MAKALAH MASALAH KESEHATAN PADA TODDLER
MAKALAH MASALAH KESEHATAN PADA TODDLER
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An
Kelompok 3
Utin Saidatul Hasanah
(22020116120021)
Khosidah
(22020116120024)
Kurniati Dwi Setyaningsih
(22020116120025)
Tri Vita Amalia
(22020116120026)
Nanda Alifia Desiana
(22020116120028)
A.16-1
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2018
Materi tentang Demam
A. Definisi Demam
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas
38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral,
rektal, dan aksila (Ismoedijanto, 2000).
B. Tipe-tipe Demam
Menurut Nelwan (2007), terdapat beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai,
antara lain:
Demam Septik
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
Demam sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
Demam Interemiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
Demam Kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat.
Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
C. Manifestasi Klinis Demam
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang
muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah
supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut
ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otototot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mulamula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas
di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar
yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke
seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat
menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan
menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin
lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa
cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu
Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).
Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan
kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat,
yaitu:
Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan
spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau mani-
festasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, gelisah.
Derajat IV :
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
D. Etiologi Demam
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh
adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam
pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN
membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang
meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan lain, misalnya pada tumor,
penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber
pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain.1,2,3,4 Kemampuan anak untuk
beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat
tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk
merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat
tanpa disertai dengan gejala demam (Ismoedijanto, 2000).
E. Patofisiologi Demam
Suhu adalah hasil produksi metabolisme tubuh yang diperlukan untuk
kelancaran aliran darah dan menjaga agar reaksi kimia tubuh dapat berjalan baik
(enzim hanya bekerja pada suhu tertentu). Sebagai makhluk yang homeotermik,
anak selalu berusaha mengatur suhu tubuhnya. Suhu tubuh diatur oleh suatu
mekanisme yang menyangkut susunan saraf, biokimia, dan hormonal. Hipotalamus
menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah yang masuk ke otak
dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas di kulit. Termostat dalam
hipotalamus diatur pada set-point sekitar suhu 370 C dengan rentang sekitar 10 C,
dan suhu dipertahankan dengan menjaga keseimbangan pembentukan atau
pelepasan panas. Saraf eferen dari hipotalamus terdiri dari saraf somatik dan saraf
autonom, sehingga hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot, kelenjar keringat,
peredaran darah, dan ventilasi paru. Hipotalamus posterior merupakan pusat
pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran
panas. Bila suhu luar lebih rendah, pembentukan panas akan dilakukan dengan
meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot / menggigil,
pengeluaran panas akan dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah kulit dan
pengurangan produksi keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur
pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas
ditingkatkan
dengan
cara
vasodilatasi,
evaporasi
(berkeringat),
radiasi
(dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran (dari daerah panas ke
dingin), dan konveksi. Permukaan tubuh anak relatif lebih luas dibandingkan
dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat penting, terutama untuk
daerah tropis.
Demam merupakan akibat dari kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh
adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam
pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN
membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan
enzim
cyclooxygenase
pembentuk
prostaglandin.
Prostaglandin
meningkatkan set point hipotalamus. Kemampuan anak untuk beraksi terhadap
infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur.
Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan
memproduksi panas.
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena
aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun
kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran
darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru)
bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung
kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat
cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi
terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan
elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan terjadi bila
suhu tubuh lebih tinggi dari 410 C, terutama pada jaringan otak dan otot yang
bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,
terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan (Ismoedijanto, 2000).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks . Kejang demam sederhana berlangsung singkat (kurang dari 15
menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa gambaran fokal dan
pulih dengan spontan. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam. Kejang demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran kejang
fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama 24
jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan kejang kondisi anak tidak
sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% kejang demam. Kejang fokal
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan
anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam (Arief, 2015).
F. Penanganan Demam
Asuhan Keperawatan pada Toddler
Gambaran Kasus :
Anak K perempuan usia 2 tahun dibawa keluarga dirawat dengan kejang demam.
Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit anak mengalami demam tinggi sejak 2 hari
yang lalu. Menurut kelurga demam anak hanya turun dengan pemberian antipiretik.
Anak mengalami batuk pilek. Bayi tidak mau makan dan minum. Saat dilakukan
pengkajian anak sudah tidak kejang suhu tubuh anak 38,8oC, nadi 130 kali/menit. Anak
menolak makan apapun, susu masih mau meskipun sedikit.
1. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien
Nama
Tempat, tanggal Lahir
Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku
Pekerjaan
Status perkawinan
Status pendidikan
Diagnosa medis
: An. K
:: 2 tahun (toddler)
: Perempuan
: Islam
: Jawa
:: Belum Menikah
:: Hipertermia (Demam)
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Ny. S
Usia
: 40 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir
: SLTP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Hubungan dengan klien
: Ibu
No. yang bisa dihubungi
: 085555777150
Alamat
: Semarang
2) Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama
Anak mengalami demam 2 hari yang lalu dan kejang-kejang yang terjadi
kurang dari 5 menit, anak juga mengalami batuk pilek dan tidak mau makan
atau minum.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan umum : kejang dan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat penyakit dahulu pada gambaran kasus.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat riwayat kesehatan keluarga pada gambaran kasus.
3) Pemeriksaan fisik
Kesadaran
: kesadaran penuh (composmentis)
Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital :
Nadi : 130x/menit
Suhu : 38,8 oC (Demam Tinggi)
HR
: Tidak disebutkan dalam gambaran kasus.
RR
: Tidak disebutkan dalam gambaran kasus.
4) Pengkajian pada Kebutuhan Dasar
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : anak menangis, kurang istirahat karena susah tidur ketika
badannya demam.
b. Makanan/Cairan
Gejala : tidak mau makan, hanya mau minum susu sedikit
c. Neurosensori
Gejala : anak mengalami kejang selama kurang lebih 5 menit.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: ketidaknyamanan anak karena batuk pilek
2. PENGELOMPOKAN DAN ANALISIS DATA
Data Subjektif
a. Anak mengalami demam tinggi sejak 2 hari yang lalu.
b. Keluarga mengatakan bahwa demam anak hanya turun dengan pemberian antipiretik.
