DINAMIKA SOSIAL BUDAYA INDONESIA DALAM P

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DINAMIKA SOSIAL BUDAYA INDONESIA DALAM
PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015

NAMA – NAMA KELOMPOK

Kiran Makaudis

15081101014

Meisy Paseki

15081101016


Arinaldo Sumenda

15081101056

Pingkan Pontoh

15081101076

Yulanda Patappa

15081101088

Nadhila Mane

15081101094

Stevan Sewa

15081101096


Foudy Sembel

15081101116

Raldy Dareno

15081101138

Englin Manitik

15081101160

Yunike Lahope

15081101178

Fierany Pantow

15081101198


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan rahmatNya. Kami dari
kelompok tiga (3) dapat menyelesaikan makala ini dengan judul “Dinamika Sosial
Budaya Indonesia Dalam Pembangunan” mata kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia.
Kami berharap makala ini bisa bermanfaat bagi setiap pembacanya dan bisa
menambahkan pengetahuan. Karena itu, demi perbaikan makala ini, segala kritik dan
saran yang membangun akan senantiasa saya terima dengan senang hati untuk
kesempurnaan makala

ini karena masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam

penulisan makala.

Manado, 21 Oktober 2015
Penyusun

Kelompok tiga

DAFTAR ISI

Nama-nama kelompok
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1

BAB II

BAB II

PENDAHULUAN
1. 1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3


Tujuan Penulisan

1.4

Manfaat Penulisan

PEMBAHASAN
2.1

Landasan Pemikiran

2.2

Pengertian dan Makna Sistem Sosial Budaya Indonesia

2.3

Perkembangan Manusia di Indonesia

2.4


Perkembangan Sosial Budaya Indonesia

2.5

Perkembangan Kebudayaan Indonesia
2.5.1

Kebudayaan Indonesia Asli

2.5.2

Kebudayaan India

2.5.3

Kebudayaan Modern

2.5.4


Kebudayaan Modern

2.5.5

Kebudayaan Bhineka Tunggal Ika

KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Konsep masyarakat Indonesia tumbuh dari suatu proses perjalanan masa yang
panjag oleh bentukan sejarah, keanekargaman dan keseragaman tradisi, serta modernisasi
untuk sampai pada keadaan seperti sekarang ini. Tentang hal itu, kajian tentang masyarakat
Indonesia sudah banyak ilmuwan, termasuk ilmuwan sosial. Pada masa kolonial ialah
memperoleh pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi untuk

berbagai kepentingan pemerintah jajahan, sedangkan dalam masa mengisi kemerdekaan ini
bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan mendukung pembangunan melalui
medernisasi masyarakat Indonesia.
Pembangunan, yang kita artikan sebagai usaha berencana ke arah peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam segala segi perikehidupan secara lebih baik dalam proses
kegiatannnya mendorong pula pada pengambilan teknologi dan ilmu pengetahuan guna
mempercepat usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat itu.
Teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang atas dasar nilai dan gagasan
yang berasal dari kebudayaan asing belum tentu sesuai dengan nilai-nilai dan gagasan
dasar yang selama ini mendominasi kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut besar kemungkinan bahwa proses pembangunan
akan menggeser nilai-nilai dan gagasan dasar yang ada, mengembangkan gagasan dasar
yang ada, mengembangkan gagasan baru atupun menggantikannya sama sekali dengan
nilai-nilai yang telah menumbuhkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang diambil oleh
itu. Dalam pada itu, dapat dikatakan bahwa pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan berarti pula proses pembaharuan kebudayaan. Kemajuan teknologi,
khususnya di bidang komunikasi dan transportasi telah sangat memperlancar kontak antar
budaya bangsa. Interaksi sosial, tukar menukar pengalaman pengetahuan dan gagasan
dapat terlaksana dengan mudah oleh setiap orang dan tanpa mengenal batasa geografs,
politik maupun kebudayaan.

