LEMBAGA ARBITRASE ISLAM DI INDONESIA Yusna Zaidah
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
LEMBAGA ARBITRASE ISLAM DI INDONESIA
Yusna Zaidah
FakultasSyariah IAIN Antasari Banjarmasin
Jl. A. Yani km. 4,5KebunBunga Banjarmasin
E-mail :[email protected]
Abstract
A dispute is a social problem thatdirectly in contact with the law and require solving
integrally. Each order of society has various ways to get agreement in the proceedings
or to resolve disputes among them. The People nowadays are starting to abandon
habitual ways resorting to formal ways provided by law that are recognized by the
state. There are various kinds of way to dispute in the society that each has particular
strengths and weaknesses, one of them is arbitration. In Indonesia, National Sharia
Arbitration Board as one of the institutions that offering arbitration services to the
business sector economics Islam or business based on sharia
Keywords : Arbitration, Dispute, Basyarnas.
Abstrak
Sengketa ini merupakan problema sosial yang langsung bersentuhan dengan hukum dan
memerlukan pemecahan secara integral. Setiap tatanan masyarakat memiliki berbagai
macam cara untuk memperoleh kesepakatan dalam proses perkara atau untuk
menyelesaian sengketa di kalangan mereka. Masyarakat mulai meninggalkan cara cara
kebiasaan beralih ke cara cara formal menurut hukum yang berlaku yang diakui oleh
negara. Berbagaimacam dancara penyelesaian sengketa yang ada di masyarakat yang
masing
masing
memiliki
keunggulan
dan
kelemahan
tertentusalahsatunyaadalaharbitrase. Di Indonesia berdiriBadan Arbitrase Syari‟ah
Nasional (Basyarnas) sebagai salah satu lembagayang menawarkan jasa arbitrase untuk
sektor bisnis ekonomi Islam atau bisnis berbasis syari‟ah.
Kata Kunci: Arbitrase, Sengketa, Basyarnas.
dari.Kesalahfahaman
PENDAHULUAN
dimaksud
ada
kelompok
yang dapat diselesaikan oleh mereka
menghendaki hidup damai dan tenteram
sendiri dan ada pula yang memerlukan
serta
campur
Setiap
selalu
individuatau
berusaha
munculnya
menghindari
sengketa,
tangan
pihak
lain
serta
memerlukan penyelesaian secara serius,
walaupundemikiandalam
bahkan ada pula yang menjadi hangat
kenyataankesalahfahamansebagaipenye
dan sengit jika kemudian tidak kunjung
babsengketatersebutterkadangsulitdihin
119
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ditemukan
cara
yang
tepat
untuk
Sengketa ini merupakan problema
yang
dengan
peradilan. Pandangan yang demikian
terkadang
menyelesaikannya.
sosial
hukum
dan
mengakibatkan
hukum
bermakna sangat sempit. Padahal jauh
bersentuhan
lebih
memerlukan
pemecahan sengketa tanpa melalui jalur
langsung
pemecahan secara integral.
Terlebih
lagi karena manusia sebagai mahluk
luas,
termasuk
di
dalamnya
peradilan dapat diartikan sebagai hukum
itu sendiri.
Dengandemikian, sengketa tidak
sosial maka sangat diperlukan cara
penyelesaian yang menjunjung tinggi
dapat
nilai kemanusiaan. Hal demikian untuk
manusia dan kebutuhan penyelesaian
melengkapi fakta dan teori dalam
sengketa di antara masyarakat berbeda
menghadapi sengketa agar kita tidak
satu sama lain. Ada berbagai macam
terjebak dalam empirisme dan masuk
cara penyelesaian sengketa yang ada di
pada batasan teoritikal yang tanpa nilai
masyarakat
(makna) sehingga kehilangan idealisme.
memiliki keunggulan dan kelemahan
Padahal sesungguhnya makna itulah
tertentu.
yang akan
makna baik sebagai lembaga, proses
dicari
yakni
nilai-nilai
Setiap
dilepaskan
yang
dari
kehidupan
masing
Penyelesaian
masing
mengandung
maupun produk, salah satunya adalah
kemanusiaan yang luhur.
tatanan
masyarakat
penyelesaian sengketa alternatif di luar
memiliki berbagai macam cara untuk
pengadilan
memperoleh kesepakatan dalam proses
Resolution). Arbitrase adalah salah satu
perkara
cara penyelesaian sengketa di luar
atau
untuk
menyelesaian
(Alternative
Dispute
mereka.
pengadilan yang merupakan upaya yang
Masyarakat mulai meninggalkan cara
dilakukan oleh para pihak dengan
cara kebiasaan beralih ke cara cara
menyerahkan
formal menurut hukum yang berlaku
kepada pihak lain yang tidak memihak
yang
atau
sengketa
di
diakui
kalangan
oleh
negara.
Dalam
netral
penyelesaian
yang
mempunyai
kewenangan
kali memandang pandang sebagai hal
memaksakan putusan tersebut kepada
yang skeptis, yakni dipandang sebatas
salah
bahkan hukum diidentikkan dengan
satu
untuk
sengketa
memahami hukum masyarakat kerap
mengenai ilmu tentang peradilan, atau
120
ISSN 1979 - 4940
pihak
memutus
suatu
dan
bentuk
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
1
ISSN 1979 - 4940
penyelesaian
yang mereka tunjuk dan angkat sendiri
sengketa tersebut didasari kesepakatan.
dan putusan yang diambil oleh hakim
Arbitrase merupakan salah satu bentuk
hakim tersebut merupakan putusan yang
penyelesaian sengketa secara pribadi
bersifat final dan mengikat 3 , arbitrase
(Adjudikasi Privat) yang mana para
adalah badan peradilan swasta di luar
pihak
lingkungan
tersebut.
Penyerahan
menyepakati
untuk
peradilan
umum,
yang
kepada
dikenal khusus dalam dunia perusahaan.
pihak yang netral yang mereka pilih
Arbitrase adalah peradilan yang dipilih
untuk membuat keputusan.
dan ditentukan sendiri secara sukarela
menyelesaikan
sengketanya
Selain itu para pihak juga dapat
oleh pihak pihak pengusaha yang
memilih hukum mana yang dipakai atau
bersengketa. Penyelesaian sengketa di
diterapkan
tersebut
luar pengadilan Negara merupakan
sehingga akan melindungi para pihak
kehendak bebas pihak pihak. Kehendak
yang bersengketa dari rasa takut atau
bebas ini dapat dituangkan dalam
ketidakyakinan
hukum
perjanjian tertulis yang mereka buat
substantif dari yuridiksi tertentu. Di
sebelum dan sesudah sengketa terjadi
samping itu arbitrase juga cenderung
sengketa sesuai dengan asas kebebasan
lebih informal dibandingkan dengan
berkontrak dalam hukum perdata4.
pada
sengketa
terhadap
adjudikasi publik, prosedurnya tidak
begitu
kaku
menyesuaikan.
suatu
dan
2
bentuk
lebih
dapat
Arbitrase merupakan
peradilan
yang
Islam
sebagai
agama
yang
memiliki ajaran yang lengkap dalam
perkembangan
mengenal
tradisinya
pranata
telah
penyelesaian
diselenggarakan oleh dan berdasarkan
sengketa dalam bentuk badan hakam
kehendak serta i‟tikad baik dari pihak
yang
pihak yang berselisih agar perselisihan
arbitrase. Hakam itu sendiri bersumber
mereka diselesaikan oleh hakim hakim
dari syari‟at Islam yang putusannya
sama
pengertiannya
dengan
didasarkan pada islah dengan sifat
1
SitiMegadianti
Adam
danTakdirRahmadi,
1997,
SengketadanPenyelesaiannya,
(Bulletin
MusyawarahNomor 1 Tahun I, Jakarta:
Indonesian Center For Environmental Law), hal.
264.
2
Garry
Goodpaster,
1995,
TinjauanTerhadapPenyelesaianSengketa, Seri
Dasar-dasarHukumEkonomiArbitrase
Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 5.
peradilannya
yang
mudah,
cepat,
3
GunawanWijayadan Ahmad Yani,
HukumArbtrase,
PT
Raja
GrafindoPersada,Jakarta, 2001, hal. 16.
4
Abdul
kadir
Muhammad,
PengantarHukum
Perusahaan
Indonesia,
Bandung, PT. Citra Adiyabakti, 1993, hal. 276.
121
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
murah, adill, final dan mengikat. Pada
kepentingan perdamaian menggugur-
awalnya perkara yang ditangani tidak
kan haknya dan bisa jadi disatu kali
terbatas pada masalah perdata, namun
kedua belah pihak sama-sama mengalah
pada akhirnya disepakati masalah yang
yakni
ditangani adalah terbatas pada masalah
perdamaian.
al amwal (harta benda). Pemantapan
disebutdenganbertahkim kepada seorang
badan hakam dalam sejarah hukum
yang ahli untuk meminta diselesaikan
Islam terlebih lagi berlangsung setelah
atau
fiqih muamalah berkembang dengan
mereka. Hanya saja masyarakat belum
pesat.5
mengenal
Indonsiasendirimeskipunpadaawalmunc
ulnyaIslam
di
nusantaraistilaharbitrasesyariahatauarbit
raseIslaminibelum
dikenal,
namun
sesungguhnyadalam praktek kehidupan
masyarakatIslam di nusantara system
arbitrasesudahmasukdalamsalahsatubagi
ansistempenyelesaiansengketadalammas
yarakatadat.
seringkali
nasehat
Cara
diawali
penyelesaiannya
dengan
keagamaan.
nasehat-
tentang
arti
pentingnya persaudaraan sedemikian
rupa,sehingga
perselisihan
dapat
diselesaikan secara damai dan orang
yang bersengketa saling memafkan.
Apabila
salah
satu
pihak
yang
dirugikan, pihak lainnya secara rela
mengembalikan hak saudaranya itu,
atau sebaliknya pihak yang merasa
dirugikan
5
saling
6
mengalah
demi
Praktikinilah
yang
diputus-kan
perkara
dengan
diantara
istilah
arbitrase
(hakam).7
Di
122
ISSN 1979 - 4940
secara
suka
rela
Ahmad Dimyati, 1994, hal. 193.
demi
PEMBAHASAN
1. Arbitrase dalam Islam
Sebelum
lebih
jauh
dibahas
mengenai Arbitrase Islam di Indonesia,
sebelumnya
akandiulas
aritrase
dalam
mengenai
hukumIslam.
Pembahasan arbitrase menurut hukum
Islam dimaksudkan untuk memberikan
gambaran bahwa di dalam Islam pun
terdapat
mekanisme
penyelesaian
sengketa seperti arbitrase.
Dalam
hukum
Islam
istilah
arbitrase dapat dipadankan dengan kata
tahkim, yang berasal dari kata kerja
hakkama
yang
berarti
menjadikan
seseorang sebagai penengah bagi suatu
6
Abdul Rahman Saleh, dkk., Arbitrase
Islam di Indonesia, BAUI &BI, Jakarta,
1994,hal. 24.
7
Febrizal Lubis, Menghayati Peran Serta
Para Ulama dan Cendekiawan Muslim
DalamMemimpin dan Menjaga Peradilan
Agama, Jakarta: Badilag.Net, hal. 5.
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
sengketa. 8 Abu Al‟Ainain Abdul Fatah
Al‟ Ainain Abdul Fattah Muhammad
Muhammad
dalam bukunya yang berjudul Al-qadla
dalam
bukunya
yang
berjudul Al-Qadha wa Al-Itsbat fi al
wa
fiqh Islami, mengatakan bahwa tahkim
mendefinisikan
adalah bersandarnya dua orang yang
“Bersandarnya dua orang yang bertikai
bertikai kepada seseorang yang mereka
kepada seseorang yang mereka ridlai
ridoi
keputusannya
keputusannya
untuk
al
itsbat
fi
al-fiqh-Islami
tahkim
untuk
adalah:
menyelesaikan
pertikaian
mereka
9
pertikaian mereka”. Atau diartikan pula
dalam
Ensiklopedi
dengan: “Suatu penyelesaian sengketa
Hukum Islam adalah berlindungnya dua
yang dilakukan oleh hakam yang dipilih
pihak yang bersengketa kepada orang
atau ditunjuk secara suka rela oleh dua
yang mereka sepakati serta ikhlas
orang yang bersengketa antara mereka
menerima
untuk
dan kedua belah pihak akan mentaati
menyelesaikan persengketaan mereka;
penyelesaian oleh hakam atau para
berlindungnya
hakam yang mereka tunjuk itu.11.
menyelesaikan
Istilah
tahkim
keputusannya
dua
pihak
yang
Lembaga tahkim telah dikenal
bersengketa kepada orang yang mereka
tunjuk
(sebagai
penengah)
untuk
sejak zaman pra Islam. Pada masa itu,
memutuskan perselisihan yang terjadi di
meskipunbelum
antara mereka.10
peradilan yang teroganisir, setiap ada
Penyelesaian
sengketa
dengan
terdapat
sistem
perselisihan mengenaihak milik, waris
“tahkim” yang kata kerjanya adalah
dan
“hakkama”,
berarti
diselesaikan melalui bantuan jurudamai
menjadikan seseorang sebagai penengah
atau wasit yang ditunjuk oleh masing-
bagi suatu sengketa. Pengertian tersebut
masing pihak yang berselisih. 12
secara
harfiah
hak-hak
lainnya
seringkali
erat hubungannya dengan pengertian
menurut
istilah.
Berbagai
redaksi
11
terdapat dalam buku-buku fiqih dalam
mendefinisikan tahkim, misalnya Abu
8
Suhrawardi. K. Lubis, Hukum Ekonomi
Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal. 186.
9
Ibid.
10
Abdul Aziz Dahlan, et. al., Ensiklopedi
Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
Jakarta, 2001, hal.1750.
Abu al-Ainain Fatah Muhammad, Al
Qadha wa al Itsbat fi al Fiqh al Islami, 1976,
Darr alFikr, Kairo, Mesir, hal. 84. Lihat juga
Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syariah
(Dalam
PerspektifKewenangan
Peradilan
Agama), 2014, Jakarta: Prenada Media Group,
hal. 430.
12
Rahmat Rosyadi dan Ngatino,
Arbitrase dalam Perspektif Islam dan Hukum
Positif, , 2001,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
hal. 43
123
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
lembaga
hoc. Antara sistem hakam dengan
arbitrase dalam Islam dapat disandarkan
sistem arbitrase memiliki ciriciriyang
kepada teks hukum yang ada dalam Al
sama,
Qur‟an antara lain terdapat dalam surat
1)
an-Nisa ayat 35 yang artinya : “Jika
volunteer.2) Di luar jalur peradilan
kamu khawatir ada persengketaan di
resmidan 3)Masing-masing pihak yang
antara keduanya, maka kirimlah seorang
bersengketa menunjuk seorang atau
hakam dari keluarga laki-laki dan
lebih yangdianggap mampu, jujur dan
seorang
independen.Sedangkan kesamaan dari
Dasar
pemberlakuan
hakam
dari
keluarga
yakni
penyelesaian
perempuan. Jika kedua orang hakam itu
segi
bermaksud
1)Bertindak
mengadakan
perbaikan,
sengketa
kewenangannya,
sebagai
secara
adalah
mahkamah
niscaya Allah memberi taufiq kepada
arbitrase
suami isteri itu. Sesungguhnya Allah
ditunjuk tidak dapat ditarik kembali.
Maha
3)Berwenang
Mengetahui
lagi
Maha
Mengenal”.
sengketa
Dengan
demikian,
dapatlah
dikemukakan bahwa yang dimaksud
(arbitral
tribunal).2)Sejak
penuh
dengan
cara
menyelesaikan
menjatuhkan
putusandan putusannya bersifat final
dan mengikat (final and binding)13.
dengan hakam dalam ayat di atas adalah
Selain terdapat dalam surat an-
“juru damai” di antara suami isteri yang
Nisa ayat 35 tersebut, masih banyak
bersengketa.
ayat lain yang dapat dijadikan sandaran
Namun
demikian,
walaupun yang disebutkan dalam ayat
keberlakuan arbitrase
di atas adalah juru damai terhadap
seperti misalnya surah al-Hujarat ayat 9:
persengketaan
yang artinya :
suami
isteri,
namun
dalam
Islam,
dengan menggunakan metode analogi
"Dan jika dua golongan dan
atau kias dapat dikembangkan atau
orang-orang yang mukmin berperang
diperluas
maka damaikanlah antara keduanya.
ke
bidang-bidang
dalam
lain,
persengketaan
seperti
bidang
ekonomi atau perbankan Islam.
Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang
Dalam tradisi fiqh Islam telah
lain maka perangilah golongan yang
dikenal adanyalembaga hakam yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan
sama artinya dengan “arbitrase”, hanya
13
saja lembaga hakamtersebut bersifat ad-
124
Al Fitri, Badan Arbitrase Syariah
Nasional
dan
Eksistensinya,
Jakarta:
Badilag.Net, hal. 6.
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
itu kembali kepada perintah Allah. Jika
sebagai pencari solusi terhadap masalah
golongan itu kembali kepada perintah
keluarga tersebutmemiliki peran penting
Allah,
antara
dalam menangani konflik antara suami
keduanya dengan adil dan berlaku
istri.Sehubungan dengan siapa yang
adillah sesungguhnya Allah menyukai
menunjuk dan mengutus hakam atau
orang-orang yang berlaku adil”.
mediatordalam
maka
damaikanlah
Jika dilihat secara tekstual ayatayat di atas mengandung pengertian
syiqaq
terjadi silang pendapat di antara ulama
fikih.
Wahbah
dalampenyelesaianmasalah
hakam
perselisihan
Zuhayli
dan
Sayyid
kalau
Sabiq berpendapat bahwa hakam dapat
yang
diangkatoleh suami istri dari orang yang
terkandung di dalamnya yang berkaitan
mereka setujui sebagai mediator yang
denganpenyelesaian
masalah
akanmembantu mereka dalam mencari
melalui islah.Ayat tersebut di atas
solusi terhadap percekcokan dalam
menjelaskan
tentang
yaitu
rumah tanggamereka. Sementara ulama
perselisihan
yangmeruncing
antara
mazhab Hanafi, Syâfi„î, dan Hanbali
antara
suami
istri.
Namun
kitaperhatikan ada semangat
sebuah
syiqaq,
suami istri yang diselesaikan oleh dua
berpendapat
orang juru damai (hakam).Ayat ini
ayat 35 surat al-Nisa‟ bahwa hakam
menganjurkan adanya pihak ketiga atau
atau
mediator yang dapat membantupihak
keluarga suami atau istri, dan bukan
suami dan istri dalam mencari solusi
suami atau istri secara langsung.15
penyelesaian
sengketa
mereka.Masing-masing
mempunyai
wakil
14
keluarga
pihak
yang
berperan
bahwaberdasarkan
mediator
Dalam
diangkat
sejarah
lahir
olehpihak
hukum
Islamditemukan fakta bahwa tahkim
bukanlah
terbatas
hanyamerupakan
Dari ayat tersebut
penyelesaian sengketa keluarga antara
dapat dengan jelas dipahami bahwa Al-
suami istri sebagaimana yangdijelaskan
Qur‟anmenggunakan term hakam untuk
oleh ayat tersebut di atas. Praktik
mediator atau arbiter. Menurut ayat
tahkîm
tersebut bahwamediator yang bertindak
olehMuhammad SAW. dalam banyak
sebagai mediator.
ini
telah
diperankan
14
Ramlan Yusuf Rangkuti, Sistem
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Islam :
Instrumen Pentingbagi Konsep Ekonomi Islam
Mendatang, 2011, Jurnal Ilmu Syariah dan
Hukum Vol. 45 No. II, hal.1438.
15
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam
Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
HukumNasional, 2009, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, hal. 185-189.
125
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
kasus
persengketaan,
dan
beliau
SAW
juga
menunjukkan
adanya
bagusnya
peluang penyelesaian sengketa tertentu
tahkîm tersebut dilakukan. Hal ini
dengan tidak melalui lembaga peradilan
beliau sabdakan dalam merespon Abû
resmi
Syuraih ketika berkata, “Sesungguhnya
diriwayatkan
kaumku
sesungguhnya
mengatakan
bahwabetapa
jika
berselisih
tentang
pemerintah.
Hadis
oleh
dimaksud
an-Nasai
Rasulullah
Abu
Syureih
bahwa
berkata
sesuatumaka mereka datang kepadaku,
kepada
lalu saya putuskan di antara mereka,
dipanggil Abu Hakam: “Sesungguhnya
dan kedua pihakida atas putusanku.”
hakam itu adalah perintah Allah dan
yang
sering
dilihat
kepada-Nyalah dimintakan keputusan
dalah surah An-Nisa ayat 114 yang
hakam, mengapa kamu dipanggil Abu
artinya: “tidak ada kebaikan pada
Hakam?”
kebanyakan
mereka,
“Bahwa sesungguhnya kaumku bila
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
bertengkar akan datang kepadaku minta
menyuruh (manusia) memberi sedekah,
penyelesaian dan kedua belah pihak
atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan
akan
perdamaian di antara manusia. dan
Mendengar jawaban Abu Syureih itu
Barangsiapa yang berbuat demikian
Rasulullah lalu berkomentar: “Alangkah
karena mencari keredhaan Allah, Maka
baiknya perbuatanmu itu, apakah kamu
kelak Kami memberi kepadanya pahala
punya anak”, Abu Syureih menjawab:
yang besar”.Dengan didasarkan kepada
“Ya, saya punya anak yaitu Sureih,
teks hukum yang ada di dalam Al-
Abdu dan Musallam, Siapa yang paling
Qur‟an tersebut dipahami bahwa ajaran
tua?”, “Yang paling tua adalah Syreih”
Islam
kata Rasulullah: “Kalau begitu engkau
Kemudian
juga
dapat
bisikan-bisikan
memberikan
peluang kepada
umatnya untuk menyelesaikan sengketa
rela
Abu
Syureih
dengan
menjawab:
keputusanku”.
adalah Abu Syureih”.
Dari
secara kekeluargaan dengan melalui
ungkapan
di
atas
jelas
perantaraan orang lain yang netral dan
tergambar bahwa bahwa tahkim pada
tidak memihak.
masa
Selain teks hukum yang terdapat
di
126
ISSN 1979 - 4940
dalam
Al
Qur‟an
Rasulullah
bukanlah
terbatas
hanyamerupakan penyelesaian sengketa
sebagaimana
keluarga antara suami istri sebagaimana
dikemukakan di atas, di dalam teks
yangdijelaskan oleh ayat tersebut di
hukum yang berupa hadis Rasulullah
atas. Praktik tahkîm ini telah diperankan
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
olehMuhammad SAW. dalam banyak
kasus
persengketaan,
mengatakan
dan
bahwabetapa
beliau
bagusnya
ISSN 1979 - 4940
Dalam sejarah diketahui bahwa
penyelesaian
sengketa
dengan
menggunakan jasa juru damai (wasit)
tahkîm tersebut dilakukan. Hal ini
yang
beliau sabdakan dalam meresponsAbû
bersengketa
sudah
Syuraih ketika berkata, “Sesungguhnya
masyarakat
Arab
kaumku
tentang
datangnya Islam. Kemudian setelah
sesuatumaka mereka datang kepadaku,
Islam lahir tradisi ini terus dilanjutkan
lalu saya putuskan di antara mereka,
dan dikembangkan sebagai alternative
dan kedua pihakrida atas putusanku.”16
penyelesaian
jika
berselisih
Uraian yang diangkat dari hadis di
ditunjuk
oleh
mereka
yang
dikenal
pada
sejak
sengketa
sebelum
dengan
memodifikasi dengan ajaran ajaran yang
atas menggambarkan bahwa apa yang
diberikan
dilakukan
dalam
Perkembangan selanjutnya para ahli
menyelesaikan sengketa pada zamannya
hukum Islam dari kalangan mazhab
diakui
Hanabilah berpendapat bahwa tahkim
oleh
Abu
Syureih
Rasulullah.
Pengakuan
Rasulullah
SAW.
Rasulullah tersebut dijadikan dalil atau
berlaku untuk
dasar bagi keabsahantahkim sebagai
yang berkaitan dengan harta benda,
penyelesaian sengketa.17
qishas, hudud, nikah, li‟an. Ahli hokum
Bahkan Umar bin Khattab telah
memberikan
pengarahan
dalam
Islam
penyelesaian sengketa
kalangan
mazhab
Hanafiah
berpendapat bahwa tahkim dibenarkan
:
untuk menyelesaian segala sengketa
“Perdamaian itu diperbolehkan diantara
kecuali hudud dan qishas. Sedangkan
orang-orang
kecuali
dalam bidang ijtihad hanya dibenarkan
perdamaian yang menghalalkan yang
dalam bidang muamalah, nikah dan
haram
talak saja. Sedangkan ahli hokum Islam
persoalanini
atau
dengan
menyatakan
Muslim,
mengharamkan
yang
halal”.18
dari
kalangan
mazhab
Malikiyah
mengatakan bahwa tahkim dibenarkan
16
Ibrahim Siregar, Penyelesaian Sengketa
Wakaf Di Indonesia: Pendekatan Sejarah
SosialHukum Islam, 2012, Jurnal Miqot Vol.
XXXVI No. 1 Januari-Juni 2012, hal. 124, lihat
juga Samir„Aliyah, Nizhâm al-Daulah wa alQadhâ’, hal. 328.
17
Ibid, hal. 11.
18
Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, diIndonesia oleh Mudzakir AS, dengan judul
Fikih Sunnah,Jilid XIV, Bandung: Alma‟arif,
dalam bidang harta benda saja, tetapi
tidak dibenarkan dalam bidang hudud,
1993, hal. 36; Lihat juga M. Cholis Nafis, Teori
Hukum EkonomiSyariah, 2011, Jakarta: UI
Press, hal. 158.
127
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
qishas, dan li‟an karena ini merupakan
pohon-pohon.Setelah Khusai ibn Ka‟ab
urusan peradilan. ”.
membangun sebuah gedung di Makkah
19
Dengandemikianpada masa pra-
yang pintunyasengaja dihadapkan ke
Islam sistem arbitrase sudahterlaksana
arah Ka‟bah, maka di situlah sidang-
dalamrangka
menyelesaikan
setiap
sidang hakam dilaksanakan dan gedung
persengketaan
diselesaikan
melalui
itu dikenal dengan sebutan Dar al
bantuan juru damai yangditunjuk oleh
da’wah.
Disaatumat
masing-masing pihak yang bersengketa.
Islam
mulai
Umumnya orang yang ditunjuk sebagai
berkembang, sistem hakam(arbitrase)
arbiter adalah orang yang mempunyai
tersebut
kekuatan
dihilangkan
supranatural
dan
punya
dikembangkan
hal-hal
dengan
yang
bersifat
kelebihan-kelebihan di bidang tertentu
tahayuldan bid’ah. Sistem arbitrase ini
(baca:
pada awalnya lebih berkembang di
ahli
nujum,dan
lain).Karenanya
dalam
lainproses
kalanganmasyarakat
Mekkah
pada
pemeriksaan perkaranya arbiter tersebut
umumnya masyarakat yang bergelut di
lebih banyak menggunakan kekuatan
bidang bisnis. Diantara sahabat Nabi
firasat daripada menggunakan alat-alat
yang pernah dipercaya sebagai hakam
bukti seperti saksi atau pengakuan 20 .
(arbiter) selain Abu sureich (Abu al
Dalam catatan sejarah para arbiter Arab
Hakam) adalah Sa‟id ibn Muadz untuk
yang terkenal di antaranya; Rabi‟ ibn
menyelesaikan
Rabi‟ah ibn al-Dzi‟b, Akstam ibn Shifi,
Bani Quraidzah, atau ketika Zaid bin
Qass ibn Sa‟idah al-Iyadi, Amr ibn
Tsabit menyelesaikan perselisihanantara
Zharib al-Adawani, Ummaiyyah ibn
Umar bin Khattab dengan Ubai ibn
Abi ash-Shilat,
Ka‟ab
Abdullah ibn
Arbi‟ah,
dan
lain-lain.Para
tersebut
dalam
memeriksa
Abi
arbiter
atau
tentang
ibnMath‟am
sengketa
perselisihandi
nahl
dalam
antara
dan
antara
Jubair
menyelesaikan
Utsman
sistem
dengan
menyidangkan perkaranya dilaksana-
Thalhah.Pertumbuhan
kandi dalam kamp-kamp yang didirikan
atau sistem arbitrase di masa Khalifah
atau bahkan tidak jarang di bawah
Umar
ibnKhattab
hakam
mengalami
perkembangan yang menggembira-kan
19
Wahbahaz-Zuhaili, Al Fiqh al
IslamwaAdillatuhu, juz IV, Darl al Fikr.
Damaskus, Syiria, 2005, hal. 752.
20
Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Op. cit,
hal.49.
128
seiring
denganpembenahan
lembaga
peradilan (al-Qadla) dan tersusunnya
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
pokok-pokok
pedomanberacara
ISSN 1979 - 4940
di
antara orang-orang yang berniaga.
pengadilan yang dikenal dengan istilah
Perkara-perkara tersebutdiurus dan
Risalah al-Qadla Abu Musa al-Asy‟ari,
diselesaikan oleh suatu badan yang
yang
terdiri dari beberapa utusankaum
salah
satu
pengukuhan
isinya
terhadap
adalah
kedudukan
berniaga.
arbitrase.21
Dalamperkembanganselanjutnyaa
khirnyadapatdifahamibahwaPengadilan
2. Arbitrase Islam di Indonesia
Di dalam perkembangan sejarah
kerajan kerajan di Indonesia dketahu
bahwa pada saat daerah Priangan berada
di bawah kekuasaanMataram pada masa
kejayaan
Sultan
Amangkurat
I,
Agung
di
dan
wilayah
Priangan(menurut hasil penyeledikan
Cilaga inilah yang serupa dengan sistem
arbitrase dalam hukumperdata umum
atau
1. Peradilan Agama yang memiliki
kompetensi perkara perdata yang
dapatdijatuhi hukuman badan atau
mati,
perkara-perkara
Drigama
mengadili
perkara sepanjang tidak termasuk
perkara- perkarayang dapat dijatuhi
hukuman badan atau hukuman
oleh kalangan orang-orang Eropa atau
kalanganpedagang Internasional.
Cara penyelesaiannya seringkali
pengadilan-wasit
dengannasehat-nasehat
keagamaan, tentang arti pentingnya
persaudaraan sedemikian rupa,sehingga
perselisihan dapat diselesaikan secara
damai dan orang yang bersengketa
hati dan kembali hidup seperti biasa.
Apabilasalah satu pihak yang dirugikan,
pihak
lainnya
secara
rela
mengembalikan haksaudaranya itu, atau
sebaliknya pihak yang merasa dirugikan
mati.
3. Pengadilan
hukum
saling memafkan, hilang segala karat di
perkawinan danwaris.
2. Pengadilan
dalam
sistemarbitrase lebih banyak digunakan
diawali
bentuk badanperadilan, yaitu22:
hakam
Islam.Kemudianselanjutnya,
kompeni) telah berkembang tiga macam
hukuman
sistem
Cilaga
yang
yaitu
khusus
untuk menyelesaikansengketa di
secara
suka
rela
demikepentingan
perdamaian menggugurkan haknya dan
bisa jadi disatu kali kedua belahpihak
21
Ibid., hal. 52.
R. Tresna, Peradilan di Indonesia dari
Abad ke Abad, 1978, Jakarta: PT. Intermasa,
hal. 21
22
129
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
sama-sama
mengalah
yakni
mengalah demi perdamaian.
saling
23
ISSN 1979 - 4940
International Centre for Settlement of
Investment
Sebagaimana diketahui arbitrase
(ICSID)
Disputes
Washington.
Badan-badan
dapat berupa arbitrase sementara (ad-
mempunyai
peraturan
hoc) maupun arbitrase melalui badan
arbitrase sendiri-sendiri.
Badan
permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc
di
tersebut
dan
sistem
Arbitrase
Syari‟ah
dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan
Nasional (Basyarnas) sebagai
yang sengaja di bentuk untuk tujuan
satu lembaga
arbitrase,
Undang-undang
arbitrase untuk sektor bisnis ekonomi
No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
Islam atau bisnis berbasis syari‟ah.
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Lembaga arbitrase yang mengklaim
Pada
berdasarkan hukum
misalnya
umumnya
arbitrase
ad-hoc
salah
yang menawarkan jasa
ditentukan berdasarkan perjanjian yang
suatu
menyebutkan
majelis
bertujuan menyelesaikan perselisihan
arbitrase serta prosedur pelaksanaan
/sengketa keperdataan dengan prinsip
yang yang telah disepakati oleh para
mengutamakan perdamaian/ishlah.
penunjukan
Badan
Islam. Sebagai
Arbitrase,
Basyarnas
Sejarah mencatat bahwa ide untuk
pihak.
Arbitrase insitusi adalah suatu
melahirkan
Badan
Arbitrase
lembaga permanen yang dikelola leh
SyariahNasional muncul pada waktu
berbagai badan arbitrase berdasarkan
Rakernas Majelis Ulama Indonesia
aturan-aturan yang mereka tentukan
tahun 1992, padawaktu itu Hartono
sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan
Mardjono,
arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-
makalahnya
badan arbitrase seperti Badan Arbitrase
arbitraseberdasarkan syariat Islam, yang
Syari‟ah Nasional Basyarnas),
kemudian mendapatkan sambutan dari
Badan
ditugasi
memaparkan
tentang
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),
kalanganpeserta
maupun yang internasional seperti The
direkomendasikan untuk ditindaklanjuti
Rules of Arbitration dari International
oleh
Chamber of Commerce (ICC) di Paris,
Kemudian pada tanggal 22 April 1992,
The
Dewan
Arbitration
Rules
dari
The
dan
Majelis
kemudian
UlamaIndonesia.
Pimpinan
Pusat
MUI,mengundang
para
pakar
atau
praktisi
dan
cendikiawan
23
Abdul Rahman Saleh, dkk., Arbitrase
Islam di Indonesia, BAMUI &BI, Jakarta,
1994,hal. 24.
130
hukum
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
muslim
termasuk
darikalangan
ISSN 1979 - 4940
berbentuk yayasan. Badan Arbitrase
Perguruan Tinggi Islam guna bertukar
Muamalat(BAMUI)
pikiran tentang perlu tidaknyadibentuk
bentuk badan hukum yayasan sesuai
arbitrase Islam. Pada rapat selanjutnya
dengan
tanggal 2 Mei 1992, diundang jugawakil
RoostiatiYudo Paripurno, S.H., Nomor
dari Bank Muamalat Indonesia dan
175 tanggal 21 Oktober 1993. BAMUI
untuk selanjutnya dibentuk tim kecil
diketuai olehH. Hartono Mardjono,
gunamempersiapkan
bahan-bahan
S.H., sampai beliau wafat tahun 2003.
kemungkinannya
Berkat Rahmat Allah SWT. dan usaha
kajian
untuk
Demikian juga dalam Rakernas
tanggal
24-27
dalam
notarisNy.
Lely
maksimal semua pihak yang terlibat
membentuk BadanArbitrase Islam.
MUI
akta
didirikan
November
dalam
proses
berdirinya
ArbitraseIslam.25
bahwa
Kemudian pada Rakernas tahun
sehubungan dengan rencana pendirian
2002 dengan melihat kepada pesatnya
Lembaga ArbitraseMuamalat agar MUI
perkembangan ekonomi syariah baik
1992,juga
diputuskan
24
Majelis
system maupun lembaga yang ada,
denganSurat
maka diusulkan untuk merubah nama
Kep.
Bamui menjadi Basyarnas.Kemudian
Mei
berdasarkan pertemuan yang dilakukan
1992, telahmembentuk kelompok kerja
pada tanggal 23-26 Desember 2002 dan
pembentukan Badan Arbitrase Hukum
hasil pertemuan antara Dewan Pimpinan
Islam.Kemudian pada tanggal 5 Jumadil
MUI dan pengurus BAMUI tanggal 26
Awal 1414 H / 21 Oktober 1993,
Agustus 2003 serta memperhatikan
dilakukanpenandatanganan
surat
segera
merealisasikanny.
Ulama
Indonesia
Keputusan
Nomor:
392/MUI/V/1992
tertanggal
4
Akte
Pengurus
BAMUI
Nomor
Pendirian Yayasan Badan Arbitrase
82/BAMUI/07/X/2003
Muamalat Indonesia olehKH. Hasan
Oktober 2003, maka MUI dengan SK
Basri dan HS. Prodjokusumo (Ketua
nya
MUI)
Noor,
tanggal 24 Desember 2003.Perubahan
SE(Dirut Bank Muamalat Indonesia).
nama BAMUI menjadi Basyarnas dan
dan
H.
Zainulbahar
nomor
tanggal
7
Kep.09/MUI/XII/2003
Badan Arbitrase Muamalat Indonesia
25
yangdidirikan oleh MUI ini adalah
24
Al Fitri, Badan Arbitrase Syariah
Nasional dan Eksistensinya, Op. Cit, hal. 12
WarkumSoemitro,
2001.
AsasasasPerbankanIslamdanLembagalembagaTerkait
(Bamuidan
Takaful)
di
Indonesia,Jakarta, PT. Raja Grafindo, hal. 144.
131
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
menjadikannya
sebagai
perangkat
organisasi MUI (tidak lagi berbentuk
(MUI). Di Ketuai oleh H. Yudo
Paripurno, S.H.
Yayasan)
Kehadiran
Dengandemikian selama kurang
lebih
ISSN 1979 - 4940
10
Arbitrase
(sepuluh)
tahun
Muamalat
Syariah
Badan
Nasional
Arbitrase
(BASYARNAS)
Badan
sangat diharapkan oleh umat Islam
Indonesia
Indonesia, bukan saja karena dilatar
(BAMUI) menjalankan perannya, dan
belakangi
dengan pertimbangan yang ada bahwa
kepentingan umat untuk melaksanakan
anggota Pembina dan Pengurus Badan
syariat Islam, melainkan juga lebih dari
Arbitrase
itu
Muamalat
(BAMUI)
sudah
Indonesia
banyak
yang
oleh
adalah
sejalan
kesadaran
menjadi
dengan
dan
kebutuhan
riil
perkembangan
meninggal dunia, juga bentuk badan
kehidupan ekonomi dan keuangan di
hukum yayasan sebagaimana diatur
kalangan umat. Karena itu, tujuan
dalam
16
didirikan
Tahun 2001 tentang Yayasan sudah
Nasional
tidak sesuai dengan kedudukan BAMUI
badan permanen dan independen yang
tersebut, maka atas keputusan rapat
berfungsi menyelesaikan kemungkinan
Dewan
Ulama
terjadinya sengketa muamalat yang
Kep-
timbul dalam hubungan perdagangan,
09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember
industri keuangan, jasa dan lain-lain
2003 nama Badan Arbitrase Muamalat
dikalangan umat Islam.
Indonesia (BAMUI) diubah menjadi
Berdirinya
Undang-Undang
Pimpinan
Indonesia
Badan
Majelis
Nomor
Arbitrase
(BASYARNAS)
direkomendasikan
Nomor
:
Syariah
yang
Nasional
sebelumnya
dari
hasil
Badan
Arbitrase
(BASYARNAS)
Badan
Syariah
sebagai
Arbitrase
Syariah Nasional (BASYARNAS) ini
tidak
terlepas
perkembangan
dari
kehidupan
konteks
sosial
RAKERNAS MUI pada tanggal 23-26
ekonomi umat Islam, kontekstual ini
Desember
Arbitrase
jelas dihubungkan dengan berdirinya
Syariah Nasional (BASYARNAS) yang
Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan
merupakan badan yang berada dibawah
Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan
MUI
perangkat
Syariah (BPRS) serta Asuransi Takaful
organisasi Majelis Ulama Indonesia
yang lebih dulu lahir.Sebelumnya di
dan
2002.
Badan
merupakan
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
132
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
1992 Tentang Perbankan belum diatur
dengan nasabahnya sehingga Dewan
mengenai bank syariah, akan tetapi
Syariah Nasional menganggap perlu
dalam
mengeluarkan
menghadapi
perkembangan
fatwa-fatwa
bagi
perekonomian nasional yang senantiasa
lembaga keuangan syariah, agar didapat
bergerak
kompetitif,
dan
kepastian hukum mengenai setiap akad-
dengan
tantangan
yang
akad dalam perbankan syariah, di mana
semakin
kompleks
serta
sistem
disetiap akad itu dicantumkan klausula
keuangan
yang
maju
arbitrase yang berbunyi: „‟Jika salah
cepat,
terintegrasi
semakin
diperlukan penyesuaian kebijakan di
satu
bidang ekonomi, termasuk perbankan.
kewajibannya
Selanjutnya dalam memasuki era
globalisasi
dan
diratifikasinya
dengan
beberapa
telah
perjanjian
pihak
tidak
menunaikan
atau
jika
terjadi
perselisihan diantara para pihak maka
penyelesaiannya
dilakukan
melalui
Badan Arbitrase Syariah setelah tidak
internasional di bidang perdagangan
tercapai
kesepakatan
barang dan jasa, diperlukan penyesuaian
musyawarah”.
terhadap peraturan Perundang-undangan
Dengan
adanya
melalui
fatwa-fatwa
di bidang perekonomian, khususnya
Dewan
Syariah
sektor perbankan, oleh karena itu
dimana
setiap
dibuatlah
Republik
lembaga keuangan syariah dalam setiap
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
produk akadnya harus mencantumkan
Tentang
Perubahan
Undang-Undang
klausula
Nomor
7
1992
sengketa-sengketa yang terjadi antara
Undang-Undang
Tahun
Tentang
Nasional
bank
arbitrase,
syariah
maka
semua
tentang
perbankan
syariah.Dengan
adanya
keuangan syariah dengan nasabahnya
Undang-undang ini maka pemerintah
maka penyelesaiannya harus melalui
telah melegalisir keberadaan bank-bank
Badan
yang
(BASYARNAS).
perbankan
yang
beroperasi
secara
syariah,
sehingga lahirlah bank-bank baru yang
Arbitrase
atau
atau
mengatur
Perbankan
syariah
tersebut
Syariah
lembaga
Nasional
Badan Arbitrase Syariah Nasional
Dengan
(BASYARNAS) berdiri secara otonom
adanya bank-bank yang baru ini maka
dan independen sebagai salah satu
dimungkinkan
sengketa-
instrumen hukum yang menyelesaikan
sengketa antara bank syariah tersebut
perselisihan para pihak, baik yang
beroperasi
secara
syariah.
terjadinya
133
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
datang dari dalam lingkungan bank
syari‟ah. Karena pada dasarnya dalam
syariah, asuransi syariah, maupun pihak
arbitrase
lain yang memerlukannya. Bahkan, dari
sengketanya
kalangan
(Adjudikasi Privat) yang mana para
non
muslim
pun
dapat
yang bentuk penyelesaian
secara
pribadi
memanfaatkan Badan Arbitrase Syariah
pihak
Nasional (BASYARNAS) selama yang
menyelesaikan
bersangkutanmempercayaikredibilitasny
pihak yang netral yang mereka pilih
a dalam menyelesaikan sengketa.
untuk membuat keputusan. Selain itu
menyepakati
untuk
sengketanya
kepada
Hal lain kaitannya yang tidak
para pihak juga dapat memilih hukum
kalah menarik dengan lahirnya Badan
mana yang dipakai atau diterapkan pada
Arbitrase Syariah Nasional ini, menurut
sengketa
Mariam Darus Badrulzaman, sangat
melindungi para pihak yang bersengketa
tepat karena melalui Badan Arbitrase
dari rasa takut atau ketidakyakinan
tersebut, sengketa-sengketa bisnis yang
terhadap
operasionalnya mempergunakan hukum
yurisdiksi tertentu. Dengan demikian
Islam
dengan
memungkinkan diterapkannya hukum
mempergunakan hukum Islam. Menurut
Islam dalam penyelesaian sengketa
Hartono Marjono, karena sesungguhnya
antara nasabah dengan bank syari‟ah.
perjanjian berdasarkan syari‟at Islam itu
Disamping
menurut
kita
Mardjono, eksistensi arbitrase Islam ini
dinyatakan sah, maka perlu dicarikan
juga dalam rangka perjuangan untuk
jalan keluar jika terjadi perselisihan
penegakan
mengenai perjanjian tersebut. Perlu
konsepsional
dipikirkan hukum apa yag diputuskan
konstitusi nasional negara kita.26
dapat
diselesaikan
ketentuan
di
negara
tersebut
sehingga
hukum
itu
seubstantif
menurut
syari‟at
di
akan
dari
Hartono
Islam
bawah
secara
bingkai
untuk diambil jika terjadi perselisihan.
Dengan demikian pembentukan
Jika yang dipilih hukum menurut
Basyarnas merupakan salah satu pintu
ketentuan syari‟at Islam, maka perlu
untuk mendamaikan para pihak yang
dipersiapkan institusi yang berkompeten
bersengketa dalam kasus perdata secara
untuk
syariah bagi umat Islam. Di Indonesia
menyelesaikan
perselihat
tersebut.
Keadaan demikian akan tertolong
saat ini melalui lembaga Majelis Ulama
Indonesia
dengan keberadaan lembaga arbitrase
26
134
adalah
Ibid.
telah
dikeluarkan
fatwa
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
Dewan
Syari‟ah
selanjutnya
Nasional
disempurnakan
MUI
dalam
ISSN 1979 - 4940
memberikan penyelesaian yang adil dan
cepat
dalam
sangketa-sangketa
bentuk Kompilasi Hukum Ekonomi
muamalah / perdata yang timbul dalam
Syari‟ah terkait hubungan muamalah
perdagangan, industri, keuangan, jasa
(perdata) senantiasa diakhiri dengan
dan
ketentuan, “Jika salah satu pihak tidak
permintaan yang diajukan oleh pihak
menunaikan kewajibannya atau jika
yang
terjadi perselisihan diantara kedua belah
perjanjian,ataupun tanpa adanya suatu
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
sangketa
untuk
melalui
Badan
pendapat
yang
setelah
tidak
Arbitrase
tercapai
Syari‟ah
kesepakatan
lain-lain.Kedua,
bersengketa
suatu
menerima
dalam
suatu
memberikan
mengikat
persoalan
sutu
mengenai
berkenaan
dengan
perjanjian tersebut.
melalui musyawarah.
Adanya BASYARNAS sebagai
Eksistensiarbitrasesyariahdalampe
rkembanganselanjutnya
di
Indonesia
suatu lembaga permanen, berfungsi
semakinsignifikandengandikeluarkanny
untuk
abeberapa perundang-undangan yang di
terjadinya sengketa perdata di antara
dalamnyasudahmemuatbeberapahalberk
bank-bank
aitandengan
arbitrase
nasabahnya atau para pengguna jasa
syariah antara lain Undang-Undang
mereka pada khususunya dan antara
Nomor
tentang
sesama umat Islam yang melakukan
Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian
hubungan-hubungan keperdataan yang
Sengketa, Undang-Undang Nomor 41
menjadikan
Tahun 2004 tentang Wakaf, Undang-
dasarnya,
Undang Nomor 21 Tahun 2008tentang
merupakan
Perbankan
Syariah,
sungguh-sungguh nyata.
Nomor
48
30
kedudukan
Tahun
1999
Undang-Undang
Tahun
sebelumnya
Basyarnas
bernama
dengan
syari‟ah
pada
suatu
para
Islam
sebagai
umumnya
adalah
kebutuhan
yang
KESIMPULAN
Adapun tujuan didirikannya dan
lingkup
syari‟ah
kemungkianan
2009
tentangKekuasaan Kehakiman.
ruang
menyelesaikan
yang
BAMUI
berdasarkan isi dari pasal 4 Anggaran
Dasarya adalah sebagai berikut; pertama
Sebagai Negara hukum Indonesia
sudahmemilikiserangkaianproduk
hokum
yang
bertujuanuntukmengaturkehidupanwarg
anegaranyadalamsegalabidang,
termasuk
di
135
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
dalamnyamengenaipenyelesaiansengket
ISSN 1979 - 4940
Abdul kadir Muhammad, Pengantar
a.
Salah
Hukum Perusahaan Indonesia,
satubentukpenyelesaiansengketa
yang
Bandung, PT. Citra Adiya bakti,
telahdiaturadalaharbitrase.
Masyarakat
kerap
kali
1993.
Abdurrahman, 2002, Peranan Hukum
memandangdanmemahamihukumsebag
dalam Penanggulangan Konflik,
ai hal yang skeptis, yakni dipandang
Program
sebatas
Antasari, Banjarmasin.
mengenai
peradilan,
atau
diidentikkan
ilmu
tentang
bahkan
hukum
dengan
peradilan.
Pandangan yang demikian terkadang
mengakibatkan hukum bermakna sangat
sempit.
termasuk
Padahal
di
jauh
dalamnya
lebih
luas,
pemecahan
Adolf,
Pascasarjana
Huala,
Hukum
Arbitrase
Internasional, Jakarta, Pt. Raja
Grafindo Persada.
Ali, Mohammad Daud, 2000, Hukum
Islam, Pengantar Ilmu Hukum
dan
Tata
Hukum
sengketa tanpa melalui jalur peradilan
Indonesia,
dapat diartikan sebagai hukum itu
Jakarta, Raja Grafindo.
sendiri.
IAIN
Ed.
6.
Islam
di
cet.9,
Pt.
Arto, A. Muti, 2002, Mencari Keadilan
Uraian
di
(Kritik
dan
Solusi
Terhadap
atashanyalahmerupakanpaparansingkat
Praktek Peradilan Perdata di
yang
Indonesia), Yogyakarta, Pustaka
masihmemerlukanpendalaman.Akan
Pelajar.
tetapi
paling
Atmaja, Komar Karta, 2001, Beberapa
tidakpenulisberusahamemberikangamba
Masalah
randipermukaanmengenaisalahsatubent
Indonesia
ukpenyelesaiansengketayakniarbitrased
Prospek
ankeberadaanarbitraseIslamyang
Arbitrase di Indonesia), Bandung,
diprakarsai MUI di negarakita.
Citra Aditya Bakti.
Penerapan
(Tulisan
dan
ADR
di
Dalam
Pelaksanaan
Badan Arbitrase Mu‟amalat Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Dahlan, et. al., Ensiklopedi
Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru
van Hoeve, Jakarta, 2001.
136
1994, Tentang Badan Arbitrase
Mu’amalat Indonesia, Jakarta.
Febrizal Lubis, Menghayati Peran Serta
Para Ulama dan Cendekiawan
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
Muslim
DalamMemimpin
Menjaga
Peradilan
dan
Agama,
Munir,
Arbitrase
Nasional
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Bisnis,
Bandung,
PT.
Cipta
Garner, Bryan A., (editor in chief),
Garry
Hukum
1991,
Politik
Satu
Sistem
Menuju
Nasional,
Bandung,
Alumni.
Hasibuan, Malayu, 2001, Dasar-Dasar
Perbankan, Jakarta, PT. Bumi
Aksara.
Aditya Bakti.
1999,
Sunaryati,
Hukum
Jakarta, Badilag.Net.
Fuady,
Hartono,
ISSN 1979 - 4940
Black
Law
Dictionary,
Ibrahim Siregar, Penyelesaian Sengketa
Wakaf Di Indonesia: Pendekatan
Seventh Edition, West Group-St.
Sejarah
Pail Minn.
2012, Jurnal Miqot Vol. XXXVI
Goodpaster,
1995,
Tinjauan
Terhadap Penyelesaian Sengketa,
Seri
Arbitrase
Sengketa
Perdata
Juwana, Hikmahanto, 2001, Urgensi
Indonesia,
Pasar Modal, Tulisan Termuat
dalam
Gukguk, Erman Raja, 2000, Budaya
dan
No. 1 Januari-Juni 2012.
Pengaturan Arbitrase Dalam UU
Ghalia Indonesia.
Hukum
Islam,
Hukum
Dasar-dasar
Ekonomi
SosialHukum
Penyelesaian
di
Luar
Jurnal
Hukum
Bisnis,
Volume 14 tahun 2001.
Mardjono, Hartono, 2000, Menjalankan
Syari’ah
Islam
dalam
Pengadilan, (Makalah Disajikan
Bermu’amalah yang Sah Menurut
dalam Seminar Pluralisme Hukum
Hukum Nasional, Studi Press,
dalam Berbagai Kajian Hukum),
Jakarta.
Margono,
Depok, Agustus 2000.
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani,
Hukum
PT
Arbtrase,
Raja
Grafindo Persada,Jakarta, 2001.
Harahap,
Yahya,
1997,
Beberapa
2000,
ADR
(Alternative Dispute Resolution)
dan
Arbitrase
(Proses
Pelembagaan dan Aspek Hukum),
Jakarta, Ghalia Indonesia.
Sistem
Mertokusumo, Sudikno, 1979, Hukum
Penyelesaian
Acara Perdata Indonesia, cet, II,
Tinjauan
Mengenai
Peradilan
dan
Sengketa, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti.
Suyud,
Yogyakarta, Liberty.
Ramulyo, Idris M., 1985, Beberapa
Masalah Tentang Hukum Acara
137
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
Perdata Peradilan Agama dan
Hukum
Perkawinan
Islam,
ISSN 1979 - 4940
Syaifuddin, 2004, Wewenang Peradilan
Agama
Terhadap
Perbankan Syari’ah, (Makalah
Jakarta, Ind-Hill Co.
Rosyadi, Rahmat dan Ngatino, 2002,
disampaikan
pada
Stadium
Arbitrase dan Perspektif Islam
General Semester Genap pada
dan Hukum Positif, PT. Citra
Fakultas Syari‟ah IAIN Antasari
Aditya Bakti, Bandung.
Banjarmasin.
Saleh, Abdul Rahman, dkk, 1994,
Usman,
Rahmadi,
2003,
Pilihan
Arbitrase Islam di Indonesia,
Penyelesaian Sengketa di Luar
BAMUI dan BMI, Jakarta.
Pengadilan, Bandung, PT. Citra
Simanjuntak, Ricardo, 2002, Konflik
Aditya Bakti.
Yurisdiksi Antara Arbitrase dan
Waluyo, Bambang, 1992, Implementasi
Pengadilan Negeri, Artikel dalam
Kekuasaan Kehakiman, Jakarta,
SitiMegadianti
Adam
danTakdirRahmadi,
1997,
Sinar Grafika.
Wibowo, Basuki Rekso, Prinsip-prinsip
SengketadanPenyelesaiannya,
Dasar
(Bulletin MusyawarahNomor 1
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Tahun
Dagang di Indonesia, (Tulisan
I,
Jakarta:
Indonesian
Center For Environmental Law).
Soemitro,
Rony
Hanitijo,
Arbitrase
Sebagai
dalam Humanika)
1985,
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al
Beberapa Masalah Dalam Studi
Qur‟an, Departemen Agama RI,
Hukum
Al Qur’an dan Terjemah, Jakarta,
dan
Masyarakat,
Bandung: Remadja Rosda Karya.
1984
Soemitro, Warkum, 1997, Asas-asas
Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit
Perbankan Islam dan Lembaga-
Adnan, 1983, Sejarah Singkat
lembaga
Pengadilan Agama di Indonesia,
Terkait
(Bamui
dan
Takaful) di Indonesia, PT. Raja
Grafindo, Jakarta.
PT. Bina Ilmu, Surabaya.
Zain, Satria Efendi, M, 1984, Arbitrase
Suhrawardi. K. Lubis, Hukum Ekonomi
Dalam Islam, (Dalam Mimbar
Islam, Sinar Grafika, Jakarta,
Hukum No. 16 Tahun V, Jakarta,
2004.
Yayasan
Ditbinbapera.
138
Sengketa
Al
Hikmah
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
Siti Megadianti Adam dan Takdir
Rahmadi, 1997, Sengketa dan
Penyelesaiannya,
Buletin
Musyawarah Nomor 1 Tahun I,
Jakarta, Indonesian Center For
Environmental Law.
Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, diIndonesia oleh Mudzakir AS,
dengan judul Fikih Sunnah,Jilid
XIV, Bandung: Alma‟arif, 1993,
hal. 36; Lihat juga M. Cholis
Nafis,
Teori
Hukum
EkonomiSyariah, 2011, Jakarta:
UI Press.
139
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
140
ISSN 1979 - 4940
ISSN 1979 - 4940
LEMBAGA ARBITRASE ISLAM DI INDONESIA
Yusna Zaidah
FakultasSyariah IAIN Antasari Banjarmasin
Jl. A. Yani km. 4,5KebunBunga Banjarmasin
E-mail :[email protected]
Abstract
A dispute is a social problem thatdirectly in contact with the law and require solving
integrally. Each order of society has various ways to get agreement in the proceedings
or to resolve disputes among them. The People nowadays are starting to abandon
habitual ways resorting to formal ways provided by law that are recognized by the
state. There are various kinds of way to dispute in the society that each has particular
strengths and weaknesses, one of them is arbitration. In Indonesia, National Sharia
Arbitration Board as one of the institutions that offering arbitration services to the
business sector economics Islam or business based on sharia
Keywords : Arbitration, Dispute, Basyarnas.
Abstrak
Sengketa ini merupakan problema sosial yang langsung bersentuhan dengan hukum dan
memerlukan pemecahan secara integral. Setiap tatanan masyarakat memiliki berbagai
macam cara untuk memperoleh kesepakatan dalam proses perkara atau untuk
menyelesaian sengketa di kalangan mereka. Masyarakat mulai meninggalkan cara cara
kebiasaan beralih ke cara cara formal menurut hukum yang berlaku yang diakui oleh
negara. Berbagaimacam dancara penyelesaian sengketa yang ada di masyarakat yang
masing
masing
memiliki
keunggulan
dan
kelemahan
tertentusalahsatunyaadalaharbitrase. Di Indonesia berdiriBadan Arbitrase Syari‟ah
Nasional (Basyarnas) sebagai salah satu lembagayang menawarkan jasa arbitrase untuk
sektor bisnis ekonomi Islam atau bisnis berbasis syari‟ah.
Kata Kunci: Arbitrase, Sengketa, Basyarnas.
dari.Kesalahfahaman
PENDAHULUAN
dimaksud
ada
kelompok
yang dapat diselesaikan oleh mereka
menghendaki hidup damai dan tenteram
sendiri dan ada pula yang memerlukan
serta
campur
Setiap
selalu
individuatau
berusaha
munculnya
menghindari
sengketa,
tangan
pihak
lain
serta
memerlukan penyelesaian secara serius,
walaupundemikiandalam
bahkan ada pula yang menjadi hangat
kenyataankesalahfahamansebagaipenye
dan sengit jika kemudian tidak kunjung
babsengketatersebutterkadangsulitdihin
119
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ditemukan
cara
yang
tepat
untuk
Sengketa ini merupakan problema
yang
dengan
peradilan. Pandangan yang demikian
terkadang
menyelesaikannya.
sosial
hukum
dan
mengakibatkan
hukum
bermakna sangat sempit. Padahal jauh
bersentuhan
lebih
memerlukan
pemecahan sengketa tanpa melalui jalur
langsung
pemecahan secara integral.
Terlebih
lagi karena manusia sebagai mahluk
luas,
termasuk
di
dalamnya
peradilan dapat diartikan sebagai hukum
itu sendiri.
Dengandemikian, sengketa tidak
sosial maka sangat diperlukan cara
penyelesaian yang menjunjung tinggi
dapat
nilai kemanusiaan. Hal demikian untuk
manusia dan kebutuhan penyelesaian
melengkapi fakta dan teori dalam
sengketa di antara masyarakat berbeda
menghadapi sengketa agar kita tidak
satu sama lain. Ada berbagai macam
terjebak dalam empirisme dan masuk
cara penyelesaian sengketa yang ada di
pada batasan teoritikal yang tanpa nilai
masyarakat
(makna) sehingga kehilangan idealisme.
memiliki keunggulan dan kelemahan
Padahal sesungguhnya makna itulah
tertentu.
yang akan
makna baik sebagai lembaga, proses
dicari
yakni
nilai-nilai
Setiap
dilepaskan
yang
dari
kehidupan
masing
Penyelesaian
masing
mengandung
maupun produk, salah satunya adalah
kemanusiaan yang luhur.
tatanan
masyarakat
penyelesaian sengketa alternatif di luar
memiliki berbagai macam cara untuk
pengadilan
memperoleh kesepakatan dalam proses
Resolution). Arbitrase adalah salah satu
perkara
cara penyelesaian sengketa di luar
atau
untuk
menyelesaian
(Alternative
Dispute
mereka.
pengadilan yang merupakan upaya yang
Masyarakat mulai meninggalkan cara
dilakukan oleh para pihak dengan
cara kebiasaan beralih ke cara cara
menyerahkan
formal menurut hukum yang berlaku
kepada pihak lain yang tidak memihak
yang
atau
sengketa
di
diakui
kalangan
oleh
negara.
Dalam
netral
penyelesaian
yang
mempunyai
kewenangan
kali memandang pandang sebagai hal
memaksakan putusan tersebut kepada
yang skeptis, yakni dipandang sebatas
salah
bahkan hukum diidentikkan dengan
satu
untuk
sengketa
memahami hukum masyarakat kerap
mengenai ilmu tentang peradilan, atau
120
ISSN 1979 - 4940
pihak
memutus
suatu
dan
bentuk
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
1
ISSN 1979 - 4940
penyelesaian
yang mereka tunjuk dan angkat sendiri
sengketa tersebut didasari kesepakatan.
dan putusan yang diambil oleh hakim
Arbitrase merupakan salah satu bentuk
hakim tersebut merupakan putusan yang
penyelesaian sengketa secara pribadi
bersifat final dan mengikat 3 , arbitrase
(Adjudikasi Privat) yang mana para
adalah badan peradilan swasta di luar
pihak
lingkungan
tersebut.
Penyerahan
menyepakati
untuk
peradilan
umum,
yang
kepada
dikenal khusus dalam dunia perusahaan.
pihak yang netral yang mereka pilih
Arbitrase adalah peradilan yang dipilih
untuk membuat keputusan.
dan ditentukan sendiri secara sukarela
menyelesaikan
sengketanya
Selain itu para pihak juga dapat
oleh pihak pihak pengusaha yang
memilih hukum mana yang dipakai atau
bersengketa. Penyelesaian sengketa di
diterapkan
tersebut
luar pengadilan Negara merupakan
sehingga akan melindungi para pihak
kehendak bebas pihak pihak. Kehendak
yang bersengketa dari rasa takut atau
bebas ini dapat dituangkan dalam
ketidakyakinan
hukum
perjanjian tertulis yang mereka buat
substantif dari yuridiksi tertentu. Di
sebelum dan sesudah sengketa terjadi
samping itu arbitrase juga cenderung
sengketa sesuai dengan asas kebebasan
lebih informal dibandingkan dengan
berkontrak dalam hukum perdata4.
pada
sengketa
terhadap
adjudikasi publik, prosedurnya tidak
begitu
kaku
menyesuaikan.
suatu
dan
2
bentuk
lebih
dapat
Arbitrase merupakan
peradilan
yang
Islam
sebagai
agama
yang
memiliki ajaran yang lengkap dalam
perkembangan
mengenal
tradisinya
pranata
telah
penyelesaian
diselenggarakan oleh dan berdasarkan
sengketa dalam bentuk badan hakam
kehendak serta i‟tikad baik dari pihak
yang
pihak yang berselisih agar perselisihan
arbitrase. Hakam itu sendiri bersumber
mereka diselesaikan oleh hakim hakim
dari syari‟at Islam yang putusannya
sama
pengertiannya
dengan
didasarkan pada islah dengan sifat
1
SitiMegadianti
Adam
danTakdirRahmadi,
1997,
SengketadanPenyelesaiannya,
(Bulletin
MusyawarahNomor 1 Tahun I, Jakarta:
Indonesian Center For Environmental Law), hal.
264.
2
Garry
Goodpaster,
1995,
TinjauanTerhadapPenyelesaianSengketa, Seri
Dasar-dasarHukumEkonomiArbitrase
Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 5.
peradilannya
yang
mudah,
cepat,
3
GunawanWijayadan Ahmad Yani,
HukumArbtrase,
PT
Raja
GrafindoPersada,Jakarta, 2001, hal. 16.
4
Abdul
kadir
Muhammad,
PengantarHukum
Perusahaan
Indonesia,
Bandung, PT. Citra Adiyabakti, 1993, hal. 276.
121
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
murah, adill, final dan mengikat. Pada
kepentingan perdamaian menggugur-
awalnya perkara yang ditangani tidak
kan haknya dan bisa jadi disatu kali
terbatas pada masalah perdata, namun
kedua belah pihak sama-sama mengalah
pada akhirnya disepakati masalah yang
yakni
ditangani adalah terbatas pada masalah
perdamaian.
al amwal (harta benda). Pemantapan
disebutdenganbertahkim kepada seorang
badan hakam dalam sejarah hukum
yang ahli untuk meminta diselesaikan
Islam terlebih lagi berlangsung setelah
atau
fiqih muamalah berkembang dengan
mereka. Hanya saja masyarakat belum
pesat.5
mengenal
Indonsiasendirimeskipunpadaawalmunc
ulnyaIslam
di
nusantaraistilaharbitrasesyariahatauarbit
raseIslaminibelum
dikenal,
namun
sesungguhnyadalam praktek kehidupan
masyarakatIslam di nusantara system
arbitrasesudahmasukdalamsalahsatubagi
ansistempenyelesaiansengketadalammas
yarakatadat.
seringkali
nasehat
Cara
diawali
penyelesaiannya
dengan
keagamaan.
nasehat-
tentang
arti
pentingnya persaudaraan sedemikian
rupa,sehingga
perselisihan
dapat
diselesaikan secara damai dan orang
yang bersengketa saling memafkan.
Apabila
salah
satu
pihak
yang
dirugikan, pihak lainnya secara rela
mengembalikan hak saudaranya itu,
atau sebaliknya pihak yang merasa
dirugikan
5
saling
6
mengalah
demi
Praktikinilah
yang
diputus-kan
perkara
dengan
diantara
istilah
arbitrase
(hakam).7
Di
122
ISSN 1979 - 4940
secara
suka
rela
Ahmad Dimyati, 1994, hal. 193.
demi
PEMBAHASAN
1. Arbitrase dalam Islam
Sebelum
lebih
jauh
dibahas
mengenai Arbitrase Islam di Indonesia,
sebelumnya
akandiulas
aritrase
dalam
mengenai
hukumIslam.
Pembahasan arbitrase menurut hukum
Islam dimaksudkan untuk memberikan
gambaran bahwa di dalam Islam pun
terdapat
mekanisme
penyelesaian
sengketa seperti arbitrase.
Dalam
hukum
Islam
istilah
arbitrase dapat dipadankan dengan kata
tahkim, yang berasal dari kata kerja
hakkama
yang
berarti
menjadikan
seseorang sebagai penengah bagi suatu
6
Abdul Rahman Saleh, dkk., Arbitrase
Islam di Indonesia, BAUI &BI, Jakarta,
1994,hal. 24.
7
Febrizal Lubis, Menghayati Peran Serta
Para Ulama dan Cendekiawan Muslim
DalamMemimpin dan Menjaga Peradilan
Agama, Jakarta: Badilag.Net, hal. 5.
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
sengketa. 8 Abu Al‟Ainain Abdul Fatah
Al‟ Ainain Abdul Fattah Muhammad
Muhammad
dalam bukunya yang berjudul Al-qadla
dalam
bukunya
yang
berjudul Al-Qadha wa Al-Itsbat fi al
wa
fiqh Islami, mengatakan bahwa tahkim
mendefinisikan
adalah bersandarnya dua orang yang
“Bersandarnya dua orang yang bertikai
bertikai kepada seseorang yang mereka
kepada seseorang yang mereka ridlai
ridoi
keputusannya
keputusannya
untuk
al
itsbat
fi
al-fiqh-Islami
tahkim
untuk
adalah:
menyelesaikan
pertikaian
mereka
9
pertikaian mereka”. Atau diartikan pula
dalam
Ensiklopedi
dengan: “Suatu penyelesaian sengketa
Hukum Islam adalah berlindungnya dua
yang dilakukan oleh hakam yang dipilih
pihak yang bersengketa kepada orang
atau ditunjuk secara suka rela oleh dua
yang mereka sepakati serta ikhlas
orang yang bersengketa antara mereka
menerima
untuk
dan kedua belah pihak akan mentaati
menyelesaikan persengketaan mereka;
penyelesaian oleh hakam atau para
berlindungnya
hakam yang mereka tunjuk itu.11.
menyelesaikan
Istilah
tahkim
keputusannya
dua
pihak
yang
Lembaga tahkim telah dikenal
bersengketa kepada orang yang mereka
tunjuk
(sebagai
penengah)
untuk
sejak zaman pra Islam. Pada masa itu,
memutuskan perselisihan yang terjadi di
meskipunbelum
antara mereka.10
peradilan yang teroganisir, setiap ada
Penyelesaian
sengketa
dengan
terdapat
sistem
perselisihan mengenaihak milik, waris
“tahkim” yang kata kerjanya adalah
dan
“hakkama”,
berarti
diselesaikan melalui bantuan jurudamai
menjadikan seseorang sebagai penengah
atau wasit yang ditunjuk oleh masing-
bagi suatu sengketa. Pengertian tersebut
masing pihak yang berselisih. 12
secara
harfiah
hak-hak
lainnya
seringkali
erat hubungannya dengan pengertian
menurut
istilah.
Berbagai
redaksi
11
terdapat dalam buku-buku fiqih dalam
mendefinisikan tahkim, misalnya Abu
8
Suhrawardi. K. Lubis, Hukum Ekonomi
Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal. 186.
9
Ibid.
10
Abdul Aziz Dahlan, et. al., Ensiklopedi
Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
Jakarta, 2001, hal.1750.
Abu al-Ainain Fatah Muhammad, Al
Qadha wa al Itsbat fi al Fiqh al Islami, 1976,
Darr alFikr, Kairo, Mesir, hal. 84. Lihat juga
Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syariah
(Dalam
PerspektifKewenangan
Peradilan
Agama), 2014, Jakarta: Prenada Media Group,
hal. 430.
12
Rahmat Rosyadi dan Ngatino,
Arbitrase dalam Perspektif Islam dan Hukum
Positif, , 2001,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
hal. 43
123
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
lembaga
hoc. Antara sistem hakam dengan
arbitrase dalam Islam dapat disandarkan
sistem arbitrase memiliki ciriciriyang
kepada teks hukum yang ada dalam Al
sama,
Qur‟an antara lain terdapat dalam surat
1)
an-Nisa ayat 35 yang artinya : “Jika
volunteer.2) Di luar jalur peradilan
kamu khawatir ada persengketaan di
resmidan 3)Masing-masing pihak yang
antara keduanya, maka kirimlah seorang
bersengketa menunjuk seorang atau
hakam dari keluarga laki-laki dan
lebih yangdianggap mampu, jujur dan
seorang
independen.Sedangkan kesamaan dari
Dasar
pemberlakuan
hakam
dari
keluarga
yakni
penyelesaian
perempuan. Jika kedua orang hakam itu
segi
bermaksud
1)Bertindak
mengadakan
perbaikan,
sengketa
kewenangannya,
sebagai
secara
adalah
mahkamah
niscaya Allah memberi taufiq kepada
arbitrase
suami isteri itu. Sesungguhnya Allah
ditunjuk tidak dapat ditarik kembali.
Maha
3)Berwenang
Mengetahui
lagi
Maha
Mengenal”.
sengketa
Dengan
demikian,
dapatlah
dikemukakan bahwa yang dimaksud
(arbitral
tribunal).2)Sejak
penuh
dengan
cara
menyelesaikan
menjatuhkan
putusandan putusannya bersifat final
dan mengikat (final and binding)13.
dengan hakam dalam ayat di atas adalah
Selain terdapat dalam surat an-
“juru damai” di antara suami isteri yang
Nisa ayat 35 tersebut, masih banyak
bersengketa.
ayat lain yang dapat dijadikan sandaran
Namun
demikian,
walaupun yang disebutkan dalam ayat
keberlakuan arbitrase
di atas adalah juru damai terhadap
seperti misalnya surah al-Hujarat ayat 9:
persengketaan
yang artinya :
suami
isteri,
namun
dalam
Islam,
dengan menggunakan metode analogi
"Dan jika dua golongan dan
atau kias dapat dikembangkan atau
orang-orang yang mukmin berperang
diperluas
maka damaikanlah antara keduanya.
ke
bidang-bidang
dalam
lain,
persengketaan
seperti
bidang
ekonomi atau perbankan Islam.
Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang
Dalam tradisi fiqh Islam telah
lain maka perangilah golongan yang
dikenal adanyalembaga hakam yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan
sama artinya dengan “arbitrase”, hanya
13
saja lembaga hakamtersebut bersifat ad-
124
Al Fitri, Badan Arbitrase Syariah
Nasional
dan
Eksistensinya,
Jakarta:
Badilag.Net, hal. 6.
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
itu kembali kepada perintah Allah. Jika
sebagai pencari solusi terhadap masalah
golongan itu kembali kepada perintah
keluarga tersebutmemiliki peran penting
Allah,
antara
dalam menangani konflik antara suami
keduanya dengan adil dan berlaku
istri.Sehubungan dengan siapa yang
adillah sesungguhnya Allah menyukai
menunjuk dan mengutus hakam atau
orang-orang yang berlaku adil”.
mediatordalam
maka
damaikanlah
Jika dilihat secara tekstual ayatayat di atas mengandung pengertian
syiqaq
terjadi silang pendapat di antara ulama
fikih.
Wahbah
dalampenyelesaianmasalah
hakam
perselisihan
Zuhayli
dan
Sayyid
kalau
Sabiq berpendapat bahwa hakam dapat
yang
diangkatoleh suami istri dari orang yang
terkandung di dalamnya yang berkaitan
mereka setujui sebagai mediator yang
denganpenyelesaian
masalah
akanmembantu mereka dalam mencari
melalui islah.Ayat tersebut di atas
solusi terhadap percekcokan dalam
menjelaskan
tentang
yaitu
rumah tanggamereka. Sementara ulama
perselisihan
yangmeruncing
antara
mazhab Hanafi, Syâfi„î, dan Hanbali
antara
suami
istri.
Namun
kitaperhatikan ada semangat
sebuah
syiqaq,
suami istri yang diselesaikan oleh dua
berpendapat
orang juru damai (hakam).Ayat ini
ayat 35 surat al-Nisa‟ bahwa hakam
menganjurkan adanya pihak ketiga atau
atau
mediator yang dapat membantupihak
keluarga suami atau istri, dan bukan
suami dan istri dalam mencari solusi
suami atau istri secara langsung.15
penyelesaian
sengketa
mereka.Masing-masing
mempunyai
wakil
14
keluarga
pihak
yang
berperan
bahwaberdasarkan
mediator
Dalam
diangkat
sejarah
lahir
olehpihak
hukum
Islamditemukan fakta bahwa tahkim
bukanlah
terbatas
hanyamerupakan
Dari ayat tersebut
penyelesaian sengketa keluarga antara
dapat dengan jelas dipahami bahwa Al-
suami istri sebagaimana yangdijelaskan
Qur‟anmenggunakan term hakam untuk
oleh ayat tersebut di atas. Praktik
mediator atau arbiter. Menurut ayat
tahkîm
tersebut bahwamediator yang bertindak
olehMuhammad SAW. dalam banyak
sebagai mediator.
ini
telah
diperankan
14
Ramlan Yusuf Rangkuti, Sistem
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Islam :
Instrumen Pentingbagi Konsep Ekonomi Islam
Mendatang, 2011, Jurnal Ilmu Syariah dan
Hukum Vol. 45 No. II, hal.1438.
15
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam
Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
HukumNasional, 2009, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, hal. 185-189.
125
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
kasus
persengketaan,
dan
beliau
SAW
juga
menunjukkan
adanya
bagusnya
peluang penyelesaian sengketa tertentu
tahkîm tersebut dilakukan. Hal ini
dengan tidak melalui lembaga peradilan
beliau sabdakan dalam merespon Abû
resmi
Syuraih ketika berkata, “Sesungguhnya
diriwayatkan
kaumku
sesungguhnya
mengatakan
bahwabetapa
jika
berselisih
tentang
pemerintah.
Hadis
oleh
dimaksud
an-Nasai
Rasulullah
Abu
Syureih
bahwa
berkata
sesuatumaka mereka datang kepadaku,
kepada
lalu saya putuskan di antara mereka,
dipanggil Abu Hakam: “Sesungguhnya
dan kedua pihakida atas putusanku.”
hakam itu adalah perintah Allah dan
yang
sering
dilihat
kepada-Nyalah dimintakan keputusan
dalah surah An-Nisa ayat 114 yang
hakam, mengapa kamu dipanggil Abu
artinya: “tidak ada kebaikan pada
Hakam?”
kebanyakan
mereka,
“Bahwa sesungguhnya kaumku bila
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
bertengkar akan datang kepadaku minta
menyuruh (manusia) memberi sedekah,
penyelesaian dan kedua belah pihak
atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan
akan
perdamaian di antara manusia. dan
Mendengar jawaban Abu Syureih itu
Barangsiapa yang berbuat demikian
Rasulullah lalu berkomentar: “Alangkah
karena mencari keredhaan Allah, Maka
baiknya perbuatanmu itu, apakah kamu
kelak Kami memberi kepadanya pahala
punya anak”, Abu Syureih menjawab:
yang besar”.Dengan didasarkan kepada
“Ya, saya punya anak yaitu Sureih,
teks hukum yang ada di dalam Al-
Abdu dan Musallam, Siapa yang paling
Qur‟an tersebut dipahami bahwa ajaran
tua?”, “Yang paling tua adalah Syreih”
Islam
kata Rasulullah: “Kalau begitu engkau
Kemudian
juga
dapat
bisikan-bisikan
memberikan
peluang kepada
umatnya untuk menyelesaikan sengketa
rela
Abu
Syureih
dengan
menjawab:
keputusanku”.
adalah Abu Syureih”.
Dari
secara kekeluargaan dengan melalui
ungkapan
di
atas
jelas
perantaraan orang lain yang netral dan
tergambar bahwa bahwa tahkim pada
tidak memihak.
masa
Selain teks hukum yang terdapat
di
126
ISSN 1979 - 4940
dalam
Al
Qur‟an
Rasulullah
bukanlah
terbatas
hanyamerupakan penyelesaian sengketa
sebagaimana
keluarga antara suami istri sebagaimana
dikemukakan di atas, di dalam teks
yangdijelaskan oleh ayat tersebut di
hukum yang berupa hadis Rasulullah
atas. Praktik tahkîm ini telah diperankan
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
olehMuhammad SAW. dalam banyak
kasus
persengketaan,
mengatakan
dan
bahwabetapa
beliau
bagusnya
ISSN 1979 - 4940
Dalam sejarah diketahui bahwa
penyelesaian
sengketa
dengan
menggunakan jasa juru damai (wasit)
tahkîm tersebut dilakukan. Hal ini
yang
beliau sabdakan dalam meresponsAbû
bersengketa
sudah
Syuraih ketika berkata, “Sesungguhnya
masyarakat
Arab
kaumku
tentang
datangnya Islam. Kemudian setelah
sesuatumaka mereka datang kepadaku,
Islam lahir tradisi ini terus dilanjutkan
lalu saya putuskan di antara mereka,
dan dikembangkan sebagai alternative
dan kedua pihakrida atas putusanku.”16
penyelesaian
jika
berselisih
Uraian yang diangkat dari hadis di
ditunjuk
oleh
mereka
yang
dikenal
pada
sejak
sengketa
sebelum
dengan
memodifikasi dengan ajaran ajaran yang
atas menggambarkan bahwa apa yang
diberikan
dilakukan
dalam
Perkembangan selanjutnya para ahli
menyelesaikan sengketa pada zamannya
hukum Islam dari kalangan mazhab
diakui
Hanabilah berpendapat bahwa tahkim
oleh
Abu
Syureih
Rasulullah.
Pengakuan
Rasulullah
SAW.
Rasulullah tersebut dijadikan dalil atau
berlaku untuk
dasar bagi keabsahantahkim sebagai
yang berkaitan dengan harta benda,
penyelesaian sengketa.17
qishas, hudud, nikah, li‟an. Ahli hokum
Bahkan Umar bin Khattab telah
memberikan
pengarahan
dalam
Islam
penyelesaian sengketa
kalangan
mazhab
Hanafiah
berpendapat bahwa tahkim dibenarkan
:
untuk menyelesaian segala sengketa
“Perdamaian itu diperbolehkan diantara
kecuali hudud dan qishas. Sedangkan
orang-orang
kecuali
dalam bidang ijtihad hanya dibenarkan
perdamaian yang menghalalkan yang
dalam bidang muamalah, nikah dan
haram
talak saja. Sedangkan ahli hokum Islam
persoalanini
atau
dengan
menyatakan
Muslim,
mengharamkan
yang
halal”.18
dari
kalangan
mazhab
Malikiyah
mengatakan bahwa tahkim dibenarkan
16
Ibrahim Siregar, Penyelesaian Sengketa
Wakaf Di Indonesia: Pendekatan Sejarah
SosialHukum Islam, 2012, Jurnal Miqot Vol.
XXXVI No. 1 Januari-Juni 2012, hal. 124, lihat
juga Samir„Aliyah, Nizhâm al-Daulah wa alQadhâ’, hal. 328.
17
Ibid, hal. 11.
18
Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, diIndonesia oleh Mudzakir AS, dengan judul
Fikih Sunnah,Jilid XIV, Bandung: Alma‟arif,
dalam bidang harta benda saja, tetapi
tidak dibenarkan dalam bidang hudud,
1993, hal. 36; Lihat juga M. Cholis Nafis, Teori
Hukum EkonomiSyariah, 2011, Jakarta: UI
Press, hal. 158.
127
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
qishas, dan li‟an karena ini merupakan
pohon-pohon.Setelah Khusai ibn Ka‟ab
urusan peradilan. ”.
membangun sebuah gedung di Makkah
19
Dengandemikianpada masa pra-
yang pintunyasengaja dihadapkan ke
Islam sistem arbitrase sudahterlaksana
arah Ka‟bah, maka di situlah sidang-
dalamrangka
menyelesaikan
setiap
sidang hakam dilaksanakan dan gedung
persengketaan
diselesaikan
melalui
itu dikenal dengan sebutan Dar al
bantuan juru damai yangditunjuk oleh
da’wah.
Disaatumat
masing-masing pihak yang bersengketa.
Islam
mulai
Umumnya orang yang ditunjuk sebagai
berkembang, sistem hakam(arbitrase)
arbiter adalah orang yang mempunyai
tersebut
kekuatan
dihilangkan
supranatural
dan
punya
dikembangkan
hal-hal
dengan
yang
bersifat
kelebihan-kelebihan di bidang tertentu
tahayuldan bid’ah. Sistem arbitrase ini
(baca:
pada awalnya lebih berkembang di
ahli
nujum,dan
lain).Karenanya
dalam
lainproses
kalanganmasyarakat
Mekkah
pada
pemeriksaan perkaranya arbiter tersebut
umumnya masyarakat yang bergelut di
lebih banyak menggunakan kekuatan
bidang bisnis. Diantara sahabat Nabi
firasat daripada menggunakan alat-alat
yang pernah dipercaya sebagai hakam
bukti seperti saksi atau pengakuan 20 .
(arbiter) selain Abu sureich (Abu al
Dalam catatan sejarah para arbiter Arab
Hakam) adalah Sa‟id ibn Muadz untuk
yang terkenal di antaranya; Rabi‟ ibn
menyelesaikan
Rabi‟ah ibn al-Dzi‟b, Akstam ibn Shifi,
Bani Quraidzah, atau ketika Zaid bin
Qass ibn Sa‟idah al-Iyadi, Amr ibn
Tsabit menyelesaikan perselisihanantara
Zharib al-Adawani, Ummaiyyah ibn
Umar bin Khattab dengan Ubai ibn
Abi ash-Shilat,
Ka‟ab
Abdullah ibn
Arbi‟ah,
dan
lain-lain.Para
tersebut
dalam
memeriksa
Abi
arbiter
atau
tentang
ibnMath‟am
sengketa
perselisihandi
nahl
dalam
antara
dan
antara
Jubair
menyelesaikan
Utsman
sistem
dengan
menyidangkan perkaranya dilaksana-
Thalhah.Pertumbuhan
kandi dalam kamp-kamp yang didirikan
atau sistem arbitrase di masa Khalifah
atau bahkan tidak jarang di bawah
Umar
ibnKhattab
hakam
mengalami
perkembangan yang menggembira-kan
19
Wahbahaz-Zuhaili, Al Fiqh al
IslamwaAdillatuhu, juz IV, Darl al Fikr.
Damaskus, Syiria, 2005, hal. 752.
20
Rahmat Rosyadi dan Ngatino, Op. cit,
hal.49.
128
seiring
denganpembenahan
lembaga
peradilan (al-Qadla) dan tersusunnya
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
pokok-pokok
pedomanberacara
ISSN 1979 - 4940
di
antara orang-orang yang berniaga.
pengadilan yang dikenal dengan istilah
Perkara-perkara tersebutdiurus dan
Risalah al-Qadla Abu Musa al-Asy‟ari,
diselesaikan oleh suatu badan yang
yang
terdiri dari beberapa utusankaum
salah
satu
pengukuhan
isinya
terhadap
adalah
kedudukan
berniaga.
arbitrase.21
Dalamperkembanganselanjutnyaa
khirnyadapatdifahamibahwaPengadilan
2. Arbitrase Islam di Indonesia
Di dalam perkembangan sejarah
kerajan kerajan di Indonesia dketahu
bahwa pada saat daerah Priangan berada
di bawah kekuasaanMataram pada masa
kejayaan
Sultan
Amangkurat
I,
Agung
di
dan
wilayah
Priangan(menurut hasil penyeledikan
Cilaga inilah yang serupa dengan sistem
arbitrase dalam hukumperdata umum
atau
1. Peradilan Agama yang memiliki
kompetensi perkara perdata yang
dapatdijatuhi hukuman badan atau
mati,
perkara-perkara
Drigama
mengadili
perkara sepanjang tidak termasuk
perkara- perkarayang dapat dijatuhi
hukuman badan atau hukuman
oleh kalangan orang-orang Eropa atau
kalanganpedagang Internasional.
Cara penyelesaiannya seringkali
pengadilan-wasit
dengannasehat-nasehat
keagamaan, tentang arti pentingnya
persaudaraan sedemikian rupa,sehingga
perselisihan dapat diselesaikan secara
damai dan orang yang bersengketa
hati dan kembali hidup seperti biasa.
Apabilasalah satu pihak yang dirugikan,
pihak
lainnya
secara
rela
mengembalikan haksaudaranya itu, atau
sebaliknya pihak yang merasa dirugikan
mati.
3. Pengadilan
hukum
saling memafkan, hilang segala karat di
perkawinan danwaris.
2. Pengadilan
dalam
sistemarbitrase lebih banyak digunakan
diawali
bentuk badanperadilan, yaitu22:
hakam
Islam.Kemudianselanjutnya,
kompeni) telah berkembang tiga macam
hukuman
sistem
Cilaga
yang
yaitu
khusus
untuk menyelesaikansengketa di
secara
suka
rela
demikepentingan
perdamaian menggugurkan haknya dan
bisa jadi disatu kali kedua belahpihak
21
Ibid., hal. 52.
R. Tresna, Peradilan di Indonesia dari
Abad ke Abad, 1978, Jakarta: PT. Intermasa,
hal. 21
22
129
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
sama-sama
mengalah
yakni
mengalah demi perdamaian.
saling
23
ISSN 1979 - 4940
International Centre for Settlement of
Investment
Sebagaimana diketahui arbitrase
(ICSID)
Disputes
Washington.
Badan-badan
dapat berupa arbitrase sementara (ad-
mempunyai
peraturan
hoc) maupun arbitrase melalui badan
arbitrase sendiri-sendiri.
Badan
permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc
di
tersebut
dan
sistem
Arbitrase
Syari‟ah
dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan
Nasional (Basyarnas) sebagai
yang sengaja di bentuk untuk tujuan
satu lembaga
arbitrase,
Undang-undang
arbitrase untuk sektor bisnis ekonomi
No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
Islam atau bisnis berbasis syari‟ah.
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Lembaga arbitrase yang mengklaim
Pada
berdasarkan hukum
misalnya
umumnya
arbitrase
ad-hoc
salah
yang menawarkan jasa
ditentukan berdasarkan perjanjian yang
suatu
menyebutkan
majelis
bertujuan menyelesaikan perselisihan
arbitrase serta prosedur pelaksanaan
/sengketa keperdataan dengan prinsip
yang yang telah disepakati oleh para
mengutamakan perdamaian/ishlah.
penunjukan
Badan
Islam. Sebagai
Arbitrase,
Basyarnas
Sejarah mencatat bahwa ide untuk
pihak.
Arbitrase insitusi adalah suatu
melahirkan
Badan
Arbitrase
lembaga permanen yang dikelola leh
SyariahNasional muncul pada waktu
berbagai badan arbitrase berdasarkan
Rakernas Majelis Ulama Indonesia
aturan-aturan yang mereka tentukan
tahun 1992, padawaktu itu Hartono
sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan
Mardjono,
arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-
makalahnya
badan arbitrase seperti Badan Arbitrase
arbitraseberdasarkan syariat Islam, yang
Syari‟ah Nasional Basyarnas),
kemudian mendapatkan sambutan dari
Badan
ditugasi
memaparkan
tentang
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),
kalanganpeserta
maupun yang internasional seperti The
direkomendasikan untuk ditindaklanjuti
Rules of Arbitration dari International
oleh
Chamber of Commerce (ICC) di Paris,
Kemudian pada tanggal 22 April 1992,
The
Dewan
Arbitration
Rules
dari
The
dan
Majelis
kemudian
UlamaIndonesia.
Pimpinan
Pusat
MUI,mengundang
para
pakar
atau
praktisi
dan
cendikiawan
23
Abdul Rahman Saleh, dkk., Arbitrase
Islam di Indonesia, BAMUI &BI, Jakarta,
1994,hal. 24.
130
hukum
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
muslim
termasuk
darikalangan
ISSN 1979 - 4940
berbentuk yayasan. Badan Arbitrase
Perguruan Tinggi Islam guna bertukar
Muamalat(BAMUI)
pikiran tentang perlu tidaknyadibentuk
bentuk badan hukum yayasan sesuai
arbitrase Islam. Pada rapat selanjutnya
dengan
tanggal 2 Mei 1992, diundang jugawakil
RoostiatiYudo Paripurno, S.H., Nomor
dari Bank Muamalat Indonesia dan
175 tanggal 21 Oktober 1993. BAMUI
untuk selanjutnya dibentuk tim kecil
diketuai olehH. Hartono Mardjono,
gunamempersiapkan
bahan-bahan
S.H., sampai beliau wafat tahun 2003.
kemungkinannya
Berkat Rahmat Allah SWT. dan usaha
kajian
untuk
Demikian juga dalam Rakernas
tanggal
24-27
dalam
notarisNy.
Lely
maksimal semua pihak yang terlibat
membentuk BadanArbitrase Islam.
MUI
akta
didirikan
November
dalam
proses
berdirinya
ArbitraseIslam.25
bahwa
Kemudian pada Rakernas tahun
sehubungan dengan rencana pendirian
2002 dengan melihat kepada pesatnya
Lembaga ArbitraseMuamalat agar MUI
perkembangan ekonomi syariah baik
1992,juga
diputuskan
24
Majelis
system maupun lembaga yang ada,
denganSurat
maka diusulkan untuk merubah nama
Kep.
Bamui menjadi Basyarnas.Kemudian
Mei
berdasarkan pertemuan yang dilakukan
1992, telahmembentuk kelompok kerja
pada tanggal 23-26 Desember 2002 dan
pembentukan Badan Arbitrase Hukum
hasil pertemuan antara Dewan Pimpinan
Islam.Kemudian pada tanggal 5 Jumadil
MUI dan pengurus BAMUI tanggal 26
Awal 1414 H / 21 Oktober 1993,
Agustus 2003 serta memperhatikan
dilakukanpenandatanganan
surat
segera
merealisasikanny.
Ulama
Indonesia
Keputusan
Nomor:
392/MUI/V/1992
tertanggal
4
Akte
Pengurus
BAMUI
Nomor
Pendirian Yayasan Badan Arbitrase
82/BAMUI/07/X/2003
Muamalat Indonesia olehKH. Hasan
Oktober 2003, maka MUI dengan SK
Basri dan HS. Prodjokusumo (Ketua
nya
MUI)
Noor,
tanggal 24 Desember 2003.Perubahan
SE(Dirut Bank Muamalat Indonesia).
nama BAMUI menjadi Basyarnas dan
dan
H.
Zainulbahar
nomor
tanggal
7
Kep.09/MUI/XII/2003
Badan Arbitrase Muamalat Indonesia
25
yangdidirikan oleh MUI ini adalah
24
Al Fitri, Badan Arbitrase Syariah
Nasional dan Eksistensinya, Op. Cit, hal. 12
WarkumSoemitro,
2001.
AsasasasPerbankanIslamdanLembagalembagaTerkait
(Bamuidan
Takaful)
di
Indonesia,Jakarta, PT. Raja Grafindo, hal. 144.
131
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
menjadikannya
sebagai
perangkat
organisasi MUI (tidak lagi berbentuk
(MUI). Di Ketuai oleh H. Yudo
Paripurno, S.H.
Yayasan)
Kehadiran
Dengandemikian selama kurang
lebih
ISSN 1979 - 4940
10
Arbitrase
(sepuluh)
tahun
Muamalat
Syariah
Badan
Nasional
Arbitrase
(BASYARNAS)
Badan
sangat diharapkan oleh umat Islam
Indonesia
Indonesia, bukan saja karena dilatar
(BAMUI) menjalankan perannya, dan
belakangi
dengan pertimbangan yang ada bahwa
kepentingan umat untuk melaksanakan
anggota Pembina dan Pengurus Badan
syariat Islam, melainkan juga lebih dari
Arbitrase
itu
Muamalat
(BAMUI)
sudah
Indonesia
banyak
yang
oleh
adalah
sejalan
kesadaran
menjadi
dengan
dan
kebutuhan
riil
perkembangan
meninggal dunia, juga bentuk badan
kehidupan ekonomi dan keuangan di
hukum yayasan sebagaimana diatur
kalangan umat. Karena itu, tujuan
dalam
16
didirikan
Tahun 2001 tentang Yayasan sudah
Nasional
tidak sesuai dengan kedudukan BAMUI
badan permanen dan independen yang
tersebut, maka atas keputusan rapat
berfungsi menyelesaikan kemungkinan
Dewan
Ulama
terjadinya sengketa muamalat yang
Kep-
timbul dalam hubungan perdagangan,
09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember
industri keuangan, jasa dan lain-lain
2003 nama Badan Arbitrase Muamalat
dikalangan umat Islam.
Indonesia (BAMUI) diubah menjadi
Berdirinya
Undang-Undang
Pimpinan
Indonesia
Badan
Majelis
Nomor
Arbitrase
(BASYARNAS)
direkomendasikan
Nomor
:
Syariah
yang
Nasional
sebelumnya
dari
hasil
Badan
Arbitrase
(BASYARNAS)
Badan
Syariah
sebagai
Arbitrase
Syariah Nasional (BASYARNAS) ini
tidak
terlepas
perkembangan
dari
kehidupan
konteks
sosial
RAKERNAS MUI pada tanggal 23-26
ekonomi umat Islam, kontekstual ini
Desember
Arbitrase
jelas dihubungkan dengan berdirinya
Syariah Nasional (BASYARNAS) yang
Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan
merupakan badan yang berada dibawah
Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan
MUI
perangkat
Syariah (BPRS) serta Asuransi Takaful
organisasi Majelis Ulama Indonesia
yang lebih dulu lahir.Sebelumnya di
dan
2002.
Badan
merupakan
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
132
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
1992 Tentang Perbankan belum diatur
dengan nasabahnya sehingga Dewan
mengenai bank syariah, akan tetapi
Syariah Nasional menganggap perlu
dalam
mengeluarkan
menghadapi
perkembangan
fatwa-fatwa
bagi
perekonomian nasional yang senantiasa
lembaga keuangan syariah, agar didapat
bergerak
kompetitif,
dan
kepastian hukum mengenai setiap akad-
dengan
tantangan
yang
akad dalam perbankan syariah, di mana
semakin
kompleks
serta
sistem
disetiap akad itu dicantumkan klausula
keuangan
yang
maju
arbitrase yang berbunyi: „‟Jika salah
cepat,
terintegrasi
semakin
diperlukan penyesuaian kebijakan di
satu
bidang ekonomi, termasuk perbankan.
kewajibannya
Selanjutnya dalam memasuki era
globalisasi
dan
diratifikasinya
dengan
beberapa
telah
perjanjian
pihak
tidak
menunaikan
atau
jika
terjadi
perselisihan diantara para pihak maka
penyelesaiannya
dilakukan
melalui
Badan Arbitrase Syariah setelah tidak
internasional di bidang perdagangan
tercapai
kesepakatan
barang dan jasa, diperlukan penyesuaian
musyawarah”.
terhadap peraturan Perundang-undangan
Dengan
adanya
melalui
fatwa-fatwa
di bidang perekonomian, khususnya
Dewan
Syariah
sektor perbankan, oleh karena itu
dimana
setiap
dibuatlah
Republik
lembaga keuangan syariah dalam setiap
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
produk akadnya harus mencantumkan
Tentang
Perubahan
Undang-Undang
klausula
Nomor
7
1992
sengketa-sengketa yang terjadi antara
Undang-Undang
Tahun
Tentang
Nasional
bank
arbitrase,
syariah
maka
semua
tentang
perbankan
syariah.Dengan
adanya
keuangan syariah dengan nasabahnya
Undang-undang ini maka pemerintah
maka penyelesaiannya harus melalui
telah melegalisir keberadaan bank-bank
Badan
yang
(BASYARNAS).
perbankan
yang
beroperasi
secara
syariah,
sehingga lahirlah bank-bank baru yang
Arbitrase
atau
atau
mengatur
Perbankan
syariah
tersebut
Syariah
lembaga
Nasional
Badan Arbitrase Syariah Nasional
Dengan
(BASYARNAS) berdiri secara otonom
adanya bank-bank yang baru ini maka
dan independen sebagai salah satu
dimungkinkan
sengketa-
instrumen hukum yang menyelesaikan
sengketa antara bank syariah tersebut
perselisihan para pihak, baik yang
beroperasi
secara
syariah.
terjadinya
133
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
datang dari dalam lingkungan bank
syari‟ah. Karena pada dasarnya dalam
syariah, asuransi syariah, maupun pihak
arbitrase
lain yang memerlukannya. Bahkan, dari
sengketanya
kalangan
(Adjudikasi Privat) yang mana para
non
muslim
pun
dapat
yang bentuk penyelesaian
secara
pribadi
memanfaatkan Badan Arbitrase Syariah
pihak
Nasional (BASYARNAS) selama yang
menyelesaikan
bersangkutanmempercayaikredibilitasny
pihak yang netral yang mereka pilih
a dalam menyelesaikan sengketa.
untuk membuat keputusan. Selain itu
menyepakati
untuk
sengketanya
kepada
Hal lain kaitannya yang tidak
para pihak juga dapat memilih hukum
kalah menarik dengan lahirnya Badan
mana yang dipakai atau diterapkan pada
Arbitrase Syariah Nasional ini, menurut
sengketa
Mariam Darus Badrulzaman, sangat
melindungi para pihak yang bersengketa
tepat karena melalui Badan Arbitrase
dari rasa takut atau ketidakyakinan
tersebut, sengketa-sengketa bisnis yang
terhadap
operasionalnya mempergunakan hukum
yurisdiksi tertentu. Dengan demikian
Islam
dengan
memungkinkan diterapkannya hukum
mempergunakan hukum Islam. Menurut
Islam dalam penyelesaian sengketa
Hartono Marjono, karena sesungguhnya
antara nasabah dengan bank syari‟ah.
perjanjian berdasarkan syari‟at Islam itu
Disamping
menurut
kita
Mardjono, eksistensi arbitrase Islam ini
dinyatakan sah, maka perlu dicarikan
juga dalam rangka perjuangan untuk
jalan keluar jika terjadi perselisihan
penegakan
mengenai perjanjian tersebut. Perlu
konsepsional
dipikirkan hukum apa yag diputuskan
konstitusi nasional negara kita.26
dapat
diselesaikan
ketentuan
di
negara
tersebut
sehingga
hukum
itu
seubstantif
menurut
syari‟at
di
akan
dari
Hartono
Islam
bawah
secara
bingkai
untuk diambil jika terjadi perselisihan.
Dengan demikian pembentukan
Jika yang dipilih hukum menurut
Basyarnas merupakan salah satu pintu
ketentuan syari‟at Islam, maka perlu
untuk mendamaikan para pihak yang
dipersiapkan institusi yang berkompeten
bersengketa dalam kasus perdata secara
untuk
syariah bagi umat Islam. Di Indonesia
menyelesaikan
perselihat
tersebut.
Keadaan demikian akan tertolong
saat ini melalui lembaga Majelis Ulama
Indonesia
dengan keberadaan lembaga arbitrase
26
134
adalah
Ibid.
telah
dikeluarkan
fatwa
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
Dewan
Syari‟ah
selanjutnya
Nasional
disempurnakan
MUI
dalam
ISSN 1979 - 4940
memberikan penyelesaian yang adil dan
cepat
dalam
sangketa-sangketa
bentuk Kompilasi Hukum Ekonomi
muamalah / perdata yang timbul dalam
Syari‟ah terkait hubungan muamalah
perdagangan, industri, keuangan, jasa
(perdata) senantiasa diakhiri dengan
dan
ketentuan, “Jika salah satu pihak tidak
permintaan yang diajukan oleh pihak
menunaikan kewajibannya atau jika
yang
terjadi perselisihan diantara kedua belah
perjanjian,ataupun tanpa adanya suatu
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
sangketa
untuk
melalui
Badan
pendapat
yang
setelah
tidak
Arbitrase
tercapai
Syari‟ah
kesepakatan
lain-lain.Kedua,
bersengketa
suatu
menerima
dalam
suatu
memberikan
mengikat
persoalan
sutu
mengenai
berkenaan
dengan
perjanjian tersebut.
melalui musyawarah.
Adanya BASYARNAS sebagai
Eksistensiarbitrasesyariahdalampe
rkembanganselanjutnya
di
Indonesia
suatu lembaga permanen, berfungsi
semakinsignifikandengandikeluarkanny
untuk
abeberapa perundang-undangan yang di
terjadinya sengketa perdata di antara
dalamnyasudahmemuatbeberapahalberk
bank-bank
aitandengan
arbitrase
nasabahnya atau para pengguna jasa
syariah antara lain Undang-Undang
mereka pada khususunya dan antara
Nomor
tentang
sesama umat Islam yang melakukan
Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian
hubungan-hubungan keperdataan yang
Sengketa, Undang-Undang Nomor 41
menjadikan
Tahun 2004 tentang Wakaf, Undang-
dasarnya,
Undang Nomor 21 Tahun 2008tentang
merupakan
Perbankan
Syariah,
sungguh-sungguh nyata.
Nomor
48
30
kedudukan
Tahun
1999
Undang-Undang
Tahun
sebelumnya
Basyarnas
bernama
dengan
syari‟ah
pada
suatu
para
Islam
sebagai
umumnya
adalah
kebutuhan
yang
KESIMPULAN
Adapun tujuan didirikannya dan
lingkup
syari‟ah
kemungkianan
2009
tentangKekuasaan Kehakiman.
ruang
menyelesaikan
yang
BAMUI
berdasarkan isi dari pasal 4 Anggaran
Dasarya adalah sebagai berikut; pertama
Sebagai Negara hukum Indonesia
sudahmemilikiserangkaianproduk
hokum
yang
bertujuanuntukmengaturkehidupanwarg
anegaranyadalamsegalabidang,
termasuk
di
135
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
dalamnyamengenaipenyelesaiansengket
ISSN 1979 - 4940
Abdul kadir Muhammad, Pengantar
a.
Salah
Hukum Perusahaan Indonesia,
satubentukpenyelesaiansengketa
yang
Bandung, PT. Citra Adiya bakti,
telahdiaturadalaharbitrase.
Masyarakat
kerap
kali
1993.
Abdurrahman, 2002, Peranan Hukum
memandangdanmemahamihukumsebag
dalam Penanggulangan Konflik,
ai hal yang skeptis, yakni dipandang
Program
sebatas
Antasari, Banjarmasin.
mengenai
peradilan,
atau
diidentikkan
ilmu
tentang
bahkan
hukum
dengan
peradilan.
Pandangan yang demikian terkadang
mengakibatkan hukum bermakna sangat
sempit.
termasuk
Padahal
di
jauh
dalamnya
lebih
luas,
pemecahan
Adolf,
Pascasarjana
Huala,
Hukum
Arbitrase
Internasional, Jakarta, Pt. Raja
Grafindo Persada.
Ali, Mohammad Daud, 2000, Hukum
Islam, Pengantar Ilmu Hukum
dan
Tata
Hukum
sengketa tanpa melalui jalur peradilan
Indonesia,
dapat diartikan sebagai hukum itu
Jakarta, Raja Grafindo.
sendiri.
IAIN
Ed.
6.
Islam
di
cet.9,
Pt.
Arto, A. Muti, 2002, Mencari Keadilan
Uraian
di
(Kritik
dan
Solusi
Terhadap
atashanyalahmerupakanpaparansingkat
Praktek Peradilan Perdata di
yang
Indonesia), Yogyakarta, Pustaka
masihmemerlukanpendalaman.Akan
Pelajar.
tetapi
paling
Atmaja, Komar Karta, 2001, Beberapa
tidakpenulisberusahamemberikangamba
Masalah
randipermukaanmengenaisalahsatubent
Indonesia
ukpenyelesaiansengketayakniarbitrased
Prospek
ankeberadaanarbitraseIslamyang
Arbitrase di Indonesia), Bandung,
diprakarsai MUI di negarakita.
Citra Aditya Bakti.
Penerapan
(Tulisan
dan
ADR
di
Dalam
Pelaksanaan
Badan Arbitrase Mu‟amalat Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Dahlan, et. al., Ensiklopedi
Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru
van Hoeve, Jakarta, 2001.
136
1994, Tentang Badan Arbitrase
Mu’amalat Indonesia, Jakarta.
Febrizal Lubis, Menghayati Peran Serta
Para Ulama dan Cendekiawan
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
Muslim
DalamMemimpin
Menjaga
Peradilan
dan
Agama,
Munir,
Arbitrase
Nasional
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Bisnis,
Bandung,
PT.
Cipta
Garner, Bryan A., (editor in chief),
Garry
Hukum
1991,
Politik
Satu
Sistem
Menuju
Nasional,
Bandung,
Alumni.
Hasibuan, Malayu, 2001, Dasar-Dasar
Perbankan, Jakarta, PT. Bumi
Aksara.
Aditya Bakti.
1999,
Sunaryati,
Hukum
Jakarta, Badilag.Net.
Fuady,
Hartono,
ISSN 1979 - 4940
Black
Law
Dictionary,
Ibrahim Siregar, Penyelesaian Sengketa
Wakaf Di Indonesia: Pendekatan
Seventh Edition, West Group-St.
Sejarah
Pail Minn.
2012, Jurnal Miqot Vol. XXXVI
Goodpaster,
1995,
Tinjauan
Terhadap Penyelesaian Sengketa,
Seri
Arbitrase
Sengketa
Perdata
Juwana, Hikmahanto, 2001, Urgensi
Indonesia,
Pasar Modal, Tulisan Termuat
dalam
Gukguk, Erman Raja, 2000, Budaya
dan
No. 1 Januari-Juni 2012.
Pengaturan Arbitrase Dalam UU
Ghalia Indonesia.
Hukum
Islam,
Hukum
Dasar-dasar
Ekonomi
SosialHukum
Penyelesaian
di
Luar
Jurnal
Hukum
Bisnis,
Volume 14 tahun 2001.
Mardjono, Hartono, 2000, Menjalankan
Syari’ah
Islam
dalam
Pengadilan, (Makalah Disajikan
Bermu’amalah yang Sah Menurut
dalam Seminar Pluralisme Hukum
Hukum Nasional, Studi Press,
dalam Berbagai Kajian Hukum),
Jakarta.
Margono,
Depok, Agustus 2000.
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani,
Hukum
PT
Arbtrase,
Raja
Grafindo Persada,Jakarta, 2001.
Harahap,
Yahya,
1997,
Beberapa
2000,
ADR
(Alternative Dispute Resolution)
dan
Arbitrase
(Proses
Pelembagaan dan Aspek Hukum),
Jakarta, Ghalia Indonesia.
Sistem
Mertokusumo, Sudikno, 1979, Hukum
Penyelesaian
Acara Perdata Indonesia, cet, II,
Tinjauan
Mengenai
Peradilan
dan
Sengketa, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti.
Suyud,
Yogyakarta, Liberty.
Ramulyo, Idris M., 1985, Beberapa
Masalah Tentang Hukum Acara
137
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
Perdata Peradilan Agama dan
Hukum
Perkawinan
Islam,
ISSN 1979 - 4940
Syaifuddin, 2004, Wewenang Peradilan
Agama
Terhadap
Perbankan Syari’ah, (Makalah
Jakarta, Ind-Hill Co.
Rosyadi, Rahmat dan Ngatino, 2002,
disampaikan
pada
Stadium
Arbitrase dan Perspektif Islam
General Semester Genap pada
dan Hukum Positif, PT. Citra
Fakultas Syari‟ah IAIN Antasari
Aditya Bakti, Bandung.
Banjarmasin.
Saleh, Abdul Rahman, dkk, 1994,
Usman,
Rahmadi,
2003,
Pilihan
Arbitrase Islam di Indonesia,
Penyelesaian Sengketa di Luar
BAMUI dan BMI, Jakarta.
Pengadilan, Bandung, PT. Citra
Simanjuntak, Ricardo, 2002, Konflik
Aditya Bakti.
Yurisdiksi Antara Arbitrase dan
Waluyo, Bambang, 1992, Implementasi
Pengadilan Negeri, Artikel dalam
Kekuasaan Kehakiman, Jakarta,
SitiMegadianti
Adam
danTakdirRahmadi,
1997,
Sinar Grafika.
Wibowo, Basuki Rekso, Prinsip-prinsip
SengketadanPenyelesaiannya,
Dasar
(Bulletin MusyawarahNomor 1
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Tahun
Dagang di Indonesia, (Tulisan
I,
Jakarta:
Indonesian
Center For Environmental Law).
Soemitro,
Rony
Hanitijo,
Arbitrase
Sebagai
dalam Humanika)
1985,
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al
Beberapa Masalah Dalam Studi
Qur‟an, Departemen Agama RI,
Hukum
Al Qur’an dan Terjemah, Jakarta,
dan
Masyarakat,
Bandung: Remadja Rosda Karya.
1984
Soemitro, Warkum, 1997, Asas-asas
Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit
Perbankan Islam dan Lembaga-
Adnan, 1983, Sejarah Singkat
lembaga
Pengadilan Agama di Indonesia,
Terkait
(Bamui
dan
Takaful) di Indonesia, PT. Raja
Grafindo, Jakarta.
PT. Bina Ilmu, Surabaya.
Zain, Satria Efendi, M, 1984, Arbitrase
Suhrawardi. K. Lubis, Hukum Ekonomi
Dalam Islam, (Dalam Mimbar
Islam, Sinar Grafika, Jakarta,
Hukum No. 16 Tahun V, Jakarta,
2004.
Yayasan
Ditbinbapera.
138
Sengketa
Al
Hikmah
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
ISSN 1979 - 4940
Siti Megadianti Adam dan Takdir
Rahmadi, 1997, Sengketa dan
Penyelesaiannya,
Buletin
Musyawarah Nomor 1 Tahun I,
Jakarta, Indonesian Center For
Environmental Law.
Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, diIndonesia oleh Mudzakir AS,
dengan judul Fikih Sunnah,Jilid
XIV, Bandung: Alma‟arif, 1993,
hal. 36; Lihat juga M. Cholis
Nafis,
Teori
Hukum
EkonomiSyariah, 2011, Jakarta:
UI Press.
139
Al’Adl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016
140
ISSN 1979 - 4940