SEJARAH SUMATERA UTARA DALAM REPELITA

USULAN UNTUK MELANJUTKAN PROGRAM
REPELITA IV DALAM MENSEJAHTERAHKAN
PROVINSI SUMATERA UTARA 2013-2018
KEPADA PASANGAN GUSMAN

2.

DAERAH

TINGKAT

I

SUMATERA

UTARA I. GAMBARAN UMUM
1. Keadaan daerah
Daerah Sumatera Utara yang luasnya 71.680 km2, secara
geografis terdiri dari daerah dataran rendah di pantai timur
yang luas dan subur, daerah pegunungan Bukit Barisan, dan
Pulau Nias. Secara administratif daerah ini terdiri dari 17

Daerah Tingkat II, ialah 11 kabupaten dan 6 kotamadya, 2 kota
administratif, 197 kecamatan dan 5.632 desa.
Menurut sensus jumlah penduduk sebanyak 6.621.831 jiwa
pada tahun 1971 dan sebanyak 8.360.894 jiwa pada tahun 1980.
Dengan demikian selama periode tersebut pertambahan penduduk
daerah ini adalah rata-rata 2,6% per tahun.
Dari Sensus Penduduk tahun 1980 terlihat bahwa kabupaten
yang terpadat penduduknya adalah Deli Serdang (205 jiwa per
km2) dan Simalungun (182 jiwa per km2), sedang yang rendah
kepadatan penduduknya adalah Tapanuli Tengah (45 jiwa per
km2) dan Tapanuli Utara (50 jiwa per km2).
Kota Medan merupakan pusat ekonomi sosial di daerah ini
dan pusat perdagangan bagi Sumatera bagian Utara. Perkembangan kota Medan yang amat pesat sejak Repelita I dimungkinkan
oleh daerah belakangnya yang luas dan subur, posisi geografis
yang menguntungkan, letaknya pada jalur pelayaran yang ramai,
dan karena kota tersebut mempunyai berbagai prasarana transportasi dan sarana komunikasi yang lengkap.

1

Kegiatan ekonomi terpenting di daerah ini adalah pertanian yang menghasilkan komoditi ekspor dan bahan pangan. Areal

perkebunan di daerah ini terdapat di daerah-daerah yang paling subur dan menghasilkan berbagai jenis komoditi ekspor
yaitu, karet, minyak sawit, coklat, tembakau, kopi, dan teh.
Luas areal perkebunan seluruhnya adalah 980.075 ha, dan terdiri dari perkebunan besar seluas 519.265 ha dan perkebunan
rakyat seluas 460.810 ha.
Ekspor hasil produksi perkebunan dilakukan melalui pelabuhan Belawan, Labuhan Bilik, dan Teluk Nibung. Potensi lainnya di Sumatera Utara yang masih dapat dikembangkan adalah
industri, dan pariwisata,. Pabrik aluminium di Kuala Tanjung
sudah berproduksi sejak Repelita III, dan di dalam Repelita
IV diharapkan akan tumbuh industri baru yang merupakan industri hilir yang memanfaatkan aluminium sebagai bahan baku.
Kegiatan pembangunan di berbagai bidang antara tahun 1975
dan 1980 telah memungkinkan daerah ini memberikan sumbangan
yang amat berarti dalam kegiatan ekonomi nasional. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) daerah ini, menurut harga konstan tahun 1975, meningkat dari Rp. 688,3 milyar dalam tahun
1975 menjadi Rp. 1.083,9 milyar dalam tahun 1980, yang berarti pertumbuhan PDRB adalah rata-rata sebesar 9,5% per tahun.
Ekspor dari produksi perkebunan daerah ini memberikan sumbangan sebesar 15% dari seluruh nilai ekspor non migas Indonesia.
Keadaan prasarana perhubungan dan telekomunikasi adalah
jauh lebih baik bila dibandingkan dengan keadaannya selama
Repelita II. Lapangan terbang Polonia sudah dapat didarati
pesawat Jumbo Jet (Boeing 747), dan kapasitas bongkar muat
2

pelabuhan Belawan jauh lebih besar dari kapasitasnya dalam

Repelita II. Sungai Asahan yang selama ini belum dimanfaatkan,

dalam

akhir

Repelita

III

telah

dapat

menghasilkan

tenaga listrik sebesar 600 MW. Hampir semua tenaga listrik
yang dihasilkan digunakan untuk peleburan alumina di Kuala
Tanjung, dan 50 MW dari tenaga tersebut dimanfaatkan untuk
pengembangan ekonomi masyarakat.

Berbagai investasi seperti Proyek Asahan, perkebunan (PIR
dan PRPTE) dan berbagai prasarana ekonomi selama Repelita III
akan memberikan hasil yang nyata dalam Repelita IV.
2. Masalah-masalah yang dihadapi
Sumatera Utara menghadapi berbagai masalah dalam memasuki
Repelita IV. Diantaranya yang paling menonjol adalah masalah
tata guna tanah. Dewasa ini areal hutan di Sumatera Utara
tinggal 28% dari luas propinsi. Karena lokasinya kurang tepat
maka fungsi hidroorologis dari hutan tidak berjalan baik, sehingga sering terjadi banjir pada musim hujan yang menimbulkan kerugian pada perkebunan, pertanian pangan, perkampungan
penduduk, dan menyebabkan pendangkalan sungai dan saluran
irigasi. Sungai yang sering mendatangkan banjir di daerah ini
antara lain adalah Sei Ular, Sei Wampu, Sei Bah Bolon, Sei
Tanjung, Sei Gabus, Sei Sipare-Pare, dan Sei Belawan.
Dewasa ini banyak areal hutan dengan kemiringan lebih dari 15 derajat digunakan oleh penduduk secara "liar" untuk keperluan pertanian dan tempat tinggal, bahkan banyak di antaranya dengan kemiringan lebih dari 40 derajat. Begitu juga di
beberapa tempat, daerah hutan lindung sudah berubah menjadi
daerah pertanian. Dewasa ini diperkirakan ada 41.000 KK pen3

