PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM I

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
UNTUK PEMETAAN TINGKAT KUALITAS PERMUKIMAN (Studi Kasus :
Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta)
Satrio Wisnu Swardhana, Laila Rosalina, Nurma Puspitasari, Muhammad Andhika, Widya
Nur Fauziah
Jurusan Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
55281, Indonesia

ABSTRAK
Kualitas permukiman merupakan parameter penting dalam suatu perkotaan.
Penginderaan jauh adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengkaji
permukiman pada wilayah yang luas. Citra penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk
kajian wilayah perkotaan adalah citra Quickbird dengan resolusi spasial yang tinggi yaitu
berkisar 2,6 m setiap bandnya. Desa Maguwoharjo merupakan salah satu desa yang memiliki
pertumbuhan penduduk yang semakin padat, hal ini dicirikan dengan semakin padatnya
rumah penduduk. Kepadatan permukiman ini akan banyak menimbulkan permasalahan kota.
Kualitas permukiman ditentukan berdasarkan beberapa parameter yaitu kepadatan rumah, tata
letak, lebar jalan, kondisi jalan, kondisi halaman, pohon pelindung, lokasi permukiman,
kerawanan bencana, air bersih dan sanitasi. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah
satu alat untuk melakukan analisis spasial berbasis pemodelan. SIG membantu dalam
pemodelan penilaian kualitas permukiman dengan metode kuantitatif berjenjang tertimbang.

Penilaian dan pemetaan kualitas permukiman ini diharapkan mampu untuk menunjukkan
persebaran kualitas permukiman di Desa Maguwoharjo DIY.
Kata Kunci : kualitas permukiman, penginderaan jauh, citra quickbird, metode kuantitatif
berjenjang, SIG, permasalahan kota.
PENDAHULUAN

Kemampuannya

dalam

informasi

baik

sangat

menyadap
menyebabkan

Perkembangan teknologi semakin pesat,


pengindraan jauh tidak hanya digunakan

begitu juga teknologi pengindraan jauh

oleh ahli di bidang ilmu tertentu saja akan

yang

tetapi juga dimanfaatkan pada berbagai

mengkaji

permukaan

bumi.

bidang

kepentingan,


kehutanan,

seperti

pertanian,

(Danoedoro,2011).

dan

Berbagai

kelautan,
lain

serta perkembangan penduduk yang pesat.

lain


Fenomena pertumbuhan penduduk tinggi

penelitian

yang disebabkan oleh urbanisasi yang

telah dilakukan di bidang-bidang tersebut

tidak

dengan memanfaatkan data pengindraan

kependudukan ini melebar hingga aspek

jauh seperti citra, foto udara, dan data

lainnya. Setiap kegiatan sosial ekonomi

lainnya.


memiliki

yang heterogen dengan jumlah penduduk

kelebihan dan kekurangan serta spesifikasi

yang banyak memerlukan ruang atau

masing-masing bergantung pada bidang

space. Jumlah ruang yang tidak sesuai

kajian serta metode yang digunakan.

dengan

Seperti contohnya bidang geomorfologi

membuat suatu permasalahan baru, yaitu


membutuhkan citra dengan resolusi sedang

permasalahan

karena mencakup wilayah yang cukup

kumuh. Ada atau tidaknya permukiman

luas. Begitu juga daerah kajian perkotaan

kumuh di perkotaan dapat diukur dengan

yang

menggunakan satuan kualitas permukiman.

Data-data

tersebut


memiliki

heterogen

karakteristik

sehingga

dibutuhkan

yang

terkendali

membuat

kebutuhan

ruang


masalah

yang

mengenai

ada

pemukiman

citra

dengan resolusi tinggi. Citra dengan
resolusi tinggi yang dapat digunakan

TINJAUAN PUSTAKA

seperti Quickbird, Ikonos, dan Geoeye-1 .
Pengolahan selanjutnya data pengindraan


Pengindraan Jauh

jauh adalah dengan menggunakan sebuah
Pengindraan

sistem yaitu Sistem informasi Geografis
atau SIG yaitu merupakan sistem yang
mampu
distribusi

menunjukan
dari

persebaran

sebuah

atau

fenomena.


