PERMASALAHAN DALAM KERJASAMA PENGELOLAAN lembaga

PERMASALAHAN DALAM KERJASAMA PENGELOLAAN ASET DAERAH
PENGELOLAAN 3 PASAR TRADISIONAL (PASAR RAKYAT)
DI KABUPATEN KARAWANG
Pengaturan Tentang Keuangan Negara dan Indikasi Kerugian Negara/Daerah.
- keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (Pasal 1 angka 1 Undang Undang
Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara);
- keuangan negara meliputi penerimaan daerah (Pasal 2 huruf e Undang Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara);
- piutang daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah
(Pasal 1 angka 7 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara);
- piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu (Pasal 149 ayat (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah);
- kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai
(Pasal 1 angka 22 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara);
Pengaturan Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
- pengelolaan barang milik daerah meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang

daerah yang mencakup perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan
pengamanan (Pasal 121 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah)
- Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah telah di cabut dan dinyatakan tidak berlaku (Pasal 109 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah). Namun demikian,
seluruh kegiatan penggunaan, pemanfaatan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian barang milik negara/daerah yang telah mendapatkan persetujuan dan/atau
penetapan dari pejabat berwenang, dinyatakan tetap berlaku dan proses penyelesaiannya
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
berlaku (Pasal 107 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah);
- peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dinyatakan masih tetap

berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 (Pasal 110 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014).
- Pasal 514 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah mencabut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
- dalam hal pencabutan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, dalam melakukan penelaahan kami menggunakan
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 1

-

-

dasar pengaturan yang tercantum di dalam Pasal 107 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yaitu bahwa seluruh
kegiatan penggunaan, pemanfaatan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
barang milik negara/daerah yang telah mendapatkan persetujuan dan/atau penetapan dari

pejabat berwenang, proses penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah berlaku (tanggal 24 April 2014);
selain Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
terdapat pengaturan lain terkait pengelolaan barang milik daerah, yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Kerjasama Daerah merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

Pengaturan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
- keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah (Pasal 1 angka 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah);

- pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah
(Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah);
- ruang lingkup keuangan daerah meliputi penerimaan daerah (Pasal 2 huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah juncto Pasal 2 huruf c
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah);
- pengelolaan keuangan daerah meliputi pengelolaan barang milik daerah (Pasal 3 huruf m
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah);
- ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan menteri
dalam negeri (Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah) yaitu:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah:
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.
SANKSI.
Peraturan Menteri Dalam Negeri tidak mengatur sanksi tentang denda dan besaran denda atas
keterlambatan pembayaran kontribusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan,
Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, dan dalam Pasal 143 ayat (1) Peraturan Menteri
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 2

Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
Negara. Peraturan Menteri Dalam Negeri hanya memberikan pedoman tentang pengenaan sanksi
yang ditetapkan dalam surat perjanjian kerjasama pengelolaan pasar tradisional/pasar rakyat
(Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007). Jenis sanksi yang dimuat dalam
perjanjian pada umumnya hanya mengatur tentang pengahiran kerjasama.
Pengaturan Tentang Denda Keterlambatan.
Denda keterlambatan atas pembayaran kontribusi sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dari
jumlah kontribusi untuk setiap hari keterlambatan, hanya diatur dalam Pasal 6 ayat 5 dokumen
perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Karawang dengan PT Inspirasi Jelas Itqoni
Nomor 073/3365-Huk dan Nomor 09/1-3/IJI/DC/2010, tetapi tidak diatur didalam 2 (dua)

perjanjian kerjasama lainnya, yaitu kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Karawang dengan PT
Aditya Laksana Sejahtera dan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Karawang dengan PT
Senjaya Rejeki Mas;
Pengaturan Tentang Pengakhiran Kerjasama Bangun Guna Serah (BGS).
Kerjasama daerah berahir apabila salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar
ketentuan perjanjian (Pasal 18 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah).
Pembanding:
BGS berahir dalam hal diahiri secara sepihak oleh Bupati (Pasal 236 ayat (1) huruf b Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah):
Pengahiran BGS secara sepihak oleh Bupati dapat dilakukan dalam hal mitra BGS tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam perjanjian dan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah,
antara lain (Pasal 236 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah:
a. mitra BGS terlambat membayar kontribusi tahunan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut;
b. mitra BGS tidak membayar kontribusi tahunan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut; atau
c. mitra BGS belum memulai pembangunan dan/atau tidak menyelesaikan pembangunan
sesuai dengan perjanjian, kecuali dalam keadaan force majeure.
-o0oPerjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Karawang Dengan 3 Badan Pengelola