duduk Sumatera Utara yang perlu dipindahkan, dan 33.000 KK
diantaranya dari daerah hutan.
Masalah lain yang menonjol di daerah ini dihadapi dalam

peningkatan produksi pangan. Areal persawahan yang luasnya
465.024 ha, kurang dari seperdua areal perkebunan pada umumnya kurang subur, sedang tanah yang paling subur sudah digunakan untuk perkebunan besar. Areal sawah yang sudah memiliki
jaringan irigasi baru 55% dan sisanya berupa sawah tadah
hujan. Perluasan areal sawah tidak mungkin lagi dilakukan
karena akan menimbulkan konflik penggunaan tanah dengan perkebunan atau dengan areal hutan yang sudah dirasa amat kurang. Sebegitu jauh, kekurangan bahan pangan di daerah ini
tidak lagi menjadi masalah, karena dapat ditutup dengan kelebihan produksi pangan di dua propinsi tetangga yaitu Daerah
Istimewa Aceh dan Sumatera Barat. Kondisi jalan darat sudah
amat baik dan hubungan lalu lintas kapal antara Sumatera Utara dengan kedua propinsi tetangga tersebut cukup baik untuk
menjamin kelancaran pengangkutan pangan.
Keadaan alam yang baik dan teknik budidaya pertanian sayur dan buah-buahan di dataran tinggi Karo belum menjamin peningkatan pendapatan petani karena kurang terjaminnya pemasaran, yaitu fluktuasi harga sayur di pasaran amat besar.
Usaha ekspor sayur ke Singapura dan Penang (Malaysia) dewasa
ini mendapat saingan dari sayur produksi Taiwan, RRC, bahkan
juga yang dari Eropa, padahal sebelum ini kebutuhan sayur
Singapura dan Penang sebagian besar dipenuhi dari daerah Karo.
Masalah lain dalam perkembangan daerah ini adalah pemerataan pembangunan. Daerah dataran sebelah timur yang subur dan
mempunyai potensi alam yang lebih banyak, berkembang jauh le4

bih cepat bila dibandingkan dengan daerah bagian barat, daerah bagian selatan, dan pulau Nias.
Masalah aparatur pemerintahan yang masih dirasakan adalah
kekurangan tenaga teknis di tingkat kabupaten/kotamadya.

II. ARAH DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1. Arah pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional.
Prioritas utama dalam pembangunan daerah dalam Repelita
IV adalah meningkatkan kelestarian alam untuk mengurangi masalah banjir yang selalu menimbulkan kerugian besar setiap
tahunnya dan untuk menjaga kesuburan tanah. Usaha ini sekaligus akan menjamin pengamanan investasi yang sudah banyak
dilakukan di daerah ini seperti proyek Asahan, perkebunan,
pertanian pangan, pelabuhan, pemukiman, dan berbagai prasarana ekonomi.
Untuk itu langkah pertama yang perlu diambil adalah penyusunan rencana penggunaan tanah seluruh daerah supaya ada
ketegasan tentang kawasan hutan dan daerah yang perlu dihutankan kembali, daerah perkebunan, lahan untuk tanaman pangan
dan lain-lain. Dengan rencana tata guna tanah yang lebih tegas, maka konflik penggunaan tanah, baik akibat perkembangan
kegiatan ekonomi maupun akibat pertambahan penduduk, dapat
dihindari. Untuk tahap pertama akan dipetakan rencana kawasan
hutan dan daerah yang akan dihutankan kembali, supaya dapat
dijadikan pegangan bagi usaha pemerintah dalam program penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaan reboisasi dan penghijauan
perlu diikuti dengan pemukiman kembali penduduk yang menempati kawasan hutan dan pengawasan yang ketat terhadap kawasan
hutan maupun daerah yang baru dihutankan kembali.
5

Dalam hal produksi, maka daerah ini akan berusaha memberikan kontribusi dalam memperoleh devisa, khususnya dari komoditi non migas. Sesuai dengan potensi yang ada dan investasi yang telah diadakan sejak Repelita I, maka perkebunan telah memberikan sumbangan yang besar dalam ekonomi daerah,
baik dilihat dari penyerapan tenaga kerja maupun dari jumlah

devisa yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perkebunan akan
mendapat prioritas utama dalam pembangunan daerah. Langkahlangkah yang akan diambil dalam bidang ini adalah peremajaan tanaman yang sudah tua, pembinaan perkebunan rakyat dengan penanaman bibit unggul, peningkatan budidaya perkebunan,
dan pengolahan produksinya. Walaupun areal perkebunan tidak
bisa diperluas, namun dengan cara-cara di atas, produksi dan
kualitas produksi perkebunan dapat ditingkatkan.
Di bidang pertanian pangan, pengembangannya akan dilaksanakan dengan mengingat batasan-batasan yang sudah diutarakan
di atas. Usaha peningkatan produksi pangan tidak bisa dilakukan dengan memperluas areal pertanian. Oleh karena itu, pembangunan irigasi hanya akan dilakukan pada tempat-tempat yang
sudah ada sawahnya. Di samping itu pembangunan irigasi yang
sudah dirintis sejak Repelita yang lalu akan diselesaikan,
seperti