Pemukiman merupakan suatu bagian dari
sebuah perkotaan. Kota sendiri ditunjukan
dengan corak kehidupan yang heterogen
yang membentuk sistem jaringan manusia
dengan

strata

sosial

ekonomi

yang

heterogen dan materalistis dibandingkan
dengan daerah di sekitarnya. Sebuah
perkotaan memiliki masalah karena jumlah
penduduk nya yang semakin bertambah


Jauh

merupakan

sebuah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi mengenai obyek, area atau
kejadian.

Pengindraan

diibaratkan

dengan

jauh

proses

dapat

membaca

dengan berbagai macam sensor yang
kemudian datanya dikumpulkan dan di
analisis

untuk

mengetahui

informasi

mengena objek, area dan atau suatu
fenomena dalam sebuah lokasi kajian.
Data yang dikumpulkan dapat berupa
berbagai macam bentuk seperti variasi
distribusi tenaga, distribusi gelombang

akustik, dan distribusi elektromagnetik

data multispektral pada saluran spektral

(Liliesand, ett al 2004) . Data pengindraan

biru, hijau, merah, dan inframerah dekat

jauh dapat berupa citra dan non citra. Citra

serta

dapat dibedakan menjadi dua yaitu citra

digunakan pada berbagai aplikasi terutama

foto dan citra non foto. Citra merupakan

dalam hal perolehan data yang memuat

data pengindraan jauh yang diperolek

infrastruktur, sumber daya alam bahkan

dengan perekaman menggunakan sensor

untuk keperluan pengelolaan tanah seperti

film yang lebih dikenal dengan nama foto

manajemen dan pajak.

udara. Sedangkan citra non foto diperoleh
dengan penyiaman atau scanning seperti

pankromatik.

Quickbird

dapat

Interpretasi citra
Interpretasi

citra Quickbid, Ikonos, Aster, SPOT dan

citra

merupakan

lain lain. Data non citra dapat berupa

kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra

grafik, diagram dan numerik. Keunggulan

dengan maksud untuk mengidentifikasi

data

dapat

objek dan menilai arti pentingnya obyek

menghemat waktu, tenaga dan biaya

tersebut. Interpretasi citra terdiri dari dua

dibandingkan dengan menggunakan data

kegiatan yaitu penyadapan data dari citra

dari survey terstrial. Kemampuan citra

dan penggunaan data tersebut untuk tujuan

pengindraan jauh bergantung pada resolusi

tertentu (Sutanto,1992). Dalam pengenalan

yang dimiliki pada masing masing citra.

obyek yang tergambar pada citra, ada tiga

Semakin tinggi resolusi citra pengindraan

rangkaian kegiatan yang dilakukan yaitu

jauh maka data yang disajikan dapat

deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi

semakin rinci.

adalah pengamatan atas adanya suatu

pengindraan

jauh

adalah

obyek,

Citra Quickbird
Quickbird

identifikasi

merupakan

upaya

mencitraka obyek yang telah di deteksi
satelit

dengan menggunakan keterangan yang

pengindraan jauh yang diluncurkan pada

cukup dan analisis merupakan tahap

18 Oktober 2001 di Amerika Serikat dan

mengumpulkan keterangan lebih lanjut

mulai memproduksi data pengindraan jauh

(Lintz Jr Dan Simonett dalam Sutanto

pada bulan Mei 2002.

Sensor yang

1986). Dalam proses interpretasi citra

digunakan pada satelit ini nadalah dengan

diperlukan pengenalan obyek yang dapat

model

didasarkan

pushbroom

merupakan

scanner.

