KESELAMATAN DALAM BERKENDARA KAJIAN TERK
KESELAMATAN DALAM BERKENDARA:
KAJIAN TERKAIT DENGAN USIA DAN
JENIS KELAMIN PADA PENGENDARA
Handrix Chris Haryanto
handrix.haryanto@paramadina.ac.id
Program Studi Psikologi, Universitas Paramadina Jakarta
Abstrak: Jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah kendaraan ini ternyata juga didapati jumlah kecelakaan yang cukup tinggi di jalan
raya. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan di jalan diantaranya adalah
perilaku berkendara yang tidak memperhatikan keselamatan. Tujuan penulisan artikel
ini adalah untuk menelaah bagaimana factor usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi
perilaku keselamatan dalam berkendara. Pembahasan dalam artikel ini akan diawali dengan
gambaran keselamatan berkendara yang erat kaitannya dengan munculnya kecelakaan di
jalanan serta gambaran bagaimana faktor usia dan jenis kelamin terkait dengan keselamatan
dalam berkendara.
Kata kunci: Keselamatan berkendara, kecelakaan dalam berkendara, usia, jenis kelamin
Abstract: The amount of motor vehicle has increased every year. An increase the amount of
vehicles, it is also found high number of accidents on the highway. Many factors can be the
cause of road accidents include driving behavior will not pay attention to safety. The purpose
of writing this article directed to provide an overview of the factors that influence the
behavior of safety driving, especially related to age and sex. The discussion in this article will
begin with an overview of safety driving are closely related to the rise of road accidents and
an overview of the age and gender-related safety driving.
Keywords: Safety driving, driving accident, age, sex
Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik
PENDAHULUAN
K
eberadaan
merupakan
transportasi
yang
mencapai 104,211 juta unit pada tahun
sangat penting saat ini bagi
2013 (Kurniawan, 2014). Jumlah ini
masyarakat.
kebutuhan
Indonesia jumlah kendaraan di Indonesia
Pentingnya
transportasi
meningkat 11% dari tahun 2012 yang
tidak terlepas akan kebutuhan mobilitas
mencapai 94,299 juta unit. Menurut
yang harus dilakukan oleh masyarakat.
Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian
Dalam hal ini kebutuhan akan mobilitas
Negara Republik Indonesia, sumbangan
yang tinggi erat kaitannya dengan daerah
terbesar adalah peningkatan sepeda
perkotaan (Munawar dalam Haryanto,
motor dengan jumlah 86,253 juta unit
2011). Kebutuhan akan transportasi yang
yang meningkat dari jumlah 77,755
tinggi ini terlihat dengan meningkatnya
juta unit pada tahun 2012. Sumbangan
jumlah kendaraan bermotor yang ada
terbesar kedua adalah mobil penumpang
hingga saat ini. Menurut data Korps
dengan 10,54 juta unit dari jumlah 9,524
92
93
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
juta unit pada tahun sebelumnya. Untuk
Lebih lanjut, keselamatan dalam
mobil barang (truk, pick up, dan lainnya)
berkendara dalam hal ini merupakan
tercatat 5,156 juta unit naik 9 persen dari
salah satu fokus penting yang perlu dikaji
4,72 juta unit. Untuk kendaraan khusus
terkait dengan perilaku berkendara di
naik 6% dari 280.372 unit menjadi
masyarakat saat ini. Keselamatan dalam
297.656 unit. Untuk bus mengalami
berkendara dalam hal ini diarahkan pada
kenaikan 1% menjadi 1,962 juta unit dari
upaya untuk menghindari terjadinya
sebelumnya 1,945 juta unit.
kecelakaan di jalanan (Fuller, 2005).
Peningkatan
akan
jumlah
Berkaitan
dengan
keselamatan
dan
kendaraan saat ini tidak dipungkiri
kecelakaan di jalan raya, beberapa kajian
erat
keberadaan
mengenai hubungan antara kedua hal
angka kecelakaan yang terjadi. Angka
tersebut sedikit banyaknya telah dilakukan
kecelakaan yang terjadi pada transportasi
pengujiannya secara empiris. Kalaˇsov´a
kaitannya
darat
masih
dengan
menjadi
permasalahan
yang serius hingga saat ini, khususnya di
dan Krchov´a (2011) dalam penelitiannya
memberikan gambaran bahwa penekanan
Indonesia. Amanda (2014) melaporkan
pada keselamatan dalam berkendara
bahwa menurut laporan World Health
menjadi salah satu cara untuk mengurangi
Organization,
tingkat kecelakaan di jalanan. Varmazyar,
Indonesia
menempati
urutan kelima dengan jumlah kematian
terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas di
Mortazavi,
Hajizadeh,
dan
Arghami
(2013) dalam risetnya mengenai para
dunia. Menurut data Kepolisian Republik
pengendara bus menjelaskan bahwa
Indonesia, angka kecelakaan di jalan raya
para perilaku berkendara yang banyak
pada tahun 2013 sebanyak 26.464 kasus,
melanggar
tahun 2012 sebanyak 29.544 kasus, dan
dengan
tahun 2010 sebanyak 31.234 kasus.
penelitian
Meskipun terjadi penurunan jumlah
Mahawati dan Ekaprasetya (2013) juga
angka kecelakaan akan tetapi hal ini masih
melakukan riset pada remaja mengenai
menjadi perhatian khususnya kepolisian
perilaku berkendara yang melanggar
untuk bisa menekan jumlah kecelakaan
peraturan
semininal
saat
mungkin.
Masih
tingginya
peraturan
kecelakaan.
Varmazyar,
erat
Sejalan
dengan
dkk.,
(2013),
(menggunakan
berkendara)
kaitannya
juga
handphone
memiliki
jumlah kecelakaan di jalanan ini menurut
keterkaitan dengan jumlah kecelakaan
Kepolisian tidak terlepas dari perilaku
yang terjadi. Menurut Parker et. al (Parker
berkendara yang tidak mengindahkan
& Manstead, 1996) keselamatan dalam
akan keselamatan. Konteks keselamatan
berkendara pada dasarnya tidak terlepas
dalam hal ini memiliki hubungan terkait
dari keberadaan perilaku berkendara
dengan
yang sesuai dengan aturan. Ivers, et. al
tingginya
rendahnya
risiko
kecelakaan yang akan terjadi nantinya.
(2009) juga menjelaskan dalam studinya
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
94
pada usia 17-24 tahun yang memberikan
dilepaskan dari keberadaan faktor-faktor
gambaran bahwa keberadaan perilaku
yang bersifat internal maupun eksternal.
berkendara yang berisiko pada dasarnya
Faktor internal dalam hal ini terkait
akan mempengaruhi risiko kecelakaan
dengan keberadaan faktor pengendara
yang akan dihadapi.
itu sendiri dan faktor eksternal erat
Lebih jauh berbicara mengenai
kecelakaan dan perilaku dalam berkendara
kaitannya dengan faktor kondisi fisik
lingkungan pengendara. Penulis dalam
pada dasarnya tidak terlepas pada kondisi
hal ini akan mengeksplorasi lebih jauh
error dan violation (Reason, Manstead,
mengenai faktor internal (faktor individu)
Stradling, Baxter, & Campbell, 1990).
Konsep error dalam hal ini mengarahkan
pada
konteks
kesalahan
karena secara signifikan mendekati 90%
sebagai prediktor munculnya kecelakaan
seorang
lalu lintas (Lewin dalam Juneman, 2010).
pengendara yang berkaitan dengan sejauh
Beberapa kajian yang terkait dengan
mana kemampuan seorang pengendara di
munculnya kecelakaan dalam berkendara
dalam mengendalikan kendaraan dengan
terhadap faktor individu pengendara
benar serta memberikan keputusan yang
dalam
hal
ini
tidak
sedikit
yang
tepat untuk bertindak ketika berada
menghubungkannya pada keberadaan
dalam satu kondisi saat berkendara.
usia dan jenis kelamin
Dalam hal ini keberadaan konsep error
pada pengendara tersebut.
erat kaitannya dengan fungsi kognitif.
Konsep
violation
berkaitan
dengan
Faktor usia menjadi salah satu
faktor yang tidak bisa dipisahkan dari
pelanggaran pada perilaku berkendara
munculnya
yang erat dengan konteks sosial. Konsep
2002). Sejalan dengan hal tersebut,
violation ini berkaitan dengan bagaimana
Nordfjærn,
pandangan maupun evaluasi pengendara
risiko
kecelakaan
Jørgensen,
dan
(Lam,
Rundmo
(2012) juga memberikan hasil penelitian
terhadap hal-hal yang bersifat aturan,
yang
prosedur
demografis usia menjadi salah satu hal
pelaksanaan,
norma,
dan
sejenisnya. Kedua hal tersebut sedikit
menggambarkan
bahwa
faktor
yang dapat mempengaruhi munculnya
banyak telah menjadi acuan para ahli
risiko kecelakaan dalam berkendara baik
di dalam mengarahkan gambaran akan
pada negara maju maupun berkembang.
keberadaan keselamatan serta perilaku
Hasil
dalam berkendara.
Renge (2013) juga menjelaskan bahwa
Keberadaan
Perepjolkina
dan
gambaran
keberadaan usia memiliki korelasi dengan
kecelakaan dan perilaku berkendara
munculnya perilaku berkendara yang
(error
sudah
agresif yang mengarah pada terjadinya
dijelaskan sebelumnya pada beberapa
kecelakaan. Selain usia, keberadaan jenis
kajian yang telah dilakukan juga tidak bisa
kelamin juga memberikan pengaruh
dan
akan
penelitian
violation)
yang
95
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
terhadap risiko terjadinya kecelakaan
Summala (Fuller, 2005) penekanan pada
bagi pengendara (Al-Balbissi, 2003).
konteks keselamatan berkendara juga
Dalam studinya yang dilakukan oleh
diarahkan pada tingkat bahaya yang akan
Nordfjærn, et. al (2012) juga memberikan
dihadapi nantinya. Keselamatan dalam hal
hasil penelitian yang menggambarkan
ini mengarahkan pada perilaku-perilaku
bahwa faktor jenis kelamin merupakan
seorang pengendara yang menghindari
salah satu faktor yang dapat mengarahkan
kondisi yang berbahaya di jalanan. Hal
pada risiko kecelakaan dalam berkendara
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
baik di negara maju maupun berkembang.
pengalaman berkendara yang dimiliki.
Fuller
keselamatan
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
(2005)
pada
gambaran
menjelaskan
konteks
berkendara
dengan
menekankan pada upaya pengendara
mengenai tingkat kecelakaan yang terjadi
yang
di jalanan dan konteks keselamatan dalam
jalanan.
berkendara
seorang pengendara tidak terlepas dari
maka
rumusan
masalah
menghindari
kecelakaan
Tingkat
keamanan
mengambil
di
bagi
yang dibangun dalam artikel ini adalah
kemampuan
“bagaimanakah faktor usia dan jenis
ketika di jalanan. Kemampuan mengambil
kelamin pengendara memiliki keterkaitan
keputusan ini dipengaruhi oleh persepsi
dengan keselamatan berkendara di jalan
pengendara
raya?”
tuntutan tugas dalam berkendara serta
terkait
keputusan
kesulitan
akan
tuntutan tugas yang sebenarnya di dalam
menghindari kecelakaan di jalanan.
