View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN TEHNIS DALAM PEMBELAJARAN (BINI-DAMBEL)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MELALUI SUPERVISI
AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN TEHNIS DALAM
PEMBELAJARAN (BINI-DAMBEL)
MAHFUD ANWARI
Pengawas SMP Kabupaten
Abstrak: Dalam dunia pendidikan tidak mengenal berhenti dan tidak akan
pernah berhenti dari perkembangan dan pembaharuan.Permendiknas nomor 41
tahun 2007 tentang stnadar proses, mengamanatkan roses belajar siswa tidak
hanya mencatat dan menghafal, siswa belajar secara aktif dan menyenangkan.
Anak belajar bukan hanya mengenal tetapi harus aktif, belajar harus dalam
suasana yang menyenangkan. Untuk itu agar pembelajaran menyenangkan guru
harus kreatif. Paradigma baru pembelajaran menekankan siswa harus
mengkonstruksi sendiri pengetahuan, siswa menemukan mengkoinstruksi dan
memaknai pengetahuan yang diperolehnya, sehingga pengetahuan akan meening
full bagiu siswa. Namun kenyataannya proses pembelajaran berlangsung secara
konvensional. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu alternatif
uintuk memecahkan masalah tersebut. Permasalahan yang diangkat dirumuskan
sebagai berikut : 1). Apakah Supervisi Akademik melalui pendekatan BINIDAMBEL dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP sesuai dengan
pembelajaran kooperatif Jigsaw? 2). Apakah Supervisi Akademik melalui
pendekatan BINI-DAMBEL dapat meningkatkan kemampuan guru menerapkan

pembelajaran Jigsaw?. Subyek penelitiannya adalah 5 orang guru di SMPN 1
Tragah dan SMPN 2 Tragah Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.Penelitian ini
dilakukan 3 (tiga) siklus dengan hasil penelitian sebagai berikut siklus pertama
tingkat keberhasilan dalam penyusunan RPP mencapai 20%, siklus kedua
mencapai 80% siklus ketiga mencapai 100 %. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran pada pertama tingkat keberhasilan 20% siklus kedua 60% dan pada
siklus ketiga 100%. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa 1).Supervisi
akademik dengan pendekatan pemndampingan dalam pembelajaran (BINIDAMBEL) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP sesuai
dengan pembelajaran kooperatif jigsaw, 2). Supervisi akademik dengan
pendekatan pemndampingan dalam pembelajaran (BINI-DAMBEL) dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Kooperatif
Jigsaw.
Kata Kunci: Pembelajaran Jigsaw, supervisi Akademik, Bini Dambel,
kemampuan guru
In the world of education does not recognize the stop and will never stop from the
development and renewal. Permendiknas No. 41 of 2007 on the process standart,
the roses of learning students not only record and memorize, students learn
actively and fun. Children learn not only know but must be active, learning should
be in a pleasant atmosphere. For that the learning fun teachers should be creative.
The new paradigm of learning emphasizes the students must construct their own

knowledge, the students find and interpret the knowledge obtained, so that

251

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

knowledge will mean full for students. But in reality the learning process takes
place conventionally. Jigsaw cooperative learning is one of the alternatives to
solve the problem. The issues raised are formulated as follows: 1). Will Academic
Supervision through BINI-DAMBEL approach to improve the ability of teachers
to prepare RPPs in accordance with Jigsaw cooperative learning? 2). Will
Academic Supervision through BINI-DAMBEL approach improve teachers'
ability to apply Jigsaw learning? The subjects of this research are 5 teachers in
SMPN 1 Tragah and SMPN 2 Tragah Bangkalan in academic 2015 / 2016. This
research conducted 3 (three) cycles with result of research as follows first cycle
success rate in preparation of RPP reach 20%, second cycle reach 80% the third
cycle reaches 100%. In implementing the learning process on the first success rate
of 20% second cycle 60% and in the third cycle 100%. The conclusion drawn is
that 1). Academic supervision with learning approach (BINI-DAMBEL) can
improve teacher ability in preparing RPP according to jigsaw cooperative

learning, 2). Academic supervision with a learning approach (BINI-DAMBEL)
can improve teachers' ability to apply Jigsaw Cooperative learning.
Pendahuluan
Dalam melaksanakan tugas supervisi dapat dipilah menjadi dua
kelompok besar yakni supervisi manajerial dan supervisi akademik. Salah satu pembinaan yang dilakukan
dalam supervisi akademik adalah masalah pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan supervisi di SMPN
1 dan SMPN 2 Tragah penulis menemukan hal-hal sebagai berikut :a.
Pembelajaran yang berlangsung secara konvensional,maksudnya guru
dalam melaksanakan pembelajaran
selalu mendominasi kegiatan, siswa
lebih banyak sebagai obyek sehingga
mereka hanya sebagai pendengar,
pencatat dan penghafal fakta-fakta. b.
Guru kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari
sendiri pengetahuan yang diperolehnya, sehingga siswa selalu hanya
menerima pengetahuan dari gurunya.
c. Siswa selalu belajar dengan model
satu arah tidak ada kesempataan

untuk berdiskusi sesama teman, ka-

rena siswa hanya penerima informasi
dari gurunya, d. Pembelajaran selalu
dalam bentuk klasikal,sehingga kurang inovatif,dan siswa kurang ada
ruang untuk saling berdiskusi dan
bertukar pengetahuan dan pengalaman sesama siswa maupun sisa
dengan guru. Dan masih banyak lagi
temuan yang pada prinsipnya pembelajaran berlangsung kurang inovatif
dan kurang menantang bagi siswa
untuk belajar.
Paradigma baru dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan
cara belajar siswa dari menerima
menuju menemukan, dari menyadap
pengetahuan menuju mengkonstruksi
pengetahuan. Dalam paradigma ini
Santrock menjelaskan bahwa “pengetahuan dibangun dan dikonstruksi
secara bersama-sama, keterlibatan
orang lain dalam mengevaluasi dan
mengkonstruksi pengetahuan diperlukan bagi siswa” (Santrock ,2009 :

51).

