DINAMIKA DAN MASALAH KEPENDUDUKAN (1)

DINAMIKA DAN MASALAH KEPENDUDUKAN

DINAMIKA KEPENDUDUKAN
Konsep Kependudukan
Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah
penduduk menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadikemiskinan
dan kekurangan pangan. Sehingga muncul beberapa kelompok aliran/teori tentang
kependudukan, yaitu :
A. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu
:
1) Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan
berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian
dari permukaan bumi.
2) Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan
makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk (deret ukur)
B. Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin Dan Paul Ehrlich)
Pada abad 19–20, Teori Malthus kembali diperdebatkan, muncul kelompok aliran Neo
Malthusian yang menyokong teori Malthus. Namun, menurut aliran Neo Malthus,
mengurangi jumlah penduduk tidak hanya dengan moral restrain saja, tapi lebih

ditekankan pada Preventive check. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi untuk
mengurangi kelahiran. Aliran Neomalthusian memiliki kesamaan konsep dasar dengan
Malthusian yaitu percaya bahwa pertumbuhan penduduk pasti akan terjadi dan
berdampak negatif pada manusia walaupun tidak secara persis setuju dengan argumen
argumen aliran Malhusian, beberapa argumen Malthus dianggap tidak rasional oleh
karena itu aliran ini lebih ekstrim dalam melakukan tindakan tindakan untuk mengurangi
jumlah penduduk, misalnya: aborsi, legalitas homoseksual, hukuman mati.

Sumber Data Kependudukan
A. Sensus Penduduk
Data
sensus
yang
dikumpulkan
meliputi
karakteristik
demografi,
ketenagakerjaan, dan sosial budaya. Karakteristik demografi yang dikumpulkan adalah
mengenai kelahiran, kematian, dan migrasi, serta riwayat kelahiran dan kematian
anak dari wanita pernah kawin. Data yang dihimpun pada bidang ketenagakerjaan

mencakup lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Sedangkan data
sosial budaya mencakup tingkat pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kegiatan
penduduk lanjut usia (lansia).
Data-data yang diperoleh dari sensus tersebut digunakan untuk perencanaan
pembangunan di berbagai bidang. Hal tersebut sangat berperan penting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan, baik di bidang kependudukan, sosial
budaya, dan ketenagakerjaan.

Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:
1. De facto,
Sensus de facto yaitu cara menghitung jumlah penduduk terhadap warga yang
ditemukan pada saat pencacahan berlangsung, walaupun orang tersebut bukan
warga asli pada wilayah yang sedang diadakan sensus.
2. De jure,
Sensus de jure dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap
warga penduduk asli dari daerah yang sedang dilakukan sensus. Jadi,
andaikataditemukan orang yang bukan asli penduduk di sana pada saat sensus,
maka tidak dimasukkan dalam penghitungan. Untuk membedakan antara
penduduk asli dan bukan asli ialah dari kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau Kartu Keluarga (KK).


Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
1. Metode Canvasser,
yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi tempat tinggal penduduk
dan mengisi daftar pertanyaan. Keunggulan metode ini, data yang diperoleh lebih
terjamin kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan data. Sedangkan
kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama karena jumlah petugas yang
terbatas dan wilayah yang luas.
2. Metode Householder,
yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh
penduduk sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu yang diperlukan lebih cepat karena
petugas tidak harus mendata satu per satu penduduk. Daftar pertanyaandapat
dikirimkan atau dititipkan pada aparat desa. Sedangkan kekurangannya adalah data
yang diperoleh kurang terjamin kebenarannya karena ada kemungkinan penduduk tidak
mengisi data sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Keunggulan dan kelemahan sensus de jure
Keunggulan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk yang tercatat adalah penduduk yang betulbetul memiliki bukti
kependudukan secara sah dalam sistem pemerintahan.
2. Pelaksanaan sensus tidak harus bersamaan waktunya dan serempak karena hanya

penduduk yang memiliki bukti kependudukan yang disensus.
3. Kemungkinan terjadinya pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk yang
sama dapat dihindari.
Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
1. Penduduk yang tidak memiliki bukti tanda kependudukan (KTP) tidak akan tercatat
sebagai penduduk meskipun orang tersebut lahir dan tinggal di tempat tersebut.
2. Jumlah penduduk yang tercatat tidak sesuai dengan jumlah penduduk yang
sebenarnya.
3. Data hasil sensus apabila digunakan untuk kepentingan perencanaan yang
berkaitan dengan layanan publik tidak akurat.
Keunggulan dan kelemahan sensus de facto
Keunggulan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk yang tercatat adalah jumlah riil di suatu tempat.
2. Dilakukan secara serempak di setiap daerah sehingga data cepat terkumpul dan
lebih cepat diolah.
3. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan yang
berkaitan dengan layanan publik.

Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut:
1. Kemungkinan pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk yang sama dapat

terjadi.
2. Untuk negara kepulauan yang luas diperlukan petugas dan dana yang cukup besar
karena harus dilakukan secara serempak.
3. Bagi daerah yang mobilitas penduduknya sangat dinamis, seperti di laut, pesawat,
kereta, atau kendaraan lainnya kemungkinan tidak tercatat.
Tujuan sensus penduduk
Tujuan sensus penduduk antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui perubahan penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu periode.
2. Mengetahui jumlah, sebaran, dan kepadatan penduduk pada setiap wilayah.
3. Mengetahui berbagai informasi tentang kependudukan, seperti angka kelahiran,
kematian, migrasi, dan berbagai faktor yang me mengaruhinya.
4. Sebagai sumber data dalam perencanaan dan penentuan kebijakan
pembangunan nasional.

B.

Survey Penduduk
Survei adalah salah satu metode menjaring data penduduk dalam beberapa
peristiwa demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh responden yang
ada di suatu negara, melainkan dengan cara penarikan sampel (contoh daerah)

sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Sudah barang
tentu sebelum menetapkan kawasan sampel itu, ditentukan dulu kriteria apa saja
yang bisa dijadikan syarat suatu wilayah bisa ditetapkan sebagai kawasan sampel
survei. Setelah ditetapkan sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara
tersebut, baru dilakukan penghitungan terhadap seluruh responden yang ada di
kawasan sampel survei itu. Proses penjaringan data tentu akan disesuaikan dengan
kebutuhan survei.
Berikut ini contoh survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
di Indonesia:
1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), dilakukan untuk menjaring data
mengenai keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan, dengan
cara mengambil sampel penelitian pada wilayah-wilayah yang bisa mewakili karakteristik
rakyat Indonesia. Hasil yang diperolehnya nanti akan mewakili rakyat Indonesia secara
keseluruhan.
2. Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), dilakukan untuk mendapatkan angka jumlah
penduduk Indonesia secara keseluruhan dan biasanya dijadikan bahan rujukan dari
representasi jumlah penduduk Indonesia dalam setiap kurun waktu tertentu.
Berdasarkan tipenya, survei demografi dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Survei bertahap tunggal (single round surveys)

Survei ini adalah survei untuk menjaring data berbagai peristiwa demografi
seperti kelahiran, kematian, dan migrasi dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada responden mengenai berbagai kejadian demografi yang dialami di masa lalu
dalam periode tertentu.
2. Survei bertahap ganda (multiround surveys)
Survei ini dilakukan oleh petugas pencacah jiwa di lapangan dengan melakukan
kunjungan kepada responden tertentu berulang-ulang untuk mencatat berbagai peristiwa
demografi yang terjadi, seperti kelahiran, kematian, atau migrasi. Tentunya kunjungan itu
dilakukan dalam kurun waktu tertentu, apakah per tahun, per dua tahun, per tiga tahun,
dan seterusnya.

3. Survei bertipe kombinasi
Survei ini dilakukan dengan cara menggabungkan cara survei tahap tunggal atau
ganda dengan cara registrasi. Seperti yang diketahui, registrasi adalah proses
pencatatan peristiwa demografi yang diambil dari beberapa peristiwa penting yang
terjadi. Hasil dari registrasi ini kemudian digabungkan dan sekaligus dilakukan kros cek
dengan hasil kedua jenis tipe survei di atas, yaitu survei tunggal dan ganda.
C.

Registrasi Penduduk

Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan dari kejadian
penting yang dialami oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian,
perpindahan penduduk, dan kejadian-kejadian penting lainnya yang tertulis. Semua
catatan itu pada akhirnya dikumpulkan dan dipergunakan sebagai sumber data
resmi dalam penghitungan semua peristiwa demografi. Registrasi penduduk
didasarkan pada keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1977, ditujukan untuk
membangun sistem pencatatan yang berlaku menyeluruh dan seragam di wilayah
Indonesia. Walaupun mungkin saja terjadi bias pada data demografi yang terkumpul
itu, karena bisa saja terjadi kesalahan penulisan data oleh responden tertentu.
Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung
pada kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam
keluarga. Di negara-negara maju, pengumpulan data melalui registrasi umumnya
tidak menemui masalah danhambatan. Sebaliknya di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, umumnya data yang dicakup masih kurang lengkap karena
banyak peristiwa yang tidak dilaporkan dan data kurang rinci sehingga kurang
memadai untuk berbagai analisis kependudukan.

Komposisi Penduduk
A.


1.
a)
b)
c)
d)
2.
a)
b)
c)
d)

Piramida Penduduk
Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dinamakan piramida
penduduk. Piramida penduduk pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik batang
yang meng gambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap kelompok
usia tertentu. Rentang interval umur yang umumnya digunakan adalah lima tahun (usia
0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 6569, 70-74, 75 tahun lebih).
Berdasarkan kecenderungan bentuknya, komposisi penduduk berdasarkan usia dan
jenis kelamin diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
Komposisi penduduk muda (Ekspansif),

dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri komposisi penduduk
ekspansif antara lain sebagai berikut:
Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Malaysia,
Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.
Komposisi penduduk dewasa (Stasioner),
dengan bentuk piramida penduduk menyerupai batu nisan. Ciri-ciri komposisi penduduk
stasioner antara lain sebagai berikut:
Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif seimbang.
Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka kematian
relatif lebih rendah.
Pertumbuhan penduduk kecil.
Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris.