Quickbird

pada

beberapa

unsur

memiliki kemampuan dapat menyimpan

interpretasi. Unsur Interpretasi citra terdiri

data dalam ukuran besar dengan resolusi

dari beberapa unsur yaitu rona atau warna,

tertinggi. Satelit Quickbird menghasilkan

bentuk,

ukuran,

tekstur,

pola,

situs,

bayangan, dan asosiasi.

jumlah data yang besar, dan diambil
kembali secara cepat dan efisien juga dapat
memanipulasi data dan analisis data

SIG

spasial dengan mengaktifkan informasi
Sistem

merupakan
komputer

Informasi

Geografi

attribut untuk menyatukan tipe data yang

sistem

berdasarkan

berbeda dalam suatu analisis tunggal yang

memiliki

kemampuan

biasa disebut dengan analisis overlay.

suatu
yang

untuk menangani data bereferensi geografi
yaitu pemasukan data, manajemen data,

Kota dan Permasalahannya

manipulasi, dan analisis data serta keluaran

Kota merupakan suatu zona atau

data. Sistem Informasi Geografi memiliki

daerah yang merupakan pusat kegiatan

empat kemampuan untuk menangani data

ekonomi, pusat pemerintahan, pendidikan,

bereferensi

geografi

serta pemusatan penduduk dengan cara

pemasukan

data,

manajemen

data

yaitu

meliputi

pengolahan

atau

hidup yang heterogen. Masalah kualitas

(penyimpanan

atau

permukiman yang terjadi disebabkan oleh

pemanggilan kembali), manipulasi dan

berbagai hal sejalan dengan sifat kota yang

analisis

data.

dinamis sehingga perubahan yang terjadi

Pemasukan data dapat dilakukan dengan

pada daerah kota yang semakin beragam.

cara

Faktor

data

digitasi

serta
yaitu

keluaran
dengan

proses

yang

menyebabkan

kerusakan

pengubahan data grafis analog menjadi

lingkungan dan meyebabkan menurunnya

data grafis digital dalam struktur struktur

kualitas permukiman adalah pertumbuhan

vektor. Pengolahan atau manajeman data

penduduk yang bertambah setiap tahun

dilakukan dengan operasi penyimpanan,

dan membutuhkan sejumlah kebutuhan,

pengaktifan

dampak

kembali

dan

pencetakan

industrialisasi

yang

meliputi

semua data yang diperoleh dari pemasukan

industri perkayuan, perumahan, dan kertas

data. Manipulasi dan analisis data yang

yang memerlukan kebutuhan kayu dalam

telah dimasukan dapat dimanipulasi dan

jumlah

dianalisis dengan menggunakan software

hukum serta kesadaran masyarakat yang

SIG. Keluaran data dari SIG merupakan

rendah akan pelestarian lingkungan.

prosedure

yang

digunakan

untuk

menampilkan informasi dari SIG dalam

besar,

Lemahnya

penegakan

Kualitas permukiman

bentuk yang disesuaikan dengan tujuan

Permukiman dan juga perumahan

pemanfaatan SIG. Keunggulan SIG selain

merupakan salah satu kebutuhan dasar

dapat menyimpan dalam format digital,

manusia. Hal ini merupakan suatu faktor

yang

menunjukan

suatu

kualitas

Rumusan Masalah

masyarakat. Permukiman adalah bagian

Kemajuan tekologi citra dengan

dari lingkungan hidup di luar kawasan

resolusi tinggi yang dapat digunakan untuk

lindung,

kawasan

analisis suatu wilayah dengan hasil lebih

yang

detail. Wilayah perkotaan yang bersifat

baik

perkotaan

yang

maupun

berfungsi

sebagai

berupa
pedesaan

lingkungan

tempat

heterogen

memerlukan

lebih

detail.

menunjukan

kegiatan yang mendukung prikehidupan

Pemanfaatan

dan penghidupan (UU No 4 tahun 1992).

pengindraan jauh ini digunakan sebagai

Permukiman dapat juga di artikan sebagai

pertimbangan saat pengambilan keputusan

kawasan yang didominasi oleh lingkungan

kebijakan. Semakin banyaknya masalah

hunian dengan fungsi utama sebagai

perkotaan

tempat tinggal yang dilengkapi dengan

digunakan untuk pengambilan keputusan

prasarana dan sarana lingkungan dan

kebijakan semakin penting.Penggunaan

tempat kerja yang memberikan pelayanan

data pengindraan jauh dilakukan dengan

dan kesempatan kerja untuk mendukung

menggunakan

perikehidupan dan penghidupan sehingga

kemudian diolah menggunakan software

fungsi-fungsi perumahan tersebut dapat

SIG

berdaya

guna.