PENDEKATAN TEORI
Keselamatan
menurut
Strecher et. al (2006) memberikan
Kamus
Bahasa Indonesia (KBI) merujuk pada
gambaran
suatu kondisi yang selamat dalam hal ini
keselamatan dalam berkendara berupa
kondisi yang terbebas dari bahaya (Tim
berkendara
Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
kecepatan, tidak melakukan manuver
Dalam konteks berkendara, keselamatan
diarahkan pada dua hal (van der Pligt
mengenai
sesuai
praktik-praktik
dengan
batas
yang agresif dalam berkendara, menjaga
jarak yang aman, penggunaan sabuk
dalam Juneman, 2010) yaitu pertama,
keselamatan, menghindari untuk tidak
mengenai
berkendara ketika dalam kondisi yang
risiko
berkendara
yang
menekankan pada kemungkinan yang
tidak
akan terjadi serta tingkat efek hasil negatif
pengaruh alkohol, mengantuk dan lain-
yang diterima nantinya. Kedua, perubahan
lain. Berdasarkan konsep keselamatan
perilaku
berkendara
yang
arahnya
menghindari
kondisi kecelakaan di jalanan. Menurut
memungkinkan
yang
seperti
sudah
dalam
dijelaskan
sebelumnya maka dapat disimpulkan
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
bahwa
keselamatan
96
berkendara
pada para pengendara usia muda yang
merupakan suatu kondisi yang selamat
terkait dengan kemampuan berkendara
saat berkendara dengan mengedepankan
sedikit banyaknya telah dikaji oleh para
perilaku-perilaku
yang
ahli. Sun, et. al (2008); Masten (2004);
menghindarkan pada munculnya risiko
Heck dan Carlos (2006) menjelaskan
kecelakaan dalam berkendara.
bahwa ancaman risiko akan keselamatan
berkendara
dalam berkendara pada para pengendara
PEMBAHASAN
muda ini tidak terlepas dari minimnya
Faktor usia dalam keselamatan
pengalaman berkendara yang dimiliki.
berkendara
Sebagai pengendara pemula, keberadaan
Keberadaan faktor usia memiliki
pengalaman dalam berkendara menjadi
kaitan terhadap konteks keselamatan
kendala
dalam berkendara dalam hal ini risiko
risiko kecelakaan. Hal ini tidak terlepas
munculnya kecelakaan saat berkendara.
dari
Beberapa
kajian
membahas
berkendara mengarahkan pada sejauh
mengenai
usia
keselamatan
mana tingkat kemampuan pengendara
yang
dan
yang
keberadaan
dapat
meningkatkan
pengalaman
dalam
berkendara ini banyak difokuskan pada
di
keberadaan
muda
baik ketika dalam kondisi yang biasa
dan usia tua dalam hal ini ditekankan
maupun dalam kondisi tiba-tiba yang
pada faktor keterampilan berkendara
membutuhkan respon secara cepat.
pengendara
usia
dalam
serta persepsi terhadap risiko dalam
berkendara.
menguasai
kendaraannya
Sejalan dengan pernyataan di atas
terkait dengan kemampuan berkendara
Pengendara usia muda dalam
dan keselamatan mengacu pada konsep
beberapa kajian dikategorikan dalam usia
umum milik Reason, et. al mengenai
16-18 tahun (Sun, Benehokal & Estrada,
perilaku berkendara, Briem, et. al (2002)
2008); 16-19 tahun (Masten, 2004); 16-
menjelaskan bahwa risiko kecelakaan
20 tahun (Aultman-Hall & Padlo, 2004);
yang muncul pada pengendara muda
17-23 tahun (Briem, Ragnarsson, &
mengarah pada dua hal yaitu konsep
Thordarson, 2002); di bawah 25 tahun
errors dan lapses. Errors menggambarkan
(Symmons, Haworth, & Johnston, 2004);
pada suatu kondisi pengendara muda
Institute for Road Safety Research (2012)
yang tidak berpengalaman, masih dalam
di Belanda mengkategorikan dalam usia
taraf belajar menggunakan kendaraan
10-17 tahun. Kategori usia pengendara
maupun perilaku berkendara yang tidak
muda tersebut dalam perkembangan
efektif
secara psikologis pada dasarnya masuk
menggunakan
dalam ranah perkembangan usia remaja.
mengarahkan pada kemampuan seorang
Keberadaan akan keselamatan
akibat
belum
kendaraan.
terbiasa
Lapses
pengendara muda yang tidak mampu
97
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
melakukan dengan tepat tugas-tugas
meningkatkan risiko dalam kecelakaan
berkendara
Selain
dalam berkendara. Yang mana menurut
kemampuan
Yagil (1998) keberadaan para pengendara
berkendara, keberadaan persepsi akan
usia muda ini mempunyai sikap yang
risiko dalam berkendara juga menjadi
negatif
kajian yang seringkali dibahas terkait
menjadikannya tidak patuh terhadap
dengan pengendara usia muda ini. Pada
peraturan dalam berkendara. Keberadaan
pengendara muda, beberapa kajian yang
akan perilaku pelanggaran terhadap
telah ada memaparkan beberapa hal
aturan ini mengarahkan pada risiko akan
terkait dengan persepsi terhadap risiko
sebuah kecelakaan (Parker & Manstead,
berkendara. Sun, et. al (2008); Masten
1996; Redhwan & Karim, 2010; Yahia,
(2004); Harre (Heck & Carlos, 2006)
Ismail, Albrka, Almselati, & Ladin, 2014).
yang
pembahasan
seharusnya.
mengenai
menjelaskan bahwa keberadaan persepsi
terhadap
Selain
aturan
pembahasan
yang
mengenai
terhadap risiko pada pengendara muda
pengemudi usia muda, untuk pengendara
erat dengan ketidakmatangan di dalam
pada
melakukan penilaian terhadap kondisi
menjelaskannya dalam beberapa ranah
yang berisiko. Para pengendara muda
usia yaitu usia 50 tahun ke atas (Morris &
dalam hal ini memiliki kecenderungan
Hopkin, 2010); lebih dari usia 60 tahun
tidak memiliki kemampuan di dalam
(Symmons, dkk., 2004); lebih dari 65
mempersepsikan suatu kondisi yang
tahun (Fildes, 1997; Shope & Eby, 1998;
berisiko yang mana dalam hal ini erat
Pietras, Shi, Lee, & Rizzo, 2006); 70 tahun
kaitannya
ke atas (Lam, 2002); lebih dari 75 tahun
dengan
ketidakmatangan
usia
tua,
(Schwebel
(Sun, dkk., 2008; Masten, 2004) maupun
tersebut dianggap sebagai batasan usia
dorongan dalam diri untuk cenderung
yang memiliki risiko kecelakaan yang
mengambil keputusan yang berisiko
tinggi bagi para pengendara yang masuk
(misal: kecepatan tinggi, mengambil jarak
dalam kategori usia tua.
kendaraan
berisiko)
2007).
peneliti
pengalaman dalam berkendara tersebut
pendek, melanggar peraturan, menyalip
dkk.,
para
Ranah
Permasalahan
usia
mengenai
tanpa
kemampuan berkendara pada ranah usia
memperhatikan konsekuensi yang akan
tua ini juga menjadi salah satu konteks
ditanggungnya (Masten, 2004; William &
yang
Ferguson,
munculnya
2002).
Keberadaan
akan
banyak
dikaji
risiko
terkait
kecelakaan
dengan
yang
perilaku yang mengarah pada keputusan
dihadapi. Keberadaan para pengendara
yang berisiko pada seorang pengendara
yang sudah memasuki usia tua pada
muda menurut Briem, dkk., (2002)
dasarnya
tersebut
penurunan dalam kemampuan maupun
mengarah
pelanggaran
pada
(violations)
yang
konsep
dapat
ketrampilan
telah
mengalami
berkendara
proses
(Morris
&
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
98
Hopkin, 2010; Fildes, 1997). Beberapa
akibat penuaan dan akibat permasalahan
penurunan
kesehatan.
kemampuan
ketrampilan
dalam
maupun
berkendara
ini
dalam
Penurunan
berkendara
akibat
dengan
penuaan
menurut Morris dan Hopkin (2010)
erat
diantaranya berupa pertama, penurunan
visual yang dimiliki serta kemampuan
dalam kemampuan mengolah informasi
kaitannya
kemampuan
kemampuan
kognitif yang ada. Pada pengendara
ketika berkendara seiring meningkatnya
usia tua tidak jarang mendapatkan
usia. Kemampuan di dalam mengolah
permasalahan
informasi
secara visual maupun kemampuan yang
ketika
mengarahkan
dalam
pada
berkendara
upaya
untuk
mengenai
kemampuan
mulai menurun dibandingkan pada usia-
memberikan respon yang cepat dan
usia yang lebih muda. Akibat adanya
efektif ketika berkendara maupun saat
penurunan kemampuan visual maupun
kondisi lalu lintas tertentu khususnya
kognitif ini, maka sangat dimungkinkan
macet. Penurunan di dalam mengolah
akan memiliki risiko kecelakaan yang
informasi
cukup
penurunan
ini
tidak
terlepas
kemampuan
dari
penglihatan
akan
tinggi
kedua
nantinya.
Penurunan
kemampuan
tersebut
maupun proses kognitif yang ada pada
sangat
individu di usia tua. Saat kemampuan
pada
pengolahan informasi ini menurun maka
stimulus atau salah mempersepsikan
akan menjadikan seorang pengendara
sebuah stimulus sehingga respon yang
tidak mampu dengan cepat memberikan
dimunculkan pun bisa terlambat dan
respon tertentu yang dibutuhkan ketika
juga salah. Selain permasalahan visual
berkendara. Kondisi ini sangat riskan
dimungkinkan
lambatnya
mengarahkan
menangkap
suatu
dan kognitif, permasalahan mengenai
dengan risiko munculnya kecelakaan di
kesehatan juga menjadi salah satu faktor
jalanan. Kedua, penurunan fungsi gerak
yang dapat mempengaruhi tingkat risiko
secara fisik. Permasalahan yang terjadi
kecelakaan pada pengendara usia tua.
Ketika fungsi gerakan secara fisik mulai
seorang pengendara. Keberadaan para
pada usia tua tidak jarang mengarahkan
Permasalahan
pada fleksibilitas gerakan fisik seseorang.
dapat mempengaruhi keberadaan fisik
mengalami penurunan dan mengarah
pengendara usia tua tidak jarang memiliki
pada kekakuan dapat mempengaruhi
permasalahan kesehatan yang dapat
respon gerakan saat berkendara.
mengganggu aktivitas khususnya saat
Fildes (1997) dalam studinya juga
mengenai
berkendara.
memberikan gambaran bahwa munculnya
Faktor
risiko kecelakaan pada pengendara usia
keselamatan berkendara.
tua tidak terlepas dari dua hal yaitu
Melakukan
penurunan
kemampuan
berkendara
kesehatan
jenis
kelamin
kajian
dalam
mengenai
keselamatan dalam berkendara yang
99
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
terkait
dengan
jenis
kelamin
Permasalahan akan keterampilan
pada
dasarnya tidak bisa dilepaskan dengan
dalam
keberadaan usia dalam hal ini pengendara
tidak terlepas dari keberadaan akan
usia muda dan tua. Oleh sebab itu.
pengalaman individu yang seringkali
pembahasan
mengenai
faktor
jenis
berkendara
menyebabkan
pada
terjadinya
dan
ini nantinya secara garis besar akan
pengendara usia muda (laki-laki dan
memiliki keterkaitan diantara kedua
perempuan) yang masih dalam tahap
variabel tersebut. Dalam artikel ini juga
pengendara pemula (Masten, 2004; Lam
dua
dengan
untuk menjelaskan lebih jauh mengenai
keterampilan dalam berkendara serta
keberadaan pengendara perempuan dan
persepsi terhadap risiko.