Searah dengan kecenderungan sosial budaya yang dinamis yang selalu
berkembang, maka kontak-kontak seperti itu merupakan alamiah yang juga tidak mungkin
dibendung. Yang menjadi masalah ialah luas dan derasnya arus pegaruh budaya asing
dewasa ini sampai akibat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kebutuhankebutuhan yang timbul akibat pembangunan ditambah dengan daya seleksi masyarakat yan

melemah serta kurang mampu memilih unsur kebudayaan asing yang benar-benar
diperlukan dan yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada. Mengadopsi unsur-unsur budaya
asing yang kurang terarah dapat megakibatkan tersisihnya nilai-nilai dan gagasan dasar
yang selama ini mendominasi pola tingkah laku anggota masyarakat yang akhirnya akan
memperlemah kepribadian dan semangat nasionalisme.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan di jadikan bahan pembahasan dari makala ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan makna sistem sosial budaya Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan manusia di Indonesia?
3. Bagaimana proses perkembangan sosial budaya Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan kebudayaan Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami dan mengerti pengertian dan makna sistem sosial budaya Indonesia

2. Memgetahui perkembangan manusia di Indonesia
3. Mampu memahami proses perkembangan sosial budaya Indonesia
4. Mengetahui perkembangan kebudayaan Indonesia
1.4 Manfaat Penulisan
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan mengerti pengertian dan makna
dari sistem sosial budaya Indonesia serta proses perkembangan manusia dan
perkembangan sosial budaya Indonesia serta proses kebudayaan Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Landasan Pemikiran
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sistem sosial budaya

Indonesia sebenarnya telah tercermin. Baik itu tersirat sebagaiman terdapat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undang-Undang 1945. Dalam
penjelasan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan
bahwa “Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan

lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaaan yang luhur
dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur”.
Untuk menyusun dan membentuk sistem sosial budaya maka apa yang telah
tertuang dalam berbagai pokok pikiran harus terangkum dalam suatu susunan terpadu dan
integralistik sehingga sistem sosial budaya Indonesia benar-benar dapat mendukung proses
pembangunan nasional. Ada beberapa alasan mengapa harus terpadu dan integralistik,
yaitu : pertama, unsur-unsur sosial budaya mencakup bidang kehidupan yang sangat luas
dan mempunyai keterkaitan, saling mendukung dan mengidepedensi satu dengan yang
lainnya; kedua, untuk membentuk keterkaitan yang bersifat fungsional maka pembangunan
nasional membutuhkan rujukan dan kriteria yang mengacu pada suatu sistem sosial budaya
yang bertumpu pada ideologi pancasila; ketiga mempererat kaitan antara pembangunan
bidang sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, pertahanan dan keamanan sehingga
bidang-bidang tersebut dapat bersifat saling menunjang, walaupun titik berat
pembangunan tetap di bidang sosial ekonomi. Pertumbuhan dan perkembangan sistemsistem ini harus berjalan seiring dan serasi. Peningkatan yang menonjolkan satu sistem saja
akan menimbulkan ketimpangan, bahkan dapat menjadi embrio kerawanan.

2.2

Pengertian dan Makna Sistem Sosial Budaya Indonesia

Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabunga dari istilah sosial dan budaya.
Sosial dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek
kehidupan. Karena itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertian sistem
sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata sosial atau
tata laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hubungan ini, pengertian sistem sosial budaya
mencakup dua segi utama kehidpan manusia.
a. Segi Kemasyarakatan
Manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama degan sesama
manusia. Pengertian kemasyarakatan hakikatnya adalah merupakan pergaulan
hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai
kebersamaaan, senasib sepenanggungan dan solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu kelompok sosial.
b. Segi Kebudayaan
Kebudayaan merupakan totalitas cara hidup yang manifestasinya tampak di dalam
tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembangkan. Hakikat budaya adalah
sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa
yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung
dan penggerak kehidupan. Fokus budaya dapat berupa nilai dan norma religius,
ekonomi atau nilai sosial budaya budaya lainnya, seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai yang digali dari nilai-nilai
luhur yang ada dalam diri bangsa Indonesia. Karena itu, titk sentral kebudayaan adalah
terletak pada potensi sumber daya manusianya. Kebudayaan adalah terletak harus
memudahkan proses mempertinggi derajat dan martabat bangsa Indonesia itu.
Sistem sosial budaya harus mampu mendukung strategi pembangunan nasional.
Hal ini terasa penting bagi bangsa Indonesia, terutama bila menyadari betapa bhinekanya
masyarakat itu, yaitu suatu masyarakat yang majemuk yang hidup tersebar di seluruh tanah
air, secara sosial budaya masyarakat Indonesia memang benar-benar ragam.
2.3