Data Objektif
a. Suhu tubuh klien 38,8°C.
b. nadi 130 kali/menit.
c. Klien mengalami batuk pilek.
d. Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit.
e. Klien tidak mau makan dan minum.
f.
Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu.
Analisa Data
No
Hari,
Data Fokus
1.
tanggal
Selasa, 27
Data Subjektif
Februari
Klien mengalami
demam
2018
Masalah
Etiologi
Hipertermia
Sepsis
[00007]
(virus)
Paraf
tinggi
sejak 2 hari yang
lalu.
Kelurga
mengatakan
demam
turun
anak
dengan
pemberian
Kel 3
antipiretik.
Data Objektif
Suhu
tubuh
klien 38,8°C.
Kejang
terjadi
selama
kurang
lebih 5 menit.
Selasa,
2
Februari
27 Data Subjektif
Ketidakseimba
-
Kurang
ngan nutrisi : asupan
2018
kurang
Data Objektif
kebutuhan
Klien tidak mau
makan
Bayi tidak dapat
mempertahanka
n menyusu.
tubuh
dan [00002]
minum.
dari makanan
Kel 3
3
Selasa,
27 Data Subjektif
Februari
-
2018
Intoleransi
Ketidaksei
Aktivitas
mbangan
[00092]
antara
Data Objektif
suplai dan
Keletihan akibat
kebutuhan
metabolisme
oksigen
meningkat saat
demam
Kel 3
tinggi
sedangkan
asupan
makan
kurang.
Pernapasan
cepat
saat
demam tinggi.
3. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
1.
Tanggal
3.
Tanggal
ditentukan
Keperawatan
Selasa, 27 Hipertermia
berhubungan
Februari
2.
Diagnosa
2018
Selasa,
dengan sepsis [00007]
27 Ketidakseimbangan
Paraf
Kel 3
nutrisi:
Februari
kurang dari kebutuhan tubuh
2018
berhubungan
Selasa,
Teratasi
dengan
kurang
Kel 3
asupan makanan [00002]
27 Intoleransi
Aktivitas
Februari
berhubungan
2018
ketidakseimbangan
dengan
antara
suplai dan kebutuhan oksigen
[00092]
1. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Kel 3
No
Tanggal
1.
27
Dx
Intervensi (NIC)
Paraf
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen kejang
Kel 3
Februari
keperawatan selama 1 x 24
(2680)
2018
jam, diharapkan demam
1
Tujuan (NOC)
tinggi anak dapat menurun
dengan kriteria sebagai
berikut :
Termoregulasi (0800)
Hipertermia dari
skala 3 (sedang) ke
skala 4 (ringan)
Dehidrasi dari skala
3 (sedang) ke skala
4 (ringan)
Status Neurologi (0909)
Hipertermia
skala
3
dari
(cukup
terganggu) ke skala
4 (sedikit terganggu)
Aktifitas kejang dari
skala
3
(cukup
terganggu) ke skala
4 (sedikit terganggu)
Aktivitas :
1. Pasang IV line
dengan benar.
2. Catat
lama
kejang.
3. Catat
karakteristik
kejang.
4. Berikan
obatobatan
anti
kejang
dengan
benar.
5. Monitor
status
neurologis.
6. Monitor tandatanda vital.
7. Orientasikan
kembali pasien
setelah kejang.
Pencegahan kejang
(2690)
Aktivitas :
1. Instruksikan
keluarga
memanggil
dirasa
untuk
jika
akan
terjadinya kejang
2. Jaga penghalang
tempat tidur tetap
di naikkan
3. Singkirkan obyek
potensial
yang
membahayakan,
yang
ada
di
lingkungan
pasien.
2
27
2
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Nutrisi
Februari
keperawatan selama 2x24
(1100)
2018
jam, diharapkan asupan
makan klien membaik
dengan kriteria sebagai
berikut :
Aktivitas :
1. Tentukan status
gizi pasien dan
kemampuan
Nafsu makan (1014)
Hasrat/ keinginan
untuk makan dari
untuk
memenuhi
kebutuhan gizi.
2. Tentukan
apa
skala 3 (cukup
yang
terganggu) ke skala
preferensi
4 (sedikit terganggu)
Mencari makanan
makanan
menjadi
bagi
makan dari skala 3
pasien
3. Tentukan
(cukup terganggu)
jumlah
ke skala 4 (sedikit
dan jenis nutrisi
terganggu)
Intake makanan
yang
makan dari skala 3
untuk
(cukup terganggu)
memenuhi
ke skala 4 (sedikit
pasien
terganggu)
Intake nutrisi makan
kalori
dibutuhkan
persyaratan gizi
4. Makanan
disajikan
makan dari skala 3
dengan
(cukup terganggu)
yang menarik
cara
Kel 3
ke skala 4 (sedikit
5. Anjurkan
terganggu)
Intake cairan makan
keluarga terkait
dari skala 3 (cukup
kebutuhan
terganggu) ke skala
makanan
4 (sedikit terganggu)
Rangsangan untuk
tertentu
makan makan dari
skala 3 (cukup
terganggu) ke skala
dengan
berdasarkan
perkembangan
usia
4 (sedikit terganggu)
Status nutrisi: Asupan
makanan dan cairan
(1008)
Asupan makanan
secara oral dari skala
3 (cukup
menyimpang dari
rentang normal) ke
skala 4 (sedikit
menyimpang dari
rentang normal)
Asupan cairan secara
oral dari skala 3
(cukup menyimpang
dari rentang normal)
ke skala 4 (sedikit
menyimpang dari
rentang normal)
3
27
Februari
3
Setelah dilakukan tindakan
Monitor tanda-tanda
keperawatan selama 2 x 24
vital (6680)
Kel 3
2018
jam diharapkan intoleransi
aktivitas anak dapat teratasi
dengan kriteria sebagai
nadi,
suhu, dan status
Tanda-tanda vital (0802)
Suhu tubuh menurun
dari skala 2 (deviasi
yang
cukup besar
pernapasan
dengan tepat.