berjenjang tertimbang. Untuk mengetahui

Permukiman dengan kualitas yang baik

tingkat ketelitian dari proses interpretasi

seharusnya memiliki kelengkapan dasar

dilakukan uji interpretasi yang dilakukan

fisik

di lapangan dengan menggunakan tekni

yang

dan

berhasil

memungkinkan

suatu

dari

maka

yang

yang

tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

guna

data

data

penggunaan

pertimbangan

interpretasi

dengan

citra

menggunakan

data

yang

yang
metode

pemukiman dapat berfungsi sebagaimana

sampling.

mestinya, seperti jaringan jalan untuk

tersebut diperoleh pertanyaan penelitian

mobilitas penduduk. Kelengkapan sarana
serta kondisi lingkungan permukiman
mempengaruhi
kualitas
permukiman
kemampuan

mempengaruhi

permukiman.
menampilkan
suatu

besar
Kualitasi
derajat

permukiman untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya (Oto S.
dalam Barlin Harahap 2006)

Melalui rumusan masalah

1. Bagaimana hasil penyadapan citra
Quickbird untuk memperoleh data
variabel untuk parameter penilaian
kualitas permukiman ?
2. Bagaimana proses pemetaan untuk
penilaian kualitas permukiman ?
3. Bagaimana persebaran atau distribusi
kualitas permukiman yang ada di
sebagian kecamatan Depok ?

Tujuan
Tujuan dari penelitian adalah sebagai
berikut :

METODE DAN BAHAN PENELITIAN
Bahan penelitian

1. Mengaplikasikan teknik pengindraan
jauh menggunakan Citra Quickbird
untuk menyadap data variabel dalam
menentukan kualitas permukiman
2. Menerapkan
Sistem
Informasi
Geografis untuk memetakan kualitas
permukiman berdasarkan variabel yang
digunakan

dengan

menggunakan

1. Citra

Quickbird

sebagian

daerah

Yogyakarta
2. Software ArcGIS
3. Variabel

penentuan

perhitungan

kualitas permukiman
4. Alat tulis

metode analisis Berjenjang Tertimbang
3. Mengetahui persebaran kelas kualitas
permukiman yang ada di Kelurahan
Maguwoharjo,

Kecamatan

Depok,

Sleman

kualitas

permukiman

diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :

Kelurahan

yang

terletak

di

kecamatan

Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Lurah desa ini adalah H. Imindi
Kasmiyanto. Maguwoharjo mempunyai

1. Tersedianya data kualitas permukiman
di

1. Wilayah Kajian
Maguwoharjo adalah sebuah desa

Manfaat
Penelitian

Metode

kode pos 55282. Desa Maguwoharjo

Maguwoharjo,

terletak pada 7º46’21” LS dan 110º25’30”

Kecamatan Depok, Sleman
2. Pengembangan ilmu pengetahuan

BT, dengan luas wilayah 15.010.800 M2,

dalam bidang pengindraan jauh dan
sistem informasi geografo khususnya
studi permukiman perkotaan.
3. Sebagai salah satu bahan pertimbangan

dan jumlah penduduk 25.125 jiwa. Nama
Maguwoharjo diambil dari nama lapangan
terbang yang ada di wilayah ini yakni
lapangan terbang Meguwo, yang sekarang

dalam perencanaan penataan ruang

lebih

kota

Adisucipto.

serta pengambilan keputusan

dalam suatu kebijakan.

dikenal

dengan
Selain

Bandar
Bandar

Udara
Udara

Adisucipto, beberapa obyek vital yang
terdapat

di

adalah:Kampus

wilayah

ini

diantaranya

Universitas

Sanata

Dharma

Yogyakarta,

dan

Stadion

Internasional Maguwoharjo.

data primer dan data sekunder. Data

Pada mulanya Desa Maguwoharjo
merupakan wilayah yang terdiri dari 5
(lima) Kelurahan dan 2 (dua) kampung,
masing-masing

adalah:

Kelurahan

Kembang, Kelurahan Nayan, Kelurahan
Tajem, Kelurahan Paingan, Kelurahan
Padasan,

Kampung

Kampung

Blimbingsari.