Pasar:
- pemerintah daerah sebagai legal entity berada dalam kedudukan sebagai badan hukum publik
sebagaimana diatur dalam Pasal 1653 KUHPerdata.
- objek kerjasama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan
daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik (Pasal 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah) Penjelasan : yang
dimaksud dengan “pelayanan publik” adalah pelayanan yang diberikan bagi masyarakat oleh
Pemerintah berupa pelayanan administrasi, pengembangan sektor unggulan dan penyediaan
barang dan jasa seperti rumah sakit, pasar, pengelolaan air bersih, perumahan, tempat
pemakaman umum, perparkiran, persampahan, pariwisata, dan lain-lain;
- objek kerjasama daerah adalah aset (barang) milik daerah dengan nilai (tahun 2014) sebesar
Rp 21.112.256.520 (Buku I Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat
Nomor 28.A/LHP/XVIII.BDG/05/2015 halaman 116);
- kesimpulan dari uraian diatas adalah, karena pemerintah daerah merupakan badan hukum publik,
dan objek yang dikerjasamakan merupakan urusan pemerintahan berupa penyediaan pelayanan
publik serta mengggunakan aset (barang) milik daerah, maka sifat perjanjian kerjasama
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 3


-

-

-

-

-

merupakan kontrak publik, dengan demikian pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan (ketentuan) peraturan perundang-undangan (penjelasan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah-lampiran)
akad perjanjian kerjasama pengelolaan pasar Cikampek I antara Pemerintah Kabupaten
Karawang dengan PT Aditya Laksana Sejahtera (ALS) Nomor 073/4445/Pemb dan Nomor 01PKS/ALS-PK/XII/09 ditandatangani pada tanggal 16 Desember 2009; perjanjian kerjasama
Nomor 073/3365-Huk dan Nomor 09/1-3/IJI/DC/2010 antara Pemerintah Kabupaten Karawang
dengan PT Inspirasi Jelas Itqoni (IJI) sebagai pengelola pasar Cikampek II ditandatangani pada
tanggal 3 September 2010; serta perjanjian kerjasama Nomor 073/1404/Pemb dan Nomor

008A/PKS/Dir/SRM/2010 antara Pemerintah Kabupaten Karawang dengan PT Senjaya Rejeki
Mas (SRM) sebagai pengelola Pasar Johar ditandatangani pada tanggal 14 April 2010. Pola
kerjasama yang di pilih dan digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang adalah bangun
guna serah (Pasal 32 huruf d Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah);
Pemerintah Kabupaten Karawang memberikan konsesi pengelolaan pasar selama 25 tahun
untuk PT ALS dan PT IJI, sedangkan untuk PT SRM konsesi yang diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten Karawang adalah selama 20 tahun;
sebagai imbalan atas konsesi pengelolaan pasar yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten
Karawang, ketiga badan usaha pengelola pasar (PT ALS, PT IJI dan PT SRM) berkewajiban
untuk membayar kontribusi berupa sewa lahan, royalty (integrasi dari retribusi parkir,
kebersihan, dan fasilitas lain yang terbangun), dan pembagian keuntungan (profit sharing),
sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat 1 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
kewajiban PT ALS untuk sewa lahan sebesar Rp 300.000.000 per tahun dan untuk royalty
sebesar Rp 400.000.000 per tahun, belum termasuk pembagian keuntungan (Pasal 6 ayat 4
Perjanjian kerjasama Nomor 073/4445/Pemb dan Nomor 01-PKS/ALS-PK/XII/09), kewajiban
PT IJI untuk sewa lahan Rp 300.000.000 per tahun dan royalty sebesar Rp 200.000.000 per
tahun, belum termasuk pembagian keuntungan (Pasal 6 ayat 4 Perjanjian Kerjasama Nomor
073/3365-Huk dan Nomor 1-3/IJI/IX/2010), sedangkan kewajiban PT SRM untuk sewa lahan

sebesar Rp 500.000.000 per tahun dan royalty sebesar Rp 275.000.000 per tahun, belum
termasuk pembagian keuntungan (Pasal 6 ayat 4 Perjanjian kerjasama Nomor 073/1404/Pemb
dan Nomor 003A/PKS/Dir/SRM/2010);
pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas yang tercantum
di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, diantaranya asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah
harus dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan (penjelasan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah-lampiran);
terkait tanggal efektif kewajiban pihak ketiga dalam membayar kontribusi sewa lahan dan
royalty, terdapat perbedaan pendapat diantara Bupati Karawang yang pada saat itu dijabat oleh
Drs. H. Ade Swara, MH, dengan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan
Energi (Disperindagtamben) Kabupaten Karawang (Ir. Hanafi Chaniago), dan dengan badan
usaha. Bupati Karawang menghitung tanggal efektif perjanjian kerjasama sejak perjanjian
ditandatangani sebagaimana diatur Pasal 29 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto Pasal 26 ayat 1 huruf g Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
sedangkan Kepala Disperindagtamben Kabupaten Karawang menghitung tanggal efektif
perjanjian kerjasama dimulai setelah pasar selesai dibangun dan mulai beroperasi (contoh:


KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 4

-

-

-

-

-

-

-

kewajiban PT ALS dihitung mulai tahun 2012 yaitu setelah pasar selesai dibangun dan mulai
beroperasi);
karena kewajiban pihak ketiga dalam membayar sewa lahan dan royalty tidak tertuang dengan
jelas, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Barat
merekomendasikan kepada pelaksana tugas (plt) Bupati Karawang (dr. Cellica Nurrachadiana)
agar memerintahkan Ketua TKKSD (Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah) yang dijabat oleh
Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang, melakukan addendum untuk memperjelas tanggal
efektif kewajiban pihak ketiga dalam membayar kontribusi sewa lahan dan royalty, serta
melakukan penagihan atas potensi kewajiban sewa lahan dan royalty berjumlah Rp
3.740.833.333,33 (Buku II Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat
Nomor 28.B/LHP/XVIII.BDG/05/2015, halaman 541);
pada tahun 2016 BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat merekomendasikan Bupati Karawang
agar memerintahkan Kepala Disperindagtamben untuk melakukan penagihan kepada badan
usaha pengelola pasar selaku mitra usaha kerjasama untuk segera membayar kontribusi kepada
Pemerintah Kabupaten Karawang, dan melakukan penghitungan kewajiban badan pengelola
Pasar Cikampek I dengan memperhitungkan sanksi dendanya (Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat Nomor 37.C/LHP/XVIII.BDG/05/2016 - Buku III halaman
530);
didalam dokumen perjanjian kerjasama tertera, pembangunan Pasar Cikampek I dikerjakan
selama 12 bulan (Pasal 11 angka 2 huruf a Perjanjian kerjasama Nomor 073/4445/Pemb dan
Nomor 01-PKS/ALS-PK/XII/09), sedangkan pembangunan Pasar Cikampek II (Pasal 11 angka
2 huruf a Perjanjian kerjasama Nomor 073/3365-Huk dan Nomor 1-3/IJI/IX/2010) dan
pembangunan Pasar Johar (Pasal 11 angka 2 huruf a Perjanjian kerjasama Nomor
073/1404/Pemb dan Nomor 008A/PKS/Dir/SRM/2010) dikerjakan selama 15 bulan;
ketiga badan usaha (PT ALS, PT IJI dan PT SRM) terlambat dalam menyelesaikan
pembangunan pasar. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan, pembangunan Pasar Cikampek I
diselesaikan pada tanggal 30 Desember 2011 dan pembangunan Pasar Cikampek II diselesaikan
pada tanggal 26 Agustus 2013, sedangkan pembangunan Pasar Johar direncanakan selesai pada
tahun 2017;
dampak dari keterlambatan pembangunan pasar, selain berpotensi menghambat pendapatan
daerah juga menyalahi pasal perjanjian kerjasama terkait waktu konsesi, karena Pemerintah
Kabupaten Karawang cq Disperindagtamben Kabupaten Karawang menghitung waktu konsesi
dimulai sejak pasar selesai dibangun dan mulai beroperasi (contoh: konsesi pengelolaan Pasar
Johar menjadi 27 tahun, karena pembangunan fisik Pasar Johar memakan waktu 7 tahun (20102017), bukan dihitung sejak perjanjian kerjasama ditandatangani sebagaimana diatur dalam
Pasal 29 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah juncto Pasal 26 ayat 1 huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan
negara/daerah dan kepentingan umum (Pasal 19 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto Pasal 31 ayat (4)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah);
dalam melaksanakan kewajiban pembayaran kontribusi, ketiga badan usaha pengelola pasar (PT
ALS, PT IJI dan PT SRM) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tertera dalam dokumen
perjanjian. Kondisi ini membuat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa
Barat menilai ketiga badan usaha pengelola pasar (PT ALS, PT IJI dan PT SRM) kurang
memiliki itikad baik (Buku II Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat
Nomor 28.B/LHP/XVIII.BDG/05/2015, halaman 541) sebagaimana diatur Pasal 2 huruf f
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.

KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 5

Asas itikad baik juga termaktub dalam Pasal 26 Konvensi Wina 1969 yang menyatakan: “every
treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by them in good faith”.
Rekomendasi BPK Jabar.
- Pada tahun 2015, BPK Jabar merekomendasikan kepada pelaksana tugas (plt) Bupati Karawang
(dr. Cellica Nurrachadiana) agar memerintahkan Ketua TKKSD (Tim Koordinasi Kerja Sama
Daerah) yang dijabat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang, melakukan addendum untuk
memperjelas tanggal efektif kewajiban pihak ketiga dalam membayar kontribusi sewa lahan
dan royalty, serta melakukan penagihan atas potensi kewajiban sewa lahan dan royalty
berjumlah Rp 3.740.833.333,33 (Buku II Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi
Jawa Barat Nomor 28.B/LHP/XVIII.BDG/05/2015, halaman 541;
- Pada tahun 2016, BPK Jabar merekomendasikan Bupati Karawang agar memerintahkan Kepala
Disperindagtamben untuk melakukan penagihan kepada badan usaha pengelola pasar selaku
mitra usaha kerjasama untuk segera membayar kontribusi kepada Pemerintah Kabupaten
Karawang, dan melakukan penghitungan kewajiban badan pengelola Pasar Cikampek I
dengan memperhitungkan sanksi dendanya (Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Barat Nomor 37.C/LHP/XVIII.BDG/05/2016 - Buku III halaman 530);
- Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan (Pasal 20
ayat (1) Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Tanggungjawab Keuangan Negara)
Kewajiban 3 Badan Pengelola Pasar:
Kewajiban PT Aditya Laksana Sejahtera (ALS).
- sampai dengan tahun 2013, PT ALS tidak membayar kontribusi, sehingga pada tanggal 9 Juli
2013 Bupati Karawang (saat itu), Drs. H. Ade Swara, MH membuat surat teguran Nomor
073/3130-Huk/2013 agar PT ALS melaksanakan kewajibannya mulai Tahun 2010 sampai dengan
Tahun 2013 sebesar Rp 2.800.000.000. Namun, terdapat perbedaan perhitungan mengenai
kewajiban PT ALS. Berdasarkan surat Bupati Karawang kewajiban PT ALS dihitung sejak
penandatanganan perjanjian kerjasama (tahun 2010), sedangkan berdasarkan surat Kepala
Disperindagtamben Kabupaten Karawang (Ir. Hanafi Chaniago), segala kewajiban PT ALS
dihitung mulai tahun 2012, yaitu setelah pasar selesai dibangun dan mulai beroperasi;
- untuk mencari kejelasan atas perbedaan perhitungan kewajiban PT ALS, pada tanggal 16 Juli
2014, Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Karawang mengirimkan surat Nomor
900/3460-Ek, meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa
Barat untuk menghitung besaran kewajiban PT ALS;
- telaah BPKP Provinsi Jawa Barat Nomor LBA-985/PW10/3/2014 tanggal 24 Oktober 2014
menyatakan: berdasarkan ketentuan dalam perjanjian, tagihan kontribusi PT ALS sampai dengan
31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 2.000.000.000 dan sampai dengan tahun 2014 adalah
sebesar Rp 2.700.000.000;
- BPKP Provinsi Jawa Barat memberikan 2 pilihan kepada PT ALS, yaitu pemutusan kontrak
kerjasama atau melanjutkan kontrak kerjasama dengan syarat PT ALS menyelesaikan seluruh
kewajibannya terlebih dahulu;
- pada tanggal 4 Februari 2015, Direktur Utama PT ALS menandatangani surat Nomor 1602/ALSDIR/II/2015 menyatakan siap memutus kontrak kerjasama karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada Pemerintah Kabupaten Karawang. Menindaklanjuti surat pernyataan
tersebut, pada tanggal 16 Februari 2015 Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Karawang, dr. Cellica
Nurrachadiana membuat surat Nomor 073/1770-Huk/2015 tentang Pemutusan Kontrak
Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Karawang Dengan PT ALS;
- berkaitan dengan pemutusan kontrak kerjasama, BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat
menghitung kewajiban PT ALS hingga tanggal 16 Februari 2015 adalah sebesar Rp
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 6

-

-

-

2.787.500.000 (Buku II Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Sistim Pengendalian Intern Nomor
28.B/LHP/XVIII.BDG/05/2015 –halaman 535), dengan rincian:
sewa lahan 5 tahun dan 1,5 bulan (16 Desember 2009 sampai dengan Rp 1.537.500.000
16 Febuari 2015) dengan tarif Rp 300.000.000 per tahun
royalty
3 tahun dan 1,5 bulan (tahun 2012 sampai dengan 16 Rp 1.250.000.000
Febuari 2015) dengan tarif Rp 400.000.000 per tahun
pada tanggal 10 Maret 2016 Kepala Disperindagtamben Kabupaten Karawang, Ir. Hanafi
Chaniago dan Direktur PT ALS drg. Henny Haddade menandatangani Berita Acara Kesepakatan
Bersama di hadapan Notaris Teguh Prayitno. PT ALS mengakui jumlah tunggakan kepada
Pemerintah Kabupaten Karawang adalah sebesar Rp 2.700.000.000, yang terdiri dari tunggakan
tahun 2012-2014 sebesar Rp 2.000.000.000 dan kontribusi tahun 2015 sebesar Rp 700.000.000.
Pembayaran sebagian tunggakan PT ALS (Rp 2.000.000.000) dilakukan pada tanggal 7 Maret
2016 oleh PT Celebes Natura Propertindo (CNP) selaku pengelola baru Pasar Cikampek I
berdasarkan Perjanjian Kerjasama Nomor 073/6152-Indagtamben/2015;
berdasarkan perhitungan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat, kewajiban PT ALS hingga
tanggal 16 Februari 2015 adalah sebesar Rp 2.787.500.000. Dengan demikian kewajiban PT
ALS/PT CNP pada tanggal 10 Maret 2016 adalah sebesar Rp 3.487.500.000 (Rp 2.787.500.000 +
Rp 700.000.000), sehingga pada tahun 2016 PT CNP masih memiliki kewajiban pembayaran
kontribusi sebesar Rp 1.487.500.000 (Rp 3.487.500.000 – Rp 2.000.000.000);
pembagian keuntungan (profit sharing) belum ditagihkan kepada PT ALS/PT CNP.