keterampilan dalam berkendara, cukup
difokuskan
faktor
pada
yaitu
pembahasan
berkaitan
sering
kecelakaan
kelamin dalam keselamatan berkendara
akan
umumnya
dasarnya
terjadi
pada
dalam Heck & Carlos, 2006). Mencoba
Berkaitan dengan kedua faktor
jelas kiranya jika mendasarkan pada
berupa
dalam
keberadaan usia (pengendara usia muda)
berkendara serta persepsi terhadap risiko,
dalam hal ini rendahnya kemampuan
terdapat gambaran umum bahwasanya
dalam berkendara pada perempuan tidak
keberadaan
memiliki
terlepas dari belum adanya pengalaman
keterampilan dalam berkendara yang
sebelumnya dalam berkendara. Kondisi
lebih baik serta keberadaan persepsi yang
tersebut
rendah terhadap risiko dibandingkan
rendahnya
perempuan (Reason, dkk., 1990; Chang &
berkendara bagi perempuan. Berbeda
Yeh, 2007; Shi, Bai, Ying & Atchley, 2010).
dengan keberadaan para pengendara usia
Hal ini memberikan gambaran bahwa
muda, pada pengendara usia tua tuntutan
keberadaan akan risiko kecelakaan pada
keterampilan berkendara yang baik tidak
laki-laki dan perempuan memiliki faktor
bisa dilepaskan dari penurunan kondisi
yang berbeda dalam hal ini pengendara
fisik yang dialami. Seperti yang telah
yang
keterampilan
laki-laki
lebih
laki-laki lebih disebabkan persepsi yang
menjadi
faktor
penyebab
kemampuan
dalam
dijelaskan sebelumnya pada pembahasan
rendah terhadap risiko serta pengendara
mengenai
perempuan lebih diakibatkan perihal
berkendara bahwa permasalahan para
keterampilan dalam berkendara. Menjadi
pengendara usia tua tidak terlepas dari
catatan bahwa gambaran mengenai jenis
kondisi kesehatan secara fisik yang
kelamin dan faktor risiko kecelakaan
usia
dan
keselamatan
dapat menghambar kemampuan dalam
tersebut pada dasarnya juga sangat
berkendaranya (Morris & Hopkin, 2010;
dimungkinkan
sebaliknya
Fildes, 1997).
walaupun sifatnya minoritas dan tidak
Selain
terjadi
menjadi fokus dalam pembahasan.
hal
tersebut
di
atas,
permasalahan mengenai keterampilan
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
100
berkendara pada perempuan juga tidak
berkendara juga tidak terlepas dari
terlepas dari tuntutan peran secara
bagaimana persepsi seorang pengendara
sosial di masyarakat. Dalam hal ini
terhadap kemampuan berkendara yang
keberadaan seorang perempuan yang
dimilikinya.
seringkali berperan sebagai penumpang
dengan persepsi terhadap risiko salah
dibandingkan pengendara utama ketika
satunya tidak terlepas dari keberadaan
memiliki
evaluasi diri terhadap aturan dalam
pasangan
(Oxley,
Charlton,
Fildes, Koppel, & Scully, 2004). Dalam
penjelasan
lebih
lanjut
mengenai
keberadaan pasangan dan keterampilan
Lebih
lanjut,
berkaitan
berkendara. Yagil (1998) dalam studinya
menjelaskan bahwa keberadaan evaluasi
yang
positif
terhadap
aturan
berkendara, para pengendara perempuan
mempengaruhi
dalam usia tua lebih banyak memiliki
yang akan dimunculkan. Keberadaan
pengalaman
akan evaluasi terhadap aturan dan
sebagai
penumpang
dibandingkan sebagai pengendara utama
perilaku
akan
berkendara
kaitannya dengan gender pada dasarnya
yang mana dalam hal ini erat kaitannya
kecenderungannya hanya terdapat pada
dengan
dimilikinya
pengendara usia muda. Dalam hal ini para
(Cedersund dalam Oxley, dkk., 2004).
pengendara usia muda khususnya laki-laki
Menjadi catatan kecil dalam pembahasan
cenderung lebih memiliki evaluasi yang
pasangan
yang
keterampilan berkendara ini, Oxley, dkk.,
negatif terhadap aturan dibandingkan
(2004) juga memberikan gambaran lain
dengan para pengendara usia muda
bahwa terdapat studi yang bersifat kontras
perempuan maupun pengendara usia
terkait
sebagai
tua (Yagil, 1998; Chang & Yeh, 2007;
pengendara utama. Dalam studi yang
Yahia, dkk., 2014). Para pengendara laki-
bersifat kontras tersebut digambarkan
laki usia muda memiliki kecenderungan
bahwa risiko kecelakaan malah lebih
untuk melakukan pelanggaran terhadap
besar dihadapi oleh para pengendara yang
peraturan dalam berkendara (Yagil, 1998;
memiliki pengalaman lebih lama sebagai
Lancaster & Ward, 2002). Keberadaan
pengendara utama. Hal ini menjadi
perilaku
catatan yang menggambarkan masih
melakukan pelanggaran dalam
perlu adanya pengembangan penelitian
berkendara akan mengarahkan pada
terkait dengan keberadaan pengalaman
risiko kecelakaan berkendara (Parker &
berkendara dengan keselamatan dalam
Manstead, 1996; Redhwan & Karim, 2010;
berkendara khususnya terkait dengan
Yahia, dkk., 2014).
dengan
pengalaman
perempuan.
Sejalan
Selain terkait dengan konteks
kemampuan
permasalahan
berkendara
di
dalam
berkendara,
keselamatan
dalam
dengan
yang
apa
mudah
aturan
yang
dijelaskan sebelumnya mengenai persepsi
terhadap risiko, dalam penelitian yang
dilakukan oleh Holland, Geraghty dan
101 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Shah (2010) pada 222 responden laki-
risiko terhadap para pengendara laki-
laki dan perempuan usia 18-29 tahun
laki adalah adanya rasa kepercayaan
ditemukan bahwa pada laki-laki juga
diri yang terlalu tinggi saat berkendara.
mudah muncul rasa marah pada saat
Rasa kepercayaan diri ini akibat adanya
berkendara. Hal ini sangat rentan dengan
bias optimisme dalam diri pengendara.
munculnya perilaku berkendara yang
Bias optimisme ini menurut Noked
agresif dan berisiko (Deffenbacher dkk.,
(2010)
dalam Holland, dkk., 2010) yang mana
diri seorang pengendara yang mana
sangat mempengaruhi munculnya risiko
merasa
kecelakaan dalam berkendara nantinya
berkendara lebih baik dibandingkan
(Ivers, dkk., 2009). Kajian yang dilakukan
rata-rata pengendara lainnya. Dengan
oleh The Social Issues Research Centre
adanya
(2004) juga menggambarkan bahwa
tersebut menjadikan pengendara lebih
keberadaan akan keselamatan dalam
meremehkan
berkendara yang erat kaitannya dengan
bersifat negatif sehingga mengarahkan
keberadaan laki-laki sebagai mayoritas
pada munculnya perilaku-perilaku yang
korban dalam kecelakaan. Kondisi ini
berisiko saat berkendara. Lebih lanjut
tidak terlepas dari keberadaan laki-
dijelaskan
laki yang memiliki kecenderungan suka
optimisme dalam berkendara ini pada
mencari sensasi dan mengambil risiko
dasarnya lebih banyak dimiliki oleh para
yang
pengendara laki-laki di kalangan usia
mana
kecenderungan
tersebut
juga lebih dimiliki oleh para pengendara
merupakan
kemampuan
pemahaman
keadaan
dirinya
seperti
kondisi-kondisi
bahwa
dalam
dalam
halnya
yang
keberadaan
bias
muda (DeJoy dalam Al-Balbisi, 2003).
di usia muda. Kecenderungan mencari
Berbeda dengan keberadaan para
sensasi dan risiko ini juga tidak terlepas
pengendara pada usia muda, keberadaan
dari
(hormone
akan keselamatan dalam berkendara dan
laki-laki
pengendara usia tua tidak terlepas dari
memiliki tingkat hormon testoren jauh
menurunnya kondisi fisik yang ada. Seperti
konteks
testosterone)
hormonal
yang
mana
lebih tinggi dibandingkan perempuan.
halnya dijelaskan oleh Hu, Trumble, Foley,
Keberadaan hormon testosteron yang
Eberhard, dan Wallace (1996) keberadaan
tinggi khususnya pada usia remaja
glukoma dan penurunan secara potensial
dan dipengaruhi dengan sistem sosial
pada
(berkendara dengan kecepatan yang
menyebabkan
tinggi) yang ada maka akan mengarahkan
pada laki-laki. Keberadaan akan kedua
pada perilaku yang berisiko (Arnett, dkk.,
faktor tersebut memberikan pemahaman
dalam Heck & Carlos, 2006).
bahwa para pengendara usia tua memang
kognitif
menjadi
kecelakaan
faktor
yang
khususnya
Faktor lain yang erat kaitannya
telah mengalami penurunan fungsi secara
dengan rendahnya persepsi terhadap
fisik maupun kognitif (Morris & Hopkin,
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
2010;
Fildes, 1997) yang mana dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang
102
secara fisik sehingga kemampuan dalam
kedua hal tersebut menjadi berkurang.
di dalam menangkap stimulus saat
b. Berdasarkan pada penjelasan yang
berkendara serta mempersepsikan
sudah ada maka dapat disimpulkan bahwa
dengan tepat untuk dapat memunculkan
keberadaan akan keselamatan berkendara
reaksi yang sesuai.
dan
jenis
kelamin
yang
kaitannya
dengan keterampilan berkendara dan
persepsi terhadap risiko tidak dapat
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan
yang sudah ada maka dapaat disimpulkan
dilepaskan dari keberadaan variabel
usia. Selain hal tersebut, permasalahan
bahwa keberadaan faktor usia dan jenis
akan
kelamin terhadap keselamatan berkendara
keselamatan berkendara lebih banyak
yang diarahkan pada keterampilan dalam
diarahkan pada pengendara perempuan
berkendara serta persepsi terhadap risiko
yang dirasa kurang memiliki pengalaman
dapat disimpulkan sebagai berikut:
dalam berkendara akibat faktor usia yang
a. Berdasarkan pada penjelasan yang
masih muda, kebiasaan atau tuntutan
sudah
secara sosial dalam posisinya sebagai
ada
berkendara
usia
yang
dapat
keberadaan
muda
mengenai
keselamatan
berkaitan
dengan
disimpulkan
para
memiliki
bahwa
pengendara
risiko
keterampilan
berkendara
dan
penumpang dibandingkan pengendara
utama
(supir)
maupun
penurunan
usia
kemampuan akibat bertambahnya usia.
menghadapi
Lain halnya pada pengendara laki-laki,
kecelakaan akibat adanya masih belum
keberadaan
matangnya kemampuan yang dimiliki.
tidak
Ketidakmatangan
dengan
kecenderungan pelanggaran terhadap
keterampilan dalam berkendara serta
aturan, kesukaan akan sensasi dan
kemampuan mempersepsikan terhadap
risiko yang terkait dengan keberadaan
risiko yang dihadapi. Lain halnya dengan
hormone testosteron, bias optimisme
para pengendara usia tua, dalam hal
terhadap kemampuan berkendara yang
ancaman terhadap keselamatan sangat
mana lebih diarahkan pada pengendara
erat kaitannya dengan mulai menurunnya
laki-laki di usia muda. Pada pengendara
kemampuan yang dimiliki baik terkait
laki-laki di usia tua lebih diarahkan pada
dengan
penurunan fungsi fisik maupun kognitif
ini
terkait
keterampilan
berkendara
maupun persepsi terhadap risiko. Hal
keselamatan
terlepas
dari
berkendara
keberadaan
yang mempengaruhi di dalam merespon
ini diakibatkan para pengendara usia tua
dengan tepat terhadap satu situasi risiko
ini sudah mengalami degenerasi fungsi
tertentu saat berkendara.
103 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
mengontrol penggunaan kendaraan bagi
SARAN
Berdasarkan
penjelasan
yang
para pengendara usia muda.