irigasi

Batang

Gadis,

Namu

Sira-Sira


dan

Batang

Ilung. Untuk meningkatkan budidaya pertanian pangan, akan
ditingkatkan usaha penyuluhan.
Guna menciptakan lapangan kerja baru di luar pertanian
dan meningkatkan nilai tambah produksi pertanian, akan ditingkatkan pengembangan industri, khususnya agro industri.
Demikian

juga akan

ditingkatkan jenis

industri lain

yang

menggunakan bahan baku dari daerah ini atau yang mempunyai

pemasaran di daerah ini dan di propinsi tetangga. Juga akan
6

dikembangkan jenis

industri yang

mengolah bahan

aluminium

yang sudah diproduksi di Kuala Tanjung.
Sektor lainnya yang mendapat prioritas untuk dikembangkan
adalah pariwisata. Daerah-daerah dan objek pariwisata yang
perlu dikembangkan adalah daerah Danau Toba dan sekitarnya,
dataran Tinggi Karo, Pulau Nias, Pantai Barat Tapanuli Tengah,
dan istana di Kota Pinang.
Untuk menunjang sektor-sektor kegiatan ekonomi di atas,
perlu dikembangkan prasarana perhubungan dan telekomunikasi
seperti pelabuhan laut dan dermaga penyeberangan, pelabuhan

udara, jalan raya, pos dan telekomunikasi.
Dalam Repelita IV daerah Sumatera Utara diperkirakan akan
berkembang dengan laju pertambahan rata-rata 6% setahun.
2. Kebijaksanaan pembangunan daerah
Untuk lebih memudahkan penanganan kegiatan pembangunan di
tingkat daerah, dan untuk lebih menyesuaikan kegiatan pembangunan dengan potensi dan permasalahan yang dihadapi di masing-masing bagian daerah, maka dalam Repelita IV, daerah Sumatera Utara dibagi menjadi 4 wilayah pembangunan yaitu:
Wilayah Pembangunan I yang meliputi Kabupaten Tapanuli Tengah, Kotamadya Sibolga, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Kepulauan

Nias dengan

pusat pembangunannya

Sibolga.

Potensi yang mendapat prioritas untuk dikembangkan di wilayah
ini adalah perkebunan rakyat, pertanian pangan, perikanan,
pariwisata dan peternakan.
Wilayah Pembangunan II yang meliputi kabupaten-kabupaten
Karo, Dairi, Simalungun, dan Tapanuli Utara, dengan pusat pembangunannya Pematang Siantar. Potensi utama yang bisa dikem7


bangkan dalam wilayah ini adalah perkebunan besar, perkebunan
rakyat, pariwisata dan industri kerajinan.
Wilayah Pembangunan III yang meliputi daerah pantai Timur
bagian utara yaitu daerah Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli
Serdang, Kotamadya Medan, Kotamadya Binjai, dan Kotamadya Tebing Tinggi, dengan pusat pembangunannya Medan. Potensi yang
akan dikembangkan antara lain perkebunan, industri, perdagangan, tanaman pangan, dan pertambangan.
Wilayah Pembangunan IV yang meliputi pantai timur bagian
selatan, yaitu daerah Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Bate, dan Kotamadya Tanjung Balai, dengan pusat pembangunannya
Kisaran. Potensi yang akan dikembangkan antara lain perkebunan besar, tanaman pangan, perikanan, dan industri.
Dibanding dengan Wilayah Pembangunan III dan IV, maka Wilayah Pembangunan I dan II relatif ketinggalan dan mempunyai
prasarana ekonomi yang belum memadai.
Mengingat peranan kota Medan amat penting dalam pembangunan ekonomi daerah Sumatera Bagian utara, dan peranan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan ekspor utama di Indonesia,
maka penanganan pembangunan kota ini akan lebih ditingkatkan.
Penataan pembangunan kota ini tidak hanya terbatas pada wilayah administrasinya saja, melainkan juga meliputi daerah-daerah sekitarnya yang potensial untuk dikembangkan.
Perencanaan Medan Raya akan dikaitkan dengan rencana pembangunan jalan tol Belawan - Tanjung Merawa, perluasan pelabuhan Belawan, kegiatan usaha perkapalan, dan jaringan drainase yang sedang dilaksanakan.