Kewajiban PT Inspirasi Jelas Itqoni (IJI).
- pada bulan Desember tahun 2013 PT IJI membayar sewa lahan dan royalty untuk 1 bulan
sebesar Rp 41.667.000 (1/12 x Rp 500.000.000 dibulatkan) dan pada tahun 2014 PT IJI
membayar kontribusi sebesar Rp 100.000.000, sehingga jumlah kontribusi yang telah
dibayarkan oleh PT IJI sampai dengan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp 141.667.000.
Jumlah kewajiban PT IJI sampai dengan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp 541.667.000 (13
bulan x Rp 500.000.000/12 dibulatkan), dikurangi dengan jumlah yang telah dibayarkan oleh
PT IJI (Rp 141.667.000), sehingga hutang PT IJI sampai dengan 31 Desember 2014 adalah
sebesar Rp 400.000.000
- hutang PT IJI hingga 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 900.000.000 (Rp 400.000.000 + Rp
500.000.000). Besaran hutang tersebut diakui PT IJI dan dituangkan dalam Berita Acara
Klarifikasi Pembayaran Kontribusi Perjanjian BOT Pasar Cikampek II pada 15 Desember
2015.
- berdasarkan Pasal 6 ayat (4) Perjanjian Kerjasama Nomor 073/3365-Huk dan Nomor 13/IJI/IX/2010, kontribusi PT IJI kepada Pemerintah Kabupaten Karawang berupa sewa lahan,
royalty, dan pembagian keuntungan (profit sharing).
- pembagian keuntungan (profit sharing) dan denda keterlambatan atas pembayaran
kontribusi sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dari jumlah kontribusi untuk setiap hari
keterlambatan (Pasal 6 ayat 5 dokumen perjanjian kerjasama) belum ditagihkan kepada PT
IJI.
Kewajiban PT Senjaya Rejeki Mas (SRM).
- menurut Kepala Disperindagtamben Kabupaten Karawang, Ir. Hanafi Chaniago, sampai dengan
bulan Febuari 2012 Pasar Johar masih dikelola oleh Disperindagtamben Kabupaten Karawang,
sejak tanggal 1 Maret 2012 pengelolaan Pasar Johar diserahkan kepada PT SRM;
- berdasarkan perhitungan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat, dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2014 PT SRM telah membayar ke kas daerah Pemerintah Kabupaten Karawang sebesar Rp
780.000.000 (Rp 250.000.000 + Rp 255.000.000 + Rp 275.000.000), sedangkan jumlah
kewajiban PT SRM sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp
1.420.833.333,33 (22 bulan x Rp 775.000.000/12). Dengan demikian jumlah kewajiban yang
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 7

-

-

-

-

masih harus dibayarkan PT SRM kepada Pemerintah Kabupaten Karawang per 31 Desember
2014 adalah sebesar Rp 640.833.333,33 (Rp 1.420.833.333,33 – Rp 780.000.000);
PT SRM tidak menyepakati hasil perhitungan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat dan tidak
bersedia menyatakan jumlah hutang yang masih harus dibayarkan kepada Pemerintah Kabupaten
Karawang. PT SRM menyampaikan, keterlambatan pembangunan Pasar Johar diakibatkan
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang
tidak mencukupi;
pada tanggal 18 Pebruari 2015 Plt. Bupati Karawang, dr. Cellica Nurrachadiana menerbitkan
surat kuasa Nomor 183.5/1174-Huk/2015 kepada Kepala Disperindagtamben Kabupaten
Karawang, Ir. Hanafi Chaniago, untuk menandatangani addendum Perjanjian Kerjasama antara
Pemerintah Kabupaten Karawang dengan PT SRM. Addendum berisi kesepakatan tentang
pembayaran kontribusi yang dilakukan secara proporsional berdasarkan koefisien luas lahan
terbangun dan berlaku efektif sejak tahun 2012 (surut);
surat kuasa adalah naskah dinas yang dikeluarkan oleh kepala daerah berisi pemberian
mandat atas wewenang dari kepala daerah kepada pejabat yang diberi kuasa untuk
bertindak atas nama kepala daerah menyatakan persetujuan pemerintah daerah untuk
mengikatkan diri pada kerjasama daerah dan/atau menyelesaikan hal-hal lain yang diperlukan
dalam pembuatan kerjasama daerah (Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah).
berdasarkan perhitungan yang tertera di dalam addendum Perjanjian Kerja Sama Nomor
073/4673-Huk/2015 dan Nomor 020/ADD-KRW/DirOps-SRM/VII/2015, pada tahun 2015 PT
SRM memiliki kelebihan pembayaran sebesar Rp 4.331.167 (Rp 1.101.000.000 – Rp
1.096.668.833) karena luas lahan terbangun Pasar Johar pada tahun 2015 adalah sebesar 52,74%.
Kalkulasi tersebut tercantum di dalam Berita Acara Klarifikasi Pembayaran Kontribusi
Perjanjian BOT Pasar Johar pada tanggal 15 Desember 2015 antara Kepala Disperindagtamben
Kabupaten Karawang (Ir. Hanafi Chaniago) dengan Direktur PT. SRM. Dalam Berita Acara
tersebut, dasar perhitungan nilai kontribusi adalah sebesar luas lahan yang telah terbangun. Luas
bangunan yang telah terbangun diperoleh dari Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
Pembangunan Pasar Johar yang disampaikan oleh pelaksana kepada Direktur PT SRM.
Piutang Kemitraan PT. Senjaya Rejeki Mas:
Uraian
2012
2013
Total
luas 7.117,70
1.081,50
terbangun (m2)
kumulatif luas 7.117,70
8.199,20
yang terbangun
(m2)
Luas
lahan 19,58%
22,55%
terbangun (%)
Besaran
151.715.742 174.768.213
Kontribusi (Rp)
Kumulatif
151.715.742 326.483.955
kontribusi (Rp)
Realisasi
250.000.000 255.000.000
Pembayaran
Kontribusi (Rp)
Kumulatif
250.000.000 505.000.000
pembayaran
Kontribusi (Rp)
Selisih
98.284.258
178.516.045
pembayaran