2. Monitor
dan
laporkan tanda
dan
gejala
dari kisaran normal)
hipertermia.
3. Monitor warna
ke skala 4 (deviasi
kulit, suhu, dan
yang
1. Monitor tekanan
darah,
berikut :
Aktivitas :
ringan
dari
kisaran normal).
Tingkat pernapasan
kelembaban.
4. Identifikasi
kemungkinan
membaik dari skala
perubahan
2
tanda-tanda
(deviasi
cukup
yang
besar
dari
vital.
Monitor
Nutrisi
kisaran normal) ke
skala 4 (deviasi yang (1160)
Aktivitas :
ringan dari kisaran 1. Monitor
turgor
normal).
kulit
dan
Status Nutrisi (1004)
mobilitas.
Asupan
makanan
2. Monitor adanya
dari skala 3 (cukup
mual dan muntah.
menyimpang
dari 3. Identifikasi
rentang normal) ke
perubahan nafsu
skala
makan
4
menyimpang
(sedikit
dari
rentang normal).
Asupan cairan dari
skala
3
menyimpang
(cukup
dari
rentang normal) ke
aktivitas
akhir ini.
4. Tentukan
dan
akhirpola
makan (misalnya
makanan
yang
disukai dan tidak
skala
4
(sedikit
menyimpang
disukai, konsumsi
dari
yang
berlebihan
rentang normal).
Energi membaik dari
terhadap
skala
(cukup
saji, makan yang
dari
terlewati, makan
3
menyimpang
makanan
siap
rentang normal) ke
tergesa-gesa,
skala
interaksi
4
(sedikit
menyimpang
dari
dan
rentang normal).
anak
orang
selama
tua
makan
dan
frekuensi
serta
lamanya
bayi makan)
5. Monitor adanya
(warna)
pucat,
kemerahan
dan
jaringan
konjungtiva yang
kering.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu
27
Februari
2018
07.00
WIB
Dx
1
Tindakan
Respon
Keperawatan
Memasang IV line S
:
Pasien
dengan benar
mengatakan
bersedia
dipasang
IV
O : Pasien terlihat
merintih
dipasang IV
ketika
Paraf
Kel 3
07.05
1
Mencatat lama kejang S
:
Keluarga
yang dialami klien dan mengatakan bahwa
mencatat karakteristik
anak
sering
kejang.
mengalami kejang
Kel 3
O : Pasien terlihat
07.10
1
diam
Memberikan
obat- S
:
Pasien
obatan anti kejang mengatakan
dengan benar kepada
lumayan nyaman
klien.
setelah meminum
obat
O : Klien terlihat
mulai
tenang,
Kel 3
keluarga
memberikan
obat
kejang saat pasien
mengalami kejang
07.10
1
Memonitor status
neurologis dan
memonitor tanda-tanda
vital.
S
:
Keluarga
mengatakan bahwa
setelah
diberikan
obat anti kejang,
anak mulai tenang
dan membaik
O : Pasien dapat
diajak
berbicara
dan terlihat lebih
baik
Kel 3
07.15
1
Orientasikan kembali S
:
Pasien
pasien setelah kejang.
mengingat apapun
yang
ada
disekitarnya
Kel 3
O : Pasien terlihat
07.20
1
Mengintruksikan
keluarga
terdiam dan tenang
S: Keluarga pasien
untuk mengatakan
akan
memanggil perawat jika segera memanggil
dirasa akan terjadinya perawat jika kejang
kejang
Kel 3
terjadi
O: Keluarga pasien
07.25
1
Menjaga
terlihat setuju
penghalang S
:
Pasien
tempat tidur tetap di mengatakan
naikkan
nyaman jika pagar
tempat
tidurnya
tetap dinaikkan
O : Pasien terlihat
nyaman dan tenang
Kel 3
07.30
1
Menyingkirkan
obyek S
:
Keluarga
potensial
yang mengatakan bahwa
membahayakan,
yang khawatir jika anak
ada
di
lingkungan terkena
pasien.
benda-
benda
yang
berbahaya
saat
kejang
O
:
Keluarga
Kel 3
membantu perawat
untuk menjauhkan
benda-benda yang
sekiranya
berbahaya
09.00
2
pasien
Menentukan status gizi S
:
bagi
Keluarga
pasien dan kemampuan mengatakan bahwa
pasien untuk memenuhi anak masih susah
kebutuhan gizi.
untuk makan
O : Status
gizi
pasien belum ada
perkembangan dan
klien selalu “rewel”
saat diberi makan
Kel 3
09.05
2
Menentukan apa yang S : Keluarga dan
menjadi
preferensi pasien mengatakan
makanan bagi pasien
apa
saja
yang
menjadi preferensi
makanan
bagi
pasien
Kel 3
O : Keluarga dan
pasien
aktif
saat
berdiskusi tentang
preferensi makanan
09.10
2
Menentukan
bagi pasien
jumlah S : Klien bersedia
kalori dan jenis nutrisi untuk
diperiksa
yang dibutuhkan untuk bunyi jantungnya
memenuhi persyaratan O
gizi
09.15
2
Membuat
:
Terdengar
bunyi loop-doop
penyajian S
:
Klien
makanan dengan cara mengatakan
yang menarik
Kel 3
dengan
suka
bentuk
makanannya
O : Klien telah
mengabiskan
makanannya,
terlihat sudah tidak
bersisa makannya
Kel 3
09.20
2
Menganjurkan keluarga S : Keluarga klien
terkait dengan
mengatakan sudah
kebutuhan makanan
memberi makanan
tertentu berdasarkan
yang sesuai dengan
perkembangan usia
usia anaknya
Kel 3
O : Keluarga klien
sudah memberikan
makanan
09.25
3
yang
sesuai kepada klien
tekanan S: Klien bersedia
Memonitor
darah, nadi, suhu, dan untuk untuk dicek
status
pernapasan O: Klien terlihat
dengan tepat.
tenang
ketika
Kel 3
dilakukan
3
pengecekkan
dan S
:
Keluarga
Memonitor
laporkan
tanda
dan mengatakan bahwa
gejala hipertermia.
gejala hipertermia
masih
sering
kambuh
O : Keluarga selalu
Kel 3
melaporkan kepada
perawat
saat
terdapat tanda dan
gejala hipertermia
09.30
3
pada pasien
Memonitor warna kulit, S
:
suhu, dan kelembaban.