8

III. KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN SELAMA REPELITA IV
Pembangunan di bidang pertanian terutama tanaman pangan
akan dilanjutkan melalui intensifikasi dan rehabilitasi areal
pertanian pangan. Intensifikasi melalui tanaman padi, palawija dan sayuran. Untuk menunjang usaha intensifikasi akan dilanjutkan kegiatan penyuluhan dan Bimas, perbenihan, perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit pada lahan yang sudah mempunyai prasarana Irigasi Sederhana di daerah kabupaten
Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Labuhan
Batu, Asahan, Simalungun, Karo, Deli Serdang, Langkat, lahan
Irigasi Sedang Kecil di daerah kabupaten Nias, Labuhan Batu,
Dairi, Deli Serdang dan lahan Rawa Sederhana di daerah kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Labuhan Batu, Asahan, Langkat. Di samping itu akan dilanjutkan usaha diversifikasi tanaman dan pemanfaatan pekarangan untuk tanaman bernilai gizi tinggi.
Pembangunan

peternakan

akan

dilaksanakan

melalui

usaha

pokok intensifikasi dan diversifikasi peternakan sapi, kerbau, sapi perah, kambing, dan aneka ternak. Usaha ini akan
didorong melalui pengamanan ternak, pembinaan makanan ternak,
penyediaan bibit unggul dan penyuluhan. Di samping itu akan
diusahakan pengembangan ternak sapi, kerbau dan kambing di
beberapa kabupaten. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan pusat pembibitan ternak sapi dan pengembangan hijauan makanan
ternak di Siborong-borong, penyidikan penyakit hewan dan pembinaan karantina hewan di Medan dan akan dibangun sub centra
inseminasi buatan di Pematang Siantar.
Di

bidang

perikanan

akan

dilanjutkan

pengembangan

dan

pembinaan usaha perikanan laut, perikanan di tambak maupun
9

perikanan air tawar serta budidaya laut dan perairan umum.
Penyuluhan, latihan ketrampilan dan pembinaan akan ditingkatkan di samping pengadaan prasarana perikanan dan pengembangan
teknik produksi. Demikian pula akan dikembangkan pembangunan
Balai Benih Ikan di Krasaan dan Ambarita, penyempurnaan pelabuhan perikanan di Tello, Belawan dan Sibolga serta pengadaan
kolam-kolam percontohan.
Dalam rangka peningkatan produksi perkebunan, akan dilaksanakan melalui usaha-usaha pokok peremajaan/perluasan tanaman karet, kelapa, kelapa sawit, coklat, cengkeh, tebu, cassiavera yang akan mencakup areal 132.968 ha, serta intensifikasi dan rehabilitasi tanaman kelapa, kopi, cengkeh, tebu,
tembakau seluas 138.426 ha. Selain usaha peningkatan produksi, juga akan diikuti dengan usaha peningkatan mutu serta
perbaikan tata niaga dengan pengikutsertaan PNP/PTP, Perkebunan Besar dan lembaga swasta lainnya dengan meningkatkan
peranserta Koperasi. Pelaksanaannya akan dilakukan dengan pola UPP, pola PIR dan secara parsial. Di samping itu akan diusahakan pengembangan tanaman yang potensial non tradisional
seperti linum, abaca, kenaf, melinjo, jarak, tanaman obatobatan dan lain-lain.
Untuk menunjang peningkatan produksi pertanian terutama
tanaman pangan akan dilanjutkan pembangunan dan rehabilitasi
irigasi antara lain irigasi Simalungun, Namu Sira-Sira, Batang Ilung dan irigasi sedang kecil dan sedang lainnya yang
tersebar, serta pengembangan daerah rawa untuk menunjang perluasan lahan pertanian. Juga akan dilaksanakan perbaikan dan
pengamanan sungai dalam rangka mencegah bencana banjir, antara lain sungai Ular, Bah Bolon dan sungai-sungai lainnya.
10

Bidang perindustrian akan dilanjutkan pembangunan serta
pengembangannya. Pembinaan dan pembangunan industri secara
keseluruhan akan dilaksanakan dengan memperhatikan prioritas
dan ciri-ciri tiap kelompok industri, namun akan diarahkan
pada suatu pola industri yang terpadu dan serasi.
Pengembangan di bidang industri permesinan dan logam antara lain akan diarahkan kepada industri yang membuat mesinmesin/pelatan pertanian, industri yang menghasilkan alat-alat
barang-barang dari aluminium dan industri yang menghasilkan
bahan bangunan/konstruksi seperti besi beton, seng, kawat,
dan sebagainya.
Kegiatan bimbingan dan pengembangan industri kecil khususnya golongan ekonomi lemah akan ditingkatkan. Untuk memenuhi tenaga trampil dan manajemen di bidang industri akan ditingkatkan pendidikan keahlian/kejuruan industri. Kecuali itu
penelitian industri akan ditingkatkan.
Di

bidang

industri

yang

mengolah

hasil

dari

sektor

pertanian, maka sesuai dengan pengembangan perkebunan kelapa
sawit akan dikembangkan industri minyak goreng kelapa sawit.
Kecuali itu akan dibangun industri pengalengan ikan, buahbuahan dan sayur-sayuran.
Di bidang pertambangan akan dilanjutkan inventarisasi,
pemetaan dan eksplorasi sumber-sumber mineral, termasuk penelitian endapan-endapan bahan galian dan pengolahan berbagai
macam bahan galian. Di samping itu juga akan diberikan bimbingan teknis pertambangan bagi usaha pertambangan swasta nasional, pertambangan rakyat dan koperasi pertambangan serta
akan dilaksanakan kegiatan pengawasan/penertiban usaha pertambangan.
11

