BUDAYA MINANGKABAU DAN IMPLEMENTASI PADA MANAJEMEN RUMAH MAKAN PADANG DI YOGYAKARTA Henny Welsa

BUDAYA MINANGKABAU DAN IMPLEMENTASI PADA MANAJEMEN RUMAH MAKAN PADANG DI YOGYAKARTA

Henny Welsa

henny_welsa@yahoo.com

Suharti Latifah

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

ABSTRACT

The research was intended to identify the cultural factors that influenced entrepreneurship, business skills, and performance of Padang restaurant business in Yogyakarta Special Region. It is expected that the research will directly encourage entrepreneurship in Indonesia and provide a solution to the employment and unemployment rates in Indonesia and particularly in Yogyakarta. The research objects were Padang restaurants who already have

a business license. The reason for choosing Yogyakarta as the setting was because Yogyakarta represents a student city and a tourist destination. Its population consists of diverse ethnic groups and 60% of the regional revenue comes from tourism where one of the tourism facilities is restaurant. Padang Restaurant has been developing rapidly in Yogyakarta area. The number of respondents were 50 Padang restaurant owners. The research instrument was a questionnaire and the data were analyzed by employing Partial Least Square (PLS). The research result shows that Minangkabau culture significantly affects the entrepreneurship, business capabilities, and business performance; whereas entrepreneurship does not significantly affect the capability of business to performance.

Key words: Minangkabau culture, entrepreneurship, business competence and business performance

ABSTRAK

Pada dasarnya penelitian ini merupakan suatu studi untuk melihat faktor budaya yang mempengaruhi kewirausahaan, kemampuan usaha dan kinerja Usaha Rumah Makan Padang yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diharapkan secara langsung akan mendorong kewirausahaaan di Indonesia dan merupakan solusi terhadap penyerapan tenaga kerja serta pengangguran di Indonesia dan khususnya di DIY. Adapun objek penelitian yang diteliti adalah Rumah Makan Padang yang telah memiliki surat izin usaha, Alasan memilih wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah karena Yogyakarta adalah kota pelajar dan wisata yang penduduknya terdiri dari beragam suku bangsa dan Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta 60% berasal dari Pariwisata dimana salah satu sarana pariwisata adalah Rumah Makan. Perkembangan Rumah Makan Padang cukup pesat didaerah IstimewaYogyakarta. Jumlah Sampling 50 responden pemilik restoran Padang dengan mengunakan kuisioner serta teknik analisis data menggunakan analisis Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menjelaskan bahwa Budaya Minangkabau berpengaruh signifikan terhadap kewirausahaan, kemampuan usaha, kinerja usaha, serta Kewirausahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kemampuan usaha berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.

Kata kunci: budaya Minangkabau, kewirausahaan, kemampuan usaha dan kinerja usaha

PENDAHULUAN

Makan Padang yang ada di Daerah Istimewa Pada dasarnya penelitian ini merupakan

Yogyakarta Diharapkan secara langsung suatu studi untuk melihat faktor budaya

akan mendorong kewirausahaan di Indo- yang mempengaruhi kewirausahaan, ke-

nesia dan merupakan solusi terhadap pe mampuan usaha dan kinerja Usaha Rumah

nyerapan tenaga kerja serta pengangguran

182 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203

di Indonesia dan khususnya di DIY. Alasan penelitian ini membahas tentang usaha rumah makan Padang adalah untuk dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran. Kinerja Rumah Makan Padang dapat diketahui dengan menguji dan menganalisis faktor yang mem- pengaruhi Rumah Makan Padang. Dengan penelitian ini diharapkan dapat ditemukan langkah-langkah perubahan pada keadaan yang lebih baik. Memilih wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah karena Yogya- karta adalah kota pelajar dan wisata yang penduduknya terdiri dari beragam suku bangsa dan Pendapatan Asli Daerah Yogya- karta 60% berasal dari Pariwisata dimana salah satu sarana pariwisata adalah Rumah Makan. Perkembangan Rumah Makan Padang cukup pesat didaerah Istimewa Yogyakarta. Sabri (2013) dalam penelitian- nya menjelaskan bahwa para wirausaha (entrepreneur) merupakan asset atau modal pembangunan yang harus dipelihara dan dikembangluaskan

dalam

masyarakat,

khususnya masyarakat terdidik, sehingga pada gilirannya mampu ikut mendukung percepatan pembangunan negeri, di satu sisi dan mengurangi beban negara lain.

Wirausaha adalah kegiatan kegiatan pe- ngembangan sumberdaya manusia yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial-budaya seperti terdapat pada masyarakat Minang- kabau, khususnya dalam usaha Rumah Makan Padang. Kondisi geografis dan sosiologis ditopang dengan budaya Minang- kabau, antara lain menumbuhkan nilai dan perilaku merantau sebagai ciri dan perilaku migrasi dan dalam aspek ekonomi me- munculkan kewirausahaan yang tumbuh dalam lembaga Rumah Makan Padang. Kajian budaya memberikan isyarat bahwa eksistensi lembaga tersebut ternyata di- topang oleh kekuatan nilai budaya Minang- kabau yang berhasil memberikan landasan nilai bagi tumbuhnya etos kerja dalam pengelolaan rumah makan tersebut. Ber- dasarkan uraian didepan, maka dapat di- simpulkan bahwa jika dibandingkan dengan

beberapa penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan 5 (lima) indi- kator budaya Minangkabau yang mana pada penelitian Welsa (2009) mengungkapkan bahwa hanya menggunakan 3 indikator untuk mengukur variabel budaya dan delapan indikator jiwa kewirausahaan untuk mengukur variabel kewirausahaan, sepuluh indikator kemampuan usaha untuk meng- ukur variabel kemampuan usaha dan empat indikator kinerja usaha untuk mengukur variabel kinerja usaha Rumah Makan Padang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah budaya masyarakat Minangkabau berpengaruh terhadap ke- wirausahaan, kemampuan usaha serta kinerja usaha pada Rumah Makan Padang di Yogyakarta.

TINJAUAN TEORETIS Budaya Minangkabau

Unsur budaya yang universal dan sekaligus menjadi isi dari semua ke- budayaan yang ada didunia ini menurut Kuntjaraningrat (1990) adalah sistim religi, sistim kemasyarakatan, sistim pengetahuan, bahasa kesenian, sistim mata pencaharian dan sistim teknologi peralatan. Ketujuh unsur kebudayan ini mencakup seluruh ke- budayaan manusia dimanapun kombinasi dari ketujuh unsur ini pula yang me- nentukan nilai-nilai kehidupan dalam suatu masyarakat. Rante (2010) menjelaskan bah- wa budaya lokal tidak memiliki dampak terhadap kinerja UKM agribisnis dibanding- kan dengan budaya etnis yang lebih meng- utamakan kepentingan adat dan keber- samaan. Sistim kemasyarakatan matrilineal yang dipilih nenek moyang masyarakat Minangkabau kendati langka namun di- terima oleh masyarakat Minangkabau hing-

ga saat ini. Sistim pengetahuan yang ber- tumpu pada ajaran “Alam takambang jadi guru “ menjadi alasan utama bagi pendidikan yang logis dan rasional, serta mendorong kearah kehidupan yang serasi secara alami dan sadar lingkungan. Mata pecaharian

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

orang Minang saat ini menurut penelitian Menurut Dalimunthe (2002), ada delapan hampir 60% memiliki mata pencaharian

indikator yang harus dimiliki seorang sebagai wirausaha. Orang Minang me-

enterpreneur yaitu (1) visi, (2) perencanaan, ngatakan adat basandikan syarak, syarak

(3) motivasi, (4) Inovasi, (5) peluang, (6) bersandikan kitabullah , jadi dari sisi religi jelas

percaya diri, (7) resiko, (8) adaptasi. masyarakat minangkabau beragama Islam, apabila ada orang Minang yang tidak

Kemampuan Usaha

beragama Islam, dia tidak mungkin disebut Kemampuan usaha menurut peneliti orang Minangkabau. Jadi jelas dari ketujuh

berdasarkan penelitian Dalimunthe (2002) unsur budaya yang dikemukakan oleh

yang harus dimiliki Rumah Makan Padang Koentjaraningrat (1990) sudah terpenuhi

ada 9 (sembilan) variabel yaitu: (1) Bahan oleh budaya Minangkabau. Fauzan (2011)

baku, (2) Tenaga kerja, (3) Teknologi, (4) menjelaskan bahwa religiusitas atau rasa

Kualitas produk, (5) Harga, (6) Variasi keberagamaan walaupun tidak dominan,

produk, (7) Jangkauan pasar, (8) Kemudahan tetapi cukup mewarnai perilaku etis dalam

membeli, (9) Ketersediaan modal. Menurut bisnis rumah makan Padang. Pemilik rumah

Suci (2009), dengan tingginya orientasi makan Padang mayoritas adalah pemeluk

kewirausahan yang dimiliki akan lebih agama Islam, sehingga muatan-muatan

mudah untuk meningkatkan kemampuan ajaran Islam cukup mewarnai aktivitas

manajemen, sedangkan menurut Fithri dan bisnisnya.

Sari (2012) indikator kompetensi kewira- Lukas (2004) mengemukakan bahwa

usahaan memiliki mental yang kuat, mampu fungsi perekonomian orang Tionghoa ada-

bergaul dan, kemampuan untuk meng- lah kontekstual dengan fungsi eksitensi

analisis masalah, kemampuan untuk meng- orang Tionghoa di Indonesia. Dalam fungsi

arahkan karyawan, kemampuan untuk tersebut, ada unsur positif dan negatif yang

memberikan motivasi kepada karyawannya, muncul, antara orang Tionghoa dan Bumi

dan kemampuan untuk berkomunikasi baik Putera. Indikator yang digunakan dalam

secara tertulis maupun secara verbal dengan penelitian ini adalah: (a) Agama, (b) Budaya

baik.

Merantau, (c) Pendidikan Dalam Keluarga, (d) pekerjaan, (e) kemasyarakatan.

Kinerja Usaha

Kinerja usaha adalah output dari

Kewirausahaan

berbagai faktor di atas yang oleh karenanya Alfianto (2012) mengatakan bahwa

ukuran ini menjadi sangat penting untuk untuk memulai usaha baru dan manfaat

mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis menjadi wirausaha terdapat beberapa para-

dengan lingkungannya. Kinerja organisasi digma sukses dalam berbisnis yang ber-

juga dipengaruhi oleh kinerja individu yakni kembang di masyarakat diantaranya ke-

berkaitan dengan karakteristik individu, hal harusan menjadi seorang pebisnis. Nurseto

ini sejalan dengan penjelasan Dalimunthe (2004) menjelaskan bahwa salah satu pola

(2002). Orientasi pasar berpengaruh positif penciptaan wirausaha baru yang tangguh

dan signifikan terhadap profitabilitas. dapat dilakukan pada tataran penciptaan

Menurut Sumantri et al. (2013) kinerja usaha iklim yang mampu menanamkan budaya

dipengaruhi oleh karakteristik personal, wirausaha. Purhantara (2013) menjelaskan

kewirausahaan, lingkungan internal, dan bahwa penguasaan nilai-nilai kewira-

lingkungan eksternal.

usahaan, di antara karyawan lulusan SMA Beberapa penelitian telah dilakukan dan SMK tidak terjadi perbedaan yang

untuk mengetahui tentang pengaruh ke- signifikan. Rata-rata mereka kurang me-

wirausahaan kemampuan usaha serta miliki jiwa kewirausahaan atau tidak dapat

kinerja usaha. Menurut penelitian Purnama mengimplementasikannya di pekerjaannya.

(2011); dan Dalimunthe (2002) mengatakan

184 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203

bahwa kemampuan usaha berpengaruh ter- kewirausahaan antara lain: memiliki mental hadap keberhasilan usaha dibanding moti-

yang kuat, mampu bergaul dan, kemampu- vasi serta juga terhadap keberhasilan usaha

an untuk menganalisis masalah, kemampu- sedangkan hasil penelitian Aprilianty (2013);

an untuk mengarahkan karyawan, ke- Suharti dan Sirine (2011); Lestari dan Wijaya

mampuan untuk memberikan motivasi ke- (2012) mengatakan bahwa potensi kepribadi-

pada karyawannya, dan kemampuan untuk an, pengetahuan wirausaha, wirausaha dan

berkomunikasi baik secara tertulis maupun lingkungan keluarga berpengaruh terhadap

secara verbal dengan baik. Serta pola minat wirausaha, serta niat dan minat ke-

penciptaan wirausaha baru yang tangguh wirausahaan

dapat dilakukan pada tataran penciptaan Berdasarkan penelitian Alfianto (2012)

iklim yang mampu menanamkan budaya dan Sabri (2013) menyatakan manfaat men-

wirausaha.

jadi wirausaha beberapa paradigma sukses Dalam Penelitian Reswanda (2011); dalam berbisnis yang berkembang di

Lestari dan Megawati (2015) dan Sultan masyarakat diantaranya keharusan menjadi

(2015), kewirausahaan dapat meningkatkan seorang pebisnis. serta kewirausahaan

kemampuan pembelajaran organisasi ke- (entrepreneur) merupakan asset atau modal

unggulan daya saing berkelanjutan pada pembangunan yang harus dipelihara dan

UMKM serta terdapat pengaruh karakter- dikembang luaskan dalam masyarakat,

istik personal dan orientasi kewirausahaan khususnya masyarakat terdidik.

terhadap kinerja UKM. Dan kompetensi Penelitian Hadiyati (2011); dan Adam

wirausaha memiliki pengaruh terhadap (2005) menyatakan kreativitas dan inovasi

strategi bisnis dan daya saing usaha kecil. berpengaruh terhadap kewirausahaan dan

Pada penelitian Rante (2010); dan “Respondents generally agree with the relevance

Purhantara (2013) mengatakan bahwa bu- of all factors associated with influencing business

daya lokal tidak memiliki dampak terhadap networks or joint venture business establishment.

kinerja UKM. Budaya etnis yang lebih However, some factors are strongly significant for

mengutamakan kepentingan adat dan ke- business networking, while others are not as

bersamaan. Penelitian penguasaan nilai-nilai strong”.

kewirausahaan, tidak terjadi perbedaan Penelitian lainnya yaitu oleh Fauzan

yang signifikan, sedangkan Lukas (2004) (2011); dan Darwis (2004) religiusitas atau

dalam penelitiannya menyatakan bahwa rasa keberagamaan mewarnai perilaku

fungsi perekonomian orang Tionghoa ada- dalam bisnis Rumah Makan Padang. Di

lah kontekstual dengan fungsi eksitensi dukung oleh kekuatan nilai-nilai yang ber-

orang Tionghoa di Indonesia. Begitu juga sumber dari sosial budaya daerah Minang

Naim (1979) memyatakan yang tinggal di yang dilandasi ajaran Islam.

Sumatera Barat sama banyak dengan yang Pada penelitian Setyawati (2013);

pergi merantau. Sebab, faktor dominan yang Setiawan (2013); Andiningtyas dan Nugroho

menyebabkan orang Minangkabau me- (2014); dan Wijaya (2008) menyatakan

rantau adalah faktor ekonomi dan pen- hubungan antara orientasi kewirausahaan

didikan.

terhadap orientasi pasar adalah positif sedangkan variabel orientasi pasar, budaya

Hipotesis

organisasi dan orientasi kewirausahaan

Pengaruh Budaya Minangkabau dengan

berpengaruh secara bersama-sama terhadap

Kewirausahaan

kinerja usaha. Sikap berwirausaha, norma Unsur budaya yang universal dan se- subjektif dan efikasi diri berpengaruh positif

kaligus menjadi isi dari semua kebudayaan terhadap perilaku berwirausaha.

yang ada didunia ini menurut Koentjara- Penelitian dari Fithri dan Sari (2012);

ningrat (1990) adalah sistim religi, sistim dan Nurseto (2004) indikator kompetensi

kemasyarakatan, sistim pengetahuan, baha-

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

sa kesenian, sistim mata pencaharian dan sistim teknologi peralatan. Ketujuh unsur kebudayan ini mencakup seluruh kebudaya- an manusia dimanapun kombinasi dari ketujuh unsur ini pula yang menentukan nilai-nilai kehidupan dalam suatu masya- rakat.

Mata pecaharian orang Minang saat ini menurut penelitian hampir 60% memiliki mata pencaharian sebagai wirausaha, sedangkan menurut Fauzan (2011) Religius- itas atau rasa keberagamaan walaupun tidak dominan, tetapi cukup mewarnai perilaku etis dalam bisnis rumah makan Padang. Pemilik rumah makan Padang mayoritas adalah pemeluk agama Islam, sehingga muatan-muatan ajaran Islam cukup me- warnai aktivitas bisnisnya. Darwis (2004) menyatakan bahwa Keberadaan Rumah Makan Padang didukung oleh kekuatan nilai-nilai yang bersumber dari sosial bu- daya daerah Minang yang dilandasi ajaran Islam. Begitu juga dengan Naim (1979) menyampaikan bahwa masyarakat minang yang tinggal di Sumatera Barat sama banyak dengan yang pergi merantau. Sebab, faktor dominan yang menyebabkan orang Minang- kabau merantau adalah faktor ekonomi dan pendidikan.

Dengan demikian berdasarkan per- nyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa unsur-unsur budaya Minangkabau mewarnai aktifitas bisnis. Untuk itu pe- nelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H 1 : Budaya Minangkabau memiliki pe- ngaruh signifikan terhadap Kewira- usahaan

Pengaruh Budaya Minangkabau terhadap Kemampuan Usaha

Wirausaha adalah kegiatan-kegiatan pengembangan sumberdaya manusia yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial-budaya seperti terdapat pada masyarakat Minang- kabau, khususnya dalam usaha Rumah Makan Padang. Kondisi geografis dan sosio- logis ditopang dengan budaya Minang- kabau, antara lain menumbuhkan nilai dan

perilaku merantau sebagai ciri dan perilaku migrasi dan dalam aspek ekonomi me- munculkan kewirausahaan yang tumbuh dalam lembaga Rumah Makan Padang. Kajian budaya memberikan isyarat bahwa eksistensi lembaga tersebut ternyata di- topang oleh kekuatan nilai budaya Minang- kabau yang berhasil memberikan landasan nilai bagi tumbuhnya etos kerja dalam pengelolaan rumah makan tersebut pada penelitian Welsa (2009) budaya Minang- kabau berpengaruh positive dan signifikan pada rumah makan padang yang ada di Yogyakarta dan Kemampuan usaha disini dalam artian Kemampuan (Capabilities) mengacu pada ketrampilan (skill) perusaha- an dalam mengkoordinasikan sumber daya dan menempatkannya untuk penggunaan secara produktif.

Dengan demikian berdasarkan per- nyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa unsur-unsur budaya Minangkabau landasan etos kerja sehigga menigkatkan kemampuan dalam menjalankan usaha. Untuk itu penelitian ini mengajukan hipo- tesis sebagai berikut:

H 2 : Budaya Minangkabau memiliki pe- ngaruh signifikan terhadap kemampu- an usaha.

Pengaruh Budaya Minangkabau terhadap Kinerja

Kinerja yang ada dipengaruhi oleh budaya yang dibentuk pada lingkungan budaya pengusaha ataupun karyawan Rumah Makan padang sesuai Konsep ke- hidupan yang disiapkan nenek moyang dari orang Minang untuk bekerja keras, ber- tujuan mencapai suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat yang termasuk didalamnya adalah adanya kinerja pengelolaan usaha yang baik me- nurut Welsa (2009) sedangkan Kinerja usaha adalah output dari berbagai factor, karenanya ukuran ini menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis dengan lingkungannya kinerja organisasi juga dipengaruhi oleh kinerja individu yakni berkaitan dengan karakteristik individu

186 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203

menurut Kumalaningrum (2012) sedangkan menurut Rante (2010) Budaya lokal tidak memiliki dampak terhadap kinerja UKM agribisnis. Budaya etnis lebih mengutama- kan kepentingan adat dan kebersamaan.

Dengan demikian berdasarkan per- nyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Kinerja yang ada dipengaruhi oleh budaya yang dibentuk pada lingkungan budaya pengusaha dalam menjalankan usaha. Untuk itu penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H 3 : Budaya Minangkabau memiliki pe- ngaruh signifikan terhadap kinerja

Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Ke- mampuan Usaha

Dengan tingginya orientasi kewira- usahan yang dimiliki akan lebih mudah untuk meningkatkan kemampuan mana- jemen. Fithri dan Sari (2012) menyimpulkan bahwa kewirausahaan harus memiliki mental yang kuat, mampu bergaul dan, kemampuan untuk menganalisis masalah, kemampuan untuk mengarahkan karyawan, kemampuan untuk memberikan motivasi kepada karyawannya, dan kemampuan untuk berkomunikasi baik secara tertulis maupun secara verbal dengan baik. Disisi lain terkait dengan kewirausahaan menurut Dalimunthe (2002) Kewirausahaan mem- punyai pengaruh langsung positif terhadap keberhasilan usaha dan kemampuan usaha berpengaruh langsung terhadap keber- hasilan usaha pada usaha Tenun dan Bordir di Sumatera Utara dan sejalan dengan Penelitian dari Purnama (2011) yang mana hasil penelitiannya adalah kemampuan usaha berpengaruh terhadap keberhasilan usaha dibanding motivasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa orientasi kewirausahaan yang dimiliki dapat meningkatkan ke- mampuan manajemen maka dibentuk hipotesis sebagai berikut:

H 4 : Kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan

terhadap kemampuan usaha.

Pengaruh Kewirausahaan terhadap kinerja usaha

Usaha yang sukses dan mampu ber- tahan lama, akan banyak dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki pimpinan wirausaha, oleh karenanya, untuk menjadi wirausaha- wan yang berhasil diperlukan seseorang yang berbakat dan mempunyai motivasi untuk menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan keinginan. Motivasi merupakan semangat dan wawasan yang akan membuat seseorang bekerja keras untuk melakukan pembentukan ide atau gagasan baru, se- hingga akan membuat kinerja usaha menjadi lebih menguntungkan dengan meningkat- nya semangat untuk mengembangkan usaha dan dalam penelitiannya juga Dalimunthe (2002) menyatakan bahwa Kewirausahaan berpengaruh positive terhadap kinerja usaha industri tenun dan Bordir di Sumatera Utara serta sejalan dengan Setiawan (2013) dalam penelitianya menunjukkan bahwa variabel orientasi pasar, budaya organisasi dan orientasi kewirausahaan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja usaha. Begitu juga dalam Penelitian Lestari dan Megawati (2015) mengatakan bahawa ter- dapat pengaruh karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja UKM. Berdasarkan penjelasan dari peneliti- an diatas dapat disimpulkan usaha yang sukses dipengaruhi motivasi dan akan me- ningkatkan kinerja usaha maka dibentuk hipotesis sebagai berikut:

H 5 : Kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja usaha

METODE PENELITIAN

Sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam peta jalan atau alur penelitian bahwa penelitian ini terdiri atas beberapa tahap. Tahapan dari penelitian secara ringkas dapat terlihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Tahapan dalam Penelitian

Penelitian Dampak budaya terhadap jiwa wirausaha, kemampuan usaha dan kinerja usaha.

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

Variabel Variabel dependen: kemampuan

peluang, (6) percaya diri, (7) resiko serta, (8 )

penelitian usaha dan kinerja usaha.

adaptasi.

Variabel independen: budaya

Kemampuan Usaha dalam menentukan

minangkabau.

kebijakan produksi, pemasaran dan keua-

Variabel intervening: jiwa kewira-

ngan mulai dari sebelum terjadi proses

usahaan .

produksi hingga sesudah barang dimanfaat-

Metoda Metoda

pengambilan

data:

penelitian Kuesioner.

kan atau dipergunakan oleh konsumen.

Populasi: Rumah Makan Padang

(Dalimunthe, 2002) indikator kemampuan

di Daerah Istimewa Yogyakarta.

usaha adalah (1) bahan baku, (2) tenaga ker-

Sampel: 50 buah RM Padang di

ja, (3) teknologi, (4) kualitas produk (5) har-

Daerah Istimewa Yogyakarta.

ga, (6) variasi produk, (7) jangkauan pasar,

Metoda Sampel: proportional strati-

(8) kemudahan membeli serta (9) keter-

fied random sampling.

sediaan modal. Kinerja usaha yang me-

Uji instrument: uji validitas dan

rupakan identifikasi keberhasilan usaha dari

reliabilitas.

Rumah makan Padang di DIY diukur

Analisis data: PLS Analysis.

dengan tiga indikator yaitu (1) jumalah

Tempat Daerah Istimewa Yogyakarta penelitian

tenaga kerja, (2) produktivitas serta (3) per-

tumbuhan penjualan. Hal ini sesuai dengan

Luaran Model budaya Minangkabau yg

penelitian Welsa (2009).

usaha masyarakat Minang

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berikut merupakan penjabaran definisi

Rumah Makan Padang

operasional, indikator: Rumah Makan Padang yang dijadikan obyek studi utama dalam penelitian ini

Definisi dan Indikator

merupakan lembaga usaha swasta yang Budaya Minangkabau adalah suatu

bergerak dalam penjualan jasa dan produk konsep kehidupan yang disiapkan nenek

makanan yang khas daerah Minangkabau. moyang orang Minang untuk anak cucunya,

Nama dari Rumah Makan Padang masih yang bertujuan untuk mencapai suatu ke-

digunakan pada rumah makan yang ukuran hidupan yang bahagia dan sejahtera dunia

sedang dan menengah, yang cikal bakalnya dan akhirat. Budaya Minangkabau diukur

adalah lapau. Rumah Makan Padang me- berdasarkan indikator yang dikembangkan

miliki ciri tersendiri dalam penataan oleh Darwis (2004) menyatakan bahwa

ruangan, walaupun disesuaikan dengan indikator budaya minangkabau terdiri dari

kondisi ruangan, namun memiliki pola yang pendidikan dan agama serta nilai ke-

sama. Ruangan ditata menjadi tiga bagian keluargaan, sedangkan menurut Welsa

yang memiliki fungsi khusus. Terdiri dari (2009) indikator budaya Minangkabau ter-

bagian belakang sebagai pusat produksi, diri dari agama, pendidikan dalam keluarga,

bagian tengah sebagai pusat pemasaran dan serta merantau. Kewirausahaan yakni pe-

kasir ada di bagian depan. Palung tempat ngelompokan dari variabel-variabel yang

menjajakan masakan yang siap dihidangkan. menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki

Palung pada rumah makan besar individu yang tercermin dalam pengelolaan

biasanya ditempatkan dibagian tengah agak dan pengembangan perusahaannya sendiri

kesamping menghadap deretan kursi dan sekaligus menciptakan pekerjaan bagi orang

meja para tamu, untuk rumah makan me- lain. Dalam penelitian Welsa (2009) men-

nengah dan kecil, palung berada di depan jelaskan bahwa kewirausahaan di ukur

dengan kasir. Situasi ini merupakan salah dengan delapan indikator. (1) Visi, (2)

satu ciri dalam penataan tata ruang Rumah perencananaan, (3) motivasi, (4) inovasi, (5)

Makan Padang.

188 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203

Deskripsi Variabel Penelitian

Indikator X1.4 Rata-

Dalam penelitian ini digunakan analisis

No.

Pekerjaan

Nilai rata

deskriptif dengan bantuan program statistik sebagai

1 yakin

pekerjaan

wirausaha adalah tujuan

SPSS ver. 13 untuk mendiskripsikan variabel

utama

penelitian ini:

2 Yakin sebagai wirausaha dapat menjamin masa depan

Deskripsi Variabel Budaya Minangkabau Rata-

Indikator X1.5

Kemasyarakatan Nilai rata Variabel Budaya Minangkabau

No.

1 Yakin wirausaha mampu membantu mengatasi

No. Indikator Agama

2 Wirausaha merupakan 1 Jenis makanan yang dipro-

Nilai

rata

197 3,9 duksi adalah dijamin halal

suatu kebangaan

perekruitan karyawan masih melihat faktor agama yang

Indikator agama nilai tertinggi adalah

3 Rumah makan mengadakan

pada pertanyaan Jenis makanan yang di-

pengajian antar karyawan

produksi adalah makanan yang dijamin

4 Rumah makan setiap tahun

halal sebesar 4,62 hal tersebut sudah sesuai

mengeluarkan Zakat untuk karyawan

dengan falsafah budaya minang kabau ber-

5 Rumah makan setiap tahun

asaskan falsafah Budaya Minangkabau Yaitu

mengeluarkan Qurban

Adat bersandikan Syarak, Syarak bersandikan

untuk karyawan

Kitabullah yaitu berdasarkan aturan-aturan

6 Pemilik rumah makan melakukan pengajian

agama Islam, sehingga apabila masyarakat

dengan pembagian

yang beragama islam bepergian ke luar negri

akan selalu mencari rumah makan padang

Jumlah

karena yakin akan ke halalannya walau tan-

Rata-

pa mendapatkan sertifikat halal dari MUI.

No. Indikator Merantau

Nilai

rata

1 Pemilik rumah makan merantau ke Yogyakarta

Merantau

untuk memulai usaha

Responden pergi merantau agar ke-

2 Pemilik rumah makan

hidupan ekonomi keluarga lebih baik hal

merantau agar kehidupan

tersebut terlihat dari persentase responden

ekonomi keluarga lebih baik

yang memberikan jawaban sangat setuju

3 Pemilik rumah makan

membawa keluarga dari

tujuan merantau ke Yogyakarta adalah

kampung halaman untuk

untuk mendapatkan kehidupan yang lebih

membantu mengelola rumah

baik dibandingkan tetap tinggal dikampung

dengan jumlah nilai rata2 sebesar 4,2.

4 Pemilik rumah makan

sukses di rantau untuk membantu pembangunan

Pendidikan wirausaha dalam keluarga

kampung halaman

Pendidikan berwirausaha didapat da-

lam keluarga hal tersebut terlihat dari

Indikator Pendidikan

Rata-

persentase responden yang memberikan

No. dalam Keluarga

Nilai

rata

1 Pemilik rumah makan

jawaban sangat setuju mendapatkan pen-

mendapatkan pendidikan

didikan wirausaha dalam keluarga dengan

berwirausaha dalam

jumlah sebanyak 50 responden atau sebesar

100%. Dalam wawancara bebas dengan se-

bagian responden diperoleh informasi bah-

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

wa sifat kewirausahaan dan keterampilan

No.

Indikator

Nilai Rata- rata

usaha sudah dengan sendirinya tertanam

Perencanaan

1 dalam pribadi mereka karena sejak dini Pemilik rumah makan

memiliki perencanaan

dalam keluarga, mereka sudah terbiasa

penjualan tahun

hidup dan berpikir dengan pola ulet, hemat

berikutnya

Menabung atau telaten, sabar menunggu

2 Rencana dibuat

kesempatan lebih baik, tidak pernah putus setelah evaluasi atas

masalah-masalah

asa dan menjadikan kegagalan sebagai

Jumlah

pelajaran dalam memupuk pengalaman. Hal

Rata-

ini sesuai dengan hasil penelitian Lestari dan Indikator Motivasi

No.

rata

Wijaya (2012) yang menyatakan bahwa

1 Pemilik rumah makan

pendidikan kewirausahaan berpengaruh memiliki dorongan

pribadi yang kuat

secara signifikan terhadap minat berwira-

untuk maju

usahaan.

2 Belajar dari pengala- man baik kegagalan

Pekerjaan

maupun keberhasilan 216 4,3

Jawaban responden untuk indikator 8,8 pekerjaan yang paling tinggi adalah me-

Indikator Inovasi Nilai Rata- rata

ngatakan wirausaha adalah tujuan utama

1 Pemilik rumah makan

mereka jadi bukan untuk menjadi pegawai.

memiliki banyak ide

Penelitian Suharti dan Sirine (2011) menyata-

yang dapat dikembangkan

kan bahwa faktor sosio demografi yaitu 4

2 Pemilik rumah makan

pekerjaan orangtua sebagai wirausahawan

berani dalam menerap

dan pengalaman berwirausaha mahasiswa,

kan ide-ide baru

sikap (attitudes) yang meliputi autonomy/

Jumlah

authority, economic challenge, self realization,

No.

Indikator Peluang Nilai Rata-

security & workload rata , serta faktor kontekstual

1 Mencari informasi

yaitu academic support dan social support

peluang usaha yang

terbukti berpengaruh secara signifikan dan

dapat dikembangkan 202 4

positif terhadap niat kewirausahaan.

2 Apabila ada peluang usaha yang menarik

Kemasyarakatan maka mengerjakan

dengan tekun

Responden yakin dengan menjadi wira-

Jumlah

usaha dapat membantu pemerintah dalam

Indikator Percaya Rata-

mengentaskan kemiskinan dan ini terlihat No.

Diri

Nilai rata

dari nilai rata2 sebesar 4,2.

1 Pemilik rumah makan selalu meningkatkan kemampuan

Tabel 3 4,4

2 menerapkan kiat-kiat

Deskripsi Variabel Kewirausahaan

khusus untuk dapat

Variabel Kewirausahaan

bersaing dan sukses dalam berusaha

No. Indikator Visi

1 Pemilik rumah makan

No.

Indikator Resiko Nilai rata

memiliki visi dalam 1 Pemilik rumah makan menjalankan usaha

sering mencoba cara 2 Pemilik rumah makan

kerja yang baru/lebih melakukan segala

184 3,7 upaya agar visi

baik

2 Pemilik rumah makan tersebut tercapai

sering mencoba cara Jumlah

penjualan yang baru 168 3,4

190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203 3 Berani mengambil

Motivas i

resiko terhadap

Pemilik usaha memiliki dorongan

keputusan yang diambil

pribadi yang kuat untuk maju hal tersebut

terlihat dari nilai rata-rata sebesar 4,5 Dari

No. Indikator Adaptasi

Nilai

Rata-

jawaban responden terhadap indikator

rata

motivasi terlihat bahwa pemilik rumah

1 Permintaan/ keinginan pembeli

makan memiliki motivasi yang kuat untuk

sukses dalam menjalankan usaha Rumah

yang berbeda-beda

selalu dilayani

Makan Padang. Menurut Purnama (2011)

2 mempertahankan

kemampuan usaha lebih dominan pe-

resep lama dan me-

ngaruhnya terhadap keberhasilan usaha

lakukan penyesuaian- penyesuaian

dibandingkan dengan motivasi usaha.

3 Mampu menganti- sipasi perubahan yang

Inovasi

terjadi di sekeliling

Responden memiliki banyak ide yang

usaha

4 dapat dikembangkan menjadi usaha yang

menguntungkan hal tersebut terlihat dari nilai rata–rata tertinggi sebesar 4. Dari

Visi

jawaban responden terhadap indikator Pemilik rumah makan memiliki visi inovasi menunjukan bahwa pemilik rumah dalam menjalankan usaha dan melakukan makan memiliki banyak ide dan berusaha segala upaya agar visi tersebut tercapai hal untuk menerapkan ide-ide tersebut untuk tersebut terlihat dari nilai rata-rata yang kelangsungan usaha agar tetap berjalan cukup tinggi sebesar 4,4. sesuai yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Dari hasil penelitian Hadiyati (2011) sebagian responden mempunyai visi yang menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi jelas tentang bagaimana usahanya harus dan berpengaruh secara simultan terhadap ke- akan dikembangkan. Semakin tinggi pe- wirausahaan dengan variabel inovasi me- mahaman dan penerimaan visi organisasi miliki pengaruh yang lebih besar terhadap semakin tinggi pula komitmen warga

kewirausahaan.

organisasi untuk bersama-sama mewujud- kannya.

Peluang

Responden sering mencari informasi

Perencanaan

peluang usaha yang dapat dikembangkan Pemilik rumah makan memiliki pe- hal tersebut terlihat dari nilai tertinggi rencanaan penjualan tahun berikutnya dan sebesar 4. Dari jawaban responden terhadap Rencana-rencana dibuat setelah melalui indikator peluang menunjukan bahwa pe- evaluasi yang mendalam atas masalah-

milik Rumah Makan Padang selalu berusaha masalah dan kesempatan yang ada hal mencari peluang dan mengerjakan dengan tersebut terlihat dari nilai rata-rata yang tekun agar usaha dapat berjalan dengan cukup tinggi yaitu sebesar 4. Dari jawaban

baik.

responden terhadap indikator perencanaan dapat dilihat bahwa walaupun hanya me-

Percaya diri

ngelola Rumah Makan akan tetapi pemilik Responden selalu meningkatkan ke- rumah makan telah memiliki perencanaan mampuan hal tersebut terlihat dari nilai rata- dan berupaya agar perencanaan tersebut rata jawaban tertinggi responden yaitu dapat berjalan dengan baik dan mendapat- dengan nilai 4,4. Dari jawaban responden kan hasil seperti yang diharapkan. terhadap indikator percaya diri didapat

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

bahwa pemilik rumah makan memiliki masyarakat yang digauli. Menyuruh orang kepercayaan diri yang cukup baik dan selalu

supaya bisa menyesuaikan diri dengan berusaha meningkatkan kemampuan dan

masyarakat di mana ia berada. berusaha mencari kiat-kiat agar dapat ber- saing dan berhasil dalam menjalankan

Tabel 4

usahanya.

Deskripsi Variabel Kemampuan Usaha Pengambilan Resiko

Variabel Kemampuan Usaha

Responden berani mengambil resiko

Indikator Kemampuan Rata-

terhadap keputusan yang diambil dan

No.

Usaha Bahan Baku Nilai rata

memiliki tanggung jawab terhadap ke-

1 Pemilik rumah makan

lancaran usaha hal tersebut terlihat dari nilai

mudah memperoleh bahan-

rata-rata responden yang tertinngi 3,8. Dari bahan baku yang dibutuh-

kan dalam produksi

jawaban responden atas pertanyaan dari

2 Pemilik rumah makan

indikator pengambilan resiko menunjukan

mudah dalam penyediaan

bahwa pemilik Rumah Makan Padang bera-

bahan baku secara tepat

ni mengambil suatu resiko dalam mencoba waktu pada saat

dibutuhkan

cara-cara baru dan bertanggung jawab atas

3 hubungan yang baik

keputusan tersebut. Penelitian ini meng-

dengan pemasok sehingga

ungkapkan bahwa responden berani meng-

tidak kesulitan

ambil resiko berdasarkan pertimbangan

mendapatkan bahan baku 203 4,1

yang masak dan perhitungan yang cermat. 12,1

Indikator Tenaga Kerja Nilai rata

Adaptasi

1 Pemilik rumah makan

Permintaan/keinginan pembeli yang

mudah dalam memperoleh

berbeda-beda selalu dilayani sesuai ke-

tenaga kerja

2 inginan mereka Pemilik rumah makan hal tersebut terlihat dari

mendorong karyawan

nilai rata-rata tertinggi yaitu 4,2. Responden

untuk terus meningkatkan

sering mempertahankan resep lama warisan

kemampuannya

keluarga dan melakukan penyesuaian-

3 Sistem pengupahan dan

penyusuaian. Dari jawaban responden ter- suasana kerja dibuat agar

karyawan terdorong untuk

hadap pertanyaan dari indikator adaptasi

bekerja sebaik-baiknya 190 3,8

menunjukan bahwa pemilik Rumah Makan

Jumlah

Padang mudah untuk beradaptasi dengan

No,

Indikator Teknologi Nilai Rata-

lingkungan usaha baik beradaptasi dengan

Produksi yang Digunakan rata

1 rasa makanan dan keinginan-keinginan dari Perkembangan teknologi

mempengaruhi

pelanggan selalu direspon dengan baik.

pengembangan usaha saya 182 3,6

Dari hasil wawancara dapat disimpul-

2 Peralatan-peralatan dalam

kan bahwa responden mudah beradaptasi

usaha sudah mengikuti

dengan lingkungannya akan tetapi identitas

perkembangan teknologi 172 3,4

diri tidak akan pernah hilang, seperti 7

pepatah berikut: Dima bumi dipijak, di sinan

No, Indikator Kualitas Produk Nilai rata

langik dijunjung Di ma nagari diunyi, disinan

1 Produk yang dihasilkan

adat dipakai. (Dimana bumi dipijak, disana

sesuai dengan keinginan

langit dijunjung. Dimana negeri didiami,

konsumen dan mempunyai daya saing yang baik

disana adat dipakai Darwis (2004). Maksud 4

2 Pemilik rumah makan

pepatah tersebut bahwa nilai-nilai budaya

mengikuti perubahan

minang dapat dilaksanakan dimana saja,

lingkungan seperti selera

asal pandai menyesuaikan diri dengan

pasar

192 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203 Jumlah

terus meningkatkan kemampuannya terlihat

Rata-

No, Indikator Harga

Nilai

sebagai nilai rata-rata tertinggi yaitu sesar

rata

3,9, Dari jawaban responden menunjukan

1 Harga cukup layak

dibandingkan dengan

bahwa pemilik Rumah Makan cukup mudah

rumah makan padang

dalam memperoleh karyawan dan selalu

mendorong karyawan untuk terus me-

2 Alternatif-alternatif mengenai harga dievaluasi

ningkatkan kemampuannya dan kerja

dengan suasana kekeluargaan agar karya-

No, Indikator Variasi Produk

Nilai Rata-

wan dapat bekerja sebaik-baiknya.

rata

1 Pemilik rumah makan

Bentuk Teknologi Produksi yang Di-

sering menawarkan jenis

gunakan

produk baru

Perkembangan teknologi mempengaru-

2 Jenis dan rasa khas

sehingga tidak ada yang

hi pengembangan usaha hal tersebut terlihat

bisa meniru

dari nilai rata-rata 3,6, Dari jawaban respon-

den menunjukan bahwa pemilik Rumah

Rata-

No, Indikator Jangkauan Pasar

Nilai

Makan Padang sudah mengikuti perkemba-

rata

ngan teknologi sebagai alat produksi dan

1 Pembeli utama produk

adalah anak-anak sekolah/

teknologi tersebut cukup mempengaruhi

perkembangan teknologi untuk dapat mem-

2 Jangkauan pasar meliputi

permudah dalam proses produksi.

daerah sekitar rumah makan

Kualitas Produk

No, Indikator Kemudahan

Rata-

Produk yang dihasilkan sesuai dengan

keinginan konsumen dan mempunyai daya

1 Tersedia layanan antar

saing yang baik hal tersebut terlihat dari

2 Lokasi rumah makan mudah terjangkau

nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4, Dari

jawaban responden menunjukan bahwa

Indikator Ketersediaan

Rata-

pemilik Rumah Makan Padang selalu men-

No, Modal

Nilai

rata

jaga kualitas produk dan selalu menyesuai-

1 Faktor keuangan/biaya

kan dengan selera konsumen misalnya rasa

merupakan hambatan utama untuk

makanan tidak terlalu pedas dan asin,

mengembangkan usaha

2 Bantuan modal selama ini

Harga

diperoleh dari bank

3 Harga cukup bersaing dibandingkan

dengan Rumah makan padang lainnya hal tersebut nilai tertinggi yaitu 3,9, Dari jawab-

Kemampuan Menyediakan Bahan Baku

an responden menunjukan bahwa harga Responden mampu memperoleh bahan-

relatif bersaing karena pasar sasaran utama bahan baku yang dibutuhkan dalam produk-

usaha ini adalah pelajar dan mahasiswa yang si, memiliki hubungan yang baik dengan pe-

keuanganya terbatas sehingga harga ini masok sehingga tidak kesulitan mendapat-

memang cukup mempengaruhi dalam ke- kan bahan baku hal tersebut terlihat dari

langsungan usaha, Perubahan harga akan nilai rata–rata yang sama pada semua per-

dievaluasi apabila terjadi kenaikan harga tanyaan terhadap bahan baku yaitu 4.

dari bahan baku.

Tenaga Kerja

Variasi Produk

Mudah dalam memperoleh tenaga kerja Jenis dan rasa khas sehingga tidak ada dan Selalu mendorong karyawan untuk

yang bisa meniru hal tersebut terlihat

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

sebagai nilai tertinggi yaitu sebesar 3,7, Dari

Tabel 5

jawaban responden menunjukan bahwa

Deskripsi Variabel Kinerja Usaha

pemilik Rumah Makan Padang selalu me- nawarkan jenis makanan baru dengan me- Variabel Kinerja Usaha

miliki kekhasan rasa agar dapat bersaing

Indikator Jumlah

dengan Rumah Makan Padang lainnya.

No.

Tenaga Kerja

Nilai Rata-

Relatif

rata

1 Jangkauan Pasar Jumlah tenaga kerja

sudah sesuai

Pembeli utama produk adalah anak-

dengan kebutuhan

anak sekolah/mahasiswa hal tersebut ter-

2 Membagi tugas

lihat nilai tertinggi yaitu sebesar 3,7,

kepada karyawan

Jangkauan pasar meliputi Daerah sekitar

sesuai kemampuan masing-masing

Rumah makan hal tersebut Dari jawaban responden menunjukan bahwa pelangan

Jumlah

Rumah Makan Padang adalah Pelajar dan

Indikator Produktivitas

Rata-

mahasiswa terutama pelajar dan mahasiswa

No.

Tenaga Kerja

Nilai rata

yang berasal dari Sumatra yang bertempat

1 Secara umum

tinggal disekitar Rumah Makan oleh karena

merasa puas dengan

itu biasanya Rumah Makan Padang selalu

kemampuan karyawan

mengambil lokasi mendekati kampus. 3,8

Kemudahan Membeli

Nilai Rata-

Lokasi mudah terjangkau hal tersebut

Penjualan

rata

terlihat nilai rata–rata tertinngi yaitu sebesar

1 Pertumbuhan

4,1, Dari jawaban responden menujukan

penjualan tiga tahun

bahwa mereka setuju inovasi layanan yaitu

terakhir relatif meningkat

layanan antar walau belun terlaksana de- 3,6

2 Tiga tahun terakhir

ngan baik hanya untuk anak-anak sekitar

ini laba bersih

lokasi rumah makan atau Karyawan kantor

rumah makan

yang sudah menjadi langganan Rumah

pertahun relatif

makan, Pemilik rumah makan mencari

meningkat

lokasi yang mudah terjangkau pasar, karena

Jumlah

pasar potensial adalah mahasiswa dan pelajar sehingga sebahagian besar Pemilik

Jumlah Tenaga Kerja

Rumah Makan selalu mencari lokasi di Jumlah tenaga kerja sudah sesuai sekitar kampus.

dengan kebutuhan, kemampuan dan ke- ahlian masing-masing hal tersebut terlihat

Ketersediaan Modal

nilai rata-rata yang sama yaitu sebesar 4. Faktor keuangan/biaya merupakan hambatan utama untuk mengembangkan

Produktivitas Tenaga Kerja

usaha hal tersebut terlihat rata-rata tertinngi Secara umum responden merasa puas yaitu sebesar 3,8 Dari jawaban responden

dengan kinerja karyawan hal tersebut ter- menunjukan bahwa pemilik Rumah Makan

lihat nilai rata-rata sebesar 3,8. Padang menjawab bahwa permodalan ada- lah menjadi hambatan utama dalam me-

Pertumbuhan Penjualan

ngembangkan usahanya dan salah satu alter- Pertumbuhan penjualan tiga tahun ter- natif menyelesaikannya yaitu dengan me-

akhir relatif meningkat hal tersebut terlihat minjam modal melalui jasa perbankan.

dari nilai rata-rata sebesar 3,8.

194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 181 – 203

Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

dengan weight sebesar 0,330 dan bertanda Hasil Pengujian hipotesis di atas maka

positif.

dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Pengujian Hipotesis 4: kewirausahaan Tabel 6

memiliki pengaruh signifikan terhadap Result for inner Loadings variabel laten

kemampuan usaha

Berdasarkan uji PLS juga dapat di

Arah Konstruk Weig

Ketera

ht

t Hitung

t Tabel

ngan

ketahui bahwa kewirausahaan berpengaruh

Budaya 

tidak signifikan terhadap kemampuan usaha

karena nilai t hitung kecil dari t tabel sehingga H 6

Budaya  Kinerja Usaha

ditolak, Kewirausahaan berpengaruh tidak

Budaya 

signifikan terhadap kemampuanusaha de-

ngan weight sebesar 0,385 dan bertanda

 kinerja Signifikan

Pengujian Hipotesis 4: kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap

Pengujian Hipotesis 1: Budaya Minang-

kinerja usaha

kabau memiliki pengaruh signifikan

Berdasarkan uji PLS juga dapat di-

terhadap kewirausahaan

ketahui bahwa kewirausahaan berpengaruh Berdasarkan uji PLS juga dapat di-

signifikan terhadap kinerja usaha karena ketahui bahwa budaya minangkabau ber-

nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga H 6 pengaruh signifikan terhadap kewirausaha-

diterima, Kewirausahaan berpengaruh ter- an karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel

hadap kinerja usaha dengan weight sebesar sehingga H 4 diterima, Budaya Minang-

0,385 dan bertanda positif. kabau berpengaruh terhadap kewirausaha-

an dengan weight sebesar 0,823 dan bertanda

Hubungan masing-masing variabel dengan

positif,

indikator

Hubungan antara masing-masing varia-

Pengujian Hipotesis 2: Budaya Minang

bel dengan semua indikatornya dapat dilihat

Kabau memiliki pengaruh signifikan

dalam tabel 7 di bawah ini:

terhadap kinerja usaha

Berdasarkan uji PLS juga dapat di-

VariabeL Budaya Minangkabau

ketahui bahwa kewirausahaan berpengaruh

Tabel 7

signifikan terhadap kinerja usaha karena

Result for outer loadings Budaya

nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga H 2

Minangkabau

diterima, Budaya Minangkabau berpe- ngaruh terhadap kinerja usaha dengan

Indikator

Original

weight sebesar 0,470 dan bertanda positif.

Manifest

Estimate

Statistic Keterangan

Pengujian Hipotesis 3: Budaya Minang-

Signifikan

kabau memiliki pengaruh signifikan

terhadap kemampuan usaha Signifikan

Berdasarkan uji PLS juga dapat di- ketahui bahwa budaya minangkabau ber-

Berdasarkan Tabel 7 didapatkan nilai pengaruh signifikan terhadap kemampuan

loading factor bernilai 0,643 untuk Agama, usaha karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel

0,031untuk Merantau, 0,843 untuk pe- sehingga H 6 ditolak, Budaya Minangkabau

kerjaan, 0,611 yang berada diatas 0,5 me- berpengaruh terhadap kemampuan usaha

nunjukkan signifikan karena nilai t agama

Budaya Minangkabau Dan Implementasi ... – Welsa, Suharti, Latifah

4,199, merantau 0,114, pekerjaan 12,814 dan

Kemudahan

kemasyarakatan 3,726 berada diatas t tabel =

Membeli

1,6602. Kecuali untuk indikator merantau yang

Berdasarkan Tabel 9 didapatkan nilai tidak signifikan nilai merantau tidak signi-

loading factor bernilai 0,705 untuk bahan baku fikan dari jawaban deskriptif menunjukan

Yang Digunakan, 0,791 untuk tenaga kerja untuk merantau pemilik rumah makan

yang digunakan,untuk Harga, 0,818 untuk sudah tidak lagi membawa sanak saudara

Variasi Produk, 0,760 untuk Jangkauan untuk membantu mengelola rumah makan

Pasar, dan 0570 untuk Kemudahan membeli akan tetapi sudah mengunakan tenagakerja

adalah 0,605, yang berada diatas 0,5 di lingkungan sekitar.

menunjukkan signifikan karena nilai t bahan baku Yang Digunakan = 4,30, tenaga kerja =

Tabel 8

6,165 t Harga = 6,679, t Variasi Produk =

Result for outer loadings Kewirausahaan

5,110, t Jangkauan Pasar = 3,211, dan t Kemudahan Membeli = 3,407 berada diatas t

Indikator Original

Manifest Estimate Statistic Keterangan

Variabel Kinerja Usaha

Percaya diri 0,782

Signifikan

Result for outer loadings Kinerja Usaha

resiko Adaptasi

Indikator Manifest

Berdasarkan Tabel 8 didapatkan nilai Jumlah Tenaga Kerja

loading factor Signifikan bernilai 0,627 untuk Visi, 0,806,

Perencanaan, 0,847, Motivasi, 0,744 , Inovasi, Signifikan

Tenaga Kerja

0,782 , Peluang, 0,802 , Percaya Diri dan 0,745 Signifikan

untuk Pengambilan Resiko yang berada Penjualan diatas 0,5 menunjukkan signifikan karena

Tabel 10 didapatkan nilai loading factor nilai t Visi = 3,150, t Perencanaan = 4,086, t bernilai 0,863 untuk Jumlah tenaga kerja, Motivasi = 13,856, t Inovasi = 16,454, t 0,596 untuk produktivitas tenaga Kerja, 0,876 Peluang = 14,228, t Percaya Diri = 2,916 dan t untuk pertumbuhan penjualan yang berada Pengambilan Resiko = 3,091 berada diatas t diatas 0,5 menunjukkan signifikan karena tabel = 1,6602. nilai t Jumlah tenaga kerja = 14,510, t

produktivitas tenaga Kerja = 3,047, t per-

Variabel Laten Kemampuan Usaha

tumbuhan penjualan = 15,153, berada diatas

Tabel 9

t tabel = 1,6602.

Result for outer loadings Kemampuan Pengaruh Budaya terhadap Kewirausahaan Usaha