peningkatan pelayanan
publik adalah dengan mewiraswastakan pemerintah.
Mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government)
adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi sektor
keuangan publik. Ketentuan tentang penganggaran tersebut
telah dituangkan dalam UU No.17/2003 tentang Keuangan
Negara.

g

a

t


o

t

Selanjutnya, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di
lingkungan pemerintah. Dengan Pasal 68 dan Pasal 69 UndangUndang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat
menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan
menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.
Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undangundang tersebut menjadi dasar penetapan instansi pemerintah
untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum (BLU).
BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi
meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
g

a


t

o

t

Definisi Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
(Pasal 1 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara)

Di lingkungan pemerintahan di Indonesia, terdapat banyak
satuan kegiatan yang berpotensi untuk dikelola secara lebih
efisien dan efektif melalui pola BLU. Ada yang mendapatkan
imbalan dari masyarakat dalam proporsi yang signifikan terkait
dengan pelayanan yang diberikan, dan ada pula yang
bergantung sebagian besar pada dana APBN/APBD. Satuan
kerja yang memperoleh pendapatan dari layanannya dalam

porsi signifikan, dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola
sumber daya untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan.
g

a

t

o

t

MENGAPA KITA MEMERLUKAN BLU?
Peluang ini secara khusus disediakan bagi satuan kerja pemerintah
yang melaksanakan tugas operasional pelayanan publik. Hal ini
merupakan upaya peng-agenan aktivitas yang tidak harus dilakukan
oleh lembaga birokrasi murni, tetapi oleh instansi pemerintah dengan
pengelolaan ala bisnis, sehingga pemberian layanan kepada
masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.
Dapat dilakukan peningkatan pelayanan instansi pemerintah kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa;
Instansi pemerintah dapat memperoleh fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dengan
menerapkan praktik bisnis yang sehat;
Dapat dilakukan pengamanan atas aset negara yang dikelola oleh
instansi terkait.
g

a

t

o

t

Kriteria BLU
Bukan kekayaan negara/daerah yang dipisahkan, sebagai
satuan kerja instansi pemerintah;

Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi;
Berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga
induknya:
Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja,
Menteri/pimpinan lembaga bertanggungjawab atas
kebijakan layanan yang hendak dihasilkan,
BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang
diminta.

g

a

t

o

t

(siapa, apa,…? )
Siapa:
• Satker pemerintah operasional yang melayani publik (seperti layanan kesehatan,
pendidikan, pengelolaan kawasan, pengelolaan dana bergulir untuk usaha kecil
dan menengah, lisensi, dll.) untuk membedakannya dari fungsi pemerintah
sebagai regulator dan penentu kebijakan.
Satker BLU (dapat berasal dari berbagai jenjang eselon atau non eselon)
merupakan pengagenan (agentification) aktifitas (kegiatan) yang tidak harus
dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi diselenggarakan oleh instansi yang
dikelola ala bisnis (bisnis like) sehingga pemberian layanan kepada masyarakat
menjadi lebih efisien dan efektif.
Apa:
• BLU adalah Satker yang menerima fleksibilitas pengelolaan keuangan sebagai
format baru dalam pengelolaan APBN/APBD.
BLU adalah wadah baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik,
demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Keberadaan BLU, harus diseleksi dengan tata kelola khusus, dimana
menteri/pimpinan lembaga/satuan kerja dinas terkait membina aspek teknis BLU,
sementara Menteri Keuangan/PPKD berfungsi sebagai pembina di bidang
11
pengelolaan keuangan.
g
a
t
o

t

(…di mana, kapan ? )
Dimana:
• Kedudukan BLU adalah tetap berada dibawah kementerian negara/
lembaganya/ SKPD, dan tidak terpisah dari instansi induknya.
Oleh karena itu seluruh pendapatan yang diperolehnya dari non APBN/APBD
dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam pertanggungjawaban APBN/APBD.
Demikian pula dengan seluruh belanja BLUnya.
Kapan:
• Satker BLU yang memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif
diusulkan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD kepada Menteri
Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota.
Penetapan Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota satker diberikan
berupa pemberian status secara penuh dan secara bertahap.
Status BLU bertahap berlaku paling lama 3 tahun.
Penerapan PK BLU berakhir apabila:





dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/ bupati/ walikota sesuai kewenangannya.
dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/ bupati/ walikota berdasarkan usul dari menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD, sesuai kewenangannya.
berubah statusnya menjadi badan hukum dengan kekayaan yang dipisahkan.
12
g

a

t

o

t

(…mengapa ? )
Mengapa:
• Untuk mempromosikan peningkatan layanan publik
melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU, yang
dikelola secara professional dengan menonjolkan
produktifitas, efisiensi, dan efektifitas.

BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya
dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan
oleh menteri teknis Pembina (melalui penetapan
Standar Pelayanan Minimal dari BLU terkait)
13
g

a

t

o

t

Public Goods

Semi Public Goods

BUREAUCRACY

S
T
A
T
E

Legislation &

Regulation
Authorities
Controls & Judiciary

?

Government

BLU
 Public
Service
Deliverie
s
 Internal
Service
Agencies

Private Goods

BUMN
 Perum
 Persero
 PT BHMN(?)
 BHP?