Di bidang tenaga listrik akan diselesaikan pembangunan
pusat listrik tenaga uap (PLTU) Belawan Unit I dan II (2 x 65
MW). Selain itu juga akan dibangun sejumlah pusat listrik tenaga diesel (PLTD) yang tersebar, serta sejumlah pusat listrik tenaga mikrohidro (PLTM) guna menunjang program listrik
masuk desa. Dalam pada itu akan dilanjutkan pula proses pembangunan pusat listrik tenaga air (PLTA) Asahan Unit I dan
III, yang masih dalam tahap disain.
Di bidang perhubungan laut akan dikembangkan fasilitas
pelabuhan seperti dermaga, yaitu untuk pelabuhan-pelabuhan
Belawan, Sobolga dan Kuala Tanjung. Khususnya untuk pelabuhan
Belawan akan ditingkatkan juga gudang, dermaga peti kemas,
dan lapangan penumpukan. Di samping itu akan dibangun pelabuhan Gunung Sitoli (Nias).
Di bidang perhubungan darat akan ditingkatkan pemasangan
rambu jalan, marka jalan, pagar pengamanan jalan serta fasilitas perhubungan darat lainnya. Selain itu juga akan ditingkatkan pemasangan rambu sungai, fasilitas angkutan sungai
lainnya, sedangkan dermaga danau akan dibangun di Pangururan,
Tomok, Muara, Nainggolan dan Ajibata. Selanjutnya di bidang
kereta api akan ditingkatkan rel kereta api Medan - Belawan
dan Rantau Prapat - Medan serta penambahan gerbong dan lokomotif .
Di bidang pos dan telekomunikasi akan dikembangkan jasa
pos dan giro serta telekomunikasi antara lain akan dibangun
kantor pos dan kantor pos pembantu, bis surat, serta perluasan sambungan telepon. Di samping itu di bidang meteorologi
dan geofisika akan ditingkatkan dan dibangun stasion meteorologi dan geofisika.
12

Di bidang pariwisata akan diusahakan untuk meningkatkan
arus wisatawan, peningkatan penerimaan devisa, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Di bidang jalan akan dilaksanakan peningkatan jalan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan serta penunjangan jalan.
Peningkatan jalan akan dilaksanakan antara lain pada ruas-ruas jalan Binjai - Medan, Medan - Lubuk Pakam, Lubuk Pakam Perbaungan, Perbaungan - Sei Rampah, Sei Rampah - Tebing
Tinggi, Lubuk Pakam - Tanah Abang, Perdagangan - Pematang
Siantar, Pematang Siantar - Kisaran, Tanah Abang - Tebing
Tinggi, Kota Birang - Tergamba, Sibolga - Padang Sidempuan,
Rantau Prapat - Wingfoot, Wingfoot - Tolan, Sidikalang - Kabanjahe - Batas propinsi Aceh, Batas propinsi Aceh - Medan Kabanjahe, Binjai - Perdagangan, dan Medan - Tebing Tinggi Rantau Prapat, sedangkan pembangunan jalan akan dilaksanakan
pada ruas jalan Belawan - Medan - Tanjung Morawa dan jalan
lingkar Medan.
Dalam rangka peningkatan kegiatan perdagangan akan dilaksanakan melalui penyempurnaan sistem administrasi termasuk
penyempurnaan perundang-undangan dan peraturannya, penyederhanaan sistem perizinan, pengembangan bonded warehouse serta
usaha-usaha penyempurnaan lembaga perdagangan dan pemasaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran hasil-hasil produksi. Demikian
pula akan dilanjutkan usaha-usaha perluasan pasaran barangbarang produksi dalam negeri melalui pameran-pameran dagang
dan

penyebarluasan

informasi

pasar,

perlindungan

konsumen

serta peningkatan dan pengembangan peranan pedagang golongan
ekonomi lemah melalui penataran, penyuluhan dan pusat-pusat
pembinaan/pelayanan pengusaha golongan ekonomi lemah. Usaha13

usaha untuk meningkatkan ekspor non migas akan terus dilanjutkan dalam rangka pengembangan perdagangan luar negeri melalui penggarapan komoditi potensial, peningkatan koordinasi
yang lebih terpadu antar instansi dan penyuluhan eksportir
serta pengendalian impor.
Dalam bidang perkoperasian, upaya peningkatan kemampuan
organisasi, tata laksana, dan usaha akan dilanjutkan. Upaya
peningkatan itu tetap akan diprioritaskan pada koperasi primer, khususnya koperasi unit desa (KUD) yang melaksanakan
usaha dalam bidang pertanian pangan, peternakan rakyat, perikanan rakyat, perkebunan rakyat, kerajinan rakyat, industri
kecil, perkreditan/simpan pinjam, kelistrikan desa, jasa angkutan pedesaan, dan berbagai jenis komoditi ekspor yang diproduksi masyarakat pedesaan Sumatera Utara. Lain dari pada
itu, mutu dan intensitas pelayanan Koperasi kepada anggotanya
juga akan ditingkatkan.
Untuk mendukung upaya peningkatan di atas, akan diusahakan adanya penyempurnaan dalam metoda, materi dan penyelenggaraan pendidikan, penataran dalam latihan ketrampilan pengurus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan koperasi serta
penyempurnaan cara pemberian bantuan tenaga manajemen yang
terdidik/terlatih kepada KUD yang dianggap masih memerlukan
bantuan yang dimaksud. Untuk menciptakan iklim masyarakat
yang mendukung pengembangan kehidupan koperasi yang sehat,
penerangan dan penyuluhan perkoperasian akan dilanjutkan dan
ditingkatkan.
Untuk membantu golongan ekonomi lemah maka usaha-usaha
yang telah dilaksanakan dalam Repelita III, seperti bimbingan, latihan ketrampilan untuk meningkatkan mutu, penyediaan
14