Perkembangan Manusia di Indonesia
Tiga juta tahun lalu, manusia baru muncul dipermukaan bumi bersama dengan

terjadinya glasiasi atau kala plestoin (Jacob, 1971, 1983; Ardan 1993). Masa holisin yang
berlangsung kira-kira 10.000 tahun lalu merupakan setelah plestosin.

Pembagian manusia dalam berbagai kelompok ras tidak mudah karena ciri-ciri
yang membedakan sering kali tumpang tindih oleh bagian preferinya Manusia tidak dapat
diklasifikasikan dalam tiga ras pokok, yaitu kaukasoid, negroi, dan monogloid serta empat
ras campuran; austroloid, viddoid, polynesia, dan aino (Koeber, 1963.). Sedangkan Garn
(1963) mengklasifikasikan homo sapiens dalam sembilan kelompok ras menurut wilayah
geografi, yaitu Amerika, Polinesia, Mikronesia, Papuomelanesia, Australia, Asia, India,
Eropa, dan Afrika. Mungkin bagi keperluan studi tentang ras dan migrasinya, di kepulauan
nusantara pebagian manusia dalam lima kelompok: austramelanesoid, kaukasoid,
khoisanoid, dan negroidi lebih cocok (Biantropologi, UGM: Ardan. 1993).
Teori tentang asal usul manusia kepulauan nusantara didasarkan pada penelitian
paleantropologi terhadap fosil atau kerangka dan kelompok manusia yang masih hidup,
yang ditunjang pula oleh antropologi budaya dan sosial, linguistik, paleogeografi, dan
sejarah. Pithecanthropus dianggap nenek moyang australomelanesoid dan sinathropus
adalah nenek moyang dari ras Mongol, karena itu orang melayu berbeda dari ras
autralomelansoid (Coon, 1969). Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Jacob (1967)
yang

mengemukakan

bahwa

“Melayu

Awal”

(disebut

protomelayu)

dan

australomelanesoid berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu manusia “wajak”. Temuan
kerangka manusia wajak di dekat Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur, tahun 1889
oleh Van Reitchotenn. Manusia Wajak itu dianggap memiliki ciri-ciri mongoloid dan
australomelanesoid.
Dua teori persebaran ras di nusantara ialah (1) migrasi empat ras, dan (2) teori
migrasi dua ras (Jacob, 1967; Ardan 1993). Menurut teori migrasi empat ras yang juga
dipengaruhi oleh teori persebaran konsentris Von Eickstadt, terjadi empat kali urutan
migrasi dari darata benua Asia melalui daerah Indonesia. Migrasi pertama dilakukan oleh
ras negrito, kdua ras australoid, migrasi ketiga oleh melayu awal kemudia barulah melayu
akhir (disebut pula deutromelayu). Teori persebaran dua ras mengemukakan percamouran
antara ras autraloid (australia, melanesia, papua ataua secara lengkap disebut
australomelanesoid) dengan mongloid. Teori ini menjelaskan tentang mengapa penduduk
IBT (Indonesia Bagian Timur) yang memiliki ciri-ciri lebih australoid, sedangkan IBB
(Indonesia Bagian Barat) lebih melayu, sedangkan wilayang yang menjadi kontak kedua
ras itu memiliki ciri campuran.
Migrasi kelompok ras itu berlangsung dalam dderajat kecepatan berbeda, menuju
satu arah atau arah kebalikan, yang juga penetrasinya bersifat damai. Dari temuan fosil di
Asia Tenggara disimpulkan bahwa pada masa mesolitik (kira-kira 10.000 tahun lalu) unsur