252

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

dan kurang menumbuhkan kreativitas
dan inovasi bagi siswa.
Peraturan Menteri Pendidikan
nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa
kegiatan pembelajaran dilaksanakan
secara aktif, kreatif, dan menyenangkan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Salah satu metode pembelajaran
yang dapat memberikan peluang siswa untuk saling mengisi,saling asah
dan asuh adalah model pembelajaran
Kooperatif Jigsaw. Isjoni (2014:77)
menjelaskan bahwa “ pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa aktif dan

saling memanbtu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal.”
Berdasar pandangan modern di
bidang pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran yang sebenarnya
adalah menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga siswa akan
dapat belajar dengan senang, kreatif,
inovatif dan efektif. Guru bukan lagi
sebagai satu-satunya orang yang paling ahli dalam setiap pengetahuan,
namun guru diharapkan lebih
berfungsi sebagai fasilitator, sehingga
siswa akan dapat membangun pengetahuannya, menemukan pengetahuannya, dan menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya dua kondisi yang
berbeda tersebut tentunya menimbulkan kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dan apa yang nyata
terjadi. Pembelajaraan seharusnya

Peraturan Pemerintah nomor 74
tahun 2008 tentang guru pada pasal
15 ayat 4 menyatakan bahwa guru
yang diangkat dalam jabatan kepala

satuan pendidikan melakukan tugas
pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas kepengawasan.
Tugas kepala sekolah adalah melakukan pembinaan, supervisi, penilaian dan monitoring dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan guru dalam
sekolah binaan.
Dalam Undang-Undang sistem
Pendidikan Nasional pada ketentuan
Umum pasal satu menjelaskan bahwa:
” Pendidikan adalah usaha sadar
dan terancana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untuk untuk memiliki kekuatan siritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.” (Depdiknas:2006:3)
Sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang tersebut tentunya proses pembelajaran yang didominasi
oleh guru sehingga siswa pasif bukan
merupakan sebuah proses pembelajaran yang tidak produktif. Proses pembelajaran yang demikian hanyalah

akan mengebiri hak siswa untuk
berinovatif dan berkreasi dalam
mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya. Kondisi yang demikian
menimbulkan adanya kesenjangan
sehingga bahwa pembelajaran tidak
sesuai dengan perkembangan jaman

253

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

ga dapat memberikan saran yang baik
tentang pembelajaran yang aktif,
inovatif, efektif dan menyenangkan.
Bahkan kalau perlu guru melakukan
pendampingan dalam pembelajaran.
Berdasar hal-hal tersebutlah
penulis mengadakan penelitian tindakan sekolah judul : “Meningkatkan
kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran kooperatif JIGSAW
melalui supervisi akademik dengan
pendekatan bimbingan Tehnis dalam
pembelajaran (BINI-DAMBEL) di
beberapa SMP dalam wilayah binaan
Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari,
namun kondisi riil menunjukkan lain.
Dalam belajar siswa tak ubahnya
dijadikan obyek, dan harus sesuai
dengan kemauan guru, bukan lagi
subyek yang dapat berbuat sesuai
dengan kebutuhannya. Hal tersebut
mengakibatkan adanya kematian kreatifitas, hilangnya inovasi, dan
kejenuhan dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran
tersebut diperlukan
adanya pembinaan kepada para guru

dalam menerapkan pembelajaran
yang dapat menumbuhkan kreatifitas
dan inovasi pada siswa. Pembelajaran
yang dapat menjembatani dan menumbuhkan kreatifitas siswa diantaranya adalah model pembelajaran
JIGSAW.
Kondisi tersebut disebabkan
beberapa hal diantaranya adalah guru
belum menguasai model-model pembelajaran sesuai dengan amanat
permendiknas, supervisi yang sering
dilakukan baik pengawas sekolah
maupun kepala sekolah sendiri belum
optimal dalam melakukan pembinaan
pada sisi akademik. Sementara ini
supervisi dititik beratkan pada sisi
manajerial atau administratif untuk
perlengkapan pengusulan PAK guru.
Sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya Kepala Sekolah tentunya
mulai merubah paradigmanya dengan
melakukan kegiatan supervisi akademik, mengadakan kunjungan kelas

untuk mengamati guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran, sehing-

Model Pembelajaran Kooperatif
JIGSAW
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15)
menyatakan bahwa “pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4-6
orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja
sama dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri

254

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

ini seperti dikemukakan oleh Johnson
dalam Lie (2003: 30)
“Tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap Cooperative Learning.
Untuk mencapai hasil yang maksimal,
lima unsur pembelajaran kooperatif
harus di-terapkan, yaitu : (1) saling
ketergantungan positif, (2) tanggung
jawab perse-orangan, (3) tatap muka,
(4) komunikasi antar anggota, dan (5)
evaluasi proses kelompok”.

dan berusaha menemukan informasi
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.
Menurut Lie (2003: 12) Pembelajaran
Kooperatifadalah
sistem
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
bekerjasama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Di pihak lain menurut Slavin
(dalam Solihatin, 2007: 5), pembelajaran koope-ratif atau Cooperative learning adalah suatu model p
embelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Se
lanjutnya
dikatakan pula, keberhasilan belajar
dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota
kelompok, baik secara individual
maupun kelompok
Meskipun ciri khas pembelajaran kooperatif adalah terbentuknya
kelompok belajar, namun tidak semua
belajar kelompok dapat disebut
sebagai pembe-lajaran kooperatif.
Pada Pembelajaran Kooperatifada
unsur-unsur yang harus dipenuhi. Hal

Model Pembelajaran Kooperatif
JIGSAW
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji
ukir dan ada juga yang menyebutnya
dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah
teka teki yang menyususn potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif
model jigsaw ini juga mengambil
pola cara bekerja sebuah gergaji (
jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara
bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil, seperti
yang diungkapkan Lie ( 1993: 73),
bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri atas empat sampai dengan
enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung
jawab secara mandiri.