fasilitas pasar dan bantuan modal (kredit candak kulak dan
sebagainya) akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, sedangkan potensi pengusaha kecil akan terus dikembangkan antara
lain melalui program KIK dan KMKP.
Di bidang tenaga kerja dilanjutkan kegiatan latihan, dan
ketrampilan serta kewiraswastaan di lembaga-lembaga latihan
yang ada baik milik pemerintah, maupun lembaga latihan swasta
dan perusahaan. Kegiatan latihan disesuaikan dengan kebutuhan
pasar kerja dan kesempatan kerja daerah setempat. Selain itu
lebih ditingkatkan perencanaan tenaga kerja yang menyeluruh,
terkoordinasi dan terpadu mencakup semua sektor pembangunan
pemerintah dan swasta baik di Daerah Tingkat I, maupun di
Daerah Tingkat II. Penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja
muda terdidik ke daerah pedesaan sebagai Tenaga Kerja Sukarela Pelopor Pembaharuan dan Pembangunan terus dilanjutkan dan
disempurnakan.
Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB) yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kekurangan lapangan kerja dilaksanakan di
kecamatan-kecamatan padat penduduk dan miskin baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wilayah
yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi yang
menurun. Sejauh mungkin pelaksanaan kegiatan PKGB dipadukan
dengan pembangunan wilayah kecamatan UDKP.
Selama Repelita IV pelaksanaan transmigrasi dalam rangka
penyebaran penduduk dan pembukaan areal pertanian baru akan
dilanjutkan. Diperkirakan selama Repelita IV akan dilaksanakan penyiapan lahan seluas ± 8.531 ha atau penempatan sekitar
± 5.687 kepala keluarga penduduk di daerah pemukiman transmigrasi yang terdiri dari transmigran umum, transmigran swa15

karsa dan pemukiman kembali.
Di bidang agama akan dilanjutkan berbagai kegiatan yang
pada dasarnya merupakan kegiatan penunjang bagi usaha-usaha
pembinaan kehidupan beragama. Dalam Repelita IV direncanakan
antara lain penyediaan kitab suci berbagai agama, pemberian
bantuan kepada masyarakat untuk pembangunan/rehabilitasi 1.250
tempat ibadah berbagai agama dan pembangunan 75 balai nikah
dan penasehat perkawinan, serta perluasan sejumlah balai sidang pengadilan agama dan kantor-kantor urusan agama tingkat
kecamatan, kabupaten/kotamadya dan wilayah.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama, akan ditingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidikan
pada madrasah ibtidaiyah negeri, madrasah tsanawiyah negeri
dan madrasah aliyah negeri serta pendidikan guru agama negeri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (termasuk madrasah ibtidaiyah swasta)/penambahan ruang kelas, penyediaan antara lain alat peraga, buku pelajaran dan buku
perpustakaan serta penataran guru berbagai bidang studi.
Selanjutnya, IAIN Sumatera Utara akan terus ditingkatkan
sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Sementara itu penerangan dan bimbingan hidup beragama akan terus ditingkatkan,
terutama bagi masyarakat-masyarakat khusus.
Di bidang hukum akan dilanjutkan berbagai kegiatan yang
pada dasarnya merupakan kegiatan penunjang bagi usaha-usaha
pembinaan peradilan dan penegakan hukum, pembinaan pemasyarakatan serta pembinaan keimigrasian. Kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan antara lain adalah : perluasan/rehabilitasi
sejumlah pengadilan negeri dan pembangunan sejumlah tempat
sidang di kota-kota kecil. Sementara itu akan dilanjutkan
16

pembangunan 2 lembaga pemasyarakatan, pembangunan 4 rumah tahanan negara (RUTAN), pembangunan sejumlah rumah penitipan
benda-benda sitaan negara (RUPBASAN), perubahan sejumlah lembaga pemasyarakatan menjadi RUTAN, pembangunan 1 balai bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak (BISPA) serta 2
kantor imigrasi, dan 2 asrama tahanan imigrasi. Di samping
itu akan dibangun pula 3 kantor kejaksaan negeri di Kabupaten
Langkat, Simalungun dan Tapanuli Tengah serta rehabilitasi/
perluasan sejumlah kantor kejaksaan negeri.
Dalam rangka pengembangan jurisprudensi, termasuk hukum
adat, akan lebih ditingkatkan kerjasama dengan Universitas
Sumatera Utara. Demikian pula dalam meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat, termasuk generasi mudanya, akan ditingkatkan kegiatan penyuluhan hukum. Sementara itu dalam memberikan
kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum, penyelenggaraan pemberian bantuan hukum bagi anggota masyarakat
terutama bagi mereka yang kurang mampu akan lebih dimantapkan. Dalam rangka penegakan hukum akan ditingkatkan pelaksanaan operasi yustisi.
Dalam rangka peningkatan daya tampung di bidang pendidikan untuk tingkat sekolah dasar akan dibangun tambahan sekitar
4.390 ruang kelas baru, perbaikan sekitar 6.870 gedung sekolah dasar dan TK serta SLB yang telah ada. Pada tingkat SMTP,
untuk SMP akan dibangun sekitar 200 unit sekolah baru, penambahan sekitar 2.844 ruang kelas baru, rehabilitasi 108 sekolah, serta pembangunan sejumlah SMTP Kejuruan dan Teknologi.
Pada tingkat SMTA akan dibangun sekitar 46 unit SMA baru, 3
STM dan 1 SMT Pertanian, 2 SMEA, 1 SGO, penambahan 700 ruang
kelas baru untuk SMA dan pengembangan 13 SPG, serta rehabili17