YAYASAN
& NGOs

Non-for-Profit

P
R
I
V
A
T
E

PRIVATE
PROPERTIES

Market
g

a

t

o

t

KLASIFIKASI BARANG

SIFAT BARANG

RIVAL

NON RIVAL

EKSKLUSIF

NON EKSKLUSIF

Barang Privat
(Private Goods)

Barang Publik Semu
(Quasy Public
Goods)

Barang Publik Semu
(Quasy Public
Goods)

Barang Publik
(Public Goods)

g

a

t

o

t

PERAN PEMERINTAH
1) Mechanic View :
 Regulator
 Administrator
2) Organic View :
 Public Service Agency
 Investor
MANAJEMEN
BERBASIS
SEKOLAH

 Berkaitan erat dengan
birokrasi
 Harus dinamis dan
dapat diitransformasikan menjadi unit yang
otonom
 Dapat dan akan lebih
efisien apabila
dilonggarkan dari
campur tangan langsung
oleh negara

diorganisasikan dalam
kelembagaan BLU/D
g

a

t

o

t

PERATURAN PEMERINTAH NO 23 TAHUN 2002
TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

 Pemerintah memberikan ruang bagi penganggaran
berbasis kinerja

 Dapat dibentuk oleh Satuan Kerja (satket) Pemerintah
operasional yang melayani publik, untuk
membedakannya dari fungsi Pemerintah sebagai
regulator dan penentu kebijakan

 Satker BLU (dapat berasal dari berbagai jenjang eselon
atau non eselon) merupakan pengagenan aktivitas yang
diselenggarakan oleh instansi dan dikelola ala bisnis
sehingga pemberian layanan kepada masyarakat
menjadi lebih efisien dan efektif
g

a

t

o

t

PERFORMANSI TRANSFER PENGETAHUAN DI SEKTOR PUBLIK
(Fathilah Mathar, 2011)
 Keberadaan lembaga baru di lingkungan Pemerintah dengan
format BLU/D merupakan sebuah peluang dimana integrasi
manajemen pengetahuan dan desain organisasi dapat
diaplikasikan
 BLU/D memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya
dengan BUMN :

 Meski memperoleh beberapa fasilitas dan secara komersial dapat
menerapkan tarif, namun layanan BLU/D tidak memperoleh
fasilitas untuk melakukan monopoli
 BLU/D harus berkompetisi dalam industri/layanan yang sejenis

 Faktor kompetisi menyebabkan BLU/D harus mampu beradaptasi
dengan dinamika lingkungan, termasuk dengan cara
mempersiapkan struktur organisasi yang efektif dan adaptif yang
didukung manajemen pengetahuan yang mumpuni
g

a

t

o

t

POINTER UNTUK DISKUSI
 Apakah tidak lebih bagus jika kita lakukan penguatan
“Manajemen Berbasis Sekolah” sebagai esensi dasar dari
desentralisasi pendidikan?
 ROI pendidikan dasar dan menengah bagi peserta didik
relatif kecil dibandingkan ROI pendidikan tinggi bagi peserta
didik (.....bukan landasan untuk kompetisi....)
 Pengembangan model pendanaan yang lebih baik :
o Tidak berarti bahwa pendanaan dari masyarakat adalah
sesuatu yang salah (......orientasi mutu......)
o Dana yang masuk ke sekolah mestinya dapat digunakan
oleh satuan pendidikan berdasarkan manajemen berbasis
sekolah
o Satuan pendidikan hanya melaporkan kepada Pemerintah
pendanaan pendidikan yang berasal dari APBN/APBD
g

a

t

o

t

20
g

a

t

o

t

Postur Anggaran Pendidikan 2015-2016
KOMPONEN ANGGARAN PENDIDIKAN

I Anggaran Pendidikan melalui Belanja Pemerintah Pusat

APBNP 2015

RAPBN 2016

154,363.75

143,819.00

154.363,75

143,819.00

a Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

53.278,55

49,232.80

b Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

42.707,76

37,022.10

c Kementerian Agama

49.409,85

46,840.40

8.967,59

10,723.70

254,180.93
134,970.30

275,938.30
142,203.30

10,413.00

10,829.60

1,096.00

1,020.50

e Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD *)

70,252.70

73,655.80

f Bantuan Operasional Sekolah *)

31,298.30

42,141.80

-

1,428.30

h Dana insentif daerah

1,664.50

**

i Otsus yang diperkirakan untuk anggaran pendidikan

4,234.70

4,659.00

-

5,000.00

-

5,000.00

408,544.68

424,757.30

1,984,449.71

2,121,286.14

20.59%

20.02%

Anggaran Pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga

d Kementerian Negara/Lembaga lainnya
II Anggaran Pendidikan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa
a DAU yang diperkirakan untuk anggaran pendidikan
b DAK Pendidikan
d Dana Tambahan Penghasilan Guru (DTPG) PNSD *)

g BOP PAUD *)

III Anggaran Pendidikan melalui Pengeluaran Pembiayaan
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
Anggaran Pendidikan
Belanja Negara
Rasio Anggaran Pendidikan (%)
*) Dalam RAPBN 2016 masuk ke dalam DAK Non Fisik
**) Belum memiliki alokasi anggaran

g

a

t

o

t

Kontak
0812 8963 8126

gatot.subroto@kemdikbud.go.id

ui.academia.edu/GatotSubroto

g

a

t

o

t