melanesia lebih kuat, sedangkan pada neolitik (kira-kira 4000 tahun lalu) unsur melayu
lebih tampak (Ardan 1993).
Penduduk Indonesia masakini menunjukan pengaruh papua melanesia yang kuat di
timur dan pengaruh kuat mongloid atau melayu di barat serta di bagian tengah
memperlihatkan percampuran antara keduannya (Jacob, 1967; Kartodirdjo, dkk., 1975).
Adapun istilah melayu awal dan melayu akhir (deutro dan proomelayu) bukanlah
merupakan taksonomi, tetapi lebih menunjukan waktu belakang (Jacob, 1967; Mundyah,
1982; Ardan, 1993).
Dunia melayu atau dikenal pula sebagai Alam Melayu dianggap oleh banyak
ilmuwan merupakan salah satu “mutiara timur” yang wilayahnya terbentang luas, meliputi
negara-negara Asia Tenggara, yaitu dari Semenanjung Asia Tenggara sampai ke kepulauan
Nusantara (Indonesia), Filipina, dan menyusur jauh ke lautan Pasifik di Oseania.
Semenanjung Melayu adalah penghubung antara daratan dan kepulauan dengan selat
Malaka yang membelah dua pantai Semenanjung Sumatra. Dalam dunia melayu tersebut
hidup subur dan bertempat tinggal aneka ragam kelompok etnik yang menjadikan wilayah
yang luas itu sebagai wadah bagi kehidupan masyarakat multi-etnik diikat oleh berbagai
kesamaan tertentu.

2.4

Perkembangan Sosial Budaya Indonesia
Posisi Indinesia terletak di persimpangan dua samudra (India dan Pasifik) dan dua

benua (Asia dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah prlintasan dan pertemuan
berbagai macam agamadan ideologi serta kebudayaan. Dlam kondii yang demikian maka
terdepat lima lapisan perkembanan sosial budaya Indonesia.
a. Lapisan sosial budaya lama dan asli, memperlihatkan persamaan yang
mendasar (bahasa, adat, buadaya) di samping perbedaan-perbedaan dari daerah
ke daerah. Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak
ditiadakan oleh datangnya agama dan nilai-nilai baru.
b. Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India. Wilayah Indonesia
merupakan pusat pengembangan peradaban Hindia di pulau Jaw, namun
kesadaran dan kebersamaan tetap diunjung tinggi (Bhineka Tunggal Ika).
c. Lapisan yang datang dengan agama Islam tersebar luas di wilayah Indonesia
sekaligus juga memberikan corak tata masyarakat sebagaimana halnya agama
Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan
struktur ketatanegaraan.

d. Lapisan yang datang dari barat yang bersamaan dengan agama Kristen
melengkapi kehidupan umat beragama di Indonesia di tengah-tengah pengaruh
dominasi asing yang silih berganti dari kerajaan-kerajaan Spanyol, Portugis,
Belanda, dan Inggris.
e. Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimulai kesadaran bangsa. Munculnya rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi
dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei
1908, kemudian diusul dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928.
Sejak periode kebangkitan nasional, semakin dirasakan berkembangnya percaturan
ideologi yang pada garis besarnya terbagi atas tiga kategori, yaitu (1) ideologi yang
menitikberatkan pada nilai-nilai agama, (2) ideologi yang menitikberatkan pada
sosialisme, (3)

ideologi yang menitikberatkan pada nasionalisme. Cita-cita Indonesia

sebagai suatu bangsa yang modern lahir dengan pencetusan sumpah pemuda. Cita-cita
tentang satu bangsa Indonesia yang menyeluruh ini merupakan dorongan bagi ide gerakan
kebangsaan tahun 1908 yang kemudian menjadi kekuatan besar. Proklamator kemerdekaan
tahun 1945 yang memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
perwujudan dari sumpah pemuda 1928.
Setelah kemerdekaan, salah satu hal penting yang menyangkut konsepsi nusantara
dan yang berkembang menjadi wawasan nusantara ialah deklarasi 13 Desember 1957
tentang wilayah perairan Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja, 1993).
Pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan wilayah
perairan Indonesia itu ialah (1) bentuk geografi RI sebagai suatu negara kepulauan
memiliki sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan sendiri pula; (2) bagi
kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan lau harus dianggap sebagai suatu kesatuan
yang bulat; (3) penetapan batas laut teritorial (1939) tidak sesuai lagi dengan kepentingan
keselamatan dan keamanan negra RI; dan (4) setiap negara yang berdaulat berhak dan
berkewajiban untuk mengambil tindakan yang dipandangnya perlu untuk melindungi
keutuhan dan keselamatan negaranya (Mochtar Kusumaatmadja, 1993).

2.5

Perkembangan Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia itu bukanlah sesuatu yang padu dan bulat, tetapi ada sesuatu

yang terjadi dari berbagai-bagi unsur suku bangsa. Di daerah Indonesia yang luas terdapat

bermacam-macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain disebabkan oleh
perjalanan yang berbeda.
Sebagaiman diketahui, bahwa unsur sejarah yang menentukan perkembangan
kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam lima lapisan (St. Tkdir Alisjahbana, 1928 : 7 dan
seterusnya) yaitu (1) kebudayaan Indonesia asli, (2) kebudayaan India, (3) kebudyaan
Islam, (4) kebudayaan modern, (5) kebudayaan Bhineka Tunggal Ika).
2.5.1

Kebudayaan Indonesia Asli
Kebudayaan Indonesia asli memiliki ciri yaitu amat dikuasai oleh perasaan.

Erat kaitannya dengan itu dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan adalah
amat penting kedudukan agama. Kepercayaan kepada roh-roh dan tenaga-tenaga
yang gaib meresapi seluruh kehidupa, baik kehidupan manusia secara individu
maupn kehidupan masyarakat sebagai keselruhan.
Ciri yang lain daripada masyarakat Indonesia yang lama ialah berkuasanya nilai
solidaritas. Susuna masyarakat merupakan persekutuan yang kecil yang hidup
dalam desa atau mengembara dalam lingkungan daerah yang tentu. Persekutuanpeersekutuan itu dapat kita bandingkan dengan republik-republik demokrasi yang
tertua, yang mengatur segala keperluan dan kepentingan masyarakat itu dibantu
oleh majelis orang-orang tua di dalam desa itu. Di dalam demokrasi yang mencari
kebulatan pikiran ini, penting sekali kedudukan balai, yaitu bangunan tempat
pertemuan dan pemusyawaratan, yang terdapat diseluruh Indonesia dan dapat
dianggap sebagai pusat kehidupan bersama dalam masyarakat kecil itu.
Karena kedudukan agama yang sangat kuat dalam kebudayaan Indonesia asli
itu, maka kehidupan ekonomi sering ditentukan oleh syarat-syarat agama. Orang
memilih hari baik memulai suatu usaha berdasarkan kepercayaan kepada yang
gaib. Tiap-tiap pekerjaan ekonomi yang penting, seperrti mengerjakan tanah,
membuat rumah, perahu dan lain-lain mesti disertai upacara agama. Dala ekonomi
ini amat penting kedudukan mantera-mantera dan sajian-sajian untuk memperoleh
bantuan tenaga kudus yang baik maupun untuk menolak pengaruh-pengaruh yang
jahat.
Sebagai kebudayaan yang ekspresif, yaitu dikuasai oleh intuisi, perasan dan
fantasi tentulah tenaga pencipta kesenian yang berdasarkan intuisi, perasaan dan
fantasi itu amat besar. Bentuk daripada seni yang paling erat kaitannya dengan
agama adalah mitos, yang mengisahkan kejadian segala sesuatu dari bumi manusia
dan hewan yang hingga adat istiadat yang kudus. Mitos itu biasanya diulang-ulang
dalam upacara pada hari-hari yang penting dalam kehidupan masyarakat.
Dapat disimpulkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli dikuasai oleh nilai
agama, yang diikuti leh nilai solidaritas dan nilai kesenian. Sedangkan dalam

sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam susunan masyarakat adalah lema.
Nilai ilmu lemah karena pemikira yang berasio belum berkembang, sedangkan
perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi alam. Nilai ekonomi belum
juga berkembang karena oleh kekayaan belum timbul keperluan berusaha keras,
sedangkan oleh kurangnya pengetahuan alam yang objektif, keungkinankemungkinan alam yang sesungguhnya belum diketahui dan merangsang untuk
berusaha. Dalam hubungan ini, teknik tak dapat tumbuh oleh karena orang masih
terlampau terpengaruh oleh kepercayaan bahwa kecakapan dan kekuasaan yang
sesungguhnya terletak pada yang gaib.

2.5.2

Kebudayaan India
Dalam kebudayaan asli berupa roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib yang

masih kabur bentuk dan fungsinya, dalam kebudayaan India berupa dewa-dewa
yang lebih nyata pribadinya dan sifat-sifatnya sebagai lambang tenaga-tenaga alam,
yang memounyai hierarki dan fungsi yang tentu dalam proses kosmos maupun
dalam kehidupan manusia. Dalam mitos Mahabharata dan Ramayana tampak
kebesaran serta keindahan konsepsi dan fantasi kebudayaan India sebagai
kebudayaan ekspresif yang khas dan tinggi. Dalam ajaran karma dan penitisan atau
inkarnasi kelihatan bahwa kepercayaan bangsa yang bersahaja kepadapengembara
roh yang disebut animisme, dengan sangat berasio dipikirkan sehingga mendapat
fungsi etik yang kuat dalam kehidupan.
Dalam kehidupan masyarakat, nyata benar kelihatan berkat feodalisme ini
tumbuh suatu pusat kekuasaan atau politik di mana timbul perkembangan dan
kedinamisan karena kemajuan organisasi dan teknik, yang kedua-duanya sejalan
dengan perkembangan pikiran yang bertambah berasio dan timbulnya pribadipribadi yang besar yang tak dapat tumbuh dalam masyarakat Indonesia asli yang
kecil. Batas lingkungan kehidupan manusia bertambah meluas oleh karena alat-alat
perhubungan bertambah baik dan cepat, sebab orang bertambah bnyak memakai
kuda dan kereta. Kemajuan teknik mengerjakan kayu menyebabkan orang dapat
membuat kapal dari papan, yang lebih besar dari kapal-kapal yang dibuat dari kayu
yang dikeruk.

2.5.3

Kebudayaan Modern
Agama islam sebagaimana agama Yahudi dan agama Kristen rumpun agama

semit, agama yang berdasarkan kepercayaan rasul atau nabi, yang menyampaikan

perintah dan petunjuk Tuhan kepada umat manusia dengan perantara wahyu yang
terkumpulnya menjadi kitab suci. Bersama-sama dengan kedua agama semit yang
lain itupun dan berbeda benar dengan agama Hindu adalah sifat monoteisme agama
islam yaitu pengakuannya akan keesaan Tuhan, yang lebih-lebih dari agama
Kristen, tidak mengenal kompromi. Sebaliknya, dari agama Indonesia asli dan
agama Hindu, dimana hewan, manusia dan tenaga-tenaga yang gaib itu mempunyai
batas yang nyata dan yang satu dapat menjelma menjadi yang lain. Dalam
kepercayaan slam, manusia pun mendapat tempat yang istimewa bukan hanya di
bawah Allah sebagai ciptaan-ya, tetapi juga nyata di atas hewan dan tumbuhtumbuhan.
Ahli-ahli Islam mengunjungi negeri-negeri asing, mempelajari kebudayaan dan
geografi. Bukan saja ilmu dan filsafat Yunani dicerna, tetapi juga hasil kebudayaan
Persia, India, Turki, Cina, Eropa dan banyak kebudayaan yang lain menjadi bagian
yang penting dari kebudayaan Islam sehingga tak berlebihan apabila kita berkata,
bahwa kebudayaan Islam pada permulaan abad pertengahan adalah kebudayaan
umat manusia yang pertama yang dengan sadar mencerna segala kebudayaan di
barat dan di timur yang ada di zaman itu.

2.5.4

Kebudayaan Modern
Ciri yang terpenting daripada ilmu modern ialah kekuatan disiplin, cara-cara

berpikir dan penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif yang teliti.
Kemajuan ilmu yang terpesat dimungkinkan oleh kejadian-kejadian dalam abad ke17, ketika ahli-ahli berpendapat bahwa kesimpulan-kesimpulan ilmu musti sejauh
mungkin berdasarkan ukuran-ukuran kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh kemajuan
pemikiran matematika yang mendapat kesempatan berkembang lebih cepat dengan
memakai angka-angka Arab. Dalam filsafat pun kita bisa lihat pengaruh
matematika yang lebih kuat pada pemikir-emikir seperti Galileo.
Dengan pertumbuhan ini, bangkitlah suatu sikap yang baru terhadap alam,
suatu pemandangan hidup timbul dan terciptalah suatu suasana kebudayaan, yaitu
suasana kemajuan kebudayaan berdasarkan kemajuan ilmu manusia, yang berarti
juga kemajuan manusia atas alam. Pada zaman modern, nilai teori dan
ekonomi begitu tinggi.

nilai

2.5.5

Kebudayaan Bhineka Tunggal Ika
Dengan membuka diri kita terhadap kemajuan ilmu, ekonomi dan teknologi

yang menguasai dunia sekarang harus kita sadari bahwa kebudayaan modern itu,
terutama pertumbuhannya dalam abad kita setelah mengalami dua peperangan yang
besar mengalami krisis yang parah juga. Krisis itupun tak dapat ditolak menjadi
krisis kebudayaan itu. Tak dapat ditolak, bahwa banyak dari gejala-gejala
kebudayaan modern yang tak menyenangkan maupun bentuk-bentuk seni
permainannya, seperti bermacam-macam kontes, night-club, sampai-sampai kepada
narkoba dan morfin di sana-sini telah menembus ke dalam kehidupan kebudayaan
Bhineka Tunggal Ika.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sistem sosial budaya
Indonesia sebenarnya telah tercermin. Pelaksanaan pembangunan nasional akan dapat
dikatakan berhasil baik apabila dilandasi terlebih dahulu oleh pembangunan di bidang
sosial budaya, termasuk penyusunan dan pembentukan sistemnya, karena di bidang inilah
ditentukan pembentukan manusia sebagai pelaksana pembangunan. Hal ini penting karena
bagaimanapun juga baiknya suatu rencana dan program pembangunan, hasilnya akan
banyak bergantung kepada kualitas manusianya. Karena itu, diperlukan pembangunan
sistem sosial budaya yang bertujuan untuk membina mental, sikap hidup dan sikap budaya
Indonesia, baik kedudukannya sebagai individu maupun sebagai bangsa yang yakin akan
kebenaran pancasila, sehinga mampu dihadapkan kepada tuntutan pembangunan beserta
permasalahannya dalam lingkungan yang dinamis dan tuntutan kemajuan global.

3.2 Saran
Sebagai masyarakat Indonesia, marilah kita mengambil bagian dalam pembagunan
Indonesia yang lebih baik dari sisi sistem sosial dan budaya. Marilah kita membangun
sikap hidup dan sikap budaya yang berlandaskan pada Pancasila sebagai ideologi negara,
pandangan hidup bangsa untuk Indonesia yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ranjabar, Jacobus. 2014. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung : CV
Alfabeta