Pengawatrejo,
Berdasarkan

maklumat Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946
mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka
5 (lima) Kelurahan dan 2 (dua) kampung
tersebut kemudian digabung menjadi 1
Desa yang otonom dengan nama Desa
Maguwoharjo.
Maguwoharjo

Secara
ditetapkan

dikumpulkan meliputi dua jenis data yaitu

resmi

Desa

berdasarkan

Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang
Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan.
2. Tahap Persiapan

sekunder

yang

dikumpulkan

adalah

pengharkatan setiap variabel sedangkan
data primer yang dikumpulkan meluputi
citra Quickbird yang akan digunakan
untuk proses interpretasi citra. Variabel
yang dikumpulkan sebagai data sekunder
adalah
a. Kepadatan rumah
b. Tata letak
c. Lebar jalan
d. Kondisi jalan
e. Kondisi halaman
f. Pohon pelindung
g. Lokasi permukiman
h. Air bersih
i. Sanitasi

Tahap ini dilakukan dengan pengumpulan
data , analisis, dan rencana penyusunan
laporan. Tahap ini dilakukan dengan
melakukan studi pustaka untuk mencari
arahan

penelitian

dan

juga

4. Perolehan Data

mencari

wawasan mengenai kualitas permukiman.

a. Data sekunder
Data

variabel

untuk
3. Pengumpulan Data

yang

digunakan

pengukuran

kualitas

permukiman,

yaitu

data

Pengumpulan data-data dilakukan sebelum

pengharkatan dari beberapa sumber

dilakukan pengolahan data. Data yang

pustaka.

b. Data Primer

Perhitungan kepadatan pemukiman atau
kepadatan rumah didapat dari perhitungan

a) Citra Quickbird

rumus :

Data yang diperoleh dari citra
Quickbird

dengan

proses

Kepadatan Pemukiman=

Jumlahlua s atap
x 100
Luas blok permukiman

interpretasi adalah data kepadatan
rumah, tata letak, lebar jalan,

Bobot tertinggi dari range 1-3, bobok

kondisi jalan, kondisi halaman,

tertinggi yaitu 3 menunjukan tingkat

pohon

kepadatan terendah, semakin padat blok

pelindung

dan

lokasi

permukiman.

maka

dianggap

berkurang

b) Survey Lapangan

tingkat

dan

kenyamanan

memiliki

kualitas

permukiman rendah.

Data yang diperoleh dari survey
lapangan ada kedelapan variabel

2. Tata letak/pola permukiman
Pola
permukiman
menunjukan

kualitas

yang

keseragaman ukuran setiap bangunan pada

digunakan untuk uji interpretasi

suatu permukiman dimana bangunan yang

citra quickbird dan juga data

memiliki

mengenai air bersih dan sanitasi.

mengikuti pola tertentu akan dikelaskan

permukiman

ukuran

relatif

sama

dan

pada satuan unit yang sama dan dapat
dikelaskan menjadi kelas teratur
5.

Teknik Pengolahan dan Analisa
Kondisi

Data Pengolahan parameter citra
Variabel

yang

digunakan

sebagai

parameter penentu kualitas permukiman
yang digunakan adalah

tata letak/pola

permukiman, kondisi jalan, lebar jalan,
kondisi halaman, pohon pelindung, lokasi
permukiman, air bersih dan sanitasi.
Variabel kerawanan bencana dihilangkan
karena

lokasi

dianggap

tidak

rawan

bencana. Berikut klasifikasi beserta harkat
setiap variabel,

tata letak

Harkat

>50%
bangunan

Baik

tertata

3

teratur
25-50%
bangunan
tertata

Sedang

2

Buruk

1

teratur
6m

2-3 dapat

dilalui

Umum

(1959,

3.2 Kondisi Jalan
Kondisi jalan
>50%

Kategori

dengan

aspal

semen

atau

25-50%

pada

jalan

blok

Harka

belum

i

t

diperkeras
50% Jalan masuk
lebar

Departemen

dalam Rahardjo)