KARAWANG IMPARSIAL GRUP

2014
8.759,30

2015
2.216

2016
1.937

16.958,50

19.174,50

21.111,50

46,64%

52,74%

58,06%

361.475.113

408.709.765

449.997.455

687.959.068 1.096.668.833

1.546.668.290

275.000.000 321.000.000

150.000.000

780.000.000 1.101.000.000

1.251.000.000

92.040.932

(295.668.290)

halaman 8

4.331.167

kontribusi (Rp)
Keterangan :
- pembongkaran bangunan blok D Pasar Johar dilakukan oleh PT SRM pada bulan Febuari
tahun 2011;
- Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 22 Tahun
2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Dalam Rangka Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha Untuk Pasar Tradisional, Lampiran I huruf C Ruang Lingkup,
angka 2, kewajiban badan usaha mencakup pekerjaan pemindahan sementara
pedagang ke tempat penampungan sementara yang disiapkan oleh badan usaha;
- setelah pengelolaan Pasar Johar diserahkan kepada PT SRM (1 Maret 2012), retribusi
(royalty) Pasar Johar di pungut oleh PT SRM;
- mulai dari tahun 2012 hingga tahun 2016 PT SRM menyetorkan pembayaran kontribusi
sebesar Rp 1.251.000.000 (Rp 250.000.000 + Rp 255.000.000 + Rp 275.000.000 + Rp
321.000.000 + Rp 150.000.000), sedangkan kewajiban pembayaran royalty selama 5 tahun
(2012-2016) berjumlah Rp 1.375.000.000 (5 X Rp 275.000). Dalam hal pembayaran
kontribusi, apabila kumulasi pembayaran kontribusi PT SRM (Rp 1.251.000.000)
dikalkulasikan dengan kewajiban pembayaran royalty (Rp 1.375.000.000), maka PT SRM
masih memiliki piutang kepada Pemerintah Kabupaten Karawang, belum termasuk
pembayaran sewa lahan;
- dengan jumlah pedagang lebih dari 1.000 orang, pendapatan PT SRM dari retribusi
kebersihan (sampah), retribusi parkir kendaraan bermotor dan retribusi lainnya (lamar
mandi/WC) lebih besar dari royalty yang ditetapkan oleh Disperindagtamben Kabupaten
Karawang (Rp 275.000.000 per tahun);
- isi addendum tentang pembayaran kontribusi berdasarkan koefisien luas lahan yang
terbangun dan berlaku efektif mulai tahun 2012 (berlaku surut), tidak memiliki landasan
hukum (tidak berdasarkan peraturan perundang-undangan) dan mereduksi besaran kontribusi
yang telah disetujui dan ditetapkan di dalam dokumen perjanjian kerjasama (Pasal 6 ayat 4
Perjanjian kerjasama Nomor 073/1404/Pemb dan Nomor 003A/PKS/Dir/SRM/2010) yang
mengikat bagi para pihak (prinsip pacta sunt servanda). Pacta sunt servanda atau
aggrements must be kept tertuang dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang menyatakan bahwa setiap perjanjian mengikat para pihak untuk memenuhi
janji tersebut (promissorum implendorum obligati). Selain tidak memiliki landasan hukum,
pembayaran kontribusi berdasarkan koefisien luas lahan yang terbangun juga memiliki
ketidakjelasan, apakah reduksi kewajiban pembayaran kontribusi berlaku atas seluruh
kontribusi yang terdiri dari sewa lahan dan royalty (Pasal 26 ayat 1 huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah) atau
hanya mereduksi besaran sewa lahan;
- berdasarkan hasil audit BPKP Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2016 PT SRM dinyatakan
memiliki hutang royalty sebesar Rp 449 juta.
- akibat addendum Perjanjian Kerja Sama Nomor 073/4673-Huk/2015 dan Nomor 020/ADDKRW/DirOps-SRM/VII/2015, pembagian keuntungan (profit sharing) yang menjadi hak
Pemerintah Kabupaten Karawang menjadi terhambat untuk dibayarkan, karena pembangunan
Pasar Johar direncanakan selesai pada tahun 2017.
TELAAH.
Tentang Peran.
1. Bupati Karawang.
a. sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah (Pasal 5 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah) menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 9

(Pasal 43 ayat (1) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
juncto Pasal 5 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
juncto Pasal 5 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah);
b. sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah berwenang dan
bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah
(Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah);
c. melakukan pengendalian pengelolaan barang milik daerah (Pasal 82 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah);
d. memberikan persetujuan atas kerjasama pemanfaatan barang milik daerah berupa
tanah dan/atau bangunan yang dilaksanakan oleh pengelola barang (Pasal 25 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah juncto Pasal 37 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah);
e. memberikan persetujuan atas bangun guna serah barang milik daerah yang
dilaksanakan oleh pengelola barang (Pasal 27 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto Pasal 40 ayat (2)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah);
2. Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang.
a. adalah pejabat pengelola barang milik daerah (Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah);
b. berwenang dan bertanggungjawab mengatur pelaksanaan pemanfaatan barang milik
daerah yang telah disetujui oleh Bupati atau DPRD (Pasal 5 ayat (4) huruf d Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah);
c. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah (Pasal
5 ayat (4) huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah);
d. menyetujui besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dalam
kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah (Pasal 26 ayat (1) huruf e Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto
Pasal 26 ayat (1) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah);
e. selaku Ketua Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) memberikan rekomendasi
kepada Bupati untuk penandatanganan perjanjian kerjasama (Pasal 6 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Tekhnis Tata Cara
Kerjasama Daerah);
3. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Karawang.
a. selaku pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) mempunyai tugas melaksanakan fungsi
bendahara umum daerah (Pasal 9 ayat (1) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara juncto Pasal 7 ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah);
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 10