3.
a)
b)
c)

d)
e)
f)

Komposisi penduduk tua (Konstruktif),
dengan bentuk piramida penduduk menyerupai guci terbalik. Ciri-ciri komposisi
penduduk konstruktif antara lain sebagai berikut:
Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan usia tua (di atas usia 64 tahun) sangat
kecil.
Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.
Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan penduduk
sebagian mencapai tingkat negatif.
Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.
Contoh Bentuk-bentuk Piramida Penduduk

B.

C.

Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)
Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan. Adanya perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah
penduduk wanita dapat digunakan untuk memperkirakan atau
memprediksi
keadaan jumlah penduduk di masa datang. Kemungkinan terjadinya ledakan
penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk wanita lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.
Untuk mengetahui sex ratio suatu wilayah digunakan rumus sebagai berikut:

Peta sex ratio setiap provinsi di Indonesia hasil sensus 2010

Angka Beban Ketergantungan(dependency ratio)
Menurut Pof. H.R. Bintarto rasio ketergantungan (dependency ratio) atau angka
beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban
tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia nonpoduktif. Usia produktif
adalah usia penduduk antara 15 tahun sampai 59 tahun. Disebut produktif karena
pada usia ini diperkirakan orang ada pada rentang usia masih bisa bekerja, baik di
sektor swasta maupun sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan usia tidak produktif
adalah usia penduduk yang ada di rentang 60 tahun keatas. Pertimbangannya,
bahwa pada usia ini penduduk dipandang sudah tidak produktif lagi bekerja atau
tidak diperkenankan lagi bekerja, baik di sektor swasta ataupun sebagai pegawai
negeri.
Angka ketergantungan dapat memberikan informasi kepada kita berapa besar
setiap orang yang sudah bekerja menanggung beban orang yang belum atau tidak
bekerja. Dengan melihat angka atau indeks dari beban tanggungan ini, kita bisa
melihat seberapa besar kemakmuran yang dimiliki oleh suatu negara atau wilayah.
Rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan angka beban tanggungan
adalah sebagai berikut:
atau

a)
b)
c)

Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu:
Rendah
: < 30
Sedang
: 31 - 40
Tinggi
: > 41

Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Terdapat beragam
faktor yang menyebabkan perubahan jumlah penduduk. Misalnya, peperangan, wabah
penyakit atau epidemi, kelaparan, dan bencana alam. Di lain pihak, kestabilan negara,
peningkatan gizi, dan kesehatan dapat mengakibatkan jumlah penduduk cenderung naik.
Fenomena bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk dari waktu ke waktu dalam
suatu wilayah tertentu dinamakan dinamika penduduk. Sehingga pertumbuhan
penduduk dapat diartikan suatu keadaan jumlah penduduk yang dipengaruhi oleh
berbagai variabel. Variabel yang sangat berpengaruh terhadap angka pertumbuhan ini
adalah kelahiran, kematian, dan migrasi.
Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pertumbuhan Penduduk Alami (Natural Increase)
Pertumbuhan penduduk alami merupakan kenaikan atau
penurunan jumlah
penduduk yang diakibatkan oleh selisih jumlah kelahiran dan kematian.
Untuk menghitung kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akibat pertumbuhan
penduduk alami digunakan rumus sebagai berikut:
Adapun persentase pertumbuhan penduduk alami dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Pt = jumlah penduduk tahun akhir perhitungan
Po = jumlah penduduk tahun awal perhitungan
L
= jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
% = persentase pertumbuhan penduduk alami
2. Pertumbuhan Penduduk Migrasi Atau Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk totalmerupakan kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk yang diakibatkan oleh selisih jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi (imigrasi
dan emigrasi).Untuk menghitung kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akibat
pertumbuhan penduduk total digunakan rumus sebagai berikut:

Adapun persentase pertumbuhan
menggunakan rumus sebagai berikut:

penduduk

total

dapat

dihitung

Keterangan:
I
= jumlah imigrasi (penduduk yang masuk ke suatu wilayah)
E
= jumlah emigrasi (penduduk yang keluar atau meninggalkan suatu

dengan

wilayah)

Ada 3 klasifikasi pertumbuhan penduduk, yaitu sebagai berikut:
Pertumbuhan penduduk termasuk cepat, bila pertumbuhan 2% lebih dari jumlah
penduduk tiap tahun.
2) Pertumbuhan penduduk sedang, bila pertumbuhan itu antara 1% - 2%.
3)
1)

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000-2010

Pertumbuhan penduduk termasuk lambat, bila pertumbuhan