3. Aksesibilitas
Aksesibilitas diukur dengan variabel lebar

Lebar jalan

Sumber : Ditjen Cipta Karya,

Sumber : Ditjen Cipta Karya,
dapat

Departemen

dilalui mobil atau
lebar jalan antara Sedang

Pekerjaan

Umum

(1959,

dalam Rahardjo)
2
4. Kondisi Halaman

3-6m dapat dilalui
1-2 mobil
50% Halaman

Departemen

rumah luas dan
terawat dengan

Baik

3

Sedang

2

Pekerjaan

Umum

(1959,

dalam Rahardjo)

baik
25-50% terawat
dengan baik

6. Lokasi Permukiman
Lokasi permukiman menunjukan kondisi

50%
memiliki

Kategori

Harkat

3

memiliki

memiliki

fasilitas

pohon Sedang

Baik

3

Tidak terpengaruh
dengan

jalanan
2

langsung
sumber Sedang

2

polusi atau lokasi
rentan bencana.

pelindung
50% dari jumlah
pada

Departemen

2

Lokasi sanitasi
>50%
pada

rumah Baik
blok

permukiman
memiliki

Kategori

WC

Harkat
3

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan dilengkapi
dengan
septitank

Variabel

25-50% rumah

permukiman

pada

blok

pengaruh

Penelitan

ini

kualitas

dilakukan

permukiman

mengetahui

dan

mengkaji

memiliki

permukiman

yang

berada

WC

dan dilengkapi
dengan
septitank

dan

untuk
kualitas

di

daerah

Yogyakarta bagian timur yang berdekatan
Sedang

dengan bandara Adi Sucipto dengan

2

menggunakan citra Quickbird. Penilaian

selebihnya

atau pengharkatan kualitas permukiman

tanpa septitank

dengan

atau

permukiman dengan cara memisahkan

menggunakan

lahan permukiman dan non permukiman.

selokan

Lahan permukiman yang diidentifikasi

50% jalan masuk dapat dilalui oleh mobil
besar atau lebar jalan rata-rata >6m akan
memiliki kategori baik dengan harkat 3.
Semakin lebar jalan, maka akan semakin
tinggi aksesibilitas permukiman, semakin
tinggi

aksesibilitasnya

maka

perkembangan permukiman dan kualitas
permukimannya akan semakin baik dan
berkembang.

3. (Lampiran Tabel 2.1 Variabel Kelas
Permukiman Hasil Interpretasi)

Tabel hasil peta tentatif sebelum
dilakukan lapangan ini menunjukkan skor

dengan kriteria sangat baik yaitu skor total

menunjukkan kelas buruk memiliki range

yang memiliki range 35 hingga 37 dengan

26 hingga 30. Sementara untuk skor total

kebanyakan dari parameternya memiliki

kualitas permukiman sangat buruk sebesar

nilai baik atau berharkat 3. Skor total

19.

dengan kriteria baik memiliki range 32
hingga

34

parameternya

dengan
bernilai

kebanyakan
sedang

hingga

tinggi. Skor total dengan kriteria sedang
memiliki range sebesar 29 hingga 31
dengan skor masing-masing parameter
rata-rata

sedang.

permukiman

Skor

yang

total

berkelas

untuk
rendah

memiliki range sebesar 25 hingga 28
dengan kebanyakan dari parameternya
bernilai buruk hingga sedang. Sementara
skor

permukiman

sangat

buruk

di

dominasi oleh skor total sebesar 21 hingga
24.
Hasil

skor

total

pra-lapangan

kemudian dilakukan uji akurasi dengan
pengecekan di lapangan, tabel hasil pasca
lapangan dengan tabel hasil pra-lapangan
terdapat beberapa daerah yang mengalami
kesalahan interpretasi

Berdasarkan

hasil

tabel

pra-

lapangan dan pasca-lapangan ini telah
mewakili keseluruhan data yang ada di
lapangan karena sifat fisik, sosial, budaya
dan

ekonomi

di

wilayah

sebagian

Kecamatan Depok ini bersifat hampir
serupa dan homogen. Sehingga, data yang
dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda.
(Lampiran Tabel 2.2 Variabel Kelas
Permukiman Hasil Lapangan)

3.Kualitas permukiman Sebagian Desa
Maguwoharjo
Kualitas
Desa

permukiman

Maguwoharjo

sebagian

menggabungkan

sepuluh variabel kemudian dikelaskan
menjadi lima kelas yaitu kelas sangat
buruk, buruk, sedang, baik, dan sangat
baik. Survei lapangan tidak mensurvei
semua permukiman maka menggunakan

Tabel interpretasi lapangan dengan

sampel

total

kelas

formula dari Peta Kualitas Permukiman.

permukiman sangat baik memiliki range

Untuk mengetahui daerah sebagian Desa

skor total 46 hingga 51. Skor total yang

Magowoharjo dibagi menjadi 4 segmen

menunjukkan

baik

dan memilih segmen 4 untuk dilakukan

memiliki range sebesar 40 sampai dengan

perhitungan, interpretasi dan uji ketelitian

45. Skor total yang menunjukkan kelas

interpretasi dengan lapangan. Hal ini

skor

permukiman

yang

menunjukkan

kelas

sedang

permukiman

memiliki

range

sebesar 36 hingga 38. Skor total yang

yang

dihitung

menggunakan

dilakukan karena pada segmen 4 telah
mewakili 4 segmen Desa Maguwoharjo.
Uji ketelitian merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menguji
hasil

interpretasi

dengan

kesesuaian

kenampakan di lapangan. Uji ketelitian
pada

sebagaian

Maguwoharjo

yang

wilayah

Desa

dilakukan

pada

Tabel 3.1 Uji ketelitian interpretasi

Peta

segmen 4 sebesar 47 %, sedangkan pada

Kualitas

Permukiman

di

interpretasi sebesar 35 %.

Sebagian Desa Maguwoharjo pada segmen

Terjadinya selisih pada uji ketelitian

4 memiliki kualitas permukiman yang

menunjukan bahwa terjadi kesalahan pada

memiliki persebaran merata. Hal ini

interpretasi citra pada hakekatnya uji

dibuktikan pada peta bahwa kelas sangat

ketelitian lebih besar dari 50 %. Kesalahan

baik, baik, sedang, buruk, dan sangat

besar yang dilakukan dapat terjadi ketika

buruk

pemberian harkat pada masing-masing

Persebaran yang merata dipengaruhi oleh

variabel. Ketika harkat baik atau sebesar 2

penilaian yang subyektif oleh pelaku

dimasukkan kedalam nilai 1 maka akan

interpretasi. Secara sosial persebaran yang

merubah semua pengharkatan, karena

merata dilakukan oleh interaksi spatial

didalam variabel terdapat pembobotan.

yang ada didalam masyarakat. Interaksi

Kesalahan dalam interpretasi karena dalam

tersebut ketidakadanya sinergi spatial atau

foto citra udara ketika pemotretan tertutup

hubungan timbal balik antara blok yang

pohon sehingga kenampakan asli tidak

ada, sehingga tidak ada daya tarik kualitas

terlihat. Kesalahan yang akan terjadi ketika

permukiman yang sangat baik dengan

interpretasi kurang ketelitian terletak pada

yang

pengambilan sampel, dengan demikian,

mempengaruhi

pada segmen 4 pengambilan sampel

hubungan

kurang banyak.

perkembangan perkotaan karena akan

perhitungan

merata

sangat

di

sebagian

buruk

tidak

ataupun

tersebut

tidak

segmen.

saling

dipengaruhi,
baik

untuk

terjadi ketimpangan sosial di wilayah yang
berdekatan.
Survei
pendekatan

lapangan
geografi

menggunakan
dalam

analisis

wilayah terdiri dari pendekatan spatial,

ekological, dan compleks regional. Dalam
pendekatan spatial terdapat pola, interaksi,
sinergi, dan kompesiti spatial. Pola spatial

KESIMPULAN

yang terbentuk dari kualitas permukiman
yang ada di Sebagian Wilayah Desa

1. Variabel yang dapat di interpretasi

Maguwoharjo berpola mengelompok dan

untuk

linear

permukiman daerah sebagian Desa

dengan

jalan,

dimana

jalan

menentukan

kualitas

menunjukkan aksesibilitas untuk dapat

Maguwoharjo

berinteraksi ke tempat yang lain. Pola

penginderaan jauh (citra Quickbird)

dimana sebuah kelompok rumah termasuk

yaitu kepadatan pendduduk, tata letak,

kedalam kelompok sangat baik hingga

lebar jalan, kondisi jalan, kondisi

sangat buruk, terbentuknya pola tersebut

halaman,

karena faktor ekonomi dari masyarakat

permukiman. Sedangkan variabel yang

yang tinggal. Masyarakat kelas atas akan

tidak dapat diinterpretasi dalam citra

lebih

memperhatikan

permukiman

untuk

lingkungan

tempat

tinggal

sehingga memiliki permukiman dengan
aksesibilitas baik, lingkungan udara baik.
Namun masyarakat kelas rendah tidak
dapat memilih lingkungan yang baik untuk
ditinggali sehingga permukiman yang ada
sebatas uang cukup tanpa memikirkan
faktor permukiman yang layak huni.
Permukiman yang linear dengan jalan
dijadikan

tempat

komersial

melalui

pohon

data

pelindung,

lokais

ialah air bersih, dan air bersih.
2. Metode analisis berjenjang tertimbang
dipergunakan
memiliki

karena

bobot

variabel

tersendiri

dalam

menentukan kualitas permukiman.
3. Persebaran kelas kualitas permukiman
yang ada di Kelurahan Maguwoharjo,
Kecamatan

Depok,

Sleman

ialah

menyebar karena dipengaruhi oleh
penilaian yang subyektif oleh pelaku
interpretasi dan interaksi spatial.

sebagai

pertokoan. Interaksi spatial terjadi ketika
permukiman
masyarakat

terdapat
mampu

jalan

sehingga

DAFTAR PUSTAKA

memenuhi

kebutuhannya, bersosial. Interaksi sosial

Danoedoro, Projo. (2012).

mendukung terjadinya pola permukiman

Penginderaan

dimana interaksi dengan golongan yang

Yogyakarta: ANDI Offset.

sama

akan

lebih

berkomunikasi mudah..

nyaman

Jauh

Pengantar
Digital.

dan
Harahap, Barlin. 2007. Pemanfaatan Citra
Pengindraan

Jauh

dan

Sistem

Informasi

Geografiuntuk

Pemetaan

Kualitas Permukiman di Kawasan
Tegalrejo Kota Yogyakarta. Fakultas
Geografi UGM: Yogyakarta
Liliesand,

TM

and

Kiefer.

1999.

Pengindraan Jauh dan Interpretasi
Citra,

terjemahan

Geografi.

Tim

Yogyakarta:

Fakultas
Universitas

Gadjah Mada
Muzdakir.2008.Pemanfaatan Citra Ikonos
untuk Pemetaan Kualitas Lingkungan
Permukiman

di

Kecamatan

Pakualaman

Kota

Yogyakarta.

Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Rahardjo, Noorhadi. 1989. Penggunaan
Foto Udara Jenis PankromatikHitam
Putih

Kabupaten

Mengetahui

Magelang

Agihan

untuk

Kualitas

Permukiman dengan kondisi Sosial
Ekonomi Penghuninya. Thesis S2.
Pascasarjana

.

Universitas

Gadjah

Mada
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan

Umum

(1959,

dalam

Rahardjo)
Sutanto. 1992. Pengindraan Jauh Jilid 1.
Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press. Fakultas Geografi
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992,
Tentang Perumahan dan Permukiman.