b. selaku bendahara umum daerah berwenang melakukan pengelolaan utang dan piutang
daerah (Pasal 9 ayat (2) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara);
c. selaku pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) pada bendahara umum daerah (BUD)
berwenang melakukan penagihan piutang daerah (Pasal 7 ayat (2) huruf o Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah);
d. selaku Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah
(Pasal 152 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah);
e. wajib mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat
waktu (Pasal 34 ayat (1) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara juncto Pasal 114 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah);
4. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten
Karawang.
a. mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya (Pasal 44 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara juncto Pasal 10 huruf j Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah);
b. mengelola piutang daerah yang menjadi tanggungjawab satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya (Pasal 10 ayat (3) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara juncto Pasal 10 huruf i Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah);
c. berwenang dan bertanggungjawab melakukan pengawasan dan pengendalian atas
penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya (Pasal 8 ayat (2) huruf
h Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah juncto Pasal 6 ayat (4) huruf h Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Barang Milik Daerah);
Tentang Tanggal Efektif Perjanjian.
Di dalam Pasal 29 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah juncto Pasal 26 ayat 1 huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tertera, tanggal efektif pembayaran kewajiban
kontribusi dihitung sejak perjanjian kerjasama ditandatangani. Berpijak pada pasal ini,
Pemerintah Kabupaten Karawang kehilangan potensi pendapatan (kontribusi), yaitu sejak
perjanjian kerjasama ditandatangai sampai dengan pasar selesai dibangun dan mulai beroperasi;
Pembanding:
Penandatanganan perjanjian BGS dilakukan setelah mitra BGS menyampaikan bukti setor
pembayaran kontribusi tahunan pertama ke Rekening Kas Umum Daerah paling lambat 2
(dua) hari kerja sebelum penandatanganan perjanjian BGS (Pasal 230 ayat (5) dan Pasal 234
ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah).
Tentang Nilai Aset Daerah dan Besaran Kontribusi.
Pada tahun 2014, nilai aset milik Pemerintah Kabupaten Karawang yang dikerjasamakan dengan PT
SRM adalah sebesar Rp 21.112.256.520 (Buku I Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Barat Nomor 28.A/LHP /XVIII.BDG/05/2015 halaman 116). Terdapat penambahan
luas lahan lebih dari 8.000 meter persegi, sehingga luas lahan pasar yang dikelola oleh PT SRM
menjadi 36.358,90 meter persegi, tanpa mengubah (menambah) besaran kewajiban kontribusi
Pembanding:
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 11

-

besaran kontribusi tahunan merupakan hasil perkalian dari besaran persentase kontribusi
tahunan dengan nilai wajar barang milik daerah (Pasal 232 ayat (1) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
besaran kontribusi tahunan pelaksanaan BGS dapat meningkat setiap tahun dari yang
telah ditetapkan. Peningkatan dihitung berdasarkan kontribusi tahunan tahun pertama
dengan memperhatikan tingkat inflasi (Pasal 233 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah).

Tentang Addendum.
- Addendum perjanjian kerjasama Nomor 073/4673-Huk/2015 dan Nomor 020/ADDKRW/DirOps-SRM/VII/2015 berisi kesepakatan tentang pembayaran kontribusi yang dilakukan
secara proporsional berdasarkan koefisien luas lahan terbangun dan berlaku efektif sejak tahun
2012 (surut). Isi kesepakatan di dalam addendum tidak memiliki landasan hukum (tidak
berdasarkan peraturan perundang-undangan) dan melanggar asas kepastian hukum
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah-penjelasan juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah-lampiran;
- dalam melaksanakan addendum, Bupati Karawang, Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang, dan
Kepala Disperindagtamben Kabupaten Karawang maupun Tim Penilai yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Bupati, tidak mempertimbangkan nilai aset milik Pemerintah Kabupaten
Karawang yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga (PT SRM). Nilai aset Pemerintah
Kabupaten Karawang pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 21.112.256.520 (Buku I Laporan
Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat Nomor 28.A/LHP /XVIII.BDG/05/2015
halaman 116). Setelah itu terdapat penambahan luas lahan lebih dari 8.000 meter persegi,
sehingga luas lahan pasar yang dikelola oleh PT SRM menjadi 36.358,90 meter persegi, tanpa
mengubah (menambah) besaran kewajiban kontribusi.
Pembanding:
- Dalam pelaksanaan BGS, mitra BGS dapat melakukan perubahan dan/atau
penambahan hasil BGS. Perubahan dan/atau penambahan hasil BGS dilakukan dengan cara
addendum perjanjian BGS (Pasal 225 ayat (1) dan ayat (3). Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah).
- Addendum perjanjian BGS dilakukan untuk menghitung kembali besaran kontribusi yang
ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan Tim yang dibentuk oleh Bupati. Perubahan
dan/atau penambahan hasil BGS dilakukan setelah memperoleh persetujuan Bupati
(Pasal 225 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah).
Alur Addendum.
persiapan Disperindagtamben
konsultas TKKSD
i
penetapa
Bupati
n
sumber : lampiran I Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah.
- Peran Bupati.
melalui surat kuasa Nomor 183.5/1174-Huk/2015, tanggal 18 Pebruari 2015, Bupati
Karawang menyetujui perubahan (addendum) perjanjian kerjasama Nomor 073/1404/Pemb
dan Nomor 008A/PKS/Dir/SRM/2010 antara Pemerintah Kabupaten Karawang dengan PT
Senjaya Rejeki Mas (SRM);
- Peran Sekretaris Daerah.
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 12