Dalam hal ini para orangtua dapat
sudah ada maka dapat dimunculkan
beberapa saran sebagai berikut:
melarang penggunaan kendaraan bagi
a. Bagi kepolisian: Perlu adanya proses
para pengendara usia muda tanpa adanya
preventif yaitu berupa pemberian ijin
pendampingan dan di jalan raya. Selain
mengemudi kendaraan dengan lebih
itu orangtua dapat menjadi fasilitator
ketat khususnya bagi para pengendara
bagi para pengendara usia muda untuk
usia muda dan tua. Hal ini melihat adanya
mematangkan kemampuan berkendara
risiko-risiko yang dimiliki oleh kedua fase
sebelum
usia tersebut terkait dengan keselamatan
mengemudi.
dalam berkendara baik bagi pengendara
c. Bagi pengendara usia tua: Perlu adanya
sendiri maupun pengguna jalan yang lain.
selalu
Pihak kepolisian juga dapat melakukan
berkala serta menjaga kondisi tubuh. Hal
sosialisasi
ini sebagai upaya penguatan fungsi fisik
terus
menerus
mengenai
risiko berkendara pada kedua fase
usia tersebut. Selain proses preventif,
proses punishment juga harus dikuatkan
mendapatkan
pengecekan
ijin
kesehatan
dalam
secara
saat berkendara sehingga mengurangi
risiko gangguan fisik saat berkendara.
Selain itu perlu adanya pendamping (anak,
khususnya bagi para pengendara usia
caregiver, dll) yang mampu berkendara
muda yang telah melakukan pelanggaran
dengan baik sehingga dapat membantu
ijin maupun prosedur dalam berkendara.
pengendara usia tua ketika munculnya
b. Bagi orangtua: Peran orangtua perlu
gangguan fisik maupun kesehatan saat
ditingkatkan sebagai pihak yang mampu
berkendara.
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
Fuller, R. (2005). Towards a general theory
DAFTAR PUSTAKA
Al-Balbissi, A. H. (2003). Role of gender
in road traffic accident. Traffic Injury
Prevention, 4 (1), 64-7.
Amanda,
Survey
G.
(2014,
kecelakaan
November
lalu
lintas
7).
di
seluruh dunia: Orang-orang yang mati
dalam
diam.
104
Diakses
dari
http://
of driver behavior. Accident Analysis and
Prevention, 37, 461-472.
Haryanto,
H.
C.
(2011).
Kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas para
pengendara di perkotaan. Jurnal Inquiry,
4, 39-46.
Heck, K. E., & Carlos, R. M. (2006).
www.republika.co.id/berita/koran/
Adolescents
halaman-1/14/11/07/nenhso57-
influencing
s u r ve i - ke c e l a ka a n - l a l u - l i n t a s - d i -
http://4h.ucanr.edu/files/1226.pdf
seluruh-dunia-orangorang-yang-matidalam-diam pada tanggal 18 Mei 2015.
and
driving:
behavior.
Factors
Diakses
dari
pada tanggal 27 Mei 2015.
Holland, C,. Gerarghty, J., & Shah, K. (2010).
Aultman-Hall, L., & Padlo, P. (2004,
Differential moderating effect of locus of
Desember). Factors affecting young
control on effect of driving experience
driver safety. Dikases dari http://www.
cti.uconn.edu/pdfs/jhr04-298_03-5.pdf
pada 31 Mei 2015.
in young male and female drivers.
The Journal Personality and Individual
Differences, 48, 821-826.
Briem, V., Ragnarsson, A., & Thordarson,
Hu, P. S., Trumble, D. A., Foley, D. J.,
K. (2002). Psychological factors in
Eberhard, J. W., & Wallace, R. B. (1996).
young drivers’ traffic accident. In D. we
Crash prediction models for older drivers:
Waard, K. A. Brookhuis, C. M. Weikert,
A panel data analysis approach. Diakses
& A. Toffetti. (eds). Human factors in
dari http://ntl.bts.gov/data/letter_am/
transportation, communication, health,
and the workplace. Netherland: Shaker
H-L.,
Institute For Road Safety Research. (2012,
Agustus). Risky traffic behaviour among
Publishing.
Chang,
crash.pdf pada tanggal 7 Agustus 2015.
&
Yeh,
T-H.
(2007).
young adolescents. Diakses dari http://
Motorcyclist accident involvement by
www.swov.nl/rapport/Factsheets/UK/
Taipei, Taiwan. Transportation Research,
pada tanggal 23 Juli 2014.
age, gender, and risky behaviors in
Part F 10, 109-122.
Fildes, B. (1997, Juli). Safety of older
drivers: Strategy for future research and
action initiatives. Diakses dari http://
www.monash.edu/miri/research/
FS_young_adolescents.pdfNetherlands
Ivers, R., Senserick, T., Boufous, S.,
Stevenson, M., Chen, H-Y., Woodward,
M., & Norton, R. (2009). Novice drivers’
risky driving behavior, risk perception,
and crash risk: Finding from the DRIVE
reports/muarc118.pdf pada tanggal 30
study. American Journal of Public Health,
Juni 2015
99 (9), 1638-1644.
105 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Juneman, A. (2010). Masalah transportasi
Older driver-Safe or unsafe?. Diakses
kota dan pendekatan psikologi sosial.
dari http://www.roadsafetygb.org.uk/
Psikobuana, 1 (3), 173-189.
misc/fckeditorFiles/file/downloads/
Kalaˇsov´a, A., & Krchov´a, Z. (2011). Road
IAMOlderdrivers.pdf pada 30 Juni 2015.
users’ risky behavior: Analysing focusing
Noked, N. (2010). Providing a corrective
Kurniawan, A. (2014, April 15). Populasi
http://dash.harvard.edu/bitstream/
on aggressiveness. International Journal
of Vehicular Technology, vol. 2011, 1-5.
kendaraan
bermotor
di
juta
unit.
tembus104,2
dari
Indonesia
Diakses
http://otomotif.kompas.com/
read/2014/04/15/1541211/Populasi.
Kendaraan.Bermotor.di.Indonesia.
Tembus.104.2.Juta.Unit pada tanggal 8
subsidy to insurers for success in
reducing traffic accidents Diakses dari
handle/1/4889453/Noked_Noam_
PAPER_Revised.pdf?sequence=1
pada
tanggal 26 Agustus 2015.
Nordfjærn, T., Jørgensen, S., & Rundmo, T.
(2012). Cultural and socio-demographic
predictors of car accident involvement
in Norway, Ghana, Tanzania and Uganda.
Mei 2015.
Lam, L. T. (2002). Distraction and the risk
of car crash injury: The effect of drivers’
Safety Science, 50, 1862-1872.
Oxley, J., Charlton, J., Fildes, B., Koppel, S.,
age. Journal of Safety Research, 33, 411-
& Scully, J. (2004, Agustus). Older women
419.
and driving: A survey. Diakses dari
Lancaster,
R.,
September).
&
The
Ward,
R.
(2002,
contribution
of
individual factors to driving behaviour:
http://monash.edu/miri/research/
reports/muarc226.pdf pada tanggal 7
Agustus 2015.
Implications for managing work-related
Parker, D. and Manstead, A. S. R. (1996). The
road safety. Diakses dari http://www.
social psychology of driver behaviour.
hse.gov.uk/research/rrpdf/rr020.pdf
pada tanggal 27 Mei 2015.
Mahawati, E., & Prasetya, J. (2013).
Analisis
penggunaan
handphone
saat berkendara terhadap potensial
kecelakaan lalu lintas pada remaja di
semarang. Semantik, 3 (1), 435-442.
In: Semin, G. and Fiedler, K. eds. Applied
social psychology. London: Sage.
Pietras, T. A., Shi, Q., Lee, J. D., & Rizzo, M.
(2006). Traffic entry behavior and crash
risk for older drivers with impairment
of selective attention. Perceptual and
motor skills, 102, 632-644.
Masten, S. V. (2004, Januari). Teenage
Perepjolkina, V., & Renge, V. (2013).
driver risks and interventions. Diakses
Drivers’ age, gender, driving experience,
dari
http://apps.dmv.ca.gov/about/
profile/rd/r_d_report/Section_6/S6207.pdf pada tanggal 12 Agustus 2015.
Morris, B. & Hopkin, J. (2010, Januari).
and aggressiveness as predictors of
aggressive driving behavior. Journal
of Pedagogy and Psychology “Signum
Temporis”, 4 (1), 62–72
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
106
Reason, J., Manstead, A., Stradling, S.,
Shope, J. T., & Ebi, D. W. (1998, Juli).
Baxter, J., & Campbell, M. 1990. Errors
Improvement of older drivers safety
and violation on the roads: A real
through
distinction?. Ergonomics, 33 (10), 1315-
group results. Diakses dari http://
1332.
deepblue.lib.umich.edu/bitstream/
Redhwan, A. A., & Karim, A. J. (2010).
Knowledge,
attitude,
and
practice
towards road traffic regulations among
university
students,
Malaysia.
self-evaluation:
Focus
hndle/2027.42/1249/91199.0001.001.
pdf?sequence=2 pada tanggal 30 Juni
2015.
The
Strecher, V. J., Bauermeister, J, A., Shope,
International Medical Journal Malaysia,
J., Chang, C., Newport-Berra, M., Giroux,
9 (2), 29-4.
A., & Guay, E. (2006, Desember).
Schwebel, D. C., Ball, K. K., Severson, J.,
Intervention to promote safe driving
Barton, B. K., Rizzo, M., & Viamonte, S.
behaviour: Lesson learned from other
M. (2007). Individual difference factors
health-related
behaviours.
Diakses
in risky driving among older adults.
dari
Journal of Safety Research, 38 (5), 501-
bitstream/handle/2027.42/85185/
509.
B E H A V _ R E S _ I N _ R O A D _ S A F E T Y.
Shi, J., Bai, Y., Ying, X., & Athcley, P. (2010).
Aberrant driving behaviors: A study of
drivers in Beijing. Accident Analysis and
Prevention, 42, 1031–1040
http://deepblue.lib.umich.edu/
pdf?sequence=1 pada tanggal 27 Mei
2015.
Sun, D., Benehokal, R. F., & Estrada, H.
(2008). Comparative analysis of the
107 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
attitude and behavior of young driver’
use of two-way two-lane highways.
Advances in transportation studies, 15,
75-84.
Symmons, M., Haworth, N., & Johnston,
I. (2004, Maret). Rural road safetyoverview of crash statistic. Diakses dari
http://www.monash.edu.au/miri/
research/reports/muarc212.pdf
pada
15 Mei 2015.
The Social Issues Research Centre. (2004,
Agustus). Sex differences in driving and
insurance risk: An analysis of the social
and psychological differences between
men and women that are relevant to their
driving behaviour. Diakses dari http://
www.sirc.org/publik/driving.pdf pada
tanggal 10 juli 2015.
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia.
(2008).
Kamus
Jakarta:
Pusat
Bahasa
Bahasa
Pendidikan Nasional.
Indonesia.
Departemen
Varmazyar, S., Mortazavi, S., B., Hajizadeh,
E., & Arghami, S. (2013). The relationship
between driving aberrant behavior and
self-reported
accidents
involvement
amongst professional bus drivers in
the public transportation community.
Health Scope, 2 (2), 110-115.
Williams, A. F., & Ferguson, S. A. (2002).
Rationale for graduated licensing and
the risks it should address. Injury
Prevention, 8 (11), 9-16.
Yagil, D. (1998). Gender and age differences
in attitudes toward traffic laws and traffic
violations. Transportation Research Part
F: Traffic Psychology and Behavior, 1,
123-135.
Yahia, H. A. M., Ismail, A., Albrka, S. I.,
Almselati, A. S., & Ladin, M. A. (2014).
Attitudes and awareness of traffic safety
among drivers in Tripoli-Libya. Journal
of Applied Sciences, Enginering and
Technology, 7 (24), 5297-5303.
KAJIAN TERKAIT DENGAN USIA DAN
JENIS KELAMIN PADA PENGENDARA
Handrix Chris Haryanto
handrix.haryanto@paramadina.ac.id
Program Studi Psikologi, Universitas Paramadina Jakarta
Abstrak: Jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah kendaraan ini ternyata juga didapati jumlah kecelakaan yang cukup tinggi di jalan
raya. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan di jalan diantaranya adalah
perilaku berkendara yang tidak memperhatikan keselamatan. Tujuan penulisan artikel
ini adalah untuk menelaah bagaimana factor usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi
perilaku keselamatan dalam berkendara. Pembahasan dalam artikel ini akan diawali dengan
gambaran keselamatan berkendara yang erat kaitannya dengan munculnya kecelakaan di
jalanan serta gambaran bagaimana faktor usia dan jenis kelamin terkait dengan keselamatan
dalam berkendara.
Kata kunci: Keselamatan berkendara, kecelakaan dalam berkendara, usia, jenis kelamin
Abstract: The amount of motor vehicle has increased every year. An increase the amount of
vehicles, it is also found high number of accidents on the highway. Many factors can be the
cause of road accidents include driving behavior will not pay attention to safety. The purpose
of writing this article directed to provide an overview of the factors that influence the
behavior of safety driving, especially related to age and sex. The discussion in this article will
begin with an overview of safety driving are closely related to the rise of road accidents and
an overview of the age and gender-related safety driving.
Keywords: Safety driving, driving accident, age, sex
Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik
PENDAHULUAN
K
eberadaan
merupakan
transportasi
yang
mencapai 104,211 juta unit pada tahun
sangat penting saat ini bagi
2013 (Kurniawan, 2014). Jumlah ini
masyarakat.
kebutuhan
Indonesia jumlah kendaraan di Indonesia
Pentingnya
transportasi
meningkat 11% dari tahun 2012 yang
tidak terlepas akan kebutuhan mobilitas
mencapai 94,299 juta unit. Menurut
yang harus dilakukan oleh masyarakat.
Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian
Dalam hal ini kebutuhan akan mobilitas
Negara Republik Indonesia, sumbangan
yang tinggi erat kaitannya dengan daerah
terbesar adalah peningkatan sepeda
perkotaan (Munawar dalam Haryanto,
motor dengan jumlah 86,253 juta unit
2011). Kebutuhan akan transportasi yang
yang meningkat dari jumlah 77,755
tinggi ini terlihat dengan meningkatnya
juta unit pada tahun 2012. Sumbangan
jumlah kendaraan bermotor yang ada
terbesar kedua adalah mobil penumpang
hingga saat ini. Menurut data Korps
dengan 10,54 juta unit dari jumlah 9,524
92
93
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
juta unit pada tahun sebelumnya. Untuk
Lebih lanjut, keselamatan dalam
mobil barang (truk, pick up, dan lainnya)
berkendara dalam hal ini merupakan
tercatat 5,156 juta unit naik 9 persen dari
salah satu fokus penting yang perlu dikaji
4,72 juta unit. Untuk kendaraan khusus
terkait dengan perilaku berkendara di
naik 6% dari 280.372 unit menjadi
masyarakat saat ini. Keselamatan dalam
297.656 unit. Untuk bus mengalami
berkendara dalam hal ini diarahkan pada
kenaikan 1% menjadi 1,962 juta unit dari
upaya untuk menghindari terjadinya
sebelumnya 1,945 juta unit.
kecelakaan di jalanan (Fuller, 2005).
Peningkatan
akan
jumlah
Berkaitan
dengan
keselamatan
dan
kendaraan saat ini tidak dipungkiri
kecelakaan di jalan raya, beberapa kajian
erat
keberadaan
mengenai hubungan antara kedua hal
angka kecelakaan yang terjadi. Angka
tersebut sedikit banyaknya telah dilakukan
kecelakaan yang terjadi pada transportasi
pengujiannya secara empiris. Kalaˇsov´a
kaitannya
darat
masih
dengan
menjadi
permasalahan
yang serius hingga saat ini, khususnya di
dan Krchov´a (2011) dalam penelitiannya
memberikan gambaran bahwa penekanan
Indonesia. Amanda (2014) melaporkan
pada keselamatan dalam berkendara
bahwa menurut laporan World Health
menjadi salah satu cara untuk mengurangi
Organization,
tingkat kecelakaan di jalanan. Varmazyar,
Indonesia
menempati
urutan kelima dengan jumlah kematian
terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas di
Mortazavi,
Hajizadeh,
dan
Arghami
(2013) dalam risetnya mengenai para
dunia. Menurut data Kepolisian Republik
pengendara bus menjelaskan bahwa
Indonesia, angka kecelakaan di jalan raya
para perilaku berkendara yang banyak
pada tahun 2013 sebanyak 26.464 kasus,
melanggar
tahun 2012 sebanyak 29.544 kasus, dan
dengan
tahun 2010 sebanyak 31.234 kasus.
penelitian
Meskipun terjadi penurunan jumlah
Mahawati dan Ekaprasetya (2013) juga
angka kecelakaan akan tetapi hal ini masih
melakukan riset pada remaja mengenai
menjadi perhatian khususnya kepolisian
perilaku berkendara yang melanggar
untuk bisa menekan jumlah kecelakaan
peraturan
semininal
saat
mungkin.
Masih
tingginya
peraturan
kecelakaan.
Varmazyar,
erat
Sejalan
dengan
dkk.,
(2013),
(menggunakan
berkendara)
kaitannya
juga
handphone
memiliki
jumlah kecelakaan di jalanan ini menurut
keterkaitan dengan jumlah kecelakaan
Kepolisian tidak terlepas dari perilaku
yang terjadi. Menurut Parker et. al (Parker
berkendara yang tidak mengindahkan
& Manstead, 1996) keselamatan dalam
akan keselamatan. Konteks keselamatan
berkendara pada dasarnya tidak terlepas
dalam hal ini memiliki hubungan terkait
dari keberadaan perilaku berkendara
dengan
yang sesuai dengan aturan. Ivers, et. al
tingginya
rendahnya
risiko
kecelakaan yang akan terjadi nantinya.
(2009) juga menjelaskan dalam studinya
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
94
pada usia 17-24 tahun yang memberikan
dilepaskan dari keberadaan faktor-faktor
gambaran bahwa keberadaan perilaku
yang bersifat internal maupun eksternal.
berkendara yang berisiko pada dasarnya
Faktor internal dalam hal ini terkait
akan mempengaruhi risiko kecelakaan
dengan keberadaan faktor pengendara
yang akan dihadapi.
itu sendiri dan faktor eksternal erat
Lebih jauh berbicara mengenai
kecelakaan dan perilaku dalam berkendara
kaitannya dengan faktor kondisi fisik
lingkungan pengendara. Penulis dalam
pada dasarnya tidak terlepas pada kondisi
hal ini akan mengeksplorasi lebih jauh
error dan violation (Reason, Manstead,
mengenai faktor internal (faktor individu)
Stradling, Baxter, & Campbell, 1990).
Konsep error dalam hal ini mengarahkan
pada
konteks
kesalahan
karena secara signifikan mendekati 90%
sebagai prediktor munculnya kecelakaan
seorang
lalu lintas (Lewin dalam Juneman, 2010).
pengendara yang berkaitan dengan sejauh
Beberapa kajian yang terkait dengan
mana kemampuan seorang pengendara di
munculnya kecelakaan dalam berkendara
dalam mengendalikan kendaraan dengan
terhadap faktor individu pengendara
benar serta memberikan keputusan yang
dalam
hal
ini
tidak
sedikit
yang
tepat untuk bertindak ketika berada
menghubungkannya pada keberadaan
dalam satu kondisi saat berkendara.
usia dan jenis kelamin
Dalam hal ini keberadaan konsep error
pada pengendara tersebut.
erat kaitannya dengan fungsi kognitif.
Konsep
violation
berkaitan
dengan
Faktor usia menjadi salah satu
faktor yang tidak bisa dipisahkan dari
pelanggaran pada perilaku berkendara
munculnya
yang erat dengan konteks sosial. Konsep
2002). Sejalan dengan hal tersebut,
violation ini berkaitan dengan bagaimana
Nordfjærn,
pandangan maupun evaluasi pengendara
risiko
kecelakaan
Jørgensen,
dan
(Lam,
Rundmo
(2012) juga memberikan hasil penelitian
terhadap hal-hal yang bersifat aturan,
yang
prosedur
demografis usia menjadi salah satu hal
pelaksanaan,
norma,
dan
sejenisnya. Kedua hal tersebut sedikit
menggambarkan
bahwa
faktor
yang dapat mempengaruhi munculnya
banyak telah menjadi acuan para ahli
risiko kecelakaan dalam berkendara baik
di dalam mengarahkan gambaran akan
pada negara maju maupun berkembang.
keberadaan keselamatan serta perilaku
Hasil
dalam berkendara.
Renge (2013) juga menjelaskan bahwa
Keberadaan
Perepjolkina
dan
gambaran
keberadaan usia memiliki korelasi dengan
kecelakaan dan perilaku berkendara
munculnya perilaku berkendara yang
(error
sudah
agresif yang mengarah pada terjadinya
dijelaskan sebelumnya pada beberapa
kecelakaan. Selain usia, keberadaan jenis
kajian yang telah dilakukan juga tidak bisa
kelamin juga memberikan pengaruh
dan
akan
penelitian
violation)
yang
95
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
terhadap risiko terjadinya kecelakaan
Summala (Fuller, 2005) penekanan pada
bagi pengendara (Al-Balbissi, 2003).
konteks keselamatan berkendara juga
Dalam studinya yang dilakukan oleh
diarahkan pada tingkat bahaya yang akan
Nordfjærn, et. al (2012) juga memberikan
dihadapi nantinya. Keselamatan dalam hal
hasil penelitian yang menggambarkan
ini mengarahkan pada perilaku-perilaku
bahwa faktor jenis kelamin merupakan
seorang pengendara yang menghindari
salah satu faktor yang dapat mengarahkan
kondisi yang berbahaya di jalanan. Hal
pada risiko kecelakaan dalam berkendara
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
baik di negara maju maupun berkembang.
pengalaman berkendara yang dimiliki.
Fuller
keselamatan
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
(2005)
pada
gambaran
menjelaskan
konteks
berkendara
dengan
menekankan pada upaya pengendara
mengenai tingkat kecelakaan yang terjadi
yang
di jalanan dan konteks keselamatan dalam
jalanan.
berkendara
seorang pengendara tidak terlepas dari
maka
rumusan
masalah
menghindari
kecelakaan
Tingkat
keamanan
mengambil
di
bagi
yang dibangun dalam artikel ini adalah
kemampuan
“bagaimanakah faktor usia dan jenis
ketika di jalanan. Kemampuan mengambil
kelamin pengendara memiliki keterkaitan
keputusan ini dipengaruhi oleh persepsi
dengan keselamatan berkendara di jalan
pengendara
raya?”
tuntutan tugas dalam berkendara serta
terkait
keputusan
kesulitan
akan
tuntutan tugas yang sebenarnya di dalam
menghindari kecelakaan di jalanan.
PENDEKATAN TEORI
Keselamatan
menurut
Strecher et. al (2006) memberikan
Kamus
Bahasa Indonesia (KBI) merujuk pada
gambaran
suatu kondisi yang selamat dalam hal ini
keselamatan dalam berkendara berupa
kondisi yang terbebas dari bahaya (Tim
berkendara
Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
kecepatan, tidak melakukan manuver
Dalam konteks berkendara, keselamatan
diarahkan pada dua hal (van der Pligt
mengenai
sesuai
praktik-praktik
dengan
batas
yang agresif dalam berkendara, menjaga
jarak yang aman, penggunaan sabuk
dalam Juneman, 2010) yaitu pertama,
keselamatan, menghindari untuk tidak
mengenai
berkendara ketika dalam kondisi yang
risiko
berkendara
yang
menekankan pada kemungkinan yang
tidak
akan terjadi serta tingkat efek hasil negatif
pengaruh alkohol, mengantuk dan lain-
yang diterima nantinya. Kedua, perubahan
lain. Berdasarkan konsep keselamatan
perilaku
berkendara
yang
arahnya
menghindari
kondisi kecelakaan di jalanan. Menurut
memungkinkan
yang
seperti
sudah
dalam
dijelaskan
sebelumnya maka dapat disimpulkan
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
bahwa
keselamatan
96
berkendara
pada para pengendara usia muda yang
merupakan suatu kondisi yang selamat
terkait dengan kemampuan berkendara
saat berkendara dengan mengedepankan
sedikit banyaknya telah dikaji oleh para
perilaku-perilaku
yang
ahli. Sun, et. al (2008); Masten (2004);
menghindarkan pada munculnya risiko
Heck dan Carlos (2006) menjelaskan
kecelakaan dalam berkendara.
bahwa ancaman risiko akan keselamatan
berkendara
dalam berkendara pada para pengendara
PEMBAHASAN
muda ini tidak terlepas dari minimnya
Faktor usia dalam keselamatan
pengalaman berkendara yang dimiliki.
berkendara
Sebagai pengendara pemula, keberadaan
Keberadaan faktor usia memiliki
pengalaman dalam berkendara menjadi
kaitan terhadap konteks keselamatan
kendala
dalam berkendara dalam hal ini risiko
risiko kecelakaan. Hal ini tidak terlepas
munculnya kecelakaan saat berkendara.
dari
Beberapa
kajian
membahas
berkendara mengarahkan pada sejauh
mengenai
usia
keselamatan
mana tingkat kemampuan pengendara
yang
dan
yang
keberadaan
dapat
meningkatkan
pengalaman
dalam
berkendara ini banyak difokuskan pada
di
keberadaan
muda
baik ketika dalam kondisi yang biasa
dan usia tua dalam hal ini ditekankan
maupun dalam kondisi tiba-tiba yang
pada faktor keterampilan berkendara
membutuhkan respon secara cepat.
pengendara
usia
dalam
serta persepsi terhadap risiko dalam
berkendara.
menguasai
kendaraannya
Sejalan dengan pernyataan di atas
terkait dengan kemampuan berkendara
Pengendara usia muda dalam
dan keselamatan mengacu pada konsep
beberapa kajian dikategorikan dalam usia
umum milik Reason, et. al mengenai
16-18 tahun (Sun, Benehokal & Estrada,
perilaku berkendara, Briem, et. al (2002)
2008); 16-19 tahun (Masten, 2004); 16-
menjelaskan bahwa risiko kecelakaan
20 tahun (Aultman-Hall & Padlo, 2004);
yang muncul pada pengendara muda
17-23 tahun (Briem, Ragnarsson, &
mengarah pada dua hal yaitu konsep
Thordarson, 2002); di bawah 25 tahun
errors dan lapses. Errors menggambarkan
(Symmons, Haworth, & Johnston, 2004);
pada suatu kondisi pengendara muda
Institute for Road Safety Research (2012)
yang tidak berpengalaman, masih dalam
di Belanda mengkategorikan dalam usia
taraf belajar menggunakan kendaraan
10-17 tahun. Kategori usia pengendara
maupun perilaku berkendara yang tidak
muda tersebut dalam perkembangan
efektif
secara psikologis pada dasarnya masuk
menggunakan
dalam ranah perkembangan usia remaja.
mengarahkan pada kemampuan seorang
Keberadaan akan keselamatan
akibat
belum
kendaraan.
terbiasa
Lapses
pengendara muda yang tidak mampu
97
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
melakukan dengan tepat tugas-tugas
meningkatkan risiko dalam kecelakaan
berkendara
Selain
dalam berkendara. Yang mana menurut
kemampuan
Yagil (1998) keberadaan para pengendara
berkendara, keberadaan persepsi akan
usia muda ini mempunyai sikap yang
risiko dalam berkendara juga menjadi
negatif
kajian yang seringkali dibahas terkait
menjadikannya tidak patuh terhadap
dengan pengendara usia muda ini. Pada
peraturan dalam berkendara. Keberadaan
pengendara muda, beberapa kajian yang
akan perilaku pelanggaran terhadap
telah ada memaparkan beberapa hal
aturan ini mengarahkan pada risiko akan
terkait dengan persepsi terhadap risiko
sebuah kecelakaan (Parker & Manstead,
berkendara. Sun, et. al (2008); Masten
1996; Redhwan & Karim, 2010; Yahia,
(2004); Harre (Heck & Carlos, 2006)
Ismail, Albrka, Almselati, & Ladin, 2014).
yang
pembahasan
seharusnya.
mengenai
menjelaskan bahwa keberadaan persepsi
terhadap
Selain
aturan
pembahasan
yang
mengenai
terhadap risiko pada pengendara muda
pengemudi usia muda, untuk pengendara
erat dengan ketidakmatangan di dalam
pada
melakukan penilaian terhadap kondisi
menjelaskannya dalam beberapa ranah
yang berisiko. Para pengendara muda
usia yaitu usia 50 tahun ke atas (Morris &
dalam hal ini memiliki kecenderungan
Hopkin, 2010); lebih dari usia 60 tahun
tidak memiliki kemampuan di dalam
(Symmons, dkk., 2004); lebih dari 65
mempersepsikan suatu kondisi yang
tahun (Fildes, 1997; Shope & Eby, 1998;
berisiko yang mana dalam hal ini erat
Pietras, Shi, Lee, & Rizzo, 2006); 70 tahun
kaitannya
ke atas (Lam, 2002); lebih dari 75 tahun
dengan
ketidakmatangan
usia
tua,
(Schwebel
(Sun, dkk., 2008; Masten, 2004) maupun
tersebut dianggap sebagai batasan usia
dorongan dalam diri untuk cenderung
yang memiliki risiko kecelakaan yang
mengambil keputusan yang berisiko
tinggi bagi para pengendara yang masuk
(misal: kecepatan tinggi, mengambil jarak
dalam kategori usia tua.
kendaraan
berisiko)
2007).
peneliti
pengalaman dalam berkendara tersebut
pendek, melanggar peraturan, menyalip
dkk.,
para
Ranah
Permasalahan
usia
mengenai
tanpa
kemampuan berkendara pada ranah usia
memperhatikan konsekuensi yang akan
tua ini juga menjadi salah satu konteks
ditanggungnya (Masten, 2004; William &
yang
Ferguson,
munculnya
2002).
Keberadaan
akan
banyak
dikaji
risiko
terkait
kecelakaan
dengan
yang
perilaku yang mengarah pada keputusan
dihadapi. Keberadaan para pengendara
yang berisiko pada seorang pengendara
yang sudah memasuki usia tua pada
muda menurut Briem, dkk., (2002)
dasarnya
tersebut
penurunan dalam kemampuan maupun
mengarah
pelanggaran
pada
(violations)
yang
konsep
dapat
ketrampilan
telah
mengalami
berkendara
proses
(Morris
&
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
98
Hopkin, 2010; Fildes, 1997). Beberapa
akibat penuaan dan akibat permasalahan
penurunan
kesehatan.
kemampuan
ketrampilan
dalam
maupun
berkendara
ini
dalam
Penurunan
berkendara
akibat
dengan
penuaan
menurut Morris dan Hopkin (2010)
erat
diantaranya berupa pertama, penurunan
visual yang dimiliki serta kemampuan
dalam kemampuan mengolah informasi
kaitannya
kemampuan
kemampuan
kognitif yang ada. Pada pengendara
ketika berkendara seiring meningkatnya
usia tua tidak jarang mendapatkan
usia. Kemampuan di dalam mengolah
permasalahan
informasi
secara visual maupun kemampuan yang
ketika
mengarahkan
dalam
pada
berkendara
upaya
untuk
mengenai
kemampuan
mulai menurun dibandingkan pada usia-
memberikan respon yang cepat dan
usia yang lebih muda. Akibat adanya
efektif ketika berkendara maupun saat
penurunan kemampuan visual maupun
kondisi lalu lintas tertentu khususnya
kognitif ini, maka sangat dimungkinkan
macet. Penurunan di dalam mengolah
akan memiliki risiko kecelakaan yang
informasi
cukup
penurunan
ini
tidak
terlepas
kemampuan
dari
penglihatan
akan
tinggi
kedua
nantinya.
Penurunan
kemampuan
tersebut
maupun proses kognitif yang ada pada
sangat
individu di usia tua. Saat kemampuan
pada
pengolahan informasi ini menurun maka
stimulus atau salah mempersepsikan
akan menjadikan seorang pengendara
sebuah stimulus sehingga respon yang
tidak mampu dengan cepat memberikan
dimunculkan pun bisa terlambat dan
respon tertentu yang dibutuhkan ketika
juga salah. Selain permasalahan visual
berkendara. Kondisi ini sangat riskan
dimungkinkan
lambatnya
mengarahkan
menangkap
suatu
dan kognitif, permasalahan mengenai
dengan risiko munculnya kecelakaan di
kesehatan juga menjadi salah satu faktor
jalanan. Kedua, penurunan fungsi gerak
yang dapat mempengaruhi tingkat risiko
secara fisik. Permasalahan yang terjadi
kecelakaan pada pengendara usia tua.
Ketika fungsi gerakan secara fisik mulai
seorang pengendara. Keberadaan para
pada usia tua tidak jarang mengarahkan
Permasalahan
pada fleksibilitas gerakan fisik seseorang.
dapat mempengaruhi keberadaan fisik
mengalami penurunan dan mengarah
pengendara usia tua tidak jarang memiliki
pada kekakuan dapat mempengaruhi
permasalahan kesehatan yang dapat
respon gerakan saat berkendara.
mengganggu aktivitas khususnya saat
Fildes (1997) dalam studinya juga
mengenai
berkendara.
memberikan gambaran bahwa munculnya
Faktor
risiko kecelakaan pada pengendara usia
keselamatan berkendara.
tua tidak terlepas dari dua hal yaitu
Melakukan
penurunan
kemampuan
berkendara
kesehatan
jenis
kelamin
kajian
dalam
mengenai
keselamatan dalam berkendara yang
99
INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
terkait
dengan
jenis
kelamin
Permasalahan akan keterampilan
pada
dasarnya tidak bisa dilepaskan dengan
dalam
keberadaan usia dalam hal ini pengendara
tidak terlepas dari keberadaan akan
usia muda dan tua. Oleh sebab itu.
pengalaman individu yang seringkali
pembahasan
mengenai
faktor
jenis
berkendara
menyebabkan
pada
terjadinya
dan
ini nantinya secara garis besar akan
pengendara usia muda (laki-laki dan
memiliki keterkaitan diantara kedua
perempuan) yang masih dalam tahap
variabel tersebut. Dalam artikel ini juga
pengendara pemula (Masten, 2004; Lam
dua
dengan
untuk menjelaskan lebih jauh mengenai
keterampilan dalam berkendara serta
keberadaan pengendara perempuan dan
persepsi terhadap risiko.
keterampilan dalam berkendara, cukup
difokuskan
faktor
pada
yaitu
pembahasan
berkaitan
sering
kecelakaan
kelamin dalam keselamatan berkendara
akan
umumnya
dasarnya
terjadi
pada
dalam Heck & Carlos, 2006). Mencoba
Berkaitan dengan kedua faktor
jelas kiranya jika mendasarkan pada
berupa
dalam
keberadaan usia (pengendara usia muda)
berkendara serta persepsi terhadap risiko,
dalam hal ini rendahnya kemampuan
terdapat gambaran umum bahwasanya
dalam berkendara pada perempuan tidak
keberadaan
memiliki
terlepas dari belum adanya pengalaman
keterampilan dalam berkendara yang
sebelumnya dalam berkendara. Kondisi
lebih baik serta keberadaan persepsi yang
tersebut
rendah terhadap risiko dibandingkan
rendahnya
perempuan (Reason, dkk., 1990; Chang &
berkendara bagi perempuan. Berbeda
Yeh, 2007; Shi, Bai, Ying & Atchley, 2010).
dengan keberadaan para pengendara usia
Hal ini memberikan gambaran bahwa
muda, pada pengendara usia tua tuntutan
keberadaan akan risiko kecelakaan pada
keterampilan berkendara yang baik tidak
laki-laki dan perempuan memiliki faktor
bisa dilepaskan dari penurunan kondisi
yang berbeda dalam hal ini pengendara
fisik yang dialami. Seperti yang telah
yang
keterampilan
laki-laki
lebih
laki-laki lebih disebabkan persepsi yang
menjadi
faktor
penyebab
kemampuan
dalam
dijelaskan sebelumnya pada pembahasan
rendah terhadap risiko serta pengendara
mengenai
perempuan lebih diakibatkan perihal
berkendara bahwa permasalahan para
keterampilan dalam berkendara. Menjadi
pengendara usia tua tidak terlepas dari
catatan bahwa gambaran mengenai jenis
kondisi kesehatan secara fisik yang
kelamin dan faktor risiko kecelakaan
usia
dan
keselamatan
dapat menghambar kemampuan dalam
tersebut pada dasarnya juga sangat
berkendaranya (Morris & Hopkin, 2010;
dimungkinkan
sebaliknya
Fildes, 1997).
walaupun sifatnya minoritas dan tidak
Selain
terjadi
menjadi fokus dalam pembahasan.
hal
tersebut
di
atas,
permasalahan mengenai keterampilan
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
100
berkendara pada perempuan juga tidak
berkendara juga tidak terlepas dari
terlepas dari tuntutan peran secara
bagaimana persepsi seorang pengendara
sosial di masyarakat. Dalam hal ini
terhadap kemampuan berkendara yang
keberadaan seorang perempuan yang
dimilikinya.
seringkali berperan sebagai penumpang
dengan persepsi terhadap risiko salah
dibandingkan pengendara utama ketika
satunya tidak terlepas dari keberadaan
memiliki
evaluasi diri terhadap aturan dalam
pasangan
(Oxley,
Charlton,
Fildes, Koppel, & Scully, 2004). Dalam
penjelasan
lebih
lanjut
mengenai
keberadaan pasangan dan keterampilan
Lebih
lanjut,
berkaitan
berkendara. Yagil (1998) dalam studinya
menjelaskan bahwa keberadaan evaluasi
yang
positif
terhadap
aturan
berkendara, para pengendara perempuan
mempengaruhi
dalam usia tua lebih banyak memiliki
yang akan dimunculkan. Keberadaan
pengalaman
akan evaluasi terhadap aturan dan
sebagai
penumpang
dibandingkan sebagai pengendara utama
perilaku
akan
berkendara
kaitannya dengan gender pada dasarnya
yang mana dalam hal ini erat kaitannya
kecenderungannya hanya terdapat pada
dengan
dimilikinya
pengendara usia muda. Dalam hal ini para
(Cedersund dalam Oxley, dkk., 2004).
pengendara usia muda khususnya laki-laki
Menjadi catatan kecil dalam pembahasan
cenderung lebih memiliki evaluasi yang
pasangan
yang
keterampilan berkendara ini, Oxley, dkk.,
negatif terhadap aturan dibandingkan
(2004) juga memberikan gambaran lain
dengan para pengendara usia muda
bahwa terdapat studi yang bersifat kontras
perempuan maupun pengendara usia
terkait
sebagai
tua (Yagil, 1998; Chang & Yeh, 2007;
pengendara utama. Dalam studi yang
Yahia, dkk., 2014). Para pengendara laki-
bersifat kontras tersebut digambarkan
laki usia muda memiliki kecenderungan
bahwa risiko kecelakaan malah lebih
untuk melakukan pelanggaran terhadap
besar dihadapi oleh para pengendara yang
peraturan dalam berkendara (Yagil, 1998;
memiliki pengalaman lebih lama sebagai
Lancaster & Ward, 2002). Keberadaan
pengendara utama. Hal ini menjadi
perilaku
catatan yang menggambarkan masih
melakukan pelanggaran dalam
perlu adanya pengembangan penelitian
berkendara akan mengarahkan pada
terkait dengan keberadaan pengalaman
risiko kecelakaan berkendara (Parker &
berkendara dengan keselamatan dalam
Manstead, 1996; Redhwan & Karim, 2010;
berkendara khususnya terkait dengan
Yahia, dkk., 2014).
dengan
pengalaman
perempuan.
Sejalan
Selain terkait dengan konteks
kemampuan
permasalahan
berkendara
di
dalam
berkendara,
keselamatan
dalam
dengan
yang
apa
mudah
aturan
yang
dijelaskan sebelumnya mengenai persepsi
terhadap risiko, dalam penelitian yang
dilakukan oleh Holland, Geraghty dan
101 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Shah (2010) pada 222 responden laki-
risiko terhadap para pengendara laki-
laki dan perempuan usia 18-29 tahun
laki adalah adanya rasa kepercayaan
ditemukan bahwa pada laki-laki juga
diri yang terlalu tinggi saat berkendara.
mudah muncul rasa marah pada saat
Rasa kepercayaan diri ini akibat adanya
berkendara. Hal ini sangat rentan dengan
bias optimisme dalam diri pengendara.
munculnya perilaku berkendara yang
Bias optimisme ini menurut Noked
agresif dan berisiko (Deffenbacher dkk.,
(2010)
dalam Holland, dkk., 2010) yang mana
diri seorang pengendara yang mana
sangat mempengaruhi munculnya risiko
merasa
kecelakaan dalam berkendara nantinya
berkendara lebih baik dibandingkan
(Ivers, dkk., 2009). Kajian yang dilakukan
rata-rata pengendara lainnya. Dengan
oleh The Social Issues Research Centre
adanya
(2004) juga menggambarkan bahwa
tersebut menjadikan pengendara lebih
keberadaan akan keselamatan dalam
meremehkan
berkendara yang erat kaitannya dengan
bersifat negatif sehingga mengarahkan
keberadaan laki-laki sebagai mayoritas
pada munculnya perilaku-perilaku yang
korban dalam kecelakaan. Kondisi ini
berisiko saat berkendara. Lebih lanjut
tidak terlepas dari keberadaan laki-
dijelaskan
laki yang memiliki kecenderungan suka
optimisme dalam berkendara ini pada
mencari sensasi dan mengambil risiko
dasarnya lebih banyak dimiliki oleh para
yang
pengendara laki-laki di kalangan usia
mana
kecenderungan
tersebut
juga lebih dimiliki oleh para pengendara
merupakan
kemampuan
pemahaman
keadaan
dirinya
seperti
kondisi-kondisi
bahwa
dalam
dalam
halnya
yang
keberadaan
bias
muda (DeJoy dalam Al-Balbisi, 2003).
di usia muda. Kecenderungan mencari
Berbeda dengan keberadaan para
sensasi dan risiko ini juga tidak terlepas
pengendara pada usia muda, keberadaan
dari
(hormone
akan keselamatan dalam berkendara dan
laki-laki
pengendara usia tua tidak terlepas dari
memiliki tingkat hormon testoren jauh
menurunnya kondisi fisik yang ada. Seperti
konteks
testosterone)
hormonal
yang
mana
lebih tinggi dibandingkan perempuan.
halnya dijelaskan oleh Hu, Trumble, Foley,
Keberadaan hormon testosteron yang
Eberhard, dan Wallace (1996) keberadaan
tinggi khususnya pada usia remaja
glukoma dan penurunan secara potensial
dan dipengaruhi dengan sistem sosial
pada
(berkendara dengan kecepatan yang
menyebabkan
tinggi) yang ada maka akan mengarahkan
pada laki-laki. Keberadaan akan kedua
pada perilaku yang berisiko (Arnett, dkk.,
faktor tersebut memberikan pemahaman
dalam Heck & Carlos, 2006).
bahwa para pengendara usia tua memang
kognitif
menjadi
kecelakaan
faktor
yang
khususnya
Faktor lain yang erat kaitannya
telah mengalami penurunan fungsi secara
dengan rendahnya persepsi terhadap
fisik maupun kognitif (Morris & Hopkin,
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
2010;
Fildes, 1997) yang mana dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang
102
secara fisik sehingga kemampuan dalam
kedua hal tersebut menjadi berkurang.
di dalam menangkap stimulus saat
b. Berdasarkan pada penjelasan yang
berkendara serta mempersepsikan
sudah ada maka dapat disimpulkan bahwa
dengan tepat untuk dapat memunculkan
keberadaan akan keselamatan berkendara
reaksi yang sesuai.
dan
jenis
kelamin
yang
kaitannya
dengan keterampilan berkendara dan
persepsi terhadap risiko tidak dapat
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan
yang sudah ada maka dapaat disimpulkan
dilepaskan dari keberadaan variabel
usia. Selain hal tersebut, permasalahan
bahwa keberadaan faktor usia dan jenis
akan
kelamin terhadap keselamatan berkendara
keselamatan berkendara lebih banyak
yang diarahkan pada keterampilan dalam
diarahkan pada pengendara perempuan
berkendara serta persepsi terhadap risiko
yang dirasa kurang memiliki pengalaman
dapat disimpulkan sebagai berikut:
dalam berkendara akibat faktor usia yang
a. Berdasarkan pada penjelasan yang
masih muda, kebiasaan atau tuntutan
sudah
secara sosial dalam posisinya sebagai
ada
berkendara
usia
yang
dapat
keberadaan
muda
mengenai
keselamatan
berkaitan
dengan
disimpulkan
para
memiliki
bahwa
pengendara
risiko
keterampilan
berkendara
dan
penumpang dibandingkan pengendara
utama
(supir)
maupun
penurunan
usia
kemampuan akibat bertambahnya usia.
menghadapi
Lain halnya pada pengendara laki-laki,
kecelakaan akibat adanya masih belum
keberadaan
matangnya kemampuan yang dimiliki.
tidak
Ketidakmatangan
dengan
kecenderungan pelanggaran terhadap
keterampilan dalam berkendara serta
aturan, kesukaan akan sensasi dan
kemampuan mempersepsikan terhadap
risiko yang terkait dengan keberadaan
risiko yang dihadapi. Lain halnya dengan
hormone testosteron, bias optimisme
para pengendara usia tua, dalam hal
terhadap kemampuan berkendara yang
ancaman terhadap keselamatan sangat
mana lebih diarahkan pada pengendara
erat kaitannya dengan mulai menurunnya
laki-laki di usia muda. Pada pengendara
kemampuan yang dimiliki baik terkait
laki-laki di usia tua lebih diarahkan pada
dengan
penurunan fungsi fisik maupun kognitif
ini
terkait
keterampilan
berkendara
maupun persepsi terhadap risiko. Hal
keselamatan
terlepas
dari
berkendara
keberadaan
yang mempengaruhi di dalam merespon
ini diakibatkan para pengendara usia tua
dengan tepat terhadap satu situasi risiko
ini sudah mengalami degenerasi fungsi
tertentu saat berkendara.
103 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
mengontrol penggunaan kendaraan bagi
SARAN
Berdasarkan
penjelasan
yang
para pengendara usia muda.
Dalam hal ini para orangtua dapat
sudah ada maka dapat dimunculkan
beberapa saran sebagai berikut:
melarang penggunaan kendaraan bagi
a. Bagi kepolisian: Perlu adanya proses
para pengendara usia muda tanpa adanya
preventif yaitu berupa pemberian ijin
pendampingan dan di jalan raya. Selain
mengemudi kendaraan dengan lebih
itu orangtua dapat menjadi fasilitator
ketat khususnya bagi para pengendara
bagi para pengendara usia muda untuk
usia muda dan tua. Hal ini melihat adanya
mematangkan kemampuan berkendara
risiko-risiko yang dimiliki oleh kedua fase
sebelum
usia tersebut terkait dengan keselamatan
mengemudi.
dalam berkendara baik bagi pengendara
c. Bagi pengendara usia tua: Perlu adanya
sendiri maupun pengguna jalan yang lain.
selalu
Pihak kepolisian juga dapat melakukan
berkala serta menjaga kondisi tubuh. Hal
sosialisasi
ini sebagai upaya penguatan fungsi fisik
terus
menerus
mengenai
risiko berkendara pada kedua fase
usia tersebut. Selain proses preventif,
proses punishment juga harus dikuatkan
mendapatkan
pengecekan
ijin
kesehatan
dalam
secara
saat berkendara sehingga mengurangi
risiko gangguan fisik saat berkendara.
Selain itu perlu adanya pendamping (anak,
khususnya bagi para pengendara usia
caregiver, dll) yang mampu berkendara
muda yang telah melakukan pelanggaran
dengan baik sehingga dapat membantu
ijin maupun prosedur dalam berkendara.
pengendara usia tua ketika munculnya
b. Bagi orangtua: Peran orangtua perlu
gangguan fisik maupun kesehatan saat
ditingkatkan sebagai pihak yang mampu
berkendara.
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
Fuller, R. (2005). Towards a general theory
DAFTAR PUSTAKA
Al-Balbissi, A. H. (2003). Role of gender
in road traffic accident. Traffic Injury
Prevention, 4 (1), 64-7.
Amanda,
Survey
G.
(2014,
kecelakaan
November
lalu
lintas
7).
di
seluruh dunia: Orang-orang yang mati
dalam
diam.
104
Diakses
dari
http://
of driver behavior. Accident Analysis and
Prevention, 37, 461-472.
Haryanto,
H.
C.
(2011).
Kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas para
pengendara di perkotaan. Jurnal Inquiry,
4, 39-46.
Heck, K. E., & Carlos, R. M. (2006).
www.republika.co.id/berita/koran/
Adolescents
halaman-1/14/11/07/nenhso57-
influencing
s u r ve i - ke c e l a ka a n - l a l u - l i n t a s - d i -
http://4h.ucanr.edu/files/1226.pdf
seluruh-dunia-orangorang-yang-matidalam-diam pada tanggal 18 Mei 2015.
and
driving:
behavior.
Factors
Diakses
dari
pada tanggal 27 Mei 2015.
Holland, C,. Gerarghty, J., & Shah, K. (2010).
Aultman-Hall, L., & Padlo, P. (2004,
Differential moderating effect of locus of
Desember). Factors affecting young
control on effect of driving experience
driver safety. Dikases dari http://www.
cti.uconn.edu/pdfs/jhr04-298_03-5.pdf
pada 31 Mei 2015.
in young male and female drivers.
The Journal Personality and Individual
Differences, 48, 821-826.
Briem, V., Ragnarsson, A., & Thordarson,
Hu, P. S., Trumble, D. A., Foley, D. J.,
K. (2002). Psychological factors in
Eberhard, J. W., & Wallace, R. B. (1996).
young drivers’ traffic accident. In D. we
Crash prediction models for older drivers:
Waard, K. A. Brookhuis, C. M. Weikert,
A panel data analysis approach. Diakses
& A. Toffetti. (eds). Human factors in
dari http://ntl.bts.gov/data/letter_am/
transportation, communication, health,
and the workplace. Netherland: Shaker
H-L.,
Institute For Road Safety Research. (2012,
Agustus). Risky traffic behaviour among
Publishing.
Chang,
crash.pdf pada tanggal 7 Agustus 2015.
&
Yeh,
T-H.
(2007).
young adolescents. Diakses dari http://
Motorcyclist accident involvement by
www.swov.nl/rapport/Factsheets/UK/
Taipei, Taiwan. Transportation Research,
pada tanggal 23 Juli 2014.
age, gender, and risky behaviors in
Part F 10, 109-122.
Fildes, B. (1997, Juli). Safety of older
drivers: Strategy for future research and
action initiatives. Diakses dari http://
www.monash.edu/miri/research/
FS_young_adolescents.pdfNetherlands
Ivers, R., Senserick, T., Boufous, S.,
Stevenson, M., Chen, H-Y., Woodward,
M., & Norton, R. (2009). Novice drivers’
risky driving behavior, risk perception,
and crash risk: Finding from the DRIVE
reports/muarc118.pdf pada tanggal 30
study. American Journal of Public Health,
Juni 2015
99 (9), 1638-1644.
105 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Juneman, A. (2010). Masalah transportasi
Older driver-Safe or unsafe?. Diakses
kota dan pendekatan psikologi sosial.
dari http://www.roadsafetygb.org.uk/
Psikobuana, 1 (3), 173-189.
misc/fckeditorFiles/file/downloads/
Kalaˇsov´a, A., & Krchov´a, Z. (2011). Road
IAMOlderdrivers.pdf pada 30 Juni 2015.
users’ risky behavior: Analysing focusing
Noked, N. (2010). Providing a corrective
Kurniawan, A. (2014, April 15). Populasi
http://dash.harvard.edu/bitstream/
on aggressiveness. International Journal
of Vehicular Technology, vol. 2011, 1-5.
kendaraan
bermotor
di
juta
unit.
tembus104,2
dari
Indonesia
Diakses
http://otomotif.kompas.com/
read/2014/04/15/1541211/Populasi.
Kendaraan.Bermotor.di.Indonesia.
Tembus.104.2.Juta.Unit pada tanggal 8
subsidy to insurers for success in
reducing traffic accidents Diakses dari
handle/1/4889453/Noked_Noam_
PAPER_Revised.pdf?sequence=1
pada
tanggal 26 Agustus 2015.
Nordfjærn, T., Jørgensen, S., & Rundmo, T.
(2012). Cultural and socio-demographic
predictors of car accident involvement
in Norway, Ghana, Tanzania and Uganda.
Mei 2015.
Lam, L. T. (2002). Distraction and the risk
of car crash injury: The effect of drivers’
Safety Science, 50, 1862-1872.
Oxley, J., Charlton, J., Fildes, B., Koppel, S.,
age. Journal of Safety Research, 33, 411-
& Scully, J. (2004, Agustus). Older women
419.
and driving: A survey. Diakses dari
Lancaster,
R.,
September).
&
The
Ward,
R.
(2002,
contribution
of
individual factors to driving behaviour:
http://monash.edu/miri/research/
reports/muarc226.pdf pada tanggal 7
Agustus 2015.
Implications for managing work-related
Parker, D. and Manstead, A. S. R. (1996). The
road safety. Diakses dari http://www.
social psychology of driver behaviour.
hse.gov.uk/research/rrpdf/rr020.pdf
pada tanggal 27 Mei 2015.
Mahawati, E., & Prasetya, J. (2013).
Analisis
penggunaan
handphone
saat berkendara terhadap potensial
kecelakaan lalu lintas pada remaja di
semarang. Semantik, 3 (1), 435-442.
In: Semin, G. and Fiedler, K. eds. Applied
social psychology. London: Sage.
Pietras, T. A., Shi, Q., Lee, J. D., & Rizzo, M.
(2006). Traffic entry behavior and crash
risk for older drivers with impairment
of selective attention. Perceptual and
motor skills, 102, 632-644.
Masten, S. V. (2004, Januari). Teenage
Perepjolkina, V., & Renge, V. (2013).
driver risks and interventions. Diakses
Drivers’ age, gender, driving experience,
dari
http://apps.dmv.ca.gov/about/
profile/rd/r_d_report/Section_6/S6207.pdf pada tanggal 12 Agustus 2015.
Morris, B. & Hopkin, J. (2010, Januari).
and aggressiveness as predictors of
aggressive driving behavior. Journal
of Pedagogy and Psychology “Signum
Temporis”, 4 (1), 62–72
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
106
Reason, J., Manstead, A., Stradling, S.,
Shope, J. T., & Ebi, D. W. (1998, Juli).
Baxter, J., & Campbell, M. 1990. Errors
Improvement of older drivers safety
and violation on the roads: A real
through
distinction?. Ergonomics, 33 (10), 1315-
group results. Diakses dari http://
1332.
deepblue.lib.umich.edu/bitstream/
Redhwan, A. A., & Karim, A. J. (2010).
Knowledge,
attitude,
and
practice
towards road traffic regulations among
university
students,
Malaysia.
self-evaluation:
Focus
hndle/2027.42/1249/91199.0001.001.
pdf?sequence=2 pada tanggal 30 Juni
2015.
The
Strecher, V. J., Bauermeister, J, A., Shope,
International Medical Journal Malaysia,
J., Chang, C., Newport-Berra, M., Giroux,
9 (2), 29-4.
A., & Guay, E. (2006, Desember).
Schwebel, D. C., Ball, K. K., Severson, J.,
Intervention to promote safe driving
Barton, B. K., Rizzo, M., & Viamonte, S.
behaviour: Lesson learned from other
M. (2007). Individual difference factors
health-related
behaviours.
Diakses
in risky driving among older adults.
dari
Journal of Safety Research, 38 (5), 501-
bitstream/handle/2027.42/85185/
509.
B E H A V _ R E S _ I N _ R O A D _ S A F E T Y.
Shi, J., Bai, Y., Ying, X., & Athcley, P. (2010).
Aberrant driving behaviors: A study of
drivers in Beijing. Accident Analysis and
Prevention, 42, 1031–1040
http://deepblue.lib.umich.edu/
pdf?sequence=1 pada tanggal 27 Mei
2015.
Sun, D., Benehokal, R. F., & Estrada, H.
(2008). Comparative analysis of the
107 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
attitude and behavior of young driver’
use of two-way two-lane highways.
Advances in transportation studies, 15,
75-84.
Symmons, M., Haworth, N., & Johnston,
I. (2004, Maret). Rural road safetyoverview of crash statistic. Diakses dari
http://www.monash.edu.au/miri/
research/reports/muarc212.pdf
pada
15 Mei 2015.
The Social Issues Research Centre. (2004,
Agustus). Sex differences in driving and
insurance risk: An analysis of the social
and psychological differences between
men and women that are relevant to their
driving behaviour. Diakses dari http://
www.sirc.org/publik/driving.pdf pada
tanggal 10 juli 2015.
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia.
(2008).
Kamus
Jakarta:
Pusat
Bahasa
Bahasa
Pendidikan Nasional.
Indonesia.
Departemen
Varmazyar, S., Mortazavi, S., B., Hajizadeh,
E., & Arghami, S. (2013). The relationship
between driving aberrant behavior and
self-reported
accidents
involvement
amongst professional bus drivers in
the public transportation community.
Health Scope, 2 (2), 110-115.
Williams, A. F., & Ferguson, S. A. (2002).
Rationale for graduated licensing and
the risks it should address. Injury
Prevention, 8 (11), 9-16.
Yagil, D. (1998). Gender and age differences
in attitudes toward traffic laws and traffic
violations. Transportation Research Part
F: Traffic Psychology and Behavior, 1,
123-135.
Yahia, H. A. M., Ismail, A., Albrka, S. I.,
Almselati, A. S., & Ladin, M. A. (2014).
Attitudes and awareness of traffic safety
among drivers in Tripoli-Libya. Journal
of Applied Sciences, Enginering and
Technology, 7 (24), 5297-5303.