Klien
mengatakan
bersedia dilakukan
pengkajian
O : Klien terlihat
tenang
Kel 3
09.30
3
Mengidentifikasi
S:-
kemungkinan
O
:
Tanda-tanda
perubahan tanda-tanda vital pasien belum
vital.
3
Kel 3
stabil
Memonitor turgor kulit S
dan mobilitas.
:
Klien
mengatakan
bersedia dilakukan
pengkajian
Kel 3
O : Klien terlihat
3
tenang
adanya S
:
Memonitor
mual dan muntah
Klien
mengatakan sudah
tidak merasa mual
Kel 3
O : Klien terlihat
3
tidak muntah
S : Keluarga klien
Mengidentifikasi
perubahan nafsu makan mengatakan
dan
aktivitas
klien
akhir- sudah mau makan
akhir ini.
dengan porsi yang
banyak
Kel 3
O : Klien terlihat
makan
3
teratur
pola S : Keluarga klien
Menentukan
makan
dengan
(misalnya mengatakan selalu
makanan yang disukai memberikan
dan
tidak
disukai, makanan
konsumsi
berlebihan
makanan
yang disukai
terhadap dan
siap
yang
anaknya
memberikan
saji, makanan
yang
makan yang terlewati, bergizi
makan
interaksi
tergesa-gesa,
anak
dan O : Klien terlihat
Kel 3
orang tua selama makan makan
dan
frekuensi
serta lahap
lamanya bayi makan)
3
Memonitor
(warna)
dengan
dan
terlihat
tidak
tergesa-
gesa atau cepat
adanya S
:
Klien
pucat, mengatakan
mau
kemerahan dan jaringan lakukan
konjungtiva
yang pengecekkan
kering
namun
Bersama
Kel 3
ibunya
O : Klien terlihat
sedikit takut
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal
&
Jam
28
Catatan Terintegrasi
Dx
1
Paraf
Soap
S
Keluarga mengatakan bahwa panas pada
Februari
anak sudah menurun dan kejang-kejang
2018
Pukul
sudah berkurang
Hipertermia dan kejang menurun dari skala
O
08.30 WIB
3 menjadi skala 4, IV line masih terpasang,
pasien minum obat saat demam kejang
A
terjadi lagi
Masalah pasien sudah teratasi
Tetap memantau TTV pada anak, dan
P
segera
memberikan
intervensi
demam kejang terjadi lagi
apabila
Kel 3
2
S
Keluarga mengatakan bahwa anak sudah
memiliki hasrat atau nafsu untuk makan
meskipun dalam jumlah yang sedikit dan
O
anak lebih banyak minum daripada makan
Pasien masih suka “rewel” saat makan,
makanan yang diberikan tidak semuanya
habis termakan, pasien lebih suka minum,
makan dan minum secara normal lewat
A
oral
Masalah belum sepenuhnya teratasi
Memantau TTV pasien, memberikan
P
pilihan beberapa makanan yang disenangi
anak,
menyediakan
makanan
Kel 3
dengan
menarik
3
S
O
Kel 3
A
1
Maret
1
P
S
2018
Pukul
09.00 WIB
Keluarga mengatakan bahwa panas pada
anak sudah menurun dan kejang-kejang
O
sudah berkurang
Hipertermia dan kejang menurun dari skala
3 menjadi skala 4, IV line masih terpasang,
pasien minum obat saat demam kejang
A
P
terjadi lagi
Masalah pasien sudah teratasi
Tetap memantau TTV pada anak
Kel 3
2
S
Keluarga mengatakan bahwa anak sudah
memiliki hasrat atau nafsu untuk makan
O
dalam jumlah yang lebih banyak
Pasien sudah makan dalam
jumlah
meskipun tidak dihabiskan seluruhnya,
tidak ada masalah dengan turgor kulit,
makan dan minum dengan normal melalui
A
oral
Masalah mulai teratasi
Menyediakan pilihan beberapa makanan
P
yang
disenangi
anak,
Kel 3
menyediakan
makanan dengan menarik, mengkaji status
gizi anak
3
S
O
A
P
Kel 3
Infeksi virus/sepsis
(batuk dan pilek)
Merangsang
makrofag/PMN untuk
membentuk PE
(faktor pirogen
endogenik)
Pembentukan
prostaglandin di
hipotalamus
Memacu metabolisme
yang sangat cepat
Jantung dipompa
lebih kuat dan cepat
Frekuensi napas cepat
Kenaikan set point
hipotalamus anterior
Ketidakseimbangan
produk dan
pengeluaran panas
DEMAM TINGGI
Dx : Hipertermia
berhubungan dengan
sepsis/virus (00007)
NOC :
Termoregulasi (0800),
Status Neurologi (0909)
NIC :
Manajemen kejang (2680)
Pencegahan kejang (2690)
Keletihan/kelemahan
Dx : Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
(00092)
NOC :
Tanda-tanda vital (0802)
Ketidakseimbangan
potensial membran
ATP ASE
Penurunan asupan
makanan
Difusi Na+ dan K+
Kejang < 15 menit
Status Nutrisi (1004)
NIC :
Monitor tanda-tanda vital
(6680)
Monitor Nutrisi (1160)
Menolak makan dan
minum
Tidak menimbulkan
gejala sisa
Dx : Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang
asupan makanan (00002)
NOC :
Nafsu makan (1014) Status
nutrisi: Asupan makanan dan
cairan (1008)
NIC:
Manajemen Nutrisi (1100)
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Jurnal Pendidikan , 658-661.
Bulecheck,Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition.United State : Mosb
Herdman, T. (2015). Nanda International Inc. diagnosis keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Ismoedijanto. (2000). Demam pada Anak. Sari Pediatri, 103-108.