-

selaku Ketua Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) memberikan rekomendasi
kepada Bupati untuk penandatanganan perjanjian kerjasama (Pasal 6 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Tekhnis Tata Cara
Kerjasama Daerah);
Peran Kepala Disperindagtamben.
selaku pengguna barang milik daerah, mengajukan draf addendum perjanjian kerjasama

Tentang Pembiaran atas Piutang Daerah.
- Bupati Karawang selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah menetapkan
kebijakan pengelolaan barang milik daerah (Pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara juncto Pasal 5 ayat (2) huruf a Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah),
- Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang selaku pejabat pengelola barang milik daerah yang
mengatur pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah (Pasal 5 ayat (4)
huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah),
- Kepala DPPKAD berwenang melakukan penagihan piutang daerah (Pasal 7 ayat (2) huruf o
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah) dan wajib
mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu (Pasal
34 ayat (1) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara juncto Pasal
114 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah),
- Kepala Disperindagtamben mempunyai tugas mengelola piutang daerah yang menjadi
tanggungjawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya (Pasal 10 ayat (3) Undang
Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara juncto Pasal 10 huruf i Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).
telah mengabaikan kewajibannya dan melakukan pembiaran atas terjadinya
keterlambatan dalam pembayaran kontribusi.
Tentang Peran DPRD Kabupaten Karawang:
- Rencana kerjasama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus mendapat
persetujuan dari DPRD, dengan ketentuan apabila biaya kerjasama belum teranggarkan dalam
APBD tahun anggaran berjalan dan/atau menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah
(Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Daerah).
Pembanding:
Pemanfaatan barang milik daerah dilakukan tanpa memerlukan persetujuan DPRD (Pasal
78 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah).
- Bupati Karawang wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian kerjasama, termasuk
kepada DPRD Kabupaten Karawang (Pasal 12 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah).
- Berpijak pada pengaturan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Pasal 12 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah, dengan penjelasan bahwa salah
satu fungsi DPRD adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama daerah, maka
DPRD Kabupaten Karawang cq Komisi B DPRD Kabupaten Karawang dapat dianggap
mengetahui permasalahan yang muncul dan terjadi didalam kerjasama pengelolaan aset daerah
dan melakukan pengawasan terhadap kerjasama pengelolaan aset daerah.
- Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3) Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara mengatur peran dan kewenangan DPRD
KARAWANG IMPARSIAL GRUP

halaman 13

-

Kabupaten Karawang dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
a. Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan
pembahasan sesuai dengan kewenangannya (Pasal 21 ayat (1) Undang Undang Nomor 15
Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara).
b. DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan (Pasal 21 ayat 3
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Tanggungjawab Keuangan Negara). Penjelasan: bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan
lanjutan dapat berupa pemeriksaan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
apabila dilihat dari permasalahan yang sama terjadi berulang kali dan ada kecenderungan
dibiarkan, maka DPRD Kabupaten Karawang cq Komisi B DPRD Kabupaten Karawang dapat
dianggap telah melalaikan tugas pengawasannya.

Sumber:
- Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa
Barat Tahun Anggaran 2014 dan Tahun Anggaran 2015;
Kesimpulan.
- Bupati Karawang selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah yang
menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah (Pasal 43 ayat (1) Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara juncto Pasal 5 ayat (2) huruf a Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah),
melakukan pengendalian pengelolaan barang milik daerah (Pasal 82 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah), memberikan persetujuan atas bangun guna serah barang milik daerah yang
dilaksanakan oleh pengelola barang (Pasal 27 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto Pasal 40 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah), berwenang dan bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan
pengelolaan barang milik daerah (Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah);
- Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang selaku Ketua TKKSD (Pasal 6 ayat (3) huruf a
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Kerjasama Daerah) dan pejabat pengelola barang milik daerah yang mengatur pelaksanaan
penggunaan dan pemanfaatan barang milik daerah (Pasal 5 ayat (4) huruf d Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah),
menyetujui besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dalam
kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah (Pasal 26 ayat (1) huruf e Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah juncto Pasal 26 ayat (1)
huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun