AKREDITASI DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NA

1

AKREDITASI DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

A. Pendahuluan
Berdasarkan data Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Provinsi Jatim.
Dari total 6.497 TK, 52 di antaranya tak terakresditasi. SD dasari total 13.253,
sebanyak 43 di antaranya tak terakreditasi. Untuk sekolah jenjang SMP dan
SMA, jumlah sekolah yang tak terakreditasi masing-masing sama 22 sekolah.
Total sekolah SMP sebanyak 2.466 dan SMA 1.804 sekolah.
Berdasarkan data Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah
Provinsi Sulsel, sebanyak 36 Sekolah Menegah Pertama (SMP) dari 75 SMP
yang ada di Makassar tidak terakreditasi. Sementara Sekolah Menengah Atas
(SMA) terdapat 17 dari 28 SMA tidak terakreditasi. Begitupun dengan
Madrasah Aliyah (MA) terdapat 8 MA dari 26 MA tidak terakreditasi, yang
diperkirakan memiliki ribuan siswa.
Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 61 BAB XV (poin 2) disebutkan, ijazah
diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi.

Sekolah yang tidak terakreditasi ini tersebut bila ingin menggelar UN harus
berafiliasi dengan sekolah negeri yang terakreditasi A atau ikut ujian bersama.
Nanti pada saat penerimaan ijazahnya tentunya kepala sekolah tempat
melakukan UN yang bertandatangan jadi bukan kepala sekolah sekolah yang
tidak terakreditasi.

2

Sedangkan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB
XX ketentuan pidana pasal 67 ayat (10) disebutkan perseorangan, organisasi
atau penyelenggara pendidikan yang memberikan ijazah, sertifikat,
kompetensi, gelar akademik, profesi atau vokasi tanpa hak, dipidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda subsider Rp 1 Miliar.
"Karena masa berlaku akreditasi setiap 5 tahun sekali setelah itu kembali
mengajukannya ke badan akrediatasi secara tertulis itu kami akan keluarkan
surat rekomendasi agar tetap melaksanakan UN dengan tanpa melanggar UU,"
jelasnya.
B. Pembahasan
Akreditasi sekolah yang sebenarnya mempunyai pengertian sebagai
proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja lembaga

atau suatu program pendidikan dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik,
alat regulasi diri (self regulation) di mana sekolah mengenal kekuatan dan
kelemahan serta terus menerus meningkatkan kekuatan dan memperbaiki
kelemahannya. Pengertian ini akan lebih memberikan makna dalam hasil
sebagai suatu pengakuan, suatu sekolah telah memenuhi standar kelayakan
yang ditentukan.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu
dilakukan pengembangan sekaligus membangun sistem pengendalian mutu
pendidikan melalui empat program yang terintegrasi, yaitu standarisasi,
evaluasi, akreditasi dan sertifikasi. Standarisasi pendidikan mempunyai makna
sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang memiliki
keleluasan dan keluwesan dalam implementasinya. Evaluasi merupakan suatu
proses kontinu dalam memperoleh data maupun informasi guna pengambilan
suatu keputusan. Akreditasi merupakan suatu pengakuan terhadap kinerja
sekolah yang diwujudkan dengan adanya sertifikasi yang dikeluarkan suatu
lembaga mandiri dan profesional.

3

Akreditasi dilakukan agar penyelenggaraan pendidikan pada semua

lingkup mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, pemerintah membentuk
Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang namanya dibedakan menurut satuan,
jalur dan jenjang pendidikan. Program atau satuan pendidikan pada jalur
formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diakreditasi oleh BANS/M (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah) yang pada tingkat
propinsi dibentuk oleh gubernur
Akreditasi adalah suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
suatu badan yang disebut Badan Akreditasi Nasional (BAN) untuk
mengakreditasi atau menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan.
Akreditasi dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban secara obyektif, adil,
transparan dan komprehensif oleh satuan pendidikan kepada publik.
Hasil akreditasi ditetapkan oleh BAP-S/M maupun UPA-S/M
Kabupaten/Kota. Sesuai dengan kewenangannya BAP-S/M akan menerbitkan
sertifikat akreditasi sekolah sesuai dengan format dan borang yang dikeluarkan
oleh BAN-S/M. Sertifikat akreditasi memuat nilai masing-masing komponen
(dalam angka) dan peringkat/status akreditasi sekolah yang dinyatakan dengan
huruf A (amat baik), B(baik), dan C (cukup). Sekolah yang nilainya kurang dari
C dinyatakan tidak terakreditasi dan tidak diberikan sertifikat. Sekolah yang
nilai akreditasinya kurang dari B tidak diperkenankan untuk melaksanakan
ujian nasional dan tidak berhak untuk mengeluarkan Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB) bagi para siswanya. Status akreditasi ini berlaku untuk kurun waktu 5

tahun sejak tanggal ditetapkan. Setelah kurun waktu 5 tahun sekolah harus
diakreditasi ulang.
Manfaat lain akreditasi sekolah adalah dalam hal jalur undangan
SNMPTN. Ketentuan terakhir bagi sekolah terakreditasi A (akselerasi) 100%
(semua siswa) berhak masuk jalur undangan, sedangkan terakditasi A
(RSBI/Unggulan) hanya 75% terbaik saja, Terakreditasi A ( Reguler) 50%
terbaik, Terakreditasi B (Reguler) 25% terbaik dan Terakreditasi C ( Reguler)
hanya 10% terbaik saja yang berhak masuk melalui jalur undangan. Dari calon

4

siswa yg masuk dlm ranking dan layak utk mendaftar dan ternyata ybs tdk
menggunakan haknya, posisi ybs TIDAK tergantikan alias harus dibiarkan
kosong. Oleh karenanya sekolah bermutu berlomba-lomba memperbaiki
peringkat akreditasi sekolahnya agar lulusannya bisa diterima banyak lewat
jalur SNMPTN di perguruan tinggi negeri.
Analisis SWOT
1) Kekuatan
.


Dengan adanya akreditasi akan lebih menambah persaingan dalam
peningkatan mutu pendidikan pada masing-masing lembaga pendidikan

.

Adanya sistem pendidikan yang menuntut adanya perbaikan pada masingmasing lembaga pendidikan baik dari segi sumber daya manusia maupun
pada sisi sarana dan prasarana serta kelengkapan administrasi.

.

Minat masyarakat terhadap lembaga pendidikan yang terakreditasi
semakin tinggi

2) Kelemahan
a. Biaya yang diperlukan dalam proses akreditasi relatif besar, sehingga
dirasa sangat memberatkan bagi lembaga pendidikan
b. Kurang luasnya lokasi lembaga pendidikan dan juga sarana dan prasarana
yang tidak memadai, baik dari segi gedung maupun buku kepustakaan
sebagai bahan ajar penunjang pembelajaran.
c. Banyaknya guru yang tidak siap untuk menerima kurikulum baru atau

banyak yang tidak menguasai dan masih terpengaruh oleh kurikulum lama.

5

d. Banyak lembaga pendidikan yang menyepelekan akreditasi sekolah dan
lebih menekankan untuk mendapatkan sertifikat tanpa memperhatikan
kualitas selanjutnya.
e. Sering adanya data-data fiktif dalam pengisian instrument akreditasi, data
yang digunakan
3) Peluang
a. Arus informasi yang semakin tak bendung merupakan konsekuensi dari
globalisasi yang merambat seluruh sector kehidupan termasuk juga
pendidikan.
b. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap hasil yang diperoleh dari
sistem pendidikan yang lulusan tidak berkompenten dan tidak siap kerja.
c. Masih berkembangnya paradigma bahwa lulusan dari sekolah yang
terakreditasi yang berkompenten.
d. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memberdayakannya diri dan
lingkungannya sebagai sarana dalam pendidikan


4) Tantangan
a. Semakin terbukanya pasar bebas yang menyebabkan arus emigrasi dan
imigrasi semakin besar sehingga mempengaruhi proses akreditasi
sekolah/madrasah
b. Banyaknya assessor yang meluluskan lembaga pendidikan dengan dalih
subyektifitas masing-masing assessor, sehingga dengan sangat mudahnya
Badan Akreditasi Sekolah ataupun Madrasah mengeluarkan sertifikat

6

kelulusan akreditasi dengan nilai yang sangat bagus tanpa memperhatikan
kualitas lembaga pendidikan tersebut.
c. Kultur birokrasi yang tidak transparan dalam penyelenggaraan prosedur
akreditasi
Akreditasi memiliki banyak manfaat dan tujuan untuk semua
kalangan. Baik bagi kepala sekolah, guru, masyarakat (orang tua peserta didik)
dan peserta didik.
a) Kepala Sekolah/Madrasah
Bagi kepala sekolah/madrasah, akreditasi dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kelayak sekolah/madrasah, meningkatkan kinerja warga

sekolah/madrasah, termasuk kinerja kepala sekolah/madrasah selama periode
kepemimpinannya serta menyusun program anggaran pendapatan dan belanja
sekolah/madrasah.
b) Guru
Untuk para guru, akreditasi dapat dijadikan suatu dorongan untuk melakukan
atau memberi pelayanan yang lebih baik untuk meningkatkan pengetahuan
peserta didiknya, guna meningkatkan atau setidaknya mempertahankan mutu
sekolah/madrasah yang dinaunginya.
c) Masyarakat (orang tua peserta didik)
Bagi kalangan masyarakat, khususnya para orang tua peserta didik, hasil
akreditasi dapat dijadikan suatu informasi yang paling baik mengenai
layananan pendidikan yang terdapat di sekolah/madrasah tersebut. Sehingga
para orang tua peserta didik dapat memilih dan mengambil keputusan
mengenai kebutuhan sekolah/madrasah atau dapat memilih sekolah/madrasah
yang tepat untuk anak-anak mereka.

7

d) Peserta didik
Secara tidak langsung, hasil akreditasi dapat meningkatkan rasa percaya diri

mereka karena mereka telah mendapatkan pendidikan yang layak selain itu
menumbuhkan semangat peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
mereka. Sertifikat sekolah/madrasah yang terakreditasi merupakan bukti jika
mereka telah mendapatkan pendidikan yang bermutu.

C. Penutup dan Saran
Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan maka penulis merumuskan
beberapa rekomendasi dan saran diantaranya :
1. Diperlukan sosialiasai peraturan menteri tentang standar isi, sehingga
sekolah-sekolah dapat siap untuk diakreditasi,
2. Sekolah perlu memperoleh perhatian dan perbaikan apalagi ini menyangkut
kinerja sekolah yaitu kinerja manajemen dan kinerja keuangan dan
transparansi manajemen keuangannya,
3. Supervisi kelas harus mendapat perhatian baik kualitas maupun
kuantitasnya karena ini merupakan bagian dari penjaminan mutu
pendidikan,

8

4. Sesuai dengan prinsip acuan dalam melaksanakan akreditasi sekolah, terkait

kemandirian, maka kewenangan akreditasi sekolah berada pada lembaga
eksternal dan independen di luar sekolah,
5. Evaluasi diri perlu disiapkan oleh sekolah dengan membentuk gugus
penjamin mutu internal dengan melakukan evaluasi diri berkelanjutan, tiap
semester. Kedudukannya di atas supervisi dan dikoordinasikan oleh Kepala
Sekolah,
6. Perlu dibangun jaringan komunikasi, untuk dapat saling berkomunikasi
dengan sekolah lain dan BAP-S/M.

DAFTAR RUJUKAN
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/07/22/sekilas-tentang-kebijakanakreditasi-sekolah/
www.depdiknas.htm
http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/19/01492560/Ratusan.Siswa.Terancam.T
idak.Bisa.Ikut.UN

9

http://www.lensaindonesia.com/2012/02/02/belum-terakreditasi-ratusan-sekolahdi-jatim-terancam-merger.html