Moorhead, Sue dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.United State:Mosby
Nelwan, R.H.H. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi Keempat. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An
Kelompok 3
Utin Saidatul Hasanah
(22020116120021)
Khosidah
(22020116120024)
Kurniati Dwi Setyaningsih
(22020116120025)
Tri Vita Amalia
(22020116120026)
Nanda Alifia Desiana
(22020116120028)
A.16-1
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2018
Materi tentang Demam
A. Definisi Demam
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas
38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral,
rektal, dan aksila (Ismoedijanto, 2000).
B. Tipe-tipe Demam
Menurut Nelwan (2007), terdapat beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai,
antara lain:
Demam Septik
Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
Demam sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
Demam Interemiten
Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
Demam Kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat.
Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
C. Manifestasi Klinis Demam
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang
muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah
supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut
ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otototot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mulamula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas
di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar
yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke
seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat
menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan
menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin
lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa
cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu
Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).
Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan
kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat,
yaitu:
Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan
spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau mani-
festasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, gelisah.
Derajat IV :
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
D. Etiologi Demam
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh
adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam
pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN
membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang
meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan lain, misalnya pada tumor,
penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber
pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain.1,2,3,4 Kemampuan anak untuk
beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat
tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk
merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat
tanpa disertai dengan gejala demam (Ismoedijanto, 2000).
E. Patofisiologi Demam
Suhu adalah hasil produksi metabolisme tubuh yang diperlukan untuk
kelancaran aliran darah dan menjaga agar reaksi kimia tubuh dapat berjalan baik
(enzim hanya bekerja pada suhu tertentu). Sebagai makhluk yang homeotermik,
anak selalu berusaha mengatur suhu tubuhnya. Suhu tubuh diatur oleh suatu
mekanisme yang menyangkut susunan saraf, biokimia, dan hormonal. Hipotalamus
menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah yang masuk ke otak
dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas di kulit. Termostat dalam
hipotalamus diatur pada set-point sekitar suhu 370 C dengan rentang sekitar 10 C,
dan suhu dipertahankan dengan menjaga keseimbangan pembentukan atau
pelepasan panas. Saraf eferen dari hipotalamus terdiri dari saraf somatik dan saraf
autonom, sehingga hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot, kelenjar keringat,
peredaran darah, dan ventilasi paru. Hipotalamus posterior merupakan pusat
pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran
panas. Bila suhu luar lebih rendah, pembentukan panas akan dilakukan dengan
meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot / menggigil,
pengeluaran panas akan dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah kulit dan
pengurangan produksi keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur
pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas
ditingkatkan
dengan
cara
vasodilatasi,
evaporasi
(berkeringat),
radiasi
(dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran (dari daerah panas ke
dingin), dan konveksi. Permukaan tubuh anak relatif lebih luas dibandingkan
dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat penting, terutama untuk
daerah tropis.
Demam merupakan akibat dari kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh
adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam
pada infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN
membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan
bantuan
enzim
cyclooxygenase
pembentuk
prostaglandin.
Prostaglandin
meningkatkan set point hipotalamus. Kemampuan anak untuk beraksi terhadap
infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur.
Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan
memproduksi panas.
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena
aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun
kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran
darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru)
bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung
kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat
cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi
terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan
elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan terjadi bila
suhu tubuh lebih tinggi dari 410 C, terutama pada jaringan otak dan otot yang
bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,
terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan (Ismoedijanto, 2000).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks . Kejang demam sederhana berlangsung singkat (kurang dari 15
menit), tonik-klonik. dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa gambaran fokal dan
pulih dengan spontan. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam. Kejang demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran kejang
fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Durasinya lebih dari 15 menit dan berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama 24
jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali, dan di antara bangkitan kejang kondisi anak tidak
sadarkan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% kejang demam. Kejang fokal
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan
anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% kejang demam (Arief, 2015).
F. Penanganan Demam
Asuhan Keperawatan pada Toddler
Gambaran Kasus :
Anak K perempuan usia 2 tahun dibawa keluarga dirawat dengan kejang demam.
Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit anak mengalami demam tinggi sejak 2 hari
yang lalu. Menurut kelurga demam anak hanya turun dengan pemberian antipiretik.
Anak mengalami batuk pilek. Bayi tidak mau makan dan minum. Saat dilakukan
pengkajian anak sudah tidak kejang suhu tubuh anak 38,8oC, nadi 130 kali/menit. Anak
menolak makan apapun, susu masih mau meskipun sedikit.
1. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien
Nama
Tempat, tanggal Lahir
Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku
Pekerjaan
Status perkawinan
Status pendidikan
Diagnosa medis
: An. K
:: 2 tahun (toddler)
: Perempuan
: Islam
: Jawa
:: Belum Menikah
:: Hipertermia (Demam)
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Ny. S
Usia
: 40 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir
: SLTP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Hubungan dengan klien
: Ibu
No. yang bisa dihubungi
: 085555777150
Alamat
: Semarang
2) Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama
Anak mengalami demam 2 hari yang lalu dan kejang-kejang yang terjadi
kurang dari 5 menit, anak juga mengalami batuk pilek dan tidak mau makan
atau minum.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan umum : kejang dan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat penyakit dahulu pada gambaran kasus.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat riwayat kesehatan keluarga pada gambaran kasus.
3) Pemeriksaan fisik
Kesadaran
: kesadaran penuh (composmentis)
Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital :
Nadi : 130x/menit
Suhu : 38,8 oC (Demam Tinggi)
HR
: Tidak disebutkan dalam gambaran kasus.
RR
: Tidak disebutkan dalam gambaran kasus.
4) Pengkajian pada Kebutuhan Dasar
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : anak menangis, kurang istirahat karena susah tidur ketika
badannya demam.
b. Makanan/Cairan
Gejala : tidak mau makan, hanya mau minum susu sedikit
c. Neurosensori
Gejala : anak mengalami kejang selama kurang lebih 5 menit.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: ketidaknyamanan anak karena batuk pilek
2. PENGELOMPOKAN DAN ANALISIS DATA
Data Subjektif
a. Anak mengalami demam tinggi sejak 2 hari yang lalu.
b. Keluarga mengatakan bahwa demam anak hanya turun dengan pemberian antipiretik.
Data Objektif
a. Suhu tubuh klien 38,8°C.
b. nadi 130 kali/menit.
c. Klien mengalami batuk pilek.
d. Kejang terjadi selama kurang lebih 5 menit.
e. Klien tidak mau makan dan minum.
f.
Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu.
Analisa Data
No
Hari,
Data Fokus
1.
tanggal
Selasa, 27
Data Subjektif
Februari
Klien mengalami
demam
2018
Masalah
Etiologi
Hipertermia
Sepsis
[00007]
(virus)
Paraf
tinggi
sejak 2 hari yang
lalu.
Kelurga
mengatakan
demam
turun
anak
dengan
pemberian
Kel 3
antipiretik.
Data Objektif
Suhu
tubuh
klien 38,8°C.
Kejang
terjadi
selama
kurang
lebih 5 menit.
Selasa,
2
Februari
27 Data Subjektif
Ketidakseimba
-
Kurang
ngan nutrisi : asupan
2018
kurang
Data Objektif
kebutuhan
Klien tidak mau
makan
Bayi tidak dapat
mempertahanka
n menyusu.
tubuh
dan [00002]
minum.
dari makanan
Kel 3
3
Selasa,
27 Data Subjektif
Februari
-
2018
Intoleransi
Ketidaksei
Aktivitas
mbangan
[00092]
antara
Data Objektif
suplai dan
Keletihan akibat
kebutuhan
metabolisme
oksigen
meningkat saat
demam
Kel 3
tinggi
sedangkan
asupan
makan
kurang.
Pernapasan
cepat
saat
demam tinggi.
3. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
1.
Tanggal
3.
Tanggal
ditentukan
Keperawatan
Selasa, 27 Hipertermia
berhubungan
Februari
2.
Diagnosa
2018
Selasa,
dengan sepsis [00007]
27 Ketidakseimbangan
Paraf
Kel 3
nutrisi:
Februari
kurang dari kebutuhan tubuh
2018
berhubungan
Selasa,
Teratasi
dengan
kurang
Kel 3
asupan makanan [00002]
27 Intoleransi
Aktivitas
Februari
berhubungan
2018
ketidakseimbangan
dengan
antara
suplai dan kebutuhan oksigen
[00092]
1. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Kel 3
No
Tanggal
1.
27
Dx
Intervensi (NIC)
Paraf
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen kejang
Kel 3
Februari
keperawatan selama 1 x 24
(2680)
2018
jam, diharapkan demam
1
Tujuan (NOC)
tinggi anak dapat menurun
dengan kriteria sebagai
berikut :
Termoregulasi (0800)
Hipertermia dari
skala 3 (sedang) ke
skala 4 (ringan)
Dehidrasi dari skala
3 (sedang) ke skala
4 (ringan)
Status Neurologi (0909)
Hipertermia
skala
3
dari
(cukup
terganggu) ke skala
4 (sedikit terganggu)
Aktifitas kejang dari
skala
3
(cukup
terganggu) ke skala
4 (sedikit terganggu)
Aktivitas :
1. Pasang IV line
dengan benar.
2. Catat
lama
kejang.
3. Catat
karakteristik
kejang.
4. Berikan
obatobatan
anti
kejang
dengan
benar.
5. Monitor
status
neurologis.
6. Monitor tandatanda vital.
7. Orientasikan
kembali pasien
setelah kejang.
Pencegahan kejang
(2690)
Aktivitas :
1. Instruksikan
keluarga
memanggil
dirasa
untuk
jika
akan
terjadinya kejang
2. Jaga penghalang
tempat tidur tetap
di naikkan
3. Singkirkan obyek
potensial
yang
membahayakan,
yang
ada
di
lingkungan
pasien.
2
27
2
Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Nutrisi
Februari
keperawatan selama 2x24
(1100)
2018
jam, diharapkan asupan
makan klien membaik
dengan kriteria sebagai
berikut :
Aktivitas :
1. Tentukan status
gizi pasien dan
kemampuan
Nafsu makan (1014)
Hasrat/ keinginan
untuk makan dari
untuk
memenuhi
kebutuhan gizi.
2. Tentukan
apa
skala 3 (cukup
yang
terganggu) ke skala
preferensi
4 (sedikit terganggu)
Mencari makanan
makanan
menjadi
bagi
makan dari skala 3
pasien
3. Tentukan
(cukup terganggu)
jumlah
ke skala 4 (sedikit
dan jenis nutrisi
terganggu)
Intake makanan
yang
makan dari skala 3
untuk
(cukup terganggu)
memenuhi
ke skala 4 (sedikit
pasien
terganggu)
Intake nutrisi makan
kalori
dibutuhkan
persyaratan gizi
4. Makanan
disajikan
makan dari skala 3
dengan
(cukup terganggu)
yang menarik
cara
Kel 3
ke skala 4 (sedikit
5. Anjurkan
terganggu)
Intake cairan makan
keluarga terkait
dari skala 3 (cukup
kebutuhan
terganggu) ke skala
makanan
4 (sedikit terganggu)
Rangsangan untuk
tertentu
makan makan dari
skala 3 (cukup
terganggu) ke skala
dengan
berdasarkan
perkembangan
usia
4 (sedikit terganggu)
Status nutrisi: Asupan
makanan dan cairan
(1008)
Asupan makanan
secara oral dari skala
3 (cukup
menyimpang dari
rentang normal) ke
skala 4 (sedikit
menyimpang dari
rentang normal)
Asupan cairan secara
oral dari skala 3
(cukup menyimpang
dari rentang normal)
ke skala 4 (sedikit
menyimpang dari
rentang normal)
3
27
Februari
3
Setelah dilakukan tindakan
Monitor tanda-tanda
keperawatan selama 2 x 24
vital (6680)
Kel 3
2018
jam diharapkan intoleransi
aktivitas anak dapat teratasi
dengan kriteria sebagai
nadi,
suhu, dan status
Tanda-tanda vital (0802)
Suhu tubuh menurun
dari skala 2 (deviasi
yang
cukup besar
pernapasan
dengan tepat.