255

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

nyampaikan materi tersebut kepada
anggota kelompok yang lain (Arends,
1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
“siswa saling tergantung satu dengan
yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari
materi yang ditugaskan” (Lie, A.,
1994).
Para anggota dari tim-tim yang
berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli)
saling membantu satu sama lain
tentang topic pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim /
kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan
tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa
yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang
keluarga yang beragam.Kelompok
asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan
mendalami topik tertentu dan me-

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (Arends,
2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik
ini dapat digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan,
ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu
siswa mengaktifkan skemata ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama
dengan sesama siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997).
Model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4 – 6 orang secara heterogen dan
bekerja sama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab
atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan me-

256

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan pada
model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut: 1) Melakukan
mambaca untuk menggali informasi.
Siswa memeperoleh topik - topik
permasalahan untuk di baca sehingga
mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut. 2) Diskusi kelompok
ahli. Siswa yang telah mendapatka
topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita
sebut dengan kelompok ahli untuk
membicaran topik permasalahan tersebut. 3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan dari hasil yang
didapat dari diskusi tim ahli. 4) Kuis
dilakukan mencakup semua topik
permasalahan yang dibicarakan tadi.
5) Perhitungan sekor kelompok dan
menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen,
Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip
Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw sebagai berikut: 1)
Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 8 orang sisiwa. 2) Tiap
orang dalam team diberi bagian
materi berbeda. 3) Tiap orang dalam
team diberi bagian materi yang ditugaskan. 4) Anggota dari team yang
berbeda yang telah mempelajari
bagian sub bagian yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok
ahli) untuk mendiskusiksn sub bab
mereka. 5) Setelah selesai diskusi
sebagai tem ahli tiap anggota kembali
kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka

nyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Dalam model pembelajaran
jigsaw ini siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukanakan
pendapat, dan mengelolah imformasi
yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari,
dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya (Rusman, 2008.203).
Langkah-langkah dalam Model
Pembelajaran Kooperatif JIGSAW
Pada model pembelajaran Kooperatif JIGSAW dilakukan dengan
langkah- langkah yang berbeda dengan model yang lain, dalam model
JIGSAW ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling asah,asih
dan asuh. Dalam pembelajaran kooperatif JIGSAW juga menanamkan
beberapa karakter seperti jujur, menghargai pendapat orang lain, bekerjasama sesama teman, berani mengemukakan pendapat dengan benar dan
sebagainya.
Menurut Rusman (2008 : 205)
model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli.
Karena anggota setiap kelompok
dihadapkan pada permasalahan yang
berbeda. Namun, permasalahan yang
dihadapi setiap kelompok sama, kita
sebut sebagai team ahli yang bertugas
membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan
itu di bawah kekelompok asal dan

257

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

rata-rata nilai semua anggota kelompok, dari “sumbangan” setiap anggota. Kelebihan kedua cara ini
adalah semangat gotong royong
yang ditanamkan. Dengan cara ini
kelompok bisa berusaha lebih keras
untuk membantu semua anggota
dalam mempersiapkan diri untuk
tes. Namun, kekurangannya adalah
perasaan negatif dan tidak adil.
Siswa yang mampu akan merasa
dirugikan oleh nilai rekannya yang
rendah, sedangkan siswa yang lemah
mungkin bisa merasa bersalah karena
sumbangan nilainya paling rendah.
Untuk menjaga rasa keadilan
ada cara lain yang bisa dipilih.
Setiap aanggota
menyumbangkan
poin diatas milai rata-rata mereka
sendiri. Misalnya, nilai rata-rata si A
adalah 60 dan kali ini dia mendapat
65, dia akan menyumbangkan 5 poin
untuk kelompok. Ini berarti setiap
siswa,
pandai ataupun
lamban,
mempunyai
kesempatan
untuk
memberikan kontribusi. Siswa lamban tak merasa minder terhadap
rekan-rekan mereka karena merekajuga bisa memberikan sumbangan.
Malahan mereka akan merasa
terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan demikian
menaikan nilai pribadi mereka sendiri.

tentang sub bab yang mereka kusai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. 6) Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi. 7)
Guru memberi evaluasi. 8) Penutup.
Evaluasi dalam Pembelajaran Jigsaw
Pandangan ini menganut falsafah homo homini socius yang menekankan saling ketergantungan antar
mahluk hidup. Kerjasama merupakan
kebutuhan
yang sangat penting
artinya bagi kelangsungan hidup.
Tanpa kerjasama, tak akan ada
individu, keluarga, organisasi, atau
masyarakat. Tanpa kerjasama, keseimbangan lingkungan hidup akan
terancam punah. Namun demikian,
tidak semua kerja kelompok bisa
diangap cooperative learning. Ada
beberapa prosedur dan unsur yang
harus diterapkan
dalam
sistem
pengajaran Cooperative Learning.
Diantaranya adalah tanggung jawab
pribadi dan saling ketergantungan
yang positif.
Dalam penilian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan
metode cooperative learning. Mereka saling membantu dalam memersiapkan diri untuk tes. Kemudian,
masing-masing mengerjakan tes
sendiri-sendiri dan menerima nilai
pribadi.
Nilai kelompok bisa dibentuk
dengan beberapa cara. Pertama,
nilai kelompok bisa diambil dari
nilai terendah yang didapat siswa
dalam kelompok.
Kedua,
nilai
kelompok yang bisa diambil dari

Supervisi Akademik dengan Pendekatan BINI-DAMBEL
Secara historis pengertian supervisi dapat diuraikan berdasarkan
pengertian tradisional maupun pengertian secara modern. Secara tradisional pengertian supervisi adalah meru-

258

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

prinsip-prinsip supervisi adalah sebagai berikut :
1) Prinsip ilmiah maksudnya adalah
bahwa supervisi dilaksanakan berdasarkan data yang objektif yang
diperoleh alat seperti obserasi,
angket dan sebagainya. Dan supervisi tersebut dilaksanakan secara
sistematis.
2) Prinsip Demokratis
Supervisi dan bantuan yang
diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab
dan kehangatan sehingga guru
merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokrasi mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru,
bukan berdasarkan atasan dan
bawahan, tetapi berdasarkan rasa
kesejawatan.
3) Prinsip Kerjasama
Yang dimaksud dengan kerjasama atau mengembangkan usaha
bersama dalam supervisi adalah
sharing of idea, sharing of
experience, memberi support,
mendorong, menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.
4) Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Prinsip ini mempunyai pengertian bahwa dalam supervisi setiap
guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu
menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui
cara-cara
yang
menakutkan.
(Sahertian ;2000:20).

pakan pekerjaan inspeksi, mengawasi
dalam pengertian mencari kesalahan
dan menemukan kesalahan dengan
tujuan untuk diperbaiki. Dalam perkembangannya cara ini dapat menjadikan guru ketakutan dan setiap
langkah kerja guru selalu takut
melakukan kesalahan sehingga mereka terlalu tegang. Kemudian pengertian tersebut mengalami pergeseran.
Supervisi bukan lagi upaya mencari
kesalahan guru tetapi merupakan upaya yang dilakukan pengawas untuk
memberikan arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses
pembelajaran.
Pada perkembangan terakhir
ditegaskan bahwa tujuan supervisi
adalah memberikan layanan dan
bantuan untuk pengembangan situasi
pembelajaran yang dilakukan guru di
dalam kelas. Sesuai dengan pedoman
supervisi tahun 2007 ditegaskan
bahwa pengawas sekolah mempunyai
tugas untuk melakukan supervisi
manajerial dan supervisi akademis.
Supervisi manajerial ditujukan kepada kepala sekolah dalam kaitan bagaimana mereka harus memanage sekolah berdasarkan aturan dan pedoman
menajemen berbasis sekolah, sedangkan supervisi akademis ditujukan untuk membina para guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran di
kelas termasuk bagaimana guru harus
menyusun rencana pembelajarannya.
Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Menurut Sahertian dalam bukunya Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dijelaskan bahwa

259

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

sekolah dalam membina guru dalam
wilayah binaan. Proses kegiatan
pendampingan dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut
1) Supervisor (kepala Sekolah) melakukan identifikasi kekurangan atau
kelemahan guru dalammelakukan
kegiatan pembelajaran baik dari
sisi Rencaan pembelajatan , dari
sisi pelaksanaan pembelajaran,
maupun evaluasinya.
2) Supervisor (Kepala Sekolah) melakukan rencana perbaikan atau
pembinaan atas kekurangan atau
kelemahan yang dilakukan guru;
3) Supervisor (Kepala Sekolah) melakukan pendampingan atau mendampingi selama guru melakukan
kegiatan pembelajaran, sehingga
dengan demikian pengawas tahu
betul kekurangan atau kelemahan
dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana tesebut diatas jelaslah
bahwa dalam melaksanakan supevisi
seorang supervisor haruslah membangun kerjasamadengan guru yang
disupervisi dalam rangka memecahkan permasalahan yang dihadapi guru
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Supervisi Akademik
Supervisi secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua jenis
yakni Supevisi Akademis dan Supervisi Manajerial. Supervisi akademis
adalah supervisi yang sasaran binaannya mengarah pada masalah-masalah
akademis seperti Proses belajar mengajar, Bimbingan dan Konseling,
Penilaian dan sebagainya.
Dalam supervisi akademis seorang pengawas harus dapat embantu
guru dalam memecahkan berbagai
persoalan tentang proses belajar
mengajar. Masalah proses belajar
mengajar berkaitan dengan hal-hal
penggunaan media pembelajaran,
penggunaan metode pembelajaran,
melaksanakan penilaian pembelajaran, program remidi dan pengayaan.
Pembelajaran pakem merupakan model pembelajaran yang sedang
trend an dikembangkan di Indonesia
untuk itu supervise menejerial mengarah pada bagaiana penerapan pembelajaran pakem di sekolah guru tempat
mengajar.
Bimbingan Tehnis Dalam Pembelajaran (BINI-DAMBEL)
Pendampingan dalam pembelajaran adalah merupakan salah satu
cara yang dilaakukan pengawas

Kegiatan Kepala Sekolah dengan melakukan pendampingan ini
masih banyak belum dilakukan, oleh
karenanya kegiatan ini Kepala Sekolah berusaha sekuat tenaga atau secara
optimal agar pendampingan dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan
baik dan berhasil memebina guru
dalam melakukan kegiatan pembelajaran JIGSAW.
Metode Penelitian
Terdapat banyak sekali model
dan jenis penelitian namun pada
penelitian ini sesuai dengan tugas
pokok dan fngsi pengawas penulis
melakukan kegiatan penelitian yang
spesifik. Sesuai dengan jenis pene-

260

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

juga bagaimana guru subyek penelitian mengadaan peniliaan hasil belajar.

litian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan Sekolah, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari sklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan lokasi penelitian yakni di
SMPN 1 dan SMPN 2 Tragah, Kabupaten Bangkalan. Sekolah tersebut
merupakan sekolah tempat peneliti
melaksanakan tugas sehari-hari. Sedangkan alamat sekolah berada Kabupaten Bangkalan.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) Bulan yakni pada bulan
Februari 2016 sampai dengan bulan
April 2016.

Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang
yang terlibat dalam penelitian dan
keududkannya sangat strategis. Dalam penelitian ini subyek penelitian
adalah orang-orang yang dilihat kegiatannya sesuai obyek yang diamati,
untuk ditentukan tingkat keberhasilannya dalam melakukan kegiatan
tentang obyek penelitian.
Subyek penelitian dalam hal ini
adalah guru di SMPN 1 Tragah dan
SMPN 2 Tragah 1, Kamal Tahun
Pelajaran 2014/2015 yang jumlahnya
8 (delapan) orang. Obyek Penelitiannya adalah kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Dengan demikian yang
menjadi pengamatan peneliti adalah
bagaimana guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw di
Kelasnya.
Untuk melaksanakan pengamatan tersebut peneliti menggunakan
instrumen pengamatan yang disebut
Instrumen Pengamatan Kegiatan
Guru atau IPKG. Intstrumen tersebut
mencakup bagaimana guru melaksanakan persiapan pembelajaran, melaksanakan baik pendahuluan kegiatan inti maupun kegiatan akhir, dan

Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan melalui beberapa
siklus, dan masing-masing siklus dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap
refleksi.
Instrumen Pengumpulan Data dan
Tehnik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Instrumen Penilaian
Kinerja Guru atau yang disebut
IPKG. Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen yakni IPKG 1
yang digunakan untuk menilai Rencana Pembelajaran yang digunakan
oleh Guru dan IPKG 2 yang digunakan untuk menilai kgiatan pembelajaran guru.
IPKG 1 berisi tentang aspek
pengamatan yang berkenaan dengan

261

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

laian akhir sesuai dengan tujuan. 18)
Penggunaan gaya yang sesuai dan
bahasa baik tulis maupun lisan
dengan jelas baik dan benar. 19)
Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa.
20) Melakukan tindak lanjut dengan
memberikan arahan atau kegiatan
atau tugas sebagai bagian remidial/
pengayaan.

rencana pembelajaran mencakup : 1)
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran. 2) Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran. 3) Pengorganisasian Materi pelajaran 4) Pemilihan sumber / media pembelajaran. 5)
Kejelasan skenario pembelajaran 6)
Kesesuaian tehnik evaluasi yang
direncanakan. 7) Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan.
IPKG 2 berisi aspek pegamatan
tentang kegiatan pembelajaran metode pembelajaran kooperatif model
group investigation (GI) yang meliputi : 1) Mempersiapkan siswa untuk
belajar. 2) Melakukan kegiatan
apersepsi. 3) Penguasaan materi pembelajaran. 4) Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain
yang relevan. 5) Menyampaikan
materi pembelajaran dengan jelas dan
runtut sesuai dengan hierarkhi belajar
dan karakteristik siswa. 6) Mengaitkan materi pembelajaran dengan
realitas kehidupan. 7) Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengn tujuan. 8)
Menguasai kelas. 9) Melaksanakan
pembelajaran dengan mengaktifkan
siswa. 10) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif bagi siswa. 11)
Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang direncanakan. 12) Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien.
13) Menbuhkan partisipasi aktif
dalam pembelajaran. 14) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa. 15) Menubuhkan keceriaan
dan antusiasme siswa dalam belajar.
16) Memantau/melakukan penilaian
dalam proses. 17) Melakukan peni-

Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi
dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelajaran.
Dokumentasi digunakan nuntuk
menilai rencana pembelajaran yang
digunakan guru.
Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan ditetapkan
bahwa : Masing-masing guru maupun
secara keseluruhan dinyatakan tuntas
atau berhasil jika mencapai nilai sebagai berikut :
1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan
dalam menyusun RPP.
a. Guru dinyatakan telah berhasil
dalam menyusun rencana pembelajaran jika nilai rencana
pembelajaran minimal 28 artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek
penilaian rencana pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari
guru-guru yang menjadi subyek
penelitian telah mendapat nilai
minimal 28.

262

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

di lapangan sehingga kekurangan yang ditemukan di lapangan diharapkan dapat ditutupi
sehingga tujuan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dalam
proses belajar mengajar dapar
tercapai secara maksimal.
Kegiatan bimbingan dalam
menyusun RPP sesuai dengan
pembelajaran Kooperatif Jigsaw
dilakukan dalam bentuk pendampingan.Selanjutnya dengan
bimbingan peneliti, guru menyusun rencana pembelajaran
untuk digunakan pada siklus I.
Pada perencanaan ini rencana
pembelajaran dibuat dengan kerangka acuan yakni pengefektifan penerapan pembelajaran Jigsaw dalam proses belajar
mengajar melalui supervisi akademik yang dilakukan kepala
sekolah selaku peneliti dalam
kegiatan ini.
b) Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan
ini dilaksanakan pada tanggal
11 sampai dengan 13 Februari
2016. Dengan rincian kegiatan,
pada hari Rabu, tanggal 11
Maret 2016, guru sebagai subyek penelitian melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebanyak 2 orang guru . Sedangkan
pada tanggal 12 Februari 2016,
yang akan diobservasi sebanyak
2 orang guru , pada tanggal 13
Februari 2016 guru yang akan
diamati 1 orang guru .
c) Observasi
Tahap observasi ini pada
dasarnya dilaksanakan bersa-

2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan
penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam menetapkan apakah penelitian pelaksanaan pembelajaran
berhasil atau tidak, maka ditetapkan kriteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian
tindakan sebagai berikut :
a. Penelitian dalam pelaksanaan
pembelajaran dinyatakan tuntas/
berhasil secara individu jika
tiap guru mencapai skor minimal 80, artinya tiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari 20
aspek pengamatan kegiatan
pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari
guru-guru yang menjadi responden dalam penerapan pembelajaran kontekstual telah mendapat nilai minimal 80.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian Per Siklus
Siklus I
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini
dilaksanakan pada hari Sabtu 7
Februari 2015. Pada tahap ini,
peneliti mengumpulkan guru
yang menjadi subjek penelitian
mendapatkan penjelasan tentang cara menyusun rencana
pembelajaran sesuai dengan
metode pembelajaran yang
hendak diterapkan yakni metode pembelajaran Kooperatif
JIGSAW. Penjelasan tersebut
disesuaikan berdasarkan hasil
temuan yang ditemukan peneliti

263

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

maan dengan tahap pelaksanakan tindakan, hanya saja
dalam tahap observasi ini,
peneliti mengamati kegiatan
pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sehingga peneliti
dapat
mengetahui
bagianbagian mana saja yang perlu
diadakan perbaikan. Secara
faktual dapat dikemukakan bahwa pada bulan Februari 2016
peneliti mengobservasi guru
dalam menerapkan pembelajara
Kooperatif Jigsaw.
Jadi dalam tahap ini peneliti
dapat menarik kesimpulan dari
pelaksanaan tindakan pada
siklus I sehinga nantinya akan
diperbaiki pada siklus selanjutnya. Peneliti tidak hanya
mengamati pelaksanaan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan guru tapi juga mengenai rencana pembelajaran yang
dibuat.
Hasil
pengamatan
atau
observasi pada siklus pertama
dapat direkap sebagai berikut.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Siklus Pertama.
N
O
I
1
2

II
1
2

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJARAN
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
PELAKSANAAN.
PEMBELAJARAN
Kurang dari 80
Sama atau kebih

dari 80

JMLH
GURU

KET.

4
1

Belum Berhasil
Berhasil

4
1

Belum berhasil
Berhasil

264

d) Refleksi
Siklus I dilaksanakan tanggal
11 sampai dengan 13 Februari
2015 dengan hasil observasi
sebagaimana tersebut dalam
tabel di atas dapat dilihat secara
riil bahwa pada siklus tersebut
masih terdapat 4 orang guru
yang belum mencapai nilai
minimal
yang
ditetapkan.
Artinya pembelajaran yang dilaksanakan masih sesuai dengan
yuang diharapkan.
Siklus II
a) Perencanaan
Perencanaan pada siklus
kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2016, untuk
menyempurnakan pelaksanaan
siklus sebelumnya. Peneliti
membahas hasil refleksi tindakan pada siklus I dan tindakan
yang dilaksanakan pada siklus
II. Pada perencanaan siklus
kedua peneliti bersama guru
subyek penelitian membahas
solusi atas kelemahan yang
terjadi pada siklus pertama.
Peneliti mengingatkan bahwa
guru subyek penelitian harus
menyempurnakan rencana pelajaran maupun pelaksanaan pembelajaran.
Kekurangan pada penyusunan rencana pembelajaran seperti ketidaktepatan dalam menyusun tujuan pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran
belum menunjukkan langkah
pembelajaran Jigsaw, penyusu-

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

pada RPP yang telah disempurnakan pada siklus kedua.
Guru menyampaikan informasi
tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan. Dalam pertemuan
ini tampak berbeda dengan
siklus 1, Di samping itu langkah-langkah kegiatan pembelajaran sepertu penyusunan kelompok, pemberian tugas kelompok, disksusi kelompok dan
diskusi kelas tampak dilaksanakan dengan baik.Guru lebih
berperan sebagai motivator dan
fasilitatoruntuk memberi kesempatan agar siswa menemukan dan mengkonstruksikan
pengetahuan yang diperoleh dan
disiskusikan.Meskipun
demikian masih terdapat beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
c) Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 25 sampai
dengan 27 Februari 2015. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, yakni pada tanggal 25
Februari 2015 peneliti mengobservasi guru kelas 4 dan kelas 5,
pada guru ini sudah menyampaikan tujuan pembelajaran pada awal kegatan pe,mbelajaran,
namun penilaian dalam proses
belum dilaksanakan, refleksi
juga belum dilaksanakan, karena manajemen waktu kurang
baik, belum dilaksanakan refleksi langsung guru memberikan

nan alat evaluasi atau instrumen
alat evaluasinya perlu dilengkapi dengan kunci jawaban,
rumus penilaian.
Kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran Jigsaw terletak pada kegiatan bahwa
gurubelum menyapaikan tujuan
pembelajaran pada awal kegiatan, penilaian dalam proses
belum dilakukan, belum merefleksi dan kesimpulan hanya
dilakukan oleh guru. Hal-hal
tersebut yang disempurnakan
pada perencanaan pembelajaran, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran siklus kedua
akan lebih sempurna.
Kekurangan tersebut disampaikan kepada para guru sebagai subyek penelitian untuk direncanakan dan disempurnakan
pada kegiatan siklus kedua.
Pada tahap perencanaan siklus
kedua inilah guru menyusun
rencana pembelajaran dan semua fasilitas yang diperlukan
untuk menerapkan pembelajaran Jigsaw pada siklus kedua.
Dengan persiapan dan masukan
yang diberikan oleh peneliti
atau Kepala Sekolah diharapkan
perancanaan dan pelaksanaan
pembelajaran Jigsaw dapat
dilakukan lebih sempurna.
b) Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 25 sampai
dengan 27 Februari 2015 di
SMPN 1 dan SMPN 2 Tragah.
Guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mengacu

265

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

dan IPKG 2 untuk menilai pelaksanaan pembelajaran.
Hasil pengamatan atau observasi pada siklus kedua dapat
direkap sebagai berikut.

post test. Namun demikain post
test dilakukan guru untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.
Pada tanggal 26 Februari
2016 peneliti mengobservasi
kegiatan pembelajaran bagi guru IPA dan IPS , fokus observasi adalah bagaimana proses
pembelajaran dilakukan guru
dan siswa, langkah-langkah kegiatan pembelajaran Jigsaw,
penilaian dalam proses selama
kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti
yaknikepala sekolah dan guru
senior sebagai observer.
Pada tanggal 27 Februari
2015 pengamatan dilaksanakan
bagi pembelajaran pada Guru ,
yakni sudah menyampaikan tujuan dalam pembelajaran tetapi
penilaian dalam proses belum
dilaksanakan, refleksi belum dilaksanakan meskupun sudah
dilaksanakan post test.
Pada siklus kedua ini peneliti
lebih cermat dalam mengamati
tindakan atau pelaksanaan pebelajaran yang dilakukan guru
diamati oleh peneliti dan guru
senior, dengan demikian hasil
pengamatan diharapkan akan
lebih baik dan hasil penelitian
diharapkan akan lebih optimal.
Meskipun demikian instrumen
yang digunakan dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran
oleh subyek penelitian tetap
seperti pada siklus pertama
yakni menggunakan IPKG1 untuk menilai rencana pebelajaran

Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Siklus Kedua.
N
O
I
1
2

II
1
2

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJARAN
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
PELAKSANAAN.
PEMBELAJARAN
Kurang dari 80
Sama atau kebih
dari 80

JMLH
GURU

1
4

2
3

KET.

Belum
Berhasil
Berhasil

Belum
berhasil
Berhasil

d) Refleksi
Tahap refleksi pada siklus 2
ini merupakan tahap untuk merenungkan hasil observasi yang
dilakukan selama pada kegiatan
penelitian selama siklus 2. Dari
kegiatan penelitian yang dilakukan selama observasi pada
isklus 2 ini nantinya akan
diperbaiki pada siklus 3 sehingga pada siklus 3 tersebut diharapkan guru telah dapat menyusun rencan pembelajaran dengan sempurna dan melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar dengan penerapan
pembelajaran Jigsaw dengan
tepat sehingga tujuan pembela266

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

Pada tanggal 18 Maret 2015
kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru , Pada tanggal
19 Maret 2015 kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru
IPA dan IPS. Pada tanggal 20
Maret 2015 kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru .
Semua guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai
dengan Rencana pembelajaran
yang telah disusun dengan cara
pendampingan bersama peneliti
dan guru senior.

jaran dapat dicapai optimal dan
dapat dijadikan bahan rujukan
bagi guru-guru lain untuk dapat
mencontoh dan merealisasikan
dengan baik dan benar.
Siklus III
a) Perencanaan
Perencnaan pada siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 7
Maret 2015, di sekolah tenpat
penelitian. Peneliti bersama dengan guru senior dan guru
siubyek penelitian memenyempurnakan hasil tindakan pada
siklus II dan tindakan untuk
dilaksanakan pada siklus III.
Masalah yang disempurnakan
yaitu penerapan pebelajaran
Jigsaw berdasarkan hasil refleksi siklus II. Pada siklus ketiga
ini yang disempurnakan pada
RPP adalah penyempurnaan alat
atau untsrumen evaluasi, sedangkan kegiatan pembelajaran
Jigsaw tentang refleksi dan
penilaian dalam proses yang
belum dilaksanakan oleh guru.
b) Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 18 sampai
dengan 20 Maret 2015 di lokasi
penelitian yakni di SMPN 1 dan
SMPN 2 Tragah. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan mengacu pada persiapanatau rencana pembelajaran
yang telah disempurnakan dari
siklus kedua. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.

c) Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersaaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 18 sampai
dengan 20 Maret 2015. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memproleh informasi yang lebih
mendalam dan menyeluruh
tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga. Fokus
observasi adalah bagaimana
proses penerapan tindakan yang
dilakukan guru berdasar Rencana Pembelajaran yang telah
disusunnya.
Pada tanggal 18 Maret 2015
peneliti bersama guru senior
mengobservasi guru yang mengaja. Dari pengamatan tersebut
ternyata RPP telah disusun
dengan baik tanpa ada kekurangan, demikian juga tentang
kegiatan pembelajarannya telah
dilakukan jauh lebih sempurna
dari kegiatan pada siklus

267

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

pembelajaran sudah variatif antara C1, C2, C3 dan setersunya,
alat evaluasi atau instrumen
evaluasi telah disusun dengan
baik dan lengkap.
Hasil pengamatan atau observasi pada siklus ketiga dapat
direkap sebagai berikut.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Pengamatan
Siklus Ketiga.

sebelumnya, karena semua
langkah dan semua kegiatan
penlaian dalam proses, refleksi,
menyimpulkan dan penilaian
akhir telah dilaksanakan dengan
baik
Pada tanggal 19 Maret 2015
peneliti bersama guru senior
mengobservasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru IPA yang mengajar kelas 4
dan Guru IPS. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua guru telah melaksanakan
pembelajaran dengan baik dan
lebih baik dari siklus sebelumnya, Rencana pembelajaran telah disusun dengan baik instrumen penliaian yang biasanya
belum sempurna telah disusun
dengan baik dan lengkap, baik
instrumennya maupun kunci
jawaban dan rumus penilaiannya. Demikian juga dengan
pelaksanaan pembelajaran, kedua guru telah melaksanakan
kegiatan pembelajaran lebih
sempurna dari siklus sebelumnya (siklus kedua). Langkahlangkah jigsaw tampak, penilaian baik dalam proses maupun
pada akhir kegiatan pembelajaran tekah dilaksanakan dengan
baik.
Pada tanggal 20 Maret 2015
peneliti dan guru senior melaksanakan observasi kegiatam
pembelajaran bagi guru yang
telah menyusun rencana pembelajaran dengan baik sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan,
baik langkah-langkah, tujuan

N
O
I
1
2

II
1
2

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJARAN
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
PELAKSANAAN.
PEMBELAJARAN
Kurang dari 80
Sama atau kebih
dari 80

JMLH
GURU

0
5

0
5

KET.

Belum
Berhasil
Berhasil

Belum
berhasil
Berhasil

d) Refleksi
Tahap refleksi merupakan
tahap untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau
obsevasi yang dilakukan baik
oleh observer maupun oleh
peneliti dalam hal ini Kepala
Sekolah. Dari hasil observasi
ternyata pada peyusunan rencana pembelajaran semua guru
telah melakukannya dengan
baik, hal itu terbukti bahwa
tidak ada seorang gurupun yang
memperoleh nilai dibawah nilai
ketuntasan.
Demikian juga dengan pelaksanaan pembelajaran tidak ada

268

Meningkatkan Kemampuan Guru, Mahfud Anwari

Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Rencana Pembelajaran
Masing-Masing Siklus

guru yang belum mencapai
ketuntasan meskipun masih ada
sedikit pada penilaian dalam
prosesbelum optimal, semua
guru telah mencapai standar
nilai yang ditetapkan. Artinya
secara umum berdasar ketentuan ketuntasan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ketiga
ini telah tuntas.
Pembahasan
Hasil pengamatan pada rencana
pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua terdapat perubahan yang
sangat signifikan. Hasil pengamatan
pada siklus pertama masih banyak
ditemukan kekurangan sehingga prosentase keberhasilan masih dibawah
kiteria keberhasilan atau kriteria
ketuntasan dalam penelitian. Hasil
pengamatan tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian
rencana pembelajaran tidak ada
seorang gurupun yang mendapat nilai
di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati,artinya nilai minimal tiap aspek
4.
Dalam membandingkan hasil
pengamatan peneliti memisahkan antara hasil pengamatan tentang rencana
pembelajaran dengan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran, Hal ini dimaksudkan agar lebih
rinci diketahui keberhasilan masingmasing unsur. Perbandingan hasil
pengamatan tersebut dapat disajikan
pada tabel 4.4.dan tabel 4.5. Adapun
hasil pengamatan dengan menggunakan instrumen IPKG1 yakni dengan
meneliti RPP yang didudun guru
menunjukkan hasil sebagai berikut:

N
O

RENTANG
NILAI

1

Kurang dari
28
Sama atau
Lebih dari
28

2

JUMLAH
GURU
S- I SSII III
4
1
0
1

4

5

KE
T.
Bel
um
Ber
hasi
l
Tun
tas

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perekmbangan kemampuan guru dalam menyusun RPP
sesuai pembelajaran Jigsaw. Untuk
lebih jelasnya data tersebut bisa
ditampilkan dalam sebuah grafik
.Adapun grafik perbandingan hasil
pengamatan tentang rencana pembelajaran dari ketiga siklus tersebut di
atas yakni sebagai berikut :
120%
100%
80%

siklus 1

60%
siklus 2
40%
siklus 3
20%
0%
nilai 28 keatas

Berdasar grafik tersebut dapat
dijelaskan bahwa : 1) Pada siklus
pertama pengamatan dengan meneliti
RPP yang disusun oleh guru setelah
dilakukan Supervisi melalui pendekatan BINI-DAMBEL hanya seorang
guru atau 20% guru yang dapat
menyusun RPP dengan benar. 2).

269

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 251--272

belajaran oleh Pengawas Sekolah.
Dari siklus ke siklus ternyata angkanya makin naik tentang ketuntasan
kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Jigsaw.
Perbandingan hasil pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran
masing-masing siklus tersebut di atas
dapat dilihat pula dalam bentuk grafik
perbandingan yakni sebagaimana
berikut :

Pada siklus kedua meningkat terdapat
4 orang guru atau 80% guru dapat
menyusun RPP dengan benar.
3) Sedangkan pada siklus ketida
semua atau 100 % telah guru dapat
menyusun RPP dengan benar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik
dengan pendekatan BINI-DAMBEL
dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun rencana pembelajaran.
Selanjutnya akan dipaparkan
hasil pengamatan tentang pelaksanaan
pembelajaran berdasar pembelajaran
model JIGSAW. Perbandingan hasil
pengamatan dilaksanakan dengan
menggunakan instrumen IPKG2 dapat dilihat pada tabel 4.5. Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan
pembelajaran dalam bentuk tabel
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Masing-Masing Siklus

N
O
1
2

RENTA
NG
NILAI
Kurang
dari 80
Sama atau
Lebih dari
80

JUMLAH
GURU
S SS- II
III
I
4 2
0
1

3

5

150%
100%

siklus 1

50%

siklus 2

0%
nilai 80 keatas

siklus 3

Berdasar rekapitulasi dan grafik
pebandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran Jigsaw dapatlah disimpulkan bahwa : 1)
Pada siklus pertama masih terdapat 4
guru yang mendapatkan hasil kurang
dari 80 sedang yang tuntas sebanyak
1 orang guru artinya tingkat keberhasilannya mencapai 20%. 2) Pada
siklus kedua terdapat 2 orang guru
yang mendapat nilai dibawah kriteria
keberhasilan,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 60%. 3) Pada siklus
ketiga didapatkan kondisi bahwa
semua guru ya