tasi 38 gedung SMA, sekolah kejuruan dan teknologi negeri, 4
SGO serta 7 sekolah kejuruan dan teknologi swasta. Untuk pelaksanaan dan pemantapan wajib belajar akan dibangun kantor
pengelolaan pembinaan pendidikan dasar pada 50 kecamatan.
Untuk meningkatkan mutu pada TK, SLB, SD, SMTP, dan SMTA,
akan disediakan buku-buku pelajaran serta alat-alat. Di samping itu akan diadakan penataran guru, kepala sekolah, dan
pembina. Khusus pada tingkat SMTP dan SMTA akan dibangun 178
ruang laboratorium ilmu-ilmu alam untuk SMP, dan 30 ruang untuk SMA, ruang ketrampilan 254 ruang untuk SMP, dan 33 ruang
untuk SMA. Dalam hal ini, penelusuran bakat dan kemampuan
siswa akan terus ditingkatkan.
Di dalam peningkatan pendidikan tinggi, Universitas Sumatera Utara akan ditingkatkan terutama di bidang pertanian dan
perkebunan, dan akan dikembangkan politeknik bidang teknologi, manajemen dan tata niaga, sedangkan IKIP Medan diarahkan
untuk penyediaan tenaga guru. Di samping itu pembinaan terhadap perguruan tinggi swasta akan ditingkatkan.
Di bidang kebudayaan akan terus ditingkatkan antara lain
dalam bidang kepurbakalaan, kesejarahan dan permuseuman. Di
samping itu pengembangan kesenian meliputi kegiatan pembinaan,

pemeliharaan,

penyebarluasan

dan

pemanfaatan

kesenian

daerah termasuk kesenian daerah yang hampir punah, dan fungsionalisasi taman budaya, sedangkan pengembangan bahasa dan
sastra melalui kegiatan pembinaan bahasa daerah dan pembinaan
pengembangan bahasa Indonesia. Kecuali itu akan dikembangkan
perbukuan dan perpustakaan, inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan daerah, penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan
daerah, penerbitan dan penyebaran hasil penelitian.
18

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 33 Puskesmas dan
100 Puskesmas Pembantu terutama di daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi dan daerah terpencil serta pengadaan 5 buah Puskesmas dengan rawat tinggal. Untuk meningkatkan
pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat akan ditingkatkan pula penyuluhan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Selain itu akan ditingkatkan berbagai
kegiatan yang ditujukan terutama kepada kelompok ibu dan anak
serta usaha kesehatan sekolah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, akan
diusahakan melanjutkan pembangunan RSUP Medan, peningkatan 1
buah rumah sakit klas C menjadi klas C+, peningkatan 4 buah
rumah sakit klas D menjadi klas C, peningkatan 7 buah rumah
sakit klas D menjadi klas D+ dan peningkatan rumah sakit umum
lainnya yang telah ada serta pelayanan kesehatan jiwa terutama melalui pelayanan rawat jalan dan peningkatan pelayanan
laboratorium kesehatan.
Untuk menjamin tercapainya sistem pengadaan dan distribusi obat pada unit-unit pelayanan kesehatan akan dibangun 6
buah sarana penyimpanan obat, alat dan perbekalan kesehatan
tingkat Kabupaten/Kotamadya.
Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta peningkatan pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat
kesehatan dan bahan berbahaya. Selain itu juga dilakukan peningkatan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggulangan keku19

rangan vitamin A dan anemia gizi besi serta pencegahan gondok endemik. Di samping itu dilakukan usaha untuk memudahkan
memperoleh air bersih, dan akan ditingkatkan pula usaha kesehatan lingkungan. Dalam rangka meningkatkan pembangunan sarana air bersih, terutama untuk penduduk pedesaan, akan dibangun 50 buah penampungan air dengan perpipaan, 13 buah sumur
artesis, 50 buah perlindungan mata air, 1.550 buah penampungan air hujan, 24.491 buah sumur pompa tangan dangkal dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis lainnya.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan, khususnya paramedik akan dilakukan peningkatan jumlah lulusan melalui
klas paralel di samping pendidikan pekarya kesehatan. Sejalan
dengan itu dilakukan peningkatan sarana pendidikan yang ada,
dan dilakukan pembangunan baru berbagai sekolah/akademi kesehatan sesuai keperluan.
Usaha di bidang kesejahteraan sosial ditujukan untuk antara

lain

memberikan

pelayanan

kepada

orang-orang

lanjut

usia, anak terlantar, para penderita cacat, fakir miskin,
tuna sosial, anak nakal dan korban narkotika. Di samping itu
akan diusahakan peningkatan pembinaan organisasi dan yayasanyayasan sosial yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
Untuk menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang
kesejahteraan sosial di daerah pedesaan dikembangkan dan dibina tenaga-tenaga PSM (pekerja sosial masyarakat). Peranan
dan fungsi wanita di berbagai kegiatan sosial akan lebih digairahkan, sedangkan pembinaan karang taruna akan ditingkatkan dan kegiatannya akan dipadukan dengan program pembinaan
generasi muda serta di samping itu karang taruna baru akan
20

dibentuk bagi yang belum memiliki.
Di bidang perumahan rakyat, maka dalam usaha mencukupi
kebutuhan perumahan akan dilaksanakan pembangunan rumah sederhana dan rumah inti serta perbaikan lingkungan perumahan
antara lain di kota-kota Medan, Pematang Siantar, Padangsidempuan, Sibolga dan Tebingtinggi. Sementara dalam rangka perintisan pemugaran perumahan desa akan dilakukan pada kurang
lebih 200 desa di Kabupaten-kabupaten Tapanuli Utara, Dairi
dan Tapanuli Tengah.
Kegiatan dalam program air bersih ditekankan pada penyelesaian kegiatan-kegiatan yang telah dimulai dalam Repelita
III serta perluasan dan peningkatan air bersih antara lain di
kota-kota Medan, Pematang Siantar dan Padang Sidempuan serta
penanganan air bersih pada beberapa IKK (Ibukota Kecamatan).
Penanganan drainase kota dan persampahan dalam rangka penyehatan lingkungan perumahan kota akan dilaksanakan antara
lain di kota-kota Medan, Sibolga dan Pematang Siantar.
Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan meningkatan

kesejahteraan

berencana
kurang

keluarga,

dilanjutkan.

lebih

1.046.000

kegiatan

Diharapkan
peserta

dapat

baru

dan

program

keluarga

dicapai

sejumlah

sekitar

807.000

peserta lestari. Di samping itu dilanjutkan pembinaan untuk
menjaga kelangsungan peserta program keluarga berencana yang
sudah ada.
Di bidang penerangan akan dilanjutkan tugas-tugas penerangan operasional antara lain melalui sarasehan dengan memanfaatkan Puspenmas sebagai pusat pelayanan informasi, pameran, kegiatan sosio-drama dan pertunjukan tradisional yang
21

komunikatif. Untuk meningkatkan penyebaran arus informasi ke

pedesaan, kegiatan koran masuk desa dilanjutkan dengan mengikut sertakan secara aktif peranan pers daerah setempat. Dalam
pada itu akan dilaksanakan rehabilitasi/pembangunan stasiun
RRI dan peningkatan siarannya di samping peningkatan stasiun
pemancar TV.
Di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup
serta

guna

mempertahankan

keseimbangan

ekologi,

terutama

dalam rangka rehabilitasi tanah kritis, akan dilanjutkan kegiatan penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaannya akan diutamakan pada daerah-daerah kritis terutama pada DAS Wampu/Ular,
DAS Asahan/Barumun, dan DAS Batang Toru/Batang Gadis. Demikian
pula pencegahan pencemaran lingkungan, baik di desa maupun di
perkotaan, pembinaan suaka alam dan hutan-hutan lindung, akan
dilanjutkan.
Dalam rangka mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara sektoral dalam berbagai program, baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun yang dilakukan masyarakat, penyusunan rencana tata
ruang kota dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana kota dan rencana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan
hingga dapat dipergunakan secara efektif baik sebagai pedoman
pelaksanaan pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan
tertib tata ruang kota dan tata ruang wilayah. Prioritas akan
diberikan kepada kota-kota pusat pengembangan dan wilayah-wilayah yang berkembang dengan cepat.
Untuk mengusahakan keserasian dan pemerataan pembangunan
di seluruh daerah, maka pembangunan sektoral ditunjang dengan
program-program bantuan kepada daerah. Program-program dimak-

22

sud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan

Pembangunan

Kesehatan,

Sekolah

Bantuan

Dasar,

Pembangunan

Bantuan

Pembangunan

Reboisasi

dan

Sarana

Penghijauan,

Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten dan Bantuan Kredit Pembangunan/Pemugaran Pasar.

23

TABEL
LUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I SUMATERA UTARA,
TAHUN 1980
No. Kabupaten/Kotamadya

Luas Wilayah
(km2)

1. Kab. N i a s
2. Kab. Tapanuli Selatan

5.554
16.643

3. Kab. Tapanuli Tengah

Jumlah
Kecamatan

Jumlah
Desa

Jumlah
Penduduk
(1980)

Kepadatan
Penduduk per
km2 (1980)

13
20

657
1.608

468.375
757.159

84
45

2.300

4

180

167.161

73

13.404
6.825'

27
12

871
193

682.437
547.171

50
80

6. Kab. A s a h a n

4.625

216

775.656
759.024

167

4.150

17
17

220

7. Kab. Simalungun
8. Kab. D a i r i

3.442

8

157

241.785

70

9. Kab. K a r o
10. Kab. Deli Serdang

2.126
6.086

10

274

219.204

103

30

841

1.241.190

205

11. Kab. Lang k a t
12. Kab. Sibolga

6.184
11

15
3

219
11

702.059
59.897

4. Kab. Tapanuli Utara
5. Kab. Labuhan Batu

13. Kab. Tanjung Balai
14. Kab. Pematang Siantar
15. Kab. Tebing Tinggi
16. Kodya M e d a n
17. Kab. Bin j a i
DAERAH TINGKAT I:

24

182

113

2

-

4

41.894

5.445
20.947

12
31

4
3

29
17

150.376
92.087

12.531
2.971

265

11

116

1.378.955

5.204

20

3

19

76.464

3.828

71.680

197

5.632

8.360.894

117

PROPINSI SUMATERA UTARA

l

25