2. Monitor
dan
laporkan tanda
dan
gejala
dari kisaran normal)
hipertermia.
3. Monitor warna
ke skala 4 (deviasi
kulit, suhu, dan
yang
1. Monitor tekanan
darah,
berikut :
Aktivitas :
ringan
dari
kisaran normal).
Tingkat pernapasan
kelembaban.
4. Identifikasi
kemungkinan
membaik dari skala
perubahan
2
tanda-tanda
(deviasi
cukup
yang
besar
dari
vital.
Monitor
Nutrisi
kisaran normal) ke
skala 4 (deviasi yang (1160)
Aktivitas :
ringan dari kisaran 1. Monitor
turgor
normal).
kulit
dan
Status Nutrisi (1004)
mobilitas.
Asupan
makanan
2. Monitor adanya
dari skala 3 (cukup
mual dan muntah.
menyimpang
dari 3. Identifikasi
rentang normal) ke
perubahan nafsu
skala
makan
4
menyimpang
(sedikit
dari
rentang normal).
Asupan cairan dari
skala
3
menyimpang
(cukup
dari
rentang normal) ke
aktivitas
akhir ini.
4. Tentukan
dan
akhirpola
makan (misalnya
makanan
yang
disukai dan tidak
skala
4
(sedikit
menyimpang
disukai, konsumsi
dari
yang
berlebihan
rentang normal).
Energi membaik dari
terhadap
skala
(cukup
saji, makan yang
dari
terlewati, makan
3
menyimpang
makanan
siap
rentang normal) ke
tergesa-gesa,
skala
interaksi
4
(sedikit
menyimpang
dari
dan
rentang normal).
anak
orang
selama
tua
makan
dan
frekuensi
serta
lamanya
bayi makan)
5. Monitor adanya
(warna)
pucat,
kemerahan
dan
jaringan
konjungtiva yang
kering.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu
27
Februari
2018
07.00
WIB
Dx
1
Tindakan
Respon
Keperawatan
Memasang IV line S
:
Pasien
dengan benar
mengatakan
bersedia
dipasang
IV
O : Pasien terlihat
merintih
dipasang IV
ketika
Paraf
Kel 3
07.05
1
Mencatat lama kejang S
:
Keluarga
yang dialami klien dan mengatakan bahwa
mencatat karakteristik
anak
sering
kejang.
mengalami kejang
Kel 3
O : Pasien terlihat
07.10
1
diam
Memberikan
obat- S
:
Pasien
obatan anti kejang mengatakan
dengan benar kepada
lumayan nyaman
klien.
setelah meminum
obat
O : Klien terlihat
mulai
tenang,
Kel 3
keluarga
memberikan
obat
kejang saat pasien
mengalami kejang
07.10
1
Memonitor status
neurologis dan
memonitor tanda-tanda
vital.
S
:
Keluarga
mengatakan bahwa
setelah
diberikan
obat anti kejang,
anak mulai tenang
dan membaik
O : Pasien dapat
diajak
berbicara
dan terlihat lebih
baik
Kel 3
07.15
1
Orientasikan kembali S
:
Pasien
pasien setelah kejang.
mengingat apapun
yang
ada
disekitarnya
Kel 3
O : Pasien terlihat
07.20
1
Mengintruksikan
keluarga
terdiam dan tenang
S: Keluarga pasien
untuk mengatakan
akan
memanggil perawat jika segera memanggil
dirasa akan terjadinya perawat jika kejang
kejang
Kel 3
terjadi
O: Keluarga pasien
07.25
1
Menjaga
terlihat setuju
penghalang S
:
Pasien
tempat tidur tetap di mengatakan
naikkan
nyaman jika pagar
tempat
tidurnya
tetap dinaikkan
O : Pasien terlihat
nyaman dan tenang
Kel 3
07.30
1
Menyingkirkan
obyek S
:
Keluarga
potensial
yang mengatakan bahwa
membahayakan,
yang khawatir jika anak
ada
di
lingkungan terkena
pasien.
benda-
benda
yang
berbahaya
saat
kejang
O
:
Keluarga
Kel 3
membantu perawat
untuk menjauhkan
benda-benda yang
sekiranya
berbahaya
09.00
2
pasien
Menentukan status gizi S
:
bagi
Keluarga
pasien dan kemampuan mengatakan bahwa
pasien untuk memenuhi anak masih susah
kebutuhan gizi.
untuk makan
O : Status
gizi
pasien belum ada
perkembangan dan
klien selalu “rewel”
saat diberi makan
Kel 3
09.05
2
Menentukan apa yang S : Keluarga dan
menjadi
preferensi pasien mengatakan
makanan bagi pasien
apa
saja
yang
menjadi preferensi
makanan
bagi
pasien
Kel 3
O : Keluarga dan
pasien
aktif
saat
berdiskusi tentang
preferensi makanan
09.10
2
Menentukan
bagi pasien
jumlah S : Klien bersedia
kalori dan jenis nutrisi untuk
diperiksa
yang dibutuhkan untuk bunyi jantungnya
memenuhi persyaratan O
gizi
09.15
2
Membuat
:
Terdengar
bunyi loop-doop
penyajian S
:
Klien
makanan dengan cara mengatakan
yang menarik
Kel 3
dengan
suka
bentuk
makanannya
O : Klien telah
mengabiskan
makanannya,
terlihat sudah tidak
bersisa makannya
Kel 3
09.20
2
Menganjurkan keluarga S : Keluarga klien
terkait dengan
mengatakan sudah
kebutuhan makanan
memberi makanan
tertentu berdasarkan
yang sesuai dengan
perkembangan usia
usia anaknya
Kel 3
O : Keluarga klien
sudah memberikan
makanan
09.25
3
yang
sesuai kepada klien
tekanan S: Klien bersedia
Memonitor
darah, nadi, suhu, dan untuk untuk dicek
status
pernapasan O: Klien terlihat
dengan tepat.
tenang
ketika
Kel 3
dilakukan
3
pengecekkan
dan S
:
Keluarga
Memonitor
laporkan
tanda
dan mengatakan bahwa
gejala hipertermia.
gejala hipertermia
masih
sering
kambuh
O : Keluarga selalu
Kel 3
melaporkan kepada
perawat
saat
terdapat tanda dan
gejala hipertermia
09.30
3
pada pasien
Memonitor warna kulit, S
:
suhu, dan kelembaban.
Klien
mengatakan
bersedia dilakukan
pengkajian
O : Klien terlihat
tenang
Kel 3
09.30
3
Mengidentifikasi
S:-
kemungkinan
O
:
Tanda-tanda
perubahan tanda-tanda vital pasien belum
vital.
3
Kel 3
stabil
Memonitor turgor kulit S
dan mobilitas.
:
Klien
mengatakan
bersedia dilakukan
pengkajian
Kel 3
O : Klien terlihat
3
tenang
adanya S
:
Memonitor
mual dan muntah
Klien
mengatakan sudah
tidak merasa mual
Kel 3
O : Klien terlihat
3
tidak muntah
S : Keluarga klien
Mengidentifikasi
perubahan nafsu makan mengatakan
dan
aktivitas
klien
akhir- sudah mau makan
akhir ini.
dengan porsi yang
banyak
Kel 3
O : Klien terlihat
makan
3
teratur
pola S : Keluarga klien
Menentukan
makan
dengan
(misalnya mengatakan selalu
makanan yang disukai memberikan
dan
tidak
disukai, makanan
konsumsi
berlebihan
makanan
yang disukai
terhadap dan
siap
yang
anaknya
memberikan
saji, makanan
yang
makan yang terlewati, bergizi
makan
interaksi
tergesa-gesa,
anak
dan O : Klien terlihat
Kel 3
orang tua selama makan makan
dan
frekuensi
serta lahap
lamanya bayi makan)
3
Memonitor
(warna)
dengan
dan
terlihat
tidak
tergesa-
gesa atau cepat
adanya S
:
Klien
pucat, mengatakan
mau
kemerahan dan jaringan lakukan
konjungtiva
yang pengecekkan
kering
namun
Bersama
Kel 3
ibunya
O : Klien terlihat
sedikit takut
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal
&
Jam
28
Catatan Terintegrasi
Dx
1
Paraf
Soap
S
Keluarga mengatakan bahwa panas pada
Februari
anak sudah menurun dan kejang-kejang
2018
Pukul
sudah berkurang
Hipertermia dan kejang menurun dari skala
O
08.30 WIB
3 menjadi skala 4, IV line masih terpasang,
pasien minum obat saat demam kejang
A
terjadi lagi
Masalah pasien sudah teratasi
Tetap memantau TTV pada anak, dan
P
segera
memberikan
intervensi
demam kejang terjadi lagi
apabila
Kel 3
2
S
Keluarga mengatakan bahwa anak sudah
memiliki hasrat atau nafsu untuk makan
meskipun dalam jumlah yang sedikit dan
O
anak lebih banyak minum daripada makan
Pasien masih suka “rewel” saat makan,
makanan yang diberikan tidak semuanya
habis termakan, pasien lebih suka minum,
makan dan minum secara normal lewat
A
oral
Masalah belum sepenuhnya teratasi
Memantau TTV pasien, memberikan
P
pilihan beberapa makanan yang disenangi
anak,
menyediakan
makanan
Kel 3
dengan
menarik
3
S
O
Kel 3
A
1
Maret
1
P
S
2018
Pukul
09.00 WIB
Keluarga mengatakan bahwa panas pada
anak sudah menurun dan kejang-kejang
O
sudah berkurang
Hipertermia dan kejang menurun dari skala
3 menjadi skala 4, IV line masih terpasang,
pasien minum obat saat demam kejang
A
P
terjadi lagi
Masalah pasien sudah teratasi
Tetap memantau TTV pada anak
Kel 3
2
S
Keluarga mengatakan bahwa anak sudah
memiliki hasrat atau nafsu untuk makan
O
dalam jumlah yang lebih banyak
Pasien sudah makan dalam
jumlah
meskipun tidak dihabiskan seluruhnya,
tidak ada masalah dengan turgor kulit,
makan dan minum dengan normal melalui
A
oral
Masalah mulai teratasi
Menyediakan pilihan beberapa makanan
P
yang
disenangi
anak,
Kel 3
menyediakan
makanan dengan menarik, mengkaji status
gizi anak
3
S
O
A
P
Kel 3
Infeksi virus/sepsis
(batuk dan pilek)
Merangsang
makrofag/PMN untuk
membentuk PE
(faktor pirogen
endogenik)
Pembentukan
prostaglandin di
hipotalamus
Memacu metabolisme
yang sangat cepat
Jantung dipompa
lebih kuat dan cepat
Frekuensi napas cepat
Kenaikan set point
hipotalamus anterior
Ketidakseimbangan
produk dan
pengeluaran panas
DEMAM TINGGI
Dx : Hipertermia
berhubungan dengan
sepsis/virus (00007)
NOC :
Termoregulasi (0800),
Status Neurologi (0909)
NIC :
Manajemen kejang (2680)
Pencegahan kejang (2690)
Keletihan/kelemahan
Dx : Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
(00092)
NOC :
Tanda-tanda vital (0802)
Ketidakseimbangan
potensial membran
ATP ASE
Penurunan asupan
makanan
Difusi Na+ dan K+
Kejang < 15 menit
Status Nutrisi (1004)
NIC :
Monitor tanda-tanda vital
(6680)
Monitor Nutrisi (1160)
Menolak makan dan
minum
Tidak menimbulkan
gejala sisa
Dx : Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang
asupan makanan (00002)
NOC :
Nafsu makan (1014) Status
nutrisi: Asupan makanan dan
cairan (1008)
NIC:
Manajemen Nutrisi (1100)
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Jurnal Pendidikan , 658-661.
Bulecheck,Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition.United State : Mosb
Herdman, T. (2015). Nanda International Inc. diagnosis keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Ismoedijanto. (2000). Demam pada Anak. Sari Pediatri, 103-108.
Moorhead, Sue dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.United State:Mosby
Nelwan, R.H.H. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